Tutor :
dr. Lidwina Prillya Indra Chrisyana, M. Biomed
Disusun oleh :
Elisabeth Cindy Setyawan (20.P1.0001)
Elisabeth Kristiyanto Putri (20.P1.0003)
Tuyifang Syifa Salsabila (20.P1.0011)
Shalwa Ireinha Pasha (20.P1.0016)
Jordanus Antonius Muga Meo (20.P1.0023)
Patria Helga S. Pangaribuan (20.P1.0026)
Jannessie Sellya Tiara (20.P1.0032)
Nalil Muna (20.P1.0042)
Tn Suga, 35 tahun datang ke Poli Medical Check Up di RS X dengan rasa berdebar-debar di dada
sulit hilang setelah lari pagi. Tn. Suga dilakukan pemeriksaan tekanan darah didapatkan 140/80
mmHg. Dokter perusahaan tempat pasien bekerja menyarankan untuk dilakukan treadmill jantung.
Setelah skrining sebelum treadmill sudah terpenuhi, Tn. Suga menjalani treadmill dengan protocol
Bruce. Saat treadmill mencapai tekanan darah 240/110 mmHg, dokter menghentikan prosedur
secara bertahap hingga istirahat. Riwayat minum obat tekanan darah berupa amlodipine 5 mg 1
kali sehari dan diminum bila pusing saja. Riwayat ayah memiliki darah tinggi.
I. Terminologi
1. Protocol Bruce : Tes diagnostik yang digunakan dalam evaluasi fungsi jantung.
2. Medical Check Up : pemeriksaan umum mengenai kondisi seseorang yang
dikhususkan untuk perawatan medis dan dilakukan oleh dokter/tenaga kesehatan.
3. Skrining : adalah suatu upaya atau pemeriksaan untuk mencari kemungkinan suatu
kelainan di antara orang atau sekelompok orang yang tidak mempunyai
keluhan atau gejala dari kelainan tertentu.
4. Treadmill jantung : adalah tes kardiologis yang mengukur kemampuan jantung
untuk merespons stres eksternal dalam lingkungan klinis yang terkendali.
5. Berdebar : berdebar atau palpitasi, merupakan perasaan berdebar atau denyut tidak
teratur pada jantung yang sifatnya subjektif.
• Mengidentifikasi penyebab nyeri dada atau gejala lain yang berkaitan dengan
penyakit jantung.
• Membantu merencanakan olahraga yang aman bagi pasien dengan risiko penyakit
jantung.
• Memeriksa efektivitas pengobatan penyakit jantung yang sedang atau baru saja
dijalani misalnya pemasangan ring jantung atau operasi bypass.
Pada treadmill test, dipasang juga EKG pada orang yang diperiksa untuk mengukur
berbagai variabel kebugaran. Variabel yang diukur pada treadmill test
● durasi
● ada tidaknya nyeri dada selama tes
● ada tidaknya limiting symptoms seperti
● fatigue/kelelahan atau dyspnea
● tekanan darah istirahat
● tekanan darah tertinggi selama tes
● heart rate istirahat, heart rate tertinggi selama tes
● heart rate 1 menit setelah tes
● ada tidaknya depresi segmen-ST selama tes.3
5. Ada hubungan antara riwayat keluarga dengan gejala yang dialami oleh tn suga,
tekanan darah tinggi merupakan suatu gangguan genetik yang bersifat kompleks.
Tekanan darah tinggi biasanya terkait dengan gen dan faktor genetik. faktor genetik
ini didukung oleh kebiasaan hidup dalam keluarga yang tidak sehat. Kebiasaan
tersebut menyebabkan perubahan pada tubuh, yaitu tekanan darah tinggi lalu
diturunkan secara genetik kepada anak, sehingga anak memiliki risiko yang lebih
besar terhadap hipertensi dan harus menjaga gaya hidup yang tepat.5
METs (Metabolic Equivalent of Task) adalah satuan yang mengukur energi yang
digunakan oleh tubuh selama melakukan aktivitas fisik. Satu METs didefinisikan
sebagai:
IV. Skema
V. Sasaran Belajar
1. Mengetahui dan memahami definisi dan etiologi hipertensi.
2. Mengetahui dan memahami klasifikasi hipertensi.
3. Mengetahui dan memahami patofisiologi hipertensi.
4. Mengetahui dan memahami faktor risiko hipertensi.
5. Mengetahui dan memahami tata laksana farmakologi dan non farmakologi
hipertensi.
6. Mengetahui dan memahami komplikasi hipertensi.
7. Mengetahui dan memahami evaluasi diagnosis hipertensi.
8. Mengetahui dan memahami pencegahan hipertensi.
9. Mengetahui dan memahami indikasi dan kontraindikasi pemeriksaan treadmill dan
EKG.
1. Definisi
● Hipertensi didefinisikan sebagai kondisi tekanan darah sistolik ≥ 130 mmHg atau
diastolik ≥ 80 mmHg.4 Sekitar 80 – 95% merupakan hipertensi esensial yang
berarti tidak ada penyebab spesifik. Kondisi ini umumnya jarang menimbulkan
gejala dan sering tidak disadari, sehingga dapat menimbulkan morbiditas lain
seperti gagal jantung kongestif, hipertrofi ventrikel kiri, stroke, gagal ginjal stadium
akhir, atau bahkan kematian.
● Hipertensi dipengaruhi oleh faktor risiko ganda, baik yang bersifat endogen seperti
usia, jenis kelamin dan genetik/keturunan, maupun yang bersifat eksogen seperti
obesitas, konsumsi garam, rokok dan kopi.
1. Etiologi
● Hipertensi primer (esensial)
Hipertensi primer adalah hipertensi esensial atau hipertensi yang 90% tidak diketahui
penyebabnya. Beberapa faktor yang diduga berkaitan dengan berkembangnya
hipertensi esensial diantaranya :
a) Genetik
● Hipertensi sekunder
b) Penyakit parenkim dan vaskular ginjal. Penyakit ini merupakan penyakit utama
penyebab hipertensi sekunder. Hipertensi renovaskuler berhubungan dengan
penyempitan
c) Satu atau lebih arteri besar, yang secara langsung membawa darah ke ginjal. Sekitar
90% lesi arteri renal pada pasien dengan hipertensi disebabkan oleh aterosklerosis atau
fibrous dysplasia (pertumbuhan abnormal jaringan fibrous). Penyakit parenkim ginjal
terkait dengan infeksi, inflamasi, serta perubahan struktur serta fungsi ginjal.
f) Kehamilan
g) Peningkatan tekanan vaskuler.8,9
2. Klasifikasi
3. Patofisiologi
Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya hipertensi. Salah satunya
ketika pemasukan sodium meningkat maka viskositas cairan akan menurun, sodium akan
masuk ke pembuluh darah dan membuat vasokonstriksi sehingga aliran darah ke ginjal
turun dan laju filtrasi glomerulus menurun. Ketika ada faktor lain seperti stress maka
produksi hormone kortisol meningkat dan menyebabkan keluarnya renin akibat aliran
darah ke ginjal tadi turun. Hormon renin mengubah angiotensinogen menjadi angiotensin
I. Kemudian angiotensin I ini akan diubah menjadi angiotensin II oleh ACE (Angiotensin
Converting Enzyme). Angiotensin II dapat mempengaruhi korteks adrenal untuk
mensekresi aldosterone sehingga produksi aldosterone meningkat. Aldosteron mengurangi
pengeluaran NaCl (garam) dengan reabsorpsi air dan Na yang membuat volume cairan
naik, ditambah dengan adanya vasokonstriksi pembuluh darah sehingga jantung memompa
lebih kuat, curah jantung meningkat, tekanan darah juga naik. Selain itu, angiotensin II
juga dapat mempengaruhi sistem saraf tepi menjadikan saraf simpatis aktif kemudian
membuat vasokontriksi pembuluh darah sehingga jantung memompa lebih kuat, curah
jantung meningkat, tekanan darah juga naik. Selain itu, angiotensin II juga dapat
mempengaruhi kerja jantung dimana kontraktilitas/kerjanya meningkat, curah jantung
meningkat, dan tekanan darah menjadi naik/hipertensi.13
4. Faktor Risiko
1. Genetik: adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga itu
mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar
sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium Individu dengan
orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita
hipertensi daripada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi.
2. Obesitas: berat badan merupakan faktor determinan pada tekanan darah pada
kebanyakan. Kelebihan berat badan dengan tekanan darah, yaitu terjadinya resistensi
insulin dan hiperinsulinemia, aktivasi saraf simpatis dan sistem renin angiotensin, dan
perubahan fisik pada ginjal.
3. Stres: stres dapat meningkatkan tekanan darah sewaktu. Hormon adrenalin akan
meningkat sewaktu kita stres, dan itu bisa mengakibatkan jantung memompa darah lebih
cepat sehingga tekanan darah pun meningkat.
4. Kurang olahraga: Kurangnya aktivitas fisik menaikan risiko tekanan darah tinggi karena
bertambahnya risiko untuk menjadi gemuk. Orang-orang yang tidak aktif cenderung
mempunyai detak jantung lebih cepat dan otot jantung mereka harus bekerja lebih keras
pada setiap kontraksi, semakin keras dan sering jantung harus memompa semakin besar
pula kekuatan yang mendesak arteri.
5. Kebiasaan Merokok: merokok menyebabkan peningkatan tekanan darah. Perokok berat
dapat dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi maligna dan risiko terjadinya
stenosis arteri renal yang mengalami aterosklerosis.14
5. Tata Laksana
Farmakologi
20-80 mg, 2x
sehari
Non Farmakologi
6. Komplikasi
1. Otak
Stroke merupakan kerusakan target organ pada otak yang diakibatkan oleh
hipertensi. Stroke timbul karena perdarahan, tekanan intra kranial yang meninggi,
atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan
tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang
mendarahi otak mengalami hipertropi atau penebalan, sehingga aliran darah ke
daerah-daerah yang diperdarahinya akan berkurang.Arteri-arteri di otak yang
mengalami arterosklerosis melemah sehingga meningkatkan kemungkinan
terbentuknya aneurisma. Ensefalopati juga dapat terjadi terutama pada hipertensi
maligna atau hipertensi dengan onset cepat. Tekanan yang tinggi pada kelainan
tersebut menyebabkan peningkatan tekanan kapiler, sehingga mendorong cairan
masuk ke dalam ruang intertisium di seluruh susunan saraf pusat. Hal tersebut
menyebabkan neuron-neuron di sekitarnya kolap dan terjadi koma bahkan
kematian.
2. Kardiovaskular
Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner mengalami arterosklerosis atau
apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran darah yang melalui pembuluh
darah tersebut, sehingga miokardium tidak mendapatkan suplai oksigen yang
cukup.. Kebutuhan oksigen miokardium yang tidak terpenuhi menyebabkan
terjadinya iskemia jantung, yang pada akhirnya dapat menjadi infark.
3. Ginjal
Penyakit ginjal kronik dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan
tinggi pada kapiler-kepiler ginjal dan glomerolus. Kerusakan glomerulus akan
mengakibatkan darah mengalir ke unit-unit fungsional ginjal, sehingga nefron akan
terganggu dan berlanjut menjadi hipoksia dan kematian ginjal. Kerusakan membran
glomerulus juga akan menyebabkan protein keluar melalui urin sehingga sering
dijumpai edema sebagai akibat dari tekanan osmotik koloid plasma yang
berkurang. Hal tersebut terutama terjadi pada hipertensi kronik.
