Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah
ini dapat tersusun hingga selesai dengan judul ”ASPEK LEGAL KEPERAWATAN
KEGAWATDARURATAN”. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah
agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
I
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................I
DAFTAR ISI..................................................................................................................................II
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..........................................................................................................................1
1.3 TUJUAN...................................................................................................................................3
BAB II.............................................................................................................................................4
PEMBAHASAN.............................................................................................................................4
II
BAB III.........................................................................................................................................17
PENUTUP....................................................................................................................................17
3.1 SIMPULAN............................................................................................................................17
3.2 SARAN....................................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................19
III
IV
BAB I
PENDAHULUAN
2
1.3 TUJUAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah mengenai aspek legal dalam keperawatan
kegawatdaruratan adalah sebagai berikut
1.3.1 Mengetahui peran perawat sebagai tenaga kesehatan.
1.3.2 Menyebutkan yang termasuk aspek legal dalam keperawatan.
1.3.3 Mengetahui pengertian dari kegawatdaruratan.
1.3.4 Menyebutkan yang termasuk dalam aspek legal kegawatdaruratan.
1.3.5 mengetahui dan menjelaskan pengaturan pelayanan kegawatdaruratan.
1.3.6 Mengetahui dan menyebutkan prinsip etik pelayanan kesehatan dan keperawatan.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Puspita (2014) peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan secara
komprehensif sebagai upaya memberikan kenyamanan dan kepuasan pada pasien, meliputi:
1. Caring, merupakan suatu sikap rasa peduli, hormat, menghargai orang lain, artinya
memberi perhatian dan mempelajari kesukaankesukaan seseorang dan bagaimana
seseorang berpikir dan bertindak.
2. Sharing artinya perawat senantiasa berbagi pengalaman dan ilmu atau berdiskusi dengan
pasiennya.
3. Laughing, artinya senyum menjadi modal utama bagi seorang perawat untuk
meningkatkan rasa nyaman pasien.
4. Crying artinya perawat dapat menerima respon emosional baik dari pasien maupun
perawat lain sebagai suatu hal yang biasa disaat senang ataupun duka.
5. Touching artinya sentuhan yang bersifat fisik maupun psikologis merupakan komunikasi
simpatis yang memiliki makna.
6
6. Helping artinya perawat siap membantu dengan asuhan keperawatannya.
7. Believing in others artinya perawat meyakini bahwa orang lain memiliki hasrat dan
kemampuan untuk selalu meningkatkan derajat kesehatannya.
8. Learning artinya perawat selalu belajar dan mengembangkan diri dan keterampilannya.
9. Respecting artinya memperlihatkan rasa hormat dan penghargaan terhadap orang lain
dengan menjaga kerahasiaan pasien kepada yang tidak berhak mengetahuinya.
10. Listening artinya mau mendengar keluhan pasiennya.
11. Feeling artinya perawat dapat menerima, merasakan, dan memahami perasaan duka ,
senang, frustasi dan rasa puas pasien.
8
menimbulkan hubungan hukum yang berbeda dengan keadaan bukan gawat darurat
(Herkutanto, 2007).
9
Persetujuan Tindakan Medis. Dalam keadaan gawat darurat di mana harus segera
dilakukan tindakan medis pada pasien yang tidak sadar dan tidak didampingi pasien,
tidak perlu persetujuan dari siapapun (pasal 11 Peraturan Menteri Kesehatan
No.585/1989). Dalam hal persetujuan tersbut dapat diperoleh dalam bentuk tertulis,
maka lembar persetujuan tersebut harus disimpan dalam berkas rekam medis.
2. Undang-Undang Kesehatan Terkait
Keperawatan Gawat Darurat Ditinjau Dari Aspek Hukum Pemahaman terhadap
aspek hukum dalam Keperawatan Gawat Darurat bertujuan meningkatkan kualitas
penanganan pasien dan menjamin keamanan serta keselamatan pasien. Aspek hukum
menjadi penting karena consensus universal menyatakan bahwa pertimbangan aspek
legal dan etika tidak dapat dipisahkan dari pelayanan medic yang baik. Walaupun ada
undang-undang yang mengatur tentang keperawatan gawat darurat yaitu
a. Pasal 11 Peraturan Menteri Kesehatan tentang : Informed Consent menyatakan,
dalam hal pasien tidak sadar/pingsan serta tidak didampingi oleh keluarga terdekat
dan secara medic berada dalam keadaan gawat darurat dan atau darurat yang
memerlukan tindakan medic segera untuk kepentingannya, tidak diperlukan
persetujuan dari siapapun. (Per.Menkes,1989). Tetapi yang menjadi tuntutan
hukum dalam praktek Keperawatan Gawat Darurat biasanya berasal dari:
1) Kegagalan komunikasi
2) Ketidakmampuan mengatasi dilema dalam profesi
Permasalahan etik lainnya yang muncul dalam hukum Keperawatan Gawat Darurat
merupakan isu yang juga terjadi pada etika dan hukum dalam kegawat daruratan medik
yaitu:
a) Diagnosis keadaan gawat darurat
b) Standar Operating Procedure
c) Kualifikasi tenaga medis
d) Hak otonomi pasien :informed consent (dewasa,anak)
e) Kewajiban untuk mencegah cedera atau bahaya pada pasien
f) Kewajiban untuk memberikan kebaikan pada pasien (rasa sakit,
menyelamatkan)
g) Kewajiban untuk merahasiakan (etika><hukum)
h) Prinsip keadilan dan fairness
i) Kelalaian
10
j) Malpraktek akibat salah diagnosis, tulisan yang buruk dan kesalahan terapi:
salah obat, salah dosis
k) Diagnosis kematian
l) Surat Keterangan Kematian
m) Penyidikan medico legal untuk forensic klinik: kejahatan susila, child abuse,
aborsi dan kerahasiaan informasi pasien
b. UU No 23/1992 tentang Kesehatan, Peraturan Menteri Kesehatan No.585/1989
tentang Persetujuan Tindakan Medis, dan Peraturan Menteri Kesehatan
No.159b/1988 tentang Rumah Sakit.
c. pasal 51 UU No.29/ 2004 tentang Praktik Kedokteran, di mana seorang dokter
wajib melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan.
d. UU No.23/1992 pasal 4 tentang Kesehatan tidak disebutkan istilah pelayanan gawat
darurat namun secara tersirat upaya penyelenggaraan pelayanan tersebut sebenarnya
merupakan hak setiap orang untuk memperoleh derajat kesehatan yang optimal
(pasal 4).
e. Dalam penanggulangan pasien gawat darurat dikenal pelayanan fase pra-rumah
sakit dan fase rumah sakit. Pengaturan pelayanan gawat darurat untuk fase rumah
sakit telah terdapat dalam Peraturan Menteri Kesehatan No.159b/ 1988 tentang
Rumah Sakit, di mana dalam pasal 23 telah disebutkan kewajiban rumah sakit untuk
menyelenggarakan pelayanan gawat darurat selama 24 jam per hari. Untuk fase pra-
rumah sakit belum ada pengaturan yang spesifik.
3. Landasan Hukum Pelayanan Gawat Darurat
a. UU NO 9 Tahun 1960 Pokok Kesehatan
b. UU NO 6 Tahun 1963 Tenaga Kesehatan
c. UU NO 29 Tahun 2004 Praktik Kedokteran
d. UU NO 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana
e. UU NO 36 Tahun 2009 Kesehatan
f. UU NO 44 TAHUN 2009 Rumah sakit
g. PP NO 32 TAHUN 1996 Tenaga Kesehatan
h. PP NO 51 Tahun 2009 Pekerjaan Kefarmasian
i. Berbagai Peraturan Menteri Kesehatan
4. Fungsi aspek hukum dan legalitas pelayanan gawat darurat bagi perawat :
a. Hukum Menyediakan kerangka kerja untuk menetapkan tindakan asuhan
keperawatan gawat darurat.
11
b. Hukum juga memberikan penjelasan tentang tanggung jawab perawat gawat darurat
yang berbeda dari tanggung jawab tenaga kesehatan lainnya
c. Hukum dapat membantu perawat gawat darurat menetapkan batas batas tindakan
keperawatan mandiri (otonomi profesi)
d. Hukum membantu keperawatan dalam menjaga standar asuhan keperawatan yang
dibuat oleh profesi keperawatan.
e. Aspek aspek Hukum dan perlindungan hukum Pelayanan Gawat Darurat oleh
profesi keperawatan.
f. Dalam Undang-undang Rumah Sakit Nomor 44 tahun 2009 Bab I Ketentuan
Umum Pasal 1 Ayat (1) Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat Inap, Rawat Jalan
dan Rawat Darurat. Ini membuktikan bahwa rumah sakit wajib memberikan
pelayanan gawat darurat kepada pasien atau penderita dengan arti kata setiap rumah
sakit wajib memiliki sarana, pra sarana dan SDM dalam pengelolaan pelayanan
gawat darurat, ini membuktikan adanya kepastian hukum dalam pelayanan gawat
darurat di rumah sakit”.
g. Gawat darurat adalah suatu kondisi klinik yang memerlukan pelayanan medis.
h. Darurat medis adalah suatu kondisi dalam pandangan penderita, keluarga, atau
siapapun yang bertanggung jawab dalam membawa penderita ke rumah sakit
memerlukan pelayanan medis segera. Penderita gawat darurat memerlukan
pelayanan yang cepat, tepat, bermutu dan terjangkau. (Etika dan Hukum
Kesehatan, Prof. Dr. Soekijo Notoatmojo 2010).
i. Kepmenkes RI Nomor 1239/Menkes/SK/XI/2001 Tentang Registrasi dan Praktik
Keperawatan, Pasal 20, Dalam darurat yang mengancam jiwa seseorang/pasien,
perawat berwenang untuk melakukan pelayanan kesehatan diluar kewenangannya
sebagaimana dimaksud dalam pasal 15, Pelayanan dalam keadaan darurat
sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 ditujukan untuk penyelamatan jiwa.
j. Permenkes Nomor RI HK.02.02.MENKES/148/2010, tentang regitrasi dn izin
praktik keperawatan Pasal 10 Ayat (1), Dalam darurat yang mengancam jiwa
seseorang/pasien, perawat berwenang untuk melakukan pelayanan kesehatan diluar
kewenangannya sebagaimana dimaksud dalam pasal 8, Pasal 11 poin (a) Perawat
berhak Memperoleh perlindungan hukum.
12
k. Permenkes Nomor 152/Menkes/Per/IV/2007Tentang Izin dan penyelenggaran
Praktik Kedokteraan dan kedokteran Gigi, BAB III Pasal 15 Ayat (I), Dokter dan
dokter Gigi dapat memberilan pelimpahan suatu tindakan kedokteran dan tindakan
kedokteran gigi, kepada perawat, bidan atau tenaga kesehatn lainnya secara tertulis.
13
Dasar hukum pelayanan kegawatdaruratan
1. UU RI NO 36 TAHUN 2009 tentang Kesehatan
a. Bab II Pasal 32 ayat 1 dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan baiik
pemerintah maupun swasta, wajib memberikan pelayanan kesehatan bagi
penyelamatan nyawa pasien dan pencegahan kecacatan terlebih dahulu
b. Bab II Pasal 32 ayat 2 Dalam keadaan darurat fasilitas pelayanan kesehatan baik
pemerintah dan swasta dilarang menolak pasien dan atau meminta uang muka
c. Bab VI pasal 58 ayat 1 setiap orang berhak menuntut ganti rugi terhadap seseorang,
tenaga kesehatan, dan/atau penyelenggara kesehatan yang menimbulkan kerugian
akibat kesalahan atau kelalaian dalam pelayanan kesehatan
d. Bab VI pasal 58 ayat 2 Tuntutan ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tidak berlaku bagi tenaga kesehatan yang melakukan tindakan penyelamatan nyawa
atau pencegahan kecacatan seseorang dalam keadaan darurat.
e. Bab VI pasal 58 ayat Ketentuan mengenai tata cara pengajuan tuntutan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan
f. Bab XX pasal 190 ayat 1 Pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan dan/atau tenaga
kesehatan yang melakukan praktik atau pekerjaan pada fasilitas pelayanan
kesehatan yang dengan sengaja tidak memberikan pertolongan pertama terhadap
pasien yang dalam keadaan gawat darurat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32
ayat (2) atau Pasal 85 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua)
tahun dan denda paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
g. Bab XX pasal 190 ayat 2 Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mengakibatkan terjadinya kecacatan atau kematian, pimpinan fasilitas pelayanan
kesehatan dan/atau tenaga kesehatan tersebut dipidana dengan pidana penjara
paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah)
2. UU RI NO 44 tentang RUMAH SAKIT
a. Pasal 1: gawat darurat adalah keadaan klinis pasien yang membutuhkan tindakan
medis segera guna penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan lebih lanjut
b. Pasal 29 ayat 1 butir c:Setiap rumah sakit mempunyai kewajiban memberikan
pelayanan gawat darurat kepada pasien sesuai dengan kemampuan pelayanannya
3. UU RI no 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana
a. Pasal 33: penyelenggaraan penanggulangan bencana terdiri dari tiga tahap
meliputi: pra bencana, saat tanggap darurat dan pasca bencana
14
b. Pasal 34 : penyelenggaraan penanggulangan bencana pada tahapan prabencana
sebagaimana dimaksud dalam pasal 33 huruf a. meliputi : dalam situasi tidak
terjadi bencana dan dalam situasi terdapat potensi terjadinya bencana
c. Pasal 44 : penyelenggaraan bencana dalam situasi terdapat potensi terjadi bencana
sebagaimana dimaksud dalam pasal 34 huruf b. meliputi: kesiapsiagaan,
peringatan dini dan mitigasi bencana
d. Pasal 48 : penyelenggaraan penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat
sebagaimana dimaksud dalam pasal 33 huruf b meliputi: pengkajian secara cepat
dan tepat terhadap lokasi, kerusakan dan sumber daya , Penentuan status keadaan
darurat bencana , Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana,
Pemenuhan kebutuhan dasar , Perlindungan terhadap kelompok rentan , Pemulihan
dengan segera sarana dan prasarana
e. Pasal 57 : Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada tahap pascabencana
sebagaimana dimaksud dalam pasal 33 huruf c meliputi:Rehabilitasi, rekontruksi,
Informed consent
4. Permenkes No. 585 / 1989 (Pasal 11) bahwa dalam kondisi emergency situasi yang
mengancam nyawa persetujuan tindakan medis tidak diperlukan
Dalam pasal 56 UU no 36 tahun 2009 tentang kesehatan :hak pasien untuk menerima atau
menolak suatu tindakan tidak berlaku salah satunya ketika pasien dalam kondisi pingsan
atau tidak sadarkan diri.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Berdasarkan pemaparan materi diatas, dapat disimpulkan bahwa Keperawatan
merupakan sebuah ilmu dan profesi yang memberikan pelayanan keseahatan guna untuk
meningkatkan keseahatan bagi masyarakat. Keperawatan ternyata sudah ada sejak manusia
itu ada dan hingga saat ini profesi keperawatan berkembang dengan pesat. Sejarah
perkembangan keperawatan di Indonesia tidak hanya berlangsung di tatanan praktik, dalam
hal ini layanan keperawatan, tetapi juga di dunia pendidikan keperawatan. Perawat dalam
menjalankan tugasnya, ia dilindungi dan diatur oleh beberapa aspek legal dalam kesehatan
seperti yang tercantum dalam Undang-undang No. 36 Tahun 2009 dan Peraturan Pemerintah
RI NO. 32 Tahun 1996.
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat
jalan, dan gawat darurat. Standar Pelayanan Rumah Sakit adalah semua standar pelayanan
yang berlaku di Rumah Sakit antara lain standar prosedur operasional, standar pelayanan
medis, dan standar asuhan keperawatan.
Dalam menjalankan tugasnya, perawat memiliki beberapa tanggungjawab. Tanggung
jawab perawat secara umum:
a. Menghargai martabat setiap pasien dan keluarganya
b. Menghargai hak pasien untuk menolak prosedur pengobatan dan melaporkan penolakan
tersebut kepada dokter dan orang-orang yang tepat.
c. Menghargai hak pasien dan keluarganya dalam hal kerahasiaan informasi
d. Apabila didelegasikan oleh dokter menjawab pertanyaan-pertanyaan pasien dan
memberikan informasi
e. Mendengarkan pasien secara seksama dan melaporkan hal-hal penting kepada orang
yang tepat.
Sementara tanggung gugat (akuntabilitas) adalah mempertanggungjawabkan perilaku
dan hasil-hasilnya termasuk dalam lingkup peran profesional seseorang sebagaimana
tercermin dalam laporan pendidik secara tertulis tentang perilaku tersebut dan hasil-
17
hasilnya. Baik terhadap dirinya sendiri, pasien, profesi, sesama karyawan dan
masyarakat.
Aturan yang berlaku untuk seorang perawat Indonesia dalam melaksanakan
tugas/fungsi perawat adalah kode etik perawat nasional Indonesia, dimana seorang
perawat selalu berpegang teguh terhadap kode etik sehingga kejadian pelanggaran etik
dapat dihindarkan.
3.2 Saran
Dalam melakukan asuhan keperawatan, hendaknya kita sebagai perawat selalu
memegang teguh kode etik dan bertanggung jawab di setiap tindakan yang dilakukan
kepada klien.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, A.A.. (2014). Metode penelitian keperawatan dan teknis analisis data. Jakarta :
Salemba Medika
Berman dan Evans, 2010. “Retail Management”. 12th Edition. Jakarta; Pearson
Wong, D, dkk. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Volume 1. Penerbit Buku Kedokteran
EGC : Jakarta
Kyle & Carman. (2015). Buku Ajar Keperawatan Pediatri Edisi 2. Diterjemahkan Oleh Devi Yulianti
18
Dan Dwi Widiarti. Jakarta: EGC.
Puspita, R. A.. (2014). Gambaran peran perawat sebagai care giver dalm perawatan pasian
PPOK selama dirawat di RS paru dr, Ario Wirawan Salatiga. Jurnal. Salatiga :
Universitas Kristen Satya Wacana
Amir.2016.Makalah Asuhan Keperawatan Gawat Darurat dan Aspek Legal dan Etik
Kegawatdaruratan Kelompok 2. Diakses pada http://karyatulisilmiah.com/makalah-
asuhan-keperawatan-gawat-darurat-aspek-legal-dan-etik-kegawat-daruratan-kelompok-2/
pada tanggal 02 Agustus 2019, pukul 14.00 Wita.
Ami Utami, Dewa Ayu.2016.Aspek Legal Gadar. Diakses pada
https://www.scribd.com/mobile/document/325456220/Aspek-Legal-Gadar pada tanggal
02 Agustus 2019 pukul 13.30 Wita.
Bentynaaozzy.2016.Aspek Legal Keperawatan Gawat Darurat. Diakses pada
https://zh.scribd.com/doc/107134833/Aspek-Legal-Keperawatan-Gawat-Darurat&ved
pada tanggal 02 Agustus 2019, pukul 13.00 Wita.
Budhiartie,Arrie,S.H.M.Hum.2010.Pertanggungjawaban Hukum Perawat Dalam
Penyelenggaran Pelayanan Kesehatan. Diakses pada
http://jambilawclub.blogspot.co.id/2010/12/pertanggunggjawaban-hukum-perawat-
dalam.html pada tanggal 02 Agustus 2019, pukul 12.00 Wita.
Handayani, Fitri . 2013. Pendidikan Prodfesi Keperawatan. Diakses pada
:http://www.academia.edu/9275103/MAKALAH_PENDIDIKAN_PROFESI_KEPERA
WATAN diakses pada tanggal 03 Agustus 2019, pukul 20.30 WITA
Muhammad, Ichsan. 2003. Undang-Undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009. Diakses pada
http://www.slideshare.net/ichsansudjarno/uu-kesehatan-no-36-thn-2009 diakses pada
tanggal 03 Agustus 2019 pukul 20.10 WITA
Peraturan Kementerian Kesehatan.2016.Permenkes No.148. Diakses pada
https://prastiwisp.files.wordpress.com/2010/11permenkes-no-148.pdf&ved pada tanggal
02 Agustus 2019, pukul 14.30 Wita.
Priharjo, Robert. 2002. Pengantar Etika Keperawatan. Jakarta :Kanisius
Priharjo, Robert. 1995. Praktek Keperawatan Profesional: Konsep Dasar Dan Hukum. Jakarta:
EGC
19
Widiasari,Putri.2016.Delegasi Keperawatan. Diakses pada
https://www.academia.edu/11313617/DELEGASI_KEPERAWATAN pada tanggal 2
02 Agustus 2019, pukul 13.30 Wita.
Yuanita, Farida. 2013. Akuntabilitas Sebagai Perawat. Diakses pada
https://id.scribd.com/doc/190162087/Akuntabilitas-Perawat pada tanggal 02 Agustus
2019 pukul 16.35 Wita.
20