Anda di halaman 1dari 15

FARMAKOLOGI

PRINSIP FARMAKOLOGI DALAM MELAKSANAKAN PERAN


KOLABORATIF

DI SUSUN OLEH :

Anisa Mafera (2006002)

DOSEN PENGAMPU:

Eliza Arman, M.Farm, Apt

PROGRAM STUDI STr. MANAJEMEN INFORMASI KESEHATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SYEDZA SAINTIKA PADANG

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Penggolongan Obat
Antibiotik”. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Farmakologi.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih
jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat kami harap kan demi sempurnanya makalah ini.

Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat


untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Padang, 22 Juli 2022

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Farmakologi dalam prospek pengorganisasian tindakan kolaboratif
hendaknya terlebih dahulu dapat dipahami pengertian farmakologi itu sendiri.
Farmakologi berasal dari kata (Yunani) yang artinya farmakon yang berarti
obat dalam makna sempit, dan dalam makna luas adalah semua zat selain
makanan yang dapat mengakibatkan perubahan susunan atau fungsi jaringan
tubuh. Logos berarti ilmu. Sehingga farmakologi adalah ilmu yang mempelajari
pengaruh bahan kimia pada sel hidup dan sebaliknya reaksi sel hidup terhadap
bahan kimia tersebut. Pada mulanya farmakologi mencakup berbagai
pengetahuan tentang obat yang meliputi: sejarah, sumber, sifat-sifat fisika dan
kimiawi, cara meracik, efek fisiologi dan biokimiawi, mekanisme kerja, absorpsi,
distribusi, biotranformasi dan ekskresi, serta penggunaan obat untuk terapi dan
tujuan lain.
Farmakologi adalah ilmu yang mempelajari cara kerja obat dalam tubuh.
Obat adalah senyawa atau campuran senyawa untuk mencegah, mengurangi
gejala atau menyembuhkan penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah
pada manusia atau hewan dan untuk memperelok atau memperindah badan atau
bagian badan manusia (joenoes,2001). Penetuan obat untuk pasien adalah
wewenang dari dokter, tetapi para perawat dituntut untuk turut bertanggung
jawab dalam pengelolaan obat tersebut. Mulai dari memesan obat sesuai order
dokter, menyimpan dan mencari obat sesuai order hingga memberikan obat
kepada pasien. Memastikan bahwa obat tersebut aman bagi pasien dan
mengawasi akan terjadinya efek samping dari pemberian obat tersebut pada
pasien.
Sistem pelayanan kesehatan saat ini, mengutamakan pelayanan yang
berpusat pada pasien dan keluarga untuk memberikan pelayanan yang
berkualitas, kepuasan pasien, dan terhindar dari kejadian yang tida diharapkan.
Kolaborasi yang efektif antar anggota tim kesehatan memfasilitasi
terselenggaranya pelayanan yang berkualitas, dengan demikian pengembangan
kolaborasi interprofesi dalam pelayanan kesehatan menjadi hal yang
diprioritaskan oleh semua organisasi pemberi pelayanan kesehatan. Hubungan
kolaborasi dalam pelayanan kesehatan melibatkan sejumlah tenaga profesi
kesehatan

B. Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan agar mahasiswa dapat mengetahui tentang
peran kolaboratif dalam pelaksanaan prinsip farmakologi.

C. Rumusan Masalah

1. Apa peran kolaboratif dalam pelaksanaan farmakologi ?


2. Apa saja hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan kolaborasi
pemberian obat ?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kolaborasi
Kolaborasi adalah hubungan kerja diantara tenaga kesehatan dalam
memberikan pelayanan kepada pasien atau klien dalam melakukan diskusi
tentang diagnosa, melakukan kerjasama dalam asuhan kesehatan, saling
berkonsultasi atau komunikasi serta masing-masing bertanggung jawab pada
pekerjaannya. Apapun bentuk dan tempatnya, kolaborasi meliputi suatu
pertukaran pandangan atau ide yang memberikan perspektif kepada seluruh
kolaborato.
Kolaborasi dapat berjalan baik jika setiap anggota saling memahami peran
dan tanggung jawab masing-masing profesi memiliki tujuan yang sama,
mengakui keahlian masingmasing profesi, saling bertukar informasi dengan
terbuka, memiliki kemampuan untuk mengelola dan melaksanakan tugas baik
secara individu maupun bersama kelompok.
Terwujudnya suatu kolaborasi tergantung pada beberapa kriteria, yaitu
adanya saling percaya dan menghormati, saling memahami dan menerima
keilmuan masingmasing, memiliki citra diri positif, memiliki kematangan
professional yang setara yang timbul dari pendidikan dan pengalaman, mengakui
sebagai mitra kerja bukan bawahan, keinginan untukbernegoisasi.
Kolaborasi tidak bisa terbentuk dengan sendirinya dalam sebuah organisasi.
Karena setiap profesi dalam sebuah tim memiliki standar dan budaya profesional
tersendiri. Kolaborasi yang efektif mencakup penerapan strategi dimana setiap
profesi yang berbeda budayanya berkerja sama dalam satu tim untuk mencapai
tujuan yang sama dalam menerapkan keselamatan pasien.
Dalam membentuk kolaborasi dibutuhkan faktor-faktor tertentu untuk
memunculkannya. Karena setiap profesi dalam sebuah tim memiliki standar dan
budaya profesional tersendiri. Kolaborasi yang efektif mencakup penerapan
strategi dimana setiap profesi yang berbeda budayanya berkerja sama dalam satu
tim untuk mencapai tujuan yang sama.

B. Prinsip-Prinsip Pemberian Obat


Ada 12 prinsip dalam pemberian obat:
1. Benar Klien
Klien yang benar dapat dipastikan dengan memeriksa identitas klien,
dan meminta klien menyebutkan namanya sendiri. Beberapa klien akan
menjawab dengan nama sembarang atau tidak berespon, maka gelang
identifikasi harus diperiksa pada setiap klien pada setiap kali pengobatan.
Pada keadan gelang identifikasi hilang, perawat harus memastikan identitas
klien dan meminta klien menyebutkan namanya sendiri. Beberapa klien akan
menjawab dengan nama sembarang atau tidak berespon, maka gelang
identifikasi harus diperiksa pada setiap klien pada setiap kali pengobatan.
Pada keadan gelang identifikasi hilang, perawat harus memastikan identitas
klien sebelum setiap obat diberikan. Dalam keadaan dimana klien tidak
memakai gelang identifikasi (sekolah, kesehatan kerja, atau klinik), perawat
juga bertanggung jawab untuk secara tepat mengidentifikasi setiap orang
pada saat memberikan pengobatan.
2. Benar Obat
Klien dapat menerima obat yang telah diresepkan oleh seorang dokter,
dokter gigi, atau pemberi asuhan kesehatan yang memiliki izin praktik
dengan wewenang dari pemerintah. Perintah melalui telepon untuk
pengobatan harus ditandatangani oleh dokter yang Perintah pengobatan
mungkin diresepkan menelepon dalam waktu 24 jam. Komponen dari
perintah pengobatan adalah :
a. Tanggal perintah ditulis,
b. Nama obat,
c. Dosis obat,
d. Rute pemberian,
e. Frekuensi pemberian, dan
f. Tanda tangan dokter atau pemberi asuhan kesehatan.

Meskipun merupakan tanggung jawab perawat untuk mengikuti


perintah yang tepat, tetapi jika salah satu komponen tidak ada atau perintah
pengobatan tidak lengkap, maka obat tidak boleh diberikan dan harus segera
menghubungi dokter tersebut untuk mengklarifikasinya (Kee and Hayes,
1996).
Perawat bertanggungjawab untuk mengikuti perintah yang tepatPerawat
harus menghindari kesalahan yaitu dengan membaca label obat minimal 3x:
a. Pada saat melihat botol atau kemasan obat
b. Sebelum menuang atau mengisap obat
c. Setelah menuang atau mengisap obat
d. Memeriksa apakah perintah pengobatan lengkap dan sah
e. Mengetahui alasan mengapa klien menerima obat tersebut
f. Memberikan obat-obatan tanda: nama obat, tanggal kadaluarsa

3. Benar Dosis Obat


a. Dosis yang diberikan klien sesuai dengan kondisi klien.
b. Dosis yang diberikan dalam batas yang direkomendasikan untuk obat
yang bersangkutan.
c. Perawat harus teliti dalam menghitung secara akurat jumlah dosis yang
akan diberikan, dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
tersedianya obat dan dosis obat yang diresepkan atau diminta,
pertimbangan berat badan klien (mg/KgBB/hari), jika ragu-ragu dosis
obat harus dihitung kembali dan diperiksa oleh perawat lain.
d. Melihat batas yang direkomendasikan bagi dosis obat tertentu.

4. Benar Waktu Pemberian


Pemberian obat harus sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Waktu
yang benar adalah saat dimana obat yang diresepkan harus diberikan. Dosis
obat harian diberikan pada waktu tertentu dalam sehari, seperti b.i.d ( dua kali
sehari ), t.i.d ( tiga kali sehari ), q.i.d ( empat kali sehari ), atau q6h ( setiap 6
jam ), sehingga kadar obat dalam plasma dapat dipertahankan. Obat-obat
dengan waktu paruh pendek diberikan beberapa kali sehari pada selang waktu
yang tertentu. Pemberian obat harus sesuai dengan waktu paruh obat (t1/2).
Obat yang mempunyai waktu paruh panjang diberikan sekali sehari, dan
untuk obat yang memiliki waktu paruh pendek diberikan beberapa kali sehari
pada selang waktu tertentu.
a. Pemberian obat juga memperhatikan diberikan sebelum atau sesudah
makan atau bersama makanan.
b. Memberikan obat seperti kalium dan aspirin yang dapat mengiritasi
mukosa lambung bersama-sama dengan makanan.
c. Menjadi tanggung jawab perawat untuk memeriksa apakah klien telah
dijadwalkan untuk memeriksa diagnostik, seperti tes darah puasa yang
merupakan kontraindikasi pemeriksaan obat.

5. Benar Cara Pemberian


a. Memperhatikan proses absorbsi obat dalam tubuh harus tepat dan
memadai.
b. Memperhatikan kemampuan klien dalam menelan sebelum memberikan
obat-obat peroral.
c. Menggunakan teknik aseptic sewaktu memberikan obat melalui rute
parenteral.
d. Memberikan obat pada tempat yang sesuai dan tetap bersama dengan
klien sampai obat oral telah ditelan.
Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute berbeda, factor yang
menentukan rute pemberian terbaik ditentukan oleh :
a. Keadaan umum pasien
b. Kecepatan respon yang diinginkan
c. Sifat kimiawi dan fisik obat, dan
d. Tempat kerja yang diinginkan.
Obat dapat diberikan secara :
a. Oral
Yaitu rute pemberian yang paling umum dan paling banyak dipakai,
karena : Ekonomis Paling nyaman dan aman.
b. Parenteral
Yaitu pemberian obat tidak melalui saluran cerna, dapat melalui :
1) Intravena (IV)
2) Intramuskuler (IM)
3) Intracutan (IC)
4) Subcutan (SC)
c. Topikal
Yaitu pemberian obat dalam bentuk krim, salep, lotion
d. Rektal
Obat dapat diberikan melalui rute rectal berupa :
enema atau supositoria. Pemberian obat melalui rectal dilakukan untuk
memperoleh efek local, seperti pada pasien konstipasi atau hemorrhoid.
e. Inhalasi
Saluran nafas memiliki luas epitel untuk absorpsi yang sangat luas dan
dengan demikian berguna untuk memberi obat secara local pada saluran
nafas, misalnya : Pemberian salbutamol (Ventolin) untuk pasien asthma,
atau dalam keadaan darurat ( misalnya terapi oksigen ).

6. Benar Dokumentasi
Pemberian obat sesuai dengan standar prosedur yang berlaku di rumah
sakit. Dan selalu mencatat informasi yang sesuai mengenai obat yang telah
diberikan serta respon klien terhadap pengobatan.

7. Benar Pendidikan Kesehatan Perihal Medikasi Klien


Perawat mempunyai tanggung jawab dalam melakukan pendidikan
kesehatan pada pasien, keluarga, dan masyarakat luas terutama yang
berkaitan dengan obat seperti manfaat obat secara umum, penggunaan obat
yang baik dan benar, alasan terapi obat dan kesehatan yang menyeluruh, hasil
yang diharapkan setelah pemberian obat, efek samping dan reaksi yang
merugikan dari obat, interaksi obat dengan obat dan obat dengan makanan,
perubahan-perubahan yang diperlukan dalam menjalankan aktivitas sehari-
hari selama sakit dan sebagainya.

8. Benar Hak Klien untuk Menolak


Klien berhak untuk menolak dalam pemberian obat. Perawat harus
memberikan inform consent dalam pemberian obat. Informed consent adalah
tindakan medik dinamakan juga informed consent. Consent artinya
persetujuan, atau izin. Jadi informed consent adalah persetujuan atau izin
oleh pasien atau keluarga yang berhak kepada dokter untuk melakukan
tindakan medis pada pasien, seperti pemeriksaan fisik dan pemeriksaan lain-
lain untuk menegakkan diagnosis, memberi obat, melakukan suntikkan,
menolong bersalin, melakukan pembiusan, melakukan pembedahan,
melakukan tindak-lanjut jika terjadi kesulitan, dan sebagainya
a. Hak Klien Mengetahui Alasan Pemberian Obat
Hak ini adalah prinsip dari memberikan persetujuan setelah mendapatkan
informasi ( Informed concent ), yang berdasarkan pengetahuan individu
yang diperlukan untuk membuat suatu keputusan.
b. Hak Klien untuk Menolak Pengobatan
Klien dapat menolak untuk pemberian suatu pengobatan . Adalah
tanggung jawab perawat untuk menentukan , jika memungkinkan , alasan
penolakan dan mengambil langkah – langkah yang perlu untuk
mengusahakan agar klien mau menerima pengobatan. Jika suatu
pengobatan ditolak, penolakan ini harus segera didokumentasikan.
Perawat yang bertanggung jawab, perawat primer, atau dokter harus
diberitahu jika pembatalan pemberian obat ini dapat membahayakan
klien, seperti dalam pemberian insulin. Tindak lanjut juga diperlukan jika
terjadi perubahan pada hasil pemeriksaan laboratorium , misalnya pada
pemberian insulin atau warfarin ( Taylor, Lillis and LeMone, 1993 ; Kee
and Hayes, 1996 ).

9. Benar Pengkajian
Perawat harus selalu memeriksa tanda-tanda vital pasien sebelum
melakukan tindakan pemberian obat.

10. Benar Evaluasi


Perawat selalu melihat atau memantau efek kerja dari obat setelah
pemberiannya.

11. Benar Reaksi terhadap Makanan


Obat memliki efektivitas jika diberikan pada waktu yang tepat. Jika
obat itu harus diminum sebelum makan (ante cimum atau a.c) untuk
memperoleh kadar yang diperlukan harus diberi satu jam sebelum makan
misalnya tetrasiklin dan sebaiknya ada obat yang harus diminum setelah
makan misalnya indometasin.

12. Benar Reaksi dengan Obat Lain


Pada penggunaan obat seperti chloramphenicol diberikan dengan
omeprazol penggunaan pada penyakit kronis.

C. Implikasi Keperawatan Dalam Farmakologi

Implikasi keperawatan dalam farmakologi mencakup hal-hal yang berkaitan


dengan proses keperawatan antara lain pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi.

Beberapa hal yang perlu dikaji dalam pengelolaan farmakologi :

1. Keadaan pasien/identifikasi pasien


a. Usia : Bayi, Anak-anak , Dewasa Dan Lansia
b. Reaksi : Bagaimana Reaksi pasein setelah minum obat.
b. Pola kebiasaan : Kebiasaan pasien pada waktu minum obat, misalnya
dengan memakai air minum, pisang dan lain-lain.
c. Persepsi pasien tentang obat : khasiat obat, sugesti terhadap obat.
2. Keadaan obat / identifikasi obat
a. Dosis obat sesuai umur pasien
b. Bentuk obat apakah padat , cair suspensi
c. Pengunaan obat : oral, sub-lingual, ditelan atau dikunyah.
3. Efek samping obat (side effect)
4. Etiket
a. Obat luar atau obat dalam (obat dalam diberi etiket putih, obat luar diberi
ektiket biru).
b. Tanggal/bulan/tahun kadaluarsa obat.
c. Jenis obat (sedative, antihistamine, antibiotic, deuresis dll.
5. Keadaan pasien
Hal yang perlu dikaji adalah apakah pasien sedang menjalani terapi khusus :
a. Penderita TBC Aktif
b. Penderita Kusta Aktif
c. Penderita Epilepsi
d. Penderita Malnutrisi
6. Ada tidaknya riwayat alergi obat
Bila mana ada pasien yang tidak tahan akan jenis obat tertentu maka harus
ditulis dengan jelas pada status pasien dengan tinta merah, agar dokter dapat
memilih obat lain yang lebih aman.

D. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Pelaksanaan Kolaborasi


Pemberian Obat

1. Perawat yang membagi obat harus bekerja dengan penuh konsentrasi dan
tenang.
2. Setelah mengecek perintah pengobatan, bacalah tabel tiga kali ketika
mempersiapkan obat :
a. Saat mengambil obat
b. Saat membuka/menuang atau mencampur
c. Saat mengembalikan.
3. Obat yang sudah lama, lebih-lebih yang sudah hilang etiketnya atau tidak
jelas jangan dipakai.
4. Cara pemberian obat harus memperhatikan prinsip 12 benar.
5. Perhatikan pasien waktu minum obat, jangan meninggalkan obat diatas meja.
6. Jangan sekali-kali memberikan obat-obatan yang telah disiapkan orang lain,
kecuali jelas ditugaskan kepada kita.
7. Perhatikan reaksi pasien setelah minum obat.
8. Mencatat atau membubuhkan paraf pada waktu atau pada status pasien
setelah memberikan obat.
9. Obat-obatan harus disimpan sesuai dengan syarat-syarat penyimpanan
masing-masing obat, misalnya : Lemari es, tempat yang sejuk, gelap dan lain-
lain.
10. Obat-obat yang dibeli sendiri oleh pasien harus disimpan dalam lemari obat
pada tempat khusus, dengan etiket nama yang jelas.
11. Menuangkan obat-obatan cair, jangan pada sisi yang ada etiketnya dan sejajar
dengan mata.
12. Setiap kali selesai mengambil obat, tempat obat ditutup kembali.
13. Bila terjadi kesalahan dalam memberikan obat harus segera dilaporkan
kepada yang bertanggung jawab.
14. Usahakan agar tangan selalu bersih, ketika akan memberikan obat-obatan.

Peran dan Tanggung jawab perawat sehubungan dengan pemberian obat:

1. Perawat harus mempunyai pengetahuan dan pemahaman yang memadai


mengenai obat.
2. Mendukung keefektivitasan obat.
3. Mengobservasi efek samping dan alergi obat
4. Menyimpan, menyiapkan dan administrasi obat
5. Melakukan pendidikan kesehatan tentang obat
6. Perawatan, pemeliharaan dan pemberian banyak obat-obatan merupakan
tanggung jawab besar bagi perawat.

Kesalahan dapat terjadi pada instruksi, pembagian, penamaan dan


pengintrepretasian instruksi sesuai dengan penatalaksanaan obat. Obat harus
tidak diberikan perawat tanpa membawa resep tertulis kecuali pada saat
kegawatan. Tanggung jawab ini hanya bisa dilimpahkan dengan persetujuan dari
petugas yang memiliki wewenang.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, jelaslah bahwa pemberian obat pada
klien merupakan fungsi dasar keperawatan yang membutuhkan ketrampilan
teknik dan pertimbangan terhadap perkembangan klien. Perawat yang
memberikan obat-obatan pada klien diharapkan mempunyai pengetahuan dasar
mengenai obat dan prinsip-prinsip dalam pemberian obat.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Secara keseluruhan peran perawat dalam pelaksanaan farmakologi adalah
kerja sama antara perawat dan tenaga medis serta klien dalam melakukan
pemberian obat terhadap klien. Perawat merupakan aspek yang sangat penting
dalam pencapaian keberhasilan pemberian obatkarena perawat bertanggung
jawab dalam memastikan kebenaran obat dan obat benar-benar telahdi konsumsi
oleh klien.Karena itulah perawat harus memperhatikan aspek benar dalam
pelaksanaan farmakologi.

B. Saran
Tenaga medis harus bisa melaksanakan perannya dalam melakukan
pelaksanaan farmakologi. Tenaga medis yang berperan juga harus mampu
berkolaborasi dengan tim medis lainnya dalam keberhasilan tindakan tersebut.
Untuk itu tenaga medis khususnya perawat sebaiknya menjujung tinggi prinsip
dasar pemberian obat yang benar demi kelancaran pelaksanaan teknik pemberian
obat.

Anda mungkin juga menyukai