Anda di halaman 1dari 5

BAB II

PEMBAHASAN

1. ANALISIS SITUASIONAL
a. Kasus
Berdasarkan pengumpulan data diperoleh bahwa overan dilakukan
tiga kali dalam sehari, yaitu dari malam ke pagi pukul 07.00 WIB, daripagi
ke sore pukul 14.00 WIB, dan dari sore ke malam pukul 21.00 WIB.
Berdasarkan observasi overan dilaksanakan sudah lebih dari 30 menit dan
seringkali selesai tidak tepat waktu. Hal ini disebabkan karena saat overan
berlangsung, ada perawat yang langsung memberikan tanggapan tentang
masalah yang dioverkan, sehingga waktu overan menjadi semakin
panjang. Sebaiknya kesempatan untuk memberikan tanggapan/masukan
nanti seluruh kegiatan overan selesai, sehingga dapat menghemat waktu
overan. Di samping itu, penyebab overan berlangsung lama yaitu adanya
visite dokter bertepatan dengan waktu overan, sehingga kegiatan overan
sering terganggu. Overan dipimpin oleh Kepala Ruangan dan dihadiri oleh
semua perawat yang berkepentingan. Sebelum operan dilaksanakan para
perawat yang ada mempersiapkan hal-hal yang berkaitan dengan pasien
seperti status pasien, list pasien, terutama rencana tindakan yang akan
dilakukan terhadap masing-masing pasien. Seluruh perawat yang ada telah
mengetahui hal-hal apa yang harus disampaikan saat pelaporan operan.
Semua yang dilaporkan saat overan, baik sebelum maupun sesudah
overan, semuanya dicatat dalam buku laporan. 70 % perawat mengatakan
bahwa tidak ada kesulitan dalam mendokumentasikan laporan. Setelah
melakukan overan di Kantor Perawat, masing-masing tim langsung
menuju ke ruang perawatan pasien untuk melakukan interaksi dengan
pasien (visite keperawatan). Adapun interaksi yang dilakukan di depan
pasien yaitu perawat yang bertugas pada shift selanjutnya dan memastikan
kondisi pasien apakah sesuai dengan yang di-overkan atau tidak. 80 %
perawat di ruang G sudah mengetahui teknik pelaporan overan saat di
depan pasien, seperti menghindari pasien agar tidak kaget mendengarkan
hasil pemeriksaan atau tindakan yang akan diberikan. 53% perawat
menyatakan bahwa lama waktu mengunjungi pasien kurang dari 5 menit.
Seluruh perawat biasanya mendapat evaluasi langsung dari kepala
ruangan.

b. Hasil Observasi
Berdasarkan hasil observasi kelompok pada tanggal 19 – 23 April
2022, ditemui bahwa setiap hari seringkali di Tim 1 dan Tim 2 terdapat 2 –
3 orang perawat pelaksana di masing-masing Tim baik di overan pagi
maupun overan sore (50-60 %) tidak menyimak/tidak memperhatikan
dengan baik hal-hal penting yang disampaikan saat overan berlangsung
dan sering berdiskusi serta kurang menghargai orang yang menyampaikan
overan. Berdasarkan observasi, perawat pelaksana tidak memiliki
keseragaman format catatan rencana harian untuk mendokumentasikan
perkembangan pasien kelolaan masing-masing.

