DISUSUN OLEH :
Seorang perempuan berusia 27 tahun masuk rumah sakit pada tanggal 10 Agustus
2018 dengan keluhan nyeri perut pada ulu hati menjalar ke dada dan sesak nafas.
Pada saat dilakukan pengkajian pasien mengeluh sesak pada saat melkukan aktifitas,
klien mengeluh nyeri pada bagian perut ulu hati dan menjalar kebagian dada, klien
mengatakan dadanya terasa panas, skla nyeri 5, nyeri dirasakan terus-menerus, pada
pemeriksaan fisik didapatkan bunyi jantung tambahan (mur-mur) pada abdomen
terlihat membesar dan nyeri tekan pada ulu hati. TD: 120/180 mmhg, RR: 28x/I, N:
86x/I, T: 36.5 C. Dikeluarga tidak ada yang menderita penyakit seperti klien. Pada
pemeriksaan Diagnostik hasil pemeriksaan Hematologi didapatkan WBC: 9,55 x
109L, RBC: 4,25 x 1012/ L, HGB: 11,8 g/ dl, HT: 37.7%, PLT: 240 x 109L, dan hasil
pemeriksaan kimia darah didapatkan SGOT: 51µ/l, SGPT: 129 µ/l, asam urat: 12,4
mg/dl, kolestrol: 180 mg/dl, terigliserida: 84 mg/dl. HDL: 21 mg/dl, LDL: 142 mg/dl,
pada pemeriksaan echo didapatkan hasil: dilatasi pada seluruh permukaan jantung.
Klien diberikan terapi UVFD: RL 20 tpm, furosemide 2x1, omeprazole 1x1, sucralfat
syr 3x1 sendok, dan spinorolactone 2 x 25 mg, kesimpulan akhir klien didiagnosa
CHF (congestive Heart Failue).
STEP 1:
1. Furosemide (okti)
2. Terapi uvfd (nasril)
3. Pemeriksaan hematologi (kiki)
4. Pemeriksaan Echo (helni)
5. Trigliserida (sipa)
6. Omeprazole (sri)
7. LDL (indah)
8. Sucralfat ( esa)
9. SGPT (zizi)
10. Pemeriksaan Kimia Darah (Vinola)
11. Spironolactone (tasya)
Jawban step 1:
1. Furosemide
2. Terapi uvfd
Terapi IVFD adalah terapi dengan cara memasukan cairan atau obat langsung
kedalam pembuluh darah vena dalam jumlah banyak dan dalam waktu tertentu
dengan menggunakan infus set.
3. Pemeriksaan hematologi
4. Pemeriksaan Echo
5. Trigliserida
6. Omeprazole
Omeprazole adalah obat untuk mengatasi gangguan lambung seperti penyakit asam
lambung. obat ini dapat mengurangi produksi asam pada lambung.
7. LDL
LDL adalah singkatan dari Low Dencity Lipoprotein) yang merupakan kolesterol
jahat yang dapat menyebabkan stroke dan serangan jantung apabila tidak terkendali
dengan baik.
8. Sucralfat
Obat yang digunakan utk mengobati dan mencegah tukak lambung dan ulkus
duodenum, obat ini juga dapat digunakan untuk mengobati peradangan pada lambung
dan mencegah pendarahan saluran cerna, tukak lambung adalah luka pada lambung
yg menyebabkan keluhan maag, ulkus duodemun adalah luka yg timbul di usus 12
jari, yaitu bagian awal dari usus halus, luka di usus 12 jari ini dapat menyebabkan
nyeri ulu hati hingga muntah darah.
9. SGPT
SGPT ( Serum Glutamic Pyruvic Transaminase ) adalah enzim yang paling banyak
terdapat didalam organ hati. Dalam pemeriksaan nya yang diukur adalah tingkat
enzim dalam darah . Hasil normal pada pria adalah 29 - 33 u/L dan pada wanita 19 -
25 u/L.
tes darah yang mengukur tingkat beberapa zat dalam darah (seperti elektrolit). Tes
kimia akan menunjukkan kesehatan umum Anda, membantu melihat masalah-
masalah tertentu, dan mencari tahu apakah pengobatan untuk masalah spesifik yang
sedang Anda alami bekerja dengan baik.
11. Spironolactone
STEP 2:
3. Jika pada kasus klien disebutkan CHF, apakah hubungan CHF dengan
abdomen membesar?
JAWAB:
Pada penderita gagal jantung kongestive sebelah kiri, ruang ventrikel atau
bilik kiri dari jantung tidak berfungsi dengan baik. Bagian ini seharusnya
mengalirkan darah yang keseluruh tubuh melalui aorta, kemudian diteruskan ke
pembuluh darah arteri. Karena fungsi bilik kiri tidak berjalan dengan baik, maka
terjadilah peningkatan tekanan pada serambi kiri dan pembuluh dara disekitarnya.
Kondisi ini menciptakan penumpukan cairan di paru-paru (edema paru).
Selanjutnya, pembentukan cairan juga dapat terbentuk di rongga perut dan kaki.
Kurangnya aliran darah ini kemudian mengganggu fungsi ginjal, sehingga tubuh
menimbun air dan garam lebih banyak dari yang dibutuhkan, singkatnya kenapa
terjadi pembengkakan pada abdomen adalah karena terganggunya fungsi ginjal
sehingga kadar air dalam abdomen meningkat.
8. Klien mengeluh nyeri pada bagian perut diulu hati dan menjalar ke bagian
dada dengan skala nyeri 5. Mengapa bisa terjadi dan tindakan apa yang dapat
dilakukan untuk menurunkan skala nyeri tersebut?
JAWAB:
Diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan adalah nyeri akut behubungan
dengan agen injuri biologis: ketidak seimbangan suplai oksigen ke jantung.
Mekanisme yang terjadi nyeri dada disebabkan ketidakseimbangan suplai oksigen
ke jantung. Saraf simpatis yang berjalan paralel dengan arteri koroner diduga
menjadi jalur sensoris aferen pada angina, dimana saraf ini masuk ke medulla
spinalis pada segmen C8 sampai T4. Impuls nyeri akan dilanjutkan ke ganglia
spinalis menuju ke thalamus dan korteks serebi. Nyeri dada biasanya
dideskripsikan sebagai rasa berat, seperti ditekan, ditindih, atau seperti terbakar.
Intervensi yang dapat dilakukan perawatn yaitu kaji skala nyeri, intensitas, lokasi,
lama penyebarannya, selain itu tindakan keperawatan untuk mengatasi nyeri dada
pada pasien gagal jantung diantaranya pertama mencatat karakteristik nyeri,
intensitas, lamanya, dan penyebaran hal ini untuk mengetahui respon nyeri pasien.
Mengatur posisi fisiologi untuk menambah asupan oksigen ke jaringan yang
mengalami iskemia dapat mcningkat, dikarenakan menurut penelitian mengatur
posisi tidur semi fowler dapat meningkatkan ekspansi paru secara maksimal serta
mengurangi kerusakan gas yang berhubungan dengan membran alveolus. Posisi
semi fowler juga membantu mengurangi sesak nafas, karena dengan kelas
fungsiona pasien sudah mengalami sesak nafas saat berbaring ditempat tidur
karena aliran batik jantung yang cepat. Setelah dilakukan tindakan keperawatan
terbukti bahwa posisi tidur semi fowler membantu menurunkan nyeri.
Menganjurkan pasien untuk beristirahat, memberikan oksigen tambahan dengan
kanul nasal dapat meningkatkan jumlah oksigen yang ada dan untuk pemakaian
miokardium, memberikan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung
rasionalnya untuk menurunkan dengan lingkungan yang tenang nyeri akan
menurun dan pembatasan oksigen akan membantu meningkanya kondisi oksigen
ruangan, mengajarkan teknik relaksasi progresif yang individual dan di harapkan
dapat efektif dan mampu mencapai kenyamanan, ajarkan teknik relaksasi nafas
dalam, dan ajarkan teknik guide imagery. Serta berkolaborasi dengan tim medis
dalam pemberian analgesik sehingga dapat mengurangi dan menghilangkan nyeri.
9. Bagaimana proses awal terjadinya gagal jantung kongestif (CHF) itu bisa
menyerang seseorang?
JAWAB:
Proses Terjadinya Gagal Jantung Kongestif
Jantung memiliki empat ruang yang memiliki tugas masing-masing, yaitu serambi
kanan dan kiri yang berada di bagian atas, serta bilik kanan dan kiri yang ada di
bagian bawah. Berdasarkan letak ruang jantung tersebut, gagal jantung kongestif
bisa dibedakan menjadi tiga tipe, yaitu sebelah kiri, kanan, dan campuran.
•Gagal jantung kongestif sebelah kiri
Pada penderita gagal jantung kongestif sebelah kiri, ruang ventrikel atau bilik kiri
dari jantung tidak berfungsi dengan baik. Bagian ini seharusnya mengalirkan
darah yang ke seluruh tubuh melalui aorta, kemudian diteruskan ke pembuluh
darah arteri.
Karena fungsi bilik kiri tidak berjalan secara optimal, maka terjadilah peningkatan
tekanan pada serambi kiri dan pembuluh darah di sekitarnya. Kondisi ini
menciptakan penumpukan cairan di paru-paru (edema paru). Selanjutnya,
penumpukan cairan juga dapat terbentuk di rongga perut dan kaki. Kurangnya
aliran darah ini kemudian mengganggu fungsi ginjal, sehingga tubuh menimbun
air dan garam lebih banyak dari yang dibutuhkan.
Pada beberapa kasus, penyakit ini bisa juga bukan dikarenakan kegagalan bilik
kiri jantung dalam memompa darah. Ketidakmampuan bilik kiri jantung dalam
melakukan relaksasi juga kadang menjadi penyebabnya. Karena tidak mampu
melakukan relaksasi, maka terjadilah penumpukan darah saat jantung melakukan
tekanan balik untuk mengisi ruang jantung.
•Gagal jantung kongestif sebelah kanan
Terjadi ketika bilik kanan jantung kesulitan memompa darah ke paru-paru.
Akibatnya, darah kembali ke pembuluh darah balik (vena), hingga menyebabkan
penumpukan cairan di perutdan bagian tubuh lain, misalnya kaki.
Gagal jantung kongestif kanan seringkali diawali dari gagal jantung kongestif kiri,
di mana terjadi tekanan berlebih pada paru-paru, sehingga kemampuan sisi kanan
jantung untuk memompa darah ke paru-paru pun jadi ikut terganggu.
•Gagal jantung kongestif campuran
Gagal jantung kongestif kiri dan kanan terjadi secara bersamaan.
10. Apa yang akan terjadi bila gagal jantung tidak ditangani dg baik?
JAWAB:
Fungsi jantung tentu akan semakin memburuk, pompa jantung akan semakin
berkurang dengan gejala dan tanda pembengkakan kaki dan perut yang makin
berat serta keluhan sesak nafas yang dapat dirasakan pada saat istirahat. Selain itu
dapat membuat berat badan semakin menurun, komplikasi ke ginjal dan liver.
Pada beberapa kasus dapat terjadi stroke atau sumbatan ditempat lain seperti kaki
akibat dari terbentuknya gumpalan darah dalam jantung. Gangguan irama jantung
yg berakibat fatal juga dqpat terjadi
STEP 4:
Nyonya P, usia 27 tahun
pengkajian
DO:
Terdengar bunyi
jantung mur-mur DS:
Abdomen membesar Nyeri perut
Nyeri tekan pada ulu Sesak nafas
hati Dada terasa panas
TD: 120/80 Skala nyeri 5
RR: 28x/ i Tidak ada penyakit di
N: 86 x/ i keluarga seperti klien
T: 36,5˚C
Hasil pemeriksaan diagnostik
Terapi UVFD
RL: 20 tpm
Furosemide: 2x1
Omeprazole: 1x1
Sucralfat syr: 3x1 sendok
Spilonolaktobe: 2x25
Diagnosa
Setidaknya ada tiga tahapan gejala yang bisa dilihat pada seorang pengidap gagal
jantung kongestif. Yang pertama adalah gejala tahap awal. Pada tahap ini, pasien
mengalami :
Jika kondisi penderita terus memburuk, muncul beberapa gejala seperti di bawah ini.
Denyut jantung tidak teratur.
Paru-paru sesak sehingga menyebabkan batuk.
Napas berbunyi.
Sesak napas karena paru-paru dipenuhi cairan.
Selanjutnya, jika penderita mengalami gejala seperti di bawah ini, maka gagal jantung
kongestif bisa dikatakan sudah mencapai kondisi parah.
Menjalarnya rasa nyeri di dada melalui tubuh bagian atas, kondisi ini bisa juga
menandakan adanya serangan jantung.
Kulit menjadi kebiru-biruan karena paru-paru mengalami kekurangan
oksigen.
Tarikan napas yang pendek dan cepat.
Mengalami pingsan.
Anamnesis Lainnya
Sementara itu, riwayat penambahan berat badan, lingkar perut, cepat kenyang,
dan pembengkakan ekstremitas dan skrotum menggambarkan adanya kongesti
jantung kanan. Kongesti jantung kanan juga dapat menimbulkan gejala berupa
nyeri perut kanan atas yang tidak spesifik akibat kongesti hati.
Tekanan Darah
Pasien dengan perfusi sistemik yang buruk biasanya memiliki tekanan darah
sistolik yang rendah, tekanan nadi yang menyempit, dan pulsasi yang lemah.
