Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PENYULUHAN PEMBANGUNAN DAN PERAN MAHASISWA DI


DALAMNYA

Ditulis untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Penyuluhan dan Komunikasi Perikanan


Dosen : Dr. Ir. H. Ismadi, MS

Oleh :
Putri Anzhar Weni (165080301111061)

Kelas T1

TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
KATA PENGANTAR
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Penyuluhan dan
Komunikasi Perikanan yang membahas tentang pentingnya diadakan penyuluhan
terkait pembangunan yang ada di Indonesia serta peran mahasiswa dalam penyuluhan
tersebut sehingga dengan adanya makalah ini diharapkan dapat memberikan
pengetahuan bagi para pembaca. Dalam pengerjaannya penulis mengambil beberapa
sumber jurnal dan skripsi penelitian.
Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Puja dan Puji syukur kami panjatkan kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan
makalah dengan baik dan tepat pada waktumya. Dalam kesempatan ini kami
mengucapkan banyak terimakasih kepada

1. Dr. Ir. H. Ismadi, MS selaku dosen mata kuliah Penyuluhan dan Komunikasi
Perikanan
2. Orang tua kami yang banyak memberikan semangat dan bantuan
3. Teman-teman yang telah membantu
4. Semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini.

Demikian makalah ini dibuat, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi dan harapan penulis semoga apa
yang telah disampaikan lewat makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Malang, 15 Mei 2019

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyuluhan adalah proses perubahan perilaku di kalangan masyarakat agar


mereka tahu, mau dan mampu melakukan perubahan demi tercapainya peningkatan
produksi, pendapatan atau keuntungan dan perbaikan kesejahteraanya. Dalam
perkembangannya, pengertian tentang penyuluhan tidak sekedar diartikan sebagai
kegiatan penerangan, yang bersifat searah dan pasif. Tetapi, penyuluhan adalah
proses aktif yang memerlukan interaksi antara penyuluh dan yang disuluh agar
terbangun proses perubahan “perilaku” yang merupakan perwujudan dari
pengetahuan, sikap, dan ketrampilan seseorang yang dapat diamati oleh orang atau
pihak lain, baik secara langsung (ucapan, tindakan, bahasa-tubuh) maupun tidak
langsung (melalui kinerja atau hasil kerjanya). Dengan kata lain bahwa penyuluhan
tidak berhenti pada penyebar luasan informasi atau inovasi, dan memberikan
penerangan tetapi merupakan proses yang dilakukan secara terus-menerus, sekuat-
tenaga dan pikiran memakan waktu dan melelahkan sampai terjadinya perubahan
perilaku yang ditunjukkan oleh penerima manfaat penyuluhan (beneficiaries).

Penyuluhan pembangunan digunakan sebagai ilmu sosial terapan yang seharusnya


mampu berperan meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) terutama dalam
membentuk dan mengubah perilaku masyarakat untuk mencapai taraf hidupyang
lebih berkualitas. Pembentukan dan perubahan perilaku tersebut, baik dalam dimensi
seluruh aspek kehidupan manusia, dimensi kemasyarakatan yang meliputi jangkauan
kesejahteraan dari materiil hingga non materiil, dimensi waktu dan kualitas yaitu
jangka pendek hingga jangka panjang dan peningkatan kemampuan dan kualitas
untuk pelayanannya serta dimensi sasaran yaitu dapat menjangkau dari seluruh
masyarakat. Penyuluhan pembangunan diposisikan sebagai usaha mengendalikan
atau memanipulasi lingkungan sedemikian rupa, sehingga dapat mempengaruhi
orang-orang tertentu untuk mau mengubah pola perilakunya untuk memperbaiki mutu
kehidupan mereka (Rahman dan Maharani, 2016).

Dengan diadakannya penyuluhan diharapkan masyarakat dapat memahami


pembangunan yang ada di Indonesia. Serta peran mahasiswa di dalam kegiatan
penyuluhan tersebut sebagai pelaksana teknis sangat dibutuhkan sebagai perantara
antara pemerintah dengan masyarakat dalam hal transfer informasi, teknologi serta
bantuan proses pelaksanaan programnya, dan diharapkan mahasiswa dapat
memberikan masukan atau solusi alternatif yang dapat didiskusikan dengan penyuluh.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana dasar-dasar dalam penyuluhan pembangunan?
1.2.2 Bagaimana penyuluhan pembangunan yang dilakukan di Indonesia?
1.2.3 Bagaimana peran mahasiswa di dalam penyuluhan tersebut
1.2.4 Bagaimana tujuan dari adanya penyuluhan?

1.3 Manfaat
1.3.1 Mengetahui dasar-dasar dalam penyuluhan pembangunan
1.3.2 Mengetahui penyuluhan pembangunan yang dilakukan di Indonesia
1.3.3 Mengetahui peran mahasiswa di dalam penyuluhan tersebut
1.3.4 Mengetahui tujuan diadakannya penyuluhan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Prinsip-prinsip Penyuluhan Pembangunan

. Menurut Van Den Ban (1999), penyuluhan merupakan keterlibatan seseorang


untuk melakukan komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu
sesamanya memberikan pendapat sehingga bisa membuat keputusan yang benar.
Sebagai contoh : Suatu kegiatan penyuluhan tanaman pangan, dimana seorang
penyuluh membantu memberikan informasi yang jelas dan lengkap kepada para
petani tentang pentingnya menanam tanaman pangan untuk menjaga keamanan
pangan rumah tangga, daerah dan negara, sehingga para petani dapat
mempertimbangkan betapa pentingnya menanam tanaman pangan dan pada akhirnya
itu menjadi salah satu pertimbangan oleh petani dalam mengambil keputusan
komoditi apa yang akan ditanamnya di lahan pertaniannya.

Menurut Hubeis (2007), menyatakan bahwa penyuluhan adalah sebagai proses


pembelajaran (pendidikan nonformal) yang ditujukan untuk petani dan keluarganya
dalam pencapaian tujuan pembangunan. Maksudnya bila di contohkan adalah seperti
suatu kegiatan penyuluhan Keluarga Berencana (KB) yang dahulu intensif dilakukan
kepada masyarakat, termasuk masyarakat petani yang pada umumnya golongan
menengah ke bawah. Hal ini dilakukan dahulu secara intensif sehingga bisa menekan
laju pertumbuhan penduduk dan bisa meningkatkan perekonomian rakyat sedikit
demi sedikit guna mencapai tujuan dari pembangunan.

Pengertian penyuluhan dalam arti umum adalah ilmu sosial yang mempelajari
sistem dan proses perubahan pada individu serta masyarakat agar dapat terwujud
perubahan yang lebih baik. Penyuluhan Pembangunan merupakan bagian penting
yang tak bisa dipisahkan dari proses pembangunan/pengembangan masyarakat dalam
arti luas. Dan, penyuluhan pembangunan merupakan suatu kegiatan proses perubahan
sosial, ekonomi dan politik untuk memberdayakan dan memperkuat kemampuan
masyarakat melalui proses belajar bersama yang partisipatif, agar terjadi perubahan
dalam prilaku pada diri semua stakeholders (individu, kelompok, kelembagaan) yang
terlibat dalam proses pembangunan, demi terwujudnya kehidupan yang semakin
berdaya, mandiri, dan partisipatip yang semakin sejahtera secara berkelanjutan
(sustainable). Intinya, Penyuluhan adalah kegiatan mendidik orang (kegiatan
pendidikan)dengan tujuan mengubah perilakunya agar sesuai dengan yang
direncanakan/dikehendaki yakni orang makin modern. Ini merupakan usaha
mengembangkan (memberdayakan) potensi individu klien agar lebih berdaya secara
mandiri (helping people to help themselves).
Menurut Mardikanto (2009), Prinsip adalah suatu pernyataan tentang
kebijaksanaan yang dijadikan pedoman dalam pengambilan keputusan dan
melaksanakan kegiatan secara konsisten. Karena itu, prinsip akan berlaku umum,
dapat diterima secara umum, dan telah diyakini kebenarannya dari berbagai peng-
amatan dalam kondisi yang beragam. Dengan demikian “prinsip” dapat dijadikan
sebagai landas-an pokok yang benar, bagi pelaksanaan kegiatan yang akan dilak-
sanakan. Prinsip penyuluhan pertanian adalah pedoman atau pegangan dalam
menyelenggarakan kegiatan penyuluhan yang dapat diterima kebenarannya dalam
bertingkah laku. Untuk itu penyelenggaraan penyuluhan harus: menurut keadaan
yang nyata, ditujukan kepada kepentingan dan kebutuhan sasaran, merupakan
pendidikan yang demokrasi, perencanaanya disusun bersama, bersifat fleksibel dan
penilaian hasil didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi pada sasaran.
Penyuluhan memiliki prinsip-prinsip sebagai berikut :

1. Mengerjakan, artinya, kegiatan penyuluhan harus sebanyak mungkin melibatkan


masyarakat untuk mengerjakan atau menerapkan sesuatu. Karena melalui
“mengerjakan” mereka akan mengalami proses belajar (baik dengan menggunakan
pikiran, perasaan, dan ketram-pilannya) yang akan terus diingat untuk jangka waktu
yang lebih lama.
2. Akibat, artinya, kegiatan penyuluhan harus memberikan akibat atau pengaruh yang
baik atau bermanfaat. Sebab, perasaan senang atau puas atau tidak-senang atau
kecewa akan mempengaruhi semangatnya untuk mengikuti kegiatan belajar atau
penyuluhan dimasa-masa mendatang.
3. Asosiasi, artinya, setiap kegiatan penyuluhan harus dikaitkan dengan kegiatan
lainnya. Sebab, setiap orang cenderung untuk mengaitkan/menghubungkan
kegiatannya dengan kegiatan atau peristiwa yang lainnya. Misalnya, dengan melihat
cangkul orang diingatkan kepada penyuluhan tentang persiapan lahan yang baik
melihat tanaman yang kerdil atau subur, akan mengingatkannya kepada usahaa-usaha
pemupukan.
4. Minat dan Kebutuhan, artinya, penyuluhan akan efektif jika selalu mengacu kepada
minat dan kebutuhan masyarakat. Mengenai hal ini, harus dikaji secara mendalam:
apa yang benar-benar menjadi minat dan kebutuhan yang dapat menyenangkan setiap
individu maupun segenap warga masyarakatnya, kebutuhan apa saja yang dapat
dipenyui sesuai dengan terse-dianya sumberdaya, serta minat dan kebutuhan mana
yang perlu mendapat prioritas untuk dipenuhi terlebih dahulu.
5. Organisasi masyarakat bawah, artinya penyuluhan akan efektif jika mampu
melibatkan/menyentuk organisasi masyarakat bawah, sejak dari setiap
keluarga/kekerabatan.
6. Keragaman budaya, artinya, penyuluhan harus memperha-tikan adanya keragaman
budaya. Perencanaan penyuluhan harus selalu disesuaikan dengan budaya lokal yang
beragam. Di lain pihak, perencanaan penyuluhan yang seragam untuk seti-ap wilayah
seringkali akan menemui hambatan yang bersumber pada keragaman budayanya.
7. Perubahan budaya, artinya setiap kegiatan penyuluhan akan mengakibatkan
perubahan budaya. Kegiatan penyuluhan harus dilaksanakan dengan bijak dan hati-
hati agar perubahan yang terjadi tidak menimbulkan kejutan-kejutan budaya. Karena
itu, setiap penyuluh perlu untuk terlebih dahulu memperhatikan nilai-nilai budaya
lokal seperti tabu, kebiasaan-kebiasaan, dll.
8. Kerjasama dan partisipasi, artinya penyuluhan hanya akan efektif jika mampu
menggerakkan partisipasi masyarakat untuk selalu bekerjasama dalam melaksanakan
program-program penyuluhan yang telah dirancang.
9. Demokrasi dalam penerapan ilmu, artinya dalam penyuluhan harus selalu
memberikan kesempatan kepada masyarakatnya untuk menawar setiap ilmu alternatif
yang ingin diterapkan. Yang dimaksud demokrasi di sini, bukan terbatas pada tawar-
menawar tentang ilmu alternatif saja, tetapi juga dalam penggunaan metoda
penyuluhan, serta proses pengambilan keputusan yang akan dilakukan oleh
masyarakat sasarannya.
10. Belajar sambil bekerja, artinya dalam kegiatan penyuluhan harus diupayakan agar
masyarakat dapat “belajar sambil bekerja” atau belajar dari pengalaman tentang
segala sesuatu yang ia kerjakan. Dengan kata lain, penyuluhan tidak hanya sekadar
menyampaikan informasi atau konsep-konsep teoritis, tetapi harus memberikan
kesempatan kepada masyarakat sasaran untuk mencoba atau memperoleh pangalaman
melalui pelaksanaan kegiatan secara nyata.
11. Penggunaan metoda yang sesuai, artinya penyuluhan harus dilakukan dengan
penerapan metoda yang selalu disesuaikan dengan kondisi (lingkungan fisik,
kemampuan ekonomi, dan nilai sosialbudaya) sasarannya. Dengan kata lain, tidak
satupun metoda yang dapat diterapkan di semua kondisi sasaran dengan efektif dan
efisien.
12. Kepemimpinan, artinya, penyuluh tidak melakukan kegiatan-kegiatan yang hanya
bertujuan untuk kepentingan/kepuasannya sendiri, dan harus mampu
mengembangkan kepemimpinan. Dalam hubungan ini, penyuluh sebaiknya mampu
menumbuhkan pemimpin-pemimpin lokal atau memanfaatkan pemimpin lokal yang
telah ada untuk membantu kegiatan penyuluhannya.
13. Spesialis yang terlatih, artinya, penyuluh harus benar-benar pribadi yang telah
memperoleh latihan khusus tentang segala sesuatu yang sesuai dengan fungsinya
sebagai penyuluh. Penyuluh-penyuluh yang disiapkan untuk menangani kegiatan-
kegiatan khusus akan lebih efektif dibanding yang disiapkan untuk melakukan
beragam kegiatan (meskipun masih berkaitan dengan kegiatan pertanian).
2.2 Penyuluhan Pembangunan di Indonesia

