KOMUNITAS
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT karena telah dapat
menyusun modul komunitas. Buku ini disusun sebagai pedoman bagi mahasiswa dalam
menjalankan proses pembelajaran sesuai dengan pokok bahasan mata kuliah komunitas yang
diajarkan pada mahasiswa Program Diploma Keperawatan.
Buku ini tersusun atas kerjasama tim pengajar mata kuliah komunitas, oleh karena itu
penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang turut membantu penyelesaian buku ini.
Buku ini tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, untuk 1 /84 itu penulis
sangat mengharap kritik dan saran serta masukan dari i berbagai pihak agar buku ini Semoga
buku ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan
Buku ini tersusun atas kerjasama tim pengajar mata kuliah komunitas, oleh karena itu
penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang turut membantu penyelesaian buku ini.
Buku ini tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, untuk itu penulis sangat
mengharap kritik dan saran serta masukan dari berbagai pihak agar buku ini menjadi
sempurna. Semoga buku ini dapat bermanfaat dan dapat menambah wawasan keilmuan
pembaca dalam komunitas secara procedural di kampus. Terima kasih.
Tim Penyusun
Pembelajaran dilakukan di kampus prodi D III keperawatan bima sesuai pada jadwal yang
telah ditentukan. Mahasiswa akan dibagi menjadi kelompok kelompok kecil dengan
jumlah mahasiswa sebanyak maksimal 10 mahasiswa per kelompok. Masing-masing
kelompok akan dibimbing secara intensif oleh instruktur Praktik dengan fasilitas yang
tersedia di kampus keperawayan prodi D III keperawatan bima. Mahasiswa dituntut untuk
berperan aktif dalam proses Pembelajaran dan diharapkan semua mahasiswa mampu
mendemonstrasikan skill yang sedang di Pelajari. Selain kegiatan Pembelajaran dibawah
bimbingan instruktur, mahasiswa juga mempunyai kesempatan untuk belajar mandiri
sesuai jadwal yang telah ditentukan maupun belajar mandiri diluar jadwal yang telah
ditentukan dengan seijin coordinator mata kuliah. Diakhir kegiatan Pembelajaran,
mahasiswa wajib untuk mengikuti ujian skills (OSCE).
B. UjianSkill
Ujian peraktek dilakukan pada akhir masa Praktik. Ujian ini untuk mengetahui penyerapan
mahasiswa tentang Praktik yang telah dijalankan dan mengetahui kemampuan mahasiswa
dalam melakukan Praktik. Bahan-bahan ujian terutama dari bahan Praktik dan teori,
C. Sistem Penilaian
a. Pretes
b. Proses Praktik
c. Postes
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL
A.Petunjuk umum
1. Untuk memperoleh prestasi belajar secara maksimal, maka langkah-langkah yang perlu
dilaksanakan dalam modul ini antara lain: Bacalah dan pahami materi yang ada pada setiap
kegiatan belajar. Bila ada materi yang belum jelas, siswa dapat bertanya pada guru.
2. Kerjakan setiap tugas diskusi terhadap materi-materi yang dibahas dalam setiap kegiatan
belajar
3. Jika belum menguasai level materi yang diharapkan, ulangi lagi pada kegiatan belajar
sebelumnya atau bertanyalah kepada guru.
B. Metode belajar
2. role play
1. Metode Diskusi
2. Metode Demonstrasi
B. Tujuan penyuluhan
Memberikan petunjuk secara rinci mengenai tujuan, ruang lingkup materi yang harus
diajarkan, kegiatan belajar mengajar, media dan evaluasi yang digunakan.
C. Sasaran
Berdasarkan Pentahapan upaya promosi kesehatan, maka sasaran dibagi kedalam 3 kelompok
sasaran.
1. Sasaran primer (Primary target)
2. Sasaran Sekunder (Secondary target)
3. Sasaran Tersier (Tertiary Target)
D. Satuan Acara Penyuluhan (SAP)
Yaitu rencana kegiatan pembelajaran yang
digunakan untuk setiap pertemuan.
Hal ini mengacu pada sejauh mana seorang berpikir penyakit atau kesakitan betul-betul
merupakan ancaman kepada dirinya. Asumsinya adalah bahwa bila ancaman yang dirasakan
tersebut meningkat maka perilaku pencegahan juga akan meningkat. Penilaian tentang
ancaman yang dirasakan ini berdasarkan pada: (a) ketidakkebalan yang dirasakan (perceived
vulnerability) yang merupakan kemungkinan bahwa orang-orang dapat mengembangkan
masalah Kesehatan menurut kondisi mereka, (b) keseriusan yang dirasakan (perceived
severity). Orang-orang yang mengevaluasi seberapa jauh keseriusan penyair tersebut apabila
mereka mengembangkan masalah kesehatan mereka atau membiarkan penyakitnya tidak
ditangani.Penilailan yang kedua yang dibuat adalah perbandingan antara keuntungan dengan
kerugian dari perilaku dalam usaha untuk memutuskan melakukan tindakan pencegahan
atau tidak.
