Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN PROBLEM BASED LEARNING

SKENARIO 2 BLOK 4.3

Tutor :
dr. Lidwina Prillya Indra Chrisyana, M. Biomed

Disusun oleh :
Elisabeth Cindy Setyawan (20.P1.0001)
Elisabeth Kristiyanto Putri (20.P1.0003)
Tuyifang Syifa Salsabila (20.P1.0011)
Shalwa Ireinha Pasha (20.P1.0016)
Jordanus Antonius Muga Meo (20.P1.0023)
Patria Helga S. Pangaribuan (20.P1.0026)
Jannessie Sellya Tiara (20.P1.0032)
Nalil Muna (20.P1.0042)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
SEMARANG
2022
KENAPA HATIKU CENAT-CENUT TIAP ADA KAMU

Tn Suga, 35 tahun datang ke Poli Medical Check Up di RS X dengan rasa berdebar-debar di dada
sulit hilang setelah lari pagi. Tn. Suga dilakukan pemeriksaan tekanan darah didapatkan 140/80
mmHg. Dokter perusahaan tempat pasien bekerja menyarankan untuk dilakukan treadmill jantung.
Setelah skrining sebelum treadmill sudah terpenuhi, Tn. Suga menjalani treadmill dengan protocol
Bruce. Saat treadmill mencapai tekanan darah 240/110 mmHg, dokter menghentikan prosedur
secara bertahap hingga istirahat. Riwayat minum obat tekanan darah berupa amlodipine 5 mg 1
kali sehari dan diminum bila pusing saja. Riwayat ayah memiliki darah tinggi.

I. Terminologi
1. Protocol Bruce : Tes diagnostik yang digunakan dalam evaluasi fungsi jantung.
2. Medical Check Up : pemeriksaan umum mengenai kondisi seseorang yang
dikhususkan untuk perawatan medis dan dilakukan oleh dokter/tenaga kesehatan.
3. Skrining : adalah suatu upaya atau pemeriksaan untuk mencari kemungkinan suatu
kelainan di antara orang atau sekelompok orang yang tidak mempunyai
keluhan atau gejala dari kelainan tertentu.
4. Treadmill jantung : adalah tes kardiologis yang mengukur kemampuan jantung
untuk merespons stres eksternal dalam lingkungan klinis yang terkendali.
5. Berdebar : berdebar atau palpitasi, merupakan perasaan berdebar atau denyut tidak
teratur pada jantung yang sifatnya subjektif.

II. Rumusan Masalah


1. Kenapa Tn Suga mengalami rasa berdebar-debar di dada yang susah hilang setelah
lari pagi?
2. Apakah ada hubungan antara efek lari pagi dengan tekanan darah yang tinggi?
3. Mengapa pasien disarankan untuk treadmill jantung?
4. Apakah fungsi dari obat amlodipine?
5. Apakah ada hubungan antara riwayat keluarga dengan gejala yang dialami Tn
Suga?
6. Apakah yang dimaksud dengan treadmill jantung dengan protokol Bruce?
7. Mengapa saat treadmill mencapai tekanan darah 240/110 mmHg, dokter
menghentikan prosedur secara bertahap hingga istirahat?
III. Hipotesa
1. Rasa berdebar di dada ketika kita berolahraga sebenarnya merupakan hal yang
normal terjadi akibat meningkatnya detak jantung sebagai respons alami tubuh
untuk menyediakan cukup oksigen dengan cara meningkatkan aliran darah dan
meningkatkan pernapasan. Tetapi, detak jantung normal memiliki batas maksimal
dan minimal berdasarkan usia. Detak jantung normal saat berolahraga berada pada
kisaran 70%-85% dari denyut jantung maksimal. Ketika detak jantung berada di
atas batas normal, akan menyebabkan rasa berdebar menjadi sulit hilang yang bisa
saja disertai dengan sakit kepala, lemas atau sesak nafas. Pemicunya kemungkinan
karena intensitas olahraga itu sendiri yang terlalu berat atau bisa saja terdapat
penyakit yang sedang dialami oleh Tn Suga dilihat dari skenario yang terjadi.1

2. Dengan meningkatnya aktivitas fisik seseorang maka kebutuhan darah yang


mengandung oksigen akan semakin besar. Kebutuhan ini akan dipenuhi oleh
jantung dengan meningkatkan aliran darahnya. Hal tersebut diakibatkan karena
pada saat beraktivitas sel tubuh memerlukan pasokan O2 yang banyak akibat dari
metabolisme sel yang bekerja semakin cepat pula dalam menghasilkan energi.
Sehingga peredaran darah di dalam pembuluh darah akan semakin cepat dan curah
darah yang dibutuhkan akan semakin besar. Akibat adanya vasodilatasi pada otot
jantung dan otot rangka serta vasokonstriksi arteriol yang menyebabkan arteriol
menyempit dan kerja jantung tiap satuan waktu pun bertambah sehingga volume
darah pada arteriol akan meningkat dan tekanannya pun meningkat. Dapat
dikatakan bahwa volume darah yang masuk dari arteri ke jantung meningkat.2

