Anda di halaman 1dari 15

Laporan Kasus (F41.

9)

GANGGUAN ANSIETAS YANG TAK


TERGOLONGKAN

Asti Ainun Mahfira Zulkifli (1610015039)

Pembimbing :
dr. Denny Jeffry Rotinsulu , Sp.KJ
BAB I PENDAHULUAN

• Cemas didefinisikan sebagai suatu sinyal yang menyadarkan; ia memperingatkan


adanya bahaya yang mengancam dan memungkinkan seseorang mengambil tindakan
untuk mengatasi ancaman. Rasa tersebut ditandai dengan gejala otonom seperti nyeri
kepala, berkeringat, palpitasi, rasa sesak di dada, tidak nyaman pada perut, dan gelisah.

• Rasa cemas dapat datang dari eksternal atau internal. Masalah eksternal umumnya
terkait dengan hubungan antara seseorang dengan komunitas, teman, atau keluarga.
Masalah internal umumnya terkait dengan pikiran seseorang sendiri.
BAB II LAPORAN KASUS
Anamnesis dilakukan melalui telepon pada tanggal 8 Februari 2021 pada pukul 20.00 WITA:
 
ANAMNESIS
Identitas Pasien
• Nama : Nn. K
• Usia : 16 tahun
• Agama : Kristen
• Pendidikan Terakhir : SMP
• Status : Belum Menikah
• Pekerjaan : Pelajar
• Alamat : Samarinda
Keluhan Utama
Rasa tidak nyaman pada keramaian dan takut bertemu dengan orang yang dikenal.

Riwayat Penyakit Sekarang


Pada saat pasien datang ke RSJD Atma Husada Mahakam Samarinda, pasien datang keluhan merasa cemas
dan tidak nyaman yang berlebih saat berada di sekitar orang yang dikenalnya baik itu di sekolah, gereja
ataupun di tempat keramaian yang lainnya, pada saat keluhan ini muncul pasien merasakan deg-degan dan gemetar.
Keluhan ini sudah dirasakan sejak SMP tetapi dibiarkan dan memberat beberapa 3-4 bulan belakangan ini dan
gejala ini berlangsung setiap saat setiap hari, pasien tidak mengetahui secara jelas penyebab gejalanya tersebut dan
hanya mengira gejalanya ini muncul dikarenakan satu persatu teman SDnya tidak berinteraksi lagi dengan pasien
dan hanya 4 orang saja yang masih bergaul dengan pasien sampai saat ini. Pasien juga merasa tidak percaya diri
sehingga pasien berpenampilan seperti orang culun agar orang –orang tidak memperhatikannya sampai pasien SMA
pasien mengaku menarik diri dari lingkungan sekolah dan hanya berteman atau berinteraksi dengan keempat
temannya tersebut.
Pasien juga mempunyai pikiran bahwa orang disekitarnya munafik dan ingin berbuat jahat terhadapnya
meskipun orang tua pasien sudah membantah hal tersebut namun pasien masih tetap berpikiran seperti demikian
serta pasien mempunyai pikiran bahwa hidupnya tidak berguna sama sekali, kadang juga pasien memikirkan
apakah pasien bisa menikah, apakah pasien bisa bekerja atau membuka lapangan kerja untuk orang lain dan hal ini
yang membuat pasien merasa cemas dan kadang-kadang menangis.

Pasien juga kadang-kadang melakukan hal-hal seperti membenturkan kepalanya di dinding, menarik
rambutnya, menggaruk kulitnya apabila keinginan pasien tidak tercapai atau pasien di kritiki dengan orang lain
menurut pasien ini merupakan bentuk hukuman untuk dirinya seperti contohnya pada saat pasien memberikan tugas
ke gurunya dan gurunya menkritik atau membenarkan kesalahan tugas pasien maka pasien akan mulai menggaruk
kulitnya sambil menangis. Menurut pasien, untuk meringankan gejalanya pasien bermain game, menggambar,
main gitar atau dengar lagu sehingga semua pikiran negatifnya teralihkan. Saat ini pasien sudah mendapatkan
pengobatan dan gejala tersebut sudah agak berkurang.
Heteroanamnesis
Ibu pasien membawa pasien ke rumah sakit karena sudah bingung dengan
kelakuan anaknya yang tidak bisa berinteraksi dengan teman sekolahnya, tidak
ingin ke gereja dan pasien juga mulai marah-marah dan membenturkan kepalanya
di dinding jika apa yang pasien kehendaki itu tidak tercapai. Hal ini sudah terjadi
secara terus menerus selama 3-4 bulan yang lalu, ibu pasien mengatakan gejala Riwayat Penyakit Dahulu
menarik diri ini sebenarnya sudah terlihat pada saat masih kecil tetapi ibu pasien -
Riwayat Penyakit Keluarga
membiarkan hal tersebut hingga SMP barulah gejala sudah sangat menonjol. Bapak :-
Ibu pasien juga mengatakan jika pasien bertemu dengan orang yang dikenalnya Ibu : Baby blues pada kedua anaknya
maka pasien akan cemas dan ingin segera menjauh dari tempat tersebut, pasien
juga selalu berpikiran negatif dan selalu membesar-besarkan masalah, pasien juga
sangat sensitif dan mudah marah jika diberikan sebuah pengertian oleh keluarga
terkait dengan pikiran negatifnya.
Ibu pasien mengaku tidak mengetahui penyebab anaknya bisa mengalami gejala
tersebut dan hanya mengira dikarenakan ibu pasien pernah mengalami baby blues
pada saat melahirkan pasien selama 3 tahun.
Genogram
Riwayat Pasien
Masa kanak-kanak awal (0-3 tahun) Masa kanak-kanak akhir (5-13 tahun)
• Riwayat kelahiran : Operasi sesar Pada saat SD sampai tamat masih berinteraksi
• Pasien tidak mendapatkan Asi dengan teman sebayanya dengan normal tetapi
• Tinggal dan dirawat oleh kedua orang tua memasuki SMP pasien sudah muali menarik diri
sampai sekarang dari lingkungan sekolah.
• Perkembangan awal
Sudah bisa melakukan toilet training, mulai belajar Masa remaja (13-21 tahun)
makan sendiri. • Saat SMP-SMA kelas 2 pasien masih enggan
berinteraksi dengan teman sekolah.
Masa kanak-kanak pertengahan (3-5 tahun) • Hubungan keluarga harmonis.
Bermain seperti anak-anak pada umumnya • Pasien hanya berinteraksi dengan keempatnya
Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Neurologis

