Anda di halaman 1dari 45

Skizoafektif F25

Identitas Pasien
• Nama : Nn. Dy
• Usia : 46 Tahun
• Jenis Kelamin : Perempuan
• Agama : Katolik
• Pendidikan : S1
• Pekerjaan : Seniman
• Status Pernikahan : Belum menikah
• Alamat : Jl. Merdeka Utara Blok 6 1/4, Ds. Sidorejo
Identitas Keluarga Pasien
• Nama : Ny. R
• Usia : 71 Tahun
• Jenis Kelamin : Perempuan
• Agama : Katolik
• Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
• Alamat : Jl. Merdeka Utara Blok 6 1/4, Ds. Sidorejo Lor
ANAMNESIS
Keluhan Utama
Berdasarkan autoanamnesis dengan pasien keluhan utama pasien yaitu
pasien merasakan keberisikan yang berlebih
Riwayat Penyakit Sekarang
• Autoanamnesis:
Pasien mengaku bahwa dirinya baik baik saja dan tidak
merasa sakit jiwa, pasien hanya mengaku memiliki
keistimewaan dapat membuat puisi dan melukis,
pasien merasakan ada roh yang masuk kedalam tubuh
pasien, pasien merasa sangat dekat dengan tuhan.
Riwayat Penyakit Sekarang
• Alloanamnesis:
Menurut ibu pasien, pasien memiliki gangguan mood
yang tidak terkotrol dan mengeluhkan adanya
gangguan bisikan yang mengganggu pasien, dan
memiliki jiwa yang berkobar-kobar setelah kejadian.
Riwayat Perjalanan Penyakit
• Alloanamnesa:
Menurut ibu pasien awal mula terjadi gejala saat pasien
menduduki sekolah menenggah atas (SMA), pasien
merasa tidak bisa melakukan adaptasi yang baik saat
awal masuk sekolah sehingga tidak naik kelas saat SMA.
Tahun 2003 ayah pasien meninggal dunia hal tersebut
membuat pasien tampak sangat sedih.
Riwayat Penyakit Dahulu Dan Penggunaan
Alkohol/Obat-obat Terlarang

• Pasien memiliki riwayat gangguan medis seperti


hipertensi terkontrol, diabetes mellitus (-), stroke (-)
dan juga riwayat gangguan psikiatri sebelumnya (-).
Pasien menyangkal jika pernah mengkonsumsi alkohol
dan obat-obatan terlarang
Riwayat Pribadi
• Prenatal dan Perinatal  Lahir dibantu bidan di puskesmas lahir
normal.
• Masa Pre-Sekolah (sampai usia 3 tahun) Dalam batas normal
• Masa Sekolah dan Masa Remaja  Pasien memiliki prestasi yang baik
saat masa sekolahya.
Riwayat Pribadi
• Masa Dewasa
- Riwayat Pernikahan dan SeksualPasien belum menikah.
- Riwayat Pekerjaan Pasien bekerja sebagai seniman.
- Riwayat Pendidikan Riwayat pendidikan terakhir sarjana S1 Ideologi.
- Riwayat Kemiliteran Pasien tidak memiliki riwayat pendidikan
kemiliteran.
- AgamaPasien dan keluarga merupakan pemeluk agama khatolik dan rajin
beribadah.
- Aktivitas SosialPasien sering berinteraksi dengan keluarga. Pasien masih
berinteraksi dengan teman teman masa sekolahnya.
- Riwayat Hukum Pasien tidak pernah berurusan dengan pihak berwajib
terkait pelanggaran di bidang hukum.
Riwayat Penyakit Keluarga

• Riwayat Gangguan Mental


Keluarga pasien tidak memiliki riwayat adanya gangguan mental.
• Riwayat Gangguan Fisik
Riwayat diabetes melitus, hipertensi, dan asma disangkal. Ayah pasien
meinggal akibat serangan jantung.
Riwayat Keluarga
Riwayat Personal Sosial
Pasien cenderung lebih senang di berada rumah, pasien hanya keluar di
sekitar rumahnya untuk berjalan-jalan dan silaturahmi tetangga
terdekat.
Pemeriksaan Status Mental
Deskripsi Umum
a. Penampilan: Seorang perempuan berusia 46 tahun, berpenampilan
sesuai usia, rawat diri baik mengenakan kaos putih dan celana
panjang berwarna hitam ketika kunjungan ke rumah.
b. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor: Selama proses anamnesa pasien
kooperatif, dan mampu berkomunikasi dengan baik, tetapi bicara
loncat-loncat.
c. Sikap terhadap pemeriksa: kooperatif dapat bekerja sama dengan
bai
Mood dan Afek
• Mood : Elasi
• Afek : Meningkat
Pembicaraan
• Kualitas: pasien berbicara lantang, dan menjawab pertanyaan secara
berlebihan
• Kuantitas: Berbicara logore (+), inkoheren, blocking (-), mutisme (-)
• Kecepatan produksi: Spontan
Pikiran dan Persepsi
• Bentuk pikir: Non Realistik
• Isi pikir: ditemukan adanya waham kebesaran (+), Waham bizzare (-),
waham bersalah (-), waham curiga (-), waham kejar (-).
• Arus pikir: Inkoheren (+), Perseverasi (+)
• Halusinasi: Terdapat halusinasi auditorik. Pasien mendengar suara
berisik yang tidak didengar oleh orang lain.
• Ilusi: Tidak ditemukan ilusi
Sensorium dan Fungsi Kognitif
• Kesadaran : Secara kuantitas dan kualitas, kesadaran
baik/ sadar penuh (compos mentis) dengan GCS
E4V5M6 dan tidak terjadi perubahan tingkat
kesadaran.
• Orientasi : orientasi tempat, waktu dan orang baik.
• Konsentrasi dan perhitungan : baik.
• Daya ingat: daya ingat baik, baik ingatan jangka
pendek, menengah dan jangka panjang.
• Tingkat pengetahuan : tingkat pendidikan formal
pasien baik.
• Pikiran abstrak : Baik
• Tilikan Diri (Insight)
Tilikan diri pasien buruk. Pasien tidak menyadari jika
sedang sakit.
• Daya Nilai
- Norma Sosial : Penilaian pasien tentang norma-
norma sosial baik
- Realita : Penilaian pasien tentang realita di
lingkungan sekitarnya baik.
Diagnosis Multi Aksial
• Aksis I : Skizoafektif Tipe Manik F25.0
• DD - Skizofrenia (F20)
- Gangguan Afektif Bipolar (F31)
• Aksis II : Tipe kepribadian extrovert
• Aksis III : Tidak ada diagnosis Aksis III
• Aksis IV : Masalah dengan “primary support group” keluarga dan
Pendidikan
• Aksis V : GAF Scale 80-71: Gejala sementara dan dapat diatasi,
disabilitas ringan dalam sosial, pekerjaan, sekolah dll
Terapi
a. Farmakolgi
• Skizonat inj 1 amp
• Frimania 400 mg/ 12 jam
• Resperidon 2 mg/ 12 jam
• Captopril 25 mg/12 jam
Terapi
b. Non-Farmakologi
• Edukasi pasien: Edukasi terhadap pasien dan keluarga pasien untuk
tetap melakukan kontrol rutin dan tidak terlambat dalam
mengkonsumsi obat agar kondisi pasien semakin membaik.
• Terapi berorientasi keluarga: Menyarankan kepada keluarga untuk
selalu memberikan dukungan kepada pasien, menjadi tempat pasien
untuk terbuka dan bercerita.
Prognosis
• Ad vitam : Bonam
• Ad functionam : Bonam
• Ad Sanationam : Bonam
Dasar Teori
Definisi
• Gangguan skizoafektif adalah penyakit dengan gejala psikotik yang
persisten, seperti halusinasi atau delusi, terjadi bersama-sama
dengan masalah suasana (mood disorder) seperti depresi, manik,
atau episode campuran.
Epidemiologi
• Prevalensi seumur hidup gangguan skizoafektif kurang dari 1%,
mungkin berkisar antara 0,5% – 0,8%. Tetapi gambaran tersebut
masih merupakan perkiraan.
• Gangguan skizoafektif tipe depresif mungkin lebih sering terjadi pada
orang tua daripada orang muda, prevalensi gangguan tersebut
dilaporkan lebih rendah pada laki-laki dibanding perempuan,
terutama perempuan menikah.
• Usia awitan perempuan lebih lanjut daripada laki-laki, seperti pada
skizofrenia. Laki-laki dengan gangguan skizoafektif mungkin
memperlihatkan perilaku antisosial dan mempuinyai afek tumpul
yang nyata atau tidak sesuai.
Etiologi dan Faktor Risiko
• Penyebab gangguan skizoafektif tidak diketahui, tetapi empat model
konseptual telah dikembangkan. Gangguan dapat berupa tipe
skizofrenia atau tipe gangguan mood. Gangguan skizoafektif mungkin
merupakan tipe psikosis ketiga yang berbeda yang bukan merupakan
gangguan skizofrenia maupun gangguan mood. Keempat dan yang
paling mungkin, bahwa gangguan skizoafektif adalah kelompok
heterogen gangguan yang menetap ketiga kemungkinan pertama.
Etiologi dan Faktor Risiko
• Meskipun banyak riset famili dan genetik mengenai gangguan
skizoafektif didasarkan pada alasan bahwa skizofrenia dan gangguan
mood merupakan entitas terpisah, beberapa data menunjukkan
bahwa kedua gangguan tersebut terkait secara genetis.
• Beberapa data menunjukkan bahwa gangguan skizofrenia dan
gangguan afektif mungkin berhubungan secara genetik. Ada
peningkatan resiko terjadinya gangguan skizofrenia diantara keluarga
dengan gangguan skizoafektif.
Manifestasi klinis
Gejala klinis berdasarkan (PPDGJ-III), harus ada sedikitnya satu gejala
yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih bila gejala gejala itu
kurang tajam atau kurang jelas):
 satu gejala Jelas
• thought echo, thought insertion or withdrawal, thought broadcasting
• delusion of control, delusion of passivitiy, delusional perception
• Halusinasi Auditorik
• Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya
setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil
Manifestasi klinis
Dua gejala yang jelas
• Halusinasi yang menetap dan panca-indera apa saja
• Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation), yang berkibat inkoherensi atau pembicaraan yang
tidak relevan, atau neologisme
• Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi
tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme,
mutisme, dan stupor
• Gejala-gejala negatif, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang,
dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar
Kriteria Diagnosis
• Kriteria diagnostik gangguan skizoafektif berdasarkan DSM-V:
a) Periode penyakit tidak terputus berupa, pada suatu waktu, episode
depresif mayor, episode manik, atau episode campuran yang terjadi
bersamaan dengan gejala yang memenuhi kriteria A skizofrenia.
b) Selama periode penyakit yang sama, terdapat waham atau halusinasi
selama sekurang-kurangnya 2 minggu tanpa gejala mood yang menonjol.
c) Gejala yang memenuhi criteria episode mood timbul dalam jumlah yang
bermakna pada durasi total periode aktif dan residual penyakit
d) Gangguan tidak disebabkan efek fisiologis langsung suatu zat atau
keadaan kesehatan umum.
Diagnosis Banding
• Skizofrenia
• Gangguan Afektif Bipolar
Tatalaksana
Modalitas terapi yang utama untuk gangguan skizoafektif adalah
perawatan di rumah sakit, medikasi, dan intervensi psikososial.
• Pengobatan Psikososial
Pasien dapat terbantu dengan kombinasi terapi keluarga, latihan
keterampilan sosial, dan rehabilitasi kognitif.
• Pengobatan Farmakoterapi
Prinsip dasar yang mendasari farmakoterapi untuk gangguan
skizoafektif adalah dengan pemberian antipsikotik disertai dengan
pemberian antimanik atau antidepresan. Pemberian obat antipsikotik
diberikan jika perlu dan untuk pengendalian jangka pendek.
Tatalaksana
• Pasien dengan gangguan skizoafektif tipe manik dapat diberikan
farmakoterapi berupa lithium carbonate, carbamazepine (tegretol),
valproate (Depakene), ataupun kombinasi dari obat anti mania.
• pasien dengan gannguan skizoafektif tipe depresif dapat diberikan
antidepresan. Pemilihan obat antidepresan memperhatikan kegagalan
atau keberhasilan antidepresan sebelumnya. SSRI sering digunakan
sebagai agen lini pertama, namun pasien teragitasi atau insomnia
dapat disembuhkan dengan antidepresan trisiklik.
Prognosis
Pasien dengan gangguan skizoafektif memiliki prognosis yang lebih
buruk daripada pasien dengan gangguan depresif maupun gangguan
bipolar, tetapi memiliki prognosis yang lebih baik daripada pasien
dengan skizofrenia.
Pembahasan dan Kesimpulan
Pembahasan
• Dari hasil anamnesis (autoanamnesis, aloanamnesis), dan pemeriksaan
status psikiatri menunjukan pasien mengalami gangguan kejiwaan dengan
diagnosis multi axial berupa:
• Aksis I : Skizoafektif Tipe Manik F25.0
DD - Skizofrenia (F20)
- Gangguan Afektif Bipolar (F31)
• Aksis II : Tipe kepribadian extrovert
• Aksis III : Tidak ada diagnosis Aksis III
• Aksis IV : Masalah dengan “primary support group” keluarga dan
Pendidikan
• Aksis V : GAF Scale 80-71: Gejala sementara dan dapat diatasi,
disabilitas ringan dalam sosial, pekerjaan, sekolah dll
Pembahasan
Pembahasan
Pemberia Terapi farmakologi pada pasien:
1. Injeksi Sikzonoate 1 amp
2. Risperidone 2 mg
3. Frimania 400 mg
Kesimpulan
• Gangguan skizoafektif merupakan suatu gangguan jiwa yang memiliki
gejala skizofrenia dan gejala afektif yang terjadi bersamaan dan sama-
sama menonjol.
• Prevalensi gangguan telah dilaporkan lebih rendah pada laki-laki
dibandingkan para wanita, khususnya wanita yang menikah. Usia
onset untuk wanita adalah lebih lanjut daripada usia untuk laki-laki
seperti juga pada skizofrenia. Teori etiologi mengenai gangguan
skizoafektif mencakup kausa genetik dan lingkungan. Tanda dan gejala
klinis gangguan skizoafektif adalah termasuk semua tanda dan gejala
skizofrenia,episode manik, dan gangguan depresif.
Kesimpulan
• Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejala-gejala
definitif adanya skizofrenia dan gangguan afektif bersama-sama
menonjol pada saat yang bersamaan, atau dalam beberapa hari
sesudah yang lain , dalam episode yang sama. Sebagian diantara
pasien gangguan skizoafektif mengalami episode skizoafektif
berulang, baik yang tipe manik, depresif atau campuran keduanya.
Terapi dilakukan dengan melibatkan keluarga, pengembangan skill
sosial dan berfokus pada rehabilitasi kognitif.
Referensi
• Amir N. Buku Ajar Psikiatri. Edisi 2. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2013.
• Manic Type: A Case Report. Denpasar: Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana; 2013.
• Kaplan, Sadock. Buku Ajar Psikiatri Klinis. Edisi ke-2. Jakarta: EGC; 2013.
• Maslim, Rusdi. Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III.
Jakarta: BagianIlmu Kedokteran jiwa FK Unika Atmajaya; 2007.
• Kaplan, Sadock. Buku Ajar Psikiatri Klinis. Edisi ke-2. Jakarta: EGC; 2013.
• Martin‐Subero M, Berk L, Dodd S, Kamalesh V, Maes M, Kulkarni J,
DeCastella A, et al. Quality of life in bipolar and schizoaffective disorder ‐ a
naturalistic approach. Compr Psychiatry. 2014; 55(7):1540‐5.
Lampiran
Journal Terkait
TerimaKasih

Anda mungkin juga menyukai