TUGAS 3
2. Jawab :
a. Penyuluh perlu mengetahui ciri-ciri dari setiap tahap proses adopsi inovasi karena dapat
membantu dalam merancang strategi penyuluhan yang lebih efektif. Dengan memahami ciri-
ciri setiap tahap adopsi inovasi, penyuluh dapat menyesuaikan pendekatan, pesan, dan metode
penyuluhan yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik para adopter. Misalnya, pada
tahap awal adopsi inovasi, penyuluh perlu fokus pada penyebaran informasi dan peningkatan
kesadaran, sementara pada tahap lanjutan, penyuluh dapat lebih fokus pada pendalaman
pengetahuan dan pembentukan sikap positif terhadap inovasi. Dengan memahami ciri-ciri
setiap tahap adopsi, penyuluh dapat mengoptimalkan upaya penyuluhan agar dapat
mempengaruhi penerima pesan dengan lebih efektif.
b. Perbedaan antara penerap dini dan penerap awal terletak pada waktu di mana mereka
mengadopsi inovasi. Penerap dini adalah kelompok adopter yang mengadopsi inovasi relatif
lebih awal dibandingkan dengan mayoritas orang. Mereka cenderung memiliki sumber daya
yang cukup, memiliki keterbukaan terhadap perubahan, dan sering kali menjadi sumber
informasi dan inspirasi bagi orang lain dalam mengadopsi inovasi. Penerap awal, di sisi lain,
mengadopsi inovasi setelah penerap dini, tetapi masih sebelum mayoritas orang
mengadopsinya. Mereka lebih bersedia mencoba inovasi baru dan biasanya berinteraksi dengan
penerap dini dalam memperoleh informasi dan dukungan. Dalam konteks penyuluhan,
perbedaan ini menunjukkan bahwa penyuluh perlu memahami bahwa penerap dini dan
penerap awal memiliki kecenderungan dan karakteristik yang berbeda. Penyuluh dapat
memanfaatkan penerap dini sebagai agen perubahan dan sumber inspirasi bagi orang lain,
sementara pada penerap awal, penyuluh dapat memberikan penjelasan lebih mendalam
tentang inovasi dan membantu mereka dalam mengatasi hambatan atau tantangan yang
mungkin timbul saat mengadopsi inovasi.
3. Jawab :
a. Jenis pendekatan otonomi daerah dalam penyuluhan pertanian membutuhkan penyuluhan
yang partisipatif karena melibatkan partisipasi aktif dari para pemangku kepentingan lokal,
seperti petani, kelompok tani, dan pemerintah daerah. Pendekatan ini mengakui pentingnya
partisipasi masyarakat dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi program
penyuluhan pertanian. Dengan melibatkan para pemangku kepentingan lokal, penyuluhan
dapat lebih responsif terhadap kebutuhan, aspirasi, dan kondisi nyata di tingkat lokal. Partisipasi
masyarakat juga memberikan kesempatan bagi mereka untuk berkontribusi secara aktif,
meningkatkan pemahaman, dan merasa memiliki program penyuluhan yang dilakukan.
b. Tujuan dari jenis pendekatan otonomi daerah dalam penyuluhan pertanian adalah untuk
meningkatkan kapasitas dan kemandirian masyarakat dalam mengelola sektor pertanian di
tingkat lokal. Melalui otonomi daerah, pemerintah daerah diberikan wewenang untuk
mengambil keputusan dan melaksanakan program pembangunan pertanian yang sesuai dengan
karakteristik, kebutuhan, dan potensi daerah. Dengan demikian, tujuan pendekatan ini adalah
untuk mencapai pembangunan pertanian yang berkelanjutan, meningkatkan kesejahteraan
masyarakat pertanian, dan memperkuat peran serta masyarakat dalam pengambilan
keputusan.
c. Dalam jenis pendekatan otonomi daerah, metode yang dilakukan meliputi:
• Pembentukan forum atau kelompok kerja: Dilakukan untuk melibatkan aktor-aktor penting
dalam penyusunan rencana dan kebijakan pembangunan pertanian di tingkat daerah. Forum
ini memfasilitasi dialog, koordinasi, dan kolaborasi antara pemerintah daerah, petani,
kelompok tani, dan pihak terkait lainnya.
• Pelaksanaan musyawarah: Dilakukan sebagai mekanisme pengambilan keputusan bersama
antara pemerintah daerah dan masyarakat pertanian. Musyawarah ini memberikan ruang
bagi semua pihak untuk mengemukakan pendapat, mencapai kesepakatan, dan
menghasilkan rencana aksi yang disepakati bersama.
• Pendekatan partisipatif: Melibatkan petani, kelompok tani, dan masyarakat lokal dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program penyuluhan pertanian. Pendekatan ini
mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam mengidentifikasi masalah, merumuskan
solusi, dan melaksanakan kegiatan penyuluhan yang relevan dengan kondisi lokal.
• Pemberdayaan masyarakat: Fokus pada peningkatan kapasitas dan kemandirian masyarakat
dalam mengelola sektor pertanian. Melalui pelatihan, pendampingan, dan pemberian akses
ke sumberdaya yang diperlukan, masyarakat didorong untuk mengambil peran aktif dalam
pembangunan pertanian di daerahnya.