Tambahan untuk penilaian yang terdahulu, petunjuk untuk berperilaku (cues to action)
diduga tepat untuk memulai proses perilaku disebut keyakinan terhadap posisi yang menonjol
(salient position). Hal ini dapat berupa berbagai macam informasi dari luar atau nasehat
mengenai permasalahan kesehatan.Contoh: media massa, kampanye, nasehat orang lain,
penyakit dan anggota keluarga yang
lain atau teman, artikel dari koran, dan sebagainya. Ancaman, keseriusan, ketidak-kekebalan
dan pertimbangan keuntungan dan kerugian dipengaruhi oleh (a) variabel demografis (usia.
jenis kelamin, latar belakang budaya) (b)variabel sosiopsikologis (kepribadian, kelas sosial,
tekanan sosial), dan (c) variable struktural (pengetahuan dan pengalaman masalah). Orang tua
bila dibandingkan dengan remaja akan melihat secara berbeda tentang resiko dari kanker dan
masalah jantung. Orang
yang punya pengalaman dengan kanker akan bersikap lain terhadap kanker (dan
merokok)dibandingkan dengan orang yang tidak punya pengalaman ini.
F. Media penyuluhan
Adalah alat-alat yang digunakan oleh pendidik dalam penyampaikan bahan
pendidikan/pengajaran. Alat bantu ini lebih sering disebut “alat peraga”, karena berfungsi
untuk membantu dan memperagakan sesuatu
dalam proses pendidikan pengajaran.
Di samping pembagian tersebut, alat peraga juga dapat dibedakan menjadi dua macam
menurut pembuatannya dan penggunaannya.
a. Alat peraga yang “complicated” (rumit),
seperti film, filn strip, slide, dan sebagainya
yang memerlukan listrik dan proyektor.
b. Alat peraga yang sederhana, yang mudah
dibuat sendiri, dengan bahan-bahan
setempat yang mudah diperoleh seperti:
bambu, karton, kaleng bekas, kertas koran,
dan sebagainya. Beberapa contoh alat
peraga yang sederhana yang dapat
dipergunakan di berbagai tempat, misalnya:
sasaran pada umumnya, kepada siapa poster itu nantinya ditunjukkan. Salah satu desain yang
paling mudah dipahami, terutama yang dapat dikenal pesan-pesannya dengan baik itulah
yang akan diproduksi dan diperbanyak.
b. Media elektronik
Media elektronik sebagai sasaran untuk menyampaikan pesan-pesan atau informasiinformasi
kesehatan jenisnya berbeda-beda,
antara lain:
a) Televisi: penyampaian pesan atau
inforrnasi-informasi kesehatan melalui
media televisi dapat dalam bentuk:
sandiwara, sinetron, forum diskusi atau
hanya tanya jawab sekitar masalah
kesehatan, pidato (ceramah), TV, Spot,
quiz atau cerdas cermat, dan sebagainya.
b) Radio: Penyampaian informasi atau
pesan-pesan kesehatan melalui radio
juga dapat berbentuk macam-macam
antara lain: obrolan (tanya jawab),
sandiwara radio, ceramah, radio spot,
dan sebagainya.
25
25
4) Catatan pelayanan gizi dan kesehatan
ibu dan anak termasuk rujukannya.
2. Sasaran buku KIA
a. Sasaran langsung adalah ibu dan anak,
dengan ketentuan sebagai berikut :
1) Setiap ibu hamil dapat buku KIA, ibu
menggunakan buku ini hingga masa
nifas. Bayi menggunakan buku ini sejak
lahir sampai berumur 5 tahun.
2) Jika bayi lahir kembar, ibu akan
mendapatkan tambahan buku KIA sesuai
dengan jumlah bayi.
3) Jika ibu hamil lagi akan mendapat buku
KIA baru.
4) Jika buku KIA hilang, sebaiknya ibu
menggunkan buku yang baru.
b. Sasaran tidak langsung, yaitu :
1) Suami dan anggota keluarga yang lain
2) Kader posyandu
3) Petugas kesehatan terutama ketika
memberikan pelayanan kepada ibu dan
anak.
4) Supervisor dan pengelola program KIA.
