Anda di halaman 1dari 11

Bagian Bawah Formulir

MAKALAH  KEPERAWATAN KOMUNITAS 1


PROSES BELAJAR MENGAJAR DI KOMUNITAS

Disusun oleh :

Kelompok 1
Sesi 2
1. Charlina Desta Roslita Br S.  ( 201433033     )
2. Hasni Nurhasanah ( 20160303020 )
3. Istiqomah Sejati ( 20160303037 )
4. Jessisca Okololy ( 20160303030 )
5. Refaldo Arifta ( 20160303001 )

Univeristas Esa Unggul


Jalan Arjuna Utara No.9, Kebon Jeruk, Jakarta 11510
2016/2017

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta
taufik dan hidayah-Nya kelompok kami dapat menyelesaikan makalah tentang ini dengan yang
sebaik-baiknya dan tepat waktu. Kelompok kami juga mengucapkan terima kasih banyak kepada
setiap dukungan yang telah mendorong penulis untuk menyelesaikan makalah ini.
 Kelompok kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam menambah wawasan serta
pengetahuan pembaca mengenai “Proses Belajar Mengajar Di Komunitas”. Kelompok kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kelompok kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan
makalah yang telah penulis buat, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.

Jakarta, 5 Oktober  2017

Kelompok
i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................................i


DAFTAR ISI ............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang .......................................................................................................3
1.2  Perumusan Masalah.................................................................................................3
1.3  Tujuan Penulisan.....................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Keperawatan Komunitas.......................................................................5
2.2 Teori Belajar Mengajar Berhubungan dengan Promosi Kesehatan........................6
2.3 Metode Pendidikan Kesehatan Masyarakat.............................................................9
2.4 Media Pendidikan Kesehatan Masyarakat.............................................................12
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................15
3.2 Saran ......................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................16

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Proses belajar mengajar di komunitas merupakan suatu bentuk pembelajaran yang ditunjukan
kepada individu, keluarga, dan kelompok melalui upaya peningkatan kesehatan, pemeliharaan
kesehatan, penyuluhan kesehatan, koordinasi, dan pelayanan keperawatan berkelanjutan sebagai
suatu pendekatan yang komprehensif.
Dalam proses belajar mengajar di komunitas, diupayakan dekat dengan masyarakat, sehingga
strategi pelayanan kesehatan yang utama mampu memotivasi masyarakat di wilayah binaannya
dengan alat edukatif sederhanan yang tersedia di wilayah tersebut.
Proses belajar dan mengajar dikomunitas yang diberikan oleh perawat komunitas karena
ketidakmampuan, ketidaktahuan, ketidakmauan masyarakat dalam mengenal masalah kesehatan
kesehatan serta dengan menggunakan potensi lingkungan berusaha memandirikan masyarakat dan
meningkatkan kesehatannya berdasarkan asas kebersamaan dan kemandirian.
Dalam proses belajar mengajar memerlukan proses yang harus dilewati tahap demi tahap. Dalam
menunjang proses belajar mengajar harus menggunakan metode dan media. Metode yang
digunakan seperti ceramah, diskusi kelompok, curah pendapat, demonstrasi, sedangkan media yang
digunakan adalah leafleat, poster, lembar balik, papan tulis.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari Keperawatan komunitas ?
2. Apa saja teori belajar mengajar berhubungan dengan promosi kesehatan ?
3. Apa saja metode pendidikan kesehatan masyarakat ?
4. Apa saja media pendidikan kesehatan masyarakat ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Para pembaca dapat mengetahui pengertian dari keperawatan komunitas.
2. Para pembaca dapat mengetahui teori belajar mengajar berhubungan dengan promosi kesehatan.
3. Para pembaca dapat mengetahui metode pendidikan kesehatan masyarakat.
4. Para pembaca dapat mengetahui media pendidikan kesehatan masyarakat.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Keperawatan Komunitas