Namun, banyak pula ditemukan pasien gagal jantung dengan tekanan sistolik di
bawah 90 mmHg dan perfusi adekuat. Sementara itu, sebagian pasien lainnya
memiliki curah jantung rendah tapi dapat menunjukkan tekanan darah dalam
rentang normal dengan mengorbankan perfusi perifer.
Analisis kenapa bisa terjadi pada usia 27 tahun
Berikut adalah beberapa penyebab dari gagal jantung:
1. Tekanan darah tinggi (hipertensi)
Tekanan darah tinggi dikenal bisa berakibat fatal pada kesehatan jantung. Tidak
hanya menambah beban pada otot jantung, kondisi yang juga dikenal dengan sebutan
hipertensi ini bisa menyebabkan kerusakan struktural ataupun fungsional pada
seluruh pembuluh darah di dalam tubuh.
2. Usia
Penyakit jantung koroner biasanya menyerang pasien dengan usia di atas 40 tahun.
Walau begitu, bukan berarti anak-anak muda pasti terhindar dari penyakit jantung
koroner.
3. Penyakit otot jantung
Fungsi dan struktur otot jantung yang rusak akibat infeksi, diabetes, atau penyebab
yang tidak diketahui (kardiomiopati), juga bisa menimbulkan gagal jantung.
4. Penyakit listrik jantung (aritmia)
Hati-hati, ternyata irama jantung yang cepat, lambat, atau tidak teratur, bisa
menyebabkan gangguan fungsi jantung. Gagal jantung pun menjadi hal yang juga
bisa terjadi.
5. Penyakit katup jantung
Katup jantung yang berfungsi menjaga aliran darah dengan baik di dalam
jantung, bisa mengalami penyempitan atau kebocoran. Hasilnya, gagal jantung pun
bisa terjadi.
6. Penyakit jantung bawaan (PJB)
Beberapa kelainan jantung bawaan, seperti kebocoran sekat, penyempitan maupun
kelainan katup, dan kelainan pembuluh darah, bisa menyebabkan beban yang terlalu
berat pada jantung.Tidak hanya ketujuh penyebab di atas, gaya hidup yang tidak
sehat, seperti merokok, terlalu banyak mengonsumsi makanan berlemak, kelebihan
berat badan atau obesitas, kurang olahraga, hingga kebanyakan minum alkohol, juga
bisa mengakibatkan gagal jantung.
Claveland Clinic menyebutkan, penyebab utama gejala penyakit jantung pada usia
muda adalah gaya hidup dan diabetes tipe 2. Penyebab lain: obesitas, diet yang buruk,
kurang olahraga, tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, merokok, dan riwayat sakit
keluarga.
2. Pemeriksaan diagnostic:
Pemeriksaan hematoligi
WBC: 9,55 x 109L, RBC: 4,25 x 1012/ L, HGB: 11,8 g/ dl, HT: 37.7%, PLT: 240
x 109L. kadar leukosit dan eritrositnya juga dalam keadaan normal untuk wanita
yaitu leukosit: 5,0-10,0x109L dan kadar eritrosit normal wanita: 4,0-5,0x 1012/L.
sedangkan HGB normal untuk wanita adalah 12,0-14,0 g/dl, pada kasus HGB
klien sedikit menurun. Hematrokrid pada klien normal, dimana rentang normal
untuk wanita yaitu 40-50%. Dan kadar platelet normal adalah 150.000-400.000
trombosit permikro liter.
Pemeriksaan kimia darah
SGOT: 51µ/l, SGPT: 129 µ/l, asam urat: 12,4 mg/dl, kolestrol: 180 mg/dl,
terigliserida: 84 mg/dl. HDL: 21 mg/dl, LDL: 142 mg/dl. SGOT dan SGOT terlalau
tinggi itulah yang menyebabkan nyeri pada ulu hati pada penderita CHF. Asam urat
klien tinggi dan kadar trigliserida rendah, kadar normal trigliserida normal adalah120-
190 mg/dl.
Pemeriksaan echo
pada pemeriksaan echo didapatkan hasil: dilatasi pada seluruh permukaan
jantung.
Pemeriksaaab echo adalah Sebuah metode pemeriksaan dengan menggunakan
gelombang suara berfrekuensi tinggi untuk menangkap gambar struktur organ
jantung. Ekokardiografi biasanya dibantu oleh teknologi Doppler di mana teknologi
ini dapat membantu mengukur kecepatan dan arah aliran darah.
Murmur jantung adalah kondisi di mana terdapat suara tiupan atau desingan
yang muncul ketika aliran darah bergerak melalui jantung atau pembuluh darah di
sekitar jantung tidak normal atau mengalami turbulensi. Murmur bisa terdengar
dengan stetoskop. Denyut jantung normal membuat dua suara seperti “lub-dup”, yang
merupakan suara katup Anda. Sebagian besar murmur jantung tidak berbahaya dan
tidak memerlukan perawatan apa pun. Namun, ada pengecualian, murmur bisa
menjadi gejala dari masalah jantung, misalnya katup jantung yang rusak atau telalu
banyak bekerja. Beberapa orang juga terlahir dengan gangguan katup jantung, dan
yang lainnya menganggap ini sebagai bagian dari penuaan atau masalah jantung
lainnya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa bunyi jantung ke3 (gallop) lebih menandakan
seseorang tersebut dinyatakan CHF.
BELAJAR MANDIRI
Defenisi
Gagal jantung didefinisikan sebagai kondisi dimana jantung tidak lagi dapat
memompakan cukup darah ke jaringan tubuh. Keadaan ini dapat timbul dengan atau
tanpa penyakit jantung. Gangguan fungsi jantung dapat berupa gangguan fungsi
diastolik atau sistolik, gangguan irama jantung, atau ketidaksesuaian preload dan
afterload. Keadaan ini dapat menyebabkan kematian pada pasien. Gagal jantung
dapat dibagi menjadi gagal jantung kiri dan gagal jantung kanan. Gagal jantung juga
dapat dibagi menjadi gagal jantung akut, gagal jantung kronis dekompensasi, serta
gagal jantung kronis. Gagal Jantung Akut adalah timbulnya gejala secara mendadak,
biasanya selama bebarapa hari atau beberapa jam. Gagal Jantung kronik adalah
perkembangan gejala selama beberapa bulan sampai bebarapa tahun. Jika penyebab
atau gejala gagal jantung akut tidak reversibel, maka gagal jantung menjadi kronis.
Gejala pada pasien: Batasan ringan dalam aktivitas fisik. Aktivitas yang biasa
menimbulkan kelelahan, dada berdebardebar serta dispnea (nafas pendek).
Gejala pada pasien: Batasan sedang dalam aktivitas fisik. Nyaman kalau
beristirahat. Beraktivitas sedikit saja sudah menimbulkan kelelahan, dada
berdebar-debar serta dyspneu (nafas pendek).
Class IV (berat)
Gejala pada pasien: Sudah tidak dapat beraktifitas dengan normal lagi tanpa
ketidaknyamanan. Tanda-tanda gangguan pada system kardiovaskular muncul
dengan kuat. Apabila pasien beraktifitas, ketidaknyaman akan langsung
muncul.
Diagnosis:
Diagnosis gagal jantung kongestif didasarkan pada gejala-gejala yang ada dan
penemuan klinis disertai dengan pemeriksaan penunjang antara lain foto toraks, EKG,
ekokardiografi, pemeriksaan laboratorium rutin, dan pemeriksaan biomarker.
Kriteria Framingham Gagal Jantung:
Mayor
Minor
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Menurut Doenges (2000) pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk
menegakkan diagnosa CHF yaitu:
2. Scan jantung
4. Kateterisasi jantung
Tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu membedakan gagal jantung
kanan dan gagal jantung kiri dan stenosis katub atau insufisiensi.
5. Rongent Dada
6. Elektrolit
7. Oksimetri Nadi
Saturasi oksigen mungkin rendah terutama jika gagal jantung kongestif akut
menjadi kronis.
Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkalosis respiratori ringan (dini) atau
hipoksemia dengan peningkatan PCO2 (akhir)
9. Pemeriksaan Tiroid
Etiologi
Patofisiologi
Menurut Price (2005) beban pengisian preload dan beban tahanan afterload
pada ventrikel yang mengalami dilatasi dan hipertrofi memungkinkan adanya
peningkatan daya kontraksi jantung yang lebih kuat sehingga curah jantung
meningkat. Pembebanan jantung yang lebih besar meningkatkan simpatis sehingga
kadar katekolamin dalam darah meningkat dan terjadi takikardi dengan tujuan
meningkatkan curah jantung.
Sedangkan menurut Smeltzer (2002), gagal jantung kiri atau gagal jantung
ventrikel kiri terjadi karena adanya gangguan pemompaan darah oleh ventrikel kiri
sehingga curah jantung kiri menurun dengan akibat tekanan akhir diastol dalam
ventrikel kiri dan volume akhir diastole dalam ventrikel kiri meningkat. Keadaan ini
merupakan beban atrium kiri dalam kerjanya untuk mengisi ventrikel kiri pada waktu
diastolik, dengan akibat terjadinya kenaikan tekanan rata-rata dalam atrium kiri.
Tekanan dalam atrium kiri yang meninggi ini menyebabkan hambatan aliran
masuknya darah dari vena-vena pulmonal. Bila keadaan ini terus berlanjut maka
bendungan akan terjadi juga dalam paru-paru dengan akibat terjadinya edema paru
dengan segala keluhan dan tanda-tanda akibat adanya tekanan dalam sirkulasi yang
meninggi.
Keadaan yang terakhir ini merupakan hambatan bagi ventrikel kanan yang menjadi
pompa darah untuk sirkuit paru (sirkulasi kecil). Bila beban pada ventrikel kanan itu
terus bertambah, maka akan merangsang ventrikel kanan untuk melakukan
kompensasi dengan mengalami hipertrofi dan dilatasi sampai batas kemampuannya,
dan bila beban tersebut tetap meninggi maka dapat terjadi gagal jantung kanan,
sehingga pada akhirnya terjadi gagal jantung kirikanan.
Gagal jantung kanan dapat pula terjadi karena gangguan atau hambatan pada daya
pompa ventrikel kanan sehingga isi sekuncup ventrikel kanan tanpa didahului oleh
gagal jantung kiri. Dengan menurunnya isi sekuncup ventrikel kanan, tekanan dan
volume akhir diastol ventrikel kanan akan meningkat dan ini menjadi beban atrium
kanan dalam kerjanya mengisi ventrikel kanan pada waktu diastol, dengan akibat
terjadinya kenaikan tekanan dalam atrium kanan. Tekanan dalam atrium kanan yang
meninggi akan menyebabkan hambatan aliran masuknya darah dalam vena kafa
superior dan inferior kedalam jantung sehingga mengakibatkan kenaikan dan adanya
bendungan pada vena-vena sistemik tersebut (bendungan pada vena jugularis yang
meninggi dan hepatomegali). Bila keadaan ini terus berlanjut, maka terjadi
bendungan sistemik yang berat dengan akibat timbulnya edema tumit dan tungkai
bawah dan asites.
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : swata
Umur : 23 tahun
Pendidikan : SMA
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Pasien mengatakan sesak nafas
b. Riwayat Penyakit Sekarang
pasien mengeluh sesak nafas sejak seminggu yang lalu sebelum masuk rumah
sakit sesak dirasakan terus menerus, membaik jika pasien duduk atau pasien tidur
dengan dua bantal, tidak mual, tidak muntah, dan tidak nafsu makan maka dari itu
pada tanggal 2 oktober 2014 pasien dibawa ke RSUD Lukmono Hadi Kudus untuk
dilakukan pemeriksaan, setelah dilakukan pemeriksaan pasien diharuskan opname di
ICU dan pasien dibawa ke ICU jam 08.00 untuk menjalani perawatan lebih instensif.
c. Riwayat Penyakit dahulu
pasien mempunyai riwayat penyakit batu ginjal, dan baru ini dirawat di ICU
untuk penyakit yang dikeluhkan.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
anggota keluarga pasien tidak ada yang mengalami atau menderika penyakit
yang sama dengan pasien dan juga keluarga pasien tidak ada yang memiliki penyakit
keturunan seperti DM, Hepatitis, DLL
e. Riwayat Alergi
Pasien tidak mempunyai riwayat alergi terhadap makanan, obat, maupun udara.
3. Pengkajian Sekunder
a. Airways
Pasien mengeluh sesak nafas
b. Breathing
RR : 37 x / menit, menggunakan oksigen kanul 4 liter / menit
c. Circulation
TD 177/96 mmHg, N= 106 x/menit
d. Kesadaran ( Discabelity)
Composmentis GCS E4M6V5
4. Pengkajian fisik
a. Pengkajian Fisik
Keadaan umum : lemah
Kesadaran : Composmentis
S : 36’ C
RR : 37 x/menit
SPO2 : 94 %
b. Pemerksaan Fisik
Kepala : bersih, rambut cepak, rambut bersih, dan kepala tidak ada luka
Mata : Simetris kanan kiri, sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis, dan
bersih
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada luka, dan bersih
Thorax
Jantung
P : sonor
Paru
P : pekak
A : vesikuler
Abdomen
I : Simetris
P : Timpani
Ekstermitas
Atas : pergerakan baik, tidak ada luka, kekuatan otot baik, tangan kanan terpasang infus Rl
10 Tpm, tidak ada edema
Bawah : pergerakan baik, tidak ada luka, kekuatan otot baik, tidak ada farises, dan tidak ada
edema
Genetalia
5. Pola Fungsional
a. Kebutuhan Pernapasan
pasien tampak sesak RR : 37x/menit, terpasang O2 kanul 4 liter/menit
b. Kebutuhan Nutrisi
pasien tidak terpasang NGT, makan normal lewat mulut, mampu makan dengan
porsi sedang, dan minum
c. Pola Eliminasi
paseien BAK terpasang DC 500 cc/ 8 jam, berwarna kuning kemerah-merahan
pasien BAB terpasang pempres, 1x BAB
d. Kebutuhan Istirahat Tidur
pasien terlihat tidur dengan tenang
0 1 2 3 4
Makan √
Minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilisasi √
Keterangan :
0 = Mandiri
1 = Memerlukan Alat
2 = Memerlukan Bantuan
3 = Memerlukan alat dan bantuan
4 = Tergantung
h. Kebutuhan spiritual
Pasien tidak melakukan aktifitas spiritual
6. Terapi dan pemeriksaan laboratorium
a. Terapi obat
Obat oral Obat injeksi
Aspilef 1x1 tb Levofloxacin 1x1 amp
Captropil 1x1 tb Lasix 1x1 amp
Clopidogrel 3x25 mg Lovenok 2x0,6 mg
SP : 10-100 mg
b. Hasil pemeriksaan
Tanggal 08 Oktober 2014
HR : 145 bpm AXIS : -162 deg
R-R : 411 ms RVS : 0.21 mv
P-R : 61 ms SVI : 0.00 mv
QRS : 73 ms RTS : 0,21
QT : 252 ms
QTC : 393
Tanggal 09 Oktober 2014
HR : 151 bpm AXIS : -23 deg
R-R : 335 ms RVS : 0.55 mv
P-R : 110 ms SVI : 0.44 mv
QRS : 260 ms RTS : 0,33 mv
QT : 405 ms QTC : 644
c. Pemeriksaan laborat
8 0ktober 2014
Pemeriksaan Nilai Hasil Nilai Rujukan Satuan
HEMATOLOGI
Hema rutin 5 dift
Hemoglobin 14.8 14.0-18.0 g/dl
Eritrosit 5.22 4.5-5.4 Jt/ul
Hematokrit 49.4 40-52 %
Trombosit 183 150-400 10^3/ul
Lekosit 8.6 4.0-12.0 10^3/ul
Netrofil 64.1 50-70 %
Limfosit 14.3 25-40 %
Monosit 13.2 2-8 %
Eosinofil 7.4 2-4 %
Basofil 0.6 0-1 %
MCH 28.4 27.0-31.0 Pg
MCHC 30.0 33.0-37.0 g/dl
MCV 94.6 79.0-99.0 Fl
RDW 13.2 10.0-15.0 %
MPV 9.7 6.5-11.0 Fl
PDW 10.5 10.0-18.0 Fl
KIMIA KLINIK
Gula darah 87 70-110 Mg/dl
sewaktu
Ureum 42.4 19-44 Mg/dl
Creatinin 1.1 0.6-1.3 Mg/dl
SGOT 51 0-50 u/l
SGPT 40 0-50 u/l
ELEKTROLIT
kalium 4.9 3.6-5.5 Mmol/l
Natrium 136 135-155 Mmol/l
klorida 87 75-108 Mmol/l
B. Analisis Data
NO Hari, Tanggal/ Data Fokus Problem Etologi
Waktu
1. Rabu, 8 Ds : Pasien mengeluh Gangguan Perubahan
oktober 2014 sesak napas pertukaran membran kapiler
Do : Pasien tampak gas alveolus
susah bernafas
RR : 37 x/menit
2. Rabu, 8 Ds : pasien mengeluh Intoleransi Ketidakseimbangan
oktober 2014 saat beraktivitas terasa Aktivitas antara suplai
dada berdebar-debar oksigen dan
Do : pasien tampak kebutuhan oksigen
mudah kecapean N : adanya jaringan
106X/menit yang nekrotik
C. DiagnosaKeperawatan CHF
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler alveolus
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen adanya jaringan yang nekrotik
D. Intervensii
1. Kamis, 16 Setelah dilakukan Pantau bunyi Untuk
Oktober tindakan nafas, catat mengetahui
2014 Keperawatan 2x24 adanya mengi, adanya kelainan
jam diharapkan napas krekles bunyi nafas atau
kembali efektif tidak, dan untuk
KH : mencari tahu ada
Pasien dapat sumbatan sekret
mendemonstrasikan Ajarkan atau tidak
ventilasi dan untuk batuk Untuk
oksigenasi yang efektif dan mengeluarkan
adekuat pada jaringan nafas dalam sekret jika ada,
yang ditunjukkan dengan teknik
oleh oksimetri dalam yang baik, dan
rentang normal dan menjaga
bebas gejala distress kenyamanan
pernafasan dengan nafas
Berpartisipasi dalam Berikan posisi dalam
program pengobatan semi fowler Untuk membuka
dalam batas untuk jalan nafas dan
kemampuan membuka tidak terasa berat
RR: 16-24x/menit jalan nafas saat bernafas
Kolab dengan
medis untuk Proses
pemberian O2 penyembuhan
2.
Setelah dilakukan Pantau TTV Mengetahui
E. Implementasi dan evaluasi keperawatan
Hari/ N Jam Implementasi Evaluasi TDD
tanggal o
dx
Rabu, I 07.00
Memantau bunyi nafas , S : pasien mengatakan
8/09/14 apakah adan mengi atau masih sesak nafas
sumbatan sekret ( untuk O : tampak masih sesak
mengetahui adanya nafas, RR : 37 x/
kelainan bunyi nafas atau menit
tidak, dan sumbatan sekretA : masalah belum
atau tidak teratasi
S: P : lanjutkan intervensi
O: - Pemberian oksigen
Mengajarkan pasien - Pantau jalan nafas
II 07.30 untuk batuk efektif dan
nafas dalam
( untuk mengeluarkan
sekret jika ada dengan
teknik yang baik, dan
memberi kenyamanan
dengan nafas dalam )
S : pasien bersedia
O : pasien teampak paham
dan mempraktekkannya
Memberikan posisi semi
fowler pada pasien
I 08.00 ( untuk membuka jalan
nafas dan supaya tidak
berat saat bernafas )
S : pasien mengatakan
bersedia
O : posisi berubah semi
fowler, pasien tampak
nyaman
Berkolaborasi dengan tim
medis untuk pemberian
I 08.30 oksigen
( proses penyembuhan )
S : pasien mengatakan
bersedia
O : oksigen terpasang kanul S : pasien mengatakan
4l/menit masih mudah lelah,
Pemantauan TTV dan dada terasa
TD : 177/96 mmhg berdebar-debar
II 09.00 S : 36 0 C O : pasien tampak
HR : 106 X / menit kelelahan, HR :
RR : 37 x / 106x/menit, masih
Rabu, Menit susah bergerak walau
8/09/14 SPO2 : 94 % sudah diajari
S: pergerakan ringan
O: A : masalah belum
Pantau nadi saat pasien teratasi
beraktivitas atau saat P : lanjutkan intervensi
II 09.30 berganti posisi dari semi - Obs TTV
fowler ke sim - Pemberian obat
( untuk mengetahui kerja - Melatih aktivitas
jantung saat beraktivitas
dengan memantau nadi )
S : pasien bersedia untuk
diperiksa
O: N : 106x/menit , tampak
kelelahan
Ajarkan untuk posisi atau
melatih beraktivitas ringan
pada pasien seperti sim
II 10.00 kanan, kiri
( menghindari intergritas
kulit, dan juga
memperlancar peredaran
oksigen keseluruh tubuh )
S : pasien mengatakan
bersedia
O : pasien sudah
mempraktekkan
Kolaborasi dengan tim
medis untuk pemberian
obat
Aspilek 1x1 tb
Captropil 1x1 tb
Levenok 2x0,6
S : pasien bersedia
O : obat masuk tanpa ada
tanda2 alergi
II 18.00
II 18.15
Daftar pustaka
Asuhan Keperawatan Pada Tn.J Dengan Congestive Heart Failure (CHF) di Ruang
Intensive Cardio Vascular Care Unit (ICVCU) Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta
Journal 1Pradila Desti Sari, 1Ade Yonata, 2Haryadi, 2Bobby Swadharma 1Fakultas
Kedokteran, Universitas Lampung 2Bagian Penyakit Dalam, Rumah Sakit Abdoel
Moeloek Lampung Pradila Desty Sari, S. Ked., alamat Jl. Kenanga no 32 Rawa Laut
Bandar Lampung, HP 08996404785, e-mail pradilad@yahoo.co.id
Carpenitto, Lynda Juall. 2007. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, edisi
10. Jakarta: EGC
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/ebiomedik/article/view/9625
GAMBARAN AKTIVITAS LISTRIK JANTUNG PASIEN RAWAT INAP
DENGAN CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) DI IRINA F-JANTUNG
RSUP PROF DR. R. D. KANDOU MANADO
I Made S. K. Raka, Vennetia R. Danes, Wenny Supit
http://repository.ump.ac.id/1447/2/TVI%20OMAN%20DWI%20CAYO%20BAB
%20I.pdf
http://repository.unissula.ac.id/6011/9/COVER_1.pdf