Anda di halaman 1dari 2

LEMBAR JAWAB UJIAN AKHIR BLOK 1.

1
FAKULTAS KEDOKTERAN

NAMA LENGKAP: Elisabeth Cindy Setyawan


NIM : 20.P1.0001
NAMA DOSEN : dr. Gregorius Yoga Panji Asmara, SH., MH., CLA.

I. SOAL &JAWABAN
Jawablah dengan tepat dan berurutan sesuai nomor soal!
1. Jelaskan paradigma paternalistic dan partnership dalam hubungan dokter-pasien!
2. Jelaskan kapan dimulainya kontrak (perjanjian) terapeutik yang menimbulkan
tanggungjawab hukum bagi dokter!
3. Apakah Informed Consent yang dilakukan dokter dengan anak di bawah umur sah
secara hukum? Mengapa?
4. Apakah dokter dapat digugat ganti kerugian atas pelayanan yang diberikan? Uraikan
pendapat saudara!
5. Jelaskan bagaimana relasi etik, hukum, dan disiplin dalam praktik kedokteran!
6. Pilih satu topik berikut ini, dan buatlah opini solusi atas dasar Hukum
Kedokteran sebagai dasar analisis!
a. Kriteria / Indikator malpraktik dokter
b. Hubungan malpraktik dengan Trilogi Kedokteran
c. Rekam medis sebagai alat bukti perkara malpraktik dokter
d. Fungsi Hukum Kedokteran bagi praktik dokter

Jawab :
1. Paternalistik dalam hubungan dokter-pasien berarti dokter dianggap sebagai penentu yang
memberi keputusan (semua berpusat pada dokter), dalam hal ini pasien hanya menurut apa
yang dikatakan dokter, sebab pasien menganggap solusi dokter pasti benar. Sedangkan,
partnership berarti dokter dan pasien kedudukannya sejajar dalam mengambil keputusan.
2. Kontrak terapeutik yang menimbulkan tanggung jawab hukum bagi dokter dimulai sejak
pasien berkonsultasi dengan dokter dan dokter bersedia memeriksa serta memberikan
usaha terbaik bagi pasiennya.
3. Seorang anak yang dibawah umur, dia tidak memenuhi salah satu unsur subyektif dalam
syarat perjanjian yang sah, yaitu unsur kecakapan, maka perjanjian tersebut menjadi tidak
sah dan dapat dibatalkan. Oleh karena perjanjian tersebut tidak sah maka tidak terjadi
informed consent. Tetapi perjanjian itu akan menjadi sah apabila orangtua anak bertindak
sebagai pengampu anak tersebut. Apabila sah, maka ada informed consent.
4. Dokter dapat digugat apabila dokter tersebut dalam praktiknya tidak bekerja sesuai dengan
standar profesi. Dokter tersebut tidak menerapkan aturan dan ketentuan penerapan
keilmuan dalam pelaksanaan praktik kedokterannya (melakukan praktik kedokteran tidak
kompeten) sehingga pasien dirugikan. Hal ini diatur dalam UU No. 36 Tahun 2009 Pasal
58 ayat 1 yang isinya setiap orang berhak menuntut ganti rugi terhadap seseorang, tenaga
LEMBAR JAWAB UJIAN AKHIR BLOK 1.1
FAKULTAS KEDOKTERAN
kesehatan, dan/atau penyelenggara kesehatan yang menimbulkan kerugian akibat
kesalahan atau kelalaian dalam pelayanan kesehatan yang diterimanya.
5. Hubungan antara etika, disiplin, dan hukum yaitu pelanggaran hukum berarti pelanggaran
terhadap etika dan disiplin. Maksudnya, apabila seorang dokter telah melanggar hukum,
berarti secara tidak langsung dokter itu telah melanggar etika dan disiplin profesinya.
Namun, pelanggaran terhadap etika dan disiplin, belum tentu melanggar hukum,
tergantung kasus yang terjadi.
6. Fungsi hukum kedokteran dalam praktik dokter :
Dokter adalah seorang yang istimewa yang diberikan kewenangan oleh negara untuk
menyembuhkan suatu penyakit pada pasiennya. Oleh sebab itu, dokter berhak untuk
melakukan praktik kedokteran. Dalam hubungan hukum kedokteran dan praktik dokter,
hukum hadir untuk memberikan perlindungan kepada dokter maupun pasien. Pasien dapat
menuntut dokter jika merasa dirugikan, sedangkan dokter akan terlindungi oleh hukum jika
dalam melakukan pekerjaannya sesuai dengan standar profesinya dan memegang nilai-
nilai hukum yang ada. Jadi fungsi hukum kedokteran ini sangat penting untuk menjaga
ketertiban di masyarakat, misalnya menyelesaikan sengketa yang timbul diantara dokter
dan pasien.

Anda mungkin juga menyukai