Menurut Karsidi (2001), penyuluhan pembangunan, sebagai ilmusosial


terapan, seharusnya mampu berperan meningkatkan kualitas sumber daya manusia
(SDM), terutama dalam membentuk dan mengubah perilaku masyarakat untuk
mencapai taraf hidup yang lebih berkualitas. Pembentukan dan perubahan perilaku
tersebut, baik dalam dimensi seluruh aspek kehidupan manusia, dimensi
kemasyarakatan yang meliputi jangkauan kesejahteraan dari materiil hingga non
materiil, dimensi waktu dan kualitas yakni jangka pendek hingga jangka panjang dan
peningkatan kemampuan dan kualitas untuk pelayanannya,serta dimensi sasaran,
yaitu dapat menjangkau dari seluruh strata masyarakat. Namun, dalam kenyataannya,
peran penyuluhan pembangunan mengalami gelombang pasang sesuai kebutuhan dan
tuntutannya. Pada saat di mana suatu program pembangunan didominasi oleh peran
pemerintah, dan peran masyarakat sipil lemah, penyuluhan lebih ditempatkan sebagai
saluran mempercepat program-program pembangunan. Penyuluhan pembangunan
diposisikan sebagai usaha mengendalikan atau memanipulasi lingkungan sedemikian
rupa, sehingga dapat mempengaruhi orang-orang tertentu untuk mau mengubah pola
perilakunya untuk memperbaiki mutu kehidupan mereka. Sebaliknya, jika peran
masyarakat sipil kuat,dan ditempatkan sebagai subjek sasaran penyuluhan, maka
penyuluhan tidak lain adalah upaya pemberdayaan sasaran penyuluhan tersebut.

Di Indonesia, perkembangan penyuluhan mulai tercatat bersamaan dengan


berdirinya Departemen Pertanian (Van Landbouw) pada tahun 1905. Pada masa itu,
salah satu tugas departemen tersebut adalah menyalurkan hasil penyelidikan pertanian
kepada petani. Menjelang dan awal Pelita I, melalui program Bimbingan Massal-
Intensifikasi Massal (Bimas-Inmas), penyuluhan dilakukan besar-besaran. Walaupun
demikian, praktis sejak perang kemerdekaan, orientasi kegiatan penyuluhan ditujukan
untuk meningkatkan produksi bahan makanan pokok rakyat Indonesia, yaitu
beras.Puncak pengaruh langsung maupun tidak langsung pelaksanaan penyuluhan
adalah keberhasilan Indonesia mencapai swasembada pangan, yaitu beras yang diakui
secara internasional pada siding FAO 1985 di Roma.Pada tahun 1993, ketika hampir
semua produk pertanian telah meningkat secara nyata dan ada kecenderungan
kelebihan produksi pada taraf harga tertentu, kegiatan penyuluhan yang berorientasi
hanya pada peningkatan produksi perlu dipertanyakan kembali. Falsafah yang selama
ini diketahui sekedar meningkatkan produk perlu dikaji kembali. Selain itu,
kelembagaan/institusi (pendidikan/pemerintahan/birokrasi) yang juga berorientasi
pada peningkatan produksi sector pertanian (termasuk subsektor tanaman pangan,
perkebunan, perikanan, dan peternakan) juga perlu ditinjau kembali. Sejarah
penyuluhan di Indonesia menurut Pambudy (1998), dapat dibagi atas lima tahapan
perkembangan yang sejalan dengan perkembangan pembangunan pertanian yaitu:
pertama,penyuluhan pertanian sebelum 1945; kedua perkembangan tahun 1945-1969;
ketiga, pada zaman Orde Baru sampai 1984; keempat, antara tahun 1984-1988; dan
kelima, penyuluhan pertanian Pembangunan Jangka Panjang II

2.3 Peran Mahasiswa dalam Kegiatan Penyuluhan

Mahasiswa adalah pelajar perguruan tinggi serta dalam struktur pendidikan


Indonesia menduduki jenjang satuan pendidikan tertinggi di antara yang lainnya.
Mahasiswa dikatakan sebagai Moral Force, artinya bahwa mahasiswa memiliki
tingkat pendidikan yang paling tinggi, sehingga diwajibkan untuk mereka memiliki
moral yang baik pula. Tingkat intelektual seorang mahasiswa akan disejajarkan
dengan tingkat moralitasnya dalam kehidupannya. Hail ini yang menyebabkan
mengapa mahasiswa dijadikan kekuatan dari moral bangsa yang diharapkan mampu
menjadi contoh dan juga penggerak perbaikan moral pada masyarakat. Sedangkan
Mahasiswa sebagai Agent of Change artinya yaitu mahasiswa juga bertindak sebagai
penggerak yang mengajak seluruh masyarakat untuk dapat bergerak dalam
melakukan perubahan ke arah yang lebih baik lagi, dengan pertimbangan berbagai
ilmu, gagasan, serta pengetahuan yang mereka miliki. Bukan waktunnya lagi sebagai
mahasiswa hanya diam dan juga tidak peduli dengan permasalahan banggsa dan juga
negarannya, karena dipundak merekalah (mahasiswa) titik kebangkitan suatu negara
atau bangsa diletakan.
Memberi penyuluhan tidak hanya sekedar datang menemui masyarakat dan
berbicara di depan masyarakat mengenai apa yang akan disampaikan saja. Melainkan
dalam memberi penyuluhan kita harus memiliki metode-metode yang akan
digunakan, gunanya agar apa yang kita sampaikan dapat diterima oleh masyarakat
sekitar. Masyarakat Indonesia memiliki sifat, watak, dan karakter yang berbeda-beda,
sehingga kita tidak bisa begitu saja memberi penyuluhan dan memaksa masyarakat
menerima apa yang kita sampaikan. Terdapat banyak metode dalam memberikan
penyuluhan yang bisa dipilih seperti: metode ceramah (menyampaikan suatu ide,
pengetian atau pesan kepada sekelompok sasaran sehingga memperoleh informasi),
metde diskusi kelompok (pembicaraan dengan mendiskusikan suatu topik yang
dipimpin oleh ketua diskusi), metode curahpendapat (pemecahan masalah dengan
setiap anggoota mengusulkan pendapatnya), metode panel (pembicaraan yang
direncanakan di depan peserta mengenai suatu topik), metode bermain peran
(memerankan sebuah situasi dalam kehidupan manusia dengan tanpa diadakan
latihan), metode demonstrasi (menunjukkan pengertiaan, ide, atau prosedur dengan
menggunakan alat peraga), metode simposium (ceramah yang diberikan oleh 2
sampai 5 orang dengan topik yang berlebihan tetapi saling berhubungan erat), metode
seminar (sekelompok orang yang membahas suatu masalah dengan dipimpin oleh
seseorang yang ahli dalam bidangnya). Dengan menggunakan metode-metode
tersebut sesuai dengan kondisi yang ada diharapkan dapat membantu mempermudah
mahasiswa dalam memberikan penyuluhan kepada masyarakat.