3. Tes treadmill adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk menilai kemampuan


jantung dengan pemberian beban atau aktivitas fisik sesuai dengan kondisi pasien.
Pemberian beban pada jantung dilakukan secara bertahap mulai dari aktivitas
ringan seperti berjalan diatas treadmill hingga berlari dengan kecepatan tertentu
sesuai batas kemampuan pasien. Tes ini juga disebut sebagai exercise stress test
dan dapat dilakukan dengan media selain treadmill misalnya dengan sepeda statis
khusus medis. Hasil tes treadmill dapat menunjukkan indikasi adanya penyakit
jantung yang diantaranya :

• Mengidentifikasi penyebab nyeri dada atau gejala lain yang berkaitan dengan
penyakit jantung.

• Mendiagnosis kemungkinan adanya penyakit jantung koroner.

• Membantu merencanakan olahraga yang aman bagi pasien dengan risiko penyakit
jantung.
• Memeriksa efektivitas pengobatan penyakit jantung yang sedang atau baru saja
dijalani misalnya pemasangan ring jantung atau operasi bypass.

• Memeriksa irama detak jantung.

• Memastikan risiko penyakit jantung.

Pada treadmill test, dipasang juga EKG pada orang yang diperiksa untuk mengukur
berbagai variabel kebugaran. Variabel yang diukur pada treadmill test

● durasi
● ada tidaknya nyeri dada selama tes
● ada tidaknya limiting symptoms seperti
● fatigue/kelelahan atau dyspnea
● tekanan darah istirahat
● tekanan darah tertinggi selama tes
● heart rate istirahat, heart rate tertinggi selama tes
● heart rate 1 menit setelah tes
● ada tidaknya depresi segmen-ST selama tes.3

4. Amlodipine merupakan obat untuk menurunkan tekanan darah. Amlodipine


merupakan obat golongan CCBs (Calcium Channel Blockers) yang berarti obat ini
menghambat masuknya ion kalsium pada sel otot polos vaskuler dan miokard
sehingga tahanan perifer menurun dan otot relaksasi atau vasodilatasi sehingga
darah dapat mengalir dengan lancar dan akhirnya akan menurunkan tekanan darah.4

5. Ada hubungan antara riwayat keluarga dengan gejala yang dialami oleh tn suga,
tekanan darah tinggi merupakan suatu gangguan genetik yang bersifat kompleks.
Tekanan darah tinggi biasanya terkait dengan gen dan faktor genetik. faktor genetik
ini didukung oleh kebiasaan hidup dalam keluarga yang tidak sehat. Kebiasaan
tersebut menyebabkan perubahan pada tubuh, yaitu tekanan darah tinggi lalu
diturunkan secara genetik kepada anak, sehingga anak memiliki risiko yang lebih
besar terhadap hipertensi dan harus menjaga gaya hidup yang tepat.5

6. Treadmill jantung adalah uji latih jantung dengan elektrokardiografi (EKG)


menggunakan ban berjalan yang bebannya diatur dengan mesin listrik dan dapat
dikendalikan kecepatan maupun kemiringannya secara terprogram. Cara ULJ
dengan treadmill dilakukan bila pasien memungkinkan untuk berjalan hingga
berlari pada ban berjalan tersebut tanpa halangan dari kondisi muskuloskeletal
tungkai maupun gangguan keseimbangan. Terdapat berbagai protokol uji latih
dengan treadmil, tetapi yang sering digunakan adalah protokol Bruce. Protokol
Bruce digunakan terutama untuk individu yang relatif bugar dengan perkiraan
kapasitas fungsional sekitar 7 METs atau lebih.

METs (Metabolic Equivalent of Task) adalah satuan yang mengukur energi yang
digunakan oleh tubuh selama melakukan aktivitas fisik. Satu METs didefinisikan
sebagai:

- 1 kilokalori per kilogram berat badan per menit aktivitas (kkal/kg/menit);


atau
- 3,5 mililiter oksigen per kilogram berat badan per menit aktivitas
(ml/kg/menit).6

7. Keputusan untuk menghentikan ULJ tergantung dari tujuan atau indikasi


dilakukannya ULJ tersebut. Selain berdasarkan pertimbangan dan evaluasi klinis
tertentu dengan mempertimbangkan kondisi pasien, pada umumnya ULJ
dihentikan karena timbulnya keluhan, dan terdapat beberapa syarat untuk harus
diberhentikan/ relatif dihentikan menurut buku pedoman ULJ :
Berdasarkan poin tersebut, Tn Suga mengalami 1 dari indikator indikasi
relatif untuk melakukan penghentian ULJ yaitu tekanan darah sistolik >230 mmHg
(240 mmHg). Selain sudah mencapai batas untuk sistolik, proses penghentian ULJ
juga tidak dapat dilakukan dengan tiba-tiba, harus diturunkan secara perlahan dan
membutuhkan waktu yang lebih apabila didapati abnormalitas hasil EKG.7

IV. Skema

V. Sasaran Belajar
1. Mengetahui dan memahami definisi dan etiologi hipertensi.
2. Mengetahui dan memahami klasifikasi hipertensi.
3. Mengetahui dan memahami patofisiologi hipertensi.
4. Mengetahui dan memahami faktor risiko hipertensi.
5. Mengetahui dan memahami tata laksana farmakologi dan non farmakologi
hipertensi.
6. Mengetahui dan memahami komplikasi hipertensi.
7. Mengetahui dan memahami evaluasi diagnosis hipertensi.
8. Mengetahui dan memahami pencegahan hipertensi.
9. Mengetahui dan memahami indikasi dan kontraindikasi pemeriksaan treadmill dan
EKG.

VI. Belajar Mandiri

1. Definisi

● Hipertensi didefinisikan sebagai kondisi tekanan darah sistolik ≥ 130 mmHg atau
diastolik ≥ 80 mmHg.4 Sekitar 80 – 95% merupakan hipertensi esensial yang
berarti tidak ada penyebab spesifik. Kondisi ini umumnya jarang menimbulkan
gejala dan sering tidak disadari, sehingga dapat menimbulkan morbiditas lain
seperti gagal jantung kongestif, hipertrofi ventrikel kiri, stroke, gagal ginjal stadium
akhir, atau bahkan kematian.
● Hipertensi dipengaruhi oleh faktor risiko ganda, baik yang bersifat endogen seperti
usia, jenis kelamin dan genetik/keturunan, maupun yang bersifat eksogen seperti
obesitas, konsumsi garam, rokok dan kopi.

1. Etiologi
● Hipertensi primer (esensial)

Hipertensi primer adalah hipertensi esensial atau hipertensi yang 90% tidak diketahui
penyebabnya. Beberapa faktor yang diduga berkaitan dengan berkembangnya
hipertensi esensial diantaranya :

a) Genetik

Individu dengan keluarga hipertensi memiliki potensi lebih tinggi mendapatkan


penyakit hipertensi.

b) Jenis kelamin dan usia


Lelaki berusia 35-50 tahun dan wanita yang telah menopause berisiko tinggi
mengalami penyakit hipertensi.

c) Diet konsumsi tinggi garam atau kandungan lemak.

d) Gaya hidup merokok dan konsumsi alkohol.

Nikotin dalam rokok merangsang pelepasan katekolamin. Peningkatan katekolamin


mengakibatkan iritabilitas miokardial, peningkatan denyut jantung serta menyebabkan
vasokortison yang kemudian menyebabkan kenaikan tekanan darah.

● Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder adalah jenis hipertensi yang diketahui penyebabnya.

Hipertensi sekunder disebabkan oleh beberapa penyakit, yaitu :

a) Coarctationaorta, yaitu penyempitan aorta congenital yang mungkin terjadi beberapa


tingkat pada aorta toraksi atau aorta abdominal. Penyempitan pada aorta tersebut dapat
menghambat aliran darah sehingga terjadi peningkatan tekanan darah diatas area
kontriksi.

b) Penyakit parenkim dan vaskular ginjal. Penyakit ini merupakan penyakit utama
penyebab hipertensi sekunder. Hipertensi renovaskuler berhubungan dengan
penyempitan

c) Satu atau lebih arteri besar, yang secara langsung membawa darah ke ginjal. Sekitar
90% lesi arteri renal pada pasien dengan hipertensi disebabkan oleh aterosklerosis atau
fibrous dysplasia (pertumbuhan abnormal jaringan fibrous). Penyakit parenkim ginjal
terkait dengan infeksi, inflamasi, serta perubahan struktur serta fungsi ginjal.

d) Penggunaan kontrasepsi hormonal (esterogen).

Kontrasepsi secara oral yang memiliki kandungan estrogen dapat menyebabkan


terjadinya hipertensi melalui mekanisme renin-aldosterone-mediate volume expansion.
Pada hipertensi ini, tekanan darah akan kembali normal setelah beberapa bulan
penghentian oral kontrasepsi.

e) Gangguan endokrin. Disfungsi medula adrenal atau korteks

Adrenal-mediate hypertension disebabkan kelebihan primer aldosteron, kortisol, dan


katekolamin.

f) Kehamilan
g) Peningkatan tekanan vaskuler.8,9

2. Klasifikasi

1. Klasifikasi menurut American College of Cardiology (ACC) dan American Heart


Association (AHA)

2. Klasifikasi menurut Joint National Committee (JNC) dan International Society of


Hypertension (ISH)

3. Klasifikasi menurut European Society of Cardiology (ESC) dan Europe Society of


Hypertension (ESH)
Hipertensi sistolik terisolasi dominan terjadi pada usia lanjut akibat proses penuaan,
akumulasi kolagen, kalsium, serta degradasi elastin pada arteri. Kekakuan aorta akan
meningkatkan tekanan darah sistolik dan pengurangan volume aorta mengakibatkan
penurunan tekanan darah diastolic.10,11,12

