Anda di halaman 1dari 24

LOGBOOK

SKENARIO KASUS 2

BLOK KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA II

Dosen Pembimbing:
Ns. Yuliana, S. Kep., M. Kep

DISUSUN OLEH:

Auliah Triski Syahputri G1B120045

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JAMBI

TAHUN 2022
SKERNARIO II

Seorang Perawat penanggung Jawab program jiwa Puskesmas melakukan


kunjungan rumah pada keluarga Ny. S. Ibu S mengatakan sudah 1 bulan terakhir
menderita Covid-19 dan kondisi kesehatan menjadi gampang sakit. Ibu S
mengatakan bahwa ia satu-satunya orang yang merawat suami sakit stroke (8
bulan yang lalu) dan merawat anak laki-lakinya (Tn.C) yang sudah 8 tahun
menderita skizofrenia dan juga terinfeksi Covid-19 bersamaan dengannya. Ibu S
mengeluh sering terbangun malam hari dan sulit tidur kembali karena terus
memikirkan kondisi sakit suami, anak, dan dirinya sendiri. Anak ibu S, Tn.C, usia
25 tahun mengalami gangguan jiwa, rutin kontrol ke RSMM dan minum obat.
Masalah utama yang dirasakan klien saat ini adalah merasa malu, minder, dan
merasa tidak berguna. Klien mengatakan tidak berguna karena sebagai anak laki-
laki tunggal di keluarga tidak bisa membahagiakan orang tua. Hasil pengkajian
perawat, klien memiliki pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan, dimana
saat SMP klien sering di bully. Klien mengungkapkan saat ini merasa malu dan
minder dengan orang lain terutama karena dirinya pernah sakit ditambah saat ini
juga terinfeksi Covid-19. Perasaan malu dan minder ini, membuat klien sulit
untuk memulai interaksi terutama ketika bertemu dengan orang yang baru
dikenalnya.

LO:
1. Apakah masalah keperawatan yang dialami pasien dan keluarga
2. Data tambahan apa yang harus didapatkan dari pasien dan keluarga
3. Buatlah pohon masalah keperawatan pada kasus pasien
4. Buat Laporan Pendahuluan Masalah Keperawatan Utama pasien
5. Buatlah strategi pelaksanaan komunikasi untuk mengatasi masalah
keperawatan utama pasien dan keluarga (Fase Orientasi, kerja, terminasi.
STEP I
IDENTIFIKASI ISTILAH SULIT

1. Skizofrenia
2. Bully
3. Terinfeksi
4. Minder
5. Stroke
6. Covid 19

Jawaban
1. Skizofrenia
Menurut National Institute of Mental Health (NIMH,2021) Skizofrenia
adalah penyakit mental serius yang memengaruhi cara seseorang berpikir,
merasakan, dan berperilaku. Orang dengan skizofrenia mungkin tampak seolah-
olah mereka telah kehilangan kontak dengan kenyataan, yang dapat menyusahkan
bagi mereka dan bagi keluarga dan teman-teman mereka.
Skizofrenia adalah gangguan mental yang dapat memengaruhi tingkah laku,
emosi, dan komunikasi. Penderita skizofrenia dapat mengalami halusinasi, delusi,
kekacauan berpikir, dan perubahan perilaku.

2. Bully
Bully atau perundungan adalah suatu perilaku yang dilakukan oleh
seseorang atau sekelompok orang yang merasa dirinya memiliki kekuasaan
ataupun kekuatan kepada pihak yang lebih lemah dengan menyakiti, mengancam,
menindas, dan membuat perasaan orang lain menjadi tidak nyaman
Perilaku agresif hubungan sepihak di mana korban dieksploitasi yang
melibatkan ketidakseimbangan kekuatan yang nyata atau dirasakan. Perilaku
diulang dari waktu ke waktu Termasuk tindakan seperti membuat ancaman,
menyebarkan desas-desus, menyerang seseorang secara fisik atau verbal,
mengecualikan seseorang dari suatu kelompok dengan sengaja. Bisa terjadi di
mana saja.
3. Terinfeksi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), terinfeksi artinya terkena
infeksi. Kata "infeksi" itu sendiri merupakan proses invasi dan multiplikasi
berbagai mikroorganisme ke dalam tubuh seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit
(terkena hama) kemasukan bibit penyakit; ketularan penyakit; dan peradangan.

4. Minder
Minder atau rasa rendah diri (low esteem) adalah istilah yang merujuk
kurangnya rasa percaya diri diri seseorang yang membuatnya merasa selalu
kurang atau tidak berharga dibandingkan oleh orang lain

5. Stroke
Stroke adalah kondisi yang terjadi ketika sebagaian sel – sel otak
mengalami kematian akibat gangguan aliran darah karena sumbatan atau
pecahnya pembuluh darah di otak.
Stroke adalah kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke otak mengalami
gangguan atau berkurang akibat penyumbatan (stroke iskemik) atau pecahnya
pembuluh darah (stroke hemoragik). Tanpa pasokan darah, otak tidak akan
mendapatkan asupan oksigen dan nutrisi, sehingga sel-sel pada sebagian area otak
akan mati.

6. Covid 19
Covid 19 adalah penyakit menular yang disebabkan oleh jenis coronavirus
yang baru ditemukan yang dapat menyebabkan gangguan pernapasan dan radang
paru
STEP 2
IDENTIFIKASI MASALAH

1. Bagaimana cara perawat memulai interaksi dengan pasien yang mengalami


permasalahan sulit berinteraksi dengan orang yg baru dikenalnya?
2. Bagaimana tindakan perawat kepada keluarga dan pasien gangguan jiwa dengan
masalah covid seperti pada kasus?
3. Komunikasi apa yang pas diberikan kepada pasien?
4. Do ds apa yang dapat kita temukan?
5. Apa saja faktor predisposisi dan faktor presipitasi klien pada kasus tersebut?

STEP 3

1. Cara perawat memulai interaksi dengan pasien yang mengalami permasalahan


sulit berinteraksi dengan orang adalah dengan menghadirkan diri secara fisik yang
dapat memfasilitasi komunikasi yang terapeutik seperti:
-Berhadapan dengan pasien yang artinya dari posisi ini adalah “Saya siap untuk
anda”.
-Mempertahankan kontak mata yaitu kontak mata pada level yang sama berarti
menghargai pasien dan menyatakan keinginan untuk tetap berkomunikasi.
-Membungkuk ke arah klien yaitu posisi ini menunjukkan keinginan untuk
mengatakan atau mendengarkan sesuatu.
-Memperlihatkan sikap terbuka, tidak melipat kaki atau tangan menunjukkan
keterbukaan untuk berkomunikasi dan siap membantu.
-Tetap rileks artinya tetap dapat mengendalikan keseimbangan antara ketegangan
dan relaksasi dalam memberikan respon kepada pasien, meskipun dalam situasi
yang tidak menyenangkan.

2. Praktik klinik online merupakan alternatif dalam memberikan pelayanan


kesehatan jiwa selama pandemi covid-19.praktik klink online bermanfaat dalam
pencegahan kekambuhan yang beresiko terjadi selama pandemi pada orang
dengan gangguan jiwa berat seperti skizofrenia. instrumen yang di gunakan adalah
lembar evaluasi tanda gejala dan kemampuan mengontrol perilaku pasien.
3. 1.) Menganggap Pasien Sebagai Keluarga atau teman
-Membantu proses pendekatan dengan menciptakan kenyamanan dari proses
komunikasi yang dilakukan
-Komunikasi tanpa membedakan
-Mampu menunjukkan perhatian
2) Menggunakan Bahasa yang Mudah Dimengerti
-Bisa menerima informasi dengan mudah
-Mencegah kebingungan apa yang dimaksud dari pembicaraan
3) Memperhatikan nada Bicara
-Mengetahui maksud informasi yang dibahas

4. Ds :
-Ny. S sudah 1 bulan menderita covid-19 sehingga kondisi kesehatan menjadi
gampang sakit
-Ny. S satu-satunya yang merawat suami sakit stroke ( 8 bulan) dan anak laki-
lakinya Tn. C yang sudah 8 tahun menderita skizofrenia dan covid-19.
-Mengeluh sering terbangun malam hari dan sulit tidur kembali karena
memikirkan kondisi sakit suami, anak dan dirinya sendiri.
-Klien (Tn.C) merasa malu, minder dan merasa tidak berguna karena penyakitnya
saat ini.
-Klien mengatakan tidak berguna karena sebagai anak laki-laki tunggal di
keluarga tidak bisa membahagiakan orang tua,
-Klien korban bullying saat SMP.
Do :
Perasaan malu dan minder ini, membuat klien sulit untuk memulai interaksi
terutama ketika bertemu dengan orang yang baru dikenalnya

5.  Faktor predisposisi:
Faktor psikologis (penilaian negative pasien terhadap gambaran dirinya): Klien
merasa malu, minder, tidak berguna sebagai anak laki-laki karena tidak bisa
membahagiakan kedua orangtuanya

 Faktor presipitasi:
- Klien mengalami skizofrenia dan covid-19
- Pengalaman traumatik: Klien saat SMP menjadi korban bully.
STEP IV
MIND MAPPING
Mind Mapping

Perawat PJ program jiwa Puskesmas


melakukan kunjungan ke rumah
keluarga Ny. S

DS:
 Ibu S mengatakan sudah 1 bulan terakhir menderita
Covid-19 dan gampang sakit
 Ibu S mengatakan bahwa ia satu-satunya orang yang
merawat suami sakit stroke (8 bulan yang lalu) dan
merawat anak laki-lakinya dan skizofrenia dan juga
terinfeksi covid-19 bersamaan dengannya.

Tn. C (25 tahun)

Mengalami gangguan jiwa, rutin


kontrol ke RSMM dan minum obat.

DS: DO:
 Klien mengatakan tidak berguna karena sebagai  Merasa malu
anak laki-laki tunggal dikeluarga tidak bisa  Minder
membahagiakan orang tua.  Merasa tidak berguna
 Klien memiliki pengalaman masa lalu yang tidak  Perasaan malu dan minder
menyenangkan, dimana saat SMP klien sering ini, membuat klien sulit
dibully untuk memulai interaksi
 Klien mengungkapkan saat ini merasa malu dan terutama ketika bertemu
minder dengan orang lain terutama karena dirinya dengan orang yang baru
pernah sakit ditambah saat ini juga terinfeksi dikenalnya
Covid-19 
 Ibu S mengeluh sering terbangun malam hari dan
sulit tidur kembali karena terus memikirkan
kondisi sakit suami, anak, dan dirinya sendiri.

Harga Diri Rendah Kronik

Asuhan Keperawatan pasien dengan dan keluarga


akibat covid-19

STEP V
LEARNING OBJECTIVE
1. Apakah masalah keperawatan yang dialami pasien dan keluarga
2. Data tambahan apa yang harus didapatkan dari pasien dan keluarga
3. Buatlah pohon masalah keperawatan pada kasus pasien
4. Buat Laporan Pendahuluan Masalah Keperawatan Utama pasien
5. Buatlah strategi pelaksanaan komunikasi untuk mengatasi masalah keperawatan
utama pasien dan keluarga (Fase Orientasi, kerja, terminasi.

JAWABAN
1. Pada kasus di katakana bahwa klien merasa malu,minder,dan merasa tidak berguna
karena sebagai anak laki-laki tunggal di keluarganya tidak bisa membahagiakan
orang tua. Hasil pengakajian perawat,klien memiliki pengalaman masa lalu yang
tidak menyenangkan,di mana saat smp dia di bully.Klien mengungkapkan saat ini
merasa malu dan minder dengan orang lain terutama karena dirinya pernah sakit di
tambah saat ini juga terinfeksi covid-19. Perasaan malu dan minder ini membuat
klien sulit untuk memulai interaksi terutama Ketika bertemu dengan orang yang
baru di percaya. Maka dari itu masalah keperawatan yang di alami pasien adalah
“harga diri rendah kronis”.

2. Data yang perlu di tambahkan pada kasus adalah sebagai berikut:


 Data presipitasi
 Riwayat Kesehatan Keluarga
 Status Kesehatan Fisik
 Data psikososial,meliputi konsep diri,hubungan social,keyakinan dan nilai
spriritual,
 Pola aktivitas sehari-hari.
 Mekanisme Koping.
 Aspek Medis.

3.
Isolasi sosial:menarik diri
Gangguan konsep diri:
Harga diri rendah

Koping individu tidak


efektif

4. Laporan Pendahuluan

1) Definisi Harga Diri Rendah Kronis


Harga diri rendah adalah disfungsi psikologis yang meluas dan terlepas dari
spesifiknya. Masalahnya, hampir semua pasien menyatakan bahwa mereka ingin
memiliki harga diri yang lebih baik. Jika kita hanya mengurangi harga diri
rendah, banyak masalah psikologis akan berkurang atau hilang secara substansial
sepenuhnya. Harga diri merupakan komponen psikologis yang penting bagi
kesehatan. Banyak penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa harga diri yang
rendah sering kali menyertai gangguan kejiwaan (Sitanggang, et al, 2021).
Harga diri yang tinggi dikaitkan dengan kecemasan yang rendah, efektif
dalam kelompok dan penerimaan orang lain terhadap dirinya, sedangkan masalah
kesehatan dapat menyebabkan harga diri, sehingga harga diri dikaitkan dengan
hubungan interperonal yang buruk dan beresiko terjadinya depresisehingga
perasaan negatif mendasari hilangnya kepercayaan diri dan harga diri individu
dan menggambarkan gangguan harga diri (Wandono, 2017).
Harga diri rendah dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri
sendiri termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri. Harga diri rendah dapat
terjadi secara situasional (trauma) atau kronis (negatif self evaluasi yang telah
berlangsung lama). Dan dapat di ekspresikan secara langsung atau tidak langsung
(nyata atau tidak nyata) (Yusuf, 2014).

2) Faktor Presipitasi dan Faktor Prediposisi


Menurut Rahayu, Mustikasari & Daulima, (2019) fakor predisposisi dan
faktor presipitasi harga diri rendah ialah :
 Aspek Biologis Sebagian besar pasien memiliki riwayat gangguan jiwa
sebelumnya (75%), Sebagian kecil memiliki riwayat genetik (25%). Faktor
genetik berperan dalam mencetuskan terjadinya gangguan jiwa pada diri
seseorang. Sadock dan Sadock (2007) menyampaikan bahwa genetik
memiliki peran pada pasien skizofrenia. Seseorang beresiko 10% jika salah
satu orang tua menderita gangguan dan jika kedua orang tua memiliki
riwayat gangguan maka resiko akan lebih besar, yaitu menjadi 40%.
 Aspek Psikologis Pasien HDR kronis yang diberikan terapi kognitif memiliki
riwayat psikologis kurang percaya diri (90%). Menurut Stuart (2016) bahwa
faktor psikologis meliputi konsep diri, intelektualitas, kepribadian, moralitas,
pengalaman masa lalu, koping dan keterampilan komunikasi secara verbal
mempengaruhi perilaku seseorang dalam hubungannya dengan orang lain.
 Aspek Sosial Budaya Pasien yang diberikan terapi kognitif dan psikoedukasi
keluarga memiliki masalah sosial budaya yang sangat berpengaruh yaitu
tidak memiliki teman (85%), konflik keluarga (80%) dan status ekonomi
rendah (70%). Townsend (2009) menyatakan bahwa status sosioekonomi
yang rendah lebih banyak mengalami gangguan jiwa dibandingkan tingkat
sosio ekonomi tinggi.

3) Manifestasi Klinis Harga Diri Rendah Kronis


Tanda dan gejala harga diri rendah menurut Muhith, (2015).
 Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat adanya penyakit atau akibat
tindakan terhadap penyakit.
 Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Individu merasa tidak mampu dan tidak
berguna dan memandang dirinya lemah.
 Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri dari masyarakat. Individu
merasa tidak berguna sehingga klien merasa lebih suka meyendiri dan enggan
untuk berinteraksi dengan lingkungan masyarakat.
 Merendahkan martabat. Individu merasa dirinya lemah merasa bodoh, merasa
tidak mampu dalam melakukan segala hal, dan individu merasa tidak tahu
apa-apa, mengabaikan bahkan menolak kemampuan yang dimiliki sehingga
produktivitas individu menurun.
 Percaya diri kurang. Individu merasa ragu-ragu dalam mengambil keputusan,
individu tidak memiliki rasa percaya pada dirinya dan individu selalu
memandnag dirinya negatif.
 Mencederai diri sendiri dan orang lain. Akibat harga diri rendah individu
memandang hidupnya pesimis, tidak berguna sehingga terdorong untuk
merusak atau mengakhiri hidupnya. Bahkan klien dengan harga diri rendah
timbul perasaan benci dan dapat menimbulkan perilaku kekerasan terhadap
lingkungan sekitar

4) Proses Terjadinya Harga Diri Rendah Kronis


Harga diri rendah kronis terjadi merupakan proses kelanjutan dari harga diri
rendah situasional yang tidak terselesaikan. Atau dapat juga terjadi karena
individu tidak pernah mendapat feed back dari lingkungan tentang prilaku klien
sebelumnya bahkan kecendrungan lingkungan yang selalu memberi respon
negatif mendorong individu menjadi harga diri rendah (Muhith, 2015).

Harga diri rendah kronis terjadi disebabkan banyak faktor. Awalnya


individu berada pada suatu situasi yang penuh dengan stressor (krisis), individu
berusaha menyelesaikan krisis tetapi tidak mampu atau merasa gagal
menjalankan fungsi dan peran. Penilaian individu terhadap diri sendiri karena
kegagalan menjalankan fungsi dan peran adalah kondisi harga diri rendah
situasional, jika lingkungan tidak memberi dukungan positif atau justru
menyalahkan individu dan terjadi secara terus menerus akan mengakibatkan
individu mengalami harga diri rendah kronis (Masturah, 2017).

5) Rentan Respon Harga Diri Rendah Kronis


Menurut Dermawan, (2013) tentang respon konsep diri dapat dilihat padagambar
berikut ini:

Keterangan :
1. Aktualisasi diri : Pernyataan tentang konsep diri yang positif dengan
pengalaman latar belakang sukses.
2. Konsep diri positif : Apabila individu mempunyai pengalaman yang positif
dalam perwujudan dirinya.
3. Harga diri rendah : Perasaan negatif terhadapa diri sendiri, termasuk
kehilangan rasa percaya diri, tidak berharga, tidak berdaya, pesimis.
4. Kerancuan identitas : Kegagalan individu untuk mengintegrasikan berbagai
identifikasi masa kanak-kanak kedalam kepribadian psikososial dewasa yang
harmonis.
5. Dipersonalisasi : Perasaan tidak realitik dalm kegiatan dari diri sendiri,
kesulitan membedakan diri sendiri, merasa tidak nyata dan asing baginya.

6) Sumber Koping Harga Diri Rendah Kronis


Menurut Stuart dan Sundeen (1998;233),setiap individu mempunyai
beberapa kelebihan personal,meskipun individu tersebut mengalami gangguan
jiwa. Kelebihan-kelebihan itu antara lain:
 Aktivitas olahraga dan aktivitas lain di luar rumah.
 Hobi dan kerajinan tangan
 Seni yang ekspresif
 Kesehatan dan perawatan diri
 Pekerjaan,lokasi,atau posisi
 Bakat tertentu
 Kecerdasan
 Imajinasi dan Kreativitas
 Hubungan Interpersonal.