Dengan adanya penyuluhan yang dilakukan oleh mahasiswa kepada


masyarakat diharapkan tercapainya tujuan yaitu adanya perubahan prilaku pada
individu, keluarga dan masyarakat. Jadi, sebagai mahasiswa yang memiliki rasa
peduli kepada masyarakat harus melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat
sekitar. Seperti yang telah dipaparkarkan sebelumnya, melakukan hal yang
bermanfaat untuk masyarakat bisa seperti memberikan penyuluhan dengan
menggunakan cara yang benar sehingga dapat diterima oleh masyarakat atau dengan
turun langsung berperan dalam menangangi masalah yang ada sehingga masyarakat
bisa mencontoh apa yang kita lakukan.

2.4 Tujuan Penyuluhan

Penyuluhan adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan seseorang


melalui teknik praktik belajar atau instruksi dengan tujuan mengubah atau
mempengaruhi perilaku manusia baik secara individu, kelompok maupun masyarakat.
Tujuan penyuluhan adalah mengubah perilaku masyarakat ke arah perilaku sehat
sehingga tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal, untuk mewujudkannya,
perubahan perilaku yang diharapkan setelah menerima pendidikan tidak dapat terjadi
sekaligus. Oleh karena itu, pencapaian target penyuluhan dibagi menjadi tujuan
jangka pendek yaitu tercapainya perubahan pengetahuan, tujuan jangka menengah
hasil yang diharapkan adalah adanya peningkatan pengertian, sikap, dan keterampilan
yang akan mengubah perilaku ke arah perilaku sehat, dan tujuan jangka panjang
adalah dapat menjalankan perilaku sehat dalam kehidupan sehari-harinya.
Menurut WHO (1954), tujuan penyuluhan kesehatan adalah untuk merubah
perilaku perseorangan dan masyarakat dalam bidang kesehatan. Tujuan penyuluhan
kesehatan pada hakekatnya sama dengan tujuan pendidikan kesehatan yaitu antara
lain :
a. Tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam
membina dan memelihara perilaku hidup sehat dan lingkungan sehat, serta
berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.
b. Terbentuknya perilaku sehat pada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat yang sesuai dengan konsep hidup sehat baik fisik, mental dan
sosial sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian.Penyuluhan
merupakan salah satu upaya promotif dalam pelaksanaan program Usaha
Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS).
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Penyuluhan dalam arti umum adalah ilmu sosial yang mempelajari sistem dan
proses perubahan pada individu serta masyarakat agar dapat terwujud perubahan yang
lebih baik. Penyuluhan Pembangunan merupakan bagian penting yang tak bisa
dipisahkan dari proses pembangunan/pengembangan masyarakat dalam arti luas.
Dan, penyuluhan pembangunan merupakan suatu kegiatan proses perubahan sosial,
ekonomi dan politik untuk memberdayakan dan memperkuat kemampuan masyarakat
melalui proses belajar bersama yang partisipatif. Mahasiswa dianggap sebagai Agent
of Change, dimana diharapkan dapat memberi perubahan yang lebih baik di
masyarakat. Peran mahasiswa di dalam kegiatan penyuluhan diharapkan dapat
mengubah pola piker masyarakat menjadi semakin baik. Sehingga dapat tercapai
tujuan penyuluhan yaitu dapat mengubah perilaku masyarakat ke arah perilaku sehat
sehingga tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal, untuk mewujudkannya,
perubahan perilaku yang diharapkan setelah menerima pendidikan tidak dapat terjadi
sekaligus.
DAFTAR PUSTAKA

Hubeis, A.V. S. 2007. Motivasi, Kepuasan Kerja dan Produktifitas Penyuluh


Pertanian Lapangan (Kasus Kabupaten Sukabumi). Jurnal Penyuluhan. 3(2).
Karsidi, R. 2001. Paradigma Baru Penyuluhan Pembangunandalam Pemberdayaan
Masyarakat. Mediator. 2 (1) : 115-125

Mardikanto, T. 2009. Redefinisi dan Revitalisasi Penyuluhan Pertanian. Sukoharjo :


PUSPA
Sekretariat Negara R.I. 2006. Undang-undang No. 15 Tahun 2006 Tentang Sistem
Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan. Jakarta: Sekretariat Negara RI
Van den Ban, A.W. and H.S. Hawkins, 1999. Penyuluhan Pertanian. Yogyakarta:
Kanisius

Anda mungkin juga menyukai