3. Patofisiologi
Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya hipertensi. Salah satunya
ketika pemasukan sodium meningkat maka viskositas cairan akan menurun, sodium akan
masuk ke pembuluh darah dan membuat vasokonstriksi sehingga aliran darah ke ginjal
turun dan laju filtrasi glomerulus menurun. Ketika ada faktor lain seperti stress maka
produksi hormone kortisol meningkat dan menyebabkan keluarnya renin akibat aliran
darah ke ginjal tadi turun. Hormon renin mengubah angiotensinogen menjadi angiotensin
I. Kemudian angiotensin I ini akan diubah menjadi angiotensin II oleh ACE (Angiotensin
Converting Enzyme). Angiotensin II dapat mempengaruhi korteks adrenal untuk
mensekresi aldosterone sehingga produksi aldosterone meningkat. Aldosteron mengurangi
pengeluaran NaCl (garam) dengan reabsorpsi air dan Na yang membuat volume cairan
naik, ditambah dengan adanya vasokonstriksi pembuluh darah sehingga jantung memompa
lebih kuat, curah jantung meningkat, tekanan darah juga naik. Selain itu, angiotensin II
juga dapat mempengaruhi sistem saraf tepi menjadikan saraf simpatis aktif kemudian
membuat vasokontriksi pembuluh darah sehingga jantung memompa lebih kuat, curah
jantung meningkat, tekanan darah juga naik. Selain itu, angiotensin II juga dapat
mempengaruhi kerja jantung dimana kontraktilitas/kerjanya meningkat, curah jantung
meningkat, dan tekanan darah menjadi naik/hipertensi.13

4. Faktor Risiko

1. Genetik: adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga itu
mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar
sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium Individu dengan
orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita
hipertensi daripada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi.

2. Obesitas: berat badan merupakan faktor determinan pada tekanan darah pada
kebanyakan. Kelebihan berat badan dengan tekanan darah, yaitu terjadinya resistensi
insulin dan hiperinsulinemia, aktivasi saraf simpatis dan sistem renin angiotensin, dan
perubahan fisik pada ginjal.

3. Stres: stres dapat meningkatkan tekanan darah sewaktu. Hormon adrenalin akan
meningkat sewaktu kita stres, dan itu bisa mengakibatkan jantung memompa darah lebih
cepat sehingga tekanan darah pun meningkat.

4. Kurang olahraga: Kurangnya aktivitas fisik menaikan risiko tekanan darah tinggi karena
bertambahnya risiko untuk menjadi gemuk. Orang-orang yang tidak aktif cenderung
mempunyai detak jantung lebih cepat dan otot jantung mereka harus bekerja lebih keras
pada setiap kontraksi, semakin keras dan sering jantung harus memompa semakin besar
pula kekuatan yang mendesak arteri.
5. Kebiasaan Merokok: merokok menyebabkan peningkatan tekanan darah. Perokok berat
dapat dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi maligna dan risiko terjadinya
stenosis arteri renal yang mengalami aterosklerosis.14

5. Tata Laksana

Farmakologi

Golongan Obat Mekanisme Contoh Obat Dosis


Kerja

Diuretic Meningkatkan Hidroklorotiazid 6.25-50 mg, 1-


ekskresi urine 2x sehari
dan NaCl. Spironolakton
25-100 mg, 1-
Furosemid 2x sehari

20-80 mg, 2x
sehari

Beta-blocker Menghambat Bisoprolol 2,5-10 mg, 1x


reseptor β sehari
adrenergik di Propanolol
jantung, 160-480 mg, 2x
pembuluh darah, sehari
ginjal.

Angiotensin Memblok kerja Kaptropil 25-200 mg, 2x


Converting ACE sehingga sehari
Enzyme Inhibitor menghambat Lisinopril
(ACE Inhibitor) konversi 10-40 mg, 1x
angiotensin I sehari
menjadi
angiotensin II.
Angiotensin Memblok Valsartan 80-320 mg, 1x
Receptor Blocker angiotensin II sehari
(ARB) pada reseptornya. Kandesartan
2-32 mg, 1-2x
sehari

Calcium Channel Menghambat Amlodipine 2,5-10 mg, 1x


Blocker (CCB) masuknya kalsium ke sehari
sel pembuluh darah Diltiazem
arteri. 180-420 mg, 1x
sehari

Sentral Agonis α2 Menstimulasi Metildopa 250-1000 mg, 2x


reseptor α adrenergik sehari
pada sistem saraf
pusat, sehingga
mengurangi aliran
keluar (outflow)
simpatetik perifer
eferen.

Vasodilatator Bekerja langsung Minoxidil 2,5-80 mg, 1-2x


pada pembuluh darah sehari
dengan relaksasi otot Hidralazin
polos pembuluh 25-100 mg, 2x
darah yang sehari
menurunkan
resistensi.