3. Cara penggunaan buku KIA
a. Penggunaan buku KIA oleh ibu dan keluarga
1) Buku KIA untuk di baca oleh ibu dan
keluarga. Anjurkan membaca buku
secara bertahap, sesuai dengan kondisi
ibu. Anjurkan untuk member tanda ceklist
pada bagian yang telah di baca.
2) Buku KIA digunakan ibu untuk bertanya.
26
26
3) Ibu dan keluarga dianjurkan untuk
melaksanakan pesan – pesan yang ada
di buku KIA
4) Ibu dan anak menggunakan buku KIA
selama 5 tahun 9 bulan.
5) Buku KIA merupakan catatan kesehatan
ibu dan anak.
b. Penggunaan buku KIA oleh Kader
1) Buku KIA digunakan oleh kader sebagai
alat penyuluhan
2) Kader harus memahami isi buku KIA
3) Kader selalu diingatkan untuk melihat
dan mengisi KMS pada saat posyandu
atau kunjungan rumah.
c. Penggunaan buku KIA oleh petugas
kesehatan
1) Mencatat pelayanan yang diberikan.
2) Memahami buku KIA.
3) Menjawab dan memberi penjelasan
kepada ibu dan keluarga dengan
menggunakan bahasa yang dimengerti.
Mahasiswa mampu memberikan interpretasi da
pengisian KMS
TEORI KARTU MENUJU SEHAT BALITA (KMS
BALITA)
KMS-balita dapat berguna, apabila memperhatikan
hal-hal sbb:
1. Penimbangan dan deteksi tumbuh kembang
balita dilakukan tiap bulan
2. Semua kolom diisi dengan benar
3. Semua keadaan kesehatan dan gizi anak
dicatat
4. Orang tua selalu memperhatikan catatan dalam
KMS-balita
5. Kader dan petugas kesehatan selalu
memperhatikan hasil penimbangan
6. Setiap ada gangguan pertumbuhan anak, dicari
penyebabnya dan dilakukan tindakan yang
sesuai
7. Penyuluhan gizi dalam bentuk konseling
dilakukan setiap kali anak selesai ditimbang
dan hasil pencatatan di catat dalam KMS
KARTU MENUJU SEHAT BALITA
(KMS BALITA)
Praktikum 3
29
29
8. KMS-balita disimpan oleh ibu balita dan selalu
dibawa setiap mengunjungi posyandu atatu
fasilitas pelayanan kesehatan, termasuk
bidan/dokter.
MELAKUKA
BAGAIMANA TINDAKAN
N
BERDASARKA
N CATATAN DALAM KMS
BALITA?
Berdasarkan catatan hasil penimbangan, serta
keadaan kesehatan anak dalam KMS-Balita,
kader/petugas kesehatan dapat melakukan
konseling atau dialog dengan ibu balita tentang
pertumbuhan anaknya serta membantu ibu dalam
memecahkan masalah pertumbuhan anaknya.
Konseling tersebut dilakukan setelah mencatat hasil
penimbangan anak pada KMS-Balita. Sebelum
melakukan konseling, kader/petugas kesehatan
dapat menggali secara mendalam tentang hal-hal
yang berkaitan dengan penimbangan bulan ini,
sesuai dengan arah grafik. Beberapa kemungkinan
dari hasil pencatatan berat badan balita pada KMS
adalah:
1. Grafik pertumbuhan anak naik berkaitan dengan
nafsu makan anak yang baik/meningkat berarti
ibu telah cukup memberikan makanan dengan
gizi seimbang
2. Grafik pertumbuhan tidak naik bias dikaitkan
dengan nafsu makan anak menurun karena
sakit, atau karena ibunya sakit (pola asuh tidak
baik), atau sebab lain yang perlu di gali dari ibu.
KAJIAN TEORI
Proses menua (aging) adalah suatu keadaan alami
yang selalu berjalan dengan disertai adanya
penurunan kondisi fisi, psikologis maupun social
yang saling berinteraksi, sehingga menimbulkan
masalah kesehatan secara umum maupun
kesehatan jiwa secara khusus pada lansia.
Geriatric adalah cabang ilmu kedokteran yang
mempelajari masalah kesehatan pada lansia yang
menyangkut aspek promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitative serta psikososial yang menyertai
kehidupan lansia.
34
Tujuan Pembelajaran Praktikum:
KARTU MENUJU SEHAT
LANSIA
(KMS LANSIA)
Praktikum 4
KARTU MENUJU SEHAT
LANSIA
(KMS LANSIA)
Praktikum 4
34
Tujuan Pembelajaran Praktikum:
36
36
Istilah Golongan Usia Lanjut (Lansia) diperuntukkan
bagi mereka yang telah berusia 60 tahun atau lebih.
