Anda di halaman 1dari 8

Laporan Tutorial Desember 2020

SKENARIO 2
GANGUAN PADA GINJAL
“KENCING MERAH”

OLEH:

NAMA : CHAYRUNISA

NO. STAMBUK : N10118090

KELOMPOK :7

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TADULAKO

PALU
1. Diagnosis, DX banding (etiologi, patofisiologi, tatalaksana farmakologi dan non farmakologi)
DD?
2. Anatomi, fisiologi dan histologi pada ginjal?
3. Perbedaan glomerulo nefritis, sindrom nefrotik, dan sindrom nefritik?
4. Penggunaan obat tradisional pada anak?

JAWAB

1. sindrom nefrotik
patofisiologi
- proteinuria nefrotik merupakan tanda patognomonik dari kelainan Ronaldo. Pada
kelainan glomerulus terdapat kerusakan membran basal glomerulus dan sel podosit akibat
albumin yang bermuatan negatif Dapat melewati membran basalis glomerulus dan cita-
cita yang terbentuk antara sel podosit. Celah antara sel podosit inilah yang diperkirakan
menyebabkan proteinuria masif.
- hipoalbuminemia merupakan konsekuensi yang hilangnya bumi melalui urine.
Terjadinya mekanisme investasi oleh hepar dengan meningkatnya sintesis albumin pada
pasien sindrom nefrotik mekanisme kompensasi ini sehingga kadar albumin semakin
menurun
- ini mah ada dua mekanisme edema pada pasien SN.
- rendahnya kadar albumin menurunkan tekanan onkotik plasma sehingga terjadi
adanya transportasi dari pembuluh darah ke ruangan ekstraselular
- adanya defek ekskresi natrium oleh ginjal sehingga menyebabkan tekanan darah
meningkat titik tekanan darah tinggi serta tekanan onkotik yang rendah memprovokasi
transportasi cairan keruangan ekstraselular.
- hyper lipidemia beberapa mekanisme yang menyebabkan normalisasi lipid pada pasien
SN
- meningkatnya sintesis LDL vldl, dan LP oleh hebat akibat hipoalbuminemia
- defect pada lipoprotein lipase perifer sehingga meningkatnya adanya kadar vldl
- hilangnya HDL melalui urine.
diagnosis
- manifestasi klinis Selain empat komponen SN yang telah disebutkan sebelumnya
manifestasi klinis lain yang dialami Pasien adalah lemas urine yang berbusa, kehilangan
nafsu makan kemudian adanya hipertensi dan garis putih pada kuku merupakan tanda
hipoalbuminemia edema anasarka menyebabkan pertambahan berat badan serta pada
urinalisis dapat ditemukan oval fat bodies
- pemeriksaan penunjang bisa melakukan pemeriksaan laboratorium yaitu dengan darah
perifer lengkap, hipoalbuminemia, fungsi hati, profilipit, elektrolit, gula darah rendah,
hemostasis, urinalisis seperti proteinuria albuminuria hematuria urine dan juga serta urine
dipstick berikutnya protein urin kuantitatif 24 jam dan pemeriksaan titer Ana, anti DS
DNA, tiga, empat, HBsAg dan anti hvc, anti-hiv dan elektroforesis protein apabila
dicurigai adanya myeloma multiple
- biopsi ginjal untuk diagnosis pasti

tatalaksana
- tatalaksana farmakologis
- kombinasi diuretik Loop diuretik dan diazine biasanya diberikan dua kali sehari
- penghambat Ace atau ARB sebagai anti proteinuria
- statin untuk hiperlipidemia

- tatalaksana non farmakologi


- diet titik pola makan yang dianjurkan untuk pasien snh adalah rendah garam na<2
g/hari
- asupan protein 0,8 gram per GB perhari ditambahkan dengan ekskresi protein dalam
urin selama 24 jam. Apabila fungsi ginjal menurun asupan protein diturunkan menjadi
0,6 G per kgbb per hari ditambah dengan ekskresi protein dalam urin selama 24 jam
- restriksi jaringan untuk membantu mengurangi edema
- interior buatan buatan yang nefrotoksis antibiotik golongan aminoglikosida dan
sebagainya

- untuk SN dengan penyebab primer tatalaksana tergantung pada etiologi masing-masing


yang pertama yaitu glomerulosklerosis fokal segmental, glomerulonefritis membranosa,
glomerulonefritis lesi minimal, glomerulonefritis membranoproliferatif

- untuk SN sekunder tatalaksana penyebab sekunder juga diperlukan, seperti tatalaksana


diabetes melitus pada nefropati DM .

- komplikasi
- hiperkoagulabilitas kondisi ini diakibatkan adanya gangguan protein pada kaskade
koagulasi dan itu agregasi trombosit juga meningkat, berat kondisi imobilitas infeksi dan
hemokonsentrasi juga akan memperberat kondisi Ini aplikasi ini yang dapat terjadi adalah
trombosis dan emboli yang dapat terjadi kapan saja
-sexy, yang sering terjadi adalah pneumonia peritonitis dan selulitis. Infeksi ini menjadi
lebih rentan terjadi karena cairan yang menumpuk di ruangan ekstrak seluler merupakan
media yang baik untuk tubuhnya bakteri titik kulit menjadi tesen juga rapuh sehingga
menjadi port d'entree kuman. Selain itu terjadi kelemahan mekanisme pertahanan tubuh.
- gangguan fungsi ginjal gangguan fungsi ginjal akut dan penyakit ginjal kronis.
Gangguan ginjal akut dapat memunculkan dari bagian penyebab prorenal atau Renault
pada pasien SN. ASEAN SN juga beresiko mengalami pgk dalam perjalanannya
- gangguan keseimbangan nitrogen. Keseimbangan nitrogen menjadi negatif karena
adanya proteinuria masif. Terdapat penurunan massa otot sebesar 10 sampai 20%
- penyakit kardiovaskular
(tanto,2018)

2. Anatomi Ginjal
Ginjal adalah organ dalam sistem urinarius yang berbentuk seperti kacang dan terletak di
retroperitoneal setinggi dinding posterior abdomen di samping kanan dan kiri columna
vertebralis. Ginjal sebagian besar ditutup oleh arkus kostalis. Ginjal pada sistem urinarius
manusia berjumlah 2 buah. Pada irisan sagital ginjal, tampak bagian – bagian ginjal
yaitukorteks ginjal dengan warna coklat gelap pada bagian luar ginjal, dan medula ginjal
dengan warna lebih terang daripada korteksginjal pada bagian dalam. Medula renalis
terdiri atas piramid renalis yang masing – masing memiliki basis yang menghadap ke
korteks ginjal dan apeks (papila renalis) yang menghadap ke medial ginjal. Diantara
piramid - piramid ginjal yang berdekatan terdapat bagian korteks yang meluas ke medula
disebut kolumna renalis. Setiap piramid ginjal dan korteks diatas setiap basis piramid
disebut sebagai lobus ginjal.1-3 Setiap papila renalis dikelilingi oleh kaliks minor yang
berbentuk seperti corong. Setiap dua atau tiga kaliks minor akan membentuk kaliks
mayor. Selanjutnya kaliks mayor akan bergabung menjadi pelvis renalis yang kemudian
akan keluar melalui hilum renalis menjadi ureter dan turun ke kandung kemih.
(schunke,2018)

Fisiologi Ginjal
Ginjal merupakan organ yang mempunyai fungsi utama untuk mempertahankan
keseimbangan air dan elektrolit serta mengekskresikan produk – produk akhir
metabolisme dan senyawa
asing dalam tubuh. Dalam mempertahankan keseimbangan air dan elektrolit, ginjal
bekerja mempertahankan berbagai komponen plasma di dalam tubuh atau
mengeluarkannya lewat urin. Demikian pula 12 dalam fungsinya untuk mengekskresikan
sisa metabolisme dan
senyawa asing tubuh, ginjal bekerja mengeluarkan zat – zat tersebut sehingga tidak
menumpuk dan menjadi racun bagi tubuh. Nefron adalah unit fungsional ginjal yang
menjalankan tugas
utama ginjal yaitu menghasilkan urin. Setiap ginjal terdiri atas kirakira 1 juta nefron.
Menurut letaknya, nefron dibagi menjadi dua jenis, yaitu nefron korteks yang terletak di
lapisan luar korteks ginjal dan berhubungan dengan kapiler glomerulus serta nefron
jukstamedula
yang terletak di lapisan dalam korteks di samping medula.1,17 Nefron mempunyai dua
komponen yaitu komponen vascular dan komponen tubular. Komponen vaskular nefron
meliputi arteriol aferen, yang merupakan cabang dari arteri renalis; glomerulus; dan
kapiler peritubulus. Ketika masuk ke ginjal, arteri renalis membentuk suatu pembuluh –
pembuluh halus yaitu arteriol aferen. Satu nefron memiliki satu arteriol aferen. Arteriol
aferen kemudian mengalirkan darah ke glomerulus. Kapiler – kapiler darah glomerulus
yang tidak difiltrasi menuju ke komponen tubular nefron melalui arteriol eferen. Arteriol
eferen membentuk cabang – cabang kapiler yaitu kapiler peritubulus yang terletak di tepi
tubulus ginjal. Kapiler peritubulus penting untuk mendarahi ginjal dan pertukaran antara
komponen darah dengan cairan di tubulus. 13 Komponen tubular ginjal berawal dari
kapsula bowman yang
melingkupi glomerulus untuk mengumpulkan cairan dari kapiler glomerulus. Cairan yang
terdapat di kapsula bowman akan difiltrasi kemudian mengalir ke tubulus proksimal di
dalam korteks. Tubulus proksimal akan mereabsorbsi dan mensekresi komponen cairan
di
dalamnya secara tidak terkontrol. Tubulus proksimal akan melanjut ke segmen
berikutnya yaitu ansa henle. Ansa henle akan membentuk gradien osmotik di medula
ginjal untuk menghasilkan urin dengan konsentrasi beragam. Ansa henle kemudian
melanjut ke tubulus distal
dan duktus koligentes agar Na+ dan H2O direabsorbsi terkontrol serta agar K+ dan H+
disekresi. Cairan dari duktus koligentes berupa urinkemudian masuk ke pelvis ginjal dan
akan menuju ke ureter untuk dibuang melalui uretra.(guyton and hall, 2016)

Histologi
ginjal memiliki panjang kira-kira 12 cm lebar 6 cm dan tebalnya 2,5 cm Pada orang
dewasa setiap genjang memiliki bagian media yang cekung hilus tempat masuknya saraf
keluarnya ureter dan keluar masuk pembuluh darah dan limfa dan permukaan lateral yang
cekung keduanya dibungkus oleh kapsul fibrosa tipis Di dalam hilus ujung atas ureter
melebar bagian pelvis renalis dan bercabang menjadi dua atau tiga kaliks mayor. cabang
lebih kecil, kaliks minor, muncul dari setiap kali mayor daerah sekitar pelvis renalis dan
mengandung jaringan adiposa. Parenkim Setiap ginjal memiliki korteks renalis luar,
daerah yang terpulas lebih gelap dengan banyak badan bulat dan potongan tubulus, serta
medula renalis dalam yang terdiri atas tubulus dan duktus yang tersusun linear titik
medula renalis manusia terdiri dari atas 8 sampai 15 struktur kerucut yang disebut
piramid Renal, semua dengan dasar yang berbentuk korteks di permukaan medullary dan
terpisah satu sama lain oleh perluasan korteks yang disebut columna renalis. Setiap
piramid dengan jaringan korteks pada dasarnya dan perluasan di sampingnya membentuk
sebuah lobus renalis. bungkus dan tubulus pararel yang meluas dari medula ke dalam
korteks membentuk medullary rays bagian ini beserta jaringan korteks di sekitar disebut
sebagai lobus renalis. Ujung setiap Pyramid disebut papila renalis menonjol ke dalam
kaliks minor yang menampung urine yang dibentuk oleh tubulus dalam satu lobulus
renal masing-masing ginjal mengandung 4 sampai juta unit fungsional yang disebut
nefron, masing-masing terdiri dari atas sebuah korpuskel dan sebuah tubulus renalis
panjang epitel selapis, dengan tiga bagian utama bagian utama nefron adalah
- corpus sel renalis, bagian awal yang melebar dan membungkus Seberkas lengkungan
kapiler dan merupakan tempat filtrasi darah selalu terletak di korteks
- tubulus proksimal is, terdiri atas bagian berkelok yang seluruhnya terletak di korteks,
dengan bagian lurus yang lebih pendek dan memasuki medula
- Ansa henle, atau lengkung nefron di dalam medula, dengan segmen descendants tipis
dan segmen asendens tipis
- tubulus distalis, terdiri dari atas bagian segmen asendens coba lurus dari ansa henle
yang kembali ke dalam korteks dan sebuah bagian berkelok yang seluruhnya terletak di
dalam korteks
- tubulus penghubung sebuah bagian pendek yang menghubungkan handphone ke
duktus koligens.

tubulus penghubung dari beberapa nefron bergabung membentuk tubulus koligens yang
kemudian bergabung sebagian duktus koligentes yang besar titik duktus koligentes
bermuara ke dalam papilla renalis, tempat duktus ini mencurahkan isinya kedalam kaliks
minor. Nefron kortikal terdapat hampir seluruhnya di dalam korteks, sedangkan nefron
jukstamedularis kira-kira sepertujuh dari total nefron terletak dengan dekat medula dan
memiliki Ansa henle yang panjang.(mescher,2018)

3. perbedaan dari sindrom nefritik akut glomerulonefritis serta dengan sindrom nefrotik.
sindrom nefritik akut bisa dilihat di definisi yaitu sindrom nefritik akut terdiri dari
hipertensi material dan gangguan fungsi ginjal ditandai dengan adanya silinder eritrosit
proteinuria ringan sampai sedang titik Pada tahapan yang lebih lanjut dapat ditemukan
dengan adanya edema dan resensi yang kedua etiologi SN merupakan diagnosa klinis
berikut proses patologis yang dapat menyebabkan terjadinya sindrom nefritik sebenarnya
sindrom nefritik ini sama saja dengan glomerulonefritis akut glomerulonefritis akut
didefinisikan sebagai timbulnya hematuria proteinuria dan silinder eritrosit mendadak
titik manifestasi klinis dapat disertai dengan hipertensi edema azotemia serta retensi
cairan dan garam. Akut dapat disebabkan oleh penyakit ginjal primer atau penyakit
sistemik dan itu di mana terdapat itu adanya infeksi dengan non infeksi, pada infeksi
pasca infeksi streptokokus Itu penyebabnya terbanyak dan juga ada agen infeksi non
streptokokus yaitu ada tiga yaitu
-bakteri endokarditis infektif, sepsis, pneumonia oleh pneumokokus, demam tifoid
- virus terdapat pada Hepatitis B, mononucleosis, campak, parotitis, Varicella
- parasit seperti malaria dengan toxoplasmosis

- infeksi nya tuh ada 2 penyakit ginjal primer dengan adanya penyakit sistemik penyakit
ginjal primer ini ada 4 ada glomerulonefritis yang kedua itu nefropati iga yang ketiga itu
glomerulonefritis proliferatif yang keempat itu glomerulonefritis progresif cepat dan
kemudian penyakit sistemik itu ada Lupus eritematosus sistemik kemudian ada vaskulitis
dan juga purpura henoch-schonlein, cryoglobulinemia, polyarteritis nodosa.(tanto,2018)

4. - tatalaksana non farmakologi


- diet titik pola makan yang dianjurkan untuk pasien snh adalah rendah garam na<2
g/hari
- asupan protein 0,8 gram per GB perhari ditambahkan dengan ekskresi protein dalam
urin selama 24 jam. Apabila fungsi ginjal menurun asupan protein diturunkan menjadi
0,6 G per kgbb per hari ditambah dengan ekskresi protein dalam urin selama 24 jam
- restriksi jaringan untuk membantu mengurangi edema
- interior buatan buatan yang nefrotoksis antibiotik golongan aminoglikosida dan
sebagainya

- untuk SN dengan penyebab primer tatalaksana tergantung pada etiologi masing-masing


yang pertama yaitu glomerulosklerosis fokal segmental, glomerulonefritis membranosa,
glomerulonefritis lesi minimal, glomerulonefritis membranoproliferatif

- untuk SN sekunder tatalaksana penyebab sekunder juga diperlukan, seperti tatalaksana


diabetes melitus pada nefropati DM .(tanto,2018)

DAFTAR PUSTAKA
Guyton and hall.2016. buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 12. Elsevier singapura

Mescher L. A.2018. histologi dasar junqueria.edisi 14. Jakarta:EGC

Schunke M et al.2018. Prometheus atlas anatomi manusia. Edisi 3. Jakarta:EGC


Tanto c et al. 2018. Kapita selekta kedokteran. Edisi 4. Jakarta: media aesculapius

Anda mungkin juga menyukai