Anda di halaman 1dari 30

MODUL

KOMUNITAS

PENYUSUN : Hj. Rini Hendari, S.Kep.Ns.M.Pd

EDITOR : Ani Haryti SKM.M.Pd

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KEMENKES MATARAM PROGRAM STUDI D-III KEPERAWAN


BIMA

TAHUN AKADEMIK 2020-2021


KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT karena telah dapat
menyusun modul komunitas. Buku ini disusun sebagai pedoman bagi mahasiswa dalam
menjalankan proses pembelajaran sesuai dengan pokok bahasan mata kuliah komunitas yang
diajarkan pada mahasiswa Program Diploma Keperawatan.

Buku ini tersusun atas kerjasama tim pengajar mata kuliah komunitas, oleh karena itu
penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang turut membantu penyelesaian buku ini.
Buku ini tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, untuk 1 /84 itu penulis
sangat mengharap kritik dan saran serta masukan dari i berbagai pihak agar buku ini Semoga
buku ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan

Buku ini tersusun atas kerjasama tim pengajar mata kuliah komunitas, oleh karena itu
penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang turut membantu penyelesaian buku ini.
Buku ini tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, untuk itu penulis sangat
mengharap kritik dan saran serta masukan dari berbagai pihak agar buku ini menjadi
sempurna. Semoga buku ini dapat bermanfaat dan dapat menambah wawasan keilmuan
pembaca dalam komunitas secara procedural di kampus. Terima kasih.

Tim Penyusun

Kontrak Belajar Praktik Skill


A. Penjelasan Umum

Pembelajaran dilakukan di kampus prodi D III keperawatan bima sesuai pada jadwal yang
telah ditentukan. Mahasiswa akan dibagi menjadi kelompok kelompok kecil dengan
jumlah mahasiswa sebanyak maksimal 10 mahasiswa per kelompok. Masing-masing
kelompok akan dibimbing secara intensif oleh instruktur Praktik dengan fasilitas yang
tersedia di kampus keperawayan prodi D III keperawatan bima. Mahasiswa dituntut untuk
berperan aktif dalam proses Pembelajaran dan diharapkan semua mahasiswa mampu
mendemonstrasikan skill yang sedang di Pelajari. Selain kegiatan Pembelajaran dibawah
bimbingan instruktur, mahasiswa juga mempunyai kesempatan untuk belajar mandiri
sesuai jadwal yang telah ditentukan maupun belajar mandiri diluar jadwal yang telah
ditentukan dengan seijin coordinator mata kuliah. Diakhir kegiatan Pembelajaran,
mahasiswa wajib untuk mengikuti ujian skills (OSCE).

B. UjianSkill

Ujian peraktek dilakukan pada akhir masa Praktik. Ujian ini untuk mengetahui penyerapan
mahasiswa tentang Praktik yang telah dijalankan dan mengetahui kemampuan mahasiswa
dalam melakukan Praktik. Bahan-bahan ujian terutama dari bahan Praktik dan teori,

C. Sistem Penilaian

Penilaian Praktik meliputi:

1. Ujian OSCE sebesar 50%

2. Praktik sebesar 50%

a. Pretes

b. Proses Praktik

c. Postes
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL

A.Petunjuk umum

Petunjuk Bagi Siswa

1. Untuk memperoleh prestasi belajar secara maksimal, maka langkah-langkah yang perlu
dilaksanakan dalam modul ini antara lain: Bacalah dan pahami materi yang ada pada setiap
kegiatan belajar. Bila ada materi yang belum jelas, siswa dapat bertanya pada guru.

2. Kerjakan setiap tugas diskusi terhadap materi-materi yang dibahas dalam setiap kegiatan
belajar

3. Jika belum menguasai level materi yang diharapkan, ulangi lagi pada kegiatan belajar
sebelumnya atau bertanyalah kepada guru.

B. Metode belajar

1. metode belajar simulasi

2. role play

3. Metode Belajar Tanya Jawab

4. Metode Belajar Demonstrasi

5. Metode Belajar Diskusi

C. Metode Mengajar (PBL Approach)

1. Metode Diskusi

2. Metode Demonstrasi

3. Metode role play

4. Metode Latihan Keterampilan

5. metode mengajar simulasi


TOPIK PRAKTIK SKILLS
1. Definisi Karakter dan pendidikan Karakter-n
2. Menguasai, Memahami dan Menganalisi hubungan karakter dan kepribadian manusia
3. Proses pembentukan karakter dalam diri manusia
4. Prilaku hormat pada diri sendiri
5. Cara berpenampilan dan membiasakan prilaku jujur
6. Prilaku hormat dapa orang lain
7. Prilaku hormat pada lingkungan
8. Prilaku displin dan tanggung jawab

TEORI PENDIDIKAN KESEHATAN


A. Batasan Pendidikan Kesehatan
Promosi Kesehatan adalah aplikasi atau penerapan pendidikan didalam bidang
kesehatan. Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk
mempengaruhi orang lain, baik individu, kelompok maupun masyarakat sehingga
mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidik Batasan unsur pendidikan
adalah input:sasaran pendidikan, proses (upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi
orang lain),output (melakukan apa yang diharapkan).
Sedangkan hasil yang diharapkan dari suatu promosi kesehatan adalah perilaku
kesehatan,yaitu perubahan prilaku yang kondusif. Penyuluhan kesehatan adalah gabungan
dari berbagai kesempatan dan kegiatan yang berdasarkan prinsip-prinsip belajar untuk
mencapai keadaan, di mana individu, keluarga,ataupun masyarakat ingin hidup sehat, tahu
bagaimana caranya, dan melaksanakan apa yang bisa mereka kerjakan baik secara individu
maupun secara kelompok, serta mencari pertolongan bila perlu.

B. Tujuan penyuluhan
Memberikan petunjuk secara rinci mengenai tujuan, ruang lingkup materi yang harus
diajarkan, kegiatan belajar mengajar, media dan evaluasi yang digunakan.
C. Sasaran
Berdasarkan Pentahapan upaya promosi kesehatan, maka sasaran dibagi kedalam 3 kelompok
sasaran.
1. Sasaran primer (Primary target)
2. Sasaran Sekunder (Secondary target)
3. Sasaran Tersier (Tertiary Target)
D. Satuan Acara Penyuluhan (SAP)
Yaitu rencana kegiatan pembelajaran yang
digunakan untuk setiap pertemuan.

E. HEALTH BELIEF MODEL


HBM merupakan model kognitif yang berarti bahwa khususnya proses kognitif. Dipengaruhi
oleh informasi dari lingkungan, termasuk hitungan. Menurut HBM, kemungkinan individu
akan melakukan tindakan pencegahan tergantung secara langsung pada hasil dari dua
keyakinan atau penilaian kesehatan (health
beliefs) yaitu ancaman yang dirasakan dari sakit atau luka (perceived threat of injury or
illness) dan pertimbangan tentang keuntungan dan kerugian (benefits and costs).
Penilaian pertama adalah ancaman yang dirasakan terhadap resiko yang akan muncul.

Hal ini mengacu pada sejauh mana seorang berpikir penyakit atau kesakitan betul-betul
merupakan ancaman kepada dirinya. Asumsinya adalah bahwa bila ancaman yang dirasakan
tersebut meningkat maka perilaku pencegahan juga akan meningkat. Penilaian tentang
ancaman yang dirasakan ini berdasarkan pada: (a) ketidakkebalan yang dirasakan (perceived
vulnerability) yang merupakan kemungkinan bahwa orang-orang dapat mengembangkan
masalah Kesehatan menurut kondisi mereka, (b) keseriusan yang dirasakan (perceived
severity). Orang-orang yang mengevaluasi seberapa jauh keseriusan penyair tersebut apabila
mereka mengembangkan masalah kesehatan mereka atau membiarkan penyakitnya tidak
ditangani.Penilailan yang kedua yang dibuat adalah perbandingan antara keuntungan dengan
kerugian dari perilaku dalam usaha untuk memutuskan melakukan tindakan pencegahan
atau tidak.

Tambahan untuk penilaian yang terdahulu, petunjuk untuk berperilaku (cues to action)
diduga tepat untuk memulai proses perilaku disebut keyakinan terhadap posisi yang menonjol
(salient position). Hal ini dapat berupa berbagai macam informasi dari luar atau nasehat
mengenai permasalahan kesehatan.Contoh: media massa, kampanye, nasehat orang lain,
penyakit dan anggota keluarga yang
lain atau teman, artikel dari koran, dan sebagainya. Ancaman, keseriusan, ketidak-kekebalan
dan pertimbangan keuntungan dan kerugian dipengaruhi oleh (a) variabel demografis (usia.
jenis kelamin, latar belakang budaya) (b)variabel sosiopsikologis (kepribadian, kelas sosial,
tekanan sosial), dan (c) variable struktural (pengetahuan dan pengalaman masalah). Orang tua
bila dibandingkan dengan remaja akan melihat secara berbeda tentang resiko dari kanker dan
masalah jantung. Orang
yang punya pengalaman dengan kanker akan bersikap lain terhadap kanker (dan
merokok)dibandingkan dengan orang yang tidak punya pengalaman ini.

F. Media penyuluhan
Adalah alat-alat yang digunakan oleh pendidik dalam penyampaikan bahan
pendidikan/pengajaran. Alat bantu ini lebih sering disebut “alat peraga”, karena berfungsi
untuk membantu dan memperagakan sesuatu
dalam proses pendidikan pengajaran.

G. FAEDAH ALAT BANTU PENDIDIKAN


Secara terperinci, faedah alat peraga antara lain
sebagai berikut:
1) Menimbulkan minat sasaran pendidikan
2) Mencapai sasaran yang lebih banyak
3) Membantu mengatasi hambatan bahasa
4) Merangsang sasaran pendidikan untuk melaksanakan pesan-pesan kesehatan.
5) Membantu sasaran pendidikan untuk belajar lebih banyak dan cepat
6) Merangsang sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan-pesan yang diterima kepada
orang lain.
7) Mempermudah penyampaian bahan pendidikan/informasi oleh para pendidik/ pelaku
pendidikan
8) Mempermudah penerimaan informasi oleh sasaran pendidikan. Seperti diuraikan di atas
bahwa pengetahuan yang ada pada seseorang diterima melalui indra. Menurut penelitian para
ahli indra, yang paling banyak menyalurkan
pengetahuan ke dalam otak adalah “mata”. Kurang lebih 75% sampai 87% dan
pengetahuan manusia diperoleh /disalurkan melalui mata. Sedangkan 13% sampai 25%
lainnya tersalur melalui indra yang lain. Dan sini dapat disimpulkan bahwa alat-alat visual
lebih mempermudah cara penyampaian danpenerimaan informasi atau bahan pendidikan.
9) Mendorong keinginan orang untuk mengetahui, kemudian lebih mendalami, dan akhirnya
memberikan pengertian yang lebih baik. Orang yang melihat sesuatu yang memang
diperlukan akan menimbulkan perhatiannya. Dan apa yang dilihat dengan penuh perhatian
akan memberikan pengertian baru baginya, yang merupakan pendorong untuk
melakukan/memakai sesuatu yang baru tersebut.
10)Membantu menegakkan pengertian yang diperoleh. Di dalam menerima sesuatu yang
baru, manusia mempunyai kecenderungan untuk melupakan atau lupa. Untuk mengatasi hal
tersebut. “AVA” akan membantu menegakkan pengetahuan pengetahuan yang telah diterima
oleh manusia, sehingga apa yang
diterima akan lebih lama tinggal/disimpan didalam ingatan.
H. MACAM-MACAM ALAT BANTU PENDIDIKAN
Pada garis besarnya, hanya ada tiga macam alat
bantu pendidikan (alat peraga):
1. Alat Bantu Lihat (Visual Aids)
Alat bantu di dalam membantu menstimulasi
indra mata (penglihatan) pada waktu terjadinya
proses pendidikan. Saat ini ada 2 bentuk:
a. Alat yang diproyeksikan, misalnya: slide,
film, film strip, dan sebagainya.
b. Alat-alat yang tidak diproyeksikan:
1) Dua dimensi, gambar peta, bagan, dan
sebagainya.
2) Tiga dimensi misal, bola dunia, boneka,
dan sebagainya.
2. Alat-Alat Bantu Dengar (Audio Aids)
Ialah alat yang dapat membantu menstimulasikan indra pendengar, paca waktu
proses penyampaian bahan pendidikan/pengajaran. Misalnya: piringan
hitam, radio, pita suara, dan sebagainya.

3. Alat Bantu Lihat-Dengar


Seperti: Televisi dan Video Cassette. Alat-alat bantu pendidikan ini lebih dikenal dengan
“Audio Visual Aids” (AVA).

Di samping pembagian tersebut, alat peraga juga dapat dibedakan menjadi dua macam
menurut pembuatannya dan penggunaannya.
a. Alat peraga yang “complicated” (rumit),
seperti film, filn strip, slide, dan sebagainya
yang memerlukan listrik dan proyektor.
b. Alat peraga yang sederhana, yang mudah
dibuat sendiri, dengan bahan-bahan
setempat yang mudah diperoleh seperti:
bambu, karton, kaleng bekas, kertas koran,
dan sebagainya. Beberapa contoh alat
peraga yang sederhana yang dapat
dipergunakan di berbagai tempat, misalnya:

1) Di rumah tangga, seperu: leaflet, mode buku bergambar, benda-benda yang


nyata seperti: buah-buahan, sayursayuran, dan sebagainya.
2) Di kantor-kantor dan sekolah-sekolah, seperti papan tulis, flipchart, poster,
leaflet, buku cerita bergambar, kotak gambar gulung, boneka, dan sebagainya.
3) Di masyarakat umum: misalnya poster,spanduk, leaflet, flat telgraph, boneka wayang,
dan sebagainya.

Ciri-ciri alat peraga kesehatan yang sederhana


antara lain:
1. Mudah dibuat
2. Bahan-bahannya dapat diperoleh dari bahanbahan lokal.
3. Mencerminkan kebiasaan, kehidupan dan
kepercayaan setempat
4. Ditulis (digambar) dengan sederhana.
5. Bahasa setempat dan mudah dimengerti oleh
masyarakat
6. Memenuhi kebutuhan-kebutuhan petugas
kesehatan dan masyarakat.
I. SASARAN YANG DICAPAI ALAT BANTU
PENDIDIKAN
Menggunakan alat peraga harus didasari
pengetahuan tentang sasaran pendidikan yang
akan dicapal alat peraga tersebut.
1. Individu atau kelompok
2. Kategori-kategori sasaran seperti: kelompok
umur, pendidikan pekerjaan dan sebagainya
3. Bahasa yang mereka gunakan.
4. Adat-istladat serta kebiasaan.
5. Minat dan perhatian.
6. Pengetahuan dan pengalaman mereka tentang
pesan yang akan diterima.

Tempat memasang(menggunakan) alat-alat peraga:

1. Di dalam keluarga antara lain dalam


kesempatan kunjungan rumah, waktu menolong
persalinan merawat bayi, atau menolong orang
sakit, dan sebagainya.
2. Di masyarakat, misalnya seperti pada waktu
perayaan hari-hari besar, arisan-arisan,
pengajaran dan sebagainya; serta dipasang
juga di tempat-tempat umum yang strategis.
3. Di instansi-instansi, antara lain: Puskesmas,
Rumah Sakit, Kantor-Kantor, Sekolah-Sekolah,
dan sebagainya.
Alat-alat peraga tersebut sedapat mungkin
dapat dipergunakan oleh:
a) Petugas-petugas Puskesmas / Kesehatan
b) Kader Kesehatan
c) Guru-guru sekolah dan tokoh-tokoh
masyarakat lainnya.
d) Pamong Desa.
J. MERENCANAKAN DAN MENGGUNAKAN ALAT
PERAGA

Sebelum membuat alat peraga kita harus


merencana dan memilih alat peraga yang paling
tepat untuk digunakan. Untuk itu perlu diperhatikan
antara lain hal-hal sebagai berikut:

1. TUJUAN YANG HENDAK DICAPAI


a. Tujuan pendidikan. Tujuan ini dapat untuk:
1) Mengubah pendapat dan konsep.
2) Mengubah sikap dan persepsi.

3) Menanambkan tingkah laku/kebiasaan


yang baru
b. Tujuan penggunaan alat peraga.
1) Sebagat alat bantu dalam
latihan/penataran/pendidikan
2) Untuk menimbulkan perhatian terhadap
sesuatu masalah.
3) Untuk mengingatkan sesuatu pesan/
informasi.
4) Untuk menjelaskan fakta-fakta, prosedur tindakan.
Perencanaan dan pemilihan alat peraga
ditentukan sebagian besar oleh tujuan ini. Kalau tujuannya itu rumit maka mungkin
diperlukan lebih dari satu macam alat peraga.Kemampuan penyampaian pesan masingmasing
alat peraga berbeda-beda misalnya leaflet dan pamflet lebih banyak berisi pesan sedangkan
poster lebih sedikit pesan-pesan tetapi bersifat pemberitahuan dan propaganda.Dengan
sendirinya alat peraga yang dipergunakan untuk meningkatkan pengetahuan, akan berbeda
dengan alat peraga yang dipergunakan untuk meningkatkan keterampilan.

2. PERSIAPAN PENGGUNAAN ALAT PERAGA


Semua alat peraga yang dibuat berguna sebagai alat bantu belajar dan tetap harus
diingat bahwa alat ini dapat berfungsi mengajar dengan sendirinya. Kita harus
mengembangkanketerampilan dalam memilih, mengadakan alat peraga secara tepat sehingga
mempunyal hasil yang maksimal.Misalnya: Satu set flip chart tentang
makanan sehat untuk bayi/anak-anak harus diperhatikan satu persatu secara berurutan sambil
menerangkan tiap-tiap gambar beserta pesannya. Kemudian diadakan pembahasan sesuai
dengan kebutuhan pendengarnya agar terjadi komunikasi dua arah. Apabila kita tidak
berkomunikasi dua arah. Apabila kita tidak
mempersiapkan diri dan hanya mempertunjukkan lembaran-lembaran flip chart
satu demi satu tanpa menerangkan atau membahasnya maka penggunaan flip chart
tersebut mungkin gagal. Sebelum penggunaan alat peraga sebaiknya petugas mencoba
terlebih dahulu alat-alat tersebut, yang masih dalam bentuk kasar sebelum diproduksi
seluruhnya. Gunanya tes percobaan ini adalah untuk mengetahui sejauh mana alat peraga
tersebut dapat dimengerti oleh sasaran pendidikan. Contoh :
Sebuah poster yang akan dipergunakan program Keluarga Berencana dibuat
desain/rancangan beberapa buah. Lalu ini dicobakan pada sekelompok kecil sasaran yang
dianggap mempunyai ciri-ciri yang sama dengan

sasaran pada umumnya, kepada siapa poster itu nantinya ditunjukkan. Salah satu desain yang
paling mudah dipahami, terutama yang dapat dikenal pesan-pesannya dengan baik itulah
yang akan diproduksi dan diperbanyak.

Cara melakukan percobaan tersebut antara lain


sebagai berikut:
a. Merencanakan terlebih dahulu tes
pendahuluan suatu media yang akan diproduksi.
b. Menentukan pokok-pokok yang akan dipesankan dalam media tersebut.
c. Menentukan gambar-gambar pokok atau
simbol-simbol yang disesuaikan dengan ciriciri sasaran.
d. Mempelihatkan alat peraga /media tersebut
kepada sasaran tercoba.

e. Menanyakan kepada sasaran tercoba :


1) Apakah mereka mengalami kesukaran
dalam memahami pesan-pesan, katakata dan gambar-gambar di dalam media
tersebut.
2) Menanyakan hal-hal yang tidak dimengerti.
3) Mencatat komentar-komentar dan sasaran tercoba.
4) Melakukan perbaikan alat peraga (media)tersebut.

f. Mendiskusikan alat yang dihuat tersebut


dengan orang lain (teman-teman) atau
dengan para ahli.
a. Poster ialah bentuk media cetak berisi
pesan-pesan/informasi kesehatan, yang
biasanya ditempel di tembok-tembok, di
tempat-tempat umum, atau di kendaraan
umum.
b. Foto yang mengungkapkan Informasi-informasi kesehatan.

b. Media elektronik
Media elektronik sebagai sasaran untuk menyampaikan pesan-pesan atau informasiinformasi
kesehatan jenisnya berbeda-beda,
antara lain:
a) Televisi: penyampaian pesan atau
inforrnasi-informasi kesehatan melalui
media televisi dapat dalam bentuk:
sandiwara, sinetron, forum diskusi atau
hanya tanya jawab sekitar masalah
kesehatan, pidato (ceramah), TV, Spot,
quiz atau cerdas cermat, dan sebagainya.
b) Radio: Penyampaian informasi atau
pesan-pesan kesehatan melalui radio
juga dapat berbentuk macam-macam
antara lain: obrolan (tanya jawab),
sandiwara radio, ceramah, radio spot,
dan sebagainya.

c) Video: Penyampaian informasi atau


pesa-npesan kesehatan dapat melalui
video.
d) Slide: Slide juga dapat digunakan untuk
menyampaikan pesan-pesan kesehatan.
c. Media Papan (Bill Board)
Papan (Bill Board) yang dipasang di
tempat-tempat umum dapat dipakai diisi
dengan pesan-pesan atau informasiinformasi kesehatan. Media papan disini juga
mencakup pesan-pesan yang ditulis pada
lembaran seng yang ditempel pada
kendaraan-kendaraan umum (bus atau
taksi).
K. Metode penyuluhan
Penyuluhan untuk mengembangkan pengertian
adalah yang paling gampang. Cara penyuluhan
dan media penyuluhan untuk ini, yang bisa
dilakukan di Rumah Sakit antara lain:
1. Secara Langsung :
a. Tanya jawab secara perorangan.
b. Ceramah untuk kelompok, disertai Tanya
jawab atau demonstrasi.
2. Secara tidak langsung, yaitu
mempergunakan suatu perantara :
a. cassette
b. video
c. slides
d. poster
e. leaflet,booklet, selebaran.
19
19
L. Tanya jawab perorangan.
1. Ini dilakukan secara perorangan misalnya :
sambil memeriksa pasien, sambil menulus
resep, dan sebagainya (baik di kamar
periksa maupun di tempat perawatan).
2. Cukup singkat, tetapi jelas.
3. Beri kesempatan kepada pasien untuk
bertanya.
4. Kalua ada persediaan, dan pasien terpelajar,
bisa pasien dibekali dengan bacaan berupa
booklet atau leaflet.
M. Ceramah.
a. Ini dilakukan kalau ada sekelompok orang
yangperlu mendapat penjelasan yang sama,
sedangkan waktu anda terbatas.
b. Ceramah memerlukan :
a. Ruangan untuk bisa ditempati
sekelompok orang
b. Pembicara yang menguasai tentang
bahan yang akan diasampaikan.
c. Pembicara yang bisa menarik dan
memikat perhatian pendengar.
d. Tempat menulis bagi pembicara (papan
tulis atau lembar kertas besar) dengan
alat tulisnya.
c.Ceramah jangan lama-lama, cukup 30 menit :
a. 10 menit untuk memberi penjelasan ynag
singkat tetapi jelas.
20
20
b. 20 menit untuk bertanya jawab dengan
pendengar.
d.Ceramah jangan diberikan untuk pasienpasien akut ataupun pasien-pasien yang
keadaannya lemah.
e.Baik sekali untuk keluarga pasien.
f. Untuk memperjelas, ceramah sebaiknya di
sertai dengan demonstrasi kalau memang
diperlukan, atau gambar gambar/foto-foto.
N. Video, Film, ataupun Slides
1. Harus ada suaranya yang jelas.
2. Bik di tunjukkkan diruang tunggu
3. Bahannya, harus mengenai penyakit –
penyakit yang banyak terdapat di daerah
tersebut.
4. Kalau perlu, bisa juga di tunjukkan di tempat
perawatan
5. Ini memerlaukan tenaga khusus yang sudah
terlatih
O. Cassette.
1. Pesan-pesan penyuluhan bisa dituangkan
dalam kaset dengan diselingi lagu-lagu yang
digemari masyarakat.
2. Ini bisa dipergunakan bila petugasnya
terbatas, sedangkan anda ingin penyuluhan
tetap berjalan.
3. Ini bisa ditangani oleh petugas yang
membantu di kamar periksa. Tugasnya hanya
memulai menghentikan, dan mengganti kaset.
21
21
Selain di ruang tunggu bisa juga dipakai
tempat perawatan Untuk tempat perawatn,
petugas harus tahu waktunya yang tepat
misalnya bisa waktu keluarga sedang
berkunjung.
P. Poster
Poster dipasang di ruang tunggu, kamar
periksa, laboraturium atau mungkin di tempat
pengunjung Rumah Sakit lewat. Poster harus
diganti kalau isinya sudah tidak sesuai dan juga
kalau sudah rusak.
Q. Leaflet, Booklet, Selebaran.
Ini hanya untuk pasien atau keluarga yang bisa
membaca Bisa untuk persediaan kamar periksa,
ataupun tempat perawatan Petugas harus bisa
memilih dengan baik siapa-siapa yang perlu
diberi, agar tidak terbuang-buang.
H. EVALUASI ( PENILAIAN )
Untuk memudahkan keperluan penilaian
(evaluasi) penyuluhan kesehatan Rumah Sakit
ini, kita akan memandang penyuluhankesehatan
sebagai suatu system. Sebagai system, maka
penyuluhan kesehatan terdiri dari:
a. Masukan (input) terdiri dari:
Teknologi penyuluhan kesehatan, sumber
daya baik tenaga maupun biaya, fasilitas dan
management.
b. Proses, terdiri dari: kegiatan penyuluhan.
22
22
c. Luaran (output), terdiri dari pengertian, sikap
dan norma dari pada pasien, keluarganya
dan dari pada petugas Rumah Sakit
d. Outcome terdiri dari: perilaku atau kebiasaan
hidup sehat dari pada pasien, keluarganya
dan dari pada petugas Rumah Sakit sendiri.
e. Dampak terdiri dari status kesehatan pasien,
keluarganya dan petugas Rumah Sakit

TEORI KARTU MENUJU SEHAT IBU HAMIL


1. Manfaat buku KIA
a. Manfaat umum
Ibu dan anak mempunyai catatan kesehatan
yang lengkap, sejak ibu hamil sampai
anaknya berumur 5 tahun.
b. Manfaat khusus
1) Mencatat dan memantau kesehatan ibu
dan anak.
2) Alat bantu komunikasi dan penyuluhan
yang dilengkapi dengan informasi yang
penting bagi ibu dan anak.
3) Alat untuk mendeteksi secara dini adanya
gangguan atau masalah kesehatan ibu
dan anak.
KARTU MENUJU SEHAT IBU
HAMIL (KMS
IBU HAMIL)
Praktikum 2

25
25
4) Catatan pelayanan gizi dan kesehatan
ibu dan anak termasuk rujukannya.
2. Sasaran buku KIA
a. Sasaran langsung adalah ibu dan anak,
dengan ketentuan sebagai berikut :
1) Setiap ibu hamil dapat buku KIA, ibu
menggunakan buku ini hingga masa
nifas. Bayi menggunakan buku ini sejak
lahir sampai berumur 5 tahun.
2) Jika bayi lahir kembar, ibu akan
mendapatkan tambahan buku KIA sesuai
dengan jumlah bayi.
3) Jika ibu hamil lagi akan mendapat buku
KIA baru.
4) Jika buku KIA hilang, sebaiknya ibu
menggunkan buku yang baru.
b. Sasaran tidak langsung, yaitu :
1) Suami dan anggota keluarga yang lain
2) Kader posyandu
3) Petugas kesehatan terutama ketika
memberikan pelayanan kepada ibu dan
anak.
4) Supervisor dan pengelola program KIA.
3. Cara penggunaan buku KIA
a. Penggunaan buku KIA oleh ibu dan keluarga
1) Buku KIA untuk di baca oleh ibu dan
keluarga. Anjurkan membaca buku
secara bertahap, sesuai dengan kondisi
ibu. Anjurkan untuk member tanda ceklist
pada bagian yang telah di baca.
2) Buku KIA digunakan ibu untuk bertanya.
26
26
3) Ibu dan keluarga dianjurkan untuk
melaksanakan pesan – pesan yang ada
di buku KIA
4) Ibu dan anak menggunakan buku KIA
selama 5 tahun 9 bulan.
5) Buku KIA merupakan catatan kesehatan
ibu dan anak.
b. Penggunaan buku KIA oleh Kader
1) Buku KIA digunakan oleh kader sebagai
alat penyuluhan
2) Kader harus memahami isi buku KIA
3) Kader selalu diingatkan untuk melihat
dan mengisi KMS pada saat posyandu
atau kunjungan rumah.
c. Penggunaan buku KIA oleh petugas
kesehatan
1) Mencatat pelayanan yang diberikan.
2) Memahami buku KIA.
3) Menjawab dan memberi penjelasan
kepada ibu dan keluarga dengan
menggunakan bahasa yang dimengerti.
Mahasiswa mampu memberikan interpretasi da
pengisian KMS
TEORI KARTU MENUJU SEHAT BALITA (KMS
BALITA)
KMS-balita dapat berguna, apabila memperhatikan
hal-hal sbb:
1. Penimbangan dan deteksi tumbuh kembang
balita dilakukan tiap bulan
2. Semua kolom diisi dengan benar
3. Semua keadaan kesehatan dan gizi anak
dicatat
4. Orang tua selalu memperhatikan catatan dalam
KMS-balita
5. Kader dan petugas kesehatan selalu
memperhatikan hasil penimbangan
6. Setiap ada gangguan pertumbuhan anak, dicari
penyebabnya dan dilakukan tindakan yang
sesuai
7. Penyuluhan gizi dalam bentuk konseling
dilakukan setiap kali anak selesai ditimbang
dan hasil pencatatan di catat dalam KMS
KARTU MENUJU SEHAT BALITA
(KMS BALITA)
Praktikum 3

29
29
8. KMS-balita disimpan oleh ibu balita dan selalu
dibawa setiap mengunjungi posyandu atatu
fasilitas pelayanan kesehatan, termasuk
bidan/dokter.
MELAKUKA
BAGAIMANA TINDAKAN
N
BERDASARKA
N CATATAN DALAM KMS
BALITA?
Berdasarkan catatan hasil penimbangan, serta
keadaan kesehatan anak dalam KMS-Balita,
kader/petugas kesehatan dapat melakukan
konseling atau dialog dengan ibu balita tentang
pertumbuhan anaknya serta membantu ibu dalam
memecahkan masalah pertumbuhan anaknya.
Konseling tersebut dilakukan setelah mencatat hasil
penimbangan anak pada KMS-Balita. Sebelum
melakukan konseling, kader/petugas kesehatan
dapat menggali secara mendalam tentang hal-hal
yang berkaitan dengan penimbangan bulan ini,
sesuai dengan arah grafik. Beberapa kemungkinan
dari hasil pencatatan berat badan balita pada KMS
adalah:
1. Grafik pertumbuhan anak naik berkaitan dengan
nafsu makan anak yang baik/meningkat berarti
ibu telah cukup memberikan makanan dengan
gizi seimbang
2. Grafik pertumbuhan tidak naik bias dikaitkan
dengan nafsu makan anak menurun karena
sakit, atau karena ibunya sakit (pola asuh tidak
baik), atau sebab lain yang perlu di gali dari ibu.

