Anda di halaman 1dari 39

REFARAT

GANGGUAN STRESS PASCA TRAUMA


LAPORAN KASUS
Skizofrenia Paranoid (F 20.9).

WIDI MAULIDYA
111 20115 0134

Pembimbing Supervisor
dr. Yazzit Mahri dr. Agus Japari, M.Kes., SpKJ
REFERAT
GANGGUAN STRESS PASCA TRAUMA
A.Defenisi
Gangguan kejiwaan pada seseorang yang
dialami dan berkembang setelah pengalaman
traumatik, kecemasan patologis yang umumnya
terjadi setelah seseorang mengalami/
menyaksikan trauma berat yang mengancam
secara fisik dan jiwa orang tersebut.
B.Epidemiologi
Menurut National Comorbidity Survey
Replication sekitar 6,8 %. Kejadian PTSD muncul
paling tinggi terutama pada orang yang
mengalami trauma (muncul pada 1/3 hingga ¾
dari mereka yang mengalami pemerkosaan,
perang, penculikan, pengasingan dengan alasan
politik.
Wanita lebih sering mengalami PTSD
dibanding pria
C.Etiologi
Stresor / kejadian trauma = penyebab
utama dalam perkembangan gangguan stres
pasca trauma. Stresor dapat berasal dari
bencana alam, bencana yang diakibatkan oleh
ulah manusia, ataupun akibat kecelakaan. Pada
pasien yang menerima hasil diagnosis penyakit
yang mematikan baik terhadap dirinya ataupun
orang terdekatnya dapat menjadi stresor.
D.Gambaran Klinis
• Pengulangan pengalaman trauma
• Penghindaran dan emosional yang dangkal
• Sensitifitas yang meningkat
F.Diagnosis
Menurut PPDGJ III (F43.1)
Diagnosis baru ditegakkan bilamana gangguan
ini timbul dalam kurun waktu enam bulan
setelah kejadian traumatik berat
Sebagai bukti tambahan selain trauma, harus
didapatkan bayang-bayang atau mimpi-
mimpi dari kejadian traumatik tersebut secara
berulang-ulang kembali (flashbacks)
• Gangguan otonomik, gangguan afek, dan
kelainan tingkah laku semuanya dapat
mewarnai diagnosis tetapi tidak khas
• Suatu “sequelae” menahun yang terjadi
lambat setelah stress yang luar biasa, misalnya
saja beberapa puluh tahun setelah trauma,
diklasifikasi dalam kategori F62.0 (perubahan
kepribadian yang berlangsung lama setelah
mengalami katastrofa).
F.Diagnosis Banding
• Depresi
• Gangguan Obsesif Kompulsif,
• Gangguan kecemasan.
Penatalaksanaan
• Tatalaksana gangguan stress pasca trauma
diharapkan dalam bentuk yang komprehensif,
meliputi pemberian medikasi dan psikoterapi
serta edukasi, dukungan psikososial, teknik untuk
meredakan kecemasan dan juga modifikasi pola
hidup. Edukasi sangat penting karena merupakan
suatu bentuk pendekatan untuk membantu
pasien mengerti akan perubahan –perubahan
yang terjadi dalam fungsi diri pasien baik secara
fisik maupun psikis sebagai dampak peristiwa
traumatik yang dialami
Medikasi yang terbukti bermanfaat untuk
mengatasi kasus ini adalah pemberian anti
depresan golongan SSRI (Selective Serotonin
Reuptake Inhibitors) Seperti :
Fluoxetin 10-60 mg/hari
Sertralin 50-200 mg/hari
Fluvoxamine 50-300 mg/hari
Amiltriptilin 50-300 mg/hari
Imipramin 50-300 mg/hari
Prognosis
Prognosis pada kasus PTSD sulit
ditentukan, karena itu bervariasi secara
signifikan dari pasien ke pasien.
LAPORAN KASUS
• IDENTITAS PASIEN
• Nama : Tn.H
• Umur : 37 tahun
• Jenis kelamin : Laki-laki
• Agama : Islam
• Suku : Bugis
• Status pernikahan : Duda
• Pendidikan terakhir : SD
• Pekerjaan : Petani
• RIWAYAT PSIKIATRI
Diperoleh dari catatan medis, autoanamnesis
dan alloanamnesis dari :
Nama :
Jenis kelamin :
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir :
Pekerjaan :
Alamat :
Hubungan dengan pasien :
A.Keluhan Utama : Gelisah
B.Riwayat Gangguan sekarang
1.Keluhan dan Gejala
Dirasakan sejak ± 10 bulan terakhir. Pasien
tidak dapat tidur malam hari. Pasien sering keluar pada
malam hari karena mengatakan ada yang menyuruhnya, ,
mengancam orang-orang sekitarnya karena merasa
diguna-gunai. Pasien mengatakan lehernya seperti
tercekik dan kepalanya terasa kodong, serta mengaku ada
seseorang didalam dirinya yang ingin mengambil roh
pasien kelak jika pasien meninggal. Pasien juga
merasakan ada yang meniup-niup seluruh tubuh
sepanjang hari, sehingga pasien selalu mencoba
memanjat pohon kelapa agar mendapat banyak angina.
Makan dan mandi pasien teratur yaitu 3 x sehari
Awal perubahan perilaku dialami sejak
tahun 2013. Saat itu pasien ditinggal oleh
istrinya. Istri pasien ketahuan berselingkuh dan
lari ke Kalimantan dengan laki-laki lain. Sejak
saat itu pasien mulai bertingkah aneh,. Pasien
mengatakan bahwa itri dan tetangganya telah
mencoba mengguna-gunai pasien. Pasien
kemudian pergi ke Palu 1 minggu untuk mencari
kampong kramat agar yang kokon katanya jika
orang masuk ke kampong tersebut dapat
menghilang .
2.Hendaya dan disfungsi
Hendaya sosial (+)
Hendaya pekerjaan (+)
Hendaya gangguan waktu senggang (+)
C.Riwayat Gangguan Sebelumnya
• Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak ditemukan
• Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif
Pasien tidak pernah mengonsumsi alkohol dan obat-
obatan terlarang, merokok ada, 1 bungkus per hari.
• Riwayat Gangguan Psikiatri Sebelumnya
Pasien pada awalnya mengalami keluhan yang sama
sekitar 3 tahun lalu dan untuk pertama kalinya pernah
dibawa ke praktek dokter jiwa di Pare-pare pada tahun
tahun 2015 dan diberi obat. Pasien hanya pernah minum
obat 1 minggu akibat pasien kaku , tidak pernah
dilanjutkan lagi untuk minum obat. Tidak ingat tentang
obat yang diberikan.
D.Riwayat kehidupan Pribadi
1.Riwayat prenatal dan perinatal
Pasien lahir normal dan cukup bulan ditolong oleh
bidan pada tanggal 19 maret 1979. Pasien diberikan
ASI Eksklusif.

2. Riwayat Masa Kanak Awal ( sejak lahir hingga


usia 1-3 tahun)
Pasien diasuh orang tuanya. Pertumbuhan dan
perkembangan pasien pada masa anak-anak awal
sesuai dengan perkembangan anak seusianya. Tidak
ada masalah perilaku yang menonjol.
3. Riwayat Masa Kanak Pertengahan ( usia 4-11
tahun)
Pasien tinggal bersama kedua orang tuanya. Pasien
mendapat perhatian dan kasih sayang yang cukup.
Pasa usia 6 tahun pasien masuk SD, selama sekolah
prestasi pasien biasa-biasa saja.

4. Riwayat Masa Kanak Akhir dan Remaja ( usia 12-


18 tahun)
Pasien tidak melanjutkan sekolah ke SMP Karena
keterbatasan dana. Pertumbuhan dan
perkembangan pasien baik sesuai dengan anak
seusianya.
5.Riwayat Masa Dewasa
• Riwayat Pekerjaan
Pekerjaan pasien adalah petani

• Riwayat Pernikahan
Pasien pernah menikah , lalu ditinggal oleh
istrinya.
Pasien punya 1 orang anak perempuan.
• Riwayat Agama
Pasein memeluk agama islam dan
menjalankan kewajiban agama dengan baik
• Riwayat Kehidupan Keluarga
Pasien anak ke 2 dari 5 bersaudara
(♂, ♂, ♀, ♀ ♀ )
Hubungan dengan keluarga baik. Riwayat
keluarga dengan penyakit yang sama tidak ada.

• Persepsi Pasien tentang diri dan


kehidupannya
Pasien merasa bahwa dirinya tidak sakit. Pasien
merasa tidak pernah punya anak.
PEMERIKSAAN STATUS MENTAL
Deskripsi Umum
• Penampilan : Seorang pasien laki-laki memakai
baju kaos abu-abu, celana jeans biru, wajah
sesuai umur, perawakan sedang. Perawatan diri
kurang
• Kesadaran : Berubah
• Perilaku dan aktivitas psikomotor : Gelisah
• Pembicaraan :Spontan, lancar, intonasi biasa
• Sikap terhadap pemeriksa : Kooperatif
Keadaan Afektif (Mood), Perasaan, Empati, dan
Perhatian
• Mood : Sulit dinilai
• Afek : terbatas
• Empati : tidak dapat dirabarasakan
Fungsi Intelektual (Kognitif)
• Taraf pendidikan , Pengetahuan umum dan
kecerdasan : sesuai dengan taraf pendidikan
• Daya konsentrasi : Baik
• Orientasi waktu,tempat dan orang :baik
• Daya ingat : Baik
• Pikiran abstrak : Baik
• Bakat kreatif : Tidak
ditemukan
• Kemampuan menolong diri sendiri : cukup
Gangguan Persepsi
•Halusinasi
- Halusinasi taktil : merasakan bahwa ada
seseorang yang selalu meniup-niup seluruh
tubuhnya
- Halusinasi Auditorik : mendengan sura
bisikan seseorang yang ingin mengambil roh
dalam tubuhnya saat pasien meninggal.

• Ilusi : Tidak ada


• Depersonalisas : Tidak ada
• Derealisasi : Tidak ada
Proses Berpikir
Arus Pikiran
• Produktivitas : Cukup
• Kontuinitas : Cukup Relevan, kadang asosiasi longgar
• Hendaya berbahasa : Tidak ada

Isi Pikiran
• Preokupasi : Tidak ada
• Gangguan isi pikiran
• Waham Kejaran : mayakini bahwa pasien akan
dicelakai/ dibunuh oleh roh yang ada didalam
tubuhnya
• Delusion of control : meyakini ada dalam
tubuhnya yang menggerakan tubuhnya
Pengendalian Impuls
• Terganggu
Daya Nilai
• Norma sosial : Terganggu
• Uji daya nilai : Terganggu
• Penilaian realitas : Terganggu
Tilikan (Insight)
• Derajat 1 (pasien menyangkal dirinya sakit).
Taraf Dapat Dipercaya
• Dapat dipercaya
PEMERIKSAAN FISIK DAN NEUROLOGI
Status internus dan neurologis dalam batas
normal.
IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Seorang pasien laki-laki usia 37 tahun dating ke
UDG RSKD , dibawa keluarga untuk yang pertama kalinya
dengan keluhan gelisah yang dialami 10 bulan terakhir.
Pasien tidak pernah tidur malam hari , selalu keluar
rumah malam hari pasien mengatakan ada seseorang
laki-laki didalam tubuhnya yang memcoba untuk
mencekik membunuh agar dapat mengambil roh
pasien.Pasien merasakan ada yang meniup-niup
tubuhnya setiap hari. Awal perubahan perilaku terjadi
sejak 3 tahun yang lalu (2013). Sesuatu sebelum terjadi
perubahan perilaku, pasien ditinggal istrinya , istrinya
ketahuan selingkuh dan lari ke Kalimantan bersama laki-
laki lain. Pasien mengatakan istri dan tetangga mencoba
mengguna-guniai pasien.
Pasien baru diobati di praktek dokter jiwa tahun 2015,
tetapi hanya minum obat 1 minggu karna kaku saat
minum obat tersebut. Tidak ada yang mengingat obat
yang diminum pasien. Sebelum terjadi perubahan
perilaku pasien , pasien ditinggalkan istri yang ketahuan
selingkuh dan lari ke Kalimantan besama lelaki
selingkuhannya. Pendidikan terakhir pasien SD, dan tidak
pernah melanjutkan sekolahnya lagi. Sebelum sakit,
pasien merupakan orang yang sabr , cerewet, dad cukup
mudah bergaul. Pasien tinggal bersama orang tua dan
saudaranya. Hubungan dengan keluarga baik , tetapi
terkadang pasien beradu ,mulut dengan kakaknya akibat
pasien selalu mengelak jika disebut memiliki gangguan
jiwa. Pasien memiliki 1 orang anak perempuan tetapi
mengaku tidak punya anak setelah bercerai dengan
istrinya. Tidak ada riwayat penyakit serius sebelumnya
EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I
• Berdasarkan alloanamnesis,autoanamnesis dan
pemeriksaan status mental didapatkan gejala klinis yang
bermakna yaitu berupa pola perilaku gelisah dan
ditemukan gejala klinis berupa pasien perubahan perilaku
yang dialami sejak ±10 bulan yang lalu. Keluhan ini
menimbulkan penderitaan (distress) dan hendaya
(disability) dalam aktivitas sosial, pekerjaan, dan waktu
senggang, sehingga disimpulkan bahwa pasien mengalami
Gangguan Jiwa
• Pada pemeriksaan status mental ditemukan
hendaya berat dalam menilai realita berupa
halusinasi taktil ,halusinasi auditoik dan
waham kejaran sehingga digolongkan dalan
Gangguan Jiwa Psikotik
• Pada pemeriksaan status internus dan
neurologic tidak ditemukan adanya kelainan,
sehingga kemungkinan adanya gangguan
mental organic dapat disingkirkan dan
didiagnosis Gangguan Jiwa Psikotik non
Organik.
• Dari alloanamnesis, autoanamnesis, dan
pemeriksaan status mental didapykan afek
terbatas, gangguan persepsi berupa halusinasi
auditorik , halusinasi taktil dan waham kejaran
maka berdasaarkan PPDGJ III memenuhi
kriteria diagnosis Skizofrenia (F 20)
• Pada pasien didapatkan gejala wham yang
menonjol , halusinasi taktil , wahan kejaran
dan delusion of control. Sehingga berdasarkan
Pedoman Penggolongan dan Diagnosis
Gangguan Jiwa (PPDGJ) III diagnosis dapat
diarahkan pada Skizofrenia Paranoid (F 20.0)
• Aksis II
Informasi yang didapatkan belum cukup untuk
mengarahkan pasien ke salah satu ciri kepribadian
• Aksis III
Tidak ditemukan adanya diagnosis fisis lain.
• Aksis IV
Faktor stressor psikososial: masalah rumah tangga
• Aksis V
GAF (Global Assesment Functioning) Scale 50-41
gejala berat,disabilitas berat.
DAFTAR MASALAH
Organobiologik :
• Tidak terdapat kelainan yang spesifik, namun
diduga terdapat ketidakseimbangan antara
neurotransmitter maka pasien memerlukan
farmakoterapi.
Psikologi :
• Ditemukan hendaya berat dalam menilai realitas
yaitu berupa halusinasi dan waham sehingga
pasien memerlukan psikoterapi.
Sosiologik :
• Ditemukan adanya hendaya dalam bidang sosial,
pekerjaan, dan penggunaan waktu senggang
sehingga pasien memerlukan sosioterapi.
Rencana Terapi
1.Psikofarmakoterapi
• Haloperidol 5mg 3 x ½
• Chlorpromazine 100mg 0-0-1

2.Psikoterapi
Ventilasi
suportif
sosioterapi
• PROGNOSIS
Dubia

• FOLLOW UP
Memantau keadaan umum pasien serta
perkembangan penyakitnya, selain itu menilai
efektifitas dan kemungkinan adanya efek
samping.
Diskusi
Skizofrenia adalah suatu deskripsi sindrom dengan
variasi penyebab (banyak belum diketahui) dan
perjalanan penyakit (tidak selalu bersifat kronis atau
“deteriorating”) yang luas, serta sejumlah akibat yang
tergantung pada pertimbangan pengaruh genetika, fisik,
dan social budaya. Pada umumnya ditandai oleh
penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari
pemkiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar
(inappropriate) atau tumpul (blunted). Kesadaran yang
jernih (clear consciousness) dan kemampuan intelektual
biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran
kognitif tertentu dapat berkembang kemudian.
Pasien saat masuk rumah sakit ditemukan
mengalami halusinasi auditorik yaitupasien
mendengarkan suara bisikan seseorang yang
ingin mengambil roh dalam tubuhnya saat
pasien meninggal kelak , halusinasi taktil yaitu
pasien merasakan bahwa ada seseorag yang
meniup-niup seluruh tubuhnya. Gejala-gejala ini
sudah berlangsung lebih dari satu bulan
sehingga diagnosis diarahkan ke Skizofenia
Paranoid.

Anda mungkin juga menyukai