Anda di halaman 1dari 3

PATOFISIOLOGI NEFROTOKSIK

Di dalam ginjal terdapat puluhan jutaan darah kecil yang berfungsi sebagai penyaring
guna mengeluarkan produk sisa darah. Unit kerja fungsional ginjal disebut sebagai nefron. Setiap
nefron terdiri dari kapsula Bowman yang mengitari kapiler glomerolus, tubulus kontortus
proksimal, lengkung Henle, dan tubulus kontortus distal yang mengosongkan diri keduktus
pengumpul.

Dalam keadaan normal aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerolus relative konstan
yang diatur oleh suatu mekanisme yang disebut otoregulasi. Dua mekanisme yang berperan
dalam autoregulasi ini adalah :

 Reseptor regangan miogenik dalam otot polos vascular arteriol aferen


 Timbal balik tubuloglomerular.

Selainitu, norepinefrin, angiotensin II, dan hormon lain juga dapat mempengaruhi
otoregulasi. (Sudoyodkk, 2007)

Rusaknya sel penyaring pada ginjal baik akibat peradangan oleh infeksi atau dampak dari
penyakit darah tinggi. Istilah kedokterannya disebut sebagai glomerulo nephritis. Jika pembuluh
darah di ginjal rusak, maka kemungkinan aliran darah berhenti membuang limbah dan cairan
ekstra dari tubuh.

Adapun tanda dan gejala terjadinya gagal ginjal lainnya yang dialami penderita secara
akut antara lain: nyeri pinggang hebat (kolik), kencing sakit, demam, kencing sedikit, kencing
merah/darah, sering kencing. Kelainan Urin: Protein, Eritrosit, Leukosit, Bakteri.

Selain itu timbul edema. Edema sekitar mata (Periorbital edema) pada pagi hari karena
cairan edema berakumulasi selama malam hari sekitar mata mereka ketika mereka tidur terbaring
rata. Pada fase awal sembab sering bersifat intermiten, biasanya awalnya tampak pada daerah-
daerah yang mempunyai resistensi jaringan rendah (misal, daerah periorbita, skrotum, atau
labia). Akhirnya sembab menjadi menyeluruh dan masif.

 Abnormalitas aliran darah ginjal


Tingginya aliran darah yang menuju ginjal menyebabkan berbagai macam obat dan
bahan kimia dalam sirkulasi sistemik dikirim keginjal dalam jumlah yang besar. Faktor lain yang
mungkin menyebabkan kerusakan ginjal adalah kemampuan ginjal untuk mengkonsentrasikan
substansi zat asing atau zat kimia di dalam sel. Jika suatu zat kimia disekresi secara aktif dari
darah ke urin, zat kimia terlebih dahulu diakumulasikan dalam tubulus proksimal. Sebagai akibat
dari proses pemekatan tersebut zat-zat toksik ini akan terakumulasi di ginjal dan menyebabkan
kerusakan bagi ginjal (Suhita, 2013).
Toksin-toksin tersebut berbentuk jarum yang akan berkelompok membentuk Kristal-
kristal yang dapat merusak sel-sel endotel ataupun sel-sel podosit sehingga akan menyebabkan
longgarnya penyaring kapiler glomerulus. Kelainan ini menyebabkan keluarnya makro partikel
dalam pembuluh darah yang seharusnya tidak ikut tersaring, seperti protein, albumin, sel darah
merah. Keadaan tersebut ditandai dengan adanya proteinuria, albuminuria, dan hematuria. Selain
itu juga dapat ditemui pus dalam urin. Hal ini disebabkan karena inflamasi yang terjadi akibat
keberadaan kristal toksin yang dapat melukai struktur pembuluh darah ginjal.

 Abnormalitas transporter elektro littubulus


Menurut Islam et al, 2015 kandungan senyawa kimia dari daun polutanya itu alkaloid
dan tannin bersifat toksik. Senyawa alkaloid dan tannin dari daun pulutan, diperkirakan dapat
mengubah membrane sel dengan cara berinteraksi dengan lapisan lemak dan dengan kekuatan
anti ATPasenya dapat menghambat transport Natrium. Apabila transport oleh Na+/K+
ATPasenya pada membrane sel dihambat, maka ion Ca+ intrasel meningkat sehingga terjadi
penimbunan kalsium dalam sitoplasma. Meningkatnya ion Ca+ dapat mengaktifkan beberapa
enzim seperti Phospholipase, Protease, Adenosin Tri phosphatase, dan Endonuklease.
(Rasyad,2012). Enzim-enzim tersebut dapat menghambat sintesis ATP dalam mitokondria dan
mempengaruhi permeabilitas membran mitokondria, sehinggaakanmengoksidasi DNA inti dan
DNA mitokondria yang mengakibatkan terjadinya pemutusan rantai DNA. Putusnya rantai DNA
inti dan DNA mitokondria sel tersebut akan menyebabkan kematian sel yang tidak terprogram
atau nekrosis (Harper, 2000 dalamSholekha, 2013).

 Nekrosis tubulus ginjal


Menurut Cotran, dkk (dalam Fitria, 2015) kerusakan ginjal yang berupa nekrosis tubulus
disebabkan oleh sejumlah racun organik. Hal ini terjadi karena pada sel epitel terjadi kontak
langsung dengan bahan yang direabsorbsi, sehingga sel epitel tubulus ginjal dapat mengalami
nekrosis pada inti sel. Perubahan struktur histology ginjal pada tubulus kontortus proksimal
dapat menimbulkan stress oksidatif yang berujung pada cedera sel karena adanya senyawa yang
bersifat toksik

 Hipoalbuminemia
Konsentrasi albumin plasma ditentukan oleh asupan protein, sintesis albumin hati dan
kehilangan protein melalui urin. Dalam keadaan normal hati memiliki kapasitas sintetis untuk
meningkatkan albumin total sebesar 25 gram per hari. Hipoalbuminemia bias terjadi akibat
penurunan tekanan onkotik plasma, dapat pula terjadi akibat peningkatan reabsorbsi dan
katabolisme albumin oleh tubulus proksimal.
 Edema
Edema disini bias diterangkan dengan teori underfill dan overfill .Teori underfill menjelaskan
bahwa hypoalbuminemia merupakan penyebab utama. Menyebabkan penurunan tekanan
onkotik plasma sehingga cairan bergeser dari cairan intravascular kejaringan interstitium
mengikuti hukum Starling dan terjadi edema. Teori overfill menjelaskan bahwa retensi
natrium adalah defek utama renal. Defek pada nefron distal mengakibatkan peningkatan
volume darah,penekanan renin angiotensin dan vasopressin. Penurunan laju filtrasi
glomerulus akibat kerusakan ginjal akan menambah retensin atrium dan edema.

DapusnyaIPD 2014, mangatttt

Anda mungkin juga menyukai