Keperawatan kesehatan komunitas terdiri dari tiga kata yaitu keperawatan, kesehatan dan
komunitas. Dimana setiap kata memiliki ari yang cukup luas. Azrul Azwar (2000) mendefinisikan
ketiga kata tersebut sebagai berikut :
1. Keperawatan adalah ilmu yang mempelajari penyimpangan atau tidak terpenuhinya kebutuhan
dasar manusia yang dapat mempengaruhi perubahan, penyimpangan atau tidak berfungsinya secara
optimal setiap unit yang terdapat dalam system hayati tubuh manusia, baik secara individu,
keluarga, ataupun masyarakat dan ekosistem
2. Kesehatan adalah ilmu yang mempelajari masalah kesehatan manusia mulai dari tingkat individu
sampai tingkat ekosistem serta perbaikan fungsi setiap unit dalam system hayati tubuh manusia
mulai dari tingkat sub sampai dengan tingkat system tubuh
3. Komunitas adalah sekelompok manusia yang saling berhubungan lebih sering dibandingkan
dengan manusia lain yang berada diluarnya serta saling ketergantungan untuk memenuh keperluan
barang dan jasa yan penting untuk menunjang kehidupan sehari-hari.
Keperawatan komunitas adalah suatu upaya pelayanan keperawatan yang merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh perawat dengan mengikutsertakan tim
kesehatan lainnya dan masyarakat untuk memperoleh tingkat kesehatan individu, keluarga, dan
masyarakat yang lebih tinggi (Departemen Kesehatan RI, 1986).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa perawatan kesehatan komunitas adalah
suatu bidang dalam ilmu keperawatan yang merupakan keterpaduan antara keperawatan dan
kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta masyarakat, serta mengutamakan pelayanan
promotif dan preventif secara berkesinambungan dengan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan
rehabilitatatif, secara menyeluruh dan terpadu ditujukan kesatuan yang utuh melalui proses
keperawatan untuk ikut meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal.

2.2 Teori Belajar Mengajar Berhubungan deangan Promosi Kesehatan


1. Pengertian
Secara umum belajar adalah suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, pandangan, dan
keterampilan yang diperlukan untuk menghasilkan sikap dan perilaku tertentu, ketika menghadapi
suatu keadaan. Perubahan perilaku yang terjadi disebabkan proses belajar sehingga relative
menetap (Azwar, 1983:38).
Mengajar adalah suatu proses mengajak orang lain untuk memilki pengetahuan, pandangan,
keterampilan tertentu yang diajukan dalam suatu sikap dan perilaku tertentu yang direncanakan
sebelumnya (Azwar, 1983). Seorang promoter kesehatan dalam melakukan tugasnya penting
memiliki kemampuan mengajar agar mampu mengajak orang lain untuk berperilaku sehat.

2. Proses Belajar
1) Latihan
Merupakan penyempurnaan potensi tenaga yang ada dengan mengulang-ulang aktivitas tersebut.
Proses ini menghasilkan tindakan yang tanpa disadari, cepat dan tepat. Dalam kegiatan itu, tampak
adanya gerakan berulang-ulang untuk mencapai kesempurnaaan.
2) Menambah atau Memperoleh Tingkah Laku Baru
Belajar sebenarnya adalah suatu usaha untuk memperoleh hal-hal baru dalam tingkah laku
(pengetahuan, kecakapan, keterampilan, dan nilai-nilai) dengan aktivitas kejiwaan sendiri. Sifat khas
dari proses belajar adalah memperoleh sesuatu yang baru, yang dulu belum ada sekarang menjadi
ada, yang belum diketahui menjadi diketahui.

3. Teori Belajar
Teori belajar atau konsep belajar adalah suatu konsep pemikiran yang dirumuskan mengenai
bagaimana proses belajar itu terjadi.
Teori Stimulus Respons
Menurut teori ini, belajar adalah mengambil dan menggabungkan tanggapan karena rangsangan
diberikan berulang – ulang. Semakin banyak stimulus yang diberikan, respons yang diperoleh juga
banyak. Konsep asosiasi dikategorikan menjadi trial and error learning, conditioning dan imitasi &
identifikasi
a. Trial and error learning. Saat menerima stimulus tertentu, respons (perilaku) yang ditampilkan
bersikap coba-coba dan akan diperbaiki jika dianggap menemui kesalahan. Secara umum, perilaku
masyarakat termasuk kategori ini (misalnya, perilaku merokok dan perilaku penyalahgunaan obat)
b. Conditioning. Jika menerima rangsangan tertentu, individu akan melakukan respons tertentu pula.
Mendidik pada dasarnya memberikan stimulus tertentu yang menimbulkan respons yang dinginkan.
Agar hubungan stimulus dan respons menjadi kuat, hal tersebut harus dilakukan berulang-ulang.
c. Imitasi dan identifikasi. Perilaku timbul karena meniru orang lain atau pengidentifikasian terhadap
orang lain (misalnya, meniru perilaku tokoh idolanya).

4. Tipe – tipe Belajar


Menurut Lewitt, terdapat beberapa jenis perubahan dalam proses belajar.
1) Perubahan kognitif (bertambahnya pengetahuan)
2) Perubahan motivasi (lebih suka atau tidak suka)
3) Perubahan group belongingness atau ideologi kelompok (sering menyangkut budaya)
4) Perubahan kemampuan mengatur pengarahan dan otot-otot tubuh (belajar berbicara atau
mengendalikan diri).

Kalau diamati, sebenarnya jenis perubahan diatas sama dengan perubahan domain perilaku, yakni
pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perubahan sebagai hasil proses belajar merujuk
pada perilaku tertentu. Untuk mengetahui terjadinya perubahan dalam proses tersebut, harus
ditentukan terlebih dahulu kriteria ketercapaian perilaku yang diharapkan. Hal ini berarti bahwa
proses belajar menyangkut nilai dan norma.
Seorang pendidik atau petugas kesehatan cenderung akan memengaruhi masyarakat untuk meniru
normanya jika merasa normanya lebih baik dari norma masyarakat. Masalahnya, apakah nilai dan
norma petugas dan masyarakat sama? Pada keyataannya, nilai dan norma yang diperkenalkan
petugas belum tentu sama dengan nilai dan norma yang selama ini diyakini masyarakat. Jika norma
atau nilai yang petugas anut tetap dipaksakan untuk diterima masyarakat, akan timbul 
ketidakpuasan, bahkan dapat terjadi penolakan oleh masyarakat. Dalam mengantisipasi hal tersebut,
diperlukan pendekatan yang lebih lama, seksama, cermat dan hati-hati.
Berdasarkan hal tersebut, penting untuk mengenal situasi belajar di masyarakat agar dapat
menentukan metode yang sesuai dan tingkat ketercapaian perubahan perilaku yang diharapkan.
Dalam kesehatan, terdapat tiga tipe atau situasi belajar (FKM-UI, 1989) , yaitu :
1) Required. Situasi yang membutuhkan suatu tindakan atau sikap tertentu untuk dipelajari. Dalam
situasi ini, proses pendidikan dapat berlangsung cepat karena masyarakat tidak diberi alternative
lain, disamping yang diberi pendidik sehingga mereka harus menerima apa saja yang diberikan. Pada
situasi belajar ini, perubahan perilaku atau tindakan tertentu benar-benar dibutuhkan individu atau
kelompok individu (misalnya, pendidikan dalam institusi pendidikan atau kelompok masyarakat yang
diserang wabah)
2) Recommended. Situasi belajar yang menyarankan peserta didik untuk mempelajari perilaku
tertentu. Hal ini berarti masyarakat tidak diharuskan menerima perilaku yang disarankan,
masyarakat boleh menerima atau menolak. Tujuan program ini adalah memberikan informasi,
menyadarkan, menasehati orang dan mendorong masyarakat menilai sendiri program yang
disarankan.
3) Self-directive. Dalam situasi belajar ini, masyarakat telah mengetahui pentingnya masalah
kesehatan yang terjadi. Oleh sebab itu, masyarakat atau sasaran pendidikan sendiri yang
menentukan tujuan yang harus dicapai. Tugas petugas dalam program ini adalah membantu
masyarakat dalam mencari informasi, mengevaluasi, merencanakan, dan menyusun program
mereka sendiri. Bantuan ini berupa petunjuk, pengarahan, bimbingan, dan daran kepada
masyarakat.
5. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Belajar
Menurut J. Guilbert seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), faktor-faktor yang
mempengaruhi proses belajar adalah sebagai berikut :
1) Faktor materi. Bahan pelajaran yang digunakan dalam proses belajar. Materi untuk pengetahuan,
sikap, dan keterampilan substansinya akan berbeda.
2) Faktor lingkungan. Mencakup lingkungan fisik (suhu, cuaca, penerangan, kebisingan, dan kondisi
tempat belajar). Dan lingkungan sosial (manusia dengan segala interaksi dan statusnya).
3) Faktor instrumental. terdiri atas perangkat keras atau hardware (perlengkapan belajar dan alat
peraga), dan perangkat lunak atau software (kurikulum, pengajar dan metode belajar).
4) Faktor individu atau subjek belajar. Yaitu kondisi individual subjek belajar yang terdiri atas kondisi
fisiologis (gizi, dan pancaindra terutama pendengaran dan penglihatan), dan kondisi psikologis
(intelegensi, pengamatan, daya tangkap, ingatan, motivasi, bakat, sikap, daya kreativitas, dan
persepsi).

