Anda di halaman 1dari 22

SKENARIO II

Disebuah rumah sakit Raden Mattaher disalah satu ruang Instalasi rawat inap
ruang jantung setiap pagi melakukan operan terhadap pasien yang dilakukan oleh
kepala ruang dan tim perawat. Di mana ruangan tersebut menggunakan metode
SP2K ( system pemberian pelayanan Keperawatan Profesional ). Setiap paginnya
kepala ruangan selalu memimpin operan kepada perawat yang ada di ruangan nya
tersebut. Setelah dilakukan operan pembagian tugas tentang Asuhan keperawatan
10 Orang Pasien ( dengan tingkat ketergantuangan lima parsial dan lima total ).
Dimana Kepala ruangan setiap harinya selalu dipanggil supervisor untuk
melakukan rapat diruangan Diklat. Tugas kepala ruangan dialih kan kepada
perawat primer (PP). Tidak lama setelah kepergian kepala ruangan, tiba- tiba
masuk pasien baru yang mengalami Heart attack dengan kondisi kritis. Perawat
primer ( PP) tersebut memanggil perawat Assosiate ( PA) untuk menagani segera
terhadap pasien yang baru datang dan menambahkan lagi tugas asukan
keperawatn kepada Perawat Assosiate ( PA) .

LO. Pendelegasian dan perhatikan prinsip responsibility, accountability dan


authorty
STEP I IDENTIFIKASI ISTILAH SULIT

1. Heart attack adalah serangan jantung dimana serangan jantung adalah


suatu penyumbatan aliran darah ke otot jantung.
2. Supervisor merupakan seseorang yang memberikan suvervisi atau
pelayanan di bidang keperawatan berupa kegiatan pengawasan, pembinaan
yang mencakup segala masalah keperawatan, ketenagaan keperawatan,
dan perawatan untuk menunjang pelayanan keperawatan yang lebih
berkualitas.
3. SP2KP adalah kegiatan pengelolaan asuhan keperawatan di setiap unit
ruang rawat di rumah sakit. Bisa diartikan pula sebagai sistem pemberian
asuhan keperawatan yang memungkinkan perawat dalam pelaksanaannya
dilakukan secara profesional kepada pasien.

4. Perawat associate adalah Seorang perawat yang diberikan wewenang dan


ditugaskan untuk memberikan pelayanan keperawatan langsung kepada
klien.

5. Perawat primer adalah seorang perawat dengan kualifikasi pendidikan


minimal ners perawat primer bertanggung jawab 24 jam kepada kliennya
selama klien tsb dirawat dirumah sakit atau suatu unit pelayanan
kesehatan. Perawat primer sebagai pemimpin yang mengatur dan
memimpin perawat pelaksana dalam memberikan pelayanan perawat
kepada pasien.

6. Diklat merupakan singkatan dari pendidikan dan pelatihan. Diklat adalah


serangkaian proses untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan
seorang pegawai demi tercapainya tujuan suatu organisasi.
STEP II IDENTIFIKASI MASALAH

1. Bagaimana sikap perawat assosiate dalam menangani kasus tersebut?


2. Kasus tersebut merupakan salah satu contoh praktik pendelegasian
manajemen keperawatan. Apakah pendelegasian tersebut termasuk
pendelegasian yang efektif atau tepat untuk dilakukan
3. Jika dilihat dari keefektifannya. manakah yang lebih efektif antara MPKP
dengan SP2K?
4. Apa saja alasan penting yang dapat dijadikan dalam sebuah pendelegasian
yang dilakukan oleh perawat primer kepada perawat associate
5. Apakah bole tugas kepala ruangan dialihkan ke PP?
6. Apa manfaat operan perawat bagi perawat dan pasien
7. Apa saja perbedaan tupoksi perawat orimer dan perawat assosiate?

STEP III ANALISA MASALAH

1. Sikap perawat associate dalam kasus adalah segera melakukan


penanganan pada pasien sesuai dengan perintah Perawat primer.
Karena dikatakan pada kasus bahwa kepala ruangan sering dipanggil
supervisor untuk melakukan rapat sehingga tugas kepala ruangan
dialihkan ke Perawat primer. Dengan begitu PP saat itu memiliki
wewenang seperti kepala ruangan. Salah satu tugas kepala ruangan
ialah melaksanakan fungsi pergerakan dan pelaksanaan dan salah
satunya mengatur dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan pelayanan
ruang rawat. Sedangkan perawat assosiate memiliki tugas untuk
memberikan pelayanan keperawatan secara langsung kepada pasien
sesuai dengan proses perawatan.

