Anda di halaman 1dari 10

TUGAS 1

TENTANG ANALISIS SITUASI PENGORGANISASIAN TENAGA

KEPERAWATAN DIRUMAH SAKIT

DISUSUN

OLEH :

INTAN RIZKA NOORDIANTI

1802011043

Semester II

Peminatan: MRS

MATA KULIAH : MANAJEMEN KEPERAWATAN

Dosen :

Dr. Ns Asyiah Simanjorang,M.Kes

PROGRAM STUDI S2 KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

INSTITUT KESEHATAN HELVETIA

2019
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan

pasien saat dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk

setiap shift, dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang

yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasanya

diterapkan satu pasien satu perawat, dan hal ini umumnya dilaksanakan

untuk perawat privat atau untuk keperawatan khusus seperti: isolaso,

intensivecare. Kelebihannya adalah perawat lebih memahami kasus per

kasus, sistem

Analisa situasional mencakup seluruh kegiatan manajemen di

ruangan Rafflesia/pavilliun dengan keadaan ruangan, lingkungan dan

orang-orang yang melaksanakan pekerjaan di ruangan Reflesia/pavilliun.

Hal ini dilakukan utnuk memperoleh gambaran tentang kekuatan dan

kelemahan dalam manajemen agar dapat diberi intervensi.

Rumah sakit memberikan kesempatan yang seluasnya untuk

mengembangkan dan meningkatkan SDM stafnya yaitu memberikan

kesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi

(S1 Keperawatan), dan mengenai pengaturan jadwal dinas disesuaikan

oleh kepala ruangan. Perawat juga diberikan kebebasan untuk mengikuti

pelatihan yang terkait dengan keperawatan yang diadakan oleh pihak

rumah sakit maupun di luar rumah sakit. Perawat ruangan

Rafflesia/pavilliun belum dan yang pernah mengikuti pelatihan infeksi

nosokomial dan komunikasi keperawatan


Kepala ruangan Rafflesia/pavilliun juga menggadakan pertemuan

harian, mingguan, dan bulanan. Pada pertemuan harian dilakukan lebih

kurang 20 menit sebelum atau sesudah pelaksanaan timbang terima.

Pertemuan mingguan yang dilakukan setiap hari selasa atau membahas

masalah yang terjadi di ruangan selama seminggu, sedangkan pertemuan

bulanan dilakukan tiap tga bulan pada hari sabtu untuk membahas

permasalahan yang terjadi selama

sebulan di ruangan Rafflesia/pavilliun baik yang berhubungan

dengan pasien maupun yang berhubungan ada masalah yang tidak dapat

diselesaikan oleh kepala ruangan maka diserahkan kepada Kapokja dan

diteruskan kepada instalasi.

Kepala ruangan juga melakukan penilaian terhadap kinerja perawat

dengan setiap sebulan sekali, selain itu kepala ruangan juga memberikan

teguran/punishment langsung kepada staf yang kinerjanya bagus, kepala

ruangan juga memberikan pujian/reward secara langsung dan menjadikan

staf tersebut sebagai role model terhadap staf yang lain.

Berdasarkan wawancara dengan kepala ruangan, metode asuhan

keperawatan yang dipergunakan ruang Rafflesia/ Pavilliun dengan metode

perawatan primer. Setiap perawat primer memiliki tujuh - empat orang

perawat ahli/ perawat pelaksana dan setiap perawat bertanggung jawab 3

atau 4 orang pasien.

Dari hasil observasi ditemukan bahwa format pengkajian dalam

bentuk pertanyaan terbuka sehingga dari hasil observasi pengisian format


tidak lengkap sehingga data pengkajian tidak optimal. Ruangan Rafflesia/

Pavilliun dan juga sudah memiliki format pengkajian awal secara head to

toe namun belum berjalan secara efektif

Pasien baru diterima oleh perawat yang bertugas di ruangan

Rafflesia/ dengan Prosedur penerimaan pasien baru diawali dengan

penerimaan informasi (pemberitahuan) dari IGD ataupun poliklinik.

Kemudian perawat ruangan akan mempersiapkan ruangan dan tempat

tidur untuk pasien baru. Penentuan ruangan berdasarkan jenis

pembayaran. Pasien dengan jenis pembayaran BPJS ditempatkan pada

Kelas I atau VIP. Sedangkan pasien umum ditempatkan berdasarkan

keinginan pasien dan keluarga.

Saat pasien masuk ke ruangan, perawat akan menerima RM 8

yaitu identitas pasien rawat inap, RM 10 yaitu ringkasan pada waktu

pasien masuk, pengkajian pasien diinstalasi gawat darurat, serta stiker

nama pasien. Setiap pasien baru memiliki hak dan kewajiban yang

berlaku di ruangan Rafflesia/ Pavilliun rumah sakit.

Metode penugasan perawat adalah metode primer. Perawat ruangan

telah memiliki uraian tugas masing-masing. Apabila kepala ruangan tidak

hadir maka pendelegasian tugasnya diberikan kepada perawat primer.

Jika perawat primer yang tidak hadir maka tugas didelegasikan kepada

perawat ahli/ perawat pelaksana yang ditunjuk.

Berdasarkan pengkajian melalui wawancara dan observasi, sistem

pendelegasian tugas keperawatan di rungan Rafflesia/ Pavilliun RSUD


diamana dilaksanakan sesuai dengan model keperawatan primer, dimana

pendelegasian dilakukan dari kepala ruangan kepada PP, dan

selanjutnya PP mendelegasikan kepada PA di dalam timnya. Setiap

perawat juga bertanggung jawab terhadap 2 - 4 orang pasien. Apabila

kepala ruangan berhalangan atau sakit maka yang bertanggung jawab

untuk menggantikan kepala ruangan adalah PP, dan bila PP dari group I

berhalangan dalam melaksanakan tugasnya, pelimpahan tugas dan

wewenang diberikan kepada PP dari gropu II dan juga sebaliknya.

Operan tanggung jawab perawatan dilakukan setiap perawatan.

Operan tanggung jawab diikuti oleh semua perawat yang bertugas.

Operan dengan cara bed to bed dilakukan saat operan dinas pagi ke

dinas sore, dinas sore ke dinas malam, dinas malam ke dinas pagi.

Operan bed to bed penting dilakukan untuk mengetahui keadaan umum

pasien sehingga perawat dapat mengetahui perkembangan

Jadi straegi yang dilakukan oleh kepala ruangan di ruang

Rafflesia/Pavilliun RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan untuk menyelesaikan

konflik dalam tim perawat adalah “smoothing over” yaitu mempertahankan

keharmonisan kelompok, walaupun memiliki pandangan berbeda, serta

menyatakan dengan komunikasi yang baik, dan tana emosional. apabila

terdapat kesenjangan pada saat penilaian kinerja maka penilaian kinerja

akan dilakukan kembali oleh kepala ruangan. Hasil penilaian kinerja

perawat akan disampaikan ke bidang keperawatan. Hal ini bertujuan untuk

meningkatkan kualitas kinerja perawat menjadi motivasi bagi perawat


dalam menjalankan tugasnya. Untuk itu, kepala ruangan berusaha

memperhatikan bagaimana kinerja masing-masing perawat yang

dipimpinnya.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, telah tersedia

pembuangan sampah yang terpisah di ruang Rafflesia/ Pavilliun, yaitu

tempat pembuangan sampah medis, tempat pembuangan sampah

domestik, dan tempat pembuangan sampah benda tajam, penggunaan

papan identitas pasien sudah tidak digunakan lagi namun diganti dengan

menggunakan Id Bend. Gelang nama berwarna biru digunakan pada

pasien pria, gelang nama berwarna pink digunakan pada pasien wanita,

dan gelang nama berwarna merah digunakan pada pasien alergi,

penggunaan gelang tangan sebagai identitas pasien juga telah berjalan

dengan baik. Di ruangan Rafflesia/ Pavilliun juga tersedia obat- obat

emergency yang tersusun rapi di dalam lemari dan perlengkapan alat- alat

medis lainnya. Sistem pengamprahan kebutuhan peralatan medis yang

dibutuhkan di ruangan dilakukan secara terstruktur dan terperinci sesuai

dengan kebutuhan ruangan. Jumlah tempat tidur di ruang Rafflesia/

Pavilliun terdiri dari 26 tempat tidur dan kesemuanya dalam kondisi yang

baik.

Namun dalam beberapa hal inventaris alat rumah tangga sudah baik

seperti meja dan bantal pasien sehingga meningkatkan rasa nyaman

terhadap pasien serta pemenuhan oksigen central yang sudah terpenuhi

secara maksimal.
Setiap kegiatan di ruangan diatur langsung oleh instalasi, ruangan

hanya memberikan laporan mengenai apa yang ingin dilakukan termasuk

untuk renovasi ruangan, sedangkan untuk pendanaan operasional dan

fasilitas kesehatan diatur langsung oleh instalasi sarana dan prasarana.

Para pegawai ruangan Rafflesia/Pavilliun mempunyai anggaran Serikat

Tolong Menolong untuk membantu pegawai yang terkena bencana seperti

anggota keluarga yang sakit, system STM hanya menanggung para

anggota, suami dan anak saja. Ruangan Raflesia/Pavilliun juga

memberlakukan punishment kepada pegawai yang tidak hadir tanpa

keterangan dengan melaporkan ke kapokja, pegawai yang salah

menggunakan pakaian dinas dengan memberi teguran, pegawai yang izin

sakit harus ada keterangan yang jelas dan pegawai yang menggunakan

sandal pada saat dinas juga memberi teguran.

Apabila ada anggota yang pesta, perawat ruangan akan

bermusyawarah terlebih dahulu dan dari hasil musyawarah tersebutlah

didapat hasil diskusi iuran perorangnya dan jika perawat yang mengalami

kemalangan maka akan dikutip uang seihklas mungkin.

Masalah yang ditemukan kelompok di ruangan Rafflesia/Pavilliun

rumah sakit terkait dengan man yaitu jumlah ketenagaan ruangan yang

masih belum mencukupi bila dibandingkan dengan jumlah pasien yang

terdapat di ruangan Rafflesia/Pavilliun.Untuk penyelesaian masalah ini,

kelompok masih belum mampu untuk mengatasinya, sehingga kelompok


tidak memasukkan masalah ini ke daftar masalah ruangan yang akan

diatasi oleh kelompok.

Setelah menjalankan role play kelompok kembali menyebarkan

kuesioner tingkat kepuasan pasien kepada 6 orang pasien lama di ruang

Rafflesia/Pavilliun pada tanggal 10 september 2015. Hasil kepuasan

pasien setelah dilakukan intervensi (role play) didapatkan bahwa 4 orang

(66,67%) mengatakan sangat memuaskan dengan pelayanan

keperawatan yang telah dilakukan oleh kelompok, 2 orang (33,33%)

mengatakan memuaskan dengan pelayanan keperawatan yang telah

dilakukan oleh kelompok dan tidak ada (0%) pasien yang tidak puas

dengan pelayanan keperawatan yang telah dilakukan oleh kelompok.

Maka kelompok dapat menyimpulkan bahwa asuhan keperawatan

yang diberikan dengan sikap caring dan komunikasi terapeutik akan

meningkatkan kepuasan pasien dan tentunya proses pemberian asuhan

keperawatan akan berjalan lebih baik. Kelompok mengharapkan agar

ruangan Rafflesia/Pavilliun ke depannya dapat memberikan asuhan

keperawatan dengan mengaplikasikan teori caring dan komunikasi

terapeutik. Untuk itu diperlukan penyegaran tentang teori caring dan teknik

komunikasi terapeutik dari seorang yang berpengalaman atau ahli.

Dari hasil observasi kelompok selama 3 minggu, kelompok masih

menjumpai PA yang sering datang terlambat dan kinerjanya kurang

memuaskan. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya

kurangnya motivasi kerja. Untuk itu kepala ruangan perlu memberikan


motivasi terhadap PA agar dapat melaksanakan tugas dan pekerjaannya

dengan baik. Menurut Nursalam (2002), terdapat beberapa prinsip-prinsip

dalam motivasi kerja bawahan, yaitu: Prinsip Partisipatif. Dalam upaya

memotivasi kerja, bawahan perlu diberikan kesempatan ikut berpartisipasi

dalam menentukan tujuan yang akan dicapai oleh pemimpin, Prinsip

komunikasi. Pemimpin mengkomunikasikan segala sesuatu yang

berhubungan dengan usaha pencapaian pekerjaan. Dengan informasi

yang jelas bawahan akan lebih mudah dimotivasi kerjanya, Prinsip

mengakui andil bawahan. Pemimpin mengakui bahwa bawahan

mempunyai andil di dalam usaha pencapaian tujuan. Dengan pengakuan,

bawahan akan lebih mudah dimotivasi kerjanya, Prinsip pendelegasian

wewenang. Pemberian wewenang kepada bawahan akan memberikan

kesempatan kepada bawahan dalam mengambil sebuah keputusan,

menjadi lebih bertanggung jawab dan lebih memotivasi bawahan untuk

bekerja lebih baik dan tepat waktu dalam penyelesaian pekerjaan. Prinsip

memberi perhatian. Pemimpin memberikan perhatian terhadap apa yang

diinginkan bawahannya, dan bawahan akan termotivasi bekerja sesuai

dengan harapan pemimpin dan Namun yang perlu diperhatikan dalam

memberikan motivasi kerja yaitu karakter individu. Orang dengan

kemampuan yang terbatas dan kurangnya pelatihan, ataupun rasa

ketidakamanan, memerlukan perilaku kepemimpinan yang berbeda dari

mereka yang tinggi kesiapannya dan mempunyai kemampuan,

ketrampilan, percaya diri, dan kemampuan bekerja yang baik


DAFTAR PUSTAKA

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian


Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam. 2011. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktek


Keperawatan Profesional. Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam. 2002. Manajemen Keperawatan: Aplikasi Dalam Praktik


Keperawatan Profesional. Edisi 1. Salemba Medika: Jakarta

Pohan. I. S. 2003. Jaminan Mutu Pelayanan Kesehatan Dasar-dasar


Pengertian Cetakan 1. Bekasi: Kesaint Blanc.

Rangkunti Freddy. 2006. Meansuring Customer Satsifaction. Jakarta : PT.


Gramedia Pustaka Utama.

Riwidikdo, Handoko. 2008. Statistik


Kesehatan. Yogyakarta:Mitra Cendikia

Salman, Nur. 2014 Pengaruh Komunikasi Terapautik Perawat Terhadap


Kepuasan Pasien di Rumah Sakit Haji Medan. Skripsi.

Anda mungkin juga menyukai