2.3 Metode Pendidikan Kesehatan Masyarakat


Pendidikan kesehatan merupakan salah satu kegiatan yang ditunjukan dalam rangka promosi
kesehatan. Pendidikan kesehatan merupakan kegiatan penyampaian pesan kesehatan kepada
individu, keluarga, kelompok,ataupun masyarakat agar mereka memperoleh pengetahuan
kesehatan, yang nantinya berpengaruh pada sikap dan perilaku sehat mereka. Perubahan yang
terjadi di masyarakat dapat dipengaruhi oleh peran perawat komunitas dalam menyampaikan pesan
kesehatan. Sasaran penerima pesan kesehatan yang dalam hal ini adalah masyarakat, juga
dipengaruhi oleh bagaimana pesan terebut sampai di masyarakat dengan memerhatikan aspek
waktu, kesesuaian metode atau media atau alat peraga yang digunakan, ketersedian sarana dan
fasilitas yang ada di masyarakat, tujuan penyampaian pendidikan kesehatan, besarnya kelompok
masyarakat yang akan diberikan pesan kesehatan, dan kemampuan masyarakat dalam menerima
pesan kesehatan tersebut.
Metode pendidikan kesehatan dipilih berdasarkan besarnya kelompok masyarakat, tingkat
pendidikan masyarakat, dan tujuan pendidikan kesehatan. Pada sasaran kelompok dan masyarakat,
perawat komunitas dapat menggunakan metode ceramah, diskusi kelompok, curah pendapat (brain
storning), dan demonstrasi.

1. Ceramah
Ceramah merupakan salah satu metode penyampaian informasi oleh perawat komunitas kepada
masyarakat untuk menjelaskan ide, pengertian, atau pesan kesehatan disertai diskusi dan tnya
jawab secara langsung. Tujuan penyampaian cermah adalah menyajikan satu pandangan tentang
masalah yang menarik, secara langsung dan logis, menyajikan satu masalah untuk dibahas melalui
diskusi umum sehingga merangsang masyarakat untuk berpikir dan belajar lebih lanjut tentang suatu
masalah.
Keuntungan penggunaan metode ceramah, yaitu dapat diterapkan pada sekelompok besar orang
dewasa, tidak melibatkan terlalu banyak alat bantu, mudah diselenggarakan, dan dapat dilakukan
pada masyarakat.
Perawat komunitas harus menguasai pokok pembicaraan dan harus dapat memanfaatkan
pendengarannya dengan menilai reaksi masyarakat baik verbal maupun non verbal. Pandangan
perawat harus tertuju pada semua sasaran masyarakat dan perawat harus menggunakan suara yang
cukup jelas dan menunjukan performa yang menyakinkan serta menguasai seluruh topik materi yang
disampaikan.

2. Diskusi Kelompok
Diskusi kelompok dapat dilakukan bila peserta diskusi kurang dari 15 orang. Agar semua peserta
diskusi dapat berpartisipasi, diperlukan tata letak duduk berhadapan dan saling memandang satu
sama lain, seperti saat melakukan refleksi diskusi kasus (RDK). Melalui diskusi, diharapkan terjadi
keterbukaan dan kebebasan mengeluarkan pendapat. Dengan demikian, diperlukan peran fasilator
ataupemimpin diskusi untuk mengarahkan dan mengatur jalannya diskusi sehingga semua orang
mempunyai kesempatan yang sama untuk menyampaikan pendapatnya tanpa ada dominasi
diantara mereka.
Keuntungan diskusi kelompok, yaitu dapat mendorong rasa kesatuan dan menciptakan rasa
kepemimpinan bersama dengan saling memberi dan menerima pendapat. Kerungian diskusi
kelompok adalah tidak dapat digunakan pada kelompok besar karena dianggap kurang efektif dan
dapat berlarut- larut, terutama bila didominasi oleh orang- orang tertentu saja dan pemimpin diskusi
tidak dapat mengarahkan jalannya diskusi.
3. Curah Pendapat
Curah pendapat (brain storrning) merupakan proses pemecahan masalah melalui penyampaian usul
semua kemungkinan pemecaha masalah oleh anggota, tanpa krtik dan evaluasi atas pendapat
tersebut. Curah pendapat dapat dilakukan pada saat focus group discussion (FGD). Prinsip
pelaksanaan curah pendapat sama dengan diskusi kelompok, memerlukan pemimpin diskusi untuk
memancing satu masalah yang menarik untuk dibahas bersama dan menjadi kebutuhan masyarakat.
Curah pendapat bertujuan menciptakan suasana menyenangkan bagi peserta diskusi, dengan
menggembangkan daya kreatif untuk berpikir dan menggali pendapat masyarakat dengan
merangsang partisipasi semua peserta diskusi.
Keuntungan curah pendapat, yaitu dapat digunakan pada kelompok besar maupun kecil dengan
membangkitkan dan merangsang pendapat baru tanpa memberikan evaluasi atas pendapat yang
disampaikan, merangsang semua peserta untuk berbicara dan mengeluarkan pendapat, dan tidak
menyita banyak waktu. Sedangkan kekuranga curah pendapat, yaitu sangat sulit membuat anggota
mengerti bahwa semua pendapatnya dapat diterima dan ada kecendrungan peserta mengadakan
evaluasi segera setelah pendapat diajukan, bahkan terkadang diskusi “ lepas kendali”, terutama bila
pemimpin diskusi atau fasilator kurang mampu mengarahkan.

4. Demonstrasi
Demonstasi merupakan cara penyampaian ide yang dipersiapkan dengan teliti untuk mengevaluasi
perubahan psikomotor dengan memperlihatkan cara melaksanakan suatu tindakan atau prosedur
dengan alat peraga dan tanya jawab. Demosntasi biasanya dilakukan oleh perawat komunitas untuk
memberikan gambaran tentang prosedur atau langkah- langkah pelaksanaan terapi modalitas dan
terapi pelengkap (terapi alternative) di masyarakat.
Tujuan demonstasi  adalah mengajarkan cara melaksanakan dan memperagakan satu teknik baru,
dengan menyakinkan masyarakat bahwa prosedur baru tersebut telah terbukti bermanfaat. Selain
itu, demonstrasi juga bertujuan meningkatkan minat belajar dengan mencoba sendiri prosedur yang
di demonstrasikan.
Keuntungan demonstrasi, yaitu lebih menyakinkan masyarakat karena dapat segera ditiru dan
dibuktikan, tiak sekedar memberikan berita yang didegar dan dibaca saja. Selain itu, peserta dapat
memperoleh kesempatan memperagakan kembali apa yang sudah di demonstrasikan. Kerungian,
demonstrasi memerlukan waktu dan biaya yang besar terkait pengadaan bahan atau alat peraga
yang diperlukan karena menggunakan bahan yang sesugguhnya.
Perbedaan utama keempat metode diatas terletak pada sasaran domain perubahan yan
ditimbulkan.  Metode ceramah dan curah pendapat dilakukan dengan tujuan mengubah
pengetahuan (knowledge) masyarakat yang tidak tahu menjadi tahu.diskusi kelompok bertujuan
mengubah sikap (attitude) masyarakat yang tidak mau menjadi mau. Sementara itu, demonstrasi
bertujuan mengubah tindakan (practice) masyrakat dari tidam mampu menjadi mampu melakukan
kegiatan kesehatan sesuai harapan.
Kegiatan promosi kesehatan di masyarakat dapat dilakukan secara langsung berhadapan dengan
masyarakat,seperti penyampaian pendidikan kesehatan melalui ceramah, diskusi, curah pendapat,
dan demonstrasi. Selain itu, kegiattan promosi kesehatan dapat dilakukan secara tidak langsung
(penyampaian pesan kepada masyarakat tanpa berhadapan langsung), yaitu menggunakan
perantara media cetak dan elektronik, seperti diskusi interaktif yang membahas  masalah kesehatan
masyarakat melalui televise dan radio ataupun tulisan di majalah, koran, atau internet tentang
konsultasi dan tanya jawab kesehatan. Selain itu, promosi kesehatan juga dapat dilakukan dengan
melakukan pemasangan spanduk atau poster yang dipasang di pinggir jalan, puskesma, rumah sakit,
pasar, sekolah, atau tempat umum lain yang sering dilalui dan menjadi tempat pertemuan dan
berkumpul masyarakat. Semua kesehatan tersebut bertujuan mengubah perilku masyarakat kea rah
yang lebih baik dan bermanfaat bagi kesehatan.

2.4 Media ( Alat Peraga ) Pendidikan Kesehatan Masyarakat


Media digunakan sebagai alat bantu penyampaian pesan pendidikan kesehatan dengan menjelaskan
fakta, prosedur, dan tindakan secara lebih sistematis. Semakin banyak indra yang digunakan untuk
menerima pesan, semakin jelas pula pengetahuan yang diperoleh. Media dapat mempermudah
penyampaian pesan kesehatan kepada masyarakat dapat menghindari kesalahan persepsi dengan
penampilan objek yang jelas sehingga mengoptimalkan pencapaian sasaran belajar, sekaligus
menumbuhkan minat terhadap kelompok sasaran, membuat kelompok sasaran menyampaikan dan
meneruskan pesan kepada orang lain yang ada disekitar mereka.
Penggunaan alat peraga harus disesuaikan dengan sasaran, apakah individu atau
kelompok/masyarakat, bahasa yang digunakan oleh sasaran, minat dan perhatian sasaran,
pengetahuan dan pengalaman sasaran menerima pesan yang disampaikan, adat istiadat dan
kebiasaan sasaran, serta karakteristik sasaran, seperti pendidikan, umur, dan pekerjaan. Dengan
demikian, pembuatan alat peraga harus memenuhi kebutuhan masyarakat, sesuai situasi dan kondisi
sasaran. Masing- masing alat peraga mempunyai intensitas yang berbeda- beda di dalam
memfasilitasi pembentukan presepsi masyarakat. Menurut Elgar Dale, alat peraga yang mempunyai
intensitas yang paling tinggi adalah benda asli, sedangkan yang mempunyai intesitas palieng rendah
adalah kata- kata.
Alat peraga yang sering digunakan dalam pendidikan kesehatan di masyarakat antara lain leafleat,
poster, papan tulis, lembar balik, stiker dan majalah. Media elektronik seperti VCD, OHP, dan televisi
juga dapat digunakan sebagai alat peraga pendidikan kesehatan di masyarakat.
Berikut ini adalah pembahasan singkat mengenai alat peraga tersebut :
1. Leaflet
Merupakan selembar kertas yang berisi tulisan tentang masalah kesehatan tertentu yang ingin
disampaikan, bertujuan menambah pengetahuan sasaran, dan dapat digunakan sebagai bahan
diskusi sehingga mencapai sasaran yang lebih luas. Leaflet dapat disebarkan kepada sasaran oleh
perawat komunitas sebelum atau sesudah penyampaian pendidikan kesehatan, agar sasaran lebih
memahami informasi yang disampaikan. Leaflet dapat dibawa pulang dan dimanfaatkan untuk
menybarkan informasi kepada sasaran yang lebih luas seperti keluarga dan masyarakat lain yang ada
di lingkungan sasaran.
Leaflet harus dibuat semanarik mungkin dengan warna dan gambar yang mendukung pesan yang
ingin disampaikan, dan harus menerangkan pesan kesehatan selekap mungkin. Isi leaflet harus dapat
ditangkap dengan sekali baca dan leaflet harus dapat menerangkan dirinya sendiri. Leaflet memilki
ukuran kurang lebih 20-30 cm.
2. Poster 
Poster merupakan selembar kertas dalam bentuk gambar untuk mempengaruhi seseorang agar
tertarik pada pesan yang disampaikan. Poster dibuat dengan gambar dan warna yang merangsang,
dapat menerangkan pesan yang disampaikan secara jelas, dibuat tidak lebih dari 7 kata, dan dapat
dibaca dengan jarak 6 meter. Poster biasanya di pasang di tempat umum atau ditempat orang
banyak, seperti di halte, pasar, persimpangan jalan, rumah sakit, puskesmas ataupun sekolah. Poster
harus dapat menggungah emosi masyarakat yang melihatnya sehingga mudah mengubah perilaku
masyarakat. Poster memiliki ukuran 50x70 cm atau 35x50 cm.