2. Peran dan tanggung jawab supervisor dalam pendelegasian tugas


keperawatan antara lain:
a. Menetapkan kebijakan dan prosedur: Supervisor bertanggung jawab
untuk menetapkan kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan
pendelegasian tugas keperawatan. Hal ini termasuk menentukan
siapa yang dapat menerima delegasi tugas dan bagaimana tugas
tersebut harus dilakukan.
b. Memberikan pelatihan dan pengawasan: Supervisor harus
memberikan pelatihan dan pengawasan kepada perawat yang
menerima delegasi tugas. Hal ini termasuk memberikan instruksi
yang jelas tentang tugas yang harus dilakukan, serta memastikan
bahwa perawat tersebut memiliki keterampilan dan pengetahuan
yang cukup untuk menyelesaikan tugas tersebut.
c. Menjamin keselamatan pasien: Supervisor harus memastikan bahwa
pendelegasian tugas dilakukan dengan mempertimbangkan
keselamatan pasien. Hal ini termasuk memastikan bahwa perawat
yang menerima delegasi tugas memiliki keterampilan dan
pengetahuan yang cukup untuk menyelesaikan tugas tersebut
dengan aman dan efektif.

3. MPKP dan SP2KP memiliki point2 kompononen pelayanan


keperawatan yang sama, namun terdapat perbedaan pada point
hubungan profesional dan sistem pemberian askep.
Pada MPKP :
1. Hubungan profesional (Profesional Relationship)
Asuhan kesehatan yang diberikan kepada klien melibatkan beberapa
anggota tim kesehatan yang mana focus pemberian asuhan kesehatan
adalah klien. Karena banyaknya anggota tim kesehatan yang terlibat,
maka perlu adanya kesepakatan mengenai hubungan kolaborasi dalam
pemberian asuhan kesehatan tersebut.
2. Sistem pemberian asuhan keperawatan (Care Delivery System)
Dalam perkembangan keperawatan menuju layanan yang profesional,
digunakan beberapa metode pemberian asuhan keperawatan, misalnya
metodekasus, fungsional, tim, dan keperawatan primer, serta
manajemen kasus. Dalam praktik keperawatan profesional, metode
yang paling memungkinkan pemberian asuhan keperawatan
professional adalah metode yang menggunakan the breath of
keperawatan primer.
Pada SP2KP:
1. Hubungan professional
Hubungan professional dilakukan oleh PP dimana PP lebih
mengetahui tentang perkembangan klien sejak awal masuk ke suatu
ruang rawat sehingga mampu member informasi tentang kondisi klien
kepada profesi lain khususnya dokter. Pemberian informasi yang
akurat tentang perkembangan klien akan membantu dalam penetapan
rencana tindakan medik.
2. Metode pemberian asuhan keperawatan
Metode pemberian asuhan keperawatan yang digunakan adalah
modifikasi keperawatan primer sehingga keputusan tentang renpra
ditetapkan oleh PP. PP akan mengevaluasi perkembangan klien setiap
hari dan membuat modifikasi pada renpra sesuai kebutuhan klien.
Kemudian Penetapan metode SP2KP didasarkan pada beberapa alasan
sebagai berikut :
a. Pada metode keperawatan primer, pemberian asuhan keperawatan
dilakukan secara berkesinambungan sehingga memungkinkan adanya
tanggung jawab dan tanggung gugat yang merupakan esensi dari suatu
layanan profesional.
b. Terdapat satu orang perawat professional yang disebut PP, yang
bertanggung jawab dan bertanggung gugat atas asuhan keperawatan
yang diberikan. Pada MPKP , perawat primer adalah perawat lulusan
sarjana keperawatan/Ners.
c. Pada metode keperawataan primer, hubungan professional dapat
ditingkatkan terutama dengan profesi lain.
d. Metode keperawatan primer tidak digunakan secara murni karena
membutuhkan jumlah tenaga Skp/Ners yang lebih banyak, karena
setiap PP hanya merawat 4-5 klien dan pada metode modifikasi
keperawatan primer , setiap PP merawat 9-10 klien.
e. Saat ini terdapat beberapa jenis tenaga keperawatan dengan
kemampuan yang berbeda-beda. Kombinasi metode tim dan perawat
primer menjadi penting sehingga perawat dengan kemampuan yang
lebih tinggi mampu mengarahkan dan embalming perawat lain di
bawah tanggung jawabnya.
f. Metode tim tidak digunakan secara murni karena pada metode ini
tanggung jawab terhadap asuhan keperawatan terbagi kepada semua
anggota tim, sehingga sukar menetapkan siapa yang bertanggung
jawab dan bertanggung gugat atas semua asuhan yang diberikan.
Kesimpulannya SPKP lebih efektif diterapkan di RS karena
berdasarkan sistem pemberian askep dilakukan oleh PP sehingga PP
lebih mengetahui kondisi pasien dari awal masuk hingga keluar.

4. Alasan pendelegasian
1. Pendelegasian memungkinkan manajer perawat mencapai hasil yang
lebih baik dari pada semua kegiatan ditangani sendiri
2. Agar organisasi berjalan efektif dan efesien
3. Pendelegasian memungkinkan manajer perawat dapat memutuskan
perhatian terhadap tugas-tugas prioritas yang lebih penting
4. Dengan pendelegasian, memungkinkan bawahan untuk tumbuh dan
berkembang bahkan dapat dipergunakan sebagai bahan informasi
untuk belajar dari kesalahan atau keberhasilan.

5. dalam situasi tertentu seperti pada kasus yang disebutkan di atas, tugas
kepala ruangan dapat dialihkan ke perawat pelaksana. Dalam kasus
tersebut, kepala ruangan harus meninggalkan ruangan untuk
menghadiri rapat, sehingga perawat primer (PP) harus mengambil alih
tugas kepala ruangan. Namun, ketika pasien baru masuk dengan
kondisi kritis, perawat primer (PP) memanggil perawat Assosiate (PA)
untuk membantu menangani pasien tersebut dan menambahkan tugas
asuhan keperawatan kepada perawat Assosiate (PA). Hal ini
menunjukkan bahwa perawat pelaksana juga dapat mengambil alih
tugas kepala ruangan dalam situasi darurat seperti ini. Namun, dalam
situasi normal, tugas kepala ruangan harus dilakukan oleh kepala
ruangan itu sendiri.

6. Manfaat operan bagi perawat yaitu: Meningkatkan kemampuan


komunikasi antarperawat, Menjalin hubungan kerjasama dan
bertanggung jawab antarperawat, Pelaksanaan asuhan keperawatan
terhadap pasien dilaksanakan secara berkesinambungan, Perawat dapat
mengikuti perkembangan pasien secara paripurna. Sedangkan manfaat
bagi pasien yaitu pasien dapat menyampaikan masalah secara
langsung bila ada yang belum terungkap.

7. Perbedaan Perawat Primer dan Perawat Associate


Perawat primer adalah perawat yang memiliki pendidikan formal di
bidang keperawatan, seperti D3 atau S1 Keperawatan. Mereka
memiliki tanggung jawab yang lebih tinggi dalam memberikan
pelayanan kesehatan, dan mampu melakukan prosedur medis tertentu
seperti menyuntikkan obat, memberikan infus, atau memasang kateter.
Sedangkan perawat associate adalah perawat yang memiliki
pendidikan formal di bidang keperawatan yang lebih rendah, seperti
D1 atau D2 Keperawatan. Mereka bertanggung jawab dalam
memberikan perawatan dasar, seperti membersikan luka, mengganti
balutan, atau memandikan pasien. Perbedaan lainnya adalah dalam hal
pengambilan keputusan. Perawat primer memiliki wewenang yang
lebih besar dalam mengambil keputusan medis, dan dapat memberikan
resep obat. Sedangkan perawat associate harus selalu berkoordinasi
dengan dokter atau perawat primer dalam mengambil keputusan
medis.
STEP IV MINMAPPING

Ruang Rawat Inap Jantung

Supervisor
Metode SP2K

Kepala Ruangan Operan Tugas

TIM Perawat Kejadian


Heart Attack

Perawat Perawat
Primer Assosiate
Perawat Perawat
Primer Assosiate

Pendelegasian Prinsip Etik


Tugas Keperawatan
STEP V LEARNING OBJEKTIF

1. Konsep Pendelegasian
2. Prinsip responsibility, accountability, authority
3. Perbedaan MPKP & SP2K
4. Konsep SP2K
- Definisi
- Tujuan
- Komponen

JAWABAN:

1. Pendelegasian merupakan tindakan memberikan wewenang untuk


melakukan tugas keperawatan kepada seorang individu yang kompeten.
Delegasi merupakan keterampilan yang harus dimiliki perawat untuk
meningkatkan keefektifan proses kepemimpinan dan manajemen
keperawatan, serta meningkatkan produktifitas baik dalam pelayanan
maupun asuhan keperawatan yang professional. International Council of
Nurses (2012) menyatakan bahwa perawat bertanggung jawab atas
pendelegasian dan pengawasan setelah sebuah proses delegasi dilakukan.
Perawat mendelegasikan suatu kegiatan pengelolaan atau asuhan, dengan
mempertimbangkan kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan pengguna
layanan kesehatan. Proses delegasi mempertimbangkan kebijakan, situasi,
komunikasi, pengawasan, evaluasi, serta orang yang didelegasikan tugas,
demi mempertahankan akuntabilitas perawatan (ANA, 2015).
Pendelegasian dapat diartikan sebagai penyelesaian suatu
pekerjaan melalui orang lain atau dapat juga diartikan sebagai pelimpahan
suatu tugas kepada seseorang atau kelompok dalam menyelesaikan tujuan
organisasi (Marquis dan Huston, 1998). Pendelegaian (Pelimpahan
Wewenang) merupakan salah satu elemen penting dalam fungsi
pembinaan. Sebagai manajer perawat dan bidan menerima prinsip-prinsip
delegasi agar menjadi lebih produktif dalam melakukan fungsi-fungsi
manajemen lainnya (Handoko, 1997). Delegasi keperawatan merupakan
salah satu aktivitas kepala ruangan melaksanakan fungsi manajemen
dalam pemberian pelayanan keperawatan. Mekanisme delegasi
keperawatan yang efektif menjamin kualitas pendelegasian keperawatan
(Pohan, 2017).
Perawat delegasi adalah praktik di mana seorang perawat
memberikan sebagian tanggung jawabnya kepada perawat lain atau
anggota tim kesehatan yang memiliki keterampilan dan wewenang yang
sesuai. Ini dilakukan dalam konteks perawatan pasien untuk memastikan
perawatan yang efisien dan aman. Delegasi perawat harus mematuhi
pedoman etika dan hukum serta mempertimbangkan tingkat kompetensi
individu yang terlibat.
Pendelegasian adalah proses penyerahan tugas dari seseorang
kepada orang lain. Pendelegasian merupakan pengambilan
keputusan,tugas-tugas mana yang dikerjakan manajer sendiri seta mana
yang dikerjakan yang diserahkan kepada dan dikerjakan oleh orang lain
(karyawan / staf). Pendelegasian ditujukan sebagai proses pembelajaran
kepada karyawan /staf yang lebih yunior, serta pengembangan
keperibadian dan tanggung jawab karyawan yang menerima tugas dari
pimpinan.
 Alasan Pendelegasian
Ada beberapa alasan mengapa pendelegasian diperlukan :
1) Pendelegasian memungkinkan manajer perawat/bidan mencapai
hasil yang lebih baik dari pada semua kegiatan ditangani sendiri.
2) Agar organisasi berjalan lebih efisien.
3) Pendelegasian memungkinkan manajer perawat/bidan dapat
memusatkan perhatian terhadap tugas-tugas prioritas yang lebih
penting.
4) Dengan pendelegasian, memungkinkan bawahan untuk tumbuh dan
berkembang, bahkan dapat dipergunakan sebagai bahan informasi
untuk belajar dari kesalahan atau keberhasilan.
 Tips Pendelegasian
a. Tentukan tugas yang akan didelegasikan.
b. Pilih orang yang tepat untuk pekerjaan yang tepat.
c. Komunikasikan Secara Jelas.
d. Lakukan evaluasi secara berkala.
e. Atasi masalah yang terjadi.
f. Beri penghargaan pada tim Anda.
 prinsip
Prinsip Pendelegasian
Dibawah ini adalah prinsip-prinsip klasik yang dapat dijadikan dasar
untuk delegasi efektif :
a) Prinsip Scalar
Proses scalar adalah mengenai perkembangan rantai perintah yang
menghasilkan pertambahan tingkat-tingkat pada struktur organisasi.
Proses scalar dicapai melalui pendelegasian wewenang dan tanggung
jawab
b) Prinsip kesatuan perintah.
Dalam melaksanakan pekerjaan, karyawan harus memperhatikan
prinsip kesatuan perintah sehingga pelaksanaan kerja dapat dijalankan
dengan baik. Karyawan harus tahu kepada siapa harus ia bertanggung
jawab sesuai dengan wewenang yang diperolehnya. Perintah yang
datang dari manajer lain kepada serorang karyawan akan merusak
jalannya wewenang dan tanggung jawab serta pembagian kerja.
c) Tanggung jawab, wewenang, dan akuntabilitas.
2. Prinsip responsibility, accountability, authority
Prinsip Wewenang (Authority), Tanggung Jawab (Responsibility) dan
Akuntabilitas (Accountability) yaitu :
a. Wewenang (Authoritv)
Wewenang atau authority dapat didefinisikan sebagai kekuasaan dan
hak seseorang untuk menggunakan dan mengalokasikan sumber dava
secara efisien, untuk mengambil keputusan dan member perintah agar
dapat mencapai tujuan organisasinya. Dengan kata lain, wewenang
atau otoritas adalah hak untuk memberikan perintah, pesan atau
instruksi untuk menyelesaikan segala sesuatu yang ditugaskannya.
Wewenang (authority) adalah pemberian hak dan kekuasaan kepada
delegasi untuk mengambil suatu keputusan terhadap tugas yang
dilimpahkan. Wewenang, adalah hak untuk memberi perintah dan
kekuasaan untuk meminta dipatuhi.

b. Tanggung jawab (responsibility)


Tanggung Jawab atau Responsibility dapat diartikan sebagai kewajiban
seseorang untuk menyelesaikan tugas yang dibebankan kepadanya.
Seseorang yang diberi tanggung jawab harus memastikan bahwa dia
menyelesaikan tugas yang dibebankan kepadanya.
Responsibility (Barbara kozier dalam Fundamental of nursing
1983:25) Responsibility means : Reliability and thrustworthiness. This
attribute indicates that the professional nurse carries out required
nursing activities conscientiously and that nurse’s actions are honestly
reported (Koziers, 1983:25) Tanggung jawab perawat berarti keadaan
yang dapat dipercaya dan terpercaya. Sebutan ini menunjukan bahwa
perawat professional menampilkan kinerja secara hati-hati, teliti dan
kegiatan perawat dilaporkan secara jujur. Klien merasa yakin bahwa
perawat bertanggung jawab dan memiliki kemampuan, pengetahuan
dan keahlian yang relevan dengan disiplin ilmunya. Kepercayaan
tumbuh dalam diri klien karena kecemasan akan muncul bila klien
merasa tidak yakin bahwa perawat yang merawatnya kurang terampil,
pendidikannya tidak memadai dan kurang berpengalaman. Klien tidak
yakin bahwa perawat memiliki integritas dalam sikap, keterampilan,
pengetahuan (integrity) dan kompetensi.
c. Akuntabilitas (accountability)
Akuntabilitas atau accountability adalah kewajiban seseorang atau
organisasi untuk mempertanggungjawabkan aktivitasnya dan
mengungkapkan hasilnya secara transparan. Dapat dikatakan bahwa
Akuntabilitas merupakan peningkatan dari rasa tanggung jawab, suatu
yang lebih tinggi mutunya dari tanggung jawab (responsibility)
sehingga memuaskan atasan. Acountability : The Nurse participates in
making decisions and learns to live with these decisions (Barbara
Kozier, Fundamental of Nursing 1983:7, 25, ). Akontabiliti dapat
diartikan sebagai bentuk partisipasi perawat dalam membuat suatu
keputusan dan belajar dengan keputusan itu konsekuensi-
konsekuensinya. Perawat hendaknya memiliki tanggung gugat artinya
bila ada pihak yang menggugat ia menyatakan siap dan berani
menghadapinya. Terutama yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan
profesinya. Perawat harus mampu untuk menjelaskan kegiatan atau
tindakan yang dilakukannya

3. Perbedaan MPKP & SP2K


Perbedaan antara MPKP dan SP2K terletak pada fokus,
komponen, peran perawat, tujuan, dan implementasi. MPKP lebih fokus
pada manajemen pelayanan keperawatan secara umum, sedangkan SP2K
lebih fokus pada pemberian asuhan keperawatan yang berkualitas dan
profesional. SP2K juga mengenal perawat primer (PP) dan perawat
associate (PA), sedangkan dalam model MPKP tidak terdapat perawat
primer (PP). Tujuan MPKP adalah meningkatkan efektivitas dan efisiensi
pelayanan keperawatan, sedangkan tujuan SP2K adalah memberikan
pelayanan keperawatan yang berkualitas dan profesional.
Perbedaan terletak pada struktur pembagian perawat diruangan,
seperti tidak adanya perawat penanggung jawab pasien dan perawat
pelaksana pada model MPKP, namun pada model SP2KP struktur
pembagian perawat terbagi atas perawat penanggung jawab pasien dengan
jumlah pasien yang telah ditentukan, dan terdapat perawat pelaksana, tidak
hanya itu system SP2KP juga lebih menghargai kinerja perawat dengan
bentuk pemberian reward pada perawat yang memiliki kinerja yang baik di
rumah sakit. Reward yang diberikan dari rumah sakit kepada perawat
dapat berupa bentuk remunisasi yang jumlahnya berbeda, sesuai dengan
tindakan keperawatan yang dilakukan oleh tiap perawat.
Hasil penelitian dari Rantung 2013, hasil yang diperoleh dari
ruangan yang menggunakan system SP2KP hasil mean 78, 14, sedangkan
ruangan dengan non SP2KP hasil mean 54, 2. Hasil uji analisis
menunjukkan nilai P = 0.000 < 0.05, sehingga membuktikan bahwa ada
perbedaan signifikan antara pendokumentasian asuhan keperawatan pada
ruangan yang menerapkan system SP2KP dengan ruangan yang tidak
menerapkan system SP2KP di RSUP Prof.R.D. Kandou Manado. Dalam
hal ini perbedaanya terletak pada kelengkapan dokumentasi asuhan
keperawatan, namun pada jurnal tidak dijelaskan kelengkapan
dokumentasi seperti apa yang dimaksudkan.
Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) adalah
suatu sistem(struktur, proses dan nilai-nilai profesional) yang
memungkinkan perawatprofesional mengatur pemberian asuhan
keperawatan termasuklingkungan, yang dapat menopang pemberian
asuhan tersebut. SedangkanSP2KP (Sistem Pemberian Pelayanan
Keperawtan Professional)merupakan pengembangan dari MPKP
(Model praktek KeperawatanProfesional) dimana dalam SP2KP ini
terjadi kerjasama professionalantara perawat primer (PP) dan
perawat asosiet (PA) serta tenagakesehatan lainnya.
4. Konsep SP2K
1.1. Definisi
Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan Profesional (SP2KP)
adalah suatu tatalaksana struktur dan proses mandiri yang menjamin
partisipasi semua perawat dalam memutuskan hal-hal yang berkaitan
dengan definisi asuhan keperawatan, pemberian asuhan keperawatan, dan
evaluasi dari asuhan keperawatan tersebut (Hoffart & Woods, 1996 dalam
Modul pelatihan SP2KP RSUP dr.M.Djamil, 2012).
Menurut (Sitorus 2011) SP2KP (Sistem Pemberian Pelayanan
Keperawatan Profesional) adalah kegiatan pengelolaan asuhan
keperawatan disetiap unit ruang rawat di rumah sakit. SP2KP ini
merupakan sistem pemberian asuhan keperawatan di ruang rawat yang
dapat memungkinkan perawat dalam pelaksanaan asuhan keperawatan
yang professional bagi pasien. SP2KP ini memiliki system
pengorganisasian yang baik dimana semua komponen yang terlibat dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan diatur secara professional (Rantung dkk,
2013). SP2KP memperlihatkan pelayanan yang lebih terstruktur dan
terorganisir yang lebih professional dan lebih baik dalam memberikan
tingkat pelayanan asuhan keperawatan terhadap pasien (Somantri, 2015).
Berdasarkan keputusan menteri kesehatan nomor:
123/Menkes/SK/XI/2005 tentang registrasi dan praktek keperawatan,
yang berguna untuk meningkatkan mutu pelayanan khususnya dibidang
asuhan keperawatan maka dibentuklah suatu tim Model Praktik
Keperawatan Profesional (MPKP). Pengembangan dari MPKP (Model
Praktik Keperawatan Profesional) ini adalah SP2KP (Sistem Pemberian
Pelayanan Keperawatan Profesional).
1.2. Tujuan
Tujuan sistem pemberian pelayanan keperawatan profesional adalah
untuk memberikan perawatan kesehatan yang berkualitas, aman, dan
efektif kepada pasien. Tujuan-tujuan khusus dari sistem ini meliputi:
1. Menjaga dan memulihkan kesehatan pasien: Sistem keperawatan
profesional bertujuan untuk membantu pasien dalam menjaga
kesehatannya, mencegah penyakit, serta memulihkan pasien yang
sakit atau terluka.
2. Meningkatkan kualitas hidup: Pelayanan keperawatan bertujuan
untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dengan memberikan
perawatan yang sesuai dengan kebutuhan fisik, emosional, dan sosial
mereka.
3. Mencegah penyakit dan cedera: Sistem keperawatan juga berfokus
pada pencegahan penyakit dan cedera melalui edukasi, vaksinasi,
perawatan preventif, dan promosi gaya hidup sehat.
4. Mendukung pasien dan keluarga: Perawatan keperawatan profesional
harus memberikan dukungan emosional dan informasi kepada pasien
dan keluarganya untuk membantu mereka mengatasi stres dan
ketidakpastian yang mungkin muncul selama perawatan.
5. Menerapkan praktik-praktik terbaik: Sistem keperawatan bertujuan
untuk selalu mengikuti praktik-praktik terbaik berdasarkan bukti
ilmiah, sehingga pasien mendapatkan perawatan yang paling efektif
dan aman.
6. Menjamin keamanan pasien: Salah satu tujuan utama adalah
mencegah kesalahan medis, infeksi nosokomial, dan memberikan
perawatan yang aman bagi pasien.
7. Menyediakan pelayanan yang berfokus pada pasien: Pelayanan
keperawatan harus bersifat berpusat pada pasien, mempertimbangkan
preferensi, budaya, dan nilai-nilai pasien dalam pengambilan
keputusan perawatan.
8. Mengkoordinasikan perawatan: Sistem keperawatan harus mencakup
koordinasi perawatan antarprofesional dan antarsektor untuk
memastikan perawatan yang komprehensif bagi pasien.
9. Meningkatkan aksesibilitas: Tujuan ini mencakup upaya untuk
memastikan bahwa semua individu memiliki akses yang setara ke
layanan keperawatan berkualitas.
10. Mengelola sumber daya dengan efisien: Sistem keperawatan harus
mengelola sumber daya, termasuk waktu dan tenaga perawat, dengan
efisien untuk memberikan pelayanan yang optimal.
Diselenggarakan program penerapan Sistem Pemberian
Pelayanan Keperawatan Profesional (SP2KP) untuk mendukung
sistem pelayanan kesehatan secara komperhensif (Kemenkes RI,
2012). SP2KP mempunyai lingkup yang meliputi aplikasi nilai-nilai
professional dalam praktik keperawatan, manajemen dan pemberian
asuhan keperawatan serta pengembangan professional diri. SP2KP
memperlihatkan pelayanan yang lebih terstruktur dan terorganisir
yang lebih professional dan lebih baik dalam memberikan tingkat
pelayanan asuhan keperawatan terhadap pasien (Somantri, 2015).
Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan Profesional
(SP2KP) untuk mendukung system pelayanan kesehatan secara
komperhensif (Kemenke RI, 2012). SP2KP adalah Sistem Pemberian
Pelayanan Keperawatan Profesional merupakan upaya untuk
meningkatkan mutu asuhan keperawatan sehingga menjadi efektif
dan efisien. SP2KP mempunyai lingkup yang meliputi aplikasi nilai-
nilai professional dalam praktik keperawatan, manajemen da
pemberian asuhan keperawatan serta pengembangan professional diri.
SP2KP memperlihatkan pelayanan yang lebih terstruktur dan
terorganisir yang lebih professional dan lebih baik dalam
memberikan tingkat pelayana asuhan keperawatan terhadap pasien
(Somantri, 2015).
1.3. Komponen
Menurut Kusnanto (2004) terdapat beberapa komponen pelayanan
keperawatan profesional yaitu:
a. Nilai-nilai profesional sebagai inti model
Pada model ini, Perawat Primer (PP) dan Perawat Associate (PA)
membangun kontrak dengan klien/keluarga sejak masuk ke suatu ruang
rawat yang merupakan awal dari penghargaan atas harkat dan martabat
manusia. Hubungan tersebut akan terus dibina selama klien dirawat di
ruang rawat, sehingga klien/keluarga menjadi partner dalam memberikan
asuhan keperawatan. Pelaksanaan dan evaluasi renpra, PP mempunyai
otonomi dan akuntabilitas untuk mempertanggungjawabkan
asuhan yang diberikan termasuk tindakan yang dilakukan PA di bawah
tanggung jawab untuk membina performa PA agar melakukan tindakan
berdasarkan nilai-nilai professional.
b. Pendekatan Manajemen
Pendekatan manajemen juga merupakan salah satu nilai profesional yang
diperlukan dalam mengimplementasikan praktek keperawatan
profesional. Model ini memberlakukan manajemen Sumber Daya
Manusia (SDM), artinya ada garis komunikasi yang jelas antara PP dan
PA. Performa PA dalam satu tim menjadi tanggung jawab PP. PP adalah
seorang manajer asuhan keperawatan yang harus dibekali dengan
kemampuan manajemen dan kepemimpinan sehingga PP dapat menjadi
manajer yang efektif dan pemimpin yang efektif.
Pendekatan manajemen yang digunakan dalam pengelolaan keperawatan
diruang rawat meliputi:
1. Fungsi Perencanaan
Perencanaan merupakan rincian kegiatan tentang apa, bagaimana masing-
masing dan dimana kegiatan akan dilaksanakan. Perencanaan diruang
rawat adalah kegiatan perencanaan yang melibatkan seluruh perawat
ruangan tersebut mulai dari kepala ruangan, ketua tim dan anggota
tim/perawat pelaksana. Perencanaan yang disusun oleh perawat
disesuaikan dengan peran dan fungsi masing-masing. Perencanaan yang
diterapkan adalah rencana harian, mingguan dan bulanan.
- Rencana Harian
Rencana harian adalah rencana aktifitas pada tiap shift oleh perawat
asosiet/perawat pelaksana perawat primer/ketua tim dan kepala ruangan
1) Rencana Harian Perawat Pelaksana
Perawat pelaksana akan membuat rencana yang ditujukan pada tindakan
keperawatan untuk sejumlah pasien yang dirawat pada shift dinasnya.
2) Rencana harian ketua tim
Isi rencana harian ketua tim adalah penyelenggaraan asuhan keperawatan
pada pasien di timnya, melakukan supervisi perawat pelaksana untuk
menilai kompetensi secara langsung dan tidak langsung, serta on the job
trainning yang dirancang, kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan
lainnya yang merawat pasien dalam timnya. Ketua tim sebaiknya hanya
dinas pagi, karena pada pagi hari banyak kegiatan atau tindakan yang
dilakukan dan merencanakan kegiatan sore dan malam.
3) Rencana harian kepala ruangan
Isi kegiatan harian kepala ruangan meliputi semua kegiatan yang
dilakukan oleh seluruh perawat yang ada di ruangan dalam rangka
menghasilkan pelayanan asuhan keperawatan yang berkualitas. Kepala
ruangan harus mengetahui kebutuhan ruangan dan mempunyai hubungan
keluar dengan unit yang terkait untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Demikian pula dengan asuhan keperawatan, kepala ruangan sebagai
narasumber utama atau konsultan untuk menjamin terlaksananya asuhan
keperawatan pada semua tim di ruangan.

- Rencana Bulanan
Ketua tim dan kepala ruangan membuat rencana bulanan berhubungan
dengan peningkatan asuhan keperawatan dan pelayanan keperawatan.
1) Rencana Bulanan Kepala Ruangan
Setiap akhir bulan kepala ruangan melakukan evaluasi dan berdasarkan
hasil evaluasi tersebut, kepala ruangan akan membuat rencana tindak
lanjut dalam rangka peningkatan kualitas hasil. Dalam fungsi
perencanaan, kepala ruangan membuat laporan tentang evaluasi rencana
harian yang dibuat oleh ketua tim dan perawat pelaksana.
2) Rencana bulanan ketua tim
Setiap akhir bulan ketua tim melakukan evaluasi tentang keberhasilan
kegiatan yang dilakukan didalam tim nya yaitu askep dan kinerja perawat
pelaksana.
c. Metode pemberian asuhan keperawatan
Metode pemberian asuhan keperawatan yang digunakan adalah
modifikasi keperawatan primer sehingga keputusan tentang renpra
ditetapkan oleh PP. PP akan mengevaluasi perkembangan klien setiap hari
dan membuat modifikasi pada renpra, sesuai kebutuhan klien.
d. Hubungan professional
Hubungan professional dilakukan oleh PP dimana PP lebih mengetahui
tentang perkembangan klien sejak awal masuk ke suatu ruang rawat
sehingga mampu memberi informasi tentang kondisi klien kepada profesi
lain khususnya dokter.
Pemberian informasi yang akurat tentang perkembangan klien akan
membantu dalam penetapan rencana tindakan medik.
e. Sistem kompensasi dan penghargaan
Keperawatan merupakan SDM kesehatan yang mempunyai kesempatan
paling banyak untuk melakukan praktek profesionalnya pada pasien di
berbagai tatanan khususnya pada pasien yang dirawat di rumah sakit serta
memberikan asuhan 24 jam terus menerus. Untuk sejumlah pasien
diperlukan sejumlah perawat karena perawat senantiasa ada di antara
pasien, berbeda dengan profesi kesehatan lain yang memerlukan waktu
sesaat dan tidak terus menerus sehingga jumlah mereka tidak sebanyak
perawat. Untuk itu, kemampuan perawat melakukan praktek keperawatan
professional perlu dipertahankan, dikembangkan dan ditingkatkan melalui
manajemen SDM/kinerja perawat yang konsisten dan disesuaikan dengan
perkembangan iptek keperawatan.
Komponen SP2K terdiri dari: perawat, profil pasien, system
pemberianasuhan keperawatan, kepemimpinan, nilai-nilai profesional,
fasilitas, sarana prasarana(logistik) serta dokumentasi asuhan keperawatan
(Direktorat Bina PelayananKeperawatan DEPKES RI, 2009).