Sedangkan geriatric adalah orang usia lanjut yang
disertai dengan pelbagai penyakit kronik.biasanya
pada golongan ini disertai dengan berbagia
masalah psikososial. Dengan demikian tidak semua
orang usia lanjut bisa di golongkan sebagai pasien
geriatric.
Ciri-ciri pasien geriatric:
1. Memiliki tiga atau lebih penyakit kronis
2. Gejala penyakit tidak khas
3. Menurunnya beberapa fungsi organ tubuh
4. Tingkat kemandiriannya berkurang
5. Sering disertai adanya masalah nutrisi.
6. Cirri-ciri lansia yang dapat di kategorikan
sebagai pasien geriatric dan psikogeriatri, yaitu :
7. Keterbasan fungsi tubuh yang berhubungan
dengan meningkatnya usia.
8. Adanya akumulasi dari penyakit-penyakit
degenerative.
9. Lanjut usia secara psikososial dinyatakan krisis
bila: ketergantungan pada orang lain,
mengisolasi diri atau menarik diri dari kegiatan
kemasyarakatan karena berbagai sebab,
diantaranya setelah menjalnai masa pension,
setelah sakit cukup berat dan lama, setelah
kematian pasangan hidup dll.
10. Hal-hal yang dapat menimbulkan gangguan
keseimbangan (homeostasis) sehingga
membawa lansia kearah
37
37
kerusakan/kemerosotan (deteriorisasi) yang
progresif terutama aspek psikologis yang
mendadak.
11. Ada beberapa factor yang sangat berpengaruh
terhadap kesehatan jiwa lansia, hendaknya
disikapi secara bijak sehingga para lansia dapat
menikmati hari tua dengan bahagia. Adapun
beberapa factor yang dihadapi para lansia yang
sangat mempengaruhi kesehatan jiwa yaitu :
a. Penurunan kondisi fisik
b. Penurunan fungsi dan potensi sexual
c. Perubahan aspek psikososial
d. Perubahan yang berkaitan dengan pekerjaan
e. Perubahan dalam peran social di
masyarakat
f. Penanganan lansia bisa dibedakan menjadi
institusional dan non institusional yang terdiri
dari home care dan community care. Pada
tataran institusional peran pemerintah
daerah sangat penting khususnya pada
pembuatan PP Daerah dan kebijakan lain
yang mendukung peningkatan kesejahteraan
lansia.
CASE STUDY:
An. A, berjenis kelamin perempuan, usia 22 bulan.
Berat badan 11 kg, panjang badan 83 cm. Ibu
mengatakan anak batuk sejak 3 hari yang lalu,
anak bisa minum, tidak muntah, dan tidak kejang.
Anak sadar dan tidak letargis. Suhu badan 37°C,
frekuensi nafas 38 x/menit, tidak ada tarikan
dinding dada ke dalam, tidak terdengar stridor.
MINIMAL QUESTION
1. Apakah klasifikasi dari masing-masing item
pada MTBS pada kasus An. A?
2. Sebutkan tindakan dari masing-masing
klasifiaksi pada kasus An. A!
TEORI
MTBS adalah singkatan dari Manajemen
Terpadu Balita Sakit atau Integrated Management
of Childhood Illness (IMCI dalam bahasa Inggris)
adalah suatu pendekatan yang terintegrasi/terpadu
dalam tatalaksana balita sakit dengan fokus kepada
MANAGEMEN TERPADU
BALITA SAKIT (MTBS)
Praktikum 5
44
44
kesehatan anak usia 0-5 tahun (balita) secara
menyeluruh. MTBS bukan merupakan suatu
program kesehatan tetapi suatu pendekatan/cara
menatalaksana balita sakit. Kegiatan MTBS
merupakan upaya yang ditujukan untuk
menurunkan kesakitan dan kematian sekaligus
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan anak
balita di unit rawat jalan kesehatan dasar seperti
Puskesmas, Pustu, Polindes, Poskesdes.
Bila dilaksanakan dengan baik, upaya ini
tergolong lengkap untuk mengantisipasi penyakitpenyakit yang sering menyebabkan
kematian bayi
dan balita. Dikatakan lengkap karena meliputi
(pengobatan),
upaya kuratif
preventif
(pencegahan), perbaikan gizi, imunisasi dan
konseling (promotif). Badan Kesehatan Dunia
WHO
telah mengakui bahwa pendekatan MTBS
sangat
cocok diterapkan negara-negara
berkembang dalam upaya menurunkan
kematian,
kesakitan dan kecacatan pada bayi dan balita.
