Anda di halaman 1dari 45

LOG BOOK TUTOR 1 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

DOSEN PENGAMPU : Dr. Ns. Andi Subandi, S.Kep., M.Biomed

DISUSUN OLEH :

MUHAMMAD NASRIL LUKMAN


(G1B119026)
KELOMPOK 2 KELAS A

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
TAHUN AJARAN 2020
Lampiran skenario kasus:
KASUS 1

Seorang perempuan berusia 27 tahun masuk rumah sakit pada tanggal 10 Agustus
2018 dengan keluhan nyeri perut pada ulu hati menjalar ke dada dan sesak nafas.
Pada saat dilakukan pengkajian pasien mengeluh sesak pada saat melkukan aktifitas,
klien mengeluh nyeri pada bagian perut ulu hati dan menjalar kebagian dada, klien
mengatakan dadanya terasa panas, skla nyeri 5, nyeri dirasakan terus-menerus, pada
pemeriksaan fisik didapatkan bunyi jantung tambahan (mur-mur) pada abdomen
terlihat membesar dan nyeri tekan pada ulu hati. TD: 120/180 mmhg, RR: 28x/I, N:
86x/I, T: 36.5 C. Dikeluarga tidak ada yang menderita penyakit seperti klien. Pada
pemeriksaan Diagnostik hasil pemeriksaan Hematologi didapatkan WBC: 9,55 x
109L, RBC: 4,25 x 1012/ L, HGB: 11,8 g/ dl, HT: 37.7%, PLT: 240 x 109L, dan hasil
pemeriksaan kimia darah didapatkan SGOT: 51µ/l, SGPT: 129 µ/l, asam urat: 12,4
mg/dl, kolestrol: 180 mg/dl, terigliserida: 84 mg/dl. HDL: 21 mg/dl, LDL: 142 mg/dl,
pada pemeriksaan echo didapatkan hasil: dilatasi pada seluruh permukaan jantung.
Klien diberikan terapi UVFD: RL 20 tpm, furosemide 2x1, omeprazole 1x1, sucralfat
syr 3x1 sendok, dan spinorolactone 2 x 25 mg, kesimpulan akhir klien didiagnosa
CHF (congestive Heart Failue).
STEP 1:

1. Furosemide (okti)
2. Terapi uvfd (nasril)
3. Pemeriksaan hematologi (kiki)
4. Pemeriksaan Echo (helni)
5. Trigliserida (sipa)
6. Omeprazole (sri)
7. LDL (indah)
8. Sucralfat ( esa)
9. SGPT (zizi)
10. Pemeriksaan Kimia Darah (Vinola)
11. Spironolactone (tasya)
Jawban step 1:

1. Furosemide

Furosemide adalah obat golongan diuretik yang bermanfaat untuk mengeluarkan


kelebihan cairan dari dalam tubuh melalui urine. Obat ini sering digunakan untuk
mengatasi edema (penumpukan cairan di dalam tubuh) atau hipertensi (tekanan darah
tinggi).

2. Terapi uvfd

Terapi IVFD adalah terapi dengan cara memasukan cairan atau obat langsung
kedalam pembuluh darah vena dalam jumlah banyak dan dalam waktu tertentu
dengan menggunakan infus set.

3. Pemeriksaan hematologi

Pemeriksaan hematologi yaitu pemeriksaan yang bertujuan untuk mengetahui


kelainan dari kuantitas dan kualitas sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit,
serta menguji perubahan yang terjadi pada plasma yang terutama berperan dalam
proses pembekuan darah. Pemeriksaan hematologi ini juga bertujuan untuk
mengevaluasi atau menilai jumlah dan fungsi berbagai komponen darah. Pemeriksaan
ini juga diperlukan untuk mengetahui kondisi kesehatan seseorang secara menyeluruh
dan mendeteksi adanya gangguan kesehatan tertentu misalnya seperti infeksi,
leukimia, dan anemia.

4. Pemeriksaan Echo

Sebuah metode pemeriksaan dengan menggunakan gelombang suara berfrekuensi


tinggi untuk menangkap gambar struktur organ jantung. Ekokardiografi biasanya
dibantu oleh teknologi Doppler di mana teknologi ini dapat membantu mengukur
kecepatan dan arah aliran darah.

5. Trigliserida

Trigliserida merupakan penyusun utama minyak nabati dan lemak hewani.


Trigliserida dihasilkan oleh organ hati namun sebgain besar berasal dari makanan,
seperti daging, keju, susu, nasi, minyak goring, dan mentega. Lemak yang tidak
digunakan oleh tubuh, akan diubah menjadi Trigliserida dan disumpan di sel lemak.
Ketika dibutuhkan, trigliserida dilepaskan untuk digunakan sebagai energi.

6. Omeprazole

Omeprazole adalah obat untuk mengatasi gangguan lambung seperti penyakit asam
lambung. obat ini dapat mengurangi produksi asam pada lambung.

7. LDL

LDL adalah singkatan dari Low Dencity Lipoprotein) yang merupakan kolesterol
jahat yang dapat menyebabkan stroke dan serangan jantung apabila tidak terkendali
dengan baik.
8. Sucralfat

Obat yang digunakan utk mengobati dan mencegah tukak lambung dan ulkus
duodenum, obat ini juga dapat digunakan untuk mengobati peradangan pada lambung
dan mencegah pendarahan saluran cerna, tukak lambung adalah luka pada lambung
yg menyebabkan keluhan maag, ulkus duodemun adalah luka yg timbul di usus 12
jari, yaitu bagian awal dari usus halus, luka di usus 12 jari ini dapat menyebabkan
nyeri ulu hati hingga muntah darah.

9. SGPT

SGPT ( Serum Glutamic Pyruvic Transaminase ) adalah enzim yang paling banyak
terdapat didalam organ hati. Dalam pemeriksaan nya yang diukur adalah tingkat
enzim dalam darah . Hasil normal pada pria adalah 29 - 33 u/L dan pada wanita 19 -
25 u/L.

10. P. Kimia Darah

tes darah yang mengukur tingkat beberapa zat dalam darah (seperti elektrolit). Tes
kimia akan menunjukkan kesehatan umum Anda, membantu melihat masalah-
masalah tertentu, dan mencari tahu apakah pengobatan untuk masalah spesifik yang
sedang Anda alami bekerja dengan baik.

11. Spironolactone

Spironolactone merupakan obat yang digunakan untuk mengobati tekanan darah


tinggi serta gagal jantung . Serta merupakan diuretic hemat kalium ( pil air) yang
mencegah tubuh menyerap terlalu banyak garam dan menjaga kadar kalium terlalu
rendah serta kondisi dimana tubuh membuat terlalu banyak bahan kimia alami
( aldosterone ) . Aldosterone itu sendiri adalah hormin yang diproduksi oleh kelenjar
adrenalin untuk membantu mengatur keseimbangan air dan garam didalam tubuh .
Obat ini dapat menghilangkan kelebihan cairan dari tubuh pada penyakit gagal
jantung , sirosis hati serta penyakit ginjal.

STEP 2:

1. Bagaimanakah dasar penatalaksanaan pasien CHF secara nonfarmakologis?


(Sipa)
2. Apakah akan ada komplikasi pd penyakit CHF jika bertambah parah?
( Vinola)
3. Jika pada kasus klien disebutkan CHF, apakah hubungan CHF dengan
abdomen membesar? (Nasril)
4. Apa yang menyebabkan dilatasi pada seluruh ruang jantung ? (okti)
5. Pada pemeriksaan fisik pasien didapatkan bunyi jantung tambahan (mur-mur)
pada pasien. Apa sajakah penyebab dari munculnya bunyi tersebut dan apa
faktor risikonya? (Indah)
6. Sebutkan pertolongan pertama yang dapat dilakukan pada pasien CHF??
(Kiki)
7. Kenapa pasien CHF mengalami gejala sesak nafas ?
8. Klien mengeluh nyeri pada bagian perut diulu hati dan menjalar ke bagian
dada dengan skala nyeri 5. Mengapa bisa terjadi dan tindakan apa yang dapat
dilakukan untuk menurunkan skala nyeri tersebut? (zizi)
9. Bagaimana proses awal terjadinya gagal jantung kongestif (CHF) itu bisa
menyerang seseorang? (Helni)
10. Apa yang akan terjadi bila gagal jantung tidak ditangani dg baik? (Tasya)
STEP 3:

1. Bagaimanakah dasar penatalaksanaan pasien CHF secara nonfarmakologis?


JAWAB
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan secara terapi nonfarmakologis adalah :
a) Diet
Pasien gagal jantung dengan diabetes, dislipidemia atau obesitas harus diberi
diet yang sesuai untuk menurunkan gula darah, lipid darah, dan berat badannya.
Asupan NaCl harus dibatasi menjadi 2-3 g Na/hari, atau < 2 g/hari untuk gagal
jantung sedang sampai berat. Restriksi cairan menjadi 1,5-2 L/hari hanya untuk
gagal jantung berat.
b) Merokok : Harus dihentikan.
c) Aktivitas fisik
Olah raga yang teratur seperti berjalan atau bersepeda dianjurkan untuk pasien
gagal jantung yang stabil (NYHA kelas II-III) dengan intensitas yang nyaman
bagi pasien.
d) Istirahat : Dianjurkan untuk gagal jantung akut atau tidak stabil.
e) Bepergian: Hindari tempat-tempat tinggi dan tempat-tempat yang sangat
panas atau lembab

2. Apakah akan ada komplikasi pd penyakit CHF jika bertambah parah?


JAWAB:
Efek samping atau komplikasi dari gagal jantung kongestif :
a) Tromboemboli adalah resiko terjadinya bekuan vena (thrombosis vena
dalam atau deep venous thrombosis dan emboli paru atau EP) dan emboli
sistemik tinggi, terutama pada CHF berat .
b) Komplikasi fibrilasi atrium sering terjadi pada CHF yang bisa
menyebabkan perburukan dramatis . Hal tersebut merupakan indikasi
pemantauan denyut jantung . Fibrilasisi atrium itu sendiri merupakan
gangguan jantung yang ditandai dengan denyut jantung tidak biasa dan
sering kali cepat .
c) Kegagalan pompa progresif bisa terjadi karena penggunaan diuretic
dengan dosis yang di tinggikan
d) Aritmia ventrikel sering dijumpai bisa menyebabkan sinkop ( pinsan )
dan sudden cardiac death ( henti jantung) ( 25-50 persen kematian CHF ) .
Aritmia ventrikel itu sendiri merupakan suatu kondisi yang disebabkan
oleh adanya gangguan listrik otot jantung ( ventrikel ) sehingga aliran
darah kejantung jadi berhenti .

3. Jika pada kasus klien disebutkan CHF, apakah hubungan CHF dengan
abdomen membesar?
JAWAB:
Pada penderita gagal jantung kongestive sebelah kiri, ruang ventrikel atau
bilik kiri dari jantung tidak berfungsi dengan baik. Bagian ini seharusnya
mengalirkan darah yang keseluruh tubuh melalui aorta, kemudian diteruskan ke
pembuluh darah arteri. Karena fungsi bilik kiri tidak berjalan dengan baik, maka
terjadilah peningkatan tekanan pada serambi kiri dan pembuluh dara disekitarnya.
Kondisi ini menciptakan penumpukan cairan di paru-paru (edema paru).
Selanjutnya, pembentukan cairan juga dapat terbentuk di rongga perut dan kaki.
Kurangnya aliran darah ini kemudian mengganggu fungsi ginjal, sehingga tubuh
menimbun air dan garam lebih banyak dari yang dibutuhkan, singkatnya kenapa
terjadi pembengkakan pada abdomen adalah karena terganggunya fungsi ginjal
sehingga kadar air dalam abdomen meningkat.

4. Apa yang menyebabkan dilatasi pada seluruh ruang jantung ?


JAWAB:
Dapat disebabkan oleh faktor genetik dari anggota keluarga dan kondisi penyakit
lain yang mengganggu kinerja jantung seperti hipertensi kronis, tekanan darah
tinggi yang sudah berlangsung lama, obesitas, diabetes, penyakit jantung koroner,
dan infeksi pada jantung.

5. Pada pemeriksaan fisik pasien didapatkan bunyi jantung tambahan (mur-mur)


pada pasien. Apa sajakah penyebab dari munculnya bunyi tersebut dan apa
faktor risikonya?
JAWAB:
Bunyi mur-mur jantung merupakan kondisi di mana terdapat suara tambahan
yang muncul ketika aliran darah bergerak melalui jantung atau pembuluh darah di
sekitar jantung yang tidak normal atau mengalami turbulensi. Bunyi mur-mur
jantung ini dapat disebabkan oleh pembukaan katup jantung yang mengakibatkan
darah dipaksa untuk melewati bukaan yang sempit (stetonic) maupun disebabkan
oleh kebocoran septum yang memisahkan jantung bagian kiri dan kanan sehingga
darah mengalir dari ventrikel kiri ke kanan. Bunyi mur-mur ini juga bisa
dikarenakan kelainan katup jantung bawaan dari lahir.
Faktor Risiko :
• Riwayat keluarga yang mengalami cacat jantung
• Kondisi medis tertentu, seperti hipertensi, infeksi pada lapisan jantung,
maupun rematik

6. Sebutkan pertolongan pertama yang dapat dilakukan pada pasien CHF?


JAWAB:
Pertolongan pertama yang dapat dilakukan pada pasien CHF :
a) Langkah utama adalah kurangi aktifitas untuk mengurangi beban kerja
jantung.
b) Baringkan penderita pada posisi menyenderkan punggungnya ke dinding
dengan kaki ditekuk didepan dada dan berikan bantalan pada kepala serta
bahunya.
c) Pertolongan pertama berupa resusitasi jantung paru ( CPR) yang diberikan
bagi penderita dengan kondisi tidak sadar namun jika pasien dalam
kondisi sadar maka dapat melakukan pemberian obat seperti Isosorbid
dinitrat, aspirin atau clopidogrel yang tentunya dengan konsultasi melalui
dokter.
d) Segera panggil bantuan darurat.

7. Kenapa pasien CHF mengalami gejala sesak nafas?


JAWAB:
Karena kekurangan oksigen, penderita gagal jantung akan mengalami sesak
napas, atau batuk-batuk. Selain itu, darah juga kembali ke paru-paru, sehingga
akan terjadi penumpukan cairan di organ tersebut.

8. Klien mengeluh nyeri pada bagian perut diulu hati dan menjalar ke bagian
dada dengan skala nyeri 5. Mengapa bisa terjadi dan tindakan apa yang dapat
dilakukan untuk menurunkan skala nyeri tersebut?
JAWAB:
Diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan adalah nyeri akut behubungan
dengan agen injuri biologis: ketidak seimbangan suplai oksigen ke jantung.
Mekanisme yang terjadi nyeri dada disebabkan ketidakseimbangan suplai oksigen
ke jantung. Saraf simpatis yang berjalan paralel dengan arteri koroner diduga
menjadi jalur sensoris aferen pada angina, dimana saraf ini masuk ke medulla
spinalis pada segmen C8 sampai T4. Impuls nyeri akan dilanjutkan ke ganglia
spinalis menuju ke thalamus dan korteks serebi. Nyeri dada biasanya
dideskripsikan sebagai rasa berat, seperti ditekan, ditindih, atau seperti terbakar.
Intervensi yang dapat dilakukan perawatn yaitu kaji skala nyeri, intensitas, lokasi,
lama penyebarannya, selain itu tindakan keperawatan untuk mengatasi nyeri dada
pada pasien gagal jantung diantaranya pertama mencatat karakteristik nyeri,
intensitas, lamanya, dan penyebaran hal ini untuk mengetahui respon nyeri pasien.
Mengatur posisi fisiologi untuk menambah asupan oksigen ke jaringan yang
mengalami iskemia dapat mcningkat, dikarenakan menurut penelitian mengatur
posisi tidur semi fowler dapat meningkatkan ekspansi paru secara maksimal serta
mengurangi kerusakan gas yang berhubungan dengan membran alveolus. Posisi
semi fowler juga membantu mengurangi sesak nafas, karena dengan kelas
fungsiona pasien sudah mengalami sesak nafas saat berbaring ditempat tidur
karena aliran batik jantung yang cepat. Setelah dilakukan tindakan keperawatan
terbukti bahwa posisi tidur semi fowler membantu menurunkan nyeri.
Menganjurkan pasien untuk beristirahat, memberikan oksigen tambahan dengan
kanul nasal dapat meningkatkan jumlah oksigen yang ada dan untuk pemakaian
miokardium, memberikan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung
rasionalnya untuk menurunkan dengan lingkungan yang tenang nyeri akan
menurun dan pembatasan oksigen akan membantu meningkanya kondisi oksigen
ruangan, mengajarkan teknik relaksasi progresif yang individual dan di harapkan
dapat efektif dan mampu mencapai kenyamanan, ajarkan teknik relaksasi nafas
dalam, dan ajarkan teknik guide imagery. Serta berkolaborasi dengan tim medis
dalam pemberian analgesik sehingga dapat mengurangi dan menghilangkan nyeri.

9. Bagaimana proses awal terjadinya gagal jantung kongestif (CHF) itu bisa
menyerang seseorang?
JAWAB:
Proses Terjadinya Gagal Jantung Kongestif
Jantung memiliki empat ruang yang memiliki tugas masing-masing, yaitu serambi
kanan dan kiri yang berada di bagian atas, serta bilik kanan dan kiri yang ada di
bagian bawah. Berdasarkan letak ruang jantung tersebut, gagal jantung kongestif
bisa dibedakan menjadi tiga tipe, yaitu sebelah kiri, kanan, dan campuran.
•Gagal jantung kongestif sebelah kiri
Pada penderita gagal jantung kongestif sebelah kiri, ruang ventrikel atau bilik kiri
dari jantung tidak berfungsi dengan baik. Bagian ini seharusnya mengalirkan
darah yang ke seluruh tubuh melalui aorta, kemudian diteruskan ke pembuluh
darah arteri.
Karena fungsi bilik kiri tidak berjalan secara optimal, maka terjadilah peningkatan
tekanan pada serambi kiri dan pembuluh darah di sekitarnya. Kondisi ini
menciptakan penumpukan cairan di paru-paru (edema paru). Selanjutnya,
penumpukan cairan juga dapat terbentuk di rongga perut dan kaki. Kurangnya
aliran darah ini kemudian mengganggu fungsi ginjal, sehingga tubuh menimbun
air dan garam lebih banyak dari yang dibutuhkan.
Pada beberapa kasus, penyakit ini bisa juga bukan dikarenakan kegagalan bilik
kiri jantung dalam memompa darah. Ketidakmampuan bilik kiri jantung dalam
melakukan relaksasi juga kadang menjadi penyebabnya. Karena tidak mampu
melakukan relaksasi, maka terjadilah penumpukan darah saat jantung melakukan
tekanan balik untuk mengisi ruang jantung.
•Gagal jantung kongestif sebelah kanan
Terjadi ketika bilik kanan jantung kesulitan memompa darah ke paru-paru.
Akibatnya, darah kembali ke pembuluh darah balik (vena), hingga menyebabkan
penumpukan cairan di perutdan bagian tubuh lain, misalnya kaki.
Gagal jantung kongestif kanan seringkali diawali dari gagal jantung kongestif kiri,
di mana terjadi tekanan berlebih pada paru-paru, sehingga kemampuan sisi kanan
jantung untuk memompa darah ke paru-paru pun jadi ikut terganggu.
•Gagal jantung kongestif campuran
Gagal jantung kongestif kiri dan kanan terjadi secara bersamaan.

10. Apa yang akan terjadi bila gagal jantung tidak ditangani dg baik?
JAWAB:
Fungsi jantung tentu akan semakin memburuk, pompa jantung akan semakin
berkurang dengan gejala dan tanda pembengkakan kaki dan perut yang makin
berat serta keluhan sesak nafas yang dapat dirasakan pada saat istirahat. Selain itu
dapat membuat berat badan semakin menurun, komplikasi ke ginjal dan liver.
Pada beberapa kasus dapat terjadi stroke atau sumbatan ditempat lain seperti kaki
akibat dari terbentuknya gumpalan darah dalam jantung. Gangguan irama jantung
yg berakibat fatal juga dqpat terjadi

STEP 4:
Nyonya P, usia 27 tahun

Masuk RS, 10 agustus 2018

pengkajian

DO:
 Terdengar bunyi
jantung mur-mur DS:
 Abdomen membesar  Nyeri perut
 Nyeri tekan pada ulu  Sesak nafas
hati  Dada terasa panas
 TD: 120/80  Skala nyeri 5
 RR: 28x/ i  Tidak ada penyakit di
 N: 86 x/ i keluarga seperti klien
 T: 36,5˚C
Hasil pemeriksaan diagnostik

Pemeriksaan kimiwi darah:


Pemeriksaan Hematologi:  SGOT: 51 µ/i
 WBC: 9,55 x 109L  SGPT µ/i
Peperiksaan ECHO:
 RBC: 4,25 x 1012/l  Asam urat: 12,4
Dilatasi pada seluruh
 HGB: 11,89/ dl  Kolesterol: 180 bagian jantung.
 HT: 37,7%  Trigliserida: 84
 PLT: 240 x 109l  HDL: 21
 LDL: 192

Terapi UVFD
RL: 20 tpm
Furosemide: 2x1
Omeprazole: 1x1
Sucralfat syr: 3x1 sendok
Spilonolaktobe: 2x25

Diagnosa

CHF (Congestive Heart Failure)


STEP 5
LO:
1. Analisis seriap tanda dan gejala CHF pada kasus perempuan berusia 27 tahun
tersebut dan kenapa hal itu bisa terjadi?
2. Analisis hasil pengkajian dan pemeriksaan diagnostic pada kasus tersebut?
3. Analisis keefektifan penatalaksanaan yang diberikan kepada pasien pada
kasus, serta alas an kenapa diberikan penatalaksanaan seperti itu?
4. Pada penderita CHF bunyi jantung tambahan manakah yang lebih
menandakan CHF, apakah bunyi mur-mur atau bunyi tambahan gelp?
JAWAB:
1. Analisis tanda dan gejala pada kasus:
pemeriksaan fisik:
TD: 120/180 mmhg, RR: 28x/I, N: 86x/I, T: 36.5 C. Tekanan darah yang ada
pada kasus merupakan normal, respirasi klien mengalami sedikit peningkatan,
RR normal adalah 12-20 kali permenit, peningkatan ini dikarenakan abdomen
membesar. N juga normal, suhu tubuh klien juga masih normal.

Setidaknya ada tiga tahapan gejala yang bisa dilihat pada seorang pengidap gagal
jantung kongestif. Yang pertama adalah gejala tahap awal. Pada tahap ini, pasien
mengalami :

 Pembengkakan kaki dan pergelangan kaki.


 Mudah lelah.
 Kenaikan berat badan yang signifikan.
 Makin sering ingin buang air kecil, terutama saat malam hari.

Jika kondisi penderita terus memburuk, muncul beberapa gejala seperti di bawah ini.
 Denyut jantung tidak teratur.
 Paru-paru sesak sehingga menyebabkan batuk.
 Napas berbunyi.
 Sesak napas karena paru-paru dipenuhi cairan.

Selanjutnya, jika penderita mengalami gejala seperti di bawah ini, maka gagal jantung
kongestif bisa dikatakan sudah mencapai kondisi parah.

 Menjalarnya rasa nyeri di dada melalui tubuh bagian atas, kondisi ini bisa juga
menandakan adanya serangan jantung.
 Kulit menjadi kebiru-biruan karena paru-paru mengalami kekurangan
oksigen.
 Tarikan napas yang pendek dan cepat.
 Mengalami pingsan.

Anamnesis Lainnya
Sementara itu, riwayat penambahan berat badan, lingkar perut, cepat kenyang,
dan pembengkakan ekstremitas dan skrotum menggambarkan adanya kongesti
jantung kanan. Kongesti jantung kanan juga dapat menimbulkan gejala berupa
nyeri perut kanan atas yang tidak spesifik akibat kongesti hati.
Tekanan Darah
Pasien dengan perfusi sistemik yang buruk biasanya memiliki tekanan darah
sistolik yang rendah, tekanan nadi yang menyempit, dan pulsasi yang lemah.
Namun, banyak pula ditemukan pasien gagal jantung dengan tekanan sistolik di
bawah 90 mmHg  dan perfusi adekuat. Sementara itu, sebagian pasien lainnya
memiliki curah jantung rendah tapi dapat menunjukkan tekanan darah dalam
rentang normal dengan mengorbankan perfusi perifer.
Analisis kenapa bisa terjadi pada usia 27 tahun
Berikut adalah beberapa penyebab dari gagal jantung:
1. Tekanan darah tinggi (hipertensi)
Tekanan darah tinggi dikenal bisa berakibat fatal pada kesehatan jantung. Tidak
hanya menambah beban pada otot jantung, kondisi yang juga dikenal dengan sebutan
hipertensi ini bisa menyebabkan kerusakan struktural ataupun fungsional pada
seluruh pembuluh darah di dalam tubuh.
2. Usia
Penyakit jantung koroner biasanya menyerang pasien dengan usia di atas 40 tahun.
Walau begitu, bukan berarti anak-anak muda pasti terhindar dari penyakit jantung
koroner.
3. Penyakit otot jantung
Fungsi dan struktur otot jantung yang rusak akibat infeksi, diabetes, atau penyebab
yang tidak diketahui (kardiomiopati), juga bisa menimbulkan gagal jantung.
4. Penyakit listrik jantung (aritmia)
Hati-hati, ternyata irama jantung yang cepat, lambat, atau tidak teratur, bisa
menyebabkan gangguan fungsi jantung. Gagal jantung pun menjadi hal yang juga
bisa terjadi.
5. Penyakit katup jantung
Katup jantung yang berfungsi menjaga aliran darah dengan baik di dalam
jantung, bisa mengalami penyempitan atau kebocoran. Hasilnya, gagal jantung pun
bisa terjadi.
6. Penyakit jantung bawaan (PJB)
Beberapa kelainan jantung bawaan, seperti kebocoran sekat, penyempitan maupun
kelainan katup, dan kelainan pembuluh darah, bisa menyebabkan beban yang terlalu
berat pada jantung.Tidak hanya ketujuh penyebab di atas, gaya hidup yang tidak
sehat, seperti merokok, terlalu banyak mengonsumsi makanan berlemak, kelebihan
berat badan atau obesitas, kurang olahraga, hingga kebanyakan minum alkohol, juga
bisa mengakibatkan gagal jantung.
Claveland Clinic menyebutkan, penyebab utama gejala penyakit jantung pada usia
muda adalah gaya hidup dan diabetes tipe 2. Penyebab lain: obesitas, diet yang buruk,
kurang olahraga, tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, merokok, dan riwayat sakit
keluarga.

2. Pemeriksaan diagnostic:
 Pemeriksaan hematoligi
WBC: 9,55 x 109L, RBC: 4,25 x 1012/ L, HGB: 11,8 g/ dl, HT: 37.7%, PLT: 240
x 109L. kadar leukosit dan eritrositnya juga dalam keadaan normal untuk wanita
yaitu leukosit: 5,0-10,0x109L dan kadar eritrosit normal wanita: 4,0-5,0x 1012/L.
sedangkan HGB normal untuk wanita adalah 12,0-14,0 g/dl, pada kasus HGB
klien sedikit menurun. Hematrokrid pada klien normal, dimana rentang normal
untuk wanita yaitu 40-50%. Dan kadar platelet normal adalah 150.000-400.000
trombosit permikro liter.
 Pemeriksaan kimia darah
SGOT: 51µ/l, SGPT: 129 µ/l, asam urat: 12,4 mg/dl, kolestrol: 180 mg/dl,
terigliserida: 84 mg/dl. HDL: 21 mg/dl, LDL: 142 mg/dl. SGOT dan SGOT terlalau
tinggi itulah yang menyebabkan nyeri pada ulu hati pada penderita CHF. Asam urat
klien tinggi dan kadar trigliserida rendah, kadar normal trigliserida normal adalah120-
190 mg/dl.
 Pemeriksaan echo
pada pemeriksaan echo didapatkan hasil: dilatasi pada seluruh permukaan
jantung.
Pemeriksaaab echo adalah Sebuah metode pemeriksaan dengan menggunakan
gelombang suara berfrekuensi tinggi untuk menangkap gambar struktur organ
jantung. Ekokardiografi biasanya dibantu oleh teknologi Doppler di mana teknologi
ini dapat membantu mengukur kecepatan dan arah aliran darah.

Berikut contoh gambar pemeriksaan echocardiography:

3. Penatalaksanaan pada kasus


Adapun penatalaksanaan yang ada pada kasus sudah cukup baik karena sudah
dilakukan terapi UVFD yaitu dengan memberikan ringer laktat 20 tpm dengan tujuan
untuk memenuhi cairan hidrasi dan elektrolit, pemberian furosemide dengan tujuan
untuk mengeluarkan cairan yang berlebih dalam tubuh melalui urine. Pemberian
omeprazole, sucralfat yang berfungsi untuk mencegah tukak lambung dan ulkus pada
usus 12 jari ataupun duodenum. Nah ulkus pada usus 12 jari ini bisa mengakibatkan
nyeri ulu hati dan itulah sebabnya pasien mengalmi nyeri pada ulu hati. Dan
pemberian spinorolaktone untuk mengobati darah tinggi dan gagal jantung.

Tetapi akan lebih baik penatalaksanaan CHF dilengkapi dengan penatalaksanaan


menurut Mansjoer (2001).
Berikut penatalaksanaan CHF menurut Mansjoer (2001):
1. Tirah baring, Tirah baring mengurangi kerja jantung, meningkatkan tenaga
cadangan jantung dan menurunkan tekanan darah.
2. Diet, Pengaturan diet membuat kerja dan ketegangan otot jantung minimal. Selain
itu pembatasan natrium ditujukan untuk mencegah, mengatur dan mengurangi edema.
3. Oksigen Pemenuhan, oksigen akan mengurangi demand miokard dan membantu
memenuhi oksigen tubuh
4. Terapi Diureti, Diuretik memiliki efek anti hipertensi dengan menigkatkan
pelepasan air dan garam natrium sehingga menyebabkan penurunan volume cairan
dan merendahkan tekanan darah.
5. Digitalis, Digitalis memperlambat frekuensi ventrikel dan meningkatkan kekuatan
kontraksi peningkatan efisiensi jantung. Saat curah jantung meningkat, volume cairan
lebih besar dikirim ke ginjal untuk filtrasi, eksresi dan volume intravaskuler menurun.
6. Inotropik Positif Dobutamin meningkatkan kekuatan kontraksi jantung (efek
inotropik positif) dan meningkatkan denyut jantung (efek kronotropik positif)
7. Sedatif Pemberian sedative bertujuan mengistirahatkan dan memberi relaksasi
pada klien.
8. Pembatasan Aktivitas Fisik dan Istirahat Pembatasan aktivitas fisik dan istirahat
yang ketat merupakan tindakan penanganan gagal jantung.

4. Manakah yang lebih menandakan CHF bunyi mur-mur atau gallop


Adanya bunyi jantung ketiga (S3 gallop) merupakan temuan yang penting sebab hal
tersebut berkaitan dengan peningkatan volume pengisian ventrikel. Selain itu, bunyi
jantung ketiga sangat spesifik dalam memprediksi diagnosis gagal jantung dan
mempunyai nilai prognostik khusus. Pasien gagal jantung dengan distensi vena
jugularis dan S3 gallop berisiko lebih tinggi untuk memerlukan perawatan di RS serta
kematian akibat gagal jantung.

Murmur jantung adalah kondisi di mana terdapat suara tiupan atau desingan
yang muncul ketika aliran darah bergerak melalui jantung atau pembuluh darah di
sekitar jantung tidak normal atau mengalami turbulensi. Murmur bisa terdengar
dengan stetoskop. Denyut jantung normal membuat dua suara seperti “lub-dup”, yang
merupakan suara katup Anda. Sebagian besar murmur jantung tidak berbahaya dan
tidak memerlukan perawatan apa pun. Namun, ada pengecualian, murmur bisa
menjadi gejala dari masalah jantung, misalnya katup jantung yang rusak atau telalu
banyak bekerja. Beberapa orang juga terlahir dengan gangguan katup jantung, dan
yang lainnya menganggap ini sebagai bagian dari penuaan atau masalah jantung
lainnya.

Jadi dapat disimpulkan bahwa bunyi jantung ke3 (gallop) lebih menandakan
seseorang tersebut dinyatakan CHF.

BELAJAR MANDIRI

CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF)/ GAGAL JANTUNG

Defenisi

Gagal jantung didefinisikan sebagai kondisi dimana jantung tidak lagi dapat
memompakan cukup darah ke jaringan tubuh. Keadaan ini dapat timbul dengan atau
tanpa penyakit jantung. Gangguan fungsi jantung dapat berupa gangguan fungsi
diastolik atau sistolik, gangguan irama jantung, atau ketidaksesuaian preload dan
afterload. Keadaan ini dapat menyebabkan kematian pada pasien. Gagal jantung
dapat dibagi menjadi gagal jantung kiri dan gagal jantung kanan. Gagal jantung juga
dapat dibagi menjadi gagal jantung akut, gagal jantung kronis dekompensasi, serta
gagal jantung kronis. Gagal Jantung Akut adalah timbulnya gejala secara mendadak,
biasanya selama bebarapa hari atau beberapa jam. Gagal Jantung kronik adalah
perkembangan gejala selama beberapa bulan sampai bebarapa tahun. Jika penyebab
atau gejala gagal jantung akut tidak reversibel, maka gagal jantung menjadi kronis.

Klasifikasi Gagal Jantung


 Class I (ringan)
Gejala pada pasien: Tidak ada batasan dalam aktivitas fisik. Aktifitas yang
biasa, tidak menimbulkan kelelahan, dada berdebardebar serta dispnea (nafas
pendek).
 Class II (ringan)

Gejala pada pasien: Batasan ringan dalam aktivitas fisik. Aktivitas yang biasa
menimbulkan kelelahan, dada berdebardebar serta dispnea (nafas pendek).

 Class III (sedang)

Gejala pada pasien: Batasan sedang dalam aktivitas fisik. Nyaman kalau
beristirahat. Beraktivitas sedikit saja sudah menimbulkan kelelahan, dada
berdebar-debar serta dyspneu (nafas pendek).

 Class IV (berat)

Gejala pada pasien: Sudah tidak dapat beraktifitas dengan normal lagi tanpa
ketidaknyamanan. Tanda-tanda gangguan pada system kardiovaskular muncul
dengan kuat. Apabila pasien beraktifitas, ketidaknyaman akan langsung
muncul.

Diagnosis:

Diagnosis gagal jantung kongestif didasarkan pada gejala-gejala yang ada dan
penemuan klinis disertai dengan pemeriksaan penunjang antara lain foto toraks, EKG,
ekokardiografi, pemeriksaan laboratorium rutin, dan pemeriksaan biomarker.
Kriteria Framingham Gagal Jantung:

 Mayor

Paroxysmal nocturnal dispnea Distensi vena leher Peningkatan vena jugularis


Ronki Kardiomegali Edema paru akut Gallop bunyi jantung III Refluks
hepatojugular positif Penurunan berat badan >4,5 kg dalam 5 hari terapi.

 Minor

Edema ekstremitas Batuk malam Sesak pada aktivitas Hepatomegali Efusi


pleura Kapasitas vitalberkurang 1/3 dari normal Takikardia (>120 denyut per
menit)

Diagnosis berdasarkan kriteria Framingham, gagal jantung dapat ditegakkan dari


2 kriteria major; atau 1 kriteria major dan 2 kriteria minor.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Menurut Doenges (2000) pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk
menegakkan diagnosa CHF yaitu:

1. Elektro kardiogram (EKG)

Hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpangan aksis, iskemia, disritmia, takikardi,


fibrilasi atrial

2. Scan jantung

Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan pergerakan dinding.

3. Sonogram (echocardiogram, echokardiogram doppler)

Dapat menunjukkan dimensi pembesaran bilik, perubahan dalam fungsi/struktur


katub atau area penurunan kontraktilitas ventricular.

4. Kateterisasi jantung
Tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu membedakan gagal jantung
kanan dan gagal jantung kiri dan stenosis katub atau insufisiensi.

5. Rongent Dada

Dapat menunjukan pembesaran jantung, bayangan mencerminkan dilatasi atau


hipertrofi bilik atau perubahan dalam pembuluh darah abnormal

6. Elektrolit

Mungkin berubah karena perpindahan cairan/penurunan fungsi ginjal, terapi


diuretik

7. Oksimetri Nadi

Saturasi oksigen mungkin rendah terutama jika gagal jantung kongestif akut
menjadi kronis.