1.4. Pemberian Asuhan Keperawatan Profesional berdasarkan SP2KP


SP2KP sebagai sistem pemberian asuhan keperawatan di ruang
rawat, dapat memungkinkan perawat dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan yang profesional bagi pasien. SP2KP ini memiliki sistem
pengorganisasian yang baik dimana semua komponen yang terlibat dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan diatur secara profesional (Sitorus
&Yulia, 2006). Praktik keperawatan dalam hal ini asuhan keperawatan
yang diberikan kepada klien mengacu pada proses keperawatan itu sendiri
yaitu meliputi pengkajian, diagnosekeperawatan, perencanaan,
implementasi dan evaluasi. Dalam hal pelaksanaan tindakan maupun
pendokumentasian nya perawat dituntut untuk profesional. Asuhan
keperawatan merupakan aspek legal bagi seorang perawat. Aspek legal
dikaitkan dengan dokumentasi keperawatan (Dermawan, 2012).
SP2KP merupakan bantuk pengembangan dari MPKP yang lebih
profesional dan lebih baik dalam memberikan tingkat pelayanan asuhan
keperawatan terhadap klien. Didalam SP2KP kita sering mengenal
perawat primer (PP)dan perawat associate (PA). Dalam pengembangan
konsep SP2KP, perawat PP bertugas dalam menjalankan komunikasi
dengan tenaga kesehatan lain seperti dokter, ahli gizi, farmasi, dll. Dalam
hal ini, perawat PP bertugas untuk memberikan hasil pemeriksaannya
berdasarkan hasil pengkajian yang berhubungan dengan perawatan pasien
yang dilaksanakan oleh PA, sehingga dapat membantu dalam
memutuskan tindakan medis selanjutnya. Dalam melakukan asuhan
keperawatan yang professional, diperlukannya membuat suatu rencana
asuhan keperawatan (renpra) untuk membantu mengidentifikasi masalah
pasien.

Anda mungkin juga menyukai