Non Farmakologi

1. Menurunkan berat badan bila kelebihan

2. Membatasi konsumsi alkohol

3. Meningkatkan aktivitas fisik aerobik (30-45 menit/hari)


4. Mengurangi asupan garam

5. Mempertahankan asupan kalium yang adequate

6. Berhenti merokok dan mengurangi asupan lemak/ kolestrol dalam makanan.15,16

6. Komplikasi

1. Otak

Stroke merupakan kerusakan target organ pada otak yang diakibatkan oleh
hipertensi. Stroke timbul karena perdarahan, tekanan intra kranial yang meninggi,
atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan
tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang
mendarahi otak mengalami hipertropi atau penebalan, sehingga aliran darah ke
daerah-daerah yang diperdarahinya akan berkurang.Arteri-arteri di otak yang
mengalami arterosklerosis melemah sehingga meningkatkan kemungkinan
terbentuknya aneurisma. Ensefalopati juga dapat terjadi terutama pada hipertensi
maligna atau hipertensi dengan onset cepat. Tekanan yang tinggi pada kelainan
tersebut menyebabkan peningkatan tekanan kapiler, sehingga mendorong cairan
masuk ke dalam ruang intertisium di seluruh susunan saraf pusat. Hal tersebut
menyebabkan neuron-neuron di sekitarnya kolap dan terjadi koma bahkan
kematian.

2. Kardiovaskular

Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner mengalami arterosklerosis atau
apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran darah yang melalui pembuluh
darah tersebut, sehingga miokardium tidak mendapatkan suplai oksigen yang
cukup.. Kebutuhan oksigen miokardium yang tidak terpenuhi menyebabkan
terjadinya iskemia jantung, yang pada akhirnya dapat menjadi infark.

3. Ginjal

Penyakit ginjal kronik dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan
tinggi pada kapiler-kepiler ginjal dan glomerolus. Kerusakan glomerulus akan
mengakibatkan darah mengalir ke unit-unit fungsional ginjal, sehingga nefron akan
terganggu dan berlanjut menjadi hipoksia dan kematian ginjal. Kerusakan membran
glomerulus juga akan menyebabkan protein keluar melalui urin sehingga sering
dijumpai edema sebagai akibat dari tekanan osmotik koloid plasma yang
berkurang. Hal tersebut terutama terjadi pada hipertensi kronik.
4. Retinopati

Tekanan darah yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah pada
retina. Makin tinggi tekanan darah dan makin lama hipertensi tersebut berlangsung,
maka makin berat pula kerusakan yang dapat ditimbulkan. Kelainan lain pada retina
yang terjadi akibat tekanan darah yang tinggi adalah iskemik optik neuropati atau
kerusakan pada saraf mata akibat aliran darah yang buruk, oklusi arteri dan vena
retina akibat penyumbatan aliran darah pada arteri dan vena retina.17

7. Evaluasi Diagnosis

Sesuai dengan sebagian besar pedoman untuk hipertensi, hipertensi di diagnosis


apabila tekanan darah sistolik nya lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastoliknya lebih dari
90 mmHg setelah beberapa kali pemeriksaan. Terdapat beberapa cara/aturan untuk
mengevaluasi hasil pengukuran tekanan darah untuk kemudian dapat mendiagnosis
Hipertensi yaitu :

1. Diagnosis setelah 2-3 kunjungan dalam jangka waktu 1-4 bulan

2. Diagnosis pada 1x kunjungan apabila tekanan darah lebih dari 180/110 mmHg (hal ini
mengindikasikan penyakit atau kelainan kardiovaskuler)

3. Diagnosis dilakukan dalam 1x kunjungan, pemeriksaan diulang sebanyak 2-3x jeda 5


menit tiap pemeriksaan, dan dilakukan dalam posisi pasien yang tenang dan kondusif.

4. Diagnosis menggunakan Ambulatory Blood Pressure Monitoring yang terpasang 24


jam.

Beberapa cara tersebut dapat dilakukan untuk memastikan diagnosis hipertensi selain
dipastikan dengan pemeriksaan penunjang, riwayat kesehatan dan proses anamnesis.
Menurut AHA, cara yang paling direkomendasikan untuk mengkonfirmasi diagnosis dari
ke 4 cara tersebut adalah penggunaan Ambulatory Blood Pressure Monitoring karena
proses pemantauan dilakukan dalam waktu yang panjang sehingga tekanan darah semakin
banyak terekam dengan segala situasi atau fakto-faktor resiko dari pasien tersebut.

Selain kuantitas dari pemeriksaannya, terdapat juga aturan/cara-cara yang harus


diperhatikan dalam proses pengukuran tekanan darah dengan menggunakan tensimeter.
aturan tersebut contohnya :

1. Ruangan yang tenang dan suhu yang nyaman


2. Tidak merokok, minum kopi dan berkegiatan selama 30 menit sebelum pemeriksaan

3. Tidak berbicara selama pemeriksaan

4. Posisi lengan sejajar posisi jantung18

8. Indikasi dan Kontraindikasi

Indikasi untuk pengujian treadmill meliputi:

1.Gejala yang menunjukkan iskemia miokard


2.Nyeri dada akut pada pasien yang dikecualikan untuk sindrom koroner akut (ACS)
3.ACS baru-baru ini diobati tanpa angiografi koroner atau revaskularisasi tidak lengkap
4.CAD yang dikenal dengan gejala yang memburuk
5.Revaskularisasi koroner sebelumnya (pasien 5 tahun atau lebih setelah grafting bypass
arteri koroner [CABG] atau 2 tahun atau kurang setelah intervensi koroner perkutan [PCI])
6.Penyakit jantung katup (untuk menilai kapasitas latihan dan kebutuhan intervensi bedah)
7.Aritmia jantung tertentu untuk menilai kompetensi kronotropik
8.Gagal jantung atau kardiomiopati yang baru didiagnosis
Kontraindikasi untuk pengujian treadmill meliputi:

1.Infark miokard akut dalam 2 sampai 3 hari


2.Angina tidak stabil yang sebelumnya tidak distabilkan oleh terapi medis
3.Aritmia jantung yang tidak terkontrol menyebabkan gejala atau gangguan hemodinamik
4.Stenosis aorta berat yang simtomatik
5.Gagal jantung simtomatik yang tidak terkontrol
6.Emboli paru akut atau infark paru
7.Hipertensi pulmonal berat
8.Miokarditis akut atau perikarditis atau endokarditis
9.Diseksi aorta akut
10.Blok AV bermutu tinggi
11.Hipertensi berat (SBP lebih besar dari 200 mm Hg, DBP lebih besar dari 110 mm Hg,
atau keduanya)
12.Ketidakmampuan untuk berolahraga karena obesitas ekstrim atau gangguan
fisik/mental lainnya.19

9. Pencegahan

Pengobatan hipertensi memang penting tetapi tidak lengkap jika tanpa dilakukan tindakan
pencegahan untuk menurunkan faktor resiko penyakit kardiovaskuler akibat hipertensi.
Upaya pencegahan dan penanggulangan hipertensi didasarkan pada perubahan pola makan
dan gaya hidup meliputi:

• Perubahan pola makan

• Pembatasan penggunaan garam hingga 4-6gr per hari, makanan yang mengandung
soda kue, bumbu penyedap dan pengawet makanan.

Konsumsi garam berlebih akan meningkatkan jumlah natrium dalam sel dan
mengganggu keseimbangan cairan. Masuknya cairan ke dalam sel akan
mengecilkan diameter pembuluh darah arteri sehingga jantung harus memompa
darah lebih kuat yang berakibat meningkatnya tekanan darah.

• Mengurangi makanan yang mengandung kolesterol tinggi (jeroan, kuning telur,


cumi-cumi, kerang, kepiting, coklat, mentega, dan margarin).

Tingginya kadar kolesterol dalam darah mulanya bisa menyebabkan pembentukan


plak kolesterol di dinding pembuluh darah. Kemudian embetukan plak kolesterol
ini kemudian bisa menjadi sumbatan aliran darah di pembuluh darah dan pada
akhirnya membuat jantung bekerja lebih keras untuk memompa darah agar dapat
melalui pembuluh darah tersebut.

• Menghentikan kebiasaan merokok dan minum alkohol

Jika alkohol dikonsumsi secara berlebihan dan dalam waktu yang lama alkohol
memicu hipertensi pada seseorang atau memperparah gejala yang sudah ada.
Karena alkohol dapat mempersempit pembuluh darah, yang dapat berujung pada
kerusakan pembuluh darah dan organ dalam tubuh.

• Olah raga teratur


• Hindari stres

Pada saat seseorang mengalami stres, hormon adrenalin akan dilepaskan dan
kemudian akan meningkatkan tekanan darah melalui kontraksi arteri
(vasokontriksi) dan peningkatan denyut jantung. Apabila stress berlanjut, tekanan
darah akan tetap tinggi sehingga orang tersebut akan mengalami hipertensi.20

VI. Kesimpulan

Berdasarkan skenario, dapat disimpulkan bahwa setelah dilakukannya evaluasi


diagnosis Tn.Suga mengalami hipertensi tingkat 1 ditandai dengan adanya rasa berdebar-
debar di dada dan di dapatkan tekanan darah 140/80 mmHg. Untuk mencegah terjadinya
komplikasi perlu dilakukan pengobatan secara farmakologi dan non farmakologi. Selain
dilakukannya pengobatan perlu dilakukan tindakan pencegahan untuk menurunkan faktor
resiko penyakit kardiovaskuler akibat hipertensi.
DAFTAR PUSTAKA

1. Johns Hopkins Medicine. 2021. Conditions and Diseases. Palpitations.

2. Handayani, Go, Fransiska Lintong, and Jimmy F. Rumampuk. 2016. "Pengaruh Aktivitas
Berlari Terhadap Tekanan Darah dan Suhu Pada Pria Dewasa Normal." eBiomedik 4.1.

3. Irianto. 2016. KORELASI INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KEBUGARAN


KARDIORESPIRASI PADA SISWA SMA SUTOMO 2 MEDAN. FK USU.