c. Hasil Wawancara
Adapun hasil wawancara yang diperoleh pada tanggal 03 Mei 2022 adalah
sebagai berikut:
a) Kepala ruangan
Hal-hal yang perlu dipersiapkan saat pelaporan overan yaitu rencana
kerja, jumplah pasien, ketenagaan cukup atau tidak, kesiapan masing-
masing perawat, hal-hal apa saja yang perlu diingatkan seperti hal-hal
prioritas atau masalah pasien-pasien yang membutuhkan observasi
lebih. Sementara itu metode yang digunakan saat penyampaian overan
yaitu menggunakan metode S BAR untuk semua pasien. Mengenai
rencana harian, perawat pelaksana memang telah memiliki buku
catatan masing-masing. Tetapi untuk format rencana harian belum
digunakan.
b) Ketua Tim I
Sebagai seorang ketua tim hal yang perlu dipersipkan saat pelaporan
overan yaitu status pasien, list obat, list asuhan keperawatan dan buku
tugas. Dalam penyampian overan biasanya menggunakan metode S
BAR namun dalam pelaksanaannya di ruang G belum maksimal.
c) Ketua Tim II
Menurut saya hal yang perlu dissiapkan saat pelaporan overan selaku
ketua tim II pertama yaitu kesiapan diri sendiri apakah sudah selesai
atau belum, sehingga tidak ada yang ketinggalan saat penyampaian
overan. Adapun kesiapan overan yang perlu diperhatikan yaitu overan
yang dilaksanakan pada masingmasing shift baik dari malam ke pagi,
pagi ke sore dan sore ke malam. Sebenarnya dalam menyampaikan
overan harus menggunakan S BAR tetapi selama ini belum 100%
dilaksanakan. Menurut saya metode tersebut baru telaksana sekitar 70-
80%.
d) Perawat Pelaksana
Masing-masing perawat pelaksana ternyata mempunyai caranya sendiri
dalam melakukan persiapan sebelum overan berlangsung. Secara
umum dapat disimpulkan bahwa hal-hal yang perlu dipersiapkan
sebelum overan adalah berdoa, persiapan diri baik fisik maupun
mental, peralatan tulis-menulis termasuk buku kecil/buku catatan
pribadi, status dan list pasien, buku laporan masing-masing tim. Selain
itu pastikan juga bahwa program-program/tindakan sudah terlaksana,
kita harus membaca kembali status pasien membuka kembali status
keperawatan untuk melihat tindakan yang akan diberikan, mengecek
obat apakah sudah diberikan atau belum, apakah obat tersedia atau
tidak serta kita harus tahu apa yang perlu dioverkan seperti instruksi-
instruksi yang disampaikan harus jelas. Disamping itu diperlukan juga
ketelitian, konsentrasi yang baik dan kesiapan untuk mendengar serta
tidak boleh diskusi saat overan berlangsung agar supaya tidak ada
informasi yang terlewatkan. Pada saat menyampaikan overan hal-hal
yang perlu disampaikan yaitu nama pasien, umur pasien, diagnosa
medis, diagnosa keperawatan, hari perawatan, dokter penangung
jawab, tindakan yang sudah dilakukan, hasil pemeriksaan lab, tindakan
yang belum dilaksanakan, dan program atau tindakan selanjutnya. Pada
dasarnya saat menyampaikan overan harus dengan komunikasi yang
efektif yaitu menggunakan metode SBAR (Situation, Background,
Accessment, Recomendation), namun sebagian besar perawat
pelaksana mengatakan bahwa belum maksimal pelaksanaannya.

Berdasarkan observasi dan wawancara yang telah dilakukan oleh


kelompok tersebut, baik Perawat Pelaksana, Ketua Tim dan Kepala
Ruangan telah mempunyai buku tugas/catatan pribadi untuk
mendokumentasikan perkembangan pasien kelolaan masing-masing.
Namun catatan pribadi Perawat Pelaksana tidak ada keseragaman antara
satu dengan yang lainnya. Di samping itu, Perawat Pelaksana juga tidak
memiliki format rencana harian untuk dilaksanakan pada shift-nya.
Adapun dampak dari tidak adanya rencana harian perawat, yaitu kegiatan
yang dilaksanakan sepanjang shift tidak akan terarah dengan baik, kegiatan
yang berjalan tidak terstruktur, dan perawat tidak mengetahui apa saja
kegiatan yang akan dilakukan sepanjang shift-nya. Sedangkan dengan
adanya rencana harian perawat, akan sangat membantu perawat dalam
mengarahkan kegiatan pelayanan asuhan keperawatan pada pasien, serta
akan menjadi bahan penilaian akan kinerja dari perawat pelaksana itu
sendiri. Sehingga berdasarkan data tersebut, maka kelompok mengangkat
masalah mengenai tidak optimalnya rencana harian Perawat Pelaksana
yang mempengaruhi efektifitas dan efisiensi kerja harian perawat. Oleh
karena itu untuk mengatasi masalah tersebut dipandang perlu untuk dibuat
sebuah format rencana kegiatan harian Perawat Pelaksana.
DAFTAR PUSTAKA

Nursalam. 2011. Manajemen Keperawatan.edisi 3. Jakarta : Salemba Medika.


Nursalam. 2012. Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika
Sitorus, Ratna. 2006.Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah
Sakit:Penataan Struktur dan Proses (Sistem) Pemberian Asuhan
Keperawatan di Ruang Rawat:Implementasi.Jakarta:EGC.

Anda mungkin juga menyukai