7) Mekanisme Koping Harga Diri Rendah Kronis


Mekanisme koping termasuk pertahanan koping jangka panjang pendek
atau jangka Panjang serta penggunaan mekanisme pertahanann ego untuk
melindungi diri sendiri dalam menghadapi persepsi diri yang menyakitkan (Eko,
2014). Pertahanan tersebut mencakup berikut ini :
Jangka pendek :
1. Aktivitas yang memberikan pelarian semestara dari krisis identitas diri
(misalnya, konser musik, bekerja keras, menonton tv secara obsesif) .
2. Aktivitas yang memberikan identitas pengganti semestara ( misalnya, ikut
serta dalam klub sosial, agama, politik, kelompok, gerakan, atau geng).
3. Aktivitas yang sementara menguatkan atau meningkatkan perasaan diri yang
tidak menentu ( misalnya, olahraga yang kompetitif, prestasi akademik,
kontes untuk mendapatkan popularitas)

Menurut Pardede (2019), pertahanan jangka panjang mencakup berikut ini :


1. Penutupan identitas : adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh orang
terdekat tanpa memerhatikan keinginan,aspirasi,atau potensi diri individu
2.Identitas negatif : asumsi identitas yang tidak sesuai dengan nilai dan harapan
yang diterima masyarakat. Mekanisme pertahanan ego termasuk penggunaan
fantasi, disosiasi, isolasi, proyeksi, pengalihan (displacement, berbalik marah
terhadap diri sendiri, dan amuk).

8) Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan


Terapi pada gangguan jiwa skizofrenia dewasaini sudah
dikembangkan sehingga penderita tidak mengalami diskriminasi bahkan
metodenya lebih manusiawi dari pada masa sebelumnya (Pardede, Keliat, &
Yulia, 2020). Terapi yang dimaksud meliputi :
1. Psikofarmaka
Berbagai jenis obat psikofarmaka yang beredar dipasaran yang hanya diperoleh
dengan resep dokter, dapat dibagi dalam 2 golongan yaitu golongan generasi
pertama (typical) dan golongan kedua (atypical). Obat yang termasuk golongan
generasi pertama misalnya chlorpromazine HCL (psikotropik untuk
menstabilkan senyawa otak), dan Haloperidol (mengobati kondisi gugup). Obat
yang termasuk generasi kedua misalnya, Risperidone (untuk ansietas),
Aripiprazole (untuk antipsikotik).
2. Psikoterapi
Terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan orang
lain, penderita lain, perawat dan dokter, maksudnya supaya ia tidak
mengasingkan diri lagi karena bila ia menarik diri ia dapat membentuk kebiasaan
yang kurang baik. Dianjurkan untuk mengadakan permainan atau latihan
bersama (Rokhimma & Rahayu, 2020).

5. 1. Pra-interaksi
2. Orientasi
a. Salam terapeutik “Selamat pagi,ibu siti sedang apa?”
b. Evaluasi/Validasi
 “Bagaimana perasan Ibu Siti sekarang?”
 “Apakah ibu siti sudah melaksanakan kegiatan sesuai dengan jadwalyang
telah dinuat kemarin?”.
 “Bagus ibu sudah dapat membantu membersihkan lingkungan”
 “Coba saya lihat jadwal kegiatannya, wah hebat sekali, sudah diberi tanda
semua!”, “Nanti dikerjakan lagi ya bu!”
c. Kontrak
 Topik
“Nah bagaimana kalau kita bercakap – cakap tentang kegiatan yang dapat
dilakukan di rumah?”.
 Tempat
“Kalau tidak salah, kemrin kita sudah sepakat akan bercakap – cakap di taman
benar kan?”
 Waktu
“Mau berapalama?, Bagaimana kalau 15 menit lagi”