3. Papan Tulis
Papan tulis biasanya digunakan oleh perawat komunitas saat melakukan pendidikan kesehatan di
tatanan sekolah. Papan tulis dapat digunakan berulang kali, untuk mengungkapkan berbagai macam
informasi yang akan disampaikan. Pemanfaatan papan tulis harus di letakkan sejajar dengan mata
sasara agar sasaran tidak menengadah atau terlalu menunduk. Papan tulis diletakkan pada tempat
yang mudah dilihat dan tidak terdapat pantulan sinar yang menganggu pandangan sasaran. Tulisan
yang ingin disampaikan harus jelas, singkat, dan mudah dibaca.

4. Lembar Balik
Lembar balik merupakan koleksi bagan yang disusun dalam urutan tertentu, dengan ukuran sama
dengan poster. Lembar balik dapat dibawah kemana- mana penulisan dan jumlah lembar balik
bergantung pada pesan yang ingin disampaikan dan waktu penyampaian. Urutan penyaji lembar
balik dapat diatur dengan tepat sesuai kebutuhan.

Leaflet, Poster dan Lembar balik juga majalah serta stiker merupakan media cetak, dengan fungsi
terutama memberi informasi kesehatan melalui gambar, kata- kata dan foto, menggunakan
kombinasi warna yang menarik. Media cetak tidak dapat menstimulasi efek suara dan gerak, biaya
murah, tidak memerlukan listrik, dan dapat dibawah kemana saja. Sedangkan media elektronik,
seperti televisi, OHP, dan VCD merupakan media bergerak, dapat dilihat dan di dengar. Media
elektronik lebih mudah memberi pemahaman ke masyarakat, dan mengikutsertakan semua panca
indra, lebih menarik karena terdapat gambar dan suara, dan jangkauan relatif lebih luas. Selain
faktor media, faktor individu subjek sasaran juga memengaruhi keberhasilan pendidikan kesehatan.
Faktor ini meliputi usia, tingkat pendidikan, kejayaan, dan adat istiadat yang terkadang menghambat
proses berubah, lingkungan tempat tinggal sasaran yang tidak memungkinkan perubahan perilaku,
kondisi fisik, dan psikologis sasaran, seperti ketajaman pengamatan, intelegensi, daya tangkap dan
motivasi (notoatmodjo,1993). Faktor pemberi pesan kesehatan atau petugas kesehatan juga
mempengaruhi keberhasilan pendidikan kesehatan. Faktor ini meliputi kurang persiapan dan
penguasaan materi yang akan disampaikan, bahasa yang disampaikan kurang dapat dimengerti,
penampilan kurang menyakinkan, suara terlalu kecil serta pemilihan tempat dan penetapan waktu
yang tidak sesuai dengan keinginan sasaran (Effendy, 1998).

BAB III
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Dari materi yang sudah disampaikan dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa Keperawatan
komunitas adalah suatu upaya pelayanan keperawatan yang merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh perawat dengan mengikutsertakan tim kesehatan
lainnya dan masyarakat untuk memperoleh tingkat kesehatan individu, keluarga, dan masyarakat
yang lebih tinggi. Secara umum belajar adalah suatu proses untuk memperoleh pengetahuan,
pandangan, dan keterampilan yang diperlukan untuk menghasilkan sikap dan perilaku tertentu,
ketika menghadapi suatu keadaan. Mengajar adalah suatu proses mengajak orang lain untuk
memilki pengetahuan.
Teori dalam belajar yaitu trial and error learning, conditioning, Imitasi dan identifikasi. Dalam proses
belajar mengajar dituntut untuk terjadi perubahan secara erubahan kognitif (bertambahnya
pengetahuan), perubahan motivasi (lebih suka atau tidak suka), perubahan group belongingness
atau ideologi kelompok (sering menyangkut budaya), dan perubahan kemampuan mengatur
pengarahan dan otot-otot tubuh (belajar berbicara atau mengendalikan diri). Adapun faktor-faktor
yang mempengaruhi proses belajar adalah sebagai faktor materi, faktor lingkungan, faktor
instrumental, dan faktor individu atau subjek belajar. Dalam menunjang proses belajar mengajar
harus menggunakan metode dan media. Metode yang digunakan seperti ceramah, diskusi kelompok,
curah pendapat, demonstrasi, sedangkan media yang digunakan adalah leafleat, poster, lembar
balik, papan tulis.

3.2  Saran
Perawat dalam proses belajar mengajar harus menguasi apa yang disampaikan dan dapat
menerapkan berbagai strategi yang didalamnya terdapat pendekatan, model, dan teknik agar
masyarakat tertarik dan mudah memahami apa yang disampaikan.

DAFTAR PUSTAKA

Achjar, Komang Ayu Henny. 2011. Asuhan Keperawatan Komunitas : Teori dan Praktik. Jakarta : EGC.
Maulana, Heri D. J. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta : EGC.
Mubarak, Wahit Iqbal dan Nurul Chayati. 2009. Ilmu keperawatan Komunitas Pengantar Teori.
Jakarta : Selemba Medika.
Mubarak, Wahit Iqbal, Nurul Chayati, dan Bambang Adi Santosa. 2012. Ilmu Keperawatan Komunitas
2 Konsep dan Aplikasi. Jakarta : Salemba Medika.
Wijayaningsih, Kartika sari. 2013. Penuntun Praktis Asuhan Keperawatan Komunitas. Jakarta : CV.
Trans Info Media.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Penyuluhan TBC

Oktober 11, 2017

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) TBC Bidang studi               :  Penyakit Dalam Topik                         
: TBC Sub Topik                    : Penanganan TBC Sasaran                        : Mahasiswa Hari/Tanggal             
: Selasa/ 28 Desember 2016 Jam                              : 13.00 wib Waktu                         : 40 menit Tempat 
: esa unggul A.Latar belakang masalah Di Indonesia salah satu penyakit yang ditakuti pada abad ke-
19, TBC adalah penyebab nomor 8 kematian anak usia 1 hingga 4 tahun pada tahun ’20- Berdasarkan
data dari WHO tahun 1993 didapatkan fakta bahwa sepertiga penduduk Bumi telah diserang oleh
penyakit TBC. Sekitar 8 juta orang dengan kematian 3 juta orang pertahun. Diperkirakan dalam
tahun 2002-2020 akan ada 1 miliar manusia terinfeksi, sekitar 5-10 persen berkembang menjadi
penyakit dan 40 persen yang terkena penyakit berakhir dengan kematianan. Tuberkulosis (TBC)
adalah penyakit lama, namun sampai saat ini mas

BACA SELENGKAPNYA

 Diberdayakan oleh Blogger

Gambar tema oleh Radius Images

Arsip

UNKNOWN

KUNJUNGI PROFIL

Arsip

Laporkan Penyalahgunaan

Anda mungkin juga menyukai