OLEH
KELOMPOK VI
A. Latar Belakang
2
C. Manfaat
1. Bagi perawat
a. Terciptanya komunitas keperawatan yang professional
b. Terjalin kerjasama antar TIM
c. Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan yang tepat dan
benar
2. Bagi pasien
a. Masalah pasien dapat teratasi
b. Kebutuhan pasien dapat terpenuhi
D. Alur Ronde
1. Penetapan Pasien
2. Persiapan Pasien:
Informed Consent
Hasil Pengkajian/
Validasi data
PP, Konselor,
KARU
3
Keterangan
1. Praronde
a. Menentukan kasus dan topik (masalah yang tidak teratasi dan masalah yang
langka)
b. Menentukan tim ronde
c. Mencari sumber atau literatur
d. Membuat proposal
e. Mempersiapkan pasien: imformed concent dan pengkajian
f. Diskusi: Apa diagnosis keperawatan? Apa data yang mendukung?
Bagaimana intervensi yang sudah dilakukan? Apa hambatan selama
perawatan?
2. Pelaksanaan Ronde
a. Penjelasan tentang pasien oleh perawat primer yang difokuskan pada
masalah keperawatan dan rencana tindakan yang akan dilaksanakan dan
atau telah dilaksanakan serta memilih prioritas yang perlu didiskusikan.
b. Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut
c. Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau konselor atau kepala ruangan
tentang masalah pasien serta rencana tindakan yang akan dilakukan.
3. Pascaronde
a.Evaluasi, revisi, dan perbaikan
b.Kesimpulan dan rekomendasi penegakkan diagnosis; intervensi keperawatan
selanjutnya.
4
BAB II
RENCANA STRATEGIS
I. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Menyelesaikan masalah pasien yang belum teratasi yaitu ketidakefektifan
pola napas
3. Tujuan Khusus
a. Menjustifikasi masalah yang belum teratasi yaitu termoregulasi tidak
efektif dan resiko jatuh
b. Mendiskusikan penyelesaian masalah dengan perawat primer dan tim
kesehatan lain
c. Merumuskan intervensi keperawatan yang tepat sesuai masalah pasien
II. Sasaran
Pasien Ny, S umur 24 tahun 7 bulan yang dirawat di ruang perawatan isolasi
COVID Rumah Sakit M
III. Materi
1. Konsep dasar penyakit COVID-19
2. Asuhan keperawatan klien dengan Ketidakefektifan pola napas
5
IV. Metode
1. Diskusi
V. Media
1. Dokumen atau status pasien
2. Sarana diskusi : kertas, pulpen
3. Materi yang disampaikan secara lisan.
6
Validasi data (bed pasien) :
4. Mencocokkan dan Karu, PP, Memberikan
menjelaskan kembali data PA, Konselor respon dan
yang telah disampaikan (Dokter) menjawab
dengan wawancara, pertanyaan
observasi dan pemeriksaan
keadaan pasien secara
langsung, dan melihat
dokumentasi.
5. Diskusi antar anggota tim R.
dan pasien tentang masalah Observasi
keperawatan tersebuut di bed
pasien. Karu, PP,
6. Pemberian justifikasi oleh PA, Konselor
perawat primer atau dokter (Dokter)
atau kepala ruang tentang
masalah pasien.
10 Pascaro 1. Melanjutkan diskusi dan Karu, PP, Nurse
menit nde masukan dari tim. PA, Konselor Station
(Nurse 2. Menyimpulkan untuk (Dokter)
Station) menentukan tindakan
keperawatan pada masalah
prioritas yang telah
ditetapkan.
3. Merekomendasikan
intervensi keperawatan.
4. Penutup.
7
a. Pasien puas dengan hasil kegiatan.
b. Masalah pasien dapat teratasi.
c. Perawat dapat :
1) Menumbuhkan cara berfikir yang kritsi dan sistematis
2) Meningkatkan kemampuan validitas data pasien
3) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan.
Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
berorientasi pada masalah pasien
4) Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan
keperawatan
5) Meningkatkan kemampuan justifikasi
6) Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja
VIII. Pengorganisasian
1. Kepala Ruangan : Deby Cintia Dewi L. Nusì
2. PP : Meylinda Noho
PA I : Sity Juniartika Ishak
PA II : Fatra Lapagulu
PA III : Hardianto Linggengge
PA IV : Sri Fatrawaty Inombi
3. Konselor (Dokter) : Sudin H. Anwar
4. Pasien : Sela P. Yunus
5. Keluarga Pasien : Aditya Pratama Kadir
8
BAB III
RESUME PASIEN PELAKSANAAN RONDE
A. IDENTITAS
Nama : Ny. S. Tanggal/Jam MRS: 14-02-2021/ 08.11 WITA
Umur :24 Tahun Tanggal Kaji Pasien: 03-03-2021/ 14.15 WITA
Status : Dewasa
Pendidikan : Pelajar
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Bongomeme
B. DIAGNOSIS MEDIS: COVID-19
C. KELUHAN UTAMA
Pada saat pengkajian pasien mengeluh sesak napas.
D. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien MRS tanggal 14 Februari 2021 jam 08.11 WITA di ruang IGD
dengan keluhan sesak napas sudah lebih dari satu minggu disertai batuk berlendir
dan demam.
E. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Pasien mengatakan mempunyai riwayat ashma.
F. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Ada salah satu anggota keluarga pasien pernah menderita COVID-19.
G. PEMERIKSAAN FISIK
Tanda-tanda vital :
Tanggal 03-03-2021
Tekanan Darah : 150/100 mmHg
Nadi : 96 x/mnt
Suhu : 36,6 ºC
Frekuensi Napas : 36 x/mnt
SpO2 : 90%
9
Sistem Pernapasan (B1-Breath)
Pasien mengatakan susah untuk bernapas, frekuensi napas 36x/mnt.
Sistem kardiovaskuler (B2-Blood)
Irama jantung regular, bunyi jantung 1 dan 2 tunggal, CRT < 2 detik.
Sistem persarafan (B3-Brain)
Kesadaran compos menthis.
Sistem pencernaan (B4-Bladder)
Orang tua klien mengatakan nafsu makan baik, tidak ada keluhan dalam sistem
pencernaan.
Sistem perkemihan (B5-Bowel)
Orang tua klien mengatakan tidak ada keluhan BAK dan BAB, BAK normal
dengan frekuensi 4-7 x/hr, BAB konsistensi lunak warna kuning dengan
frekuensi 1-3 x/hr.
Sistem musculoskeletal dan integument (B6-Bone)
Turgor kulit baik, tidak ada bekas luka operasi dan luka lecet lainnya.
Kekuatan otot :
5 5
5 5
Sistem endokrin:
Tidak ada distensi vena jugularis.
Kebersihan Pribadi:
Saat sakit pasien mengatakan mandi sehari sekali.
Psikososial spiritual:
Tidak dikaji.
10
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium tanggal 17 Februari 2020
EWS Screening COVID-19 : Skor 14
Rapid Test : IgG (Reaktif) dan IgM (Reaktif)
Swab Test : Positif
Neutrofil : 92%
Limfosit : 15%
Pemeriksaan Radiologi tanggal 17 Februari 2020
Foto Thorax : Pneumonia
I. TERAPI
IVFD RL : 20 tpm
O2 via Nasal Kanul : 3-4L/menit
Farbivent via Nebulizer / 8 jam
Salbutamol tablet : 3 x 4 mg
Azithromycin : 1 x 500 mg
Acetylcyntaine : 3x 200 mg
Meviton 1 x 1
J. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Berdasarkan hasil pengkajian, diagnosa keperawatan yang di angkat yakni
ketidakefektifan pