Anda di halaman 1dari 3

I.

TIGA LEVEL PENCEGAHAN


Leavell & Clark (1958) mengidentifikasi tiga level pencegahan dalam ppraktek
kesehatan, yaitu: pencegahan primer, pencegahan sekunder dan pencegahan tersiier.
Ketiga level pencegahan digambarkan dalam bentuk segitiga, dimana level pencegahan
primer sebagai dasar (Pakpahan, dkk, 2020).
Allender, Rector & Warner (2014) dan Nies & McEwen (2019) menjelaskan secara
rinci sebagai berikut:
A. Pencegahan Primer
Ditujukan kepada individu atau populasi sehat. Pencegahan primer berkaitan
dengan kegiatan yang diarahkan pada pencegahan sebuah masalah sebelum masalah
tersebut terjadi dengan mengubah kerentanan atau mengurangi paparan pada
individu yang rentan. Pencegahan primer terdiri dari promosi kesehatan, edukasi
kesehatan, dan perlindungan spesifik. Bentuk upaya promosi kesehatan antara lain:
pola makan seimbang, kegiatan olahraga, pola tidur cukup, dsb. Sedangkan
perlindungan kesehatan antara lain: imunisasi, pemurnian air, dll (Pakpahan, dkk,
2020).
Dalam Pakpahan, dkk (2021) Pencegahan primer secara garis besar bisa
dilakukan melalui dua kelompok kegiatan yakni:
1. Peningkatan derajat kesehatan (health promotion)
Pencegahan umum yaitu meningkatkan derajat kesehatan individu, keluarga
serta masyarakat secara maksimal mengurangi peranan penyebab serta derajat
risiko dan meningkatkan lingkungan yang sehat melalui serangkaian kegiatan,
sebagai berikut:
a. Pendidikan kesehatan
b. Penyuluhan kesehatan masyarakat
c. Pengamatan tumbuh kembang anak
d. Pengadaan rumah sehat
e. Pengendalian lingkungan masyarakat
f. Program pemberantasan penyakit tidak menular
g. Simulasi dini kesehatan keluarga serta asuhan pada anak dan balita, dan
penyuluhan terkait pencegahan penyakit
2. Pencegahan khusus (specific protection)
Upaya yang ditujukan utamanya bagi orang-orang yang mempunyai risiko
untuk terserang penyakit tertentu. Perlindungan khusus dapat dilakukan melalui
serangkaian kegiatan, yaitu:
a. Imunisasi pada balita
b. Personal hygiene
c. Proteksi terhadap terjadinya kecelakaan
d. Proteksi terhadap lingkungan kesehatan kerja
e. Proteksi terhadap paparan karsinogen, toxic, serta alergi
B. Pencegahan Sekunder
Dalam Pakpahan, dkk (2021) Pencegahan sekunder terdapat dua kelompok
kegiatan, yakni:
1. Diagnosis dini dan pengobtaan yang cepat dan tepat (early diagnosis and prompt
treatment)
Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan: pemeriksaan kasus dini (early
case finding), pemeriksaan umum lengkap (general check up), pemeriksaan
massal (mass screening), survey terhadap kontak, sekolah dan rumah (contact
survey, school survey, household survey), kasus (case holding), dan pengobatan
adekuat (adekuat treatment). Penemuan kasus secara dini dapat dilakukan
melalui:
a. Pemeriksaan berkala pada kelompok pada kelompok populasi tertentu
misalnya pegawai negeri, buruh/pekerja perusahaan tertentu, pelajar dan
mahasiswa dan kelompok tentara, termasuk juga tes kesehatan terhadap
calon mahasiswa, calon pegawai, calon tentara juga bagi siapa saja yangg
membutuhkan surat keterangan kesehatan untuk tujuan tertentu.
b. Penyaringan (screening), yaitu pencerian penderita secara dini bagi
penyakit yang secara klinis belum nampak pada penduduk secara umum
ataupun pada kelompok risiko tinggi
c. Surveilans epidemiologi yaitu kegiatan pencatatan dan pelaporan yang
teratur dan terus-menerus dengan tujuan memperoleh data mengenai proses
penyakit yang ada pada masyarakat, termasuk data mengenai kelompok
risiko tinggi penyakit menular tertentu.
2. Pembatasan kecacatan (disability limitation)
Upaya yang dpaat dilakukan adalah dengan menyempurnakan dan
menintendsifkan pengobatan lanjutan, mencegah komplikasi, memperbaiki
fasilitas kesehatan, emnurunkan beban sosial penderita, dan lain sebagainya.
C. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier ditujukan kepada populasi yang telah mengalami penyakit
atau cedera dan berfokus pada pembatasan kecacatan serta rehabilitas. Hal ini
bertujuan untuk mencegah masalah kesehatan menjadi semakin buruk, mengurangi
efek dari penyakit, cidera dan mengembalikan fungsi individu level optimal. Contoh
pencegahan tersier antara lain fisioterapi dan terapi okupasi pada pasien stroke dan
cedera tulang mengajarkan pemakaian insulin dirumah pada pasien diabetes melitus
dan keluarga (Pakpahan, dkk, 2020).

Pakpahan, M., Hutapea, A. D., Siregar, D., dkk. 2020. Keperawatan Komunitas. Medan:
Yayasan Kita Menulis
Pakpahan, M., Hutapea, A. D., Siregar, D., dkk. 2020. Promosi Kesehatan dan Perilaku
Kesehatan. Medan: Yayasan Kita Menulis

Anda mungkin juga menyukai