Dosen Pembimbing:
DISUSUN OLEH:
TAHUN 2022
SKENARIO I
Seorang Perawat penanggung Jawab program jiwa Puskesmas melakukan kunjungan rumah
pada keluarga Tn.J. Tn.J mengeluh sering pusing, lelah, dan sulit tidur karena khawatir
dengan kondisi kesehatan anaknya yang sakit sejak 3 tahun terakhir. Anak Tn.J, Nn.A sejak 3
tahun terakhir banyak mengurung diri dikamar. Kondisi ini terjadi setelah klien batal
menikah. Saat kunjungan klien tampak duduk disudut kamar, terkadang berjalan bolak balik
sambil bicara sendiri. Klien menerima kehadiran perawat. Hasil pengkajian didapatkan data
bahwa klien mendengar suara-suara yang mengatakan dirinya jelek sehingga calon suaminya
pergi meninggalkannya dan menikah dengan perempuan lain. Suara didengar paling sering
saat klien diam dan sendirian terutama dimalam hari. Saat mendengar suara yang mengejek
tersebut yang dilakukan klien adalah menangis terkadang marah dengan suara yang didengar
tersebut. Keluarga belum pernah membawa klien berobat ke dokter, hanya ke pengobatan
tradisional dan didoakan.
LO :
KLARIFIKASI ISTILAH
1. Puskesmas
Pusat Kesehatan Masyarakat, disingkat Puskesmas, adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat
pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
2. Pengobatan tradisional
3. Khawatir
Khawatir adalah perasaan gelisah yang terjadi ketika pikiran terfokus pada kesulitan saat ini
atau masalah potensial yang belom benar benar terjadi.
4. Jiwa
Jiwa adalah kajian utama pada ruang lingkup Psikologi berbeda dengan fisiologi yang
mempelajari struktur dan fungsi organ fisik biologis manusia karena psikologi secara
etimiologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang jiwa.
5. Mengurung diri
6. Pusing
Pusing adalah kondisi ketika Anda merasa pening kepala dan tidak seimbang. Biasanya, ini
bukan masalah serius, tapi tetap perlu penanganan. Pusing merupakan keadaan yang
menggambarkan perasaan kehilangan keseimbangan.
STEP II
IDENTIFIKASI MASALAH
1. Apa yang harus dilakukan perawat untuk menghadapi pasien pada kasus?
2. Apa DO dan DS yang dapat kita dapatkan dari kasus tersebut?
3. Apa komunikasi yang dapat diberikan kepada pasien?
4. Pengobatan tradisional seperti apa yang bisa diberikan kepada pasien pada kasus
tersebut?
5. Apa yang menjadi penyebab pasien mendengar suara-suara seperti pada kasus?
STEP III
ANALISA MASALAH
1. Pelayanan keperawatan yang diberikan kepada klien terutama dengan halusinasi, yaitu
klien diberikan pengobatan psikofarmaka dan terapi modalitas keperawatan (terapi
aktivitas kelompok, terapi rekreasi, terapi lingkungan, terapi individu dan terapi
okupasi). Terapi individu merupakan salah satu bentuk terapi yang dilakukan secara
individu oleh perawat kepada klien secara tatap muka perawat-klien dengan durasi
waktu tertentu sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Pelaksanaannya adalah
dengan menggunakan komunikasi terapeutik yang dilakukan perawat dengan pasien
yang mempunyai tujuan yaitu klien mampu mengontrol halusinasi. Dengan teknik
komunikasi terapeutik ini berguna untuk membangun hubungan terapeutik perawat
dan klien, mengidentifikasi masalah klien, mengkaji persepsi klien tentang masalah
yang dihadapinya. Teknik komunikasi terapeutik merupakan salah satu teknik dalam
proses penyembuhan pasien terutama dengan masalah keperawatan gangguan jiwa tak
terkecuali pasien gangguan jiwa dengan halusinasi.
2. DS:
• Tn.J mengeluh sering pusing, lelah, dan sulit tidur karena khawatir dengan kondisi
kesehatan anaknya yang sakit sejak 3 tahun terakhir.
• Klien mendengar suara-suara yang mengatakan dirinya jelek sehingga calon
suaminya pergi meninggalkannya dan menikah dengan perempuan lain.
• Keluarga belum pernah membawa klien berobat ke dokter, hanya ke pengobatan
tradisional dan didoakan.
• Keluarga belum pernah membawa klien berobat ke dokter, hanya ke pengobatan
tradisional dan didoakan.
DO:
• Saat mendengar suara yang mengejek tersebut yang dilakukan klien adalah
menangis terkadang marah dengan suara yang didengar tersebut.
• Saat kunjungan klien tampak duduk disudut kamar, terkadang berjalan bolak balik
sambil bicara sendiri.
3. Dalam teknik komunikasi terapeutik yang dilakukan pada terapi penyembuhan pasien
gangguan jiwa halusinasi, ada empat teknik komunikasi terapeutik utama yang dapat
digunakan yaitu:
• Teknik Mendengarkan
Dalam teknik ini perawat melakukan peran dan fungsinya untuk mendengarkan
masalah yang dialami pasien baik pikirannya, perasaannya atau idenya, semua
yang disampaikan pasien halusinasi harus didengarkan perawat dengan penuh
perhatian, agar dapat mengumpulkan data-data awal dari pasien halusinasi ini
dengan sangat lengkap dan rinci, sehingga dapat mempermudah langkah
selanojutnya yang dapat diambil pada proses terapi penyembuhan pasien
gangguan jiwa khususnya halusinasi.
• Teknik Bertanya
Bertanya merupakan teknik yang dilakukan oleh perawat dalam mencari informasi
yang belum didapatkan sebelumnya, dari apa yang telah disampaikan pasien
halusinasi, dengan terus memberikan pertanyaan-pertanyaan bertujuan untuk
mendorong atau memancing pasien halusinasi untuk mengungkapkan perasaan,
pikiran dan masalahnya yang dialaminya lebih spesifik, lebih detail dan lebih
mendalam sehingga dapat mengumpulkan semua data-data yang dibutuhkan
dalam serangkaian proses terapi penyembuhan gangguan jiwa khususnya
halusinasi.
• Teknik Menyimpulkan
Dalam teknik menyimpulkan ini, perawat mendapatkan poin utama yang menjadi
acuan untuk mengatasi masalah pokok yang dialami pasien sehingga perawat
dapat merencanakan stategi pelaksanaan cara mengatasi masalah yang dirasakan
pasien halusinasi, atau mencarikan solusi dari masalah yang dialami pasien
halusinasi.
• Teknik Mengubah Cara Pandang
Teknik yang paling utama dan paling akhir dalam teknik komunikasi terapeutik,
teknik mengubah cara pandang merupakan inti semuanya dari teknik komunikasi
terapeutik. Perawat memberikan cara pandang lain agar pasien tidak melihat
sesuatu masalah dari aspek negatifnya saja, dalam teknik ini perawat harus
mampu mengubah cara pandang dan melatih pasien secara terus menerus supaya
dapat keluar dari masalah yang dialaminya salah satunya dengan melaksanakan
perencanaan yang telah direncanakan dalam teknik sebelumnya yaitu secara terus
menerus melatih dengan cara menghardik supaya pasien halusinasi dapat
mengalihkan cara pandang pikiran atau perasaannya yang salah.
5. Halusinasi dapat muncul akibat berbagai faktor. Berikut adalah beberapa faktor paling
umum yang dapat menyebabkan halusinasi:
• Gangguan kejiwaan, seperti skizofrenia, demensia, dan depresi berat dengan
gejala psikosis.
• Gangguan saraf dan otak, seperti penyakit Parkinson, migrain dengan aura,
delirium, stroke, epilepsi, dan penyakit.
