Anda di halaman 1dari 7

A.

M3 (Methode)
1. MAKP
Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) adalah suatu system
(struktur, proses dan nilai-nilai) yang memungkinkan perawat professional
mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk
menopang pemberian asuhan tersebut (Nursalam, 2012).
Dari hasil wawancara tentang model asuhan keperawatan yang
digunakan saat ini adalah MAKP Kolaborasi dari model Tim dan Fungsional.
Sebagian perawat mengerti tentang MAKP yang digunakan saat ini dan
mengatakan lebih efisien karena keterbatasan tenaga kerja.
Data yang diperoleh dari wawancara tentang mekanisme pelaksanaan
MAKP saat ini yaitu berbentuk TIM, perawat mengatakan bahwa komunikasi
antar profesi terlaksana dengan baik dan rencana askep antar shift
berkelanjutan dengan adanya data dokumentasi rekam medis (RM).
Sedangkan data pengkajian tentang tanggung jawab dan pembagian tugas
didapatkan bahwa mendapatkan tugas yang hampir sama meskipun lulusan
tingkat akademik berbeda, saling bekerjasama antar profesi. Ada perbedaan
kordinator antar shift, pada shift pagi dikordinasi oleh katim, pada shift sore
dan malam dikordinasi oleh perawat penanggung jawab shift (PJ Shift
sore/malam).
Dimana ketua tim membantua apabila perawat pelaksana mengalami
kesulitan dalam melakukan tindakan serta apabila perawat pelaksana
mengalami kesulitan dalam melakukan semua tindakan. Untuk setiap sift
terdapat 4 orang dan 2 ketua tim, masing masing tim memegang 2 kamar.
2. Penerimaan pasien baru
Penerimaan pasien baru adalah suatu cara dalam menerima kedatangan
pasien baru pada suatu ruangan. Dalam penerimaan pasien baru disampaikan
beberapa hal mengenai orientasi ruangan, perawatan, medis, dan tata tertib
ruangan (Nursalam,2015).
Penerimaan pasien baru dilakukan perawat IGD dan perawat ruangan.
Penerimaan pasien baru dilakukan timbang terima dengan Teknik melalui via
telephone karena pasien baru menuju kamar inap di antar oleh perawat IGD.
Perawat menerima pasien baru menuju kamar inap yang sudah disetujui
di awal pendaftaran untuk pemilihan tipe kamar. Perawat melakukan
beberapa hal dalam penerimaan pasien baru yaitu berupa memperkenalkan
nama diri/perawat, melakukan pengkajian lengkap, melakukan pemeriksaan
tanda-tanda vital ulang, menjelaskan kondisi dan vasilitas kamar yang telah
dipilih, memberitahu nama dokter dan jam visite, memberitau administrasi,
protokol covid 19, rencana operasi, rencana puasa, dan meminta persetujuan
atas tindakan, dan menjelaskan obat yang telah diberikan di IGD (hal ini
dilakukan untuk menghindari terjadinya kesalah fahaman, dan tanpa
menjelaskan nama obat), menjelaskan jumlah maksimal 2 orang untuk
menjaga pasien, menjelaskan jam kunjung tidak diperkenankan untuk saat ini
dikarenakan, hanya saja keluarga melanggar aturan, namun ada kalung kartu
pengunjung hanya untuk 2 orang bergantian. Hal ini dilakukan untuk
menjaga kenyamanan pasien, kelancaran keperawatan dan tertatanya dalam
memberikan pelayanan.
3. Ronde keperawatan
Ronde keperawatan adalah salah satu bentuk pelaksanaan model asuhan
keperawatan dengan metode primer, dimana kegiatan ini akan memberikan
pelayanan keperawatan yang bertujuan untuk menggali atau membahas
secara mendalam masalah keperawatan yang ditemukan pada pasien sehingga
diharapkan dengan adanya ronde keperawatan akan menemukan pemecahan
masalah.
Kegiatan ini adalah kegiatan berpikir kritis berdasarkan konsep asuhan
keperawatan sehingga diperlukan kemampuan analisis yang kuat. Ronde
keperawatan ini akan melibatkan pasien itu sendiri beserta keluarga juga
melibatkan tim kesehatan lainnya. Ronde keperawatan memiliki 3 tahapan
yakni persiapan, pelaksanaan dan pasca ronde. Pada tahap persiapan ada
beberapa hal yang harus diperhatikan seperti: kasus atau topik, tim ronde,
sumber atau literatur, informed consent pada pasien, serta membuat proposal
ronde keperawatan. Pada tahap pelaksanaan terdiri atas penjelasan tentang
pasien oleh perawat yang mengelola pasien, diskusi antar anggota tim
mengenai kasus yang dirondekan, dan melakukan validasi ke pasien langsung
bersama tim Kesehatan lainnya. Sedangkan pada tahap pasca ronde, perawat
bertugas untuk memberikan justifikasi tentang data, masalah pasien, rencana
tindakan yang akan dilakukan dan kriteria evaluasi, serta memberikan
kesimpulan atau rekomendasi untuk asuhan keperawatan selanjutnya.
Dari hasil wawancara dengan kepala ruangan/ karu, belum pernah
dilakuakn, biasanya di lakukan pada pasien yang mengalami CKD dan
keseringan diruangan HD. Hal ini dikarenakan adanya keterbatasan petugas
yaitu jumlah pasien lebih banyak dari jumlah perawat. Sehingga ronde
keperawatan tidak bisa dilakukan di ruangan arofah.
4. Supervisi
Supervisi keperawatan adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh kepala
ruangan untuk menilai kinerja dari tim dan atau perawat primer dalam
melaksanakan asuhan keperawatan. Pelaksanaan supervisi melihat 3 aspek
yakni tanggung jawab, kemampuan, dan kepatuhan dalam menjalankan
delegasi. Setelah melakukan kegiatan ini pun perlu dilakukan kegiatan 3F
yakni fair (Penilaian), feedback dan klarifikasi, serta reinforcement dan
follow up perbaikan. Supervisi keperawatan merupakan bagian dari fungsi
manajemen yang berperan untuk mempertahankan agar kegiatan yang telah
diprogramkan dapat dilaksanakan dengan baik dan lancar. Supervisi secara
langsung memungkinkan manajer keperawatan menemukan berbagai macam
hambatan atau permasalahan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan di
ruangan. dalam menjalankan delegasi.
Supervisi secara langsung memungkinkan manajer keperawatan
menemukan berbagai macam hambatan atau permasalahan dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan di ruangan. Dari hasil wawancara dengan
kepala ruangan/karu pelaksanaan supervisi khususnya diruangan Arofah
tidak dilakukan. Supervisi dilakukan oleh tim supervise dari rumah sakit
supervise yang dilakukan mulai dari parkiran sampai ke kamar jenaza.
5. Timbang terima
Timbang terima adalah kegiatan mengkomunikasikan secara tertulis
ataupun lisan pada staf keperawatan dan tim kesehatan lain yang dilakukan
dari shif satu ke shif lain dengan waktu, isi, dan strategi telah ditentukan. Isi
dari timbang terima adalah identitas pasien, diagnosa medis, riwayat
kesehatan yang lalu, keluhan saat ini, diagnosa keperawatan yang muncul,
rencana tindakan yang akan atau sudah dilakukan. Kegiatan timbang terima
ini dipimpin oleh kepala ruangan atau kepala tim ataupun penanggung jawab
shif dan diikuti oleh semua perawat yang akan dan telah selesai dinas.
Dari hasil wawancara tentang timbang terima dilakukan tiga kali dalam
sehari yaitu pada pergantian sift malam ke pagi (07.30), pagi ke sore (14.30),
dan sore ke malam (21.30). Selalu diikuti semua perawat yang telah dan yang
akan dinas. Kegiatan ini di pimpin oleh PP Perawat Pelaksana untuk hal-hal
yang perlu dipersiapkan dalam timbang terima, semua perawat dapat
menyebutkan dengan benar & menyiapkan hal-hal yang akan di butuhkan
dalam timbang terima, meliputi catatan perkembangan kondisi pasien, rekam
medik dll.
Berdasarkan hasil yang ada di RS Rizani Paiton timbang terima
melibatkan semua unsur yaitu karu, kepala jaga, perawat pelaksana dan
didapatkan bahwa timbang terima dilakukan keliling ke ruangan pasien satu
persatu dan lang sung melihat kondisi pasien yang sedang dioperkan, setiap
melakukan timbang terima, dan pelaporan timbang terima semua ditulis di
list pasien, tidak melakukan input data di komputer.
Setelah Timbang terima selesai langsung di evaluasi oleh kepala ruangan
tentang kekurangan dan penambahan masalah asuhan keperawatan terbaru
kepada perawat. saat operan keliling perawat menjelaskan kepada
pasien/keluarga bahwa pergantian sift dan memperkenalkan diri yang jaga
sift berikutnya. Dan setelah keliling ke ruangan pasien, perawat tidak
melakukan post conference setelah keliling dari kamar pasien untuk
mendiskusikan Kembali masalah asuhan keperawatan dari hasil wawancara
dengan perawat ruangan post conference di lakukan hanya Ketika ada
perawat yang tidak mengerti tentang masalah asuhan keperawatan.
6. Sentralisasi Obat
Alur sentralisasi obat menurut nursalam yaitu: setiap pasien baru
dijelaskan dan diberikan lembar persetujuan untuk melakukan sentralisai
obat. Pasien baru diberikan inform consent tentang sentralisasi obat dari
perawat ke pasien, yang berisikan bahwa pasien dan keluarga pasien telah
menyatakan setuju telah dilakukan sentralisasi obat, apabila keluarga
keluarga pasien setuju.
Setelah dari perawat, resep diberikan kepada farmasi, kemudian dari
farmasi obat di antar keperawat, lalu perawat melakukan sentralisasi obat
(baik oral maupun injeksi sesuai lemari obat masing-masing pasien),
kemudian obat diberikan kepada pasien sesuai jadwalnya. Untuk pasien yang
pulang, APS, diberikan HE tentang obat yang masih harus diteruskan atau
stop, apabila kalau ada obat sisa injeksi yang perlu diretur, maka obat
langsung di retur ke depo farmasi.
Dirumah sakit Rizani Paiton Ruangan Arofah, keluarga tidak
diperbolehkan menyimpan obat diruangan kecuali obat tetes, salep dan oral.
Jika ada sisa obat pasien yang masih tersisa maka dikembalikan ke farmasi
untuk pasien UMUM karna obat diberikan kepada keluarga berserta rincian
biayanya. akan tetapi jika pasien BPJS obat tidak di kembalikan, maka Lain
halnya dengan penggunaan spuit jika terdapat lebih pemakaian untuk pasien
UMUM dan BPJS tidak di kembalikan dan di simpan di ruangan.
Dari hasil observasi yang terlihat perawat tidak memakai APD pada saat
melakukan tindakan injeksi, dan saat melakukan injeksi perawat tidak
menulis obat-obatan di buku observasi dan status pasien. Dokter memberi
resep di foto oleh perawat dan di kirim lewat via Whatsaap ke Farmasi
kecuali obat Emergency keluarga pasien yang mengambilkan, obat yang
datang dari farmasi perawat yang menata obat sesuai dengan kamar, nama
dan RM. Tidak ada proses penyampaian informasi kepada pasien atau
keluarga mengenai jumlah obat yang di terima dan yang sudah di pakai.
Discharge planning adalah suatu kegiatan dalam mempersiapkan
kebutuhan pasien yang akan pulang. Kebutuhan ini dikaitkan dengan masalah
yang mungkin timbul pada saat pasien pulang, antara lain pengetahuan
pasien/keluarga tentang penyakit pasien, kebutuhan psikologis, bantuan yang
diperlukan pasien, pemenuhan kebutuhan aktivitas sehari-hari seperti makan,
minum, mandi, dan lain-lain, sumber dan sistem yang ada di masyarakat,
sumber finansial, fasilitas saat dirumah, kebutuhan akan perawatan lanjutan.
Dalam pelaksanaan discharge planning dilakukan secara kolaborasi serta
disesuaikan dengan sumber daya dan fasilitas yang ada.
Dari hasil observasi discharge planning di ruang arafah sudah
dilaksanakan, akan tetapi perawat melakukan discaharge planning dengan
cara memanggil salah satu keluarga dan menjelaskan HE tentang penyakit yg
di derita pasien, cara mengatasinya jika kambuh, serta juga menjelaskan cara
minum obat dan di berikan surat control jika di perlukan untuk control.Dalam
melakukan discharge planning tidak melibatkan pasien dan perawat juga
tidak memberikan brosur ataupun leaflat kepada pasien dan keluarga,
sehingga pasien kadang lupa tentang penjelasan yang sudah di berikan oleh
perawat.
Sedangkan dari hasil wawancara dengan kepala ruangan, didapatkan
bahwa memang selama ini tidak pernah diberikan brosur maupun leaflet saat
melakukan discharge planning dan juga tidak disediakan anggaran khusus
dalam pelaksanaan discharge planning. dalam pemberian surat control untuk
pasien dengan menggunakan resume medis yang akan dibawa ketika pasien
kontrol berobat setelah satu minggu keluar dari rumah sakit, yang meliputi
tindak lanjut perawatan di rumah seperti jenis aktifitas yang boleh dilakukan
atau tidak boleh dilakukan, edukasi jika terjadi tanda dan gejala penyakit
segera mencari pelayanan Kesehatan terdekat.
Selain itu resume medis juga berisi mengenai daftar nama obat yang
dibawa pulang, dan jadwal kapan saatnya kontrol kesehatan atau perawatan
luka, serta edukasi diet tentang penyakit.
7. Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi keperawatan adalah suatu tindakan yang memuat seluruh
informasi yang dibutuhkan untuk menentukan diagnosa keperawatan,
Menyusun rencana keperawatan, melaksanakan dan mengevaluasi tindakan
keperawatan yang disusun secara sistematis, valid dan dapat dipertanggung
jawabkan. Jadi, dapat disimpulkan pendokumentasian adalah informasi
mencakup aspek biologis, psikologis, social psikologis, social dan spiritual
yang terjadi pada setiap tahap proses keperawatan yang dicatat secara
menyeluruh serta informasi yang disusun secara sistematis kedalam suatu
format yang telah disetujui dan dapat dipertanggung jawabkan secara moral
maupun hukum.
Dari hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan, model
dokumentasi keperawatan yang digunakan di ruang arofah adalah model
dokumentasi SOR. Dokumentasi Keperawatan yang dilakukan meliputi
pengkajian sampai catatan perkembangan, serta diagnosa keperawatan
sampai dengan evaluasi menggunakan SOAP.
Format pengkajian sudah ada dan dapat memudahkan perawat
dalampengkajian dan pengisiannya. Sistem pendokumentasian masih
dilakukan secara manual (belum ada komputerisasi). Catatan keperawatan
berisikan jawaban terhadap nasihat dokter dan tindakan mandiri perawat,
tetapi belum semua tindakan didokumentasikan.
Dokumentasi asuhan keperawatan dilaksanakan segera setelah pasien
masuk atau terjadi masalah keperawatan, tetapi kadang-
kadang dilengkapi saat pasien mau pulang atau apabila keadaan ruang
memungkinkan.

Anda mungkin juga menyukai