KEPERAWATAN KOMUNITAS
A.Defenisi Keperawatan Komunitas
Keperawatan kesehatan komunitas terdiri
dari tiga kata yaitu keperawatan, kesehatan dan
komunitas.
Azrul Azwar (2000) mendefinisikan ketiga kata tersebut sebagai berikut :
2. Kesehatan adalah ilmu yang mempelajari masalah kesehatan manusia mulai dari tingkat
individu sampai tingkat ekosistem serta perbaikan fungsi setiap unit dalam system hayati
tubuh manusia mulai dari tingkat sub sampai dengan tingkat system tubuh
3. Komunitas adalah sekelompok manusia yang saling berhubungan lebih sering dibandingkan
dengan manusia lain yang berada diluarnya serta saling ketergantungan untuk memenuh
keperluan barang dan jasa yan penting untuk menunjang kehidupan sehari-hari.
Keperawatan komunitas adalah suatu upaya pelayanan
keperawatan yang merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan yang dilaksanakan oleh perawat dengan mengikut
sertakan tim kesehatan lainnya dan masyarakat untuk
memperoleh tingkat kesehatan indvidu, keluarga, dan
masyarakat yang lebih tinggi (Departemen Kesehatan RI,
1986).
Tujuan Keperawatan Komunitas untuk pencegahan dan peningkatan
kesehatan masyarakat melalui upaya-upaya sebagai berikut:
1.Latihan
Merupakan penyempurnaan potensi tenaga yang ada dengan mengulang-ulang aktivitas tersebut. Proses ini menghasilkan
tindakan yang tanpa disadari, cepat dan tepat. Dalam kegiatan itu, tampak adanya gerakan berulang-ulang untuk mencapai
kesempurnaaan.
Belajar sebenarnya adalah suatu usaha untuk memperoleh hal-hal baru dalam tingkah laku (pengetahuan, kecakapan,
keterampilan, dan nilai-nilai) dengan aktivitas kejiwaan sendiri. Sifat khas dari proses belajar adalah memperoleh sesuatu yang
baru, yang dulu belum ada sekarang menjadi ada, yang belum diketahui menjadi diketahui.
3. Teori Belajar
Teori belajar atau konsep belajar adalah suatu konsep pemikiran yang dirumuskan mengenai bagaimana proses belajar itu
terjadi.Teori stimulus respons menurut teori ini, belajar adalah mengambil dan menggabungkan tanggapan karena rangsangan
diberikan berulang – ulang. Semakin banyak stimulus yang diberikan, respons yang diperoleh juga banyak. Konsep asosiasi
dikategorikan menjadi trial and error learning, conditioning dan imitasi & identifikasi.
4. Tipe – Tipe Belajar
1. Required.
Situasi yang membutuhkan suatu tindakan atau sikap tertentu untuk dipelajari. Dalam situasi ini, proses pendidikan dapat
berlangsung cepat karena masyarakat tidak diberi alternative lain, disamping yang diberi pendidik sehingga mereka harus
menerima apa saja yang diberikan. Pada situasi belajar ini, perubahan perilaku atau tindakan tertentu benar-benar
dibutuhkan individu atau kelompok individu (misalnya, pendidikan dalam institusi pendidikan atau kelompok masyarakat
yang diserang wabah).
1. Recommended.
Situasi belajar yang menyarankan peserta didik untuk mempelajari perilaku tertentu. Hal ini berarti masyarakat tidak
diharuskan menerima perilaku yang disarankan, masyarakat boleh menerima atau menolak. Tujuan program ini adalah
memberikan informasi, menyadarkan, menasehati orang dan mendorong masyarakat menilai sendiri program yang
disarankan.
1. Self-directive.
Dalam situasi belajar ini, masyarakat telah mengetahui pentingnya masalah kesehatan yang terjadi. Oleh sebab itu,
masyarakat atau sasaran pendidikan sendiri yang menentukan tujuan yang harus dicapai. Tugas petugas dalam program ini
adalah membantu masyarakat dalam mencari informasi, mengevaluasi, merencanakan, dan menyusun program mereka
sendiri. Bantuan ini berupa petunjuk, pengarahan, bimbingan, dan daran kepada masyarakat.
5. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Belajar
Menurut J. Guilbert seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), faktor-faktor yang
mempengaruhi proses belajar adalah sebagai berikut :
a. Faktor materi. Bahan pelajaran yang digunakan dalam proses belajar. Materi untuk pengetahuan,
sikap, dan keterampilan substansinya akan berbeda.
b. Faktor lingkungan. Mencakup lingkungan fisik (suhu, cuaca, penerangan, kebisingan, dan
kondisi tempat belajar). Dan lingkungan sosial (manusia dengan segala interaksi dan statusnya).
c. Faktor instrumental. terdiri atas perangkat keras atau hardware (perlengkapan belajar dan alat
peraga), dan perangkat lunak atau software (kurikulum, pengajar dan metode belajar).
d. Faktor individu atau subjek belajar. Yaitu kondisi individual subjek belajar yang terdiri atas
kondisi fisiologis (gizi, dan pancaindra terutama pendengaran dan penglihatan), dan kondisi
psikologis (intelegensi, pengamatan, daya tangkap, ingatan, motivasi, bakat, sikap, daya
kreativitas, dan persepsi).
E. Metode Pendidikan Kesehatan Masyarakat
Pendidikan kesehatan merupakan salah satu kegiatan yang ditunjukan dalam rangka promosi
kesehatan. Pendidikan kesehatan merupakan kegiatan penyampaian pesan kesehatan kepada
individu, keluarga, kelompok,ataupun masyarakat agar mereka memperoleh pengetahuan
kesehatan, yang nantinya berpengaruh pada sikap dan perilaku sehat mereka. Perubahan yang
terjadi di masyarakat dapat dipengaruhi oleh peran perawat komunitas dalam menyampaikan pesan
kesehatan. Sasaran penerima pesan kesehatan yang dalam hal ini adalah masyarakat, juga
dipengaruhi oleh bagaimana pesan terebut sampai di masyarakat dengan memerhatikan aspek
waktu, kesesuaian metode atau media atau alat peraga yang digunakan, ketersedian sarana dan
fasilitas yang ada di masyarakat, tujuan penyampaian pendidikan kesehatan, besarnya kelompok
masyarakat yang akan diberikan pesan kesehatan, dan kemampuan masyarakat dalam menerima
pesan kesehatan tersebut. Metode pendidikan kesehatan dipilih berdasarkan besarnya kelompok
masyarakat, tingkat pendidikan masyarakat, dan tujuan pendidikan kesehatan. Pada sasaran
kelompok dan masyarakat, perawat komunitas dapat menggunakan metode ceramah, diskusi
kelompok, curah pendapat (brain storning), dan demonstrasi.
F.Media ( Alat Peraga ) Pendidikan Kesehatan Masyarakat.
Media digunakan sebagai alat bantu penyampaian pesan pendidikan kesehatan dengan
menjelaskan fakta, prosedur, dan tindakan secara lebih sistematis. Semakin banyak
indra yang digunakan untuk menerima pesan, semakin jelas pula pengetahuan yang
diperoleh. Media dapat mempermudah penyampaian pesan kesehatan kepada
masyarakat dapat menghindari kesalahan persepsi dengan penampilan objek yang jelas
sehingga mengoptimalkan pencapaian sasaran belajar, sekaligus menumbuhkan minat
terhadap kelompok sasaran, membuat kelompok sasaran menyampaikan dan
meneruskan pesan kepada orang lain yang ada disekitar mereka. Alat peraga yang
sering digunakan dalam pendidikan kesehatan di masyarakat antara lain leafleat, poster,
papan tulis, lembar balik, stiker dan majalah. Media elektronik seperti VCD, OHP, dan
televisi juga dapat digunakan sebagai alat peraga pendidikan kesehatan di masyarakat.