8. Analisa Gas Darah (AGD)

Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkalosis respiratori ringan (dini) atau
hipoksemia dengan peningkatan PCO2 (akhir)

9. Pemeriksaan Tiroid

Peningkatan aktivitas tiroid menunjukkan hiperaktivitas tiroid sebagai pre


pencetus gagal jantung kongestif

Etiologi

Menurut Hudak dan Gallo (2000) penyebab kegagalan jantung yaitu:

1. Disritmia, seperti: brakikardi, takikardi dan kontraksi premature yang sering


dapat menurunkan curah jantung.

2. Malfungsi katub dapat menimbulkan kegagalan pompa baik oleh kelebihan


beban tekanan (obstruksi pada pengaliran keluar dari pompa ruang, seperti
stenosis katub aortik atau stenosis pulmonal), atau dengan kelebihan beban
volume yang menunjukkan peningkatan volume darah ke ventrikel kiri.

3. Abnormalitas Otot Jantung: Menyebabkan kegagalan ventrikel meliputi


infark miokard, aneurisma ventrikel, fibrosis miokard luas (biasanya dari
aterosklerosis koroner jantung atau hipertensi lama), fibrosis endokardium,
penyakit miokard primer (kardiomiopati), atau hipertrofi luas karena
hipertensi pulmonal, stenosis aorta atau hipertensi sistemik.

4. Ruptur Miokard: terjadi sebagai awitan dramatik dan sering membahayakan


kegagalan pompa dan dihubungkan dengan mortalitas tinggi. Ini biasa terjadi
selama 8 hari pertama setelah infark.
Menurut Smeltzer (2002) penyebab gagal jantung kongestif yaitu

a. Kelainan otot jantung


b. Aterosklerosis coroner
c. Hipertensi sistemik atau pulmonal (peningkatan afterload)
d. Peradangan dan penyakit miokardium degenerative
e. Penyakit jantung lain

Patofisiologi

Menurut Price (2005) beban pengisian preload dan beban tahanan afterload
pada ventrikel yang mengalami dilatasi dan hipertrofi memungkinkan adanya
peningkatan daya kontraksi jantung yang lebih kuat sehingga curah jantung
meningkat. Pembebanan jantung yang lebih besar meningkatkan simpatis sehingga
kadar katekolamin dalam darah meningkat dan terjadi takikardi dengan tujuan
meningkatkan curah jantung.

Pembebanan jantung yang berlebihan dapat meningkatkan curah jantung menurun,


maka akan terjadi redistribusi cairan dan elektrolit (Na) melalui pengaturan cairan
oleh ginjal dan vasokonstriksi perifer dengan tujuan untuk memperbesar aliran balik
vena ke dalam ventrikel sehingga meningkatkan tekanan akhir diastolik dan
menaikan kembali curah jantung. Dilatasi, hipertrofi, takikardi, dan redistribusi cairan
badan merupakan mekanisme kompensasi untuk mempertahankan curah jantung
dalam memenuhi kebutuhan sirkulasi badan. Bila semua kemampuan makanisme
kompensasi jantung tersebut di atas sudah dipergunakan seluruhnya dan sirkulasi
darah dalam badan belum juga terpenuhi maka terjadilah keadaan gagal jantung.

Sedangkan menurut Smeltzer (2002), gagal jantung kiri atau gagal jantung
ventrikel kiri terjadi karena adanya gangguan pemompaan darah oleh ventrikel kiri
sehingga curah jantung kiri menurun dengan akibat tekanan akhir diastol dalam
ventrikel kiri dan volume akhir diastole dalam ventrikel kiri meningkat. Keadaan ini
merupakan beban atrium kiri dalam kerjanya untuk mengisi ventrikel kiri pada waktu
diastolik, dengan akibat terjadinya kenaikan tekanan rata-rata dalam atrium kiri.
Tekanan dalam atrium kiri yang meninggi ini menyebabkan hambatan aliran
masuknya darah dari vena-vena pulmonal. Bila keadaan ini terus berlanjut maka
bendungan akan terjadi juga dalam paru-paru dengan akibat terjadinya edema paru
dengan segala keluhan dan tanda-tanda akibat adanya tekanan dalam sirkulasi yang
meninggi.

Keadaan yang terakhir ini merupakan hambatan bagi ventrikel kanan yang menjadi
pompa darah untuk sirkuit paru (sirkulasi kecil). Bila beban pada ventrikel kanan itu
terus bertambah, maka akan merangsang ventrikel kanan untuk melakukan
kompensasi dengan mengalami hipertrofi dan dilatasi sampai batas kemampuannya,
dan bila beban tersebut tetap meninggi maka dapat terjadi gagal jantung kanan,
sehingga pada akhirnya terjadi gagal jantung kirikanan.

Gagal jantung kanan dapat pula terjadi karena gangguan atau hambatan pada daya
pompa ventrikel kanan sehingga isi sekuncup ventrikel kanan tanpa didahului oleh
gagal jantung kiri. Dengan menurunnya isi sekuncup ventrikel kanan, tekanan dan
volume akhir diastol ventrikel kanan akan meningkat dan ini menjadi beban atrium
kanan dalam kerjanya mengisi ventrikel kanan pada waktu diastol, dengan akibat
terjadinya kenaikan tekanan dalam atrium kanan. Tekanan dalam atrium kanan yang
meninggi akan menyebabkan hambatan aliran masuknya darah dalam vena kafa
superior dan inferior kedalam jantung sehingga mengakibatkan kenaikan dan adanya
bendungan pada vena-vena sistemik tersebut (bendungan pada vena jugularis yang
meninggi dan hepatomegali). Bila keadaan ini terus berlanjut, maka terjadi
bendungan sistemik yang berat dengan akibat timbulnya edema tumit dan tungkai
bawah dan asites.

Contoh Asuhan Keperawatan:

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN CHF DIRUANG ICU

RSUD LUKMONO HADI KUDUS

Hari / Tanggal : Rabu, 8 Oktober 2014


Pukul               : 07.00 WIB
Ruang              : ICU
A.      Pengkajian
1.         Identitas
a.         Identitas Pasien            
Nama                             : Tn S

Umur                              : 63 tahun-10 bulan

Jenis Kelamin                 : laki-laki


Agama                           : islam

Pendidikan                     : SMP

Pekerjaan                       : swata

Suku/ Bangsa                 : Jawa/Indonesia

Status Perkawinan         : kawin

Alamat                           : Mijen kab. Demak Jawa tengah

Tanggal masuk RS         : 2 oktober 2014, jam 20.00 WIB

No. RM                          : 685900

Diagnosa Medis             : CHF

b.        Identitas Penanggung jawab


Nama                             : Ny S

Umur                              : 23 tahun

Jenis Kelamin                 : perempuan

Agama                           : islam

Pendidikan                     : SMA

Pekerjaan                       : ibu rumah tangga

Alamat                           : Mijen kab. Demak, Jawa tengah

Hubungan dengan pasien : anak

2.         Riwayat Kesehatan
a.         Keluhan Utama
Pasien mengatakan sesak nafas
b.        Riwayat Penyakit Sekarang
pasien mengeluh sesak nafas sejak seminggu yang lalu sebelum masuk rumah
sakit sesak dirasakan terus menerus, membaik jika pasien duduk atau pasien tidur
dengan dua bantal, tidak mual, tidak muntah, dan tidak nafsu makan maka dari itu
pada tanggal 2 oktober 2014 pasien dibawa ke RSUD Lukmono Hadi Kudus untuk
dilakukan pemeriksaan, setelah dilakukan pemeriksaan pasien diharuskan opname di
ICU dan pasien dibawa ke ICU jam 08.00 untuk menjalani perawatan lebih instensif.
c.         Riwayat Penyakit dahulu
pasien mempunyai riwayat penyakit batu ginjal, dan baru ini dirawat di ICU
untuk penyakit yang dikeluhkan.
d.        Riwayat Penyakit Keluarga
anggota keluarga pasien tidak ada yang mengalami atau menderika penyakit
yang sama dengan pasien dan juga keluarga pasien tidak ada yang memiliki penyakit
keturunan seperti DM, Hepatitis, DLL
e.         Riwayat Alergi
Pasien tidak mempunyai riwayat alergi terhadap makanan, obat, maupun udara.
3.         Pengkajian Sekunder
a.         Airways
Pasien mengeluh sesak nafas
b.        Breathing
RR : 37 x / menit, menggunakan oksigen kanul 4 liter / menit
c.         Circulation
TD 177/96 mmHg, N= 106 x/menit
d.        Kesadaran ( Discabelity)
Composmentis GCS E4M6V5
4.         Pengkajian fisik
a.         Pengkajian Fisik
         Keadaan umum        : lemah

         Kesadaran                : Composmentis

         Vital Sign TD          : 177/96 mmHg

HR           : 106 x/menit

S              : 36’ C

RR           : 37 x/menit

SPO2       : 94 %

         GCS                         : E 4 V 6 M 5

b.        Pemerksaan Fisik
           Kepala         : bersih, rambut cepak, rambut bersih, dan kepala tidak ada luka

           Mata            : Simetris kanan kiri, sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis, dan
bersih

           Telinga        : Simetris, tidak ada serumen dan bersih.

           Hidung        : Hidung simetris, tidak ada polip, dan bersih.

           Leher           : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada luka, dan bersih

           Thorax

Jantung

I      : ictus cordis tidak terlihat


P      : ictus cordis teraba di interkasta 4-5

P      : sonor

A     : reguler ( lup.dup )

Paru

I      : Bentuk simetris

P      : tidak ada nyeri tekan

P      : pekak

A     : vesikuler

Abdomen

I      : Simetris

A     : Terdengar bising usus 12x/menit

P      : Tidak ada nyeri tekan

P      : Timpani

           Ekstermitas

Atas : pergerakan baik, tidak ada luka, kekuatan otot baik, tangan kanan terpasang infus Rl
10 Tpm, tidak ada edema

Bawah : pergerakan baik, tidak ada luka, kekuatan otot baik, tidak ada farises, dan tidak ada
edema

           Genetalia

Genetalia bersih dan Terpasang DC

5.         Pola Fungsional
a.         Kebutuhan Pernapasan
pasien tampak sesak RR : 37x/menit, terpasang O2 kanul 4 liter/menit
b.        Kebutuhan Nutrisi
pasien tidak terpasang NGT, makan normal lewat mulut, mampu makan dengan
porsi sedang, dan minum
c.         Pola Eliminasi
paseien BAK terpasang DC 500 cc/ 8 jam, berwarna kuning kemerah-merahan
pasien BAB terpasang pempres, 1x BAB
d.        Kebutuhan Istirahat Tidur
pasien terlihat tidur dengan tenang

e.         Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman


pasien terlihat tidak nyaman karena sesak nafas, dan tidak ada keluarga yang
menunggui
f.         Kebutuhan personal hygiene
Pasien hanya disibin oleh perawat
g.        Kebutuhan Gerak dan Keseimbangan Tubuh
Pola Aktivitas Selama Sakit

0 1 2 3 4
Makan √
Minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilisasi √
Keterangan :
0          = Mandiri
1          = Memerlukan Alat
2          = Memerlukan Bantuan
3          = Memerlukan alat dan bantuan
4          = Tergantung

h.        Kebutuhan spiritual
Pasien tidak melakukan aktifitas spiritual
6.         Terapi dan pemeriksaan laboratorium
a.         Terapi obat
Obat oral Obat injeksi
Aspilef 1x1 tb Levofloxacin 1x1 amp
Captropil 1x1 tb Lasix 1x1 amp
Clopidogrel 3x25 mg Lovenok 2x0,6 mg
SP : 10-100 mg

b.        Hasil pemeriksaan
Tanggal 08 Oktober 2014
HR         : 145 bpm                    AXIS : -162 deg
R-R        : 411 ms                       RVS    : 0.21 mv
P-R         : 61 ms                         SVI     : 0.00 mv
QRS       : 73 ms                         RTS     : 0,21
QT          : 252 ms
QTC       : 393
Tanggal 09 Oktober 2014
HR         : 151 bpm                    AXIS : -23 deg
R-R        : 335 ms                       RVS    : 0.55 mv
P-R         : 110 ms                       SVI     : 0.44 mv
QRS       : 260 ms                       RTS     : 0,33 mv
QT          : 405 ms                       QTC    : 644
c.         Pemeriksaan laborat
8 0ktober 2014
Pemeriksaan Nilai Hasil Nilai Rujukan Satuan
HEMATOLOGI
Hema rutin 5 dift
Hemoglobin 14.8 14.0-18.0 g/dl
Eritrosit 5.22 4.5-5.4 Jt/ul
Hematokrit 49.4 40-52 %
Trombosit 183 150-400 10^3/ul
Lekosit 8.6 4.0-12.0 10^3/ul
Netrofil 64.1 50-70 %
Limfosit 14.3 25-40 %
Monosit 13.2 2-8 %
Eosinofil 7.4 2-4 %
Basofil 0.6 0-1 %
MCH 28.4 27.0-31.0 Pg
MCHC 30.0 33.0-37.0 g/dl
MCV 94.6 79.0-99.0 Fl
RDW 13.2 10.0-15.0 %
MPV 9.7 6.5-11.0 Fl
PDW 10.5 10.0-18.0 Fl

KIMIA KLINIK
Gula darah 87 70-110 Mg/dl
sewaktu
Ureum 42.4 19-44 Mg/dl
Creatinin 1.1 0.6-1.3 Mg/dl
SGOT 51 0-50 u/l
SGPT 40 0-50 u/l

ELEKTROLIT
kalium 4.9 3.6-5.5 Mmol/l
Natrium 136 135-155 Mmol/l
klorida 87 75-108 Mmol/l

B.       Analisis Data
NO Hari, Tanggal/ Data Fokus Problem Etologi
Waktu
1. Rabu, 8 Ds  : Pasien mengeluh Gangguan Perubahan
oktober 2014 sesak napas pertukaran membran kapiler
Do  : Pasien tampak gas alveolus
susah bernafas
RR  : 37 x/menit
2. Rabu, 8 Ds : pasien mengeluh Intoleransi Ketidakseimbangan
oktober 2014 saat beraktivitas terasa Aktivitas antara suplai
dada berdebar-debar oksigen dan
Do : pasien tampak kebutuhan oksigen
mudah kecapean N : adanya jaringan
106X/menit yang nekrotik

C.       DiagnosaKeperawatan CHF
1.      Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler alveolus
2.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen adanya jaringan yang nekrotik

