Anda di halaman 1dari 19

LOGBOOK SKENARIO KASUS 1

BLOK KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA II

Dosen Pembimbing:

Ns. Riska Amalya Nasution, M. Kep., Sp. Kep. J

DISUSUN OLEH:

Auliah Triski Syahputri G1B120045

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JAMBI

TAHUN 2022
SKENARIO I

Seorang Perawat penanggung Jawab program jiwa Puskesmas melakukan kunjungan rumah
pada keluarga Tn.J. Tn.J mengeluh sering pusing, lelah, dan sulit tidur karena khawatir
dengan kondisi kesehatan anaknya yang sakit sejak 3 tahun terakhir. Anak Tn.J, Nn.A sejak 3
tahun terakhir banyak mengurung diri dikamar. Kondisi ini terjadi setelah klien batal
menikah. Saat kunjungan klien tampak duduk disudut kamar, terkadang berjalan bolak balik
sambil bicara sendiri. Klien menerima kehadiran perawat. Hasil pengkajian didapatkan data
bahwa klien mendengar suara-suara yang mengatakan dirinya jelek sehingga calon suaminya
pergi meninggalkannya dan menikah dengan perempuan lain. Suara didengar paling sering
saat klien diam dan sendirian terutama dimalam hari. Saat mendengar suara yang mengejek
tersebut yang dilakukan klien adalah menangis terkadang marah dengan suara yang didengar
tersebut. Keluarga belum pernah membawa klien berobat ke dokter, hanya ke pengobatan
tradisional dan didoakan.

LO :

1. Apakah masalah keperawatan yang dialami pasien


2. Data tambahan apa yang harus didapatkan dari pasien dan keluarga
3. Buatlah pohon masalah keperawatan pada kasus pasien
4. Buat Laporan Pendahuluan Masalah Keperawatan Utama pasien
5. Buatlah strategi pelaksanaan komunikasi untuk mengatasi masalah keperawatan
utama pasien (Fase Orientasi, kerja, terminasi)
STEP I

KLARIFIKASI ISTILAH

1. Puskesmas

Pusat Kesehatan Masyarakat, disingkat Puskesmas, adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat
pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

2. Pengobatan tradisional

Pengobatan tradisional atau yang lebih dikenal dengan pengobatan

alternatif merupakan cara pengobatan yang menggunakan obat-obatan tradisional. Obat


tradisional sendiri adalah jumlah keseluruhan semua pengetahuan dan praktek baik yang
dapat dijelaskan atau tidak dalam diaknosis, pencegahan dan menghapus ketidakseimbangan
fisik dan mental yang hanya mengandalkan pengalaman praktis dari generasi ke generasi.

3. Khawatir

Khawatir adalah perasaan gelisah yang terjadi ketika pikiran terfokus pada kesulitan saat ini
atau masalah potensial yang belom benar benar terjadi.

4. Jiwa

Jiwa adalah kajian utama pada ruang lingkup Psikologi berbeda dengan fisiologi yang
mempelajari struktur dan fungsi organ fisik biologis manusia karena psikologi secara
etimiologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang jiwa.

5. Mengurung diri

Mengurung diri adalah tindakan dimana seseorang tidak mau bersosialisasi.

6. Pusing

Pusing adalah kondisi ketika Anda merasa pening kepala dan tidak seimbang. Biasanya, ini
bukan masalah serius, tapi tetap perlu penanganan. Pusing merupakan keadaan yang
menggambarkan perasaan kehilangan keseimbangan.
STEP II

IDENTIFIKASI MASALAH

1. Apa yang harus dilakukan perawat untuk menghadapi pasien pada kasus?
2. Apa DO dan DS yang dapat kita dapatkan dari kasus tersebut?
3. Apa komunikasi yang dapat diberikan kepada pasien?
4. Pengobatan tradisional seperti apa yang bisa diberikan kepada pasien pada kasus
tersebut?
5. Apa yang menjadi penyebab pasien mendengar suara-suara seperti pada kasus?

STEP III

ANALISA MASALAH

1. Pelayanan keperawatan yang diberikan kepada klien terutama dengan halusinasi, yaitu
klien diberikan pengobatan psikofarmaka dan terapi modalitas keperawatan (terapi
aktivitas kelompok, terapi rekreasi, terapi lingkungan, terapi individu dan terapi
okupasi). Terapi individu merupakan salah satu bentuk terapi yang dilakukan secara
individu oleh perawat kepada klien secara tatap muka perawat-klien dengan durasi
waktu tertentu sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Pelaksanaannya adalah
dengan menggunakan komunikasi terapeutik yang dilakukan perawat dengan pasien
yang mempunyai tujuan yaitu klien mampu mengontrol halusinasi. Dengan teknik
komunikasi terapeutik ini berguna untuk membangun hubungan terapeutik perawat
dan klien, mengidentifikasi masalah klien, mengkaji persepsi klien tentang masalah
yang dihadapinya. Teknik komunikasi terapeutik merupakan salah satu teknik dalam
proses penyembuhan pasien terutama dengan masalah keperawatan gangguan jiwa tak
terkecuali pasien gangguan jiwa dengan halusinasi.

2. DS:
• Tn.J mengeluh sering pusing, lelah, dan sulit tidur karena khawatir dengan kondisi
kesehatan anaknya yang sakit sejak 3 tahun terakhir.
• Klien mendengar suara-suara yang mengatakan dirinya jelek sehingga calon
suaminya pergi meninggalkannya dan menikah dengan perempuan lain.
• Keluarga belum pernah membawa klien berobat ke dokter, hanya ke pengobatan
tradisional dan didoakan.
• Keluarga belum pernah membawa klien berobat ke dokter, hanya ke pengobatan
tradisional dan didoakan.

DO:

• Saat mendengar suara yang mengejek tersebut yang dilakukan klien adalah
menangis terkadang marah dengan suara yang didengar tersebut.
• Saat kunjungan klien tampak duduk disudut kamar, terkadang berjalan bolak balik
sambil bicara sendiri.

3. Dalam teknik komunikasi terapeutik yang dilakukan pada terapi penyembuhan pasien
gangguan jiwa halusinasi, ada empat teknik komunikasi terapeutik utama yang dapat
digunakan yaitu:
• Teknik Mendengarkan
Dalam teknik ini perawat melakukan peran dan fungsinya untuk mendengarkan
masalah yang dialami pasien baik pikirannya, perasaannya atau idenya, semua
yang disampaikan pasien halusinasi harus didengarkan perawat dengan penuh
perhatian, agar dapat mengumpulkan data-data awal dari pasien halusinasi ini
dengan sangat lengkap dan rinci, sehingga dapat mempermudah langkah
selanojutnya yang dapat diambil pada proses terapi penyembuhan pasien
gangguan jiwa khususnya halusinasi.
• Teknik Bertanya
Bertanya merupakan teknik yang dilakukan oleh perawat dalam mencari informasi
yang belum didapatkan sebelumnya, dari apa yang telah disampaikan pasien
halusinasi, dengan terus memberikan pertanyaan-pertanyaan bertujuan untuk
mendorong atau memancing pasien halusinasi untuk mengungkapkan perasaan,
pikiran dan masalahnya yang dialaminya lebih spesifik, lebih detail dan lebih
mendalam sehingga dapat mengumpulkan semua data-data yang dibutuhkan
dalam serangkaian proses terapi penyembuhan gangguan jiwa khususnya
halusinasi.
• Teknik Menyimpulkan
Dalam teknik menyimpulkan ini, perawat mendapatkan poin utama yang menjadi
acuan untuk mengatasi masalah pokok yang dialami pasien sehingga perawat
dapat merencanakan stategi pelaksanaan cara mengatasi masalah yang dirasakan
pasien halusinasi, atau mencarikan solusi dari masalah yang dialami pasien
halusinasi.
• Teknik Mengubah Cara Pandang
Teknik yang paling utama dan paling akhir dalam teknik komunikasi terapeutik,
teknik mengubah cara pandang merupakan inti semuanya dari teknik komunikasi
terapeutik. Perawat memberikan cara pandang lain agar pasien tidak melihat
sesuatu masalah dari aspek negatifnya saja, dalam teknik ini perawat harus
mampu mengubah cara pandang dan melatih pasien secara terus menerus supaya
dapat keluar dari masalah yang dialaminya salah satunya dengan melaksanakan
perencanaan yang telah direncanakan dalam teknik sebelumnya yaitu secara terus
menerus melatih dengan cara menghardik supaya pasien halusinasi dapat
mengalihkan cara pandang pikiran atau perasaannya yang salah.

4. Skizofrenia adalah gangguan jiwa yang menyebabkan penderitanya mengalami


distorsi cara berpikir, kesulitan mengekspresikan emosi, serta kesulitan bertindak dan
memandang realitas. Penyakit ini memanifestasikan diri dalam bentuk halusinasi,
delusi, pikiran terdistorsi, gangguan motorik, dan perasaan ketakutan dan paranoia
yang biasanya diakibatkan oleh gangguan kognitif, serta gangguan emosional akibat
proses berpikir dengan kondisi yang berbeda. Penderita skizofrenia biasanya ditangani
dengan memberikan obat antipsikotik. Tetapi sebenarnya ada beberapa jenis herbal
yang terbukti efektif menekan gejala skizofrenia yaitu:
• Ginseng
Ginseng adalah bahan antioksidan alami yang efektif mencegah halusinasi pada
penderita skizofrenia. Seorang penderita skizofrenia disarankan untuk
mengonsumsi teh ginseng dua kali sehari, selama enam bulan berturt-turut.
• Rosemary
Bunga yang banyak tumbuh di Kawasan Mediterania ini dikenal sebagai
aromatepi yang bagus bagi penderita skizofrenia. Aroma rosemary disebut akan
membantu penderita skizofrenia mengatasi kegugupanya dan 'mengembalikan'
mereka ke dunia nyata. Bisa digunakan sebagai aroma terapi dengan cara dalam
air mendidih dan menghirup uapnya. Atau bisa juga dikonsumsi bersma makanan
yang disajikan bagi penderita skizofrenia.
• Kapulaga hijau
Biji kapulaga sangat efektif untuk mengontrol jaringan syaraf yang sering memicu
gejala skizofrenia. Cara yang direkomendasikan adalah dengan menggunakannya
sebagai minuman herbal, yakni dengan mencampur segelas air panas dengan satu
sendok teh bubuk kapulaga hijau.
• Ikan air dingin
Ikan secara klinis telah terbukti bagus untuk kesehatan dan fungsi otak. Ini berkat
kandungan lemak omega-3nya. Secara teratur mengonsumsi ikan, khususnya ikan
dari daerah dingin, akan membantu menyembuhkan penderita skizofrenia.
• Susu almond
Susu almond juga diyakini bagus untuk menekan gejala skizofrenia. Pasien
skizofrenia disarankan mengonsumsi 4 gelas susu almond sehari. Setiap gelasnya
harus mengandung setidaknya 15 biji almond, 1 sendok makan madu dan segelas
air.
• Daun basil
Daun basil disebut sebagai herbal terbaik bagi penderita skizofrenia. Zat
antioksidannya bagus untuk meningkatkan fungsi otak sekaligus mencegah gejala
halusinasi.

5. Halusinasi dapat muncul akibat berbagai faktor. Berikut adalah beberapa faktor paling
umum yang dapat menyebabkan halusinasi:
• Gangguan kejiwaan, seperti skizofrenia, demensia, dan depresi berat dengan
gejala psikosis.
• Gangguan saraf dan otak, seperti penyakit Parkinson, migrain dengan aura,
delirium, stroke, epilepsi, dan penyakit.
• Alzheimer
• Banyak mengonsumsi alkohol dan obat-obatan terlarang, seperti kokain,
amfetamin, dan heroin.
• Demam, terutama pada anak atau lansia.
• Gangguan tidur, seperti narkolepsi.
STEP IV

MIND MAPPING
STEP V

LEARNING OBJECT (LO)

1. Apakah masalah keperawatan yang dialami pasien


Pada kasus dikatakan bahwa dari hasil pengkajian didapatkan bahwa klien
mendengar suara – suara yang mengejek dirinya, klien juga terkadang berjalan bolak
balik sambil bicara sendiri. Berdasarkan data tersebut dapat dinyatakan bahwa klien
mengalami gangguan peruahan sensori persepsi halusinasi pendengaran (Auditori)

2. Data tambahan apa yang harus didapatkan dari pasien dan keluarga
Data yang perlu ditambahkan pada kasus, yakni:
 Data presipitasi
 Riwayat kesehatan keluarga
 Status kesehatan fisik
 Data psikososial, meliputi konsep diri, hubungan sosial, keyakinan dan nilai
spiritual
 Status mental
 Pola aktivitas sehari-hari
 Mekanisme koping
 Aspek medis
Data penting yang diperlukan saat pengkajian
 Jenis Halusinasi
Jenis halusinasi ada 5 yaitu halusinasi penglihatan, pendengaran, pengecapan,
dan peraba. Data objektif dapat dikaji dengan cara mengobesrvasi perilaku
pasien, sedangkan data subjektif dapat dikaji dengan melakukan cara
wawancara dengan pasien.
 Isi Halusinasi
Data tentang isi halusinasi dapat diketahui dari hasil pengkajian tentang jenis
halusinasi.
 Waktu, Frekuensi Dan Situasi Yang Menyebabkan Munculnya Halusinasi
Perawat perlu mengkaji waktu, frekuensi, dan situasi munculnya halusinasi
yang dialami pasien. Hal ini dilakukan untuk menentukan intervensi khusus
pada waktu terjadinya halusinasi, menghindari situasi yang menyebabkan
munculnya halusinasi sehingga pasien tidak larut dengan halusinasinya.
Dengan mengetahui frekuensi terjadiya halusinasi dapat direncanakan
frekuensi tindakan untuk mencegah terjadinya halusinasi
 Respon klien
Untuk menentukan sejauh mana halusinasi telah mempengaruhi klien, bisa
dikaji dengan menanyakan apa yang dilakukan klien saat mengalami
pengalaman halusinasi. Apakah klien masih bisa mengontrol stimulasi
halusinasi atau sudah tidak berdaya lagi terhadap halusinasi (Damayanti,
2014).

3. Buatlah pohon masalah keperawatan pada kasus pasien


Pohon Masalah Keperawatan Sesuai Kasus

Risiko perilaku kekerasan Risiko bunuh diri


Effect Effect

Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran Core Problem

Harga diri rendah Causa


4. Buat Laporan Pendahuluan Masalah Keperawatan Utama pasien

LAPORAN PENDAHULUAN
1. DEFINISI
Halusinasi adalah distorsi persepsi palsu yang terjadi pada respons
neurobiologis maladaptive .Halusinasi biasanya muncul pada pasien gangguan jiwa
diakibatkan terjadinya perubahan orientasi realita,pasien meraskan stimulasi yang
sebetulnya tidak ada.halusinasi penglihatan dan pendengaran yang merupakan gejala
dari early psychosis, yang sebagian besar terjadi pada usia remaja akhir atau dewasa
awal,bingung peran yang berdampak pada rapuhnya kepribadian sehingga terjadi
gangguan konsop diri dan menarik diri dari lingkungan social yang lambat laun
membuat penderita menjadi asik dengan hayalan dan menyebabkan timbulnya
halusinasi (Ervina, 2018)

