Anda di halaman 1dari 16

ETIKA PROFESI DAN HUKUM KESEHATAN

STANDAR PERIKATAN PERJANJIAN, AZAS UMUM PERJANJIAN DALAM


TRANSAKSI TERAPEUTIK

Disusun oleh :

1. Anisa Mafera (2006002)


2. Dinda Selvina Putri (2006006)
3. Rezkita Nadya Rahmi (2006014)
4. Syafa Dhila Putri (2006020)
5. Uchi Septiani (2006024)

Dosen Pengampu :

Chamy Rahmatiqa,MPH

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN MANAJEMEN INFORMASI KESEHATAN

STIKES SYEDZA SAINTIKA PADANG

2021/2022
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia–Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam tak lupa kami panjatkan
kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat dan para
umatnya yang insya allah setia sampai akhir jaman. Makalah ini disusun guna melengkapi tugas
Etika Profesi Dan Hukum Kesehatan. Dalam penyusunan makalah ini, dengan kerja keras dan
dukungan dari berbagai pihak, Kami telah berusaha untuk dapat memberikan serta mencapai
hasil yang semaksimal mungkin dan sesuai dengan harapan, Walaupun di dalam pembuatannya
kami menghadapi berbagai kesulitan karena keterbatasan ilmu pengetahuan dan keterampilan
yang kami miliki.

Dengan, diberikannya kesempatan ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada
ibu Chamy Rahmatiqa, MPH selaku dosen etika profesi dan hukum kesehatan. Kami menyadari
bahwa makalah yang kami buat ini tidak lah sempurna maka dari itu kami meminta kepada ibu
untuk memberikan kritik dan saran kepada kami untuk dapat memperbaiki makalah ini di
pertemuan selanjutnya. Dan semoga apa yang kami tulis dalam makalah ini dapat bermanfaat
bagi semua.

Padang, 04 April 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1

A. Latar Belakang...............................................................................................................1
B. Tujuan ...........................................................................................................................1
C. Rumusan Masalah..........................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................2

A. Perjanjian Terapeutik Dalam Kesehatan........................................................................2


B. Hak Dan Kewajiba Para Pihak Dalam Perjanjian Terapeutik.......................................4
C. Tujuan Dan Para Pihak Dalam Transaksi Terapeutik....................................................6
D. Berakhirnya Transaksi Terapeutik.................................................................................7
E. Terhapusnya Perjanjian Terapeutik...............................................................................8

BAB III PENUTUP..................................................................................................................9

A. Kesimpulan ...................................................................................................................9
B. Saran .............................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................10

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perjanjian Terapeutik adalah perjanjian yang terbentuk karena adanya hubungan hukum
antara dokter dengan pasien. Hubungan hukum adalah hubungan antara subjek hukum
ataupun antara subjek hukum dengan objek hukum, yang diatur oleh hukum.

Yang dimaksud perikatan adalah suatu hubungan hukum antara sejumlah subjek -
subjek hukum, sehubungan dengan itu, seseorang atau beberapa orang daripadanya
mengikatkan dirinya untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu terhadap pihak lain.

B. Tujuan

1. Pemenuhan Tugas Etika profesi dan hukum kesehatan


2. Meningkatkan Pengetahuan Tentang standar,perikatan perjanjian,azas umum perjanjian
dalam transaksi terapeutik secara tepat.

C. Rumusan Masalah

1. Apa itu standar perikatan perjanjian, azas umum perjanjian dalam transaksi terapeutik
secara tepat.
2. Bagaimana bentuk bentuk azas umum perjanjian dalam transaksi terapeutik.
3. Apa saja macamnya dan penjelasan dari masing masing jenis
4. Seperti apakah bentuk atau contoh standar perikatan perjanjian

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Perjanjian Terapeutik Dalam Kesehatan

Perjanjian Terapeutik adalah perjanjian yang terbentuk karena adanya hubungan


hukum antara dokter dengan pasien. Hubungan hukum adalah hubungan antara subjek
hukum ataupun antara subjek hukum dengan objek hukum, yang diatur oleh hukum.
Syarat untuk terjadinya hubungan hukum :

1. Adanya dasar hukum, yaitu peraturan peraturan hukum yang mengatur hubungan
tersebut.

2. Peristiwa hukum, yaitu kejadian yang membawa akibta yang diatur oleh hukum, yaitu
perikatan.

Yang dimaksud perikatan adalah suatu hubungan hukum antara sejumlah subjek-
subjek hukum, sehubungan dengan itu, seseorang atau beberapa orang daripadanya
mengikatkan dirinya untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu terhadap pihak lain.

Asas - asas hukum yang mendasari terjadinya suati perjanjian sebagai berikut :

1. Asas Legalitas, ketentuan Pasal 50 Undang - undang Kesehatan yang menyatakan


bahwa tenaga kesehatan bertugas menyelenggarakan atau melakukan kegiatan
kesehatan sesuai dengan bidang keahlian dan/atau kewenangan tenaga kesehatanyang
bersangkutan.

2
2. Asas Keseimbangan, fungsi hukum selain memberikan kepastian dan perlindungan
terhadap kepentingan manusia, hukum juga harus bisa memulihkan keseimbangan
tatanan masyarakat yang terganggu pada keadaan semula.

3. Asas Tepat Waktu, Asas ini merupakan asas yang sangat penting , karena
keterlambatan penanganan seorang pasien akan berakibat fatal yaitu kematian pasien.

4. Asas Itikad Baik, asas ini bersumber pada prinsip etis berbuat baik yang perlu
diterapkan dalam pelaksanaan kewajiban dokter terhadap pasien.

5. Asas Kejujuran, kejujuran dokter dan pasien merupakan salah satu hal yang penting
dalam transaksi terapeutik.

Syarat sahnya perjanjian diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata, yang dalam kaitannya
dengan perjanjian terapeutik adalah :

1. Kesepakatan antara dokter dan pasien, kesepakatan dalam perjanjian terapeutik untuk
tindak - tindakan medis tertentu harus ada apa yang dinamakan Informed consent, yaitu
persetujuan dari pasien untuk dilakukannya tindakan medis setelah mendapatkan
penjelasan mengenai apa dan bagaimana tindakan medis itu akan dilakukan.

2. Kecakapan para pihak, seseorang dikatakan cakap dalam melakukan tindakan hukum
apabila yang bersangkutan telah dewasa, atau telah berumur 21 tahun atau sudah menikah
sebelum umur tersebut.

3. suatu hal yang tertentu, suatu hal tertentu adalah mengenai objek hukum atau hal
diperjanjikan. dalam perjanjian terapeutik yang menjadi suatu hal tertentu adalah
tindakan medis yang akan dilakukan oleh si dokter, yaitu tindakan untuk melakukan
pengobatan dan/atau suatu upaya untuk melakukan tindakan penyembuhan terhadap
suatu penyakit. 

3
4. Sebab yang halal, dalam pengertian ini maka yang menjadi objek yang diperjanjikan
dalam perjanjian terapeutik adalah hal - hal yang diperbolehkan atau tidak bertentangan
dengan hukum, seperti misalnya dokter tidak boleh memperjanjikan untuk melakukan
abortus (pengguran kandungan), karena pengguguran kandungan (yang tanpa indikasi
medis) bertentangan dengan hukum.

Dalam perjanjian terapeutik upaya pelayanan kesehatan yang dapat dilakukan adalah
usaha - usaha promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Upaya ini sangat bervariasi dan
umumnya meliputi upaya - upaya berikut : 

1. Medical check up

2. Imunasasi

3. Keluarga berencana

4. Usaha penyembuhan penyakit

5. Meringankan penderitaan

6. Memperpanjang hidup

7. Rehabilitasi

Hubungan antara dokter dan pasien yang mendasari terjadinya perjanjian terapeutik terdiri
dari 3 (tiga) pola hubungan, yaitu :

1. Activity - Passivity, pola hubungan activity - passivity inilah yang disebutkan


paternalistis, seperti hubungan antara orangtua dan anak.

2. Guidance - Coorporation, dalam pola hubungan guidance - coorporation ini baru muncul
hubungan yang membimbing dan penuh kerja sama.

4
3. Mutual Participation, pola mutual participation ini terbentuk berdasarkan pemikiran
bahwa setiap manusia mempunyai martabat dan hak yang sama.

B. Hak dan Kewajiban para pihak dalam perjanjian Terapeutik


1. Hak dan kewajiban Dokter Perjanjian Terapeutik, dokter secara umum mempunyai hak,
yaitu:
a. Hak untuk bekerja sesuai dengan standart profesi.
b. Hak untuk menolak melakukan tindakan medis yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan secara professional.
c. Menolak untuk melakukan tindakan medis yang tidak sesuai dengan hati nuraninya.
d. Hak untuk mengakhiri hubungan dengan pasien apabila kerja sama sudah tidak
memungkinkan lagi.

Sedangkan kewajiban dokter dalam melaksanakan praktik kedokteran diatur dalam Pasal
51 UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik kedokteran.

2. Hak dan Kewajiban Pasien


Hak - hak Pasien yang terdapat di dalam literatur hukum kesehatan, yaitu :

a. Hak untuk memperoleh informasi, hak atas informasi ini berkaitan erat dengan hak
untuk memberikan persetujuan, sehingga dalam berbagai literatur hukum kesehatan
dijumpai adanya istilah informed concent.

b. Hak untuk memberikan persetujuan, mengenai yang berhak memberikan persetujuan,


secara yuridis adalah pasien sendiri, kecuali bila ia tidak cakap hukum dalam keadaan
tertentu.

c. Hak atas rahasia kedokteran, dokter dalam melaksanakan praktik kedokteran wajib
menyimpan catatan medis pasien maupun segala sesuatu yang diketahuinya tentang
pasien tersebut sebagai rahasia kedokteran.

5
d. Hak untuk memilih dokter, oleh karena terjadinya hubungan dokter pasien terutama
berlandaskan kepercayaan, maka umumnya pasien selalu memilih untuk berobat
kepada dokter tertentu.

e. Hak untuk memilih sarana kesehatan, seperti halnya memilih dokter pasien pun
mempunyai hak memilih rumah sakit dalam batas - batas tertentu.

f. Hak untuk menolak pengobatan/perawat, karena harus menghormati hak pasien,


dokter tidak boleh memaksa orang yang menolak untuk diobati, kecuali bila hal
tersebut akan mengganggu kepentingan umum atau membahayakan orang lain,
misalnya pada pasien gangguan mental yang mengamuk atau pasien yang menderita
penyakit menular.

g. Hak untuk menolak tindakan medik tertentu, setiap orang berhak menerima atau
menolak sebagian atau seluruh tindakan pertolongan yang akan diberikan kepadanya
setelah menerima dan memahami informasi mengenai tindakan secara lengkap.

h. Hak untuk menghentikan pengobatan, alasan pengehentian pengobatan/perawatan


bisa karena alasan kesulitan ekonomi atau karena menganggap hal tersebut tidak ada
gunanya lagi untuk proses penyembuhan.

i. Hak untuk melihat rekam medis, rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan
dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksa, pengobatan, tindakan dan
pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.

j. Hak atas pendapat kedua, pasien mempunyai hak untuk mendapatkan penjelasan dari
dokter lain megenai penyakitnya dan hal ini idealnya dilakukan dengan
sepengetahuan dokter pertama yang merawatnya.

C. Tujuan dan Para Pihak dalam Transaksi Terapeutik

6
Objek transaksi terapeutik adalah pelayanan kesehatan atau upaya penyembuhan yang
didasarkan atas keahlian, keterampilan serta ketelitian, maka tujuan dari transaksi terapeutik
berkaitan dengan tujuan ilmu kesehatan yang antara lain sebagai berikut:

1. Menyembuhkan dan mencegah penyakit

2. Meringankan penderitaan

3. Mendampingi pasien

Oleh karena transaksi terapeutik berkaitan dengan pemberian pelayanan kesehatan harus
didasarkan pada keahlian, keterampilan serta ketelitian maka para pihak yang terlibat dalam
transaksi terapeutik adalah sebagai berikut:

1. Dokter dan Tenaga Kesehatan

Menurut Pasal 2 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang
Tenaga Kesehatan menyebutkan tenaga kesehatan meliputi tenaga di bidang medis,
keperawatan, kefarmasian, kesehatan masyarakat, gizi, keterampilan fisik, dan keteknisan
medis.

2. Pasien

Pasien merupakan fokus atau sasaran dalam usaha-usaha penyembuhan yang


dilakukan oleh dokter dan tenaga kesehatan lainnya. Sebagai subjek hukum, pasien
mempunyai hak dan kewajiban yang harus diperhatikan dengan baik oleh penyelenggara
kesehatan dan pihak pelayanan kesehatan (rumah sakit, dokter, perawat dan tenaga
kesehatan lainnya) demi tercapainya tujuan upaya kesehatan.

3. Rumah Sakit

7
Rumah sakit merupakan pusat pelayanan medis dan tempat untuk
menyelenggarakan pelayanan medis yang baik.

D. Berakhirnya Transaksi Terapeutik

Berakhirnya transaksi terapeutik menimbulkan konsekuensi bagi para pihak yaitu


berakhirnya hak dan kewajiban. Berakhirnya perjanjian terapeutik dapat disebabkan antara
lain sebagai berikut:

1. Sembuhnya pasien

Kesembuhan pasien menandakan bahwa telah berakhirnya transaksi terapeutik


karena upaya maksimal dalam memberikan pelayanan kesehatan tercapai.

2. Dokter mengundurkan diri

Dokter diperbolehkan mengundurkan diri dari hubungan antara dokter dan pasien
dengan alasan seperti pasien menyetujui pengunduran diri dokter, pasien diberi waktu
dan informasi yang cukup agar memperoleh pengobatan dari dokter lain, dan alasan
lainnya yang diperbolehkan.

3. Meninggalnya Pasien

4. Kewajiban dokter atau tenaga kesehatan lainnya pada transaksi terapeutik telah terpenuhi

5. Dokter atau tenaga kesehatan yang mengobati dalam kondisi darurat telah digantikan

oleh dokter pilihan pasien

6. Persetujuan kedua belah pihak antara dokter dan pasiennya bahwa transaksi terapeutik

diakhiri.

7. Pengakhiran oleh pasien

8
Pasien memiliki hak untuk menentukan mengenai diteruskan pengobatan dengan
dokternya atau memilih pindah ke dokter lain atau rumah sakit lain.

8. Telah lewat jangka waktu dari transaksi terapeutik

Transaksi terapeutik dapat ditentukan untuk jangka waktu tertentu. Oleh karena itu
apabila telah lewat waktu maka transaksi terapeutik tersebut berakhir.

E. Terhapusnya Perjanjian Terapeutik

Menurut Pasal 1381 KUHPerdata, hapusnya suatu perikatan disebabkan oleh beberapa faktor,
antara lain:

1. Pembayaran, berakhirnya perjanjian karena pembayaran diatur dalam pasal 1382


KUHPerdata. Dalam hal ini setelah tindakan medis dan/atau pengobatan, perawatan,
pasien melakukan pembayaran kepada dokter atau pihak rumah sakit menandakan bahwa
perjanjian terapeutik terhenti berakhir

2. Penawaran pembayaran tunai, diikuti dengan konsignasi. Penawaran pembayaran tunai


diikuti oleh penyimpanan atau penitipan sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1412
KUHPerdata.

3. Pembaharuan Utang (Novasi), Novasi adalah suatu perjanjian antara debitur dan kreditor,
di mana perjanjian yang lama subjek dan objeknya diganti dengan perjanjian yang baru.
Novasi diatur dalam Pasal 1413 sampai dengan Pasal 1424 KUHPerdata.

Disamping itu, yang dapat menghapuskan atau menghentikan perjanjian terapeutik adalah :

1. Pasien telah dinyatakan sembuh

2. Pasien meminta sendiri atau keluarganya untuk menghentikan tindakan medis

3. Pasien meninggal dunia di rumah sakit.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perjanjian Terapeutik adalah perjanjian yang terbentuk karena adanya hubungan


hukum antara dokter dengan pasien. Hubungan hukum adalah hubungan antara subjek
hukum ataupun antara subjek hukum dengan objek hukum, yang diatur oleh hukum.

Asas - asas hukum yang mendasari terjadinya suati perjanjian sebagai berikut :

1. Asas Legalitas, ketentuan Pasal 50 Undang - undang Kesehatan yang menyatakan bahwa
tenaga kesehatan bertugas menyelenggarakan atau melakukan kegiatan kesehatan sesuai
dengan bidang keahlian dan/atau kewenangan tenaga kesehatanyang bersangkutan.

2. Asas Keseimbangan, fungsi hukum selain memberikan kepastian dan perlindungan


terhadap kepentingan manusia, hukum juga harus bisa memulihkan keseimbangan
tatanan masyarakat yang terganggu pada keadaan semula.

3. Asas Tepat Waktu, Asas ini merupakan asas yang sangat penting , karena keterlambatan
penanganan seorang pasien akan berakibat fatal yaitu kematian pasien.

4. Asas Itikad Baik, asas ini bersumber pada prinsip etis berbuat baik yang perlu diterapkan
dalam pelaksanaan kewajiban dokter terhadap pasien.

10
5. Asas Kejujuran, kejujuran dokter dan pasien merupakan salah satu hal yang penting
dalam transaksi terapeutik.

B. Saran

Sebaiknya pasien harus diberikan pengertian hukum dan medis yang memadai
melalui sistem pendidikan yang merata. Hal ini merupakan hal yang harus diperhatikan serta
dibenahi oleh Pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan sehingga, mutu kesehatan
pun dapat tercapai bagi seluruh rakyat Indonesia sesuai yang telah diatur dalam Pasal 28H
Ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945

DAFTAR PUSTAKA

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 434/Men,Kes/X/1893 tentang Berlakunya Kode Etik


Kedokteran Bagi Para Dokter di Indonesia.

Penerbitmffrerdiansyah.com.(2018, 5 desember). Curhat hukum perjanjian terapeutik dalam


kesehatan!. Diakses pada 6 april 2022, dari https://www.mfferdiansyah.com/2018/12/perjanjian-
terapeutik-dalam-kesehatan.html

Penerbitheylawedu.id.(2021, 30 oktober). Mengenal Transaksi Terapeutik dalam Hukum


Kesehatan. Diakses pada 6 april 2022, dari https://heylawedu.id/blog/mengenal-transaksi-
terapeutik-dalam-hukum-kesehatan

Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan.

Reni Agustina Harahap. 2017. Buku Ajar Etika dan Hukum Kesehatan. Sumatera: Universitas
Islam Negeri Sumatera Utara.

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

Yanuar Amin. 2017. Bahan Ajar Etika Profesi dan Hukum Kesehatan. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.

11
12

Anda mungkin juga menyukai