Anda di halaman 1dari 42

MAKALAH

KOMUNIKASI DALAM PROSES PEMBELAJARAN KLIEN

OLEH :

KELOMPOK lll

KEPERAWATAN A

ANGGOTA :HERDIYANTI RAHAYU

: SRI WAHYUNI

: MEGAWATI YUNUS

: PUTRI YUNIAR

JURUSAN KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UIN ALAUDDIN MAKASSAR 2018/ 2019


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penyusun panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa atas
rahmat-Nya yang telah dilimpahkan kepada Penyusun sehingga penyusun dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Komunikasi dalam proses pembelajaran
klien” yang merupakan tugas kelompok tiga pada mata kuliah Pendidikan dan
Promosi kesehatan.

Dalam menyelesaikan makalah ini, Penyusun telah banyak mendapat


bantuan dan masukan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini
Penyusun ingin menyampaikan terima kasih kepada teman kelompok yang telah
ikut serta dalam mengerjakan makalah ini dan Dosen mata kuliah Pendidikan dan
Promosi kesehatan UIN Alauddin Makassar yang telah memberikan tugas
mengenai “Komunikasi dalam proses pembelajaran klien” ini sehingga
pengetahuan kelompok kami dalam penyusunan makalah ini makin bertambah
dan hal itu sangat bermanfaat bagi Penyusunan.

Penyusun menyadari bahwa, tiada hal yang sempurna di dunia ini, maka
dari itu apabila ditemukan kesalahan sekecil apapun, kami mengharap kritik dan
saran yang bersifat membangun sebagai contoh pembelajaran kami kedepan.

Makassar,08 Maret 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

BAB II Pembahasan
A. Pengertian Komunikasi
B. Pengertian Belajar dan Pembelajaran
C. Teori proses belajar
D. Menajemen Pembelajaran Dalam Strategi Pendidikan Kesehatan.
E. Fase Belajar
F. Demonstrasi
G. Strategi pembelajaran
H. Unsur Penting Dalam Proses Belajar
I. Komunikasi Kesehatan dalam Keseharian
J. Hasil Pembelajaran

BAB III Penutup


A. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah kesehatan dan masalah penyakit, tidak semata- mata bersumber dari
kelalaian individu, kelalaian keluarga,kelompok dan komunitas. Kebanyakan
penyakit yang diderita individu maupun penyakit yang ada di komunitas
masyarakat pada umumnya bersumber dari ketidaktahuan dan kesalahpahaman
atas berbagai informasi kesehatan yang diterima.

Komunikasi kesehatan mencakup pemanfaatan jasa komunikasi untuk


menyampaikan pesan dan mempengaruhi proses pengambilan keputusan yang
berhubungan dengan upaya peningkatan dan pengelolaan kesehatan oleh individu
maupun komunitas masyarakat. Selain itu, komunikasi kesehatan juga meliputi
kegiatan menyebarluaskan informasi tentang kesehatan kepada masyarakat agar
tercapai perilaku hidup sehat, menciptakan kesadaran, mengubah sikap dan
memberikan motivasi pada individu untuk mengadopsi perilaku sehat yang di
rekomendasikan menjadi tujuan utama komunikasi kesehatan.

Komunikasi kesehatan memberikan kontribusi dan menjadi bagian dari upaya


pencegahan penyakit serta promosi kesehatan. Komunikasi kesehatan juga
dianggap relevan dengan beberapa konteks dalam bidang kesehatan termasuk
didalamnya: 1) hubungan antar ahli medis dengan klien, 2) daya jangkau indivicu
dalam mengakses serta memanfaatkan informasi kesehatn, 3) kepatuhan individu
pada proses pengobatan yang harus dijalani serta kepatuhan dalam melakukan
saran medis yang diterima, 4) bentuk penyampaian pesan kesehatan dan
kampanye kesehatan, 5) penyebaran informasi mengenai resiko kesehatan pada
individu dan populasi, 6) gambaran secara garis besar profil kesehatan dimedia
massa dan budaya, 7) pendidikan bagi pengguna jasa kesehatan bagaimana
mengakses fasilitas kesehatan umum serta sistem kesehatan, dan 8) perkembangan
aplikasi program seperti tele-kesehatan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu komunikasi dalam promosi kesehatan klien ?
2. Apa itu pembelajaran dalam promosi kesehatan klien ?
3. Bagaimana pelaksanaan komunikasi dalam promosi kesehatan klien ?
4. Apa pentingnya komunikasi dalam proses pembelajaran ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui komunikasi dalam promosi kesehatan
2. Untuk mengetahui pembelajaran dalam promosi kesehatan klien
3. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan komunikasi dalam promosi
kesehatan
4. Untuk mengetahui pentingnya komunikasi dalam promosi kesehatan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Komunikasi

Komunikasi adalah proses pengoperasian rangsangan (stimulus) dalam bentuk


lambang atau simbol bahasa atau gerak (non verbal), untuk mempengaruhi
perilaku orang lain. Stimulus atau rangsangan ini dapat berupa suara atau bunyi
atau bahasa lisan maupun berupa gerakan, tindakan atau simbol- simbol yang
diharapkan dapat dimengerti oleh pihak lain, dan pihak lain merespon atau
bereaksi sesuai dengan mk\aksud pihak yang memberikan stimulus.

Menurut Liliweri (2008), komunikasi dapat diartikan sebagai pengaliahan


suatu pesan dari satu sumber kepada penerima agar dapat dipahami. Proses
komunikasi biasanya melibatkan dua pihak, baik antar individu dengan indvidu
individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok yang berinteraksi
dengan aturan- aturan yang disepakati bersama.

Adapun fungsi komunikasi itu sendiri yakni :

1. Untuk menyampaikan pesan (informasi) atau menyebarliaskan informasi


kepada orang lain. Artinya, dari penyebar luasan informasi ini diharapkan
penerima akan mengetahui apa yang ingin diketahui.
2. Untuk menyampaikan pesan/ informasi atau menyebarluaskan informasi
yang bersifat mendidik orang lain. Artinya, dari penyebar luasan informasi
ini diharapkan penerima informasi akan menambah pengetahuan tentang
sesuatu yang ingin diketahui.
3. Untuk memberikan instruksi kepada penerima pesan.
4. Untuk mempengaruhi dan mengubah sikap penerima pesan.

Kemunikasi kesehatan merupakan bagian dari komunikasi antar


manusia yang memiliki fokus pada bagaimana sekarang individu dalam
suatu kelompok atau masyarakat menghadapai isu- isu yang berhubungan
dengan kesehatan serta berupaya untuk memelihara kesehatannya
(Northouse dalam Notoatmojo, 2005), dengan menggunakan berbagai
prinsip dan metode komunikasi baik komunikasi interpersonal maupun
komunikasi massa. Selain itu, komunikasi kesehatan juga dipahami
sebagai study yang mempelajari bagaimana dapat mempengaruhi individu
dan komunitas agar dapat membuat keputusan yang tepat berkaitan dengan
pengelolaan kesehatan (Liliweri, 2008).

B. Pengertian Belajar dan Pembelajaran


Pembelajaran merupakan upaya untuk mendapatkan pengetahuan,
sikap dan keterampilan. Mengajar merupakan untuk membangtu klien
belajar.proses belajar mengajar merupakan proses yang aktif,
membutuhkan keterlibatan baik pengajar maupun peserta didikdalam
upaya meraih hasil yang diinginkan yaitu perubahan dalam perilaku.
Proses belajar mengajar merupakan bentuk interaksi yang direncanakan
dengan tujuan mengubah perilaku atau mengembangkanperilaku yang
baru.(Susanti. 2017)
Belajar merupakan proses yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru sebagai hasil
pengalaman interaksi dengan lingkungan. Belajar merupakan upaya
menguasai sesuatu yang berguna untuk hidup. Upaya yang dilakukan
dalam belajar adalah mengahafal, mengigat dan menghasilkan. Belajar
akan membuat individu menguasai pengetahuan, keterampilan dan sikap.
(Susanti. 2017)
Belajar merupakan proses menginternalisasi informasi dengan
tujuan akhir terjadi perubahan dalam perilaku peserta didik. Perawat
sebagai pendidik dank lien sebagai peserta didik sama-sama memiliki
tanggung jawab pada kegiatan proses belajar mengajar. Pengetahuan
adalah “power”, dengan membagi pengetahuan pada klien maka perawat
“mengempower” klien untuk mencapai tingkat kesejahtraan klien yang
maksimal.(Susanti. 2017)
Mengajar merupakan proses aktif dimana individu ( pengajar)
membagi informasi kepada peserta didik. Adanya informasi yang
diberikan, diharapkan dapat mengubah perilaku dari peserta didik.
Mengajar juga menunjukan semua aktivitas yang dilakukan pendidik agar
peserta didik dapat menyerap informasi yang baru. Hal ini berarti bahwa
aktivitas yang dilakukan bertujuan antuk membuat perubahan atau
memberikan kesempatan peserta didik belajar merubah perilaku
sebelumnya menjadi perilaku yang baru.(Susanti. 2017)

C. Teori proses belajar


Ada banyak ahli yang memaparkan tentang teori proses belajar yaitu:
1. Teori Stimulus-Respon (Asosiasi)
Teori ini dipaparkan oleh Edward L. Thorndike. Menurut teori ini,
apa yang terjadi pada klien yang belajar merupakan rahasia atau dipandang
sebagai black box. Belajar adalah menyusun tanggapan dan
menggabungkan tanggapan dengan cara mengulang. Tanggapan didapat
dari pemberian stimulus, artinya makin banyak dan sering diberikan
stimulus akan menanbah tanggapan klien yang belajar. Kelemahan teori
stimulus-respon adalah tidak memperhatikan factor internal dari klien
yang belajar(Susanti. 2017)
2. Teori Transformasi
Teori ini dipaparkan oleh Nisser dengan berlandasan psikologi
kognitif. Teori transformasi memandang proses belajar sebagai
transformasi dari input yang direduksi, diuraikan, disimpan, ditemukan
kembali dan dimanfaatkan oleh klien yang belajar. Belajar mulai terjadi,
saat klien mulai kontak dengan dunia luar. Proses transformasi terjadi
melalui masukan sensori bersifat aktif melalui proses seleksi untuk
dimasukkan kedalam memori. Keunggulan teori transformasi
memperhatikan factor eskternal dan internal.(Susanti. 2017)
3. Teori Belajar Gestalt
Teorin ini berlandaskan psikologi Gestalt. Teori gestalt
memandang setiap fenomena terdiri dari suatu kesatuan esensial yang
melebihi jumlah dari unsur-unsurnya. Keseluruhan ( Gestalt) tidak sama
dengan penjumlahan, keseluruhan dan lebih dari pada bagian-bagiannya.
Berdasarkan teori belajar gestalt, proses belajar harus dilihat dalam
keseluruhan situasi, karena belajar merupakan interaksi antara klien
dengan lingkungannya. Jadi, teori belajar gestalt memandang individu
dikatakan belajar bila ia memperoleh insight dalam situasi yang
problematic. Artinya, individu yang belajar melewati serangangkain
proses penemuan dengan bantuan penggalaman.(Susanti. 2017)
4. Teori Menghafal
Teori menghafal memandang belajar sebagai proses mengafal.
Menghafal merupakan upaya memperoleh pengetahuan melalui “pem-beo-
an” yang akan digunakan saat perlukan. Otak dipandang seperti gudang
kosong yang diisi dengan berbagai pengertian dan pengetahuan.(Susanti.
2017)
5. Teori Mental Disiplin
Teori ini memandang belajar sebagai proses untuk mendisiplinkan
mental. Disiplin mental dapat diperoleh melalui latihan yang continue,
terencana dan teratur.(Susanti. 2017)

D. Menajemen Pembelajaran Dalam Strategi Pendidikan Kesehatan.


Strategi pendidikan kesehatan akan lebih optimal bila perawat
menerapkan proses menajeman. Proses menajemen yang digunakan :
1. Perencanaan
Pada tahap ini, perawat dapat berkolaborasi dengan tim kesehatan
lainnya untuk membentuk tim yang mampu mengubah perilaku dan
meyakinkan masyarakat tentang upaya kesehatan.
2. Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan, perawat dan tim yang telah dibentuk
melakukan upaya pendidikan kesehatan.
3. Penilaian
Pada tahap penilaian, perawat dan tim kesehatan menilai seberapa jauh
pendidikan kesehatan yang diberikan telah mencapai hasil sesuai yang
diharapkan.
4. Tindak Lanjut
Tahap ini merupakan kegiatan memantapkan pendidikan kesehatan
sehingga dapat berlanjut dengan baik(Susanti. 2017)

Pengelolaan pembelajaran dalam pendidikan kesehatan hendaknya


memperhatikan :

1. Proses belajar
Mencakup kegiatan latihan dalam memperoleh tingkah laku baru. Ada
beberapa factor yang mempengaruhi proses belajar, yaitu :
a. Kondis belajar
Merupakan suatu keadaan yang mempengaruhi proses dan hasil
belajar. Kondisi belajar adalah suatu learning tisuation yang
menimbulkan perubahan perilaku dari individu. Kondisi belajar,
terbagi dalam kondisi eksternal dan kondisi internal.
b. Tujuan belajar
Belajar memiliki beberapa tujuan, yaiutu:
1) Mendapatkan pengetahuan
2) Menanamkan konsep dan keterampilan
3) Membentuk sikap
c. Feedback yang diberikan
Umpan balik atau feedback yang diberikan saat peserta didik menjalani
proses belajar bermanfaat untuk perkembangan peningkatan
pengetahuan dari peserta didik.
d. Kemampuan peserta didik
Peserta didik umumnya mempunyai kemampuanyang berbeda.
Kemampuan peserta didik akan berkorelasi positif terhadap pencapaian
hasi belajar. Harus diingat, bahwa setiap peserta didik memiliki
kemampuan awal sebelum mengikuti suatu proses pembelajaran.
Kemampuan awal yang dimiliki akan mempengaruhi proses belajar
yang akan dilakukan
e. Motivasi
Motivasi yang dimiliki peserta didik berpengaruh terhadap proses
belajar yang akan dilakukan

f. Perhatian
Proses belajar akan berjalan dengan baik bila peserta didik memiliki
perhatian terhadap apa yang dipelajari. Sebagai pendidik, penting bagi
perawat untuk memahami factor-faktor yang mempengaruhi perhatian,
yaitu :
1) Factor internal : Minat, kelelahan dan karakteristik pribadi.
2) Factor eksternal : Intensitas stimulus, jenis/sifat stimulus,
keragaman stimulus dan cara penyajian.
g. Persepsi
Persepsi peserta didik memiliki pengaruh terhadap belajarnya
h. Memori
Memori dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk me-recall
pengalaman yang lalu. Memori merupakan proses perilaku yang
meliputi encoding (pencatatan), storage (penyimpanan) dan retrieval
(mengingat kembali). Ingatan merupakan bidang ilmu kognitif
psikologi yaitu psikologi yang mempelajari hal-hal yang berorientasi
kepada akal dan areal pemikiran yang dilakukan oleh otak
Memori dipengaruhi oleh :
1. Sifat perseorangan
2. Keadaan di luar jiwa kita (alam sekitar, keadaan jasmani, dan
sekitarnya)
3. Keadaan jiwa kita (kemauan, perasaan, dan sebagainnya)
4. Umur
i. Lupa
Lupa dapat didefinisikan dengan hilangnya informasi yang dicatat dan
disimpan dalam jangka panjang. Lupa merupakan proses interfence
( masuknya informasi baru yang mengacaukan informasi lama).
j. Retensi
Retensi berarti apa yang tertinggal dan mampu diingat kembali setelah
individu mempelajari sesuatu. Individu yang belajar, setelah beberapa
waktu akan mengalami kondisi banyak melupakan apa yang dipelajari
dan apa yang diingat berkurang jumlahnya.
k. Transfer
Transfer adalah proses sesuatu yang pernah dipelajari
mempengaruhi proses saat mempelajari materi baru. Transfer belajar
atau latihan dapat diartikan sebagai aplikasi atau pemindahan
pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, sikap atau respons lain dari
suatu situasi ke situasi lain(Susanti. 2017)
2. Kegiatan belajar
Tempat kegiatan belajar dapat dilaksanakan dinama saja, kapan saja
dan dilakukan oleh perawat yang berfokus pada kemandirian peserta
didik. Perawat harus membuat kondisi dan stimulus agar peserta didik
mau belajar mandiri dan merubah perilaku sehat atas kemauannya
sendiri. Kegiatan bejalar individu meliputi : Mendengar, menulis, dan
memcatat,membaca,mengingat,berfikirdanlatihan/praktik.(Susanti.2017)
3. Peserta didik
Peserta didik dipandang sebagai orang dewasa, sehingga pengelolaan
proses belajar yang digunakan harus sesuai dengan kondisi peserta didik.
Prinsip-prinsip peserta didik kesehatan:
1. Berfokus pada klien
Pendidikan kesehatan hendaknya diberikan berdasarkan pengangkajian
adanya kebutuhan klien yang spesifik.
2. Holistic
Pendidikan kesehatan hendaknya diberikan dengan memandang klien
sebagai manusia yang holistic
3. Negosiasi
Pendidikan kesehatan diberikan melalui proses pembelajaran dengan
kesepakatan bersama antar perawat dengan klien.
4. Interaktif
Pendidikan kesehatan hendaknya diberikan melalui proses yang
dinamis dan interktif
5. Pertimbangan umur
Pendidikan kesehatan yang diberikan hendaknya memperhatikan umur
klien agar kemampuan dan perilaku yang akan dibentuk melalui
pendidikan kesehatan dapat dicapai.(Susanti. 2017)
E. Fase Belajar
Secara teori Gagne (2002), dikenal 4 fase belajar dalam teori belajar, fase
tersebut yaitu :
1. Fase penerimaan (Apprehending phase)
Pada fase ini, individu akan memberikan perhatian, menerima dan
merekam stimulus pembelajaran
2. Fase penguasaan ( Acquisition phase)
Pada fase ini, individu akan membuktikan adanya perubahan
kemampuan atau karena telah melakukan proses pembelajaran
3. Fase pengendapan (stroge phase)
Individu pada fase pengendapan akan menyimpan ingatan proses
pembelajaran yang telah dilakukan
4. Fase pengungkapan kembali (Retrival phase)
Pada fase ini, individu akan mengungkapkan kembali apa yang
telah dipelajar(Susanti. 2017)
Beberapa teori juga memaparkan mengenai karakteristikperilaku
belajar. Karakteristik perilaku belajar ini, meliputi:
1. Perubahan intensional
2. Perubahan positif dan aktif
3. Perubahan efektif dan fungsional
Model pembelajaran
Model pembelajaran adalah pola yang menggambarkan tahapan
pembelajaran. Ada bebepara model pembelajaran yaitu :
1. model interaksi social
model ini menitikberatkan pada hubungan individu dengan
masyarakat atau individu lainya. Berdasrkan model ini, stretegi
pembelajran : kerja kelompok, role play.
2. Model proses informasi
Orientasi dari model ini adalah kemampuan individu memprose
informasi. Contoh strategi pembelajaran ceramah
3. Model personal
Model ini berorientasi pada individu dan pengembangan diri
individu. Conton strategi pembelajaran : reflektif
4. Model modifikasi tingkah laku
Model ini menitikberatkan pada perubahan tingkah laku(Susanti.
2017)Optimalnya hasil pembelajaran yang diinginkan atau terjadinya
perubahan perilaku dipengaruhi oleh banyak factor yaitu : Materi
pendidikan kesehatan, tenaga kesehatan yang berkualiatas, perangkat
pendidikan baik perangkat lunak (replening atau rencana pengajaran)
maupun perangkat keras (alat peraga, audio visual aids) dan subyek
belajar ( peserta ddik), pengajar tidak hanya memberikan
pengetahuan kepada perseta didik tetapi juga berperan sebagai
fasilitator dalam pembelajaran. Pembelajaran dipengaruhi oleh factor
seperti kesiapan belajar, lingkungan pembelajaran, teknik atau
metode pembelajaran, media atau alat bantu pembelajaran, pendidik,
komunikasi, situasi belajar, kelompok usia dan kondisi individu.
(Susanti. 2017)
1. Kesiapan belajar
Kesiapan belajar dari individu dipengaruhi oleh kondisi fisik,
emosional dan pengalaman sebelumnya dalam pembelajaran.
Kesiapan belajar adalah perilaku yang menunjukkan motivasi pada
waktu yang spesifik. Kesiapan merefkleksikan keinginan dan
kemampuan seseorang untuk belajar
a. Kesiapan kondisi fisik
Kondisi fisik memiliki peran penting dalam menentukan
keberhasilan pembelajaran yang diberikan. Individu yang
mengalami nyeri akut tidak akan mampu memfokuskan perhatian
atau berkonsentrasi pada pembelajaran, begitu pula individu yang
mengalami sesak nafas
b. Kesiapan kondisi emosional
Yang dimaksud kondisi emosional adalah motivasi dan insight
( daya tilik diri). Motivasi untuk belajar adalah keinginan untuk
belajar yang dapat mempengaruhi bagaimana individu belajar.
Motivasi akan meningkat bila individu mengenal kebutuhannya
dan merasa yakin kebutuhan tersebut akan terpenuhi melalui
belajar
Individu yang tidak menerima penyakitnya atau kenyataan
memiliki penyakit tidak akan termotivasi untuk belajar, individu
yang tidak menerima program terapeutik ataun menganggap
program yang dijalani merubah gaya hidupnya, akan terhindar dari
pembelajaran(Susanti. 2017)
Penyakit dan ancaman penyakit dapat memicu ansietas diri klien.
Ansietas yang dialami harus terlebihdahulu diatasi. Kesiapan
kondisi emosional dapat ditingkatkan denga menciptakan
lingkungan yang positif, hangat, menerima dan dengan menetapkan
tujuan pembelajaran yang realistis bersama individu sehingga dapat
menyadari tujuan dan merasakan pencapaian sehingga termotivasi
untuk belajar(Susanti. 2017)
Reward tentang kemajuan yang dicapai dapat berfungsi sebagai
motivasi pembelajaran. Umpan balik harus disajikan dalam bentuk
penguatan positif ketika memperoleh keberhasilan dan saran yang
konstuktif untuk perbaikan dapat diberikan saat keberhasilan belum
diperoleh.
Keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran dapat
membantu keberhasilan pembelajaran. Bila peserta didik berhasil
dalam pencapaian tugas atau memahami konsep, maka peserta
didik memilik kemampuan dalam belajar. Jadi active involvement
dapat mengurangi ansietas terhadap kegagalan dan meningkatkan
motivasi belajar dari peserta didik(Susanti. 2017)
c. Pengalaman sebelumnya
Pengalaman pendidikan terdahulu dan pengalaman hidup secara
umum merupakan determinan yang signifikan dari pendekatan
individu pada pembelajaran, pemberian materi harus dengan latar
belakang pendidikan yang dimiliki. Pengalaman kegagalan diwaktu
sebelumnya dapat menjadi alasan keengganan individu untuk
belajar.
Banyak perilaku yang dibutukan untuk memenuhi potensi
kesehatan maksimum seseorang. Hal-hal yang diperlukan adalah
adanya latar belakang pengetahuan yang luas, keterampilan fisik dan
sikap. Bila individu tidak memiliki latar belakang pengetahuan yang
akan dibangun, proses pembelajaran akan sangat sulit dan berjalan
lambat. Contonya : individu yang kurang memahami tentang suatu
penyakit da dampaknya akan sulit memahami pantangan dari diet
yang harus dijalani. Individu yang tidak berorientasi ke masa depan
tidak bisa menghargai banyak aspek dari penyuluhan kesehatan
preventif, individu yang tidak memandang keinginan pembelajaran
sebagai suatu yang bermakna secara pribadi akan menolak upaya
pembelajaran.(Susanti. 2017)
2. Lingkungan Belajar
Lingkungan atau variable eksternal dapat mempengaruhi proses
pembelajaran. Lingkungan belajar yang baik akan mengurangi
distraksi dan memberikan perasaan nyaman. Lingkuangan fisik seperti
suhu ruangan, pencahayaan, tingkat kebisingan memiliki peranan
dalam menciptakan kekondusifan proses pembelajara.
Waktu pembelajaran dalam pemberian pendidikan kesehatan juga
harus disesuaikan dengak kebutuhan individual. Selain waktu, budaya
juga ikut mempengaruhi pembelajaran. Bahasa dan nilai-nilai yang
dianut oleh klien termasuk dalam lingkup budaya. Pendidikan harus
peka terhadap budaya yang dianut oleh klien, dengan cara bila materi
pembelajaran dan cara penyampaian materi harus disesuaikan dengan
bahasa yang dimengerti oleh klien.(Susanti. 2017)
3. Teknik atau metode pembelajaran
Pemilihan teknik atau metode pembelajaran yang tepat akan
mendukung prosespembelajaran. Teknik atau pembelajaran yang
dapat digunakan antara lain ceramah, diskusi kelomok, panel, role
play, symposium dan demonstrasi dapat menjadi teknik pembelajaran
yang efektif bila disertai dengan materi pembelajran yang
dipersiapkan dengan baik.(Susanti. 2017)
a. Ceramah
Ceramah merupakan metode yang paling umum digunakan,
ceramah dapat menjadi lebih baik apabila disertai dengan
diskusi atau Tanya jawab. Diskusi atau tanya jawab menjadi
lebih penting karena memberikan kesempatan individudan
keluarga mengekspresikan perasaan, mengajikan pertanyaan
dan mendapatkan klarifikasi mengenai informasi dan salah
pengertian.
Ceramah adalah proses transfer informasi dari pengajar
yang bertindak sebagai pembicara pada sasaran belajar.
Terdapat 3 elemen pada proses transfer informasi yaitu :
pengajar, materi pengajaran dan sasaran belajar.
Keunggulan metode ceramah adalah penggunaan
waktu efektif, dapat dipakai pada kelompok besar, tidak
banyak menggunakan alat bantu pengajaran. Kekurangan
metode ceramah adalah ada kemungkinan respon dari peserta
didik menjadi terhambat dan sulit diukur, tidak semua
pengajar dapat menjadi pembicara yang baik dan menguasai
pokok pembicaraannya, ada kemungkinan cara penyampaian
menjadi kurang menarik, membatasi daya ingat dari peserta
didik karena yang dioptimalkan hanya indera pendengaran.
(Susanti. 2017)
b. Diskusi kelompok
Diskusi kelomok merupakan percakapan yang
direncanakan tentang topic tertentu antara peserta didik
dengan pemimpin dalam kelompok. Diskusi kelompok dapat
digunakan dengan harapan peserta didik dapat salinng
mengemukakan pendapat, mengenal dan mengolah problem
kesehatan yang dihadapi serta semua peserta dapat
mengemukakan pendapat.
Diskusi kelompok merupakan metode yang sangat
memungkinkan bagi anggota kelompok untuk tidak hanya
menerima informasi tetapi memberika rasa aman bersama
kelompok. Anggota kelompok yang memiliki masalah serupa
dan memiliki kebutuhan belajar yang sama memiliki
kesempatan untuk saling mengidentifikasi dan saling
mendukung secara moral.
Keunggulan diskusi kelompok adalah memberi
kesempatan untuk mengemukakan pendapat, salah satu
pendekatan yang demokratis, mendorong rasa kesatuan ,
mengembangkan kepemimpinan
Kekurangan diskusi kelompok adalah tidak efektif bila
dipakai pada kelompok yang besar, ada kemungkinan
informasi yang didapat terbatas, membutuhkan pemimpin
diskusi yang terampil, ada kemungkinan didominasi oleh
orang yang suka bicara. ( Susanti. 2017)
c. Panel
Panel merupakan pembicaraan yang sudah direncanakan
didepan pengunjung tentang sebuah topic dan dibutuhkan
beberapa panelis serta pemimpin. Pada panel akan lebih aktif
bila peserta didik berpartisispasi dalam diskusi.
Keunggulan metode panel adalah dapat membangkitkan
pemikiran, dapat mengemukakan pandangan yang berbeda-
beda, mendorong untuk melakukan analisis dan
memberdayakan orang yang berpotensi.
Kekurangan metodse panel adalah mudah menjadi
penyimpangan dalam membahas topic, tidak memungkinkan
semua peserta berpartisipasi, memecahkan pandangan bila
peserta setuju pada pendapat tertentu, membutuhkan
persiapan dan waktu pada tempat tertentu, serta
membutuhkan moderator yang terampil.(Susanti. 2017)
d. Role play
Role play adalah pemeranan sebuah situasi dalam
kehidupan manusia dengan tanpa diadakan latihan, dilakuakan
oleh dua orang atau lebih untuk dipakai sebagai bahan analisis
oleh kelompok. Metode ini diguanakan bila: peserta perlu
mngetahui pandangan yang berlawanan, peserta didik
mempunyai kemampuan untuk melakukan metode tersebut
membantu peserta memahami suatu masalah. Seacara sikap
dan emosi dapat membantu memecahkan masalah.
Keunggulan dari role play adalah segera mendapat
perhatian, dapat dipakai pada kelompok kecil atau besar,
membantu kelompok untuk menganalisa situasi, menambah
rasa percaya diri peserta, membantu anggota menyelesaikan
masalah, membantu anggota mendapat pengalaman yang ada
pada orang lain dan membangkitkan semangat untuk
pemecahan masalah.
Kukurangan dari role play banyak yang tidak senang
memerankan sesuatu, membutuhkan pemimpin yang terlatih,
tebatas pada bebrapa situasi saja da nada kesulitan dalam
memerankan.(Susanti.2017)

F. Demonstrasi
Demonstrasi adalah metode pembelajaran dengan cara menyajikan
suatu prosedur atau tugas,cara menggunakan alat dan cara berinteraksi.
Demonstrasi dapat dilakukan secara langsung atau menggunakan media
seperti video dan film. Metode demonstrasi digunakan: Bila memerlukan
contoh prosedur atau tugas dengan benar, tersedia alat peraga, ada
pengajar yang terampil, membandingkan suatu cara dengan cara lain,
untuk mengetahui serta melihat kebenaran sesuatu, bila berhubungan
dengan mengatur sesuatu dan proses mengerjakan atau menggambarkan
sesuatu. (Susanti.2017)
Demonstrasi merupakan salah satu metode yang sangat baik untuk
mempelajari suatu keterampilan. Setelah pendidik kesehatan
mendemonstrasikan suatu keterampilan akan sangat baik bila peserta
didik mendapat kesempatan untuk mempraktikan ulang keterampilan
yang diajarkan. Untuk kegiatan demonstrasi yang membutuhkan
peralatan khusus seperti mengajarkan menyuntik insulin secara mandriri,
mengganti balutan atau mengganti colostomy bag sangat penting untuk
menggunakan peralatan yang sama agar tidak terjadi kebingungan atau
kesalahan saat melakukan saat melakukan di rumah secara mandiri.
(Susanti.2017)
Keunggulan metode demonstrasi adalah dapat membuat proses
pembelajaran menjadi lebih jelas dan konkri, dapat menghindari
verbalisme, lebih mudah memahami sesuatu, lebih menarik, peserta didik
dirangsang untuk mengamati serta ada redemonstrasi. Kekurangan
metode demonstrasi adalah memerlukan keterampilan khusus dari
pengajar, membutuhkan alat, biaya dan tempat yang memadai serta
membutuhkan persiapan dan perencanaan yang matang. (Susanti.2017)
1. Media atau alat bantu pembelajaran
Selain metode atau teknik pembelajaran, media pembelajaran atau alat
bantu pembelajaran perlu disiapkan untuk mendukung proses
pembelajaran yang maksimal. Alat bantu pembelajaran antara lain: Buku-
buku, pamflat, leaflet, gambar slide, film, audio visual dan sebagainya.
Alat bantu pembelajaran akan sangat bermanfaat bila digunakan secara
tepat.
Macam alat bantu/media pembelajaran alat peraga adalah :
a. Visual aids
Media ini berguna membantu stimulasi penglihatan pada waktu proses
pembelajaran. Termasuk dalam media ini : alat yang diproyeksikan (slide,
film) dan alat yang tidak diproyeksikan (gambar, peta, bagan).
b. Audio aids
Media yang bertujuan menstimulasi pendengaran pada waktu proses
pembelajaran.
c. Media elektronik
Media elektronik yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran
adalah televise, radio, komputer.
d. Alat peraga
Alat peraga yang biasa digunakan sebagai media pembelajaran adalah
leaflet, model buku bergambar, model dari benda nyata seperti buah dan
sayur, papan tulis, flipchart, poster, leaflet dan buku carita bergambar.
Alat bantu pembelajaran adalah alat yand digunnakan oleh pendidik dalam
menyampaikan materi pembelajaran. Aat tersebut dapat membantu [eserta
didik untuk menerima pembelajaran dengan menggunakan panca inderanya.
Samakin banyak indera yang digunakan dalam menerima pembelajaran akan
semakin banyak pembelajaran yang dapat diserap oleh peserta didik.
(Susanti.2017) Kegunaan alat bantu pembelajaran adalah :
a. Menambah minat dari peserta didik.
b. Menjangkau sasaran yang lebih banyak.
c. Membantu mengatasi hambatan bahasa.
d. Merangsang peserta didik untuk melakukan apa yang disampaikan melalui
pendidikan kesehatan.
e. Merangsang peserta didik untuk meneruskan pesan yang diterima pada
orang lain.
f. Membantu peserta didik untuk belajar lebih banyak dan cepat.
g. Mempermudah penyampaian materi dan penerimaan informassi.
h. Mendorong keinginan orang untuk mengetahui.
i. Lebih mendalami hal-hal yang baru.
j. Membantu menegakkan pengetahuan yang diperoleh.

1. Pendidik
Seorang perawat, agar mampu menjadi pendidikk yang efektif harus
memahami dasar-dasar teori mengajar. Reinforcement dan rencana tindak
lanjut yang diberikan oleh pendidik menjadi hal yang tidak kalah penting,
karena setiap pendidik menjadi hal yang tidak kalah penting, karena setiap
individu membutuhkan waktu untuk menginternalisasi proses
pembelajaran yang dilakukan. Reinforcement dan rencana tindak lanjut
merupakan salah satu strategi pembelajaran yang harus dimiliki oleh
pendidik agar pembelajaran yang diberikan oleh peserta didik maksimal.
Reinforcement akan memberikan semangat peserta didik untuk berbuat
lebih baik, karena pesrta didik untuk berbuat lebih baik, ksrena peserta
didik merasa dihargai dan tahu tentang cara lain untuk mencapai hasil
yang lebih baik. (Susanti.2017)
Rencana tindak lanjut disusun agar rasa percaya diri dan keterampilan
peserta didik meningkat untuk melakukan apa yang dipelajari secara
mandiri. Melalui rencana tindak lanjut pendidik akan memperoleh
kesempatan untuk melakukan evaluasi kemampuan peserta didik dan
merencanakan sesi pembelajaran tambahan sesuai kebutuhan.
(Susanti.2017)
Seorang pendidik diharapkan juga memberikan feedback pada peserta
didik. Feedback merupakan informasi yang berhubunngan dengan
penampilan peserta didik terhadap tujuan yang diharapkan. Pendidk harus
memahami cara memberikan feedback, sebab pemberian feedback yang
negatif seperti hukuman dan kurang menghargai hasil dari peserta didik
dapat menurunkan semangat peserta didik dan menimbulkan keengganan
untuk belajar. (Susanti.2017)
Pemberian materi pembelajaran sebaiknya disesuaikan dengan
kemampuan peserta didik, agar pembelajaran menjadi menarik ada
baiknya pemberian materi disusun sedemikian rupa dari hal yang
sederhana ke hal yang kompleks. Pendidik dapat juga melakukan
pengulanggan terhadap materi. Pengulangan konsep-konsep kunci dan
fakta dapat membantu proses internalisasi dari peserta didik. Selain itu,
pendidik juga tetap menggunakan waktu secara efisien dalam kegiatan
pembelajaran. (Susanti.2017)
2. Komunikasi
Komunikasi dalam pendidikan kesehatan adalah proses dimana
kommunikator menyampaikan pesan secara lisan atau tertulis dalam
bentuk lambing bahasa atau gerak dengan menggunakan berbagai media
untuk mengubah perilaku komunikan (individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat). Artinya, komunikator bertindak sebagai sumber informai
yang bertindak menyampaikan informasi dan gagasan untuk mengubah
perilaku komunikan yaitu individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
(Susanti.2017)
a. Pentingnya komunikasi yang efektif.
Komunikasi yang efektif diperlukan dalam mengatasi masalah
klien dank lien dapat merasa dipahami oleh tim kesehatan. Informasi,
saran nasehata dan cara perawatan yang dikomunikasikan dengan
efektif akan diingat dan dilakukan oleh klien. Dokter kadang enggan
memberikan klien informasi. Hasil penelitian memaparkan bahwa
sekitar 50% klien mengekuhkan masalah komunikasi selama
perawatan di rummah sakit, bahkan ketika dokter telah berupaya untuk
melakukan komunikasi dengan baik (weinman J dalam Johnston DW
dan Johnston M, 2001).
Adanya masalah komunikasi dapat membuat klien komplainn
bahwa tim kesehatan Nampak tidak peduli dengan masalah yang
dialami oleh klien,. Dampak yang muncul adalah kesullitan
menegakkan diagnosa klien secara tepat dan menurunkan rasa
kepercayaan klien terhadap institusi pemberil layanan kesehatan, yang
akhirnya menimbulkan ketidakpuasan klien. Ketidakpuasan klien
terhadap pelayanan kesehatan mana yang akan dikunjungi bila klien
mengalami masalah kesehatan di masa mendatang. (Susanti.2017)
Petugas kesehatan dapat mengalami kesulitan berkomunikasi
dengan kelompok klien seperti klien dengan masalah kesehatan jiwa
atau ketergantungan obat. Bahkan, petugas kesehatan yang mengikuti
pelatihan mengnai komunikasi mengungkapkan kesulitan saaat
menangani klien dari suuetnis minoritas, klien anak, klien remaja dank
lien usia lanjut (Fallowfield L, Lipkin M, Hall A, 1998). Masalah yang
umum disampaikan oleh petugas kesehatan adalah cara penyampaian
informasi yang kompleks pada klien, adanya msalah psikososial,
adanya reaksi emosi klien, adanya kemarahan klien, adanya berita
buruk dan cara memperoleh informed conent. (Susanti.2017)
b. Peran komunikasi dalam pendidikan kesehatan.
Pendidikan kesehatan akan berhasil bila dilakukan melalui
komunikasi yang efektif. Komunikasi akan membantu perawat
berkomunikasi dengan peserta didik dan mentransfer pengetahuan.
(Susanti.2017)
c. Strategi komunikasi dalam pendidikan kesehatan.
Pada komunikasi terjadi proses interaktif antara komunikator
(tenaga kesehatan) dengan komunikan (klien) sehingga terjadi
feedback. (Susanti.2017)
3. pembelajaran pada berbagai kolompok usia dan kondisi individu
Interaksi antara petugass kesehatan sebagai pendidik dengan
peserta didik yang menerima pendidikan kesehatan merupakkan
interaksi yang ditandai dengan saling membagi pengalaman dan
memmberi dukungan. Pembelajaran akan efektif bila kedua belah
pihak (pendidik dan peserta didik) sama-sama berpartisipasi aktif.
Pembelajaran yang diberikan hendaknya berfokus pada kebutuhan
peserta didik. (Susanti.2017)
Pendidikan kesehatan adalah hubungan terapeutik yang berfokus
pada kebutuhan klien yang spesifik. Petugas kesehatan harus
senantiasa menyadari bahwa setiap individu harus dilibatkan dalam
pemberian asuhan keperawatan sebab setiap individu memiliki nilai,
keyakinan, kemampuan kognitif dan gaya belajar yang unik yang
dapat berpengaruh terhadap pembelajaran. Klien sebagai peserta didik
harus didorong untuk mengekspresikan perasaan dan pengalamannya
pada perawat, sehingga perawat lebih memahami keunikan klien dan
mampu memberikan pendidikan kesehatan sesuai kebutuhan klien.
(Susanti.2017)
Pendidikan kesehatan yang diberikan seharusnya bersifat holistikk
dan bukan hanya berfokus pada muatan spesifikk saja. Artinya
perawat dan peserta didik dimungkinkan untuk saling membagi
pengalaman, perasaan, keyakinan dan filosofi personal. Kenyataan
tersebut akan membantu petugas kesehatan (pendidik) memperoleh
pemahaman yang lebih dalam mengenai peserta didik, sehingga dapat
memberikan arti yang lebih luas. Contoh nyata : ketika perawat
memberikan pendidikan kesehatan tentang menyuntik insulin secara
mandiri pada klien dengan DM, perawat harus mengkaji terlebih
dahulu personal ability klien dengan DM adalah pengetahuan klien
tentang penyakit DM dan cara perawatannya, apakah klien pernah
dilatih menyuntik insulin secara mandiri sebelumnya dan dampak dari
pmberian suntikan insulin. Tujuan dari pemberian kesehatan tersebut
agar klien tahu dan mampu mengantisipasi apa yang akan terjadi.
(Susanti.2017)
Selain bersifat holistic, pendidikan kesehatan akan lebih memiliki
daya ungkit jika ada negosiasi antara pendidikan dengan klien.
Negosiasi maksudnya pendidik dan klien sama-sama menentukan apa
yang telah diketahui oleh klien dan apa yang penting untuk diketahui
klien. Proses selanjutnya adalah membuat perencanaan yang
dikembangkan berdasarkan maskan dari klien. Dengan kata lain
melalui proses negosiasi akan terlihat bahwa pendidikan kesehatan
merupakan proses dinamis dan interaktif. Mengingat, pendidikan
kesehatan merupakan proses dinamis maka penting bagi pendidik
mempertimbangkan proses tumbuh kembang klien. Setiap individu
sesuai usianya memilikki tuga tumbuh kembang yang berbeda
sehingga pendidikan kesehatan yang diberikan harus
mempertimbangkan kelompok usia. (Susanti.2017)
Perubahan yang terjadi pada lansia karena proses penuaan akan
mempengaruhi kemampuan pembelajaran. Penting bagi pendidik
untuk melakukan pengkajian mengenai fungsi fisiologis dan
psikologis sebelum melakukan pembelajaran pada individu dengan
usia lanjut. (Susanti.2017)
Perubahan kognisi akibat proses aging akan mempengaruhi fungsi
mental, menurunnya daya ingat jangka pendek, penurunan
kemampuan berpikir abstrak, penurunan kemampuan konsentrasi dan
penurunan kemampuan untuk bereaksi. Strategi pembelajaran yang
dapat digunakan pada kondisi perubahan kognisi adalah dengan cara
memberikkan materi dengan sedikkit-sedikit, tempo lambat, repetisi
informasi yang sering dan menggunakan media seperti audiovisual,
tertulis dan sesi praktik atau demonstrasi yang berulang. Lingkungan
pembelajaran pun harus mendukung agar tidak mengganggu
konsentrasi klien. (Susanti.2017)
Perubahan sensori akibat proses aging dapat mempengaruhi proses
pembelajaran. Strategi pembelajaran yang dapat digunakan pada
kondisi perubahan sensori adalah membuat ukuran tulisan dengan lebih
besar, volume suara tegass dan tidak melengking, dilakukan dengan
berhadapan. (Susanti.2017)
G. Strategi pembelajaran
Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang dilakukan
oleh pendidik dan peserta didikk agar tujuan tercapai secara efisien dan
efektif. Jenis strategi pembelajaran :
1. Strategi pembelajaran langsung
Strategi pembelajaran langsung merupakan model pembelajaran yang
menekankan penguasaan konsep dan perubahan perilaku dengan
mengutamakan pendekatan deduktif. Strategi pembelajaran langsung ini
memiliki cirri-ciri :
a. Transformasi keterampilan secara langsung.
b. Pembelajaran berorientasipada tujuan.
c. Materi pembelajaran terstruktur.
d. Lingkungan belajar yang terstruktur.
e. Instrukturnya adalah pendidik.
Pendidik atau pengajar berpran sebagai pemberi informasi atau materi.
Pendidik atau pengajar sebaiknya menggunakan berbagai media pembelajaran
yang sesuai (film, tape recorder, gambar, alat peraga). Informasi yang
disampaikan dapat berupa pengetahuan prosedural (pengetahuan tentang
pelaksanaan sesuatu) atau pengetahuan deklaratif (pengetahuan tentang fakta,
konsep, prinsip atau generalisasi). (Susanti.2017)
Kelemahan model ini adalah tidak dapat digunakan setiap waktu, tidak
untuk semua tujuan pembelajaran dan semua peserta didik. Kelebihan dari
strategi langsunng adalah mudah direncanakan dan digunakan. Kelemahan
dari strategi langsung adalah sulit untuk mengembangkan pemikiran kritis dan
kreatif dari peserta didik serta kurangnya hubugan interpersonal antara peserta
didik dan pengaar. Agar peserta didik dapat mengembangkan sikap dan
pemiran yang kritis, maka strategi langsung ini dapat dikombinasikan dengan
strategi pembelajaran yang lain. (Susanti.2017)
2. Strategi pembelajaran tidak langsung
Strategi pembelajaran tidak langsung dikenal dengan strategi
pembelajaran inkuri, innduktif, pemecahan masalah, pengambilan keputusan
dan penemuan. Strategi pembelajaran tidak langsung menekankan pada upaya
memfasilitai belajar. Strategi ini berpusat pada peserta didik sehingga peserta
didik dituntut untuk lebih kreatif dan aktif dalam proses pembelajaran.
Pendidik berperan sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran. Tujuan
utamanya adalah membantu peserta didik mencapai integrasi pribadi,
efektifitas pribadi dan penghargaan terhadap dirinya secara realistis.
(Susanti.2017)
Kelebihan dari strategi pembelajaran ini adalah :
a. Mendorong ketertarikan dan keingintahuan peserta didik.
b. Menciptakan alternatif dan menyelesaikan masalah.
c. Mendorng kreativitas dan pengembangan keterampilan interpersonal
dan kemampuan yang lain.
d. Pemahaman yang lebih baik.
e. Mengekspresikan pemahaman.
Kekurangan strategi pembelajaran tidak langsung adalah memberikan
waktu yang lama, proses pembelajaran yang sulit dan outcome yang sulit
diprediksi. (Susanti.2017)
3. Strategi pembelajaran interaktif
Strategi interaktif menekankan pada proses diskusi dan sharing antar
peserta didik. Proses diskusi dan sharing memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk memiliiki ide, gagasan, pengalaman, pengetahuan dan
interaksi dengan tenaga pendidik. Strategi ini baik untuk peserta didik
karena dapat membangun dan meningkatkan kreativitas. (Susanti.2017)
Kelebihan dari strategi ini adalah:
a. Peserta didik dapat belajar dan bertukar pendapat dengan temannya
atau pengajar.
b. Mengorganisasi pemikkiran dan membangun argument yang rasional.
Kekurangan strategi interaktif adalah ketergantungan pada
kemampuan dan keahlian dari pendidik dalam menyusun dan
mengeembangkan dinamika kelompok.
4. Strategi pembelajaran empirik (experiential)
Strategi pembelajaran empiric berorientasi pada kegiatan induktif,
berpusat pada peserta didik dan berbasisi pada kreativitas peserta didik.
Refleksi atau pengalaman pribadi merupakan factor krusial dalam
pembelajaran empirik yang efektif.
Kelebihan strategi ini adalah:
a. Meningkatkan partisipai peserta didik.
b. Meningkatkan sifat kritis peserta didik.
c. Meningkatkan daya analisi peserta didik sehingga peserta didik dapat
mengaplikasikan pembelajaran dalam situasi yang berbeda.
Kekurangan dari strategi ini adalah tergantung pada kemampuan
mahasiswa, biaya yang mahal, memerlukan waktu yang panjang dan
menekankan pada proses bukan pada hasil. (Susanti.2017)
5. Strategin pembelajaran mandiri
Strategi pembelajaran mandiri bertujuan untuk membangun inisiatif
individu, kemandirian dan peningkatan diri peserta didikk. Focus strategi
pembelajaran ini adalah perencanaan belajar mandiri oleh peserta didik
dengan bantuan pengajar. Strategi pembelajaran mandiri ini dapat dilakukan
bersama dengan teman atau dalam kelompok kecil. Kelebihan dari strategi iini
adalah peserta didik dapat mandiri dan bertanggung jawab terhadap apa yang
akan dipelajari. Sedangkan kekurangannya adalah peserta didikk yang belum
dewasa akan sulit untuk menerapka strategi pembelajaran ini. (Susanti.2017).
H. Unsur Penting Dalam Proses Belajar
Ada unsur-unsur penting dalam proses belajar, yaitu:
1. Tujuan
Proses belajar diarahkan pada pencapaian suatu tujuan untuk memenuhi
suatu kebutuhan.
2. Kesiapan
Individu memiliki kematangan untuk melakukan sesuatu dengan
penguasaan pengetahuan dan kecakapan yang mendasarinya.
3. Situasi
Proses belajar berlangsung dalam situasi belajar. Situasi belajar
dipengaruhi oleh lingkungan, alat dan bahan yang dipelajari, individu yang
terlibat dalam kegiatan pembelajaran dan kondisi individu yang belajar.
4. Interprestasi
Individu melihat hubungan antara komponen situasi belajar serta melihat
makan dari hubungan dan mengembangkannya dengan kemungkinan
pencapaian tujuan.
5. Respon
Respon adalah apa yang diberikan individu berdasarkan hasil
interprestainya.
6. Konsekuensi
Setiap upaya belajar akan membawa hasil, akibat atau konsekuensi.
7. Reaksi terhadap kegagalan
Reaksi dari kegagalan dapat menurunnkan semangat dan memperkecil
upaya beajar selanjutnya. (Susanti.2017)

