Anda di halaman 1dari 7

TUGAS PRAKTIKUM

PENYULUHAN PERTANIAN

Disusun Sebagai Tugas Mata Kuliah Penyuluhan Pertanian


di Program Studi Manajemen Agroindustri

oleh
Fanecia Apriani
NIM D41212031

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGROINDUSTRI


JURUSAN MANAJEMEN AGRIBISNIS
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2023
Soal

1. Jelaskan pemahaman anda tentang pendekatan strategi penyuluhan pertanian!


2. Sebutkan jenis-jenis pendekatan penyuluhan pertanian yang telah dikembangkan
dan jelaskan karakteristik dari masing-masing jenis pendekatan tersebut!
3. Jelaskan mengapa dibutuhkan pendekatan penyuluhan partisipatif!
4. Jelaskan tujuan dari penyuluhan yang bersifat partisipatif!
5. Jelaskan kendala-kendala yang ditemui dalam pelaksanaan penyuluhan
partisipatif!

Jawaban
1. Menurut saya, pendekatan strategi penyuluhan pertanian merujuk pada metode
penyampaian informasi oleh penyuluh pertanian kepada pelaku utama dan
pelaku usaha. Tujuannya adalah agar mereka memahami, bersedia, dan mampu
mengorganisir diri untuk mengakses berbagai informasi terkait pasar, teknologi,
permodalan, serta sumber daya lainnya. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk
meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraan,
sekaligus meningkatkan kesadaran dalam menjaga fungsi lingkungan hidup.
Pendekatan strategi ini mencakup berbagai metode dan teknik dalam
menyampaikan teknologi pertanian kepada masyarakat, termasuk melalui
pendekatan massal untuk mengubah perilaku petani. Pendekatan kelompok juga
digunakan untuk membentuk kelembagaan petani yang dapat membangun
sinergi antar petani dan kelompok tani.
2.
Setiap pendekatan penyuluhan pertanian memiliki karakteristik unik dan tujuan
spesifik. Pemilihan metode penyuluhan harus tepat, sesuai dengan keadaan dan
norma sosial masyarakat pedesaan, serta sasaran, sumber daya penyuluh,
keadaan daerah, dan kebijaksanaan pemerintah. Pendekatan penyuluhan meliputi
beberapa jenis yang telah dikembangkan antara lain :
1. Pendekatan Perorangan : Pendekatan ini melibatkan interaksi langsung
antara penyuluh pertanian dengan petani secara individu. Penyuluh
memberikan informasi, bimbingan, dan pendampingan secara personal
kepada petani. Karakteristik dari pendekatan ini adalah adanya hubungan
yang intens antara penyuluh dan petani, sehingga penyuluh dapat
memahami kebutuhan dan kondisi petani secara lebih mendalam.
2. Pendekatan Kelompok : Pendekatan ini melibatkan penyuluhan kepada
kelompok petani yang memiliki kepentingan dan masalah serupa.
Penyuluh pertanian menyampaikan informasi dan memberikan pelatihan
kepada kelompok petani dalam bentuk pertemuan, diskusi, atau lapangan
pelatihan. Karakteristik dari pendekatan ini adalah adanya interaksi
antara petani dalam kelompok, sehingga mereka dapat saling belajar dan
berbagi pengalaman.
3. Pendekatan Partisipatif : Pendekatan ini melibatkan partisipasi aktif
petani dalam proses penyuluhan. Petani dilibatkan dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi kegiatan penyuluhan. Karakteristik dari
pendekatan ini adalah adanya keterlibatan petani dalam pengambilan
keputusan dan penentuan arah kegiatan penyuluhan.
4. Pendekatan Media : Pendekatan ini menggunakan media sebagai sarana
penyampaian informasi dan pesan penyuluhan. Media yang digunakan
dapat berupa media cetak (majalah, koran), media elektronik (radio,
televisi), media online, atau media sosial. Karakteristik dari pendekatan
ini adalah penggunaan media sebagai alat komunikasi untuk mencapai
target audiens yang lebih luas.
5. Pendekatan Inovatif : Pendekatan ini melibatkan penggunaan teknologi
dan inovasi dalam penyuluhan pertanian. Penyuluh pertanian
menggunakan teknologi informasi dan komunikasi, seperti aplikasi
mobile, sensor, atau drone, untuk menyampaikan informasi dan
memberikan solusi kepada petani. Karakteristik dari pendekatan ini
adalah pemanfaatan teknologi sebagai sarana penyuluhan yang efektif
dan efisien.
3. Diperlukan pendekatan penyuluhan partisipatif dikarenakan mengikutsertakan
petani dan nelayan dalam pengembangan sektor pertanian. Keterlibatan petani
dan nelayan dalam penyuluhan pertanian sangat penting karena mereka memiliki
pengetahuan dan pengalaman langsung mengenai kondisi lapangan dan
masalah-masalah yang dihadapi. Dengan menggandeng mereka, diharapkan
solusi-solusi yang dihasilkan menjadi lebih relevan dan berkelanjutan. Selain itu,
partisipasi petani dan nelayan juga dapat memperkuat rasa kepemilikan terhadap
program pembangunan pertanian, mendorong motivasi mereka untuk
menerapkan solusi-solusi yang dihasilkan. Dalam kerangka ini, pendekatan
partisipatif juga dapat meningkatkan keinginan program pembangunan
pertanian, karena solusi-solusi tersebut mendapat dukungan dari masyarakat
yang menjadi pengguna dan penerima manfaat program-program tersebut.
4. Pendekatan penyuluhan yang bersifat partisipatif memiliki tujuan-tujuan sebagai
berikut:
a. Meningkatkan partisipasi aktif: Tujuan utama dari pendekatan
penyuluhan partisipatif adalah untuk meningkatkan partisipasi aktif
petani atau pelaku pertanian dalam proses penyuluhan. Dengan
melibatkan mereka secara langsung dalam perencanaan, pelaksanaan,
dan evaluasi kegiatan penyuluhan, tujuan ini dapat tercapai.
b. Meningkatkan pemahaman dan penerimaan: Pendekatan partisipatif
memungkinkan petani untuk berbagi pengalaman, pengetahuan, dan
kebutuhan mereka. Dengan melibatkan mereka dalam proses
penyuluhan, tujuan ini adalah untuk meningkatkan pemahaman dan
penerimaan informasi yang diberikan oleh penyuluh. Petani dapat
memperoleh informasi dengan pengalaman dan konteks mereka sendiri,
sehingga meningkatkan efektivitas penyuluhan.
c. Meningkatkan relevansi dan keinginan: Dengan melibatkan petani dalam
perencanaan dan pelaksanaan kegiatan penyuluhan, tujuan ini adalah
untuk memastikan bahwa program penyuluhan lebih relevan dengan
kebutuhan dan keinginan petani. Dengan demikian, program penyuluhan
menjadi lebih efektif dan berkelanjutan karena didasarkan pada
pemahaman yang lebih baik tentang konteks dan tantangan yang
dihadapi petani.
d. Meningkatkan kemandirian petani: Pendekatan partisipatif bertujuan
untuk meningkatkan kemandirian petani dalam mengelola usaha
pertanian mereka sendiri. Dengan melibatkan mereka dalam
pengambilan keputusan dan pelaksanaan kegiatan, tujuan ini adalah
untuk memberdayakan petani agar dapat mengambil peran aktif dalam
menghadapi perubahan dan tantangan di sektor pertanian.
e. Meningkatkan keberhasilan implementasi: Dengan melibatkan petani
dalam proses penyuluhan, tujuan ini adalah untuk meningkatkan