3. Dengan demikian isi atau pesan-pesan yang


diberikan disesuaikan dengan grafik
pertumbuhan anak tersebut dan disesuaikan
dengan penjelasan ibunya tentang keadaan
kesehatan anaknya.
4. Setiap anak balita yang dating ke
posyandu/fasilitas pelayanan kesehatan lainnya
harus ditimbang berat badannya. Selanjutnya
hasil penimbangan tersebut di catat dalam KMSBalita dan membuat garis pertumbuhannya
(jika
bulan lau juga di timbang). Dengan
membandingkan berat badan bulan ini dengan
bulan lalu dapat diketahui hasil penimbangan
saat ini garis pertumbuhan anak anik, tidak naik
atau di bawah garis merah BGM).
5. Setelah diketahui hasil peninmabngan anak
tersebut, dilakukan tindakan sebagai berikut:
6. Jika garis pertumbuhan naik, diberikan pujian
serta nasehat agar meneruskan cara pemberian
makanan kepada anaknya, namun dianjurkan
agar makan lebih banyak lagi karena anak akan
terus tumbuh dan diupayakan berat badannya
bulan depan naik lagi.
7. Jika garis pertumbuhan tidak naik:
8. Timbangan tidak naik 1 kali (1T), tanyakan
riwayat makanan da penyakitnya, kemudian
berikan nasehat makanannya. Berikan motivasi
agar bulan depan naik BB nya.
9. Timbangan tidak naik 2 kali ((2T), tanyakan
riwayat makanan da penyakitnya, kemudian
berikan nasehat makanannya. Apabila anak
31
31
kelihatan sakit segera kirim ke
puskesmas/fasilitas pelayanan kesehatan lain.
10. Timbangan tidak naik 3 kali (3T), anak dianjurkan
ke puskesmas/fasilitas pelayanan kesehatan
lain.
11. Jika garis pertumbuhan di bawah garis merah
(BGM), anak harus segera di rujuk ke
puskesmas/fasilitas pelayanan kesehatan lain.
a. Jika tanda klinis (-), berikan makanan
Tambahan Pemulihan (PMT)-Pemulihan)
b. Jika tanda klinis (+), lakukan 10 langkah tata
laksana gizi buruk dan obati jika ada penyakit
penyerta.
Konseling tentang nasehat makanan bayi dan anak
dibedakan menurut umur anak, yaitu 0 -6 bulan, 6 –
8 bulan, 8 -12 bulan, 12 -24 bulan, 24 bulan keatas.
1. Bayi umur 0 – 6 bulan
a. Berat badan bayi naik
1) Berikan pujian kepada ibu
2) Berikan asi sesuai dengan keinginan
bayi, paling sedikit 8x sehari
3) Jangan diberikan makanan atau
minuman lain selain ASI.
b. Berat badan bayi satu bulan tidak naik (1T)
1) Tanyakan apakan anak sedang sakit,
atau baru sembuh dari sakit, atatu telah
terjadi sesuatu yang dapat mengkibatkan
pertumbuhanya terganggu.
2) Tanyakan kemungkinan hambatan
pemberian ASI. Beri nasehat sesuai
dengan masalah ibu.
32
32
3) Berikan ASI kepada bayi setiap hari 3 -5
kali lebih sering dari biasanya.
4) Setiap hari ibu perlu makanan sehat lebih
banyak dibandingkan sebelum hamil
menyusui, serta minum 3x gelas air putih
di samping jumlah yang biasa
diminumnya setiap hari.
5) Apabila ada jamu yang manjur untuk
melancarkan ASI, anjurkan ibu
meminumnya.
c. Berat badan bayi dua bulan berturut-turut
tidak naik (2T)
1) Tanyakan apakah semua nasehat bulan
lalu sudah dilaksanakan
2) Kalau belum tanyakan apa yang menjadi
hambatannya, dan beri nasehat sesuai
dengan masalahnya
3) Kalau sudah beri nasehat agar ibu tiap
hari makan 2 piring lebih banyak dari
biasanya.
4) Jika ada penyakit konsultasikan ke
petugas kesehatan.
d. Berat badan bayi tiga bulan berturut – turut
tidak naik (3T)
1) Jelaskan kepada ibu, mengenai arti grafik
berat badan anaknya
2) Rujuklah kepuskesmas/fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya untuk
pemeriksaan lebih lanjut.
e. Bayi di bawah garis merah (BGM)

1) Jelaskan kepada ibunya, mengenai arti


grafik berat badan anaknya
2) Tulis surat pengantar bagi ibu untuk
memeriksakan kesehatan anaknya ke
puskesmas/rumah sakit.

KAJIAN TEORI
Proses menua (aging) adalah suatu keadaan alami
yang selalu berjalan dengan disertai adanya
penurunan kondisi fisi, psikologis maupun social
yang saling berinteraksi, sehingga menimbulkan
masalah kesehatan secara umum maupun
kesehatan jiwa secara khusus pada lansia.
Geriatric adalah cabang ilmu kedokteran yang
mempelajari masalah kesehatan pada lansia yang
menyangkut aspek promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitative serta psikososial yang menyertai
kehidupan lansia.
34
Tujuan Pembelajaran Praktikum:
KARTU MENUJU SEHAT
LANSIA
(KMS LANSIA)
Praktikum 4
KARTU MENUJU SEHAT
LANSIA
(KMS LANSIA)
Praktikum 4
34
Tujuan Pembelajaran Praktikum:

36
36
Istilah Golongan Usia Lanjut (Lansia) diperuntukkan
bagi mereka yang telah berusia 60 tahun atau lebih.
Sedangkan geriatric adalah orang usia lanjut yang
disertai dengan pelbagai penyakit kronik.biasanya
pada golongan ini disertai dengan berbagia
masalah psikososial. Dengan demikian tidak semua
orang usia lanjut bisa di golongkan sebagai pasien
geriatric.
Ciri-ciri pasien geriatric:
1. Memiliki tiga atau lebih penyakit kronis
2. Gejala penyakit tidak khas
3. Menurunnya beberapa fungsi organ tubuh
4. Tingkat kemandiriannya berkurang
5. Sering disertai adanya masalah nutrisi.
6. Cirri-ciri lansia yang dapat di kategorikan
sebagai pasien geriatric dan psikogeriatri, yaitu :
7. Keterbasan fungsi tubuh yang berhubungan
dengan meningkatnya usia.
8. Adanya akumulasi dari penyakit-penyakit
degenerative.
9. Lanjut usia secara psikososial dinyatakan krisis
bila: ketergantungan pada orang lain,
mengisolasi diri atau menarik diri dari kegiatan
kemasyarakatan karena berbagai sebab,
diantaranya setelah menjalnai masa pension,
setelah sakit cukup berat dan lama, setelah
kematian pasangan hidup dll.
10. Hal-hal yang dapat menimbulkan gangguan
keseimbangan (homeostasis) sehingga
membawa lansia kearah
37
37
kerusakan/kemerosotan (deteriorisasi) yang
progresif terutama aspek psikologis yang
mendadak.
11. Ada beberapa factor yang sangat berpengaruh
terhadap kesehatan jiwa lansia, hendaknya
disikapi secara bijak sehingga para lansia dapat
menikmati hari tua dengan bahagia. Adapun
beberapa factor yang dihadapi para lansia yang
sangat mempengaruhi kesehatan jiwa yaitu :
a. Penurunan kondisi fisik
b. Penurunan fungsi dan potensi sexual
c. Perubahan aspek psikososial
d. Perubahan yang berkaitan dengan pekerjaan
e. Perubahan dalam peran social di
masyarakat
f. Penanganan lansia bisa dibedakan menjadi
institusional dan non institusional yang terdiri
dari home care dan community care. Pada
tataran institusional peran pemerintah
daerah sangat penting khususnya pada
pembuatan PP Daerah dan kebijakan lain
yang mendukung peningkatan kesejahteraan
lansia.

Beberapa penyakit yang sering muncul pada lansia


(Geriatric Giant) yang terdiri dari:
1. Imobilisasi
2. Instabilitas dan jatuh
3. Inkontinensia urin dan alvi
4. Gangguan intelektual (demensia)
5. Infeksi
6. Gangguan Penglihaatan dan Pendengaran
7. Impaksi (konstipasi)
8. Isolasi (Depresi)
9. Impecunity (Kemiskinan)
10.Iatrogenesis
11.Insomnia
12.Defesiensi imunitas
13.Impotensi
14.
BENTUK STRATEGI PEMBINAAN POSYANDU
LANSIA
Kegiatan posyandu lansia di bagi menjadi 10 tahap
pelayanan, yaitu:
1. Pemeriksaan aktifitas sehari-hari (Activity of
Daily Living) meliputi kegiatan dasar dalam
kehidupan sehari-hari.
2. Pemeriksaan status mental yang berhubungan
dengan mental emosional
3. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan
berat badan dan pengukuran tinggi badan dan
dicatat pada grafik indeks massa tubuh
40
40
4. Pengukuran tekanan darah dengan
menggunakan tensi meter dan stetoskop serta
penghitungan denyut nadi selama satu menit.
5. Pemeriksaan hemoglobin
6. Pemeriksaan adanya gula dalam air seni
sebagai deteksi awal adanya penyakit gula.
7. Pemeriksaan protein dalam air seni sebagai
deteksi awal adanya penyakit ginjal
8. Pelaksanaan rujukan ke puskesmas bilamana
ada keluhan dan atau ditemukan kelainan pada
pemeriksaan pada nmor 1 sampai 7.
9. Penyuluhan bisa dilakukan di dalam atau diluar
kelompok dalam rangka kunjungan rumah dan
konseling kesehatan dan gizi sesuai dengan
masalah kesehatan yang dihadapi oleh individu
dan atau kelompok usia lanjut.
10.Kunjungan rumah oleh kader disertai petugas
bagi kelmpok lansia yang tidak datang, dalam
rangka kegiatan perawatan kesehatan
masyarakat.
Pada saat pelaksanaan kegiatan posyandu
lansia, sering digunakan 5 meja:
a. Meja 1: Pendaftaran
Mendaftar lansia, kader mencatat lansia
tersebut, kemudian peserta yang sudah
terdaftar di buku registrasi langsung menuju
meja selanjutnya.
b. Meja 2: Pengukuran tinggi badan berat
badan dan tekanan darah

c. Meja 3: Pencatatan (Pengisian Kartu Menuju


Sehat)
Kader malakukan pencatatan di KMS lansia,
meliputi: Indeks Massa Tubuh, Tekanan
Darah, Berat Badab dan Tinggi Badan.
d. Meja 4: Penyuluhan
Penyuluhan kesehatan perorangan
berdasarkan KMS dan Pemberian makanan
tambahan.
e. Meja 5: Pelayanan Medis
Pelayanan oleh tenaga professional yaitu
petugas dari puskesmas/kesehatan, meliputi
kegiatan: pemeriksaan dan pengobatan
ringan.

CASE STUDY:
An. A, berjenis kelamin perempuan, usia 22 bulan.
Berat badan 11 kg, panjang badan 83 cm. Ibu
mengatakan anak batuk sejak 3 hari yang lalu,
anak bisa minum, tidak muntah, dan tidak kejang.
Anak sadar dan tidak letargis. Suhu badan 37°C,
frekuensi nafas 38 x/menit, tidak ada tarikan
dinding dada ke dalam, tidak terdengar stridor.
MINIMAL QUESTION
1. Apakah klasifikasi dari masing-masing item
pada MTBS pada kasus An. A?
2. Sebutkan tindakan dari masing-masing
klasifiaksi pada kasus An. A!
TEORI
MTBS adalah singkatan dari Manajemen
Terpadu Balita Sakit atau Integrated Management
of Childhood Illness (IMCI dalam bahasa Inggris)
adalah suatu pendekatan yang terintegrasi/terpadu
dalam tatalaksana balita sakit dengan fokus kepada
MANAGEMEN TERPADU
BALITA SAKIT (MTBS)
Praktikum 5

44
44
kesehatan anak usia 0-5 tahun (balita) secara
menyeluruh. MTBS bukan merupakan suatu
program kesehatan tetapi suatu pendekatan/cara
menatalaksana balita sakit. Kegiatan MTBS
merupakan upaya yang ditujukan untuk
menurunkan kesakitan dan kematian sekaligus
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan anak
balita di unit rawat jalan kesehatan dasar seperti
Puskesmas, Pustu, Polindes, Poskesdes.
Bila dilaksanakan dengan baik, upaya ini
tergolong lengkap untuk mengantisipasi penyakitpenyakit yang sering menyebabkan
kematian bayi
dan balita. Dikatakan lengkap karena meliputi
(pengobatan),
upaya kuratif
preventif
(pencegahan), perbaikan gizi, imunisasi dan
konseling (promotif). Badan Kesehatan Dunia
WHO
telah mengakui bahwa pendekatan MTBS
sangat
cocok diterapkan negara-negara
berkembang dalam upaya menurunkan
kematian,
kesakitan dan kecacatan pada bayi dan balita.
Praktek MTBS memliliki 3
komponen khas yang menguntungkan yaitu:
a. Meningkatkan ketrampilan petugas kesehatan
dalam tatalaksana balita sakit (petugas kesehatan
non-dokter yang telah terlatih MTBS
dapat memeriksa dan menangani pasien balita)
b. Memperbaiki sistem kesehatan (banyak program
kesehatan terintegrasi didalam pendekatan
MTBS)

Standard Operating Procedure (SOP) yang terdapat didalam Fase Pra-Interaksi

Tujuan:
Fase pra-interaksi bertujuan untuk mempersiapkan tim atau individu yang terlibat dalam
sebuah interaksi atau pertemuan dengan klien, pelanggan, atau rekan kerja. Langkah-langkah
dalam fase ini dirancang untuk memastikan bahwa semua persiapan yang diperlukan telah
dilakukan untuk mencapai tujuan interaksi dengan efektif.

Bagian Waktu Pelaksanaan


No Fase Pra- Langkah- Capaian
. Interaksi langkah Pembelajaran Bahan Kajian 1 2 3 4 Model Pembelajaran

Memahami
tujuan Latar belakang
Identifikasi - Tentukan interaksi dan topik, tujuan
Tujuan tujuan utama kebutuhan organisasi/indiv
1. Interaksi interaksi. audiens idu √ Pemahaman Konseptual

- Jelaskan
kepada
semua pihak
yang terlibat.

- Tentukan Mengetahui
peserta dan siapa yang
peran terlibat
Identifikasi mereka dalam
Pihak yang dalam interaksi dan Profil peserta,
2. Terlibat interaksi. peran mereka daftar peran √ Diskusi Kelompok

Memiliki √
- pengetahuan
Kumpulkan yang
Kumpulka informasi mendalam
n terkait topik tentang topik
Informasi atau tujuan atau tujuan Laporan riset,
3. Relevan interaksi. interaksi artikel terkini Pembelajaran Berbasis Proyek

- Analisis
informasi
untuk
persiapan
respons yang
tepat.

4. Penetapan - Tentukan Merencanaka Jadwal, ruang √ Pemecahan Masalah


Jadwal waktu dan n jadwal pertemuan
yang sesuai
tempat untuk semua
interaksi. pihak terlibat

- Pastikan
ketersediaan
semua pihak
terlibat.

- Siapkan √
materi atau
presentasi
yang sesuai Menyusun
Persiapan dengan materi yang
Materi atau tujuan dan informatif Presentasi,
5. Presentasi audiens. dan relevan bahan referensi Demonstrasi

- Pastikan
kecocokan
materi
dengan
tujuan
interaksi.

- Pastikan √
peralatan
seperti Memastikan
proyektor, kesiapan
Periksa komputer, teknologi
Peralatan dll., untuk Daftar
dan berfungsi interaksi peralatan,
6. Teknologi dengan baik. yang lancar laporan uji coba Instruksi Langsung

- Uji coba
teknologi
yang akan
digunakan.
- Siapkan Menyiapkan √
dokumen dokumen
atau formulir yang
yang dibutuhkan Formulir
Persiapan diperlukan untuk evaluasi,
Dokument selama pencatatan dokumen
7. asi interaksi. dan evaluasi panduan Pembelajaran Kooperatif

- Pastikan
ketersediaan
dan
kelengkapan
dokumen.

- Jika √
diperlukan,
lakukan sesi Menguasai
latihan atau keterampilan
simulasi dan
Latihan untuk mempersiapk Skenario
dan persiapan an tim untuk latihan, laporan
8. Simulasi tim. interaksi evaluasi Pembelajaran Berbasis Masalah

- Gunakan
untuk
menjelaskan
peran dan
mengatasi
potensi
masalah.

- Lakukan √
pertemuan
tim untuk
memastikan
pemahaman
yang sama Meningkatka
tentang n komunikasi
tujuan dan dan Agenda
Komunikas prosedur kolaborasi pertemuan,
9. i Tim interaksi. dalam tim catatan rapat Pembelajaran Mandiri
- Berikan
kesempatan
untuk
bertanya
atau
menyampaik
an
kekhawatira
n.

Membuat
- Tentukan rencana
Finalisasi tindak lanjut tindak lanjut
Rencana setelah yang jelas Daftar tindak
Tindak interaksi dan lanjut, catatan Mingg
10. Lanjut selesai. terstruktur pertemuan u4 Pembelajaran Berbasis Penemuan

- Atur tugas
dan
tanggung
jawab untuk
setiap
anggota tim.

Kesimpulan SOP :

 Pastikan semua informasi yang diperlukan telah dikumpulkan dan dipahami dengan
baik sebelum interaksi dimulai.
 Uji coba semua peralatan dan teknologi yang akan digunakan untuk meminimalkan
risiko gangguan teknis selama interaksi.
 Berikan kesempatan bagi anggota tim untuk berlatih dan bertanya sebelum interaksi
dilakukan.
 Tetap fleksibel dalam menghadapi perubahan atau situasi yang tidak terduga selama
fase pra-interaksi.

Anda mungkin juga menyukai