I. Komunikasi Kesehatan dalam Keseharian


1. Komunikasi kesehatan dengan pasien/penderita Komunikasi kesehatan
dengan pasien atau penderita meliputi informasi yang berkaitan dengan
kondisi kesehatan individu, informasi bagaimana memaksimalkan
perawatan dan bagaimana pemberian terapi. Komunikasi kesehatan pada
pasien/penderita lebih bersifat terapeutik yang artinya memfasilitasi proses
penyembuhan. Menurut (Purwanto dalam Damaiyanti, 2008) komunikasi
kesehatan terapeutik memiliki tujuan :

a. Membantu pasien mengurangi beban perasaan dan pikiran serta


membantu pasien mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada
bila diperlukan oleh pasien.

b. Membantu mengurangi keraguan pasien dan membantu pasien


mengambil tindakan yang efektif .Komunikasi kesehatan terapeutik ini
dapat diberikan oleh pihak keluarga, ahli medis dan orang-orang yang
berada disekitar pasien/penderita dengan memperhatikan beberapa
prinsip dalam komunikasi terapetuik itu sendiri, yakni :

1)Komunikasi terapeutik harus ditandai dengan sikap saling


menerima, saling percaya dan saling menghargai.

2)Pihak keluarga, ahli medis dan orang-orang disekitar individu


harus menyadari kebutuhan pasien secara fisik maupun mental

c. Memahami betul arti empati sebagai tindakan yang terapeutik.Adanya


reaksi emosional pada pasien atas keadaan sakit yang dialami menjadi
salah satu alasan pentingnya komunikasi terapeutik pada pasien.
Penolakan (denial), kecemasan (anxiety) serta depresi merupakan
beberapa reaksi emosional yang mungkin terjadi pada pasien. Penolakan
merupakan reaksi pertama bila seseorang mengetahui dirinya didiagnosa
dengan sebuah penyakit tertentu. Mengapa sekarang? Mengapa saya?
Mengapa penyakit ini?Kecemasan (anxiety) merupakan reaksi emosional
lainnya yang terjadi. Kecemasan ini seringkali muncul bila penyakit yang
diderita individu disertai dengan perubahan fisik. Bahkan, setiap kali
individu merasakan sakit/nyeri sehubungan dengan penyakit yang
dideritanya,hal ini akan menimbulkan kecemasan tersendiri. Kemudian
bila individu mengalami perubahan fisik yang ekstrim, merasa
penyakitnya tidak kunjung sembuh, akan muncul reaksi emosional
berikutnya yakni depresi.

Komunikasi antara pasien dengan praktisi medis merupakan bagian


utama dalam pelayanan kesehatan. Komunikasi efektif merupakan
sesuatu yang sangat esensial, agar para praktisi medis memahami
permasalahan yang dihadapi pasien dan juga memahami persepsi pasien
atas permasalahan tersebut. Memberi penjelasan pada pasien bagaimana
efek jangka panjang sebuah penyakit dan bagaimana menangani penyakit
yang diderita saat ini juga memerlukan komunikasi yang efektif.
Kegagalan dalam menyampaikan

informasi secara efektif mendatangkan efek seperti


ketidakpahaman pasien atas hasil pemeriksaan medis yang baru saja
dijalani, kegagalan untuk menentramkan kembali diri sendiri (failed
reassurance), ketidakpatuhan pada saran medis serta masa rawat inap
yang lebih lama.

Permasalahan dalam proses komunikasi yang sering terjadi antara


pasien-ahli kesehatan adalah banyaknya penggunaan kosa kata yang
terlalu panjang, sulit dimengerti, kompleks, serta penggunaan istilah-
istilah medis yang seringkali tidak dipahami oleh pasien. Oleh karena itu
jika komunikasi antara ahli kesehatan dengan pasien dilihat sebagai
interaksi antara dua individual, maka menjadi suatu hal yang penting
bahwa kedua belah pihak berbicara dalam "bahasa" yang sama, memiliki
keyakinan yang sama (misal keyakinan bahwa penyakit pasien bisa
disembuhkan) dan sama-sama menyepakati konten pembicaraan dalam
konsultasi dan kedua belah pihak memahami hasil akhir tahapan
konsultasi. (Tita Menawata liansyah dan Hendra Kurniawan , 2015)

2. Komunikasi kesehatan dengan pihak keluarga

Komunikasi kesehatan dengan pihak keluarga juga harus


diperhatikan. Jika ada anggota keluarga yang menderita sakit dan harus
menjalani serangkaian terapi dan pengobatan, keseluruhan proses ini
harus diketahui dan dipahami oleh pihak keluarga. Karena yang
seringkali terjadi, setiap kali anggota keluarga akan menjalani terapi
muncul reaksi emosional dan psikologis tertentu. Jika pihak keluarga
tidak memberikan penjelasan informasi yang tepat tentang rangkaian
terapi pengobatan yang harus dijalani, besar kemungkinan anggota
keluarga yang sakit ini menolak untuk menjalani terapi yang harus
dilalui. Menolak dan menghindar dari terapi karena merasa takut dan
cemas. Komunikasi kesehatan dengan pasien dan pihak keluarga
merupakan bagian penting dalam perawatan medis. Komunikasi yang
efektif merupakan sesuatu yang esensial karena pasien dapat memahami
keadaan dirinya dan pihak keluarga dapat memahami keadaan anggota
keluarganya yang sakit. Kegagalan dalam mengkomunikasikan
informasi-informasi kesehatan pada pasien dan pihak keluarga dapat
berakibat pada ketidakpahaman pasien atas hasil tes yang dijalani
(McBride, 2002) serta ketidakpatuhan pasien dalam mengikuti saran
medis (Haynes, 1996).
Bila pihak keluarga juga tidak dapat memahami isu-isu kesehatan
yang berkaitan dengan anggota keluarganya yang sakit, besar
kemungkinan pihak keluarga tidak akan memberikan dukungan
sepenuhnya pada anggota keluarga yang sakit. Misanya, bila pihak
keluarga tidak diinformasikan gejala-gejala yang harus diwaspadai,
reaksi psikologis dan reaksi emosional (si penderita mudah marah-marah,
sensitif dan mudah tersinggung) yang mungkin muncul sehubungan
dengan keadaan si sakit, bisa jadi keharmonisan komunikasi dalam
keluarga terganggu. Partisipasi keluarga merupakan sesuatu yang penting
bila di dalamnya ada anggota keluarga yang menderita sakit. Memastikan
bahwa semua anggota keluarga, termasuk anak-anak, telah memahami
informasi dan isu-isu kesehatan yang terjadi pada anggota keluarganya
yang sakit, termasuk bagaimana cara menangani si sakit, dan
kemungkinan reaksi yang muncul pada si sakit akan memperkecil
kemungkinan terjadinya ketidaktahuan (mengenai cara merawat dan
menangani si sakit) dan miskomunikasi antar anggota keluarga (P.D
Williams dkk, 2002).

3. Komunikasi kesehatan untuk masyarakat

Komunikasi kesehatan untuk masyarakat lebih mengarah pada


bentuk promosi kesehatan. Promosi kesehatan bukan hanya proses
penyadaran komunitas masyarakat dalam hal pemberian dan peningkatan
pengetahuan dalam bidang kesehatan saja. Promosi kesehatan merupakan
program kesehatan yang dirancang untuk membawa perbaikan berupa
perubahan perilaku, baik di dalam masyarakat maupun lingkungan
organisasi.Untuk dapat mewujudkan promosi kesehatan, diperlukan suatu
strategi yang baik. Strategi adalah cara yang digunakan dalam mencapai
apa yang diinginkan dalam promosi kesehatan. Menurut Mubarak dan
Chayatin (2008), strategi ini diperlukan dalam mewujudkan promosi
kesehatan, dan tercermin dalam tiga langkah :

a. Advokasi. Merupakan kegiatan memberikan bantuan informasi


kesehatan kepada masyarakat melalui pihak pembuat keputusan
dan penentu kebijakan dalam bidang kesehatan.

b. Dukungan sosial. Promosi kesehatan akan mudah dilakukan


bila mendapat dukungan dari berbagai elemen yang ada di
masyarakat. Dukungan masyarakat antara lain dari unsur informal
(tokoh agama dan tokoh adat) dan unsur formal (petugas
kesehatan, pejabat pemerintah).
c. Pemberdayaan masyarakat (empowerment community).
Pemberdayaan masyarakat dibutuhkan supaya masyarakat
memperoleh kemampuan dalam memelihara dan meningkatkan
kesehatan. Upaya ini antara lain dapat dilakukan melalui
penyuluhan kesehatan. Perkembangan yang terjadi di tengah-
tengah komunitas masyarakat dalam mengkomunikasikan isu-isu
kesehatan telah mengalami perubahan yang cukup signifikan.
Perubahan ini ditandai dengan terjadinya peningkatan akses untuk
memperoleh informasi kesehatan, meningkatnya perhatian
anggota masyarakat terhadap isu-isu kesehatan dan meningkatnya
tuntutan untuk memperoleh informasi kesehatan yang berkualitas.

J.Hasil Pembelajaran
Hasil dari kegiatan belajar dapat digolongkan menjadi:
1. Informasi verbal
Informasi verbal merupakan pengetahuan yang dimiliki individu dan
diungkapkan secara lisan atau tulisan.
2. Keterampilan intelektual
Keterampilan intelektual merujuk pada kemampuan undividu
berhubungan dengan lingkungan hidup dan diri sendiri.
3. Strategi kognitif
Strategi kognitif adalah kemampuan yang dapat menyalurkan dan
mengarahkan aktivitas kognitif.
4. Sikap
Sikap (attitude) adalah bagian tingkah laku. Sikap dapat dikur melalui
tes sikap.
5. Keterampilan motorik
Keterampilan motoric merupakan kemampuan individu
mendemonstrasikan suatu kegiatan. (Susanti.2017)
BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pembelajaran sebagai langkah dalam memulai proses pendidikan
yang diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan
kualitas kesehatan, yang pada ujungnya dapat meningkatkan kualitas
sumber daya manusia. Agar pembelajaran dapat mendukung peningkatan
mutu pendidikan, maka dalam proses pembelajarn harusterjadi komunikasi
yang efektif, yang mampu memberikan pemahaman yang baik kepada
klien atas pesan atau informasi yang disampaikan.
DAFTAR PUSTAKA

Niman,Susanti. 2017. Promosi dan Pendidikan Kesehatan. Jakarta


Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo , S. K. M. .., M,Com. H 2010 “promosi
kesehatan teori dan aplikasi” , jakarta, Rineka cipta.

Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo, S. K. M .., M,Com. H. 2010 “promosi


kesehatan teori dan aplikasi edisi revisi, , jakarta, Rineka cipta

Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo , S . K. M ,,. M,Com . H. 2007“Promosi


kesehatan dan ilmu perilaku, , jakarta, Rineka Cipta

Prof, Dr, Soekidjo Notoatmodjo , S. K. M ,,. M.com. H ,


Dr. Tri Krianto, M,kes, Drs, Anwar hassan, MPH,
Dr. Zulazmi mamdy, MPH, 2013 “ promosi kesehatan Global”, jakarta,
Rineka cipta

Nurdiyanah syarifuddin 2012 “promosi kesehatan teori dan aplikasi”

Nesi novita & Yunetra franciska “ promosi kesehatan dalam pelayanan


kebiadanan, salemba medika

Robert J. Bensley, Jodi Brookins Fisher 2009 “ metode pendidikan


kesehatan masyarakat” edisi 2, jakarta, EGC

Heru Subaris K, SKM, M.kes, 2016 “ promosi kesehatan, pemberdayaan


masyarakat dan model sosial”, Yogyakarta, Nuha Medika.

Prof. Dr. Umar Fahmi Achmad MPH. Ph. D, 2013 “ kesehatan


masyarakat, teori dan aplikasi”, jakarta, PT Rajagrafindo Persada.

Ahmad Kholid ,2012 “ promosi kesehatan dengan pendekatan teori


perilaku, media dan aplikasinya”, Jakarta, PT Rajagrafindo Persada.

Bambang Hartono, 2010 “ promosi kesehatan dipuskesmas dan Rumah


Sakit”, Jakarta, Rineka Cipta.

Metta Rahmadiana, 2012” Jounal Psikogenesis, Mokunikasin Kesehatan


vol 1”, jakarta
Firman yulia Putra, 2016 “ journal ilmu komunikasi, strategi promosi
kesehatan”, Jakarta.

Tita Menawata liansyah dan Hendra Kurniawan , 2015 “ journal


pentingnya komunikasi dalam pelayanan kesehatan primer” , Aceh Univ
kedok syiah Kual.

H Simamora Raymond.2013, “journal Komunikasi Dalam Keperawatan “

Patriana, Eva. 2014 Komunikasi Interpersonal Yang


Berlangsung Antara Pembimbing Kemasyarakatan Dan
Keluarga Anak Pelaku Pidana Di Bapas Surakarta. Diambil
dari http://www.jurnalkommas.com/docs/JURNAL
%20KOMUNIKASI%20INTERPERSONAL%20EVA
%20PATRIANA%20D0210040%20(1).pdf (5 Maret 2017)

Darmawan, Ibnu (2009) Hubungan Pelaksanaan


Komunikasi Terapeutik Dengan Kepuasan Klien Dalam
Mendapatkan Pelayanan Keperawatan di Instalasi Gawat
Darurat RSUD Dr Soedarso Pontianak Kalimantan
Barat. Undergraduate thesis, Universitas Diponegoro.
Diambil dari http://eprints.undip.ac.id/9243/(5 Maret 2017)

Ardiana, Anisah. Sahar, Junaiti. Dan Gayatri Dewi. 2013.


Dimensi Kecerdasan Emosional: Memahami dan
Mendukung Orang Lain Terhadap Perilaku Caring Perawat
Pelaksana Menurut Persepsi Klien. Vol. XIII. Diambil Dari
http://jki.ui.ac.id/index.php/jki/article/view/243(5 Maret
2017)

 Diana, Rs.Asrin. Ekowati, Wahyu. 2006. Hubungan


Pengetahuan Komunikasi Terapeutik Terhadap
Kemampuan Komunikasi Perawat Dalam Melaksanakan
Asuhan Keperawatan Di Rumah Sakit Elisabeth Purwokerto.
Diambil Dari
https://www.neliti.com/publications/108239/hubungan-
pengetahuan-komunikasi-terapeutik-terhadap-
kemampuan-komunikasi-perawat(5 Maret 2017)

Wakhid, Abdul. Yani Achir. Hamid. Helena Novy. 2013.


Penerapan Terapi Latihan Ketrampilan Sosial Pada Klien
Isolasi Sosial Dan Harga Diri Rendah Dengan Pendekatan
Model Hubungan Interpersonal Peplau Di Rs Dr Marzoeki
Mahdi Bogor. Vol. I No. 1 Diambil Dari

http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/JKJ/article/view/911 (5
Maret 2017)

CURRICULUM VITE

DATA PRIBADI

Nama : Herdianty Rahayu

TTL : Soppeng, 29 Desember 1997

Jenis Kelamin : Perempuan

Tinggi Badan : 153 Cm

Berat Badan : 44 Kg

Alamat : Jln. Poros Carangki, Btn Pondok Angkasa Raya Kec.

Tanralili Kab. Maros

Kode Pos : 90553

No. Telp. : 082311023820

E-Mail :Herdiantyrahayu07@Gmail.Com

DATA PENDIDIKAN

2004 – 2010 SD INPRES No. 10 Kampung Tangnga


2010 – 2013 MTs Al-Ihsan DDI Lekopancing

2013 – 2016 SMK Plus Indonesia Timur Makassar (Keperawatan)

2016 – Sekarang UIN Alauddin Makassar (Keperawatan)

PENGALAMAN ORGANISASI

1. Pemuda Pelajar Nasional Indonesia (PENA)

2. Pramuka Saka Wira Kartika Batalyon Artileri Medan 6-76 ∕

Tarik

CURRICULUM VITE

DATA PRIBADI

Nama :Megawati Yunus


TTL :Batu Zaman, 24 Maret 1999
Jenis Kelamin : Perempuan
Tinggi Badan : 164 cm
Berat Badan :60 Kg
Alamat :Jl. Mannuruki II No. 30 B Kec. Tamalate
Kode Pos :90221
No. Telp. :081248015017
E-Mail :yunusmegawati@gmail.com

DATA PENDIDIKAN
2004 – 2010 SDN Inpres Sp Iv Sawara Jaya Kab. Waropen Papua
2010 – 2013 TMs. Ma’arif NU Usaiwa Kab. Waropen Papua
2013 – 2016 MA Ma’arif NU Usaiwa Kab. Waropen Papua
2016 – Sekarang UIN Alauddin Makassar (Keperawatan)

PENGALAMAN ORGANISASI

1. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM)


2. Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ)
3. Pelatihan Pengembangan Intelektual Sistem (PIPIM)

CURRICULUM VITE

DATA PRIBADI

Nama :Sri Wahyuni


TTL :Bulukumba, 09 -12- 1998
Jenis Kelamin : Perempuan
Tinggi Badan : cm
Berat Badan : Kg
Alamat :
Kode Pos :
No. Telp. :
E-Mail :

DATA PENDIDIKAN
2004 – 2010
2010 – 2013
2013 – 2016
2016 – Sekarang

PENGALAMAN ORGANISASI

1.

CURRICULUM VITE

DATA PRIBADI

Nama : Putri Yuniar


TTL : Bajoe, 25 Agustus 1998
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Tinggi badan : 160 cm
Berat Badan : 50 kg
Alamat : BTP Blok H
Daerah Asal : Kabupaten Bone
Status : Mahasiswi
E-Mail : putriyuniar7@gmail.com
No HP : Wa :085 240 901 650
Media Sosial : IG : @putriyuniaryunus
: FB : Putri Yuniar Yunus

DATA PENDIDKAN

SD : SD Inpres 6/75 Pattiro


SMP : SMP Negeri 1 Dua Boccoe
SMA : SMA Negeri 1 Dua Boccoe
Perguruan Tinggi : Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
Jurusan : s1 Keperawatan

PENGALAMAN ORGANISASI

1. Purna Paskibraka Indonesia


2. Sanggar Seni Budaya/ S3 To Mampu Kab. Bone
3. Organisasi Siswa Intra Sekolah
4. Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Keperawatan
5. Sclera

Anda mungkin juga menyukai