Anda di halaman 1dari 29

STRATEGI / RANCANGAN

PEMBELAJARAN DENGAN SASARAN


KOMUNITAS

Oleh :

D-IV KEPERAWATAN ( KELAS 2.A)

Ketut Hermawan (P07120217024)

Ni Luh Gede Dipa Lindayani (P07120217025)

I Putu Yoan Sugiantara (P07120217026)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

JURUSAN KEPERAWATAN

TAHUN 2019
BAB I

A. PENDAHULUAN
Perencanaan adalah proses menetapkan keputusan yang berkaitan
dengan tujuan- tujuan yang akan dicapai, sumber-sumber yang akan
diberdayakan, dan teknik/metode yang dipilih secara tepat untuk melaksanakan
tindakan selama kurun waktu tertentu agar penyelenggaraan sistem pendidikan
dapat dilaksanakan secara efektif, efisien dan bermutu.
Melalui perencanaan yang telah dibuat, dapat terbayangkan tujuan yang
ingin dicapai, aktivitas atau proses yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan,
saran dan fasilitas yang diperlukan, hasil yang akan didapat, bahkan faktor
kendala maupun unsur pendukung juga sudah dapat diantisipasi.
Sedangkan pembelajaran menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
berasal dari kata belajar yang artinya berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu;
atau berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.
Sedangkan pembelajaran adalah proses atau cara menjadikan seseorang belajar.
Perencanaan pembelajaran adalah kegiatan memproyeksikan tindakan
apa yang akan dilaksanakan dalam suatu proses belajar mengajar, yaitu dengan
mengkoordinasikan komponen-komponen pembelajaran sehingga tujuan
pembelajaran, materi pembelajaran, cara penyampaian kegiatan (metode, model
dan teknik), serta bagaimana mengukurnya menjadi jelas dan sistematis, sehingga
nantinya proses belajar mengajar menjadi efektif dan efisien.
Komunitas adalah sebuah kelompok yang menunjukkan adanya
kesamaan kriteria sosial sebagai ciri khas keanggotaannya, misalnya seperti:
kesamaan profesi, kesamaan tempat tinggal, kesamaan kegemaran dan lain
sebagainya. Seperti contohnya: kelompok petani, karyawan pabrik, kelompok
warga, dan kelompok suporter sepak bola.
Tujuan dibentuknya komunitas, yaitu untuk dapat saling membantu satu
sama lain dalam menghasilkan sesuatu. Sesuatu tersebut adalah tujuan yang telah
ditentukan sebelumnya. Berdasarkan hal tersebut, dalam paper ini akan
memaparkan lebih lanjut mengenai “Strategi / Rancangan Pembelajaran dengan
Sasaran Komunitas”

1
1. KONSEP-KONSEP KUNCI
Dalam paper ini yang berjudul “Strategi / Rancangan Pembelajaran dengan
Sasaran Komunitas” memaparkan materi mengenai :
a. Pengkajian Rancangan Pembelajaran dengan Sasaran Komunitas
b. Diagnosis Keperawatan
c. Perencanaan Tindakan Keperawatan (SATPEL)
2. PETUNJUK
a. Pelajari materi BAB I dengan tekun dan disiplin !
b. Penyajian setiap bab meliputi : judul bab dan konsep-konsep kunci,
petunjuk, kerangka isi, tujuan pembelajaran umum, tujuan
pembelajaran khusus, paparan materi, tugas dan latihan, rangkuman,
dan soal-soal akhir bab yang disertai dengan kunci jawaban.
c. Dalam uraian materi terdapat test sambil jalan. Test ini dapat menjadi
tuntunan pembaca dalam memahami uraian bahan ajar bagian demi
bagian.
d. Kerjakan soal-soal latihan dan soal akhir bab dengan tekun dan
disiplin !
e. Bacalah sumber-sumber pendukung untuk memperdalam pengetahuan
dan wawasan anda.
f. Ikuti turutan penyajian setiap bab tahap demi tahap !
g. Selamat belajar, semoga sukses !
3. TUJUAN PEMBELAJARAN
a. Tujuan Pembelajaran Umum
Mahasiswa diharapkan mampu memahami materi tentang “Strategi /
Rancangan Pembelajaran dengan Sasaran Komunitas” dalam mata
kuliah Promosi Kesehatan.
b. Tujuan Pembelajaran Khusus
Mahasiswamampu :
1) Menjelaskan pengkajian rancangan pembelajaran dengan
sasaran komunitas
2) Menjelaskan diagnosis keperawatan
3) Menjelaskan perencanaan tindakan keperawatan (SATPEL)

2
BAB II

MATERI

A. POKOK BAHASAN
1. Pengkajian Rancangan Pembelajaran dengan Sasaran Komunitas
Pengkajian merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap
dan sistematis terhadap masyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga
masalah kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat baik individu, keluarga atau
kelompok yang menyangkut permasalahan pada fisiologis, psikologis, sosial
ekonomi, maupun spiritual dapat ditentukan. Dalam tahap pengkajian ini
terdapat 5 kegiatan, yaitu : pengumpulan data, pengolahan data, analisis data,
perumusan atau penentuan masalah kesehatan masyarakat dan prioritas
masalah (Mubarak, 2005).
 Tujuan Pengkajian
Tujuan pengkajian adalah diperolehnya informasi dari individu, keluarga,
atau kelompok tentang kondisi kesehatan dan berbagai hal yang dapat
memengaruhi proses pelaksanaan pendidikan kesehatan. Informasi
tersebut diperlukan karena akan memengaruhi pemilihan materi, metode,
dan media pendidikan kesehatan.
 Metode
Pengamatan langsung dan wawancara serta mempelajari data yang telah
ada (medical record atau kartu rawat jalan)
 Aspek yang dikaji
a. Riwayat Keperawatan, informasi yang diperlukan melalui
pengkajian riwayat keperawatan merupakan hal-hal yang dapat
memengaruhi kebutuhan belajar, meliputi :
a) Usia, misalnya cara penyampaian informasi pada lansia secara
lambat dan berulang;
b) Pemahaman dan persepsi klien tentang masalah kesehatan,
misalnya tuberculosis bukan merupakan penyakit keturunan;
c) Keyakinan dan praktik tentang kesehatan, misalnya lebih
memilih dukun daripada dokter.