• Alzheimer
• Banyak mengonsumsi alkohol dan obat-obatan terlarang, seperti kokain,
amfetamin, dan heroin.
• Demam, terutama pada anak atau lansia.
• Gangguan tidur, seperti narkolepsi.
STEP IV
MIND MAPPING
STEP V
2. Data tambahan apa yang harus didapatkan dari pasien dan keluarga
Data yang perlu ditambahkan pada kasus, yakni:
Data presipitasi
Riwayat kesehatan keluarga
Status kesehatan fisik
Data psikososial, meliputi konsep diri, hubungan sosial, keyakinan dan nilai
spiritual
Status mental
Pola aktivitas sehari-hari
Mekanisme koping
Aspek medis
Data penting yang diperlukan saat pengkajian
Jenis Halusinasi
Jenis halusinasi ada 5 yaitu halusinasi penglihatan, pendengaran, pengecapan,
dan peraba. Data objektif dapat dikaji dengan cara mengobesrvasi perilaku
pasien, sedangkan data subjektif dapat dikaji dengan melakukan cara
wawancara dengan pasien.
Isi Halusinasi
Data tentang isi halusinasi dapat diketahui dari hasil pengkajian tentang jenis
halusinasi.
Waktu, Frekuensi Dan Situasi Yang Menyebabkan Munculnya Halusinasi
Perawat perlu mengkaji waktu, frekuensi, dan situasi munculnya halusinasi
yang dialami pasien. Hal ini dilakukan untuk menentukan intervensi khusus
pada waktu terjadinya halusinasi, menghindari situasi yang menyebabkan
munculnya halusinasi sehingga pasien tidak larut dengan halusinasinya.
Dengan mengetahui frekuensi terjadiya halusinasi dapat direncanakan
frekuensi tindakan untuk mencegah terjadinya halusinasi
Respon klien
Untuk menentukan sejauh mana halusinasi telah mempengaruhi klien, bisa
dikaji dengan menanyakan apa yang dilakukan klien saat mengalami
pengalaman halusinasi. Apakah klien masih bisa mengontrol stimulasi
halusinasi atau sudah tidak berdaya lagi terhadap halusinasi (Damayanti,
2014).
LAPORAN PENDAHULUAN
1. DEFINISI
Halusinasi adalah distorsi persepsi palsu yang terjadi pada respons
neurobiologis maladaptive .Halusinasi biasanya muncul pada pasien gangguan jiwa
diakibatkan terjadinya perubahan orientasi realita,pasien meraskan stimulasi yang
sebetulnya tidak ada.halusinasi penglihatan dan pendengaran yang merupakan gejala
dari early psychosis, yang sebagian besar terjadi pada usia remaja akhir atau dewasa
awal,bingung peran yang berdampak pada rapuhnya kepribadian sehingga terjadi
gangguan konsop diri dan menarik diri dari lingkungan social yang lambat laun
membuat penderita menjadi asik dengan hayalan dan menyebabkan timbulnya
halusinasi (Ervina, 2018)
6. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan Halusinasi
a) Penatalaksanaan Medis
Psikofarmakoterapi
Terapi dengan menggunakan obat bertujuan untuk mengurangi atau
menghilangkan gejala gangguan jiwa. Klien dengan halusinasi perlu
mendapatkan perawatan dan pengobatan yang tepat. Adapun obat- obatannya
seperti golongan butirefenon yaitu haloperidol (HLP), serenace, ludomer. Pada
kondisi akut biasanya diberikan dalam bentuk injeksi 3 x 5 mg (IM), pemberian
injeksi biasanya cukup 3 x 24 jam. Setelahnya klien biasanya diberikan obat per
oral 3 x 1,5 mg. Atau sesuai dengan advis dokter (Yosep, 2016).
Terapi Somatis
Terapi somatis adalah terapi yang diberikan kepada klien dengan gangguan jiwa
dengan tujuan mengubah perilaku yang maladaptif menjadi perilaku adaptif
dengan melakukan tindakan yang ditujukan pada kondisi fisik pasien walaupun
yang diberi perlakuan adalah fisik klien, tetapi target terapi adalah perilaku
pasien. Jenis terapi somatis adalah meliputi pengikatan, ECT, isolasi dan
fototerapi (Kusumawati & Hartono, 2011).
b) Penatalaksanaan Keperawatan
Tindakan Keperawatan Generalis : Individu dan Terapi Aktifitas Kelompok
Tindakan keperawatan generalis individu berdasarkan standar asuhan
keperawatan jiwa pada klien skizofrenia dengan halusinasi oleh Carolin (2008),
maka tindakan keperawatan generalis dapat dilakukan pada klien bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan kognitif atau pengetahuan dan psikomotor yang harus
dimiliki oleh klien skizofrenia dengan halusinasi yang dikemukakan oleh Millis
(2000, dalam Varcolis, Carson dan Shoemaker, 2006), Terapi Aktifitas Kelompok
(TAK) yang dilakukan pada klien skizofrenia dengan halusinasi adalah Terapi
Aktifitas Kelompok (TAK) Stimulasi Persepsi yang terdiri dari 5 sesi yaitu :
- Sesi pertama mengenal halusinasi,
- Sesi kedua mengontrol halusinasi dengan memghardik,
- Sesi ketiga dengan melakukan aktifitas,
- Sesi keempat mencegah halusinasi dengan bercakap dan
- Sesi kelima dengan patuh minum obat.
Tindakan Keperawatan
Spesialis : Individu dan Keluarga Terapi spesialis akan diberikan pada klien
skizofrenia dengan halusinasi setelah klien menuntaskan terapi generalis baik
individu dan kelompok. Adapun terapi spesialis meliputi terapi spesialis individu,
keluarga dan kelompok yang diberikan juga melalui paket terapi Cognitive
Behavior Therapy (CBT). Terapi spesialis keluarga yaitu psikoedukasi keluarga
yang diberikan pada keluarga klien skizofrenia dengan halusinasi adalah Family
Psycho Education (FPE) yang terdiri dari lima sesi yaitu sesi I adalah identifikasi
masalah keluarga dalam merawat klien skizofrenia dengan halusinasi, sesi II
adalah latihan cara merawat klien halusinasi di rumah, sesi III latihan manajemen
stres oleh keluarga, sesi IV untuk latihan manajemen beban dan sesi V terkait
pemberdayaan komunitas membantu keluarga.
7. Buatlah strategi pelaksanaan komunikasi untuk mengatasi masalah keperawatan
utama pasien (Fase Orientasi, kerja, terminasi)
Strategi Pelaksanaan
1) Orientasi
a) Salam Terapeutik
“Selamat pagi, assalamualaikum………….. Boleh Saya kenalan
dengan Ibu? Nama Saya………….. boleh panggil Saya……… Saya
Mahasiswa Akper Muhammadiyah Kendal, Saya sedang praktik di
sini dari pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 13.00 WIB siang.
Kalau boleh Saya tahu nama Ibu siapa dan senang dipanggil dengan
sebutan apa?”
b) Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan Ibu hari ini? Bagaimana tidurnya tadi malam?
Ada keluhan tidak?”
c) Kontrak
- Topik : “Apakah Ibu tidak keberatan untuk ngobrol dengan
saya? Menurut ibusebaiknya kita ngobrol apa ya? Bagaimana kalau
kita ngobrol tentang suara dan sesuatu yang selama ini Ibu dengar dan
lihat tetapi tidak tampak wujudnya?”
- Waktu : “Berapa lama kira-kira kita bisa ngobrol? Ibu maunya
berapa menit? Bagaimana kalau 10 menit? Bisa?”
- Tempat : “Di mana kita akan bincang-bincang??? Bagaimana
kalau di ruang tamu saya???”
2) Kerja
“Apakah Ibu mendengar suara tanpa ada wujudnya?”
“Apa yang dikatakan suara itu?”
“Apakah Ibu melihat sesuatu atau orang atau bayangan atau mahluk?”
“Seperti apa yang kelihatan?”
“Apakah terus-menerus terlihat dan terdengar, atau hanya sewaktu-waktu
saja?”
“Kapan paling sering Ibu melihat sesuatu atau mendengar suara tersebut?”
“Berapa kali sehari Ibu mengalaminya?”
“Pada keadaan apa, apakah pada waktu sendiri?”
“Apa yang Ibu rasakan pada saat melihat sesuatu?”
“Apa yang Ibu lakukan saat melihat sesuatu?”
“Apa yang Ibu lakukan saat mendengar suara tersebut?”
“Apakah dengan cara itu suara dan bayangan tersebut hilang?”
“Bagaimana kalau kita belajar cara untuk mencegah suara-suara atau
bayangan agar tidak muncul?”
“Ibu ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul.”
“Pertama, dengan menghardik suara tersebut.”
“Kedua, dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain.”
“Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal.”
“Keempat, minum obat dengan teratur.”
“Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik.”
“Caranya seperti ini:
- Saat suara-suara itu muncul, langsung Ibu bilang dalam hati, “Pergi
Saya tidak mau dengar … Saya tidak mau dengar. Kamu suara palsu.
Begitu diulang-ulang sampai suara itu tidak terdengar lagi. Coba ibu
peragakan! Nah begitu………….. bagus! Coba lagi! Ya bagus Ibu
sudah bisa.”
- Saat melihat bayangan itu muncul, langsung Ibu bilang, pergi Saya
tidak mau lihat………………. Saya tidak mau lihat. Kamu palsu.
Begitu diulang-ulang sampai bayangan itu tak terlihat lagi. Coba Ibu
peragakan! Nah begitu……….. bagus! Coba lagi! Ya bagus Ibu sudah
bisa.”
3) Terminasi
a) Evaluasi subjektif
“Bagaimana perasaan Ibu dengan obrolan kita tadi? Ibu merasa senang
tidak dengan latihan tadi?”
b) Evaluasi objektif
“Setelah kita ngobrol tadi, panjang lebar, sekarang coba Ibu simpulkan
pembicaraan kita tadi.”
“Coba sebutkan cara untuk mencegah suara dan atau bayangan itu agar
tidak muncul lagi.”
c) Rencana tindak lanjut
“Kalau bayangan dan suara-suara itu muncul lagi, silakan Ibu coba
cara tersebut! Bagaimana kalau kita buat jadwal latihannya. Mau jam
berapa saja latihannya?” (Masukkan kegiatan latihan menghardik
halusinasi dalam jadwal kegiatan harian klien, Jika ibu melakukanya
secara mandiri makan ibu menuliskan M, jika ibu melakukannya
dibantu atau diingatkan oleh keluarga atau teman maka ibu buat ibu,
Jika ibu tidak melakukanya maka ibu tulis T. apakah ibu mengerti?).
d) Kontrak yang akan datang
- Topik
“Ibu, bagaimana kalau besok kita ngobrol lagi tentang caranya
berbicara dengan orang lain saat bayangan dan suara-suara itu
muncul?”
- Waktu
“Kira-kira waktunya kapan ya? Bagaimana kalau besok jam
09.30 WIB, bisa?”
- Tempat
“Kira-kira tempat yang enak buat kita ngobrol besok di mana
ya? Sampai jumpa besok. Wassalamualaikum,……………
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, Lilik Ma’rifatul, dkk. 2016. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Yogyakarta: Indomedia Pustaka.
Eko Prabowo. 2014. Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Sutejo. (2017). Konsep dan Praktik Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa: Ganguan
Jiwa dan Psikososial. Yogyakarta: PT. Pustaka Baru.
Yosep, H. I., dan Sutini, T. (2014). Buku Ajar Keperawatan Jiwa dan Advance
Mental Health Nursing. Bandung: Refika Aditama.