keberhasilan implementasi praktik-praktik yang mengajarkan dalam
program penyuluhan. Petani yang merasa bertanggung jawab terhadap
keberhasilan usaha pertanian mereka cenderung lebih bersemangat untuk
mengadopsi dan melanjutkan praktik-praktik yang telah dipelajari.
5. Dalam pelaksanaan penyuluhan partisipatif, terdapat beberapa kendala yang
mungkin menghadang. Berikut adalah beberapa kendala yang dapat ditemui:
a. Kurangnya kesadaran dan partisipasi masyarakat : Salah satu kendala
utama adalah rendahnya kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam
kegiatan penyuluhan. Masyarakat mungkin belum memiliki pemahaman
yang cukup tentang pentingnya penyuluhan atau tidak tertarik untuk
berpartisipasi dalam kegiatan tersebut.
b. Keterbatasan sumber daya : Kendala lainnya adalah keterbatasan sumber
daya, baik dari segi manusia, keuangan, maupun infrastruktur.
Kurangnya penyuluh pertanian, dana yang terbatas, dan infrastruktur
yang tidak memadai dapat menghambat pelaksanaan penyuluhan
partisipatif.
c. Buruk dalam mengubah perilaku : Merubah perilaku masyarakat
merupakan tantangan yang kompleks dalam penyuluhan partisipatif.
Masyarakat mungkin memiliki kebiasaan lama yang sulit untuk diubah,
sehingga memerlukan pendekatan yang tepat untuk mengatasi kendala
ini.
d. Kurangnya koordinasi dan kerjasama : Kurangnya koordinasi dan
kerjasama antara berbagai pihak terkait, seperti penyuluh, petani, dan
pemerintah, juga dapat menjadi kendala dalam pelaksanaan penyuluhan
partisipatif.
e. Kendala teknis dan non-teknis : Selain itu, kendala teknis dan nonteknis
juga dapat muncul dalam pelaksanaan penyuluhan partisipatif. Kendala
teknis dapat mencakup masalah teknologi, aksesibilitas, atau kekurangan
keterampilan. Sementara itu, kendala non-teknis dapat berupa perbedaan
budaya, kepercayaan, atau masalah sosial yang mempengaruhi partisipasi
masyarakat.
f. Keterbatasan partisipasi petani : Partisipasi petani dalam kegiatan
penyuluhan partisipatif masih terbatas. Beberapa petani mungkin kurang
aktif dalam mengikuti kegiatan partisipatif karena kesibukan dengan
usaha tani mereka.
g. Keterbatasan pengetahuan dan pemahaman : Tidak semua petani
memiliki pengetahuan dan pemahaman yang memadai terkait dengan
konsep partisipasi dan manfaatnya dalam pembangunan pertanian. Hal
ini dapat menjadi kendala dalam mengimplementasikan pendekatan
partisipatif.
h. Keterbatasan akses dan komunikasi : Keterbatasan akses dan
komunikasi, khususnya di daerah pedesaan, dapat menjadi kendala
dalam melibatkan petani dalam kegiatan partisipatif. Infrastruktur yang
kurang memadai, seperti jaringan telekomunikasi dan transportasi, dapat
menghambat partisipasi petani.
i. Perbedaan kepentingan dan motivasi : Perbedaan kepentingan dan
motivasi antara penyuluh, petani, dan pihak terkait lainnya dapat menjadi
kendala dalam pelaksanaan penyuluhan partisipatif. Diperlukan upaya
untuk membangun kesamaan visi dan komitmen dalam pelaksanaan
kegiatan partisipatif.
j. Keterbatasan dukungan dan kebijakan : Keterbatasan dukungan dan
kebijakan dari pemerintah dan lembaga terkait juga dapat menjadi
kendala dalam pelaksanaan penyuluhan partisipatif. Diperlukan
dukungan yang kuat dan kebijakan yang mendukung untuk memastikan
keberlanjutan kegiatan partisipatif

Anda mungkin juga menyukai