3
b. Faktor budaya. Misalnya kebiasaan makan makanan berlemak tinggi
pada suku tertentu.
c. Faktor ekonomi. Pemberian contoh dalam penyusunan menu
makanan disesuaikan dengan keadaan ekonomi klien.
d. Gaya belajar. Misalnya, beberapa klien hanya dapat menerima
informasi dengan baik jika menggunakan alat bantu atau demonstrasi
e. Faktor pendukung pada klien. Contohnya, adanya keterlibatan
keluarga sebagai pengawas minum obat (PMO) pada keluarga
dengan klien tuberculosis dalam kepatuhan pengobatan.
f. Pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik dapat juga digunakan untuk
mengkaji kebutuhan belajar klien antara lain:
a) Status mental, contohnya klien yang sedang tegang atau
bersedih akan sulit menerima informasi yang akan diberikan;
b) Tingkat energi dan status gizi, contohnya pada keadaan kurang
asupan makanan (malnutrisi), klien akan sulit menerima
informasi;
c) Kapasitas fisik klien untuk belajar dan untuk melakukan
aktivitas sehari-hari;
d) Kemampuan penglihatan, pendengaran, dan koordinasi otot.
 Hasil Pengkajian
a. Ketidaksiapan untuk belajar. Beberapa klien sering tidak siap untuk
belajar. Untuk itu, perawat perlu mengkaji penyebab ketidaksiapan
belajar tersebut yang meliputi:
a) Ketidaksiapan fisik, seperti adanya kelelahan, nyeri, dan
keterbatasan pergerakan;
b) Ketidaksiapan emosi, seperti adanya kecemasan, bersedih, dan
marah;
c) Ketidaksiapan kognitif, seperti adanya pengaruh dari obat-obat
yang diminum.
b. Motivasi, Motivasi yang ada pada diri klien sangat berpengaruh
dalam kebutuhan klien untuk belajar dan mendapatkan informasi.

4
Perawat dapat meningkatkan motivasi klien untuk belajar dengan
cara:
a) Melakukan pendekatan persuasive kepada klien;
b) Memberikan pemahaman sesuai dengan tingkat pengetahuan
klien.
c. Tingkat kemampuan membaca. Tingkat kemampuan mambaca sangat
berpengaruh terhadap kemampuan untuk menerima informasi selama
ini. Untuk itu, perawat perlu mengkaji tingkat kemampuan membaca
klien untuk menetapkan strategi pembelajaran yang tepat.

 Beberapa teori yang membahas tentang pengkajian komunitas:


a. Sanders Interactional Framework
Model ini menekankan pada proses interaksi komunitas. Model ini
juga dikenal sebagai model tiga dimensi dengan komponen
pengkajian:
1) Komunitas sebagai sistem sosial (dimensi sistem)
2) Masyarakat sebagai tempat (dimensi tempat)
3) Masyarakat sebagai kumpulan/kelompok manusia (dimensi
populasi)
b. Kliens interactional framework
1) Masyarakat sebagai sistem sosial
 Pola komunikasi
 Pengambilan keputusan
 Hubungan dengan sistem lain
 Batas wilayah
2) Penduduk dan lingkungannya
 Karakter penduduk (demografi)
 Faktor lingkungan, biologi dan sosial
 Lingkungan psikis (nilai-nilai, agama, kepercayaan)

5
c. Community assessment wheel (community as client model)
Pada model ini terdapat 8 komponen yang harus dikaji, ditambah
dengan data inti dari masyarakat itu sendiri (community core)
1) Community core (data inti)
Aspek yang dikaji:
 Historis dari komunitas, kaji sejarah perkembangan
komunitas
 Demografi : umur, jenis kelamin, ras, type keluarga,
status perkawinan
 Vital statistik : angka kelahiran, angka kematian, angka
kesakitan
 Sistem nilai/norma/kepercayaan dan agama
2) Phisical environment pada komunitas
Sebagaimana mengkaji fisik pada individu. Pengkajian
lingkungan dilakukan dengan metode winshield survey atau
survey dgn mengelilingi wilayah komunitas
3) Pelayanan kesehatan dan social
Pelayanan kesehatan :
 Hospital
 Praktik swasta
 Puskesmas
 Rumah perawatan
 Pelayanan kesehatan khusus
 Perawatan di rumah
 Counseling support services
 Pelayanan khusus (social worker)
Dari tempat pelayanan tersebut aspek yg didata:
 Pelayanannya (waktu, ongkos, rencana kerja)
 Sumber daya (tenaga, tempat, dana & perencanaan)
 Karakteristik pemakai (penyebaran geografi, gaya
hidup, sarana transportasi)
 statistik, jumlah pengunjung perhari/ minggu/bulan

6
 Kecukupan dan keterjangkauan oleh pemakai dan
pemberian pelayanan
4) Ekonomi
Aspek/komponen yang perlu dikaji:
Karakteristik pendapatan keluarga/RT
5) Keamanan transportasi
1) Keamanan
 Protection service
 Kwalitas udara, air bersih
2) Transportasi (milik pribadi/umum)
6) Politik & Government
 Jenjang pemerintahan
 Kebijakan Dep.Kes
7) Komunikasi
 Formal
 In formal
8) Pendidikan
 Status pendidikan (lama sekolah, jenis sekolah, bahasa)
 Fasilitas pendidikan (SD, SMP dll) baik di dalam maupun
di luar komunitas
9) Recreation
Menyangkut tempat rekreasi
d. Kerangka pengkajian profile masyarakat (modifikasi)
Pengkajian ini merupakan hasil modifikasi dari beberapa teori
sebelumnya tentang pengkajian komunitas
1) Pengumpulan data
Pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh
informasi mengenai masalah kesehatan pada masyarakat
sehingga dapat ditentukan tindakan yang harus diambil untuk
mengatasi masalah tersebut yang menyangkut aspek fisik,
psikologis, sosial ekonomi dan spiritual serta faktor lingkungan
yang mempengaruhi (Mubarak, 2005).

7
Pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a) Wawancara atau anamnesa
Wawancara adalah kegiatan komunikasi timbal balik yang
berbentuk tanya jawab antara perawat dengan pasien atau
keluarga pasien, masyarakat tentang hal yang berkaitan
dengan masalah kesehatan pasien. Wawancara harus
dilakukan dengan ramah, terbuka, menggunakan bahasa
yang sederhana dan mudah dipahami oleh pasien atau
keluarga pasien, dan selanjutnya hasil wawancara atau
anamnesa dicatat dalam format proses keperawatan
(Mubarak, 2005).
b) Pengamatan
Pengamatan dalam keperawatan komunitas dilakukan
meliputi aspek fisik, psikologis, perilaku dan sikap dalam
rangka menegakkan diagnosa keperawatan. Pengamatan
dilakukan dengan menggunakan panca indera dan hasilnya
dicatat dalam format proses keperawatan (Mubarak, 2005).
c) Pemeriksaan fisik
Dalam keperawatan komunitas dimana salah satunya
asuhan keperawatan yang diberikan adalah asuhan
keperawatan keluarga, maka pemeriksaan fisik yang
dilakukan dalam upaya membantu menegakkan diagnosa
keperawatan dengan cara Inspeksi, Perkusi, Auskultasi dan
Palpasi (Mubarak, 2005).
2) Pengolahan data
Setelah data diperoleh, kegiatan selanjutnya adalah pengolahan
data dengan cara sebagai berikut :
a) Klasifikasi data atau kategori data
b) Penghitungan prosentase cakupan
c) Tabulasi data
d) Interpretasi data

8
3) Analisis data
Analisis data adalah kemampuan untuk mengkaitkan data
dan menghubungkan data dengan kemampuan kognitif yang
dimiliki sehingga dapat diketahui tentang kesenjangan atau
masalah yang dihadapi oleh masyarakat apakah itu masalah
kesehatan atau masalah keperawatan (Mubarak, 2005).
4) Penentuan masalah atau perumusan masalah kesehatan
Berdasarkan analisa data dapat diketahui masalah kesehatan
dan keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat, sekaligus dapat
dirumuskan yang selanjutnya dilakukan intervensi.Namun
demikian masalah yang telah dirumuskan tidak mungkin diatasi
sekaligus. Oleh karena itu diperlukan prioritas masalah
(Mubarak, 2005)
5) Prioritas masalah
Dalam menentukan prioritas masalah kesehatan masyarakat
dan keperawatan perlu mempertimbangkan berbagai faktor
sebagai kriteria diantaranya adalah (Mubarak, 2005):
a) Perhatian masyarakat
b) Prevalensi kejadian
c) Berat ringannya masalah
d) Kemungkinan masalah untuk diatasi
e) Tersedianya sumberdaya masyarakat
f) Aspek politis
Seleksi atau penapisan masalah kesehatan komunitas
menurut format Mueke (1988) mempunyai kriteria penapisan,
antara lain:
a) Sesuai dengan peran perawat komunitas
b) Jumlah yang beresiko
c) Besarnya resiko
d) Kemungkinan untuk pendidikan kesehatan
e) Minat masyarakat
f) Kemungkinan untuk diatasi

9
g) Sesuai dengan program pemerintah
h) Sumber daya tempat
i) Sumber daya waktu
j) Sumber daya dana
k) Sumber daya peralatan
l) Sumber daya manusia

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon individu pada masalah
kesehatan baik yang aktual maupun potensial.Masalah aktual adalah masalah
yang diperoleh pada saat pengkajian, sedangkan masalah potensial adalah
masalah yang mungkin timbul kemudian.Jadi, diagnosa keperawatan adalah
suatu pernyataan yang jelas, padat dan pasti tentang status dan masalah
kesehatan yang dapat diatasi dengan tindakan keperawatan.Dengan demikian
diagnosis keperawatan ditetapkan berdasarkan masalah yang ditemukan.
Diagnosa keperawatan akan memberi gambaran masalah dan status kesehatan
masyarakat baik yang nyata (aktual), dan yang mungkin terjadi (Mubarak,
2009).
 Tujuan: dirumuskannya masalah yang dihadapi klien dengan
pendidikan kesehatan yang diberikan
 Metode: analisis data (informasi) berdasarkan hasil pengkajian.
 Rumusan diagnosis keperawatan: berkaitan dengan kebutuhan
belajar secara umum, dapat dikelompokkan dalam kategori
diagnosis yang didasarkan pada respons klien dan etiologi.

 Diagnosis keperawatan mengandung komponen utama yaitu :


a. Problem atau masalah : problem merupakan kesenjangan atau
penyimpangan dari keadaan normal yang seharusnya terjadi
b. Etiologi atau penyebab : menunjukkan penyebab masalah
kesehatan atau keperawatan yang dapat memberikan arah terhadap
intervensi keperawatan, yang meliputi :
1) Perilaku individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat

10
2) Lingkungan fisik, biologis, psikologis, dan social
3) Interaksi perilaku dan lingkungan
c. Symptom atau gejala :
1) Informasi yang perlu untuk merumuskan diagnose
2) Serangkaian petunjuk timbulnya masalah

 Perumusan diagnosis keperawatan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :


a. Dengan rumus PES
Rumus : DK = P + E + S
DK : Diagnosis keperawatan
P : Problem atau masalah
E : Etiologi
S : Symptom atau gejala
b. Dengan rumus PE
Rumus : DK = P + E
DK : Diagnosis keperawatan
P : Problem atau masalah
E : Etiologi

Jadi, menegakkan diagnosis keperawatan minimal harus


mengandung 2 komponen tersebut diatas, disamping mempertimbangkan
hal-hal sebagai berikut :
1) Kemampuan masyarakat untuk menanggulangi masalah
2) Sumber daya yang tersedia dari masyarakat
3) Partisipasi dan peran serta masyarakat
Sedangkan diagnosis keperawatan komunitas menurut Mueke,
1984 terdiri dari :
1) Masalah sehat sakit
2) Karakteristik populasi
3) Karakteristik lingkungan (epidemiologi triangle)

11
Logan & Dawkins, 1986. Dalam bukunya : Family centered
Nursing in the COMMUNITY
1) Diagnosis resiko :………………………….(masalah)
2) Diantara :………………………….(community)
3) Sehubungan dengan :………………………….(karakteristik
community dan lingkungan)
4) Yang dimanifestasikan oleh/didemonstrasikan oleh.. :(indikator
kesehatan/ analisa data)

3. Perencanaan Tindakan Keperawatan (SATPEL)


a. Pengertian Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan
keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai
dengan diagnosis keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan
terpenuhinya kebutuhan pasien (Pusdiklat DJJ Keperawatan). Jadi
perencanaan asuhan keperawatan kesehatan masyarakat disusun
berdasarkan diagnosa keperawatan yang telah ditetapkan dan rencana
keperawatan yang disusun harus mencakup perumusan tujuan, rencana
tindakan keperawatan yang akan dilakukan dan kriteria hasil untuk menilai
pencapaian tujuan (Mubarak, 2005).
Rencana tindakan keperawatan komunitas dirumuskan bersama-
sama dengan warga setempat pada waktu pelaksanaan Musyawarah
Masyarakat Desa (MMD) di tingkat RT dan tingkat Desa. Pada proses ini
diperoleh kesepakatan dengan warga yang meliputi waktu, tempat dan
penanggung jawab setiap kegiatan yang akan dilaksanakan. Kegiatan yang
direncanakan untuk mengatasi masalah kesehatan yang muncul antara lain:
upaya meningkatkan pengetahuan masyarakat melalui pelaksanaan
pendidikan kesehatan (penyuluhan) tentang masalah yang muncul di
masyarakat, selain itu juga dilakukan upaya pemberdayaan masyarakat
melalui pelaksanaan kegiatan kebersihan lingkungan yang akan
dilaksanakan di setiap RT.

12
Dalam proses perencanaan tindakan keperawatan komunitas ini
mahasiswa masih mendapatkan beberapa faktor pendukung dan
penghambat antara lain:
1) Faktor pendukung.
Faktor pendukung yang dalam hal ini yaitu sebagian besar
warga sudah mempunyai kegiatan yang terjadwal sehingga dapat
digunakan untuk tempat memberikan penyuluhan kesehatan,
antusias warga yang baik untuk melakukan kegiatan kebersihan
lingkungan dapat mempermudah proses perencanaan kegiatan,
selain itu jadwal kegiatan Posyandu yang ada dapat mempermudah
dalam menentukan waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan yang
akan dilaksanakan.
2) Faktor penghambat.
Kurangnya pemahaman warga tentang pendanaan kegiatan
yang akan dilaksanakan membuat warga kurang termotivasi untuk
menyampaikan pendapat tentang rencana yang akan dilakukan.
Masih banyak warga yang kurang bisa menggunakan bahasa
Indonesia yang baik sehingga mahasiswa sulit memahami arah
pembicaraan warga, dan begitu pula sebaliknya, hal ini disebabkan.
b. Strategi intervensi dan Pengorganisasian Masyarakat
Strategi intervensi keperawatan komunitas adalah:
a. Kemitraan (partnership)
Kemitraan memiliki definisi hubungan atau kerja sama
antara dua pihak atau lebih, berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan
saling menguntungkan atau memberikan manfaat (Depkes RI, 2005).
Perawat spesialis komunitas perlu membangun dukungan,
kolaborasi, dan koalisi sebagai suatu mekanisme peningkatan peran
serta aktif masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan,
dan evaluasi implementasi PKP. Anderson dan McFarlane (2000)
dalam hal ini mengembangkan model keperawatan komunitas yang
memandang masyarakat sebagai mitra (community as partner
model). Fokus dalam model tersebut menggambarkan dua prinsip

13
pendekatan utama keperawatan komunitas, yaitu (1) lingkaran
pengkajian masyarakat pada puncak model yang menekankan
anggota masyarakat sebagai pelaku utama pembangunan kesehatan,
dan (2) proses keperawatan.
Asumsi dasar mekanisme kolaborasi perawat spesialis
komunitas dengan masyarakat tersebut adalah hubungan kemitraan
yang dibangun memiliki dua manfaat sekaligus yaitu meningkatnya
partisipasi aktif masyarakat dan keberhasilan program kesehatan
masyarakat (Kreuter, Lezin, & Young, 2000).Mengikutsertakan
masyarakat dan partisipasi aktif mereka dalam pembangunan
kesehatan dapat meningkatkan dukungan dan penerimaan terhadap
kolaborasi profesi kesehatan dengan masyarakat (Schlaff, 1991;
Sienkiewicz, 2004).Dukungan dan penerimaan tersebut dapat
diwujudkan dengan meningkatnya sumber daya masyarakat yang
dapat dimanfaatkan, meningkatnya kredibilitas program kesehatan,
serta keberlanjutan kemitraan perawat spesialis komunitas dengan
masyarakat (Bracht, 1990).
Kemitraan dalam PKP dapat dilakukan perawat komunitas
melalui upaya membangun dan membina jejaring kemitraan dengan
pihak-pihak yang terkait (Robinson, 2005) dalam upaya penanganan
pada baik di level keluarga, kelompok, maupun komunitas.
Pihak-pihak tersebut adalah profesi kesehatan lainnya,
stakes holder (Puskesmas, Dinas Kesehatan Kota, Departemen
Kesehatan, Departemen Sosial, Pemerintah Kota), donatur/sponsor,
sektor terkait, organisasi masyarakat (TP-PKK, Lembaga
Indonesia/LLI, Perkumpulan , atau Klub Jantung Sehat Yayasan
Jantung Indonesia), dan tokoh masyarakat setempat.
b. Pemberdayaan (empowerment)
Konsep pemberdayaan dapat dimaknai secara sederhana
sebagai proses pemberian kekuatan atau dorongan sehingga
membentuk interaksi transformatif kepada masyarakat, antara lain:
adanya dukungan, pemberdayaan, kekuatan ide baru, dan kekuatan

14
mandiri untuk membentuk pengetahuan baru (Hitchcock, Scubert, &
Thomas, 1999). Pemberdayaan, kemitraan dan partisipasi memiliki
inter-relasi yang kuat dan mendasar.Perawat spesialis komunitas
ketika menjalin suatu kemitraan dengan masyarakat maka dirinya
juga harus memberikan dorongan kepada masyarakat.
Kemitraan yang dijalin memiliki prinsip “bekerja bersama”
dengan masyarakat bukan “bekerja untuk” masyarakat, oleh karena
itu perawat spesialis komunitas perlu memberikan dorongan atau
pemberdayaan kepada masyarakat agar muncul partisipasi aktif
masyarakat (Yoo et. al, 2004). Membangun kesehatan masyarakat
tidak terlepas dari upaya-upaya untuk meningkatkan kapasitas,
kepemimpinan dan partisipasi masyarakat (Nies & McEwan, 2001).
Kemandirian agregat dalam PKP berkembang melalui
proses pemberdayaan. Tahapan pemberdayaan yang dapat dilalui
oleh agregat (Sulistiyani, 2004), yaitu:
a) Tahap penyadaran dan pembentukan perilaku menuju
perilaku sadar dan peduli sehingga merasa membutuhkan
kemampuan dalam mengelola secara mandiri. Dalam tahap
ini, perawat komunitas berusaha mengkondisikan lingkungan
yang kondusif bagi efektifitas proses pemberdayaan agregat .
b) Tahap transformasi kemampuan berupa pengetahuan dan
ketrampilan dalam pengelolaan secara mandiri agar dapat
mengambil peran aktif dalam lingkungannya. Pada tahap ini
agregat memerlukan pendampingan perawat komunitas.
c) Tahap peningkatan pengetahuan dan ketrampilan sehingga
terbentuk inisiatif dan kemampuan inovatif untuk
mengantarkan pada kemandirian mengelola. Pada tahap ini
dapat melakukan apa yang diajarkan secara mandiri.
c. Pendidikan Kesehatan
Strategi utama upaya prevensi terhadap kejadian adalah
dilakukannya kegiatan pendidikan kesehatan.Pendidikan kesehatan
bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mengurangi

15
disabilitas serta mengaktualisasikan potensi kesehatan yang dimiliki
oleh individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat (Swanson &
Nies, 192011).
Pendidikan kesehatan dapat dikatakan efektif apabila dapat
menghasilkan perubahan pengetahuan, menyempurnakan sikap,
meningkatkan ketrampilan, dan bahkan mempengaruhi perubahan di
dalam perilaku atau gaya hidup individu, keluarga, dan kelompok
(Pender, Murdaugh, & Parsons, 2002). Pendidikan kesehatan
diharapkan dapat mengubah perilaku untuk patuh terhadap saran
pengelolaan secara mandiri.
Pendidikan kesehatan dapat dilakukan secara individu,
kelompok, maupun komunitas. Upaya pendidikan kesehatan di
tingkat komunitas penting dilakukan dengan beberapa alasan, yaitu:
individu akan mudah mengadopsi perilaku sehat apabila
mendapatkan dukungan sosial dari lingkungannya terutama
dukungan keluarga, intervensi di tingkat komunitas dapat mengubah
struktur sosial yang kondusif terhadap program promosi kesehatan,
unsur-unsur di dalam komunitas dapat membentuk sinergi dalam
upaya promosi kesehatan (Meillier, Lund, & Kok, 1996).
Intervensi keperawatan melalui pendidikan kesehatan untuk
menurunkan risik dan komplikasinya dapat dibagi menjadi tiga
kelompok, yaitu: (1) pencegahan primer, (2) pencegahan sekunder,
dan (3) pencegahan tersier. Pendidikan kesehatan dalam tahap
pencegahan primer bertujuan untuk menurunkan risiko yang dapat
mengakibatkan . Pendidikan kesehatan dalam tahap pencegahan
sekunder bertujuan untuk memotivasi kelompok berisiko melakukan
uji skrining dan penatalaksanaan gejala yang muncul, sedangkan
pada tahap pencegahan tersier, perawat dapat memberikan
pendidikan kesehatan yang bersifat readaptasi, pendidikan kesehatan
untuk mencegah komplikasi terulang dan memelihara stabilitas
kesehatan .

16
d. Proses kelompok
Proses kelompok merupakan salah satu strategi intervensi
keperawatan yang dilakukan bersama-sama dengan masyarakat
melalui pembentukan sebuah kelompok atau kelompok swabantu
(self-help group). Intervensi keperawatan di dalam tatanan komunitas
menjadi lebih efektif dan mempunyai kekuatan untuk melaksanakan
perubahan pada individu, keluarga dan komunitas apabila perawat
komunitas bekerja bersama dengan masyarakat. Berbagai kelompok
di masyarakat dapat dikembangkan sesuai dengan inisiatif dan
kebutuhan masyarakat setempat, misalnya Posbindu, Bina Keluarga ,
atau Karang . Kegiatan pada kelompok ini disesuaikan dengan
kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai oleh agar dapat mencapai
masa tua yang sehat, bahagia, berdaya guna, dan produktif selama
mungkin (Depkes RI, 1992).
Menurut penelitian, yang mengikuti secara aktif sebuah
kelompok sosial dan menerima dukungan dari kelompok tersebut
akan memperlihatkan kondisi kesehatan fisik dan mental yang lebih
baik daripada yang lebih sedikit mendapatkan dukungan kelompok
(Krause, 192011). Bentuk dukungan kelompok ini juga terkait
dengan rendahnya risiko morbiditas dan mortalitas (Berkman, Leo-
Summers, & Horwitz, 1992).Meskipun penjelasan risiko morbiditas
dan mortalitas tersebut tidak lengkap dikemukakan, beberapa laporan
menekankan bahwa dukungan yang diterimadapat meningkatkan
pemanfaatan dan kepatuhan individu terhadap pelayanan yang
diinginkan dengan mengikuti informasi yang diberikan, ikut serta
dalam kelompok dan meningkatkan perilaku mencari bantuan
kesehatan (Cohen, 1988).
Berdasarkan strategi intervensi yang telah ditentukan oleh
perawat komunitas seperti tersebut di atas, selanjutnya dilakukan
pengorganisasian masyarakat. Pengorganisasian masyarakat sebagai
suatu proses merupakan sebuah perangkat perubahan komunitas
yang memberdayakan individu dan kelompok berisiko (agregat)

17
dalam menyelesaikan masalah komunitas dan mencapai tujuan yang
diinginkan bersama. Menurut Helvie (1998), terdapat tiga model
pengorganisasian masyarakat yaitu:
a) Model pengembangan masyarakat (locality development)
Model pengembangan masyarakat didasarkan pada
upaya untuk memaksimalkan perubahan yang terjadi di
komunitas, di mana masyarakat dilibatkan dan berpartisipasi
aktif dalam menentukan tujuan dan pelaksanaan tindakan.
Tujuan dari model pengembangan masyarakat adalah (1) agar
individu dan kelompok-kelompok di masyarakat dapat
berperan-serta aktif dalam setiap tahapan proses keperawatan,
dan (2) perubahan perilaku (pengetahuan, sikap dan tindakan)
dan kemandirian masyarakat yang dibutuhkan dalam upaya
peningkatan, perlindungan dan pemulihan status kesehatannya
di masa mendatang (Nies & McEwan, 2001; Green & Kreuter,
1991). Sejalan dengan Mapanga dan Mapanga (2004) tujuan
dari proses keperawatan komunitas pada adalah meningkatkan
kemampuan dan kemandirian fungsional agregat melalui
pengembangan kognisi dan kemampuan merawat dirinya
sendiri.
Pengembangan kognisi dan kemampuan agregat
difokuskan pada dayaguna aktifitas kehidupan, pencapaian
tujuan, perawatan mandiri, dan adaptasi terhadap permasalahan
kesehatan sehingga akan berdampak pada peningkatan
partisipasi aktif .
b) Model perencanaan sosial (social planning)
Model perencanaan sosial dalam pengelolaan agregat
lebih menekankan pada teknik menyelesaikan masalah
kesehatan agregat dari pengelola program di birokrasi,
misalnya Dinas Kesehatan atau Puskesmas. Kegiatan bersifat
kegiatan top-down planning. Tugas perencana program
kesehatan adalah menetapkan tujuan kegiatan, menyusun

18
rencana kegiatan, dan mensosialisasikan rencana tindakan
kepada masyarakat.Perencana program harus memiliki
kemampuan dan ketrampilan untuk menyelesaikan
permasalahan yang kompleks termasuk kemampuan untuk
mengorganisasikan lintas sektor terkait.
c) model aksi sosial (social action)
Model aksi sosial menekankan pada pengorganisasian
masyarakat untuk memperjuangkan isu-isu tertentu terkait
dengan permasalahan yang sedang dihadapi agregat , misalnya
kampanye gaya hidup sehat untuk mencegah penyakit diabetes.
Tingkat dan bentuk intervensi keperawatan
komunitas.(Hitchcock, Schubert, & Thomas 1999; Helvie,
1998).
c. Bentuk intervensi keperawatan yang dapat dilakukan oleh perawat
komunitas terdiri dari:
1) Observasi
Observasi diperlukan dalam pelaksanaan keperawatan .
Observasi dilakukan sejak pengkajian awal dilakukan dan merupakan
proses yang terus menerus selama melakukan kunjungan (Hitchcock,
Schubert & Thomas, 1999). Lingkungan yang perlu diobservasi yaitu
keadaan, kondisi rumah, interaksi antar keluarga, tetangga dan
komunitas.Observasi diperlukan untuk menyusun dan mengidentifikasi
permasalahan yang terjadi.
2) Terapi modalitas
Terapi modalitas adalah suatu sarana penyembuhan yang
diterapkan pada dengan tanpa disadari dapat menimbulkan respons
tubuh berupa energi sehingga mendapatkan efek penyembuhan
(Starkey, 2004). Terapi modalitas yang diterapkan pada, yaitu:
manajemen nyeri, perawatan gangren, perawatan luka baru, perawatan
luka kronis, latihan peregangan, range of motion, dan terapi hiperbarik.

19
3) Terapi komplementer (complementary and alternative medicine/CAM)
Terapi komplementer adalah penyembuhan alternatif untuk
melengkapi atau memperkuat pengobatan konvensional maupun
biomedis (Cushman & Hoffman, 2004; Xu, 2004) agar bisa
mempercepat proses penyembuhan. Pengobatan konvensional
(kedokteran) lebih mengutamakan penanganan gejala penyakit,
sedangkan pengobatan alami (komplementer) menangani penyebab
penyakit serta memacu tubuh sendiri untuk menyembuhkan penyakit
yang diderita (Sustrani, Alam & Hadibroto, 2005).
Ranah terapi komplementer dan bentuk-bentuk terapi
komplementer (Cushman & Hoffman, 2004):
a) Pengobatan alternative : Terapi herbal, akupunktur, pengobatan
herbal Cina
b) Intervensi tubuh dan pikiran : Meditasi, hipnosis, terapi perilaku,
relaksasi Benson, relaksasi progresif, guided imagery,
pengobatan mental dan spiritual
c) Terapi bersumber bahan organik : Terapi diet , terapi jus,
pengobatan orthomolekuler (terapi megavitamin), bee pollen,
terapi lintah, terapi larva
d) Terapi pijat, terapi gerakan somatis, dan fungsi kerja tubuh : Pijat
refleksi, akupresur, perawatan kaki, latihan kaki, senam
e) Terapi energi : Qigong, reiki, terapi sentuh, latihan seni
pernafasan tenaga dalam, Tai Chi
f) Bioelektromagnetik : Terapi magnet
Bentuk intervensi terapi modalitas dan komplementer
memerlukan kajian dan pengembangan yang disesuaikan dengan
peran dan fungsi perawat, terutama pada agregat .
d. Contoh perencanaan keperawatan
1) Perumusan Tujuan
Dalam perumusan tujuan harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
 Berfokus pada masyarakat
 Jelas dan singkat

20
 Dapat diukur dan diobservasi
 Realistic
 Ada target waktu
 Melibatkan peran serta masyarakat
Dalam pencapaian tujuan dengan menggunakan formulasi criteria yang
mencakup:
T= S + P + K.1 + K.2
Keterangan:
S : subjek
P : predikat
K.1 : kondisi
K.2 : kriteria
Selain itu dalam perumusan tujuan:
 Dibuat berdasarkan goal = sasaran dibagi hasil akhir yang
diharapkan
 Perilaku yang diharapkan berubah
 S : spesifik
 M : measurable atau dapat diukur
 A : attainable atau dapat dicapai
 R : relevant / realistic atau sesuai
 T : time-bound atau waktu tertentu
 S : sustainable atau berkelanjutan
Contoh:
Goal dan Tujuan
Nama komuniti :
Masalah :
Goal :
No Tanggal diterapkan Tujuan Tanggal dicapai
Contoh kasus:
Mahasiswa Poltekkes Denpasar melaksanakan
praktek keperawatan komunitas di desa Banjar
Asemkabupaten Buleleng membuat jamban umum melalui

21
swadaya masyarakat secara gotong royong dalam waktu 1,5
bulan
Jadi kaitan dengan rumus di atas dapat diketahui
bahwa :
Subjek : mahasiswa praktek keperawatan komunitas
Predikat : membuat jamban umum
Kondisi : swadaya dan gotong royong
Kriteria : waktu 1,5 bulan
2) Rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan
Langkah-langkah dalam perencanaan keperawatan kesehatan
masyarakat:
a) Identifikasi alternatif tindakan keperawatan
b) Tetapkan teknik dan prosedur yang akan digunakan
c) Melibatkan peran serta masyarakat dalam menyusun
perencanaan melalui kegiatan musyawarah masyarakat desa
atau lokakarya mini
d) Pertimbangkan sumberdaya masyarakat dan fasilitas yang
tersedia
e) Tindakan yang akan dilaksanakan harus dapat memenuhi
kebutuhan yang sangat dirasakan masyarakat.
f) Mengarah kepada tujuan yang akan dicapai
g) Tindakan harus bersifat realistic
h) Disusun secara berurutan
3) Kriteria hasil untuk menilai pencapaian tujuan
Penentuan kriteria dalam perancanaan keperawatan komunitas adalah
sebagai berikut:
a) Menggunakan kata yang tepat
b) Dapat dimodifikasikan
c) Bersifat spesifik
Siapa yang melakukan?
Apa yang dilakukan?
Di mana dilakukan?

22
Kapan dilakukan?
Bagaimana melakukan?
Frekuensi melakukan?
Contoh kasus:
Mahasiswa Poltekkes Denpasar melakukan praktek
keperawatan komunitas di Desa Banjar Asem Kabupaten Buleleng
membuat jamban umum melalui swadaya masyarakat secara gotong
royong dalam waktu 1,5 bulan.
Dari contoh di atas, maka rencana tindakan yang dibuat adalah:
a) Mahasiswa memberikan penyuluhan kesehatan masyarakat
dengan topic “Pentingnya Jamban Bagi Kesehatan Masyarakat”
sebanyak 4 kali sesuai dengan jadwal kegiatan (setiap hari senin
di balai desa).
b) Mahasiswa melakukan pendekatan terhadap tokoh-tokoh
masyarakat baik formal maupu informal untuk mengalang
dukungan.
c) Mahasiswa melibatkan partisipasi dan peran serta masyarakat
dalam menggalang dana untuk pembuatan jamban umum melalui
Dana Upaya Kesehatan Masyarakat (DUKM) yang ada atau iuran
desa.
d) Mahasiswa menetapkan waktu peresmian pembuatan jamban
umum oleh kepala desa dan tokoh-tokoh masyarakat yang lain.
e) Melalui tokoh-tokoh masyarakat formal maupun informal
menghimbau dan mengajak masyarakat secara gotong-royong
membangun jamban umum
f) Kerjasama dengan instansi terkait untuk mendapatkan bantuan
teknis pembuatan jamban umum yang memenuhi syarat kesehatan
(tenaga sanitarian)

23
BAB III
PENUTUP

A. RANGKUMAN
1. Pengkajian Rancangan Pembelajaran dengan Sasaran Komunitas
Pengkajian merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap dan
sistematis terhadap masyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah
kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat baik individu, keluarga atau
kelompok yang menyangkut permasalahan pada fisiologis, psikologis, sosial
ekonomi, maupun spiritual dapat ditentukan. Dalam tahap pengkajian ini
terdapat 5 kegiatan, yaitu : pengumpulan data, pengolahan data, analisis data,
perumusan atau penentuan masalah kesehatan masyarakat dan prioritas
masalah
 Tujuan Pengkajian
Tujuan pengkajian adalah diperolehnya informasi dari individu, keluarga,
atau kelompok tentang kondisi kesehatan dan berbagai hal yang dapat
memengaruhi proses pelaksanaan pendidikan kesehatan. Informasi
tersebut diperlukan karena akan memengaruhi pemilihan materi, metode,
dan media pendidikan kesehatan.
 Metode
Pengamatan langsung dan wawancara serta mempelajari data yang telah
ada (medical record atau kartu rawat jalan)
 Aspek yang dikaji
a. Riwayat Keperawatan e. Faktor pendukung
b. Faktor budaya pada klien
c. Faktor ekonomi f. Pemeriksaan fisik
d. Gaya belajar.
 Hasil Pengkajian
a. Ketidaksiapan untuk belajar.
b. Motivasi
c. Tingkat kemampuan membaca

24
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon individu pada masalah
kesehatan baik yang aktual maupun potensial.Masalah aktual adalah masalah
yang diperoleh pada saat pengkajian, sedangkan masalah potensial adalah
masalah yang mungkin timbul kemudian.Jadi, diagnosa keperawatan adalah
suatu pernyataan yang jelas, padat dan pasti tentang status dan masalah
kesehatan yang dapat diatasi dengan tindakan keperawatan.Dengan demikian
diagnosis keperawatan ditetapkan berdasarkan masalah yang ditemukan.
Diagnosa keperawatan akan memberi gambaran masalah dan status kesehatan
masyarakat baik yang nyata (aktual), dan yang mungkin terjadi (Mubarak,
2009).
 Tujuan: dirumuskannya masalah yang dihadapi klien dengan pendidikan
kesehatan yang diberikan
 Metode: analisis data (informasi) berdasarkan hasil pengkajian.
 Rumusan diagnosis keperawatan: berkaitan dengan kebutuhan belajar
secara umum, dapat dikelompokkan dalam kategori diagnosis yang
didasarkan pada respons klien dan etiologi.
 Diagnosis keperawatan mengandung komponen utama yaitu :
a. Problem atau masalah
b. Etiologi atau penyebab
c. Symptom atau gejala
 Perumusan diagnosis keperawatan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :
Dengan rumus PES Dengan rumus PE
Rumus : DK = P + E + S Rumus : DK = P + E
DK : Diagnosis keperawatan DK : Diagnosis keperawatan
P : Problem atau masalah P : Problem atau masalah
E : Etiologi E : Etiologi
S : Symptom atau gejala

Jadi, menegakkan diagnosis keperawatan minimal harus


mengandung 2 komponen tersebut diatas

25
3. Perencanaan Tindakan Keperawatan (SATPEL)
Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan
keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan
diagnosis keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya
kebutuhan pasien (Pusdiklat DJJ Keperawatan). Jadi perencanaan asuhan
keperawatan kesehatan masyarakat disusun berdasarkan diagnosa keperawatan
yang telah ditetapkan dan rencana keperawatan yang disusun harus mencakup
perumusan tujuan, rencana tindakan keperawatan yang akan dilakukan dan
kriteria hasil untuk menilai pencapaian tujuan (Mubarak, 2005).
Rencana tindakan keperawatan komunitas dirumuskan bersama-sama
dengan warga setempat pada waktu pelaksanaan Musyawarah Masyarakat
Desa (MMD) di tingkat RT dan tingkat Desa.
 Strategi intervensi keperawatan komunitas adalah:
a. Kemitraan (partnership)
b. Pemberdayaan (empowerment)
c. Pendidikan Kesehatan
d. Proses kelompok
 Bentuk intervensi keperawatan yang dapat dilakukan oleh perawat
komunitas terdiri dari:
a. Observasi
b. Terapi modalitas
c. Terapi komplementer (complementary and alternative
medicine/CAM)
 Perumusan Tujuan
Dalam perumusan tujuan harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
 Berfokus pada masyarakat
 Jelas dan singkat
 Dapat diukur dan diobservasi
 Realistic
 Ada target waktu
 Melibatkan peran serta masyarakat

26
Dalam pencapaian tujuan dengan menggunakan formulasi criteria yang
mencakup:
T= S + P + K.1 + K.2
Keterangan:
S : subjek
P : predikat
K.1 : kondisi
K.2 : kriteria
Selain itu dalam perumusan tujuan:
 Dibuat berdasarkan goal = sasaran dibagi hasil akhir yang
diharapkan
 Perilaku yang diharapkan berubah
 S : spesifik
 M : measurable atau dapat diukur
 A : attainable atau dapat dicapai
 R : relevant / realistic atau sesuai
 T : time-bound atau waktu tertentu
 S : sustainable atau berkelanjutan

27
DAFTAR PUSTAKA

Efendi,Ferry.2009.Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam


Keperawatan.Jakarta : Salemba Medika
Erna,Fauziana. Makalah Pendekatan Dalam Promosi Kesehatan. (Online).
Available:http://www.academia.edu/7857490/MAKALAH_PENDEKATA
N_DALAM_PROMOSI_KESEHATAN (diakses pada tanggal 10 April
2019)
Endah Nurhidayah, Rika. 2009. Pendidikan Keperawatan. (online). Available :
http://usupress.usu.ac.id/files/Pendidikan%20Keperawatan_Final_Normal_
Web.pdf (diakses pada tanggal 10 April 2019)
Soerya, 2012.Rencana Keperawatan Komunitas. (Online).Available
:http://soeryaciputra.blogspot.com/2012/09/rencana-keperawatan-komunitas.html
(diakses pada tanggal 10 April 2019)

28

Anda mungkin juga menyukai