2. FAKTOR PREDISPOSISI DAN FAKTOR PRESIPITASI


a) Faktor Presdisposisi
- Biologis
Adanya anggota keluarga yang memiliki riwayat gangguan jiwa (herediter),
riwayat penyakit atau trauma kepala, serta riwayat penggunaan narkotika,
psikotropika dan zat adiktif lain (NAPZA).
- Psikologis
Memiliki pengalaman masalalu yaitu kegagalan yang berulang. Menjadi korban,
pelaku ataupun saksi dari tindakan kekerasan serta kasih sayang yang kurang dari
orang-orang disekitar sehingga menimbulkan perilaku overprotektif.
- Sosialbudaya dan lingkungan
Sebagian besar pasien halusinasi berasal dari keluarga dengan kondisi sosial
ekonomi rendah, pasien juga memiliki riwayat penolakan dari lingkungan sekitar
pada usia perkembangan anak, tingkat pendidikan yang dimiliki oleh pasen
halusinasi cenderung rendah serta memiliki riwayat kegagalan dalam hubungan
sosial (perceraian, hidup sendiri), serta pengangguran atau tidak bekerja
(Nurhalimah, 2016).
b) Faktor Presipitasi
Stressor presipitasi pasien gangguan persepsi sensori halusinasi ditemukan
adanya riwayat penyakit infeksi, penyakit kronis atau kelainan struktur otak,
adanya riwayat kekerasan dalam keluarga, atau adanya kegagalan-kegagalan
dalam hidup, kemiskinan, adanya aturan atau tuntutan dikeluarga atau masyarakat
yang sering tidak sesuai dengan pasien serta konflik antar masyarakat
(Nurhalimah, 2016).
3. KLASIFIKASI
Klasifikasi halusinasi terbagi menjadi 5 menurut Yusuf (2015).
a) Halusinasi Pendengaran
- Data objektif antara lain: bicara atau tertawa sendiri, marah tanpa sebab,
mengarahkan telinga kearah tertentu,klien menutup telinga.
- Data subjektif antara lain: mendengarkan suara-suara atau kegaduhan,
mendengarkan suara yang ngajak bercakap-cakap, mendengarkan suara yang
menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya.
b) Halusinasi Penglihatan
- Data objektif antara lain: menunjuk kearah tertentu, ketakutan pada sesuatu yang
tidak jelas.
- Data subjektif anatar lain: melihat bayangan, sinar, bentuk kartun, melihat hantu
atau monster.
c) Halusinasi Penciuman
- Data objektif antara lain: mencium seperti membaui bau-bauan tertentu dan
menutup hidung.
- Data subjektif antara lain: mencium baubau seperti bau darah, feses, dan kadang-
kadang bau itu menyenagkan.
d) Halusinasi Pengecapan
- Data objektif antara lain: sering meludah, muntah.
- Data subjektif antara lain: merasakan seperti darah, feses, muntah.
e) Halusinasi Perabaan
- Data objektif antara lain: menggaruk-garuk permukaan kulit.
- Data subjektif antara lain: mengatakkan ada serangga dipermukaan kulit, merasa
seperti tersengat listrik.
-
4. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Prabowo (2014) perilaku pasien yang berkaitan dengan halusinasi
adalah sebagai berikut :
- Bicara, senyum, dan ketawa sendiri
- Menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata cepat, dan respon verba lambat
- Menarik diri dari orang lain,dan berusaha untuk menghindari diri dari orang lain
- Tidak dapat membedakan antara keadaan nyata dan keadaan yang tidak nyata
- Terjadi peningkatan denyut ajntung, pernapasan dan tekanan darah
- Perhatian dengan lingkunganyang kurang atau hanya beberapa detik dan
berkonsentrasi dengan pengalaman sensorinya.
- Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungannya) dan
takut
- Sulit berhubungan dengan orang lain
- Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung, jengkel dan marah
- Tidak mampu mengikuti perintah
- Tampak tremor dan berkeringat, perilaku panik, agitasi dan kataton.
-
5. TAHAP TERJADI HALUSINASI
Tahapan Proses Terjadinya Halusinasi
Menurut Direja (2011), proses terjadinya halusinasi terbagi menjadi 4 tahap, yaitu
a) Tahap I (Comforting)
Memberi rasa nyaman, tingkat ansietas sedang, secara umum halusinasi
merupakan suatu kesenangan dengan karakteristik klien mengalami ansietas,
kesepian, rasa bersalah dan ketakutan, mencoba berfokus pada pikiran yang dapat
menghilangan ansietas, pikiran dan pengalaman masih dalam kontrol kesadaran.
Perilaku klien yang mencirikan dari tahap I (Comforting) yaitu tersenyum atau
tertawa sendiri, menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata yang cepat,
respon verbal yang lambat, diam dan berkonsentrasi.
b) Tahap II (Condeming)
Menyalahkan, tingkat kecemasan berat, secara umum halusinasi menyebabkan
rasa antisipasi dengan karakteristik pengalaman sensori menakutkan, merasa
dilecehkan oleh pengalaman sensori tersebut,mulai merasa kehilangan control,
menarik diri dari orang lain. Perilaku klien yang mencirikan dari tahap II yaiu
dengan terjadi peningkatan denyut jantung, pernafasan dan tekanan darah,
perhatian dengan lingkungan berkurang, konsentrasi terhadap pengalaman
sensorinya, kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dengan realitas.
c) Tahap III (Controlling)
Mengontrol, tingkat kecemasan berat, pengalaman halusinasi tidak dapat ditolak
lagi dengan karakteristik klien menyerah dan menerima pengalamansensorinya
(halusinasi), isi halusinasi menjadi atraktif, dan kesepian bila pengalaman sensori
berakhir. Perilaku klien pada tahap III ini adalah perintah halusinasi ditaati,sulit
berhubungan dengan orang lain, perhatian terhadap lingkungan berkurang, hanya
beberapa detik, tidak mampu mengikuti perintah dari perawat, tampak tremor dan
berkeringat.
d) Tahap IV (Conquering)
Klien sudah sangat dikuasai oleh halusinasi, klien tampak panik.Karakteristiknya
yaitu suara atau ide yang datang mengancam apabila tidak diikuti. Perilaku klien
pada tahap IV adalah perilaku panik,resiko tinggi mencederai, agitasi atau
kataton, tidak mampu berespon terhadap lingkungan.

6. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan Halusinasi
a) Penatalaksanaan Medis
 Psikofarmakoterapi
Terapi dengan menggunakan obat bertujuan untuk mengurangi atau
menghilangkan gejala gangguan jiwa. Klien dengan halusinasi perlu
mendapatkan perawatan dan pengobatan yang tepat. Adapun obat- obatannya
seperti golongan butirefenon yaitu haloperidol (HLP), serenace, ludomer. Pada
kondisi akut biasanya diberikan dalam bentuk injeksi 3 x 5 mg (IM), pemberian
injeksi biasanya cukup 3 x 24 jam. Setelahnya klien biasanya diberikan obat per
oral 3 x 1,5 mg. Atau sesuai dengan advis dokter (Yosep, 2016).
 Terapi Somatis
Terapi somatis adalah terapi yang diberikan kepada klien dengan gangguan jiwa
dengan tujuan mengubah perilaku yang maladaptif menjadi perilaku adaptif
dengan melakukan tindakan yang ditujukan pada kondisi fisik pasien walaupun
yang diberi perlakuan adalah fisik klien, tetapi target terapi adalah perilaku
pasien. Jenis terapi somatis adalah meliputi pengikatan, ECT, isolasi dan
fototerapi (Kusumawati & Hartono, 2011).

b) Penatalaksanaan Keperawatan
 Tindakan Keperawatan Generalis : Individu dan Terapi Aktifitas Kelompok
Tindakan keperawatan generalis individu berdasarkan standar asuhan
keperawatan jiwa pada klien skizofrenia dengan halusinasi oleh Carolin (2008),
maka tindakan keperawatan generalis dapat dilakukan pada klien bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan kognitif atau pengetahuan dan psikomotor yang harus
dimiliki oleh klien skizofrenia dengan halusinasi yang dikemukakan oleh Millis
(2000, dalam Varcolis, Carson dan Shoemaker, 2006), Terapi Aktifitas Kelompok
(TAK) yang dilakukan pada klien skizofrenia dengan halusinasi adalah Terapi
Aktifitas Kelompok (TAK) Stimulasi Persepsi yang terdiri dari 5 sesi yaitu :
- Sesi pertama mengenal halusinasi,
- Sesi kedua mengontrol halusinasi dengan memghardik,
- Sesi ketiga dengan melakukan aktifitas,
- Sesi keempat mencegah halusinasi dengan bercakap dan
- Sesi kelima dengan patuh minum obat.
 Tindakan Keperawatan
Spesialis : Individu dan Keluarga Terapi spesialis akan diberikan pada klien
skizofrenia dengan halusinasi setelah klien menuntaskan terapi generalis baik
individu dan kelompok. Adapun terapi spesialis meliputi terapi spesialis individu,
keluarga dan kelompok yang diberikan juga melalui paket terapi Cognitive
Behavior Therapy (CBT). Terapi spesialis keluarga yaitu psikoedukasi keluarga
yang diberikan pada keluarga klien skizofrenia dengan halusinasi adalah Family
Psycho Education (FPE) yang terdiri dari lima sesi yaitu sesi I adalah identifikasi
masalah keluarga dalam merawat klien skizofrenia dengan halusinasi, sesi II
adalah latihan cara merawat klien halusinasi di rumah, sesi III latihan manajemen
stres oleh keluarga, sesi IV untuk latihan manajemen beban dan sesi V terkait
pemberdayaan komunitas membantu keluarga.
7. Buatlah strategi pelaksanaan komunikasi untuk mengatasi masalah keperawatan
utama pasien (Fase Orientasi, kerja, terminasi)
Strategi Pelaksanaan
1) Orientasi
a) Salam Terapeutik
“Selamat pagi, assalamualaikum………….. Boleh Saya kenalan
dengan Ibu? Nama Saya………….. boleh panggil Saya……… Saya
Mahasiswa Akper Muhammadiyah Kendal, Saya sedang praktik di
sini dari pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 13.00 WIB siang.
Kalau boleh Saya tahu nama Ibu siapa dan senang dipanggil dengan
sebutan apa?”
b) Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan Ibu hari ini? Bagaimana tidurnya tadi malam?
Ada keluhan tidak?”
c) Kontrak
- Topik : “Apakah Ibu tidak keberatan untuk ngobrol dengan
saya? Menurut ibusebaiknya kita ngobrol apa ya? Bagaimana kalau
kita ngobrol tentang suara dan sesuatu yang selama ini Ibu dengar dan
lihat tetapi tidak tampak wujudnya?”
- Waktu : “Berapa lama kira-kira kita bisa ngobrol? Ibu maunya
berapa menit? Bagaimana kalau 10 menit? Bisa?”
- Tempat : “Di mana kita akan bincang-bincang??? Bagaimana
kalau di ruang tamu saya???”

2) Kerja
“Apakah Ibu mendengar suara tanpa ada wujudnya?”
“Apa yang dikatakan suara itu?”
“Apakah Ibu melihat sesuatu atau orang atau bayangan atau mahluk?”
“Seperti apa yang kelihatan?”
“Apakah terus-menerus terlihat dan terdengar, atau hanya sewaktu-waktu
saja?”
“Kapan paling sering Ibu melihat sesuatu atau mendengar suara tersebut?”
“Berapa kali sehari Ibu mengalaminya?”
“Pada keadaan apa, apakah pada waktu sendiri?”
“Apa yang Ibu rasakan pada saat melihat sesuatu?”
“Apa yang Ibu lakukan saat melihat sesuatu?”
“Apa yang Ibu lakukan saat mendengar suara tersebut?”
“Apakah dengan cara itu suara dan bayangan tersebut hilang?”
“Bagaimana kalau kita belajar cara untuk mencegah suara-suara atau
bayangan agar tidak muncul?”
“Ibu ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul.”
“Pertama, dengan menghardik suara tersebut.”
“Kedua, dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain.”
“Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal.”
“Keempat, minum obat dengan teratur.”
“Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik.”
“Caranya seperti ini:
- Saat suara-suara itu muncul, langsung Ibu bilang dalam hati, “Pergi
Saya tidak mau dengar … Saya tidak mau dengar. Kamu suara palsu.
Begitu diulang-ulang sampai suara itu tidak terdengar lagi. Coba ibu
peragakan! Nah begitu………….. bagus! Coba lagi! Ya bagus Ibu
sudah bisa.”
- Saat melihat bayangan itu muncul, langsung Ibu bilang, pergi Saya
tidak mau lihat………………. Saya tidak mau lihat. Kamu palsu.
Begitu diulang-ulang sampai bayangan itu tak terlihat lagi. Coba Ibu
peragakan! Nah begitu……….. bagus! Coba lagi! Ya bagus Ibu sudah
bisa.”
3) Terminasi
a) Evaluasi subjektif
“Bagaimana perasaan Ibu dengan obrolan kita tadi? Ibu merasa senang
tidak dengan latihan tadi?”
b) Evaluasi objektif
“Setelah kita ngobrol tadi, panjang lebar, sekarang coba Ibu simpulkan
pembicaraan kita tadi.”
“Coba sebutkan cara untuk mencegah suara dan atau bayangan itu agar
tidak muncul lagi.”
c) Rencana tindak lanjut
“Kalau bayangan dan suara-suara itu muncul lagi, silakan Ibu coba
cara tersebut! Bagaimana kalau kita buat jadwal latihannya. Mau jam
berapa saja latihannya?” (Masukkan kegiatan latihan menghardik
halusinasi dalam jadwal kegiatan harian klien, Jika ibu melakukanya
secara mandiri makan ibu menuliskan M, jika ibu melakukannya
dibantu atau diingatkan oleh keluarga atau teman maka ibu buat ibu,
Jika ibu tidak melakukanya maka ibu tulis T. apakah ibu mengerti?).
d) Kontrak yang akan datang
- Topik
“Ibu, bagaimana kalau besok kita ngobrol lagi tentang caranya
berbicara dengan orang lain saat bayangan dan suara-suara itu
muncul?”
- Waktu
“Kira-kira waktunya kapan ya? Bagaimana kalau besok jam
09.30 WIB, bisa?”
- Tempat
“Kira-kira tempat yang enak buat kita ngobrol besok di mana
ya? Sampai jumpa besok. Wassalamualaikum,……………
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, Lilik Ma’rifatul, dkk. 2016. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Yogyakarta: Indomedia Pustaka.

Damayanti, M. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Adiatama.

Eko Prabowo. 2014. Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
Nuha Medika.

Sutejo. (2017). Konsep dan Praktik Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa: Ganguan
Jiwa dan Psikososial. Yogyakarta: PT. Pustaka Baru.

Yosep, H. I., dan Sutini, T. (2014). Buku Ajar Keperawatan Jiwa dan Advance
Mental Health Nursing. Bandung: Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai