Anda di halaman 1dari 5

TUGAS

PENDIDIKAN DASAR DAN PROMOSI KESEHATAN

Dosen Pengampu
Dr. Ketjuk Herminaju, SST., MM

Disusun oleh:

Nama: Cecylia Astari Putri Tiara


NIM: A2R23062
Prodi: Sarjana Keperawatan (1-B)

SEMESTER II
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
HUTAMA ABDI HUSADA TULUNGAGUNG
2024
A. KOMUNIKASI DALAM PROSES PEMBELAJARAN

a. Pengertian Komunikasi
Komunikasi adalah proses pengoperasian rangsangan (stimulus) dalam
bentuk lambang atau simbol bahasa atau gerak (non verbal), untuk
mempengaruhi perilaku orang lain. Stimulus atau rangsangan ini dapat berupa
suara atau bunyi atau bahasa lisan maupun berupa gerakan, tindakan atau
simbol- simbol yang diharapkan dapat dimengerti oleh pihak lain, dan pihak
lain merespon atau bereaksi sesuai dengan maksud pihak yang memberikan
stimulus.
Menurut Liliweri (2008), komunikasi dapat diartikan sebagai pengaliahan
suatu pesan dari satu sumber kepada penerima agar dapat dipahami. Proses
komunikasi biasanya melibatkan dua pihak, baik antar individu dengan ind
vidu individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok yang
berinteraksi dengan aturan- aturan yang disepakati bersama.

Adapun fungsi komunikasi itu sendiri yakni :


1. Untuk menyampaikan pesan (informasi) atau menyebarliaskan informasi
kepada orang lain. Artinya, dari penyebar luasan informasi ini diharapkan
panorama akan mengetahui apa yang ingin diketahui.
2. Untuk menyampaikan pesan/ informasi atau menyebarluaskan informasi yang
bersifat mendidik orang lain. Artinya, dari penyebar luasan informasi ini
diharapkan penerima informasi akan menambah pengetahuan tentang sesuatu
yang ingin diketahui.
3. Untuk memberikan instruksi kepada penerima pesan.
4. Untuk mempengaruhi dan mengubah sikap penerima pesan.
b. Teori proses belajar
Ada banyak ahli yang memaparkan tentang teori proses belajar yaitu:
1. Teori Stimulus-Respon (Asosiasi)
Teori ini dipaparkan oleh Edward L. Thorndike. Menurut teori ini, apa
yang terjadi pada klien yang belajar merupakan rahasia atau dipandang
sebagai black box. Belajar adalah menyusun tanggapan dan
menggabungkan tanggapan dengan cara mengulang. Tanggapan didapat
dari pemberian stimulus, artinya makin banyak dan sering diberikan
stimulus akan menanbah tanggapan klien yang belajar. Kelemahan teori
stimulus-respon adalah tidak memperhatikan factor internal dari klien
yang belajar(Susanti. 2017)
2. Teori Transformasi
Teori ini dipaparkan oleh Nisser dengan berlandasan psikologi kognitif.
Teori transformasi memandang proses belajar sebagai transformasi dari
input yang direduksi, diuraikan, disimpan, ditemukan kembali dan
dimanfaatkan oleh klien yang belajar. Belajar mulai terjadi, saat klien
mulai kontak dengan dunia luar. Proses transformasi terjadi melalui
masukan sensori bersifat aktif melalui proses seleksi untuk dimasukkan
kedalam memori. Keunggulan teori transformasi memperhatikan factor
eskternal dan internal.(Susanti. 2017)
3. Teori Belajar Gestalt
Teorin ini berlandaskan psikologi Gestalt. Teori gestalt memandang
setiap fenomena terdiri dari suatu kesatuan esensial yang melebihi jumlah
dari unsur-unsurnya. Keseluruhan ( Gestalt) tidak sama dengan
penjumlahan, keseluruhan dan lebih dari pada bagian-bagiannya.
Berdasarkan teori belajar gestalt, proses belajar harus dilihat dalam
keseluruhan situasi, karena belajar merupakan interaksi antara klien
dengan lingkungannya. Jadi, teori belajar gestalt memandang individu
dikatakan belajar bila ia memperoleh insight dalam situasi yang
problematic. Artinya, individu yang belajar melewati serangangkain
proses penemuan dengan bantuan penggalaman.(Susanti. 2017)
4. Teori Menghafal
Teori menghafal memandang belajar sebagai proses mengafal. Menghafal
merupakan upaya memperoleh pengetahuan melalui “pem-beo-an” yang
akan digunakan saat perlukan. Otak dipandang seperti gudang kosong
yang diisi dengan berbagai pengertian dan pengetahuan.(Susanti. 2017)
5. Teori Mental Disiplin
Teori ini memandang belajar sebagai proses untuk mendisiplinkan
mental. Disiplin mental dapat diperoleh melalui latihan yang continue,
terencana dan teratur.(Susanti. 2017)

c. Lingkungan Belajar
Lingkungan atau variable eksternal dapat mempengaruhi proses
pembelajaran. Lingkungan belajar yang baik akan mengurangi distraksi dan
memberikan perasaan nyaman. Lingkuangan fisik seperti suhu ruangan,
pencahayaan, tingkat kebisingan memiliki peranan dalam menciptakan
kekondusifan proses pembelajara. Waktu pembelajaran dalam pemberian
pendidikan kesehatan juga harus disesuaikan dengak kebutuhan individual.
Selain waktu, budaya juga ikut mempengaruhi pembelajaran. Bahasa dan
nilai-nilai yang dianut oleh klien termasuk dalam lingkup budaya.
Pendidikan harus peka terhadap budaya yang dianut oleh klien, dengan cara
bila materi pembelajaran dan cara penyampaian materi harus disesuaikan
dengan bahasa yang dimengerti oleh klien.(Susanti. 2017)

B. KEBUTUHAN PENDIDIKAN KESEHATAN KLIEN

Kebutuahan pendidikan kesehatan klien merupakan kebutuhan yang


berpatokan pada kebutuhan dasar manusia. Kebutuhan manusia atau klien
merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia atau klien dalam
mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis, yang tentunya
bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan. Walaupun setiap
orang mempunyai sifat tambahan, kebutuhan yang unik, tetapi setiap orang
mempunyai kebutuhan dasar manusia yang sama. Besarnya kebutuhan dasar
yang terpenuhi menentukan tingkat kesehatan dan posisi pada rentang sehat-
sakit. Hierarki kebutuhan manusia menurut Maslow adalah sebuah teori yang
dapat digunakan perawat untuk memahami hubungan antara kebutuhan dasar
manusia pada saat memberikan perawatan. Hierarki kebutuhan manusia
mengatur kebutuhan dasar dalam lima tingkatan prioritas yaitu:

A. Kebutuhan Fisiologis (Physiologic Needs)


Kebutuhan fisiologis memiliki prioritas tertinggi dalam hirarki Maslow.
Seorang yang beberapa kebutuhannya tidak terpenuhi secara umum akan
melakukan berbagai upaya untuk memenuhi kebutuhan fisiologisnya
terlebih dahulu. Manusia memiliki delapan macam kebutuhan fisiologis,
yaitu kebutuhan akan oksigen dan pertukaran gas, kebutuhan cairan dan
elektrolit, kebutuhan nutrisi, kebutuhan eliminasi urin dan fekal,
kebutuhan istirahat dan tidur, kebutuhan tempat tinggal, kebutuhan
temperatur, serta kebutuhan seksual.
b. Kebutuhan Keselamatan dan Rasa Aman (Safety and Security Needs)
Kebutuhan keselamatan dan rasa aman yang dimaksud adalah
keselamatan dan rasa aman dari berbagai aspek, baik fisiologis maupun
psikologis yang mengancam diri.
c. Kebutuhan Rasa Cinta, Memiliki, dan Dimiliki (Love and Belonging
Needs)
Kebutuhan ini meliputi memberi dan menerima kasih sayang, perasaan
dimiliki dan hubungan yang berarti dengan orang lain, kehangatan,
persahabatan, serta mendapat tempat atau diakui dalam keluarga,
kelompok dan lingkungan sosialnya.
d. Kebutuhan Harga Diri (Self Esteen Need)
Kebutuhan ini meliputi perasaan tidak bergantung pada orang lain,
kompeten, serta penghargaan terhadap diri sendiri dan orang lain.
e. Kebutuhan Aktualisasi Diri (Need for Self Actualization)
Kebutuhan ini meliputi kemampuan untuk dapat mengenal diri dengan
baik (mengenal dan memahami potensi diri), belajar memenuhi
kebutuhan sendiri – sendiri, tidak emosional, mempunyai dedikasi yang
tinggi, kreatif, serta mempunyai kepercayaan diri yang tinggi dan
sebagainya.

Pendidikan kesehatan berperan penting dalam membantu klien mengontrol


kesehatan mereka sendiri dengan mempengaruhi serta menguatkan keputusan
atas tindakan sesuai dengan diri mereka sendiri. Menurut bastable dalam
perawat sebagai penddidik : prinsip-prinsip pengajaran dan pendidik (2002),
pendidikan kesehatan bagi klien memiliki peran penting, sebagai berikut :

1. Meningkatkan kepuasan klien


2. Memperbaiki kualitas kehidupan
3. Memastikan kelangsungan perawatan.
4. Secara efektif mengurangi insiden komplikasi penyakit
5. Memasyarakatkan masalah kepatuhan terhadap rencana-rencana
pemberian perawatan kesehatan.
6. Memicu klien mematuhi rencana pengobatan medis
7. Membantu klien lebih pandai mengatasi gejala penyakit
8. Menurunkan ansietas klien
9. Memaksimalkan kemandirian dalam melakukan aktivitas sehari-hari
10. Memotivasi dan memperdayakan klien sebagai konsumen unuk terlibat
didalam perencanaan sesi-sesi pengajaran.

Pemeberian pendidikan kesehatan kepada klien sangatlah penting, karena


diperkirakan bahwa sekitar 80% dari semua kebutuhan dan masalah kesehatan
dapat diatasi, dengan pemberian pendidikan kesehatan pada klien.

Melalui pendidikan kesehatan, perawat melatih klien untuk meningkatkan


kemandirian dalam merawat dirinya. Ketika klien memperoleh pengetahuan
tentang sakitnya, klien akan mampu memahami dan memenuhi kebutuhan
pribadi terkait sakitnya yang nantinya akan mendukung kesembuhan. Setelah
mencapai kesembuhan, klien dan keluarga klien pun akan memiliki
keterampilan untuk mempertahankan dan meningkatkan status kesehatan.
Dengan demikian, klien pun mampu mendayagunakan kemampuan yang masih
dimiliki saat sakit ataupun sesuai sakit melalui pemberian pendidikan kesehatan
tentang berbagai potensial yang masih dapat digunakan klien untuk
meningkatkan kesehajteraan klien.

Anda mungkin juga menyukai