4. Monotherapy. 2018. Journal of Cardiovascular Pharmacology and Therapeutics, 23(4), pp. 318–
328.

5. Shaumi N.R.F, dan Engkus Kusdinar Achmad. 2019. Hypertension Risk Factors Among
Adolescents in Indonesia.

6. Pedoman Uji Latih Jantung: Prosedur dan Interpretasi. 2016. Edisi Pertama. Perhimpunan
Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia.

7. Pedoman Uji Latih Jantung: Prosedur dan Interpretasi. 2016. Edisi Pertama. Perhimpunan
Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia.

8. Konsensus Penatalaksanaan Hipertensi. 2019. Indonesian Society of Hypertension.

9. Longo DL, Fauci AS, Kasper DL, Hauser SL, Jameson JL, Loscalzo J, et al. 2015. Hypertension
treatment. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 19th ed. McGraw-Hill Co, Inc.

10. Carey RM, Whelton PK, for the 2017 ACC/AHA Hypertension guideline writing committee.
2018. Prevention, detection, evaluation, and management of high blood pressure in adults:
Synopsis of the 2017 American College of Cardiology/American Heart Association hypertension
guideline. Ann Intern Med.

11. Williams B, Mancia G, Spiering W, Agabiti Rosei E, Azizi M, Burnier M, et al. 2018 ESC/ESH
Guidelines for the management of arterial hypertension. Eur Heart J.

12. Joint National Committee on Prevention Detection, Evaluation, and Treatment or High
Pressure VII/JNC - VII, 2003.

13. Kumar V, Abbas A, Fausto N, & Aster J. 2010. Pathologic Basis of Disease, Eight Edition.
Philadelphia: John F. Kennedy Blvd. Ste 1800, page 487-520.

14. Nuraini B. 2015. Risk Factors of Hypertension. J Major. 2015;4(5):10–9.


15. Muchid, A., Umar, F., Chusun, Masrul, Wurjati, R., Purnama, N.R., et al., 2006,
Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Hipertensi, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

16. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 2016. Jilid II Edisi VI. Jakarta : Interna Publishing.

17. Nuraini, Bianti. 2015. “Risk Factors of Hypertension.” Jurnal Majority 4(5): 10–19.

18. Unger, Thomas dkk. 2020. Hypertension. Global American Health Association.

19. Pemilik P. 2021. TREADMILL MEDIS.

20. Nuraini, Bianti. 2015. "Risk factors of hypertension." Jurnal Majority 4.5.
Skenario 2 Blok 4.3
Kelompok 1
Elisabeth Cindy Setyawan (20.P1.0001)
Elisabeth Kristiyanto Putri (20.P1.0003)
Tuyifang Syifa Salsabila (20.P1.0011)
Shalwa Ireinha Pashia (20.P1.0016)
Jordanus Antonius Muga Meo (20.P1.0023)
Patricia Helga S. Pangaribuan (20.P1.0026)
Jannessie Sellya Tiara (20.P1.0032)
Nalil Muna (20.P1.0042)
Skema
Sasaran Belajar

01 Definisi dan 06 Komplikasi


Etiologi
02 Klasifikasi 07 Evaluasi Diagnosis
03 Patofisiologi 08 Indikasi dan
Kontraindikasi
04 Faktor Risiko
09 Pencegahan
05 Tata Laksana
Definisi dan
etiologi
DEFINISI ETIOLOGI
❖ Hipertensi Essensial (Primer)
❖ Kondisi tekanan darah
sistolik ≥ 130 mmHg atau 90% tidak diketahui penyebabnya.
diastolik ≥ 80 mmHg Berkaitan dengan genetik, usia,
jenis kelamin, diet, obesitas, dan
❖ Silent Killer gaya hidup

❖ Dipengaruhi oleh faktor ❖ Hipertensi Sekunder


risiko ganda, baik
10% penyebabnya dapat ditentukan.
bersifat endogen Antara lain kelainan pembuluh darah
maupun eksogen ginjal, hipertiroid,, penggunaan obat-
obatan, dll
Klasifikasi
Klasifikasi ACC/AHA

Klasifikasi JNC/ISH Klasifikasi ESC/ESH


Patofisiologi
Faktor Risiko
FAKTOR RISIKO HIPERTENSI
Faktor genetik pada keluarga
Genetik menyebabkan memiliki risiko
penyakit hipertensi
Hormon adrenalin akan meningkat saat stres &

Stress bisa mengakibatkan jantung memompa darah


lebih cepat sehingga tekanan darah pun
meningkat.

Berat badan merupakan faktor


Obesitas determinan pada tekanan
darah

Kebiasaan Dapat meningkatkan


Merokok tekanan darah

Kurang Kurang olahraga dapat


meningkatkan risiko
Aktivitas Fisik tekanan darah tinggi
Tata Laksana
Farmakologi
Golongan Obat Mekanisme Kerja Contoh Obat Dosis

Diuretic Meningkatkan ekskresi urine dan NaCl. Hidroklorotiazid 6.25-50 mg, 1-2x sehari

Spironolakton 25-100 mg, 1-2x sehari

Furosemid 20-80 mg, 2x sehari

Beta-blocker Menghambat reseptor β adrenergik di Bisoprolol 2,5-10 mg, 1x sehari


jantung, pembuluh darah, ginjal.
Propanolol 160-480 mg, 2x sehari

Angiotensin Converting Enzyme Memblok kerja ACE sehingga menghambat Kaptropil 25-200 mg, 2x sehari
konversi angiotensin I menjadi angiotensin
Inhibitor (ACE Inhibitor)
II. Lisinopril 10-40 mg, 1x sehari

Angiotensin Receptor Blocker Memblok angiotensin II pada reseptornya. Valsartan 80-320 mg, 1x sehari

(ARB)
Kandesartan 2-32 mg, 1-2x sehari
Calcium Channel Blocker (CCB) Menghambat masuknya kalsium ke sel Amlodipine 2,5-10 mg, 1x sehari
pembuluh darah arteri.
Diltiazem 180-420 mg, 1x sehari

Sentral Agonis α2 Menstimulasi reseptor α adrenergik pada Metildopa 250-1000 mg, 2x sehari
sistem saraf pusat, sehingga mengurangi
aliran keluar (outflow) simpatetik perifer
eferen.

Vasodilatator Bekerja langsung pada pembuluh darah Minoxidil 2,5-80 mg, 1-2x sehari
dengan relaksasi otot polos pembuluh darah
yang menurunkan resistensi. Hidralazin 25-100 mg, 2x sehari

Non Farmakologi

1. Menurunkan berat badan bila kelebihan 4. Mengurangi asupan garam

2. Membatasi konsumsi alkohol 5. Mempertahankan asupan kalium yang adequate

3. Meningkatkan aktifitas fisik aerobik (30-45 menit/hari) 6. Berhenti merokok dan mengurangi asupan lemak/ kolestrol
Komplikasi
Komplikasi Hipertensi

Otak (Stroke) Kardiovaskular (Infark Miokard)

“Stroke timbul karena perdarahan, “infark miokard dapat terjadi apabila


tekanan intra kranial yang meninggi, arteri koroner mengalami
arterosklerosis”

Ginjal (P Ginjal Kronik) Retinopati


“Penyakit ginjal kronik dapat terjadi “Tekanan darah yang tinggi dapat
karena kerusakan progresif akibat menyebabkan kerusakan pembuluh
tekanan tinggi pada kapiler-kapiler darah pada retina.”
ginjal dan glomerulus.”
Evaluasi Diagnosis
Evaluasi Diagnosis
Diagnosis pada 1x
Diagnosis setelah kunjungan apabila
01 2-3 kunjungan
dalam jangka
tekanan darah 02
lebih dari 180/110
waktu 1-4 bulan mmHg

Diagnosis dilakukan dalam 1x Diagnosis


kunjungan, pemeriksaan

03 04
menggunakan
diulang sebanyak 2-3x jeda 5
menit tiap pemeriksaan, dan Ambulatory Blood
dilakukan dalam posisi Pressure Monitoring
pasien yang tenang dan
kondusif. yang terpasang 24 jam
Aturan dan Cara
selama proses
pengukuran Tekanan
Darah
Beberapa aturan dan cara yang dapat
diterapkan dalam proses pengukuran
tekanan darah sehingga bisa
mendapatkan hasil yang maksimal
Indikasi dan
Kontraindikasi
INDIKASI
Gejala iskemia Nyeri dada CAD dengan
miokard akut ACS gejala memburuk

Revaskularisasi Penyakit jantung Aritmia jantung Kardiomiopati


koroner katup tertentu
sebelumnya
KONTRAINDIKASI
Infark miokard akut Angina yang Aritmia jantung yang Stenosis aorta
tidak stabil tidak terkontrol berat

Hipertensi Diseksi aorta Hipertensi berat


Emboli paru akut pulmonal berat akut
Pencegahan
Upaya pencegahan yang dapat dilakukan :

Perubahan pola Pembatasan Mengurangi


makan penggunaan garam makanan yang tinggi
4-6 gr/hari kolestrol

Menghentikan Hindari stress


Olahraga teratur
kebiasaan merokok
dan minum alkohol
Kesimpulan
Berdasarkan skenario, dapat disimpulkan bahwa
setelah dilakukannya evaluasi diagnosis Tn.Suga
mengalami hipertensi tingkat 1 ditandai dengan adanya
rasa berdebar-debar di dada dan di dapatkan tekanan
darah 140/80 mmHg. Untuk mencegah terjadinya
komplikasi perlu dilakukan pengobatan secara
farmakologi dan non-farmakologi. Selain dilakukannya
pengobatan perlu dilakukan tindakan pencegahan
untuk menurunkan faktor resiko penyakit kardiovaskuler
akibat hipertensi.
Thank You!

Anda mungkin juga menyukai