2. Kerja
“Kemarin ibu telah membuat jadwal kegiatan di rumah sakit, sekarang kita buat
jadwal kegiatan dirumah ya!. Ini kertas dan bolpointnya, jangan khawatir nanti
saya bantu, kalau kesulitan, Bagaimana kalau kita mulai? ” “Ibu mulai dari jam
05.00 WIB?.............. ya, tidak apa-apa, bangun tidur......... terus ya sholat
shubuh, terus masak (samapi jam 20.00 WIB), bagus tapi jangan lupa minum
obatnya, ya Bu!”
3. Terminasi
 Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaan ibu siti setelah dapat membuat jadwal kegiatan di rumah”
 Evaluasi Obyektif
“Coba ibu sebutkan lagi susunan kegiatan dalam sehari yang dapat dilakukan di
rumah”
 Rencana Tindak Lanjut
“Besok kalau sudah dijemput oleh keluarga dalam sehari apa yang dapat
dilakukan di rumah?”
 Berpamitan.

ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
a. Identitas
a) Identitas Klien
Nama : Tn. C
Usia : 25 th
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Tidak Terkaji

Status : Tidak Terkaji


Agama : Tidak Terkaji
Suku : Tidak Terkaji
Pendidikan : Tidak Terkaji
Pekerjaan : Tidak Terkaji
Diagnosa Medis : Skizofrenia
a) Indentitas Penanggung Jawab
Nama : Ibu S
Usia : Tidak Terkaji
Jenis Kelamin : Tidak Terkaji
Alamat : Tidak Terkaji
Pendidikan : Tidak Terkaji
Pekerjaan : Tidak Terkaji
Hubungan : Tidak Terkaji
b. Riwayat Kesehatan

a) Keluhan Utama
Ibu S dan Tn. C sudah 1 bulan terakhir menderita Covid-19
b ) Faktor Predisposisi
Sebelumnya Tn. C sudah 8 tahun menderita skizofrenia, yang
mengakibatkan klien menjadi gangguan jiwa ketika klien
memiliki pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan,
dimana saat SMP klien sering di bully.
c) Faktor Presipitasi
Sudah 1 bulan terakhir menderita Covid-19
d ) Pengkajian Fisik : Tidak Terkaji
a) Psikososial
A . Genogram

Klien anak laki-laki tunggal di keluarga dan dengan ayah


yangstroke
B. Konsep Diri
1 ) Gambaran Diri
2 ) Identitas Diri : Anak tunggal laki laki
3 ) Peran : Tidak mampu membahagiakan orang tua
4 ) Ideal Diri
5 ) Harga Diri : Merasa malu, minder, dan merasa
tidakberguna
Masalah Keperawatan : Harga diri rendah kronis
C. Hubungan Sosial
Dengan perasaan yang malu dan mindernya klien menjadi
sulitberinteraksi dengan orang baru
D. Spiritual : Tidak Terkaji
E. Status Mental
1 ) Penampilan : Tidak Terkaji
2 ) Pembicaraan : Tidak Terkaji
3 ) Aktivitas Motorik : Tidak Terkaji
4 ) Suasana perasaan : Merasa malu dan minder
5 ) Afek : Tidak Terkaji
6 ) Interaksi selama wawancara : Tidak Terkaji
7 ) Persepsi : Tidak Terkaji
8 ) Proses Pikir : Tidak Terkaji
9 ) Isi pikir : Tidak Terkaji
1 0 ) Tingkat kesadaran : Tidak Terkaji
1 1 ) Memori : Mampu menceritakan kejadian di masa lalu
ditandai dengan pasien mampu menceritakan
pengalamantidak menyenangksn saat SMP
1 2 ) Tingkat konsentrasi : Tidak Terkaji
1 3 ) Kemampuan penilaian : Tidak Terkaji
1 ) Daya tilik diri : Tidak Terkaji
B. Mekanisme Koping : Tidak Terkaji
C. Masalah Psikososial dan Lingkungan : Sulit untuk
memulaiinteraksi terutama ketika bertemu dengan
orang yang baru dikenalnya.
D. Pengetahuan Kurang Tentang Gangguan Jiwa : Tidak Terkaji
E. Aspek Medik : Tidak Terkaji
F. Aktivitas sehari hari : Tidak Terkaji