Praktek MTBS memliliki 3
komponen khas yang menguntungkan yaitu:
a. Meningkatkan ketrampilan petugas kesehatan
dalam tatalaksana balita sakit (petugas kesehatan
non-dokter yang telah terlatih MTBS
dapat memeriksa dan menangani pasien balita)
b. Memperbaiki sistem kesehatan (banyak program
kesehatan terintegrasi didalam pendekatan
MTBS)
Tujuan:
Fase pra-interaksi bertujuan untuk mempersiapkan tim atau individu yang terlibat dalam
sebuah interaksi atau pertemuan dengan klien, pelanggan, atau rekan kerja. Langkah-langkah
dalam fase ini dirancang untuk memastikan bahwa semua persiapan yang diperlukan telah
dilakukan untuk mencapai tujuan interaksi dengan efektif.
Memahami
tujuan Latar belakang
Identifikasi - Tentukan interaksi dan topik, tujuan
Tujuan tujuan utama kebutuhan organisasi/indiv
1. Interaksi interaksi. audiens idu √ Pemahaman Konseptual
- Jelaskan
kepada
semua pihak
yang terlibat.
- Tentukan Mengetahui
peserta dan siapa yang
peran terlibat
Identifikasi mereka dalam
Pihak yang dalam interaksi dan Profil peserta,
2. Terlibat interaksi. peran mereka daftar peran √ Diskusi Kelompok
Memiliki √
- pengetahuan
Kumpulkan yang
Kumpulka informasi mendalam
n terkait topik tentang topik
Informasi atau tujuan atau tujuan Laporan riset,
3. Relevan interaksi. interaksi artikel terkini Pembelajaran Berbasis Proyek
- Analisis
informasi
untuk
persiapan
respons yang
tepat.
- Pastikan
ketersediaan
semua pihak
terlibat.
- Siapkan √
materi atau
presentasi
yang sesuai Menyusun
Persiapan dengan materi yang
Materi atau tujuan dan informatif Presentasi,
5. Presentasi audiens. dan relevan bahan referensi Demonstrasi
- Pastikan
kecocokan
materi
dengan
tujuan
interaksi.
- Pastikan √
peralatan
seperti Memastikan
proyektor, kesiapan
Periksa komputer, teknologi
Peralatan dll., untuk Daftar
dan berfungsi interaksi peralatan,
6. Teknologi dengan baik. yang lancar laporan uji coba Instruksi Langsung
- Uji coba
teknologi
yang akan
digunakan.
- Siapkan Menyiapkan √
dokumen dokumen
atau formulir yang
yang dibutuhkan Formulir
Persiapan diperlukan untuk evaluasi,
Dokument selama pencatatan dokumen
7. asi interaksi. dan evaluasi panduan Pembelajaran Kooperatif
- Pastikan
ketersediaan
dan
kelengkapan
dokumen.
- Jika √
diperlukan,
lakukan sesi Menguasai
latihan atau keterampilan
simulasi dan
Latihan untuk mempersiapk Skenario
dan persiapan an tim untuk latihan, laporan
8. Simulasi tim. interaksi evaluasi Pembelajaran Berbasis Masalah
- Gunakan
untuk
menjelaskan
peran dan
mengatasi
potensi
masalah.
- Lakukan √
pertemuan
tim untuk
memastikan
pemahaman
yang sama Meningkatka
tentang n komunikasi
tujuan dan dan Agenda
Komunikas prosedur kolaborasi pertemuan,
9. i Tim interaksi. dalam tim catatan rapat Pembelajaran Mandiri
- Berikan
kesempatan
untuk
bertanya
atau
menyampaik
an
kekhawatira
n.
Membuat
- Tentukan rencana
Finalisasi tindak lanjut tindak lanjut
Rencana setelah yang jelas Daftar tindak
Tindak interaksi dan lanjut, catatan Mingg
10. Lanjut selesai. terstruktur pertemuan u4 Pembelajaran Berbasis Penemuan
- Atur tugas
dan
tanggung
jawab untuk
setiap
anggota tim.
Kesimpulan SOP :
Pastikan semua informasi yang diperlukan telah dikumpulkan dan dipahami dengan
baik sebelum interaksi dimulai.
Uji coba semua peralatan dan teknologi yang akan digunakan untuk meminimalkan
risiko gangguan teknis selama interaksi.
Berikan kesempatan bagi anggota tim untuk berlatih dan bertanya sebelum interaksi
dilakukan.
Tetap fleksibel dalam menghadapi perubahan atau situasi yang tidak terduga selama
fase pra-interaksi.