4. Retinopati
Tekanan darah yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah pada
retina. Makin tinggi tekanan darah dan makin lama hipertensi tersebut berlangsung,
maka makin berat pula kerusakan yang dapat ditimbulkan. Kelainan lain pada retina
yang terjadi akibat tekanan darah yang tinggi adalah iskemik optik neuropati atau
kerusakan pada saraf mata akibat aliran darah yang buruk, oklusi arteri dan vena
retina akibat penyumbatan aliran darah pada arteri dan vena retina.17
7. Evaluasi Diagnosis
2. Diagnosis pada 1x kunjungan apabila tekanan darah lebih dari 180/110 mmHg (hal ini
mengindikasikan penyakit atau kelainan kardiovaskuler)
Beberapa cara tersebut dapat dilakukan untuk memastikan diagnosis hipertensi selain
dipastikan dengan pemeriksaan penunjang, riwayat kesehatan dan proses anamnesis.
Menurut AHA, cara yang paling direkomendasikan untuk mengkonfirmasi diagnosis dari
ke 4 cara tersebut adalah penggunaan Ambulatory Blood Pressure Monitoring karena
proses pemantauan dilakukan dalam waktu yang panjang sehingga tekanan darah semakin
banyak terekam dengan segala situasi atau fakto-faktor resiko dari pasien tersebut.
9. Pencegahan
Pengobatan hipertensi memang penting tetapi tidak lengkap jika tanpa dilakukan tindakan
pencegahan untuk menurunkan faktor resiko penyakit kardiovaskuler akibat hipertensi.
Upaya pencegahan dan penanggulangan hipertensi didasarkan pada perubahan pola makan
dan gaya hidup meliputi:
• Pembatasan penggunaan garam hingga 4-6gr per hari, makanan yang mengandung
soda kue, bumbu penyedap dan pengawet makanan.
Konsumsi garam berlebih akan meningkatkan jumlah natrium dalam sel dan
mengganggu keseimbangan cairan. Masuknya cairan ke dalam sel akan
mengecilkan diameter pembuluh darah arteri sehingga jantung harus memompa
darah lebih kuat yang berakibat meningkatnya tekanan darah.
Jika alkohol dikonsumsi secara berlebihan dan dalam waktu yang lama alkohol
memicu hipertensi pada seseorang atau memperparah gejala yang sudah ada.
Karena alkohol dapat mempersempit pembuluh darah, yang dapat berujung pada
kerusakan pembuluh darah dan organ dalam tubuh.
Pada saat seseorang mengalami stres, hormon adrenalin akan dilepaskan dan
kemudian akan meningkatkan tekanan darah melalui kontraksi arteri
(vasokontriksi) dan peningkatan denyut jantung. Apabila stress berlanjut, tekanan
darah akan tetap tinggi sehingga orang tersebut akan mengalami hipertensi.20
VI. Kesimpulan
2. Handayani, Go, Fransiska Lintong, and Jimmy F. Rumampuk. 2016. "Pengaruh Aktivitas
Berlari Terhadap Tekanan Darah dan Suhu Pada Pria Dewasa Normal." eBiomedik 4.1.
4. Monotherapy. 2018. Journal of Cardiovascular Pharmacology and Therapeutics, 23(4), pp. 318–
328.
5. Shaumi N.R.F, dan Engkus Kusdinar Achmad. 2019. Hypertension Risk Factors Among
Adolescents in Indonesia.
6. Pedoman Uji Latih Jantung: Prosedur dan Interpretasi. 2016. Edisi Pertama. Perhimpunan
Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia.
7. Pedoman Uji Latih Jantung: Prosedur dan Interpretasi. 2016. Edisi Pertama. Perhimpunan
Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia.
9. Longo DL, Fauci AS, Kasper DL, Hauser SL, Jameson JL, Loscalzo J, et al. 2015. Hypertension
treatment. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 19th ed. McGraw-Hill Co, Inc.
10. Carey RM, Whelton PK, for the 2017 ACC/AHA Hypertension guideline writing committee.
2018. Prevention, detection, evaluation, and management of high blood pressure in adults:
Synopsis of the 2017 American College of Cardiology/American Heart Association hypertension
guideline. Ann Intern Med.
11. Williams B, Mancia G, Spiering W, Agabiti Rosei E, Azizi M, Burnier M, et al. 2018 ESC/ESH
Guidelines for the management of arterial hypertension. Eur Heart J.
12. Joint National Committee on Prevention Detection, Evaluation, and Treatment or High
Pressure VII/JNC - VII, 2003.
13. Kumar V, Abbas A, Fausto N, & Aster J. 2010. Pathologic Basis of Disease, Eight Edition.
Philadelphia: John F. Kennedy Blvd. Ste 1800, page 487-520.
16. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 2016. Jilid II Edisi VI. Jakarta : Interna Publishing.
17. Nuraini, Bianti. 2015. “Risk Factors of Hypertension.” Jurnal Majority 4(5): 10–19.
18. Unger, Thomas dkk. 2020. Hypertension. Global American Health Association.
20. Nuraini, Bianti. 2015. "Risk factors of hypertension." Jurnal Majority 4.5.
Skenario 2 Blok 4.3
Kelompok 1
Elisabeth Cindy Setyawan (20.P1.0001)
Elisabeth Kristiyanto Putri (20.P1.0003)
Tuyifang Syifa Salsabila (20.P1.0011)
Shalwa Ireinha Pashia (20.P1.0016)
Jordanus Antonius Muga Meo (20.P1.0023)
Patricia Helga S. Pangaribuan (20.P1.0026)
Jannessie Sellya Tiara (20.P1.0032)
Nalil Muna (20.P1.0042)
Skema
Sasaran Belajar
Diuretic Meningkatkan ekskresi urine dan NaCl. Hidroklorotiazid 6.25-50 mg, 1-2x sehari
Angiotensin Converting Enzyme Memblok kerja ACE sehingga menghambat Kaptropil 25-200 mg, 2x sehari
konversi angiotensin I menjadi angiotensin
Inhibitor (ACE Inhibitor)
II. Lisinopril 10-40 mg, 1x sehari
Angiotensin Receptor Blocker Memblok angiotensin II pada reseptornya. Valsartan 80-320 mg, 1x sehari
(ARB)
Kandesartan 2-32 mg, 1-2x sehari
Calcium Channel Blocker (CCB) Menghambat masuknya kalsium ke sel Amlodipine 2,5-10 mg, 1x sehari
pembuluh darah arteri.
Diltiazem 180-420 mg, 1x sehari
Sentral Agonis α2 Menstimulasi reseptor α adrenergik pada Metildopa 250-1000 mg, 2x sehari
sistem saraf pusat, sehingga mengurangi
aliran keluar (outflow) simpatetik perifer
eferen.
Vasodilatator Bekerja langsung pada pembuluh darah Minoxidil 2,5-80 mg, 1-2x sehari
dengan relaksasi otot polos pembuluh darah
yang menurunkan resistensi. Hidralazin 25-100 mg, 2x sehari
Non Farmakologi
3. Meningkatkan aktifitas fisik aerobik (30-45 menit/hari) 6. Berhenti merokok dan mengurangi asupan lemak/ kolestrol
Komplikasi
Komplikasi Hipertensi
03 04
menggunakan
diulang sebanyak 2-3x jeda 5
menit tiap pemeriksaan, dan Ambulatory Blood
dilakukan dalam posisi Pressure Monitoring
pasien yang tenang dan
kondusif. yang terpasang 24 jam
Aturan dan Cara
selama proses
pengukuran Tekanan
Darah
Beberapa aturan dan cara yang dapat
diterapkan dalam proses pengukuran
tekanan darah sehingga bisa
mendapatkan hasil yang maksimal
Indikasi dan
Kontraindikasi
INDIKASI
Gejala iskemia Nyeri dada CAD dengan
miokard akut ACS gejala memburuk