D.      Intervensii
1. Kamis, 16 Setelah dilakukan    Pantau bunyi    Untuk
Oktober tindakan nafas, catat mengetahui
2014 Keperawatan 2x24 adanya mengi, adanya kelainan
jam diharapkan napas krekles bunyi nafas atau
kembali efektif tidak, dan untuk
KH     : mencari tahu ada
         Pasien dapat sumbatan sekret
mendemonstrasikan    Ajarkan atau tidak
ventilasi dan untuk batuk    Untuk
oksigenasi yang efektif dan mengeluarkan
adekuat pada jaringan nafas dalam sekret jika ada,
yang ditunjukkan dengan teknik
oleh oksimetri dalam yang baik, dan
rentang normal dan menjaga
bebas gejala distress kenyamanan
pernafasan dengan nafas
         Berpartisipasi dalam   Berikan posisi dalam
program pengobatan semi fowler    Untuk membuka
dalam batas untuk jalan nafas dan
kemampuan membuka tidak terasa berat
         RR: 16-24x/menit jalan nafas saat bernafas
  Kolab dengan
medis untuk    Proses
pemberian O2 penyembuhan

2.
Setelah dilakukan    Pantau TTV   Mengetahui
E.       Implementasi dan evaluasi keperawatan
Hari/ N Jam Implementasi Evaluasi TDD
tanggal o
dx
Rabu, I 07.00
         Memantau bunyi nafas , S : pasien mengatakan
8/09/14 apakah adan mengi atau masih sesak nafas
sumbatan sekret ( untuk O : tampak masih sesak
mengetahui adanya nafas, RR : 37 x/
kelainan bunyi nafas atau menit
tidak, dan sumbatan sekretA : masalah belum
atau tidak teratasi
S: P : lanjutkan intervensi
O: -       Pemberian oksigen
         Mengajarkan pasien -       Pantau jalan nafas
II 07.30 untuk batuk efektif dan
nafas dalam
( untuk mengeluarkan
sekret jika ada dengan
teknik yang baik, dan
memberi kenyamanan
dengan nafas dalam )
S : pasien bersedia
O : pasien teampak paham
dan mempraktekkannya
         Memberikan posisi semi
fowler pada pasien
I 08.00 ( untuk membuka jalan
nafas dan supaya tidak
berat saat bernafas )
S : pasien mengatakan
bersedia
O : posisi berubah semi
fowler,  pasien tampak
nyaman
         Berkolaborasi dengan tim
medis untuk pemberian
I 08.30 oksigen
( proses penyembuhan )
S : pasien mengatakan
bersedia
O : oksigen terpasang kanul S : pasien mengatakan
4l/menit masih mudah lelah,
         Pemantauan TTV dan dada terasa
TD : 177/96 mmhg berdebar-debar
II 09.00 S : 36 0 C O : pasien tampak
HR : 106 X / menit kelelahan, HR :
RR : 37 x / 106x/menit, masih
Rabu, Menit susah bergerak walau
8/09/14 SPO2 : 94 % sudah diajari
S: pergerakan ringan
O: A : masalah belum
         Pantau nadi saat pasien teratasi
beraktivitas atau saat P : lanjutkan intervensi
II 09.30 berganti posisi dari semi -       Obs TTV
fowler ke sim -       Pemberian obat
( untuk mengetahui kerja -       Melatih aktivitas
jantung saat beraktivitas
dengan memantau nadi )
S : pasien bersedia untuk
diperiksa
O: N : 106x/menit , tampak
kelelahan
         Ajarkan untuk posisi atau
melatih beraktivitas ringan
pada pasien seperti sim
II 10.00 kanan, kiri
( menghindari intergritas
kulit, dan juga
memperlancar peredaran
oksigen keseluruh tubuh )
S : pasien mengatakan
bersedia
O : pasien sudah
mempraktekkan
         Kolaborasi dengan tim
medis untuk pemberian
obat
Aspilek 1x1 tb
        

Captropil 1x1 tb
        

II 10.15         ISDN 3x5 mg


Clopidogrel 3x25 mg
        

Levofloxacin 1x1 amp


        

Lasix 2x1 amp


        

Levenok 2x0,6
        

S : pasien bersedia
O : obat masuk tanpa ada
tanda2 alergi

         Pantau jalan nafas apakahS : pasien mengatakan


ada sekret yang masih sesak nafas
menyumbat atau tidak O : pasien terlihat masih
S : pasien menagtakan sesak nafas, RR :
bersedia 19x/menit
O : terdengar tidak ada sekret A : masalah teratasi
dijalan nafas sebagian RR :
Kamis, I 14.30 ( auskultasi ) 37x/menit turun ke
9/09/14          Anjurkan pasien untuk 19x/menit
batuk efektif untuk P : lanjutkan intervensi
mengeluarkan sekret jika 1,2,3,4
ada
S : pasien mengatakan
bersedia
O : pasien masih mengingat
I 15.00 bagaimana cara batuk
efektif
         Tetap memberikan posisi
semi fowler untuk
membuka jalan nafas dan
kenyamanan
S : pasien mengatakan
bersedia
O: posisi masih semi fowler
         Tetap kolaborasi dengan
I 15.30 tim medis untuk
pemberian oksigen
S : keluarga bersedia
O : oksigen masih terpasang
dengan dosis 4liter/menit
         Pemantauan TTV
TD : 184/110 mmhg
S : 36 0 C S : pasien
I 16.00HR : 90 X / menit mengatakan sudah
RR : 19 x /menit terasa nyaman saat
SPO2 : 94 % beraktivitas
S: O : pasien terlihat
O: mampu beraktivitas,
         Pantau nadi saat pasien HR : 90 x/menit
beraktivitas A : masalah teratasi
Kamis, II 16.30S : pasien mengatakan sebagian
9/09/14 bersedia P : lanjutkan intervensi
O : nadi membaik saat -       Pantau TTV
beraktivitas dari rabu : -       Kolab pemberian
106x/menit kini menjadi obat
90x/menit -       Melatih beraktivitas
         Anjurkan pasien tetap
melatih beraktivitas ringan
II 17.00 dengan merubah posisi
S : pasien bersedia
O : terlihat pasien sudah bisa
         Berkolaborasi dengan tim
medis untuk pemberian
obat
Captrofil 1x1 tab
        

II 18.00

II 18.15
Daftar pustaka

Asuhan Keperawatan Pada Tn.J Dengan Congestive Heart Failure (CHF) di Ruang
Intensive Cardio Vascular Care Unit (ICVCU) Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta

Journal 1Pradila Desti Sari, 1Ade Yonata, 2Haryadi, 2Bobby Swadharma 1Fakultas
Kedokteran, Universitas Lampung 2Bagian Penyakit Dalam, Rumah Sakit Abdoel
Moeloek Lampung Pradila Desty Sari, S. Ked., alamat Jl. Kenanga no 32 Rawa Laut
Bandar Lampung, HP 08996404785, e-mail pradilad@yahoo.co.id

Carpenitto, Lynda Juall. 2007. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, edisi
10. Jakarta: EGC
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/ebiomedik/article/view/9625
GAMBARAN AKTIVITAS LISTRIK JANTUNG PASIEN RAWAT INAP
DENGAN CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) DI IRINA F-JANTUNG
RSUP PROF DR. R. D. KANDOU MANADO
I Made S. K. Raka, Vennetia R. Danes, Wenny Supit

http://repository.ump.ac.id/1447/2/TVI%20OMAN%20DWI%20CAYO%20BAB
%20I.pdf

http://repository.unissula.ac.id/6011/9/COVER_1.pdf

Anda mungkin juga menyukai