• GCS : E4V5M6
• Refleks fisiologis : tidak dievaluasi Refleks
• patologis : tidak dievaluasi
• Meningeal sign : tidak dievaluasi
PEMERIKSAAN PSIKIATRI
• Kesan umum : Kooperatif
• Kontak: Verbal lancar dan relevan
• Kesadaran : Komposmentis, Orientasi
orang baik, orientasi tempat baik,
orientasi waktu baik.
• Emosi/afek : Mood cemas, afek penuh
• Proses Berpikir : Relevan, Koheren,
waham (+) curiga
• Persepsi : Halusinasi (-)
• Intelegensia : Baik DIAGNOSIS MULTI AXIAL
• Kemauan : Normal
Aksis I : DSM-IV-TR Gangguan Ansietas YTT
• Psikomotor :- (F41.9)
Aksis III : Tidak ada diagnosis untuk aksis ini
  Aksis IV : Masalah berkaitan dengan lingkungan
sosial
Aksis V : GAF scale 80-71
USUL PEMERIKSAAN
PENATALAKSANAAN
--
DIAGNOSIS BANDING Non farmakoterapi
Gangguan Campuran Ansietas Depresif (F41.2)
Ventilasi : memberikan kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan
Fobia sosial (F40.1)
isi hati dan keinginannya sehingga pasien merasa lega.
PROGNOSIS
Konseling : memberikan penjelasan dan pengertian kepada pasien tentang
Dubia et bonam
gejala / penyakitnya, agar pasien memahami kondisi dirinya dan
memahami cara meghadapinya. Serta memotivasi pasien agar minum obat
secara teratur.
Sosioterapi : memberikan penjelasan kepada keluarga dan orang-orang
terdekat pasien tentang gangguan yang dialami oleh pasien, sehingga
tercipta dukungan social dalam lingkungan yang kondusif sehingga dapat
membantu proses penyembuhan.
Farmakoterapi:
Clobazam 10mg 2x1
Fluoxetine 20mg 1x1
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
• Definisi
Cemas didefinisikan sebagai suatu sinyal yang menyadarkan; ia memperingatkan
adanya bahaya yang mengancam dan memungkinkan seseorang mengambil tindakan
untuk mengatasi ancaman. Rasa tersebut ditandai dengan gejala otonom seperti nyeri
kepala, berkeringat, palpitasi, rasa sesak di dada, tidak nyaman pada perut, dan
gelisah.
Rasa cemas dapat datang dari eksternal atau internal. Masalah eksternal umumnya
terkait dengan hubungan antara seseorang dengan komunitas, teman, atau keluarga.
Masalah internal umumnya terkait dengan pikiran seseorang sendiri1,2
• Epidemiologi

Ganguan ansietas merupakan kelompok gangguan psikiatri yang paling sering


ditemukan.  National Comorbidity Study  melaporkan bahwa satu diantara empat orang
memenuhi kriteria untuk sedikitnya satu gangguan ansietas dan terdapat angka
prevalensi 12 bulan sebesar 17,7%. Perempuan (Prevalensi seumur hidup 30,5%) lebih
cenderung mengalami gangguan ansietas daripada laki-laki (prevalensi seumur hidup
19,2%). Prevalensi gangguan ansietas menurun dengan meningkatnya status
sosioekonomik.1,3
• Etiologi
- Faktor Bilogis
- Faktor Psikososial

• Gejala Klinis
Gejala-gejala cemas pada dasarnya terdiri dari dua komponen yakni, kesadaran terhadap sensasi
fisiologis ( palpitasi atau berkeringat ) dan kesadaran terhadap rasa gugup atau takut. Selain dari
gejala motorik dan viseral, rasa cemas juga mempengaruhi kemampuan berpikir, persepsi, dan
belajar. Umumnya hal tersebut menyebabkan rasa bingung dan distorsi persepsi. Distorsi ini dapat
menganggu belajar dengan menurunkan kemampuan memusatkan perhatian, menurunkan daya
ingat dan menganggu kemampuan untuk menghubungkan satu hal dengan lainnya.
Aspek yang penting pada rasa cemas, umumnya orang dengan rasa cemas akan melakukan seleksi
terhadap hal-hal disekitar mereka yang dapat membenarkan persepsi mereka mengenai suatu hal
yang menimbulkan rasa cemas.2

Anda mungkin juga menyukai