Analisa Data

No Data Masalah
1 DS : Harga Diri Rendah
- Menilai diri negatif
Kronis
(merasa tidak
berguna)
- Merasa malu
- Melebih lebihkan
penilaian negatif
tentang diri sendiri
DO :
 Terdiagnosa
Skizofrenia 8
tahun lalu

 Terinfeksi Covid

 Pernah di bully

 Anak tunggal
laki laki
dikeluarga
2. DS : Ansietas
- Terus memikirkan
kondisi sakit
suami, anak, dan
dirinya sendiri
Data Tambahan :
- Merasa bingung
- Sulit
berkonsentrasi
- Mengeluh pusing
- Anoreksia
- Palpitasi
DO :
 Sulit tidur

Data Tambahan

 Klien tampak
gelisah

 Klien tampak
tegang

 Frekuensi napas
meningkat

 Frekuensi nadi
meningkat

 Diaphoresis

 Klien tremor

 Muka klien
tampak pucat

 Suara klien
bergetar

 Kontak mata
buruk

 Klien sering
berkemih

 Klien
berorientasi pada
masa lalu

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Harga Diri Rendah Kronis
2. Ansietas

INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan dan Intervensi


Kriteria Hasil
1. Harga Diri Tujuan : Intervensi Utama :
Rendah Setelah dilakukan - Manajemen Perilaku
Kronis b.d tindakan keperawatan - Promosi Harga Diri
Gangguan 3x24 jam maka harga - Promosi Koping
Psikiatri diri meningkat dengan, Sp 1:
Kriteria hasil : Mengidentifikasi kemampuan dan
aspek positif yang dimiliki
1. Penilaian diri
Sp 2:
positif meningkat
1. Menilai kemampuan yang
2. Perasaan malu
dapat digunakan
menurun
2. Menetapkan/memilih
3. Perasaan memiliki kegiatan sesuai kemampuan
kelebihan atau 3. Melatih kegiatan sesuai
kemampuan kemampuan yang dipilih satu
positif meningkat Sp 3:
Melatih kegiatan sesuai
4. Penerimaan
kemampuan yang dipilih dua
penilaian positif
terhadap diri Sp 4:

sendiri meningkat Melatih kegiatan sesuai


kemampuan yang dipilih tiga
5. Kebiasaan sulit
tidur menurun
Ansietas Setelah diberikan Reduksi Ansietas Observasi
asuhan keperawatan 1. Identifikasi saat tingkat
selama 1 x 30 menit ansietas berubah (mis.
diharapkan tingkat kondisi, waktu, stressor)
ansietas menurun 2. Monitor tanda ansietas
dengan kriteria hasil : (verbal dan non verbal)
1. Verbalisasi Terapeutik
khawatir akibat 1. Ciptakan suasana terapeutik
yang dihadapi untuk menumbuhkan
menurun kepercayaan
2. Perilaku tegang Edukasi
menurun 1. Jelaskan prosedur, termasuk
3. Perasaan sensasi yang mungkin
keberdayaan dialami
membaik Terapi Relaksasi Observasi
1. Periksa ketegangan otot,
frekuensi nadi, tekanan darah,
dan suhu sebelum dan
sesudah latihan
2. Monitor respons terhadap
terapi relaksasi
Terapeutik
1. Berikan informasi tertulis
tentang persiapan dan
prosedur teknik relaksasi
yang digunakan
Edukasi
1. Anjurkan mengambil posisi
nyaman
2. Anjurkan rileks dan
merasakan sensasi relaksasi
3. Demonstrasikan dan latih
teknik relaksasi (mis. napas
dalam) Intervensi inovasi
berdasarkan konsep
Evidance Based Practice
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemberian aromaterapi
mawar
2. Berikan aromaterapi mawar
untuk menurunkan
kecemasan
DAFTAR PUSTAKA
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.

Stuart, G. W. (2006). Buku Saku Keperawatan Jiwa (Kelima). Jakarta: Buku


Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai