DISUSUN OLEH :
YOANA SAMUL
NPM : 21203030
1
LEMBAR PERSETUJUAN
Menyetujui
2
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
1. Pengertian
2. Anatomi Fisiologi
Ginjal adalah dua buah organ berbentuk menyerupai kacang merah yang
berada di kedua sisi tubuh bagian belakang atas, tepatnya dibawah tulang rusuk
manusia. Ginjal sering disebut bawah pinggang. Bentuknya seperti kacang dan
letaknya di sebelah belakang rongga perut, kanan kiri dari tulang punggung.
Ginjal kiri letaknya lebih tinggi dari ginjal kanan, berwarna merah keunguan.
Setiap ginjal panjangnya 12-13 cm dan tebalnya 1,5-2,5 cm. Pada orang dewasa
beratnya kira-kira 140 gram. Pembuluh-pembuluh ginjal semuanya masuk dan
keluar pada hilus (sisi dalam). Di atas setiap ginjal menjulang sebuah kelenjar
suprarenalis (Irianto, 2013).
Fisiologi Ginjal
Mekanisme utama nefron adalah untuk membersihkan atau menjernihkan
plasma darah dari zat-zat yang tidak dikehendaki tubuh melalui
penyaringan/difiltrasi di glomerulus dan zat-zat yang dikehendaki tubuh
direabsropsi di tubulus. Sedangkan mekanisme kedua nefron adalah dengan
sekresi (prostaglandin oleh sel dinding duktus koligentes dan prostasiklin oleh
arteriol dan glomerulus). Beberapa fungsi ginjal adalah sebagai berikut
(Syaifuddin, 2011):
a. Mengatur volume air (cairan) dalam tubuh
Kelebihan air dalam tubuh akan diekskresikan oleh ginjal sebagai urin
yang encer dalam jumlah besar. Kekurangan air (kelebihan keringat)
menyebabkan urin yang diekskresikan jumlahnya berkurang dan
konsentrasinya lebih pekat sehingga susunan dan volume cairan tubuh dapat
dipertahankan relatif normal.
b. Mengatur keseimbangan osmotik dan keseimbangan ion
4
Fungsi ini terjadi dalam plasma bila terdapat pemasukan dan pengeluaran
yang abnormal dari ion-ion. Akibat pemasukan garam yang berlebihan atau
penyakit perdarahan, diare, dan muntah-muntah, ginjal akan meningkatkan
ekskresi ion-ion yang penting misalnya Na, K, Cl, Ca, dan fosfat.
c. Mengatur keseimbangan asam basa cairan tubuh
Tergantung pada apa yang dimakan, campuran makan (mixed diet) akan
menghasilkan urin yang bersifat agak asam, pH kurang dari enam. Hal ini
disebabkan oleh hasil akhir metabolisme protein. Apabila banyak makan
sayur-sayuran, urin akan bersifat basa, pH urin bervariasi antara 4,8 sampai
8,2. Ginjal mengekskresikan urin sesuai dengan perubahan pH darah.
d. Ekskresi sisa-sisa hasil metabolisme (ureum, kreatinin, dan asam urat)
Nitrogen nonprotein meliputi urea, kreatinin, dan asam urat. Nitrogen dan
urea dalam darah merupakan hasil metabolisme protein. Jumlah ureum yang
difiltrasi tergantung pada asupan protein. Kreatinin merupakan hasil akhir
metabolisme otot yang dilepaskan dari otot dengan kecepatan yang hampir
konstan dan diekskresi dalam urin dengan kecepatan yang sama.
Peningkatan kadar ureum dan kreatinin yang meningkat disebut azotemia
(zat nitrogen dalam darah). Sekitar 75% asam urat diekskresikan oleh ginjal,
sehingga jika terjadi peningkatan konsentrasi asam urat serum akan
membentuk kristalkristal penyumbat pada ginjal yang dapat menyebabkan
gagal ginjal akut atau kronik.
e. Fungsi hormonal dan metabolisme
Ginjal mengekskresikan hormon renin yang mempunyai peranan penting
dalam mengatur tekanan darah (system rennin-angiotensis-aldesteron), yaitu
untuk memproses pembentukan sel darah merah (eritropoesis). Disamping itu
ginjal juga membentuk hormon dihidroksi kolekalsiferol (vitamin D aktif)
yang diperlukan untuk absorbsi ion kalsium di usus.
f. Pengeluaran zat beracun
Ginjal mengeluarkan polutan, zat tambahan makanan, obat-obatan, atau zat
kimia asing lain dari tubuh.
5
3. Etiologi
6
4.Patofisiologi dan Patoflowdiagram
7
Penyakit Sekunder Reaksi Autoimun Idiopatik Penyakit Sistemik
Kerusakan Glomerulus
Suhu tubuh
meningkat,
Proteinuria demam, leukosit
meningkat
Hipoalbuminemia
MK : resiko
Asites Efusi Plura Bengkak Periorbital hipovolemia kehilangan
cairan
Menekan gaster Sekresi Renin
Haus, TD
mnrn,mata
Persepsi Kenynag ↑ Renin Angiotensin (angiotensin I-III) cekung,turgor
kulit jelek, mulut
kering,DJ lemah
Anoreksia
Pelepasan ADH ↑ Aldosteron
Vasokonstriks
MK: Perubahan Nutrisi i
Hipertensi
Reabsorbsi Na dan air
BB menurun MK : Gangguan
Serum albumin Perfusi Jaringan
menurun
↓ Produksi urine (oliguri) ↑ Vol. Plasma
TD meningkat,
pusing,nyeri kepala
8
5.Manifestasi Klinis
Walaupun gejala pada anak akan bervariasi seiring dengan perbedaan proses
penyakit, gejala yang paling sering berkaitan dengan sindroma nefrotik adalah:
1. Penurunan haluaran urine dengan warna gelap dan berbusa.
2. Retensi cairan dengan edema berat (edema fasial, abdomen, area genitalia dan
ekstremitas).
3. Distensi abdomen karena edema yang mengakibatkan sulit bernapas, nyeri
abdomen, anoreksia dan diare.
4. Pucat.
5. Keletihan dan intoleransi aktivitas.
6. Nilai uji laboratorium abnormal seperti proteinuria > 2gr/m 2/hari, albumin
serum < 2gr/dl, kolesterol serum mencapai 450-1000mg/dl. (Betz & Sowden,
2009)
6. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Urine
Urinalisis
Proteinuria, dapat ditemukan sejumlah protein dalam urin lebih dari 2
gr/m2/hari.
Ditemukan bentuk hialin dan granular.
Terkadang pasien mengalami hematuri.
Uji Dipstick urine, hasil positif bila ditemukan protein dan darah.
Berat jenis urine akan meningkat palsu karena adanya proteinuria
( normalnya 50-1.400 mOsm).
Osmolaritas urine akan meningkat.
i Uji Darah
Kadar albumin serum akan menurun, dengan hasil kurang dari 2 gr/dl
(normalnya 3,5-5,5 gr/dl).
Kadar kolesterol serum akan meningkat, dapat mencapai 450-1000 mg/dl
(normalnya <200 mg/dl).
Kadar hemoglobin dan hematokrit akan meningkat atau mengalami
hemokonsentrasi ( normalnya Ht pada laki-laki 44-52% dan pada
Perempuan 39-47% ).
9
Kadar trombosit akan meningkat, mencapai 500.000-1.000.000/ µl
(normalnya 150.000-400.000/µl).
Kadar elektrolit serum bervariasi sesuai dengan keadaan penyakit
perorangan (normalnya K+ 3,5-5,0 mEq/L, Na+ 135-145 mEq/L, Kalsium
4-5,5 mEq/L, Klorida 98-106 mEq/L )
ii Uji Diagnostik
Biopsi ginjal dapat dilakukan hanya untuk mengindikasikan status
glomerular, jenis sindrom nefrotik, respon terhadap penatalaksanaan medis
dan melihat proses perjalanan penyakit.(Betz & Sowden, 2009)
7. Komplikasi
Infeksi sekunder, terutama infeksi kulit yang disebabakan oleh streptococcus,
staphylococcus, bronkopneumoia dan tuberkolosis.
Komplikasi yang dapat terjadi:
1. Hipovolemi
2. Infeksi pneumokokus
3. Dehidrasi
4. Hilangnya protein dalam urin
5. Nenous trombosis
8.Penatalaksanaan
Menurut Betz & Sowden, (2009) penatalaksanaan medis untuk sindrom nefrotik
meliputi :
1. Pemberian kortikosteroid seperti prednison atau prednisolon untuk
menginduksi remisi. Dosis akan diturunkan setelah 4 sampai 8 minggu
terapi. Jika pasien mengalami kekambuhan, maka perlu diberikan
kortikosteroid dengan dosis tinggi untuk beberapa hari.
2. Penggantian protein, hal ini dapat dilakukan dengan pemberian albumin
melalui makanan atau melalui intravena.
3. Pengurangan edema.
Terapi diuretik, hendaknya terapi ini diberikan lebih cermat guna
mencegah terjadinya penurunan volume intravaskuler, pembentukan
trombus maupun ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
Membatasi pemberian natrium.
10
Mempertahankan keseimbangan elektrolit.
11
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
I. Pengkajian
Pengkajian pada pasien dengan kasus Sindroma Nefrotik meliputi:
1. Identitas, seperti :nama, tempat tanggal lahir/umur, berat badan lahir, panjang
badan lahir, serta apakah bayi lahir cukup bulan atau tidak, jenis kelamin, anak
ke, jumlah saudara dan identitas orang tua.
2. Keluhan Utama
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya orang tua anak mengeluhkan sebab pada beberapa bagian
tubuh anak seperti pada wajah, mata, tungkai serta bagian genitalia. Orang
tua anak biasanya juga mengeluhkan anaknya mudah demam dan daya
tahan tubuh anaknya terbilang rendah.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Perlu ditanyakan pada orangtua berat badan anak dahulu untuk
menilai adanya peningkatan berat badan. Perlu dikaji riwayat keluarga
dengan sindroma nefrotik seperti adakah saudarasaudaranya yang memiliki
riwayat penyakit ginjal dan riwayat tumbuh kembang anak yang terganggu,
apakah anak pernah mengalami diare atau sesak napas sebelumnya, serta
adanya penurunan volume haluaran urine.
c. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
Perlu dikaji adanya penyakit pada ibu saat masa kehamilan adakah
menderita penyakit lupus eritematosus sistemik atau kencing manis,
konsumsi obat-obatan maupun jamu tradisional yang diminum serta
kebiasaan merokok dan minum alkohol selama hamil.
d. Riwayat Pertumbuhan
Biasanya anak cenderung mengalami keterlambatan pertumbuhan
karena keletihan akibat lambung yang mengalami tekanan oleh cairan
intrastisial dan memberikan persepsi kenyang pada anak.
e. Riwayat Psikososial dan Perkembangan
Penurunan nilai cardiac output dapat mengakibatkan penurunan
perfusi darah ke otak. Hal ini dapat berdampak pada ketidakseimbangan
12
perfusi jaringan cerebral pada anak. Sehingga anak perlu mendapatkan
stimulasi tumbuh kembang dengan baik.
3. Pemeriksaan Fisik
1. TTV
a. Tekanan Darah: Pada masa anak-anak tekanan darahsistole normal 80
sampai 100 mmHg dan nilai diastole normal 60 mmHg. Anak dengan
hipovolemik akan mengalami hipotensi, maka akan ditemukan tekanan
darah kurang dari nilai normal atau dapat ditemukan anak dengan
hipertensi apabila kolesterol anak meningkat.
b. Nadi: berdasarkan usia, frekuensi nadi anak usia 2-6 tahun105x/ menit,
frekuensi nadi anak usia 6-10 tahun 95x/menit, frekuensi nadi anak usia
10-14 tahun 85x/menit dan frekuensi nadi anak usia 14-18 tahun
82x/menit.
c. Pernapasan: frekuensi napas anak usia 2-6 tahun 2130x/menit, anak 6
sampai 10 tahun 20-26x/menit dan anak usia 10-14 tahun 18-22x/menit.
2. Postur
BB Ideal: bagi anak usia 2-12 tahun dengan cara 2n (umur dalam
tahun) + 8. Perlu ditanyakan kepada orangtua, BB anak sebelum sakit
untuk menentukan adanya peningkatan BB pada anak dengan sindroma
nefrotik. Edema pada anak juga dapat ditandai dengan peningkatan Berat
Badan >30%.
3. Kepala-leher
Pada umumnya tidak ada kelainan pada kepala,
normalnyaJugularis Vein Distention (JVD) terletak 2 cm diatas
angulussternalis pada posisi 450, pada anak dengan hipovolemik akan
ditemukan JVD datar pada posisi supinasi, namun pada anak dengan
hipervolemik akan ditemukan JVD melebar sampai ke angulus
mandibularis pada posisi anak 450.
4. Mata
Biasanya pada pasien dengan Sindroma Nefrotik mengalami
edema pada periorbital yang akan muncul pada pagi hari setelah bangun
tidur atau konjunctiva terlihat kering pada anak dengan hipovolemik.
5. Hidung
13
Pada pemeriksaan hidung secara umum tidak tampak kelainan,
namun anak dengan Sindroma Nefrotik biasanya akan memiliki pola
napas yang tidak teratur sehingga akan ditemukan pernapasan cuping
hidung.
6. Mulut
Terkadang dapat ditemukan sianosis pada bibir anak akibat
penurunan saturasi oksigen. Selain itu dapat ditemukan pula bibir kering
serta pecah-pecah pada anak dengan hipovolemik .
7. Kardiovaskuler
1. Inspeksi, biasanya tampak retraksi dinding dada akibat polanapas
yang tidak teratur
2. Palpasi, biasanya terjadi peningkatan atau penurunan denyut
jantung
3. Perkusi, biasanya tidak ditemukan masalah
4. Auskultasi, biasanya auskultasi akan terdengar ronki serta
penurunan bunyi napas pada lobus bagian bawah
Bila dilakukan EKG, maka akan ditemukan aritmia, pendataran
gelombang T, penurunan segmen ST, pelebaran QRS, serta
peningkatan interval PR.
8. Paru-Paru
1. Inspeksi, biasanya tidak ditemukan kelainan
2. Palpasi, biasanya dapat ditemukan pergerakan fremitus tidak
simetris bila anak mengalami dispnea
3. Perkusi, biasanya ditemukan sonor
4. Auskultasi, biasanya tidak ditemukan bunyi napas tambahan.
Namun, frekuensi napas lebih dari normal akibat tekanan abdomen
kerongga dada.
9. Abdomen
Inspeksi, biasanya kulit abdomen terlihat tegang dan mengkilat
bila anak asites
Palpasi, biasanya teraba adanya distensi abdomen dan bila diukur
lingkar perut anak akan terjadi abnormalitas ukuran
Perkusi, biasanya tidak ada kelainan
14
Auskultasi, pada anak dengan asites akan dijumpai shifting
dullness
10. Kulit
Biasanya, pada anak Sindroma Nefrotik yang mengalami diare
akan tampak pucat serta keringat berlebihan, ditemukan kulit anak
tegang akibat edema dan berdampak pada risiko kerusakan integritas
kulit.
11. Ekstremitas
Biasanya anak akan mengalami edema sampai ketungkai bila
edema anasarka atau hanya edema lokal pada ektremitas saja.Selain itu
dapat ditemukan CRT > 2 detik akibat dehidrasi.
12. Genitalia
Biasanya pada anak laki-laki akan mengalami edema pada
skrotum dan pada anak perempuan akan mengalami edema pada labia
mayora.
15
iii. Kadar hemoglobin dan hematokrit akan meningkat atau mengalami
hemokonsentrasi (normalnya Ht pada laki-laki 44-52% dan pada
Perempuan 39-47% ).
iv. Kadar trombosit akan meningkat, mencapai 500.000-1.000.000/ µl
(normalnya 150.000-400.000/µl).
v. Kadar elektrolit serum bervariasi sesuai dengan keadaan penyakit
perorangan (normalnya K+ 3,5-5,0 mEq/L, Na+ 135-145 mEq/L, Kalsium
4-5,5 mEq/L, Klorida 98-106 mEq/L )
3) Uji Diagnostik
Biopsi ginjal dapat dilakukan hanya untuk mengindikasikan status
glomerular, jenis sindrom nefrotik, respon terhadap penatalaksanaan medis
dan melihat proses perjalanan penyakit.(Betz & Sowden, 2009)
III.Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan Diagnosis Keperawatan 2012-2014, diagnosa keperawatan yang
mungkin muncul:
1. Hipervolemia berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi
2. Resiko perfusi jaringan cerebral tidak efektif berhubungan dengan hipertensi
3. Resiko hipovolemia berhubungan dengan kegagalan mekanisme regulasi
4. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kelebihan volume cairan
5. Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan
6. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan bentuk dan fungsi
tubuh
16
IV. Intervensi Keperawatan
IMT membaik
Nafsu makan
membaik
Bising usus
membaik
V. Implementasi
Selama tahap implementasi perawat perawat melaksanakan rencana
asuhan keperawatan. Dalam implementasi terdapat tiga komponen tahap
implementasi yaitu : tindakan keperawatan mandiri, tindakan keperawatan
kolaboratif, dan dokumentasi tindakan keperawatan dan respon klien terhadap
asuhan keperawatan
VI. Evaluasi
Tahap evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan
perbandingan hasil – hasil yang diamati dengan criteria hasil yang dibuat pada
tahap perencanaan. Evaliasi dilakukan secara berkesinambungan dengan
melibat klien dan tenaga kesehatan lainnya secara umum, evaluasi ditunjukan
untuk melihat dan menilai kemampuan klien dalam mencapai tujuan,
menentukan apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum, mengkaji
penyebab jika tujuan asuhan keperawatan belum tercapai. Evaluasi terbagi
menjadi dua jenis yaitu formatif dan sumatif. Evaluasi formatif berfokus pada
aktifitas proses keperawatan dan hasil tindakan keperawatan, dirumuskan
dengan empat komponen yang dikenal dengan istilah SOAP, Subyektif ( data
berupa keluhan klien ). Obyektif ( data hasil pemeriksaan ), Analisa data
( perbandingan data dengan teori ), Perencanaan. Sedangkan evaluasi somatif
adalah evaluasi yang dilakukan setelah semua aktivitas proses keperawatan
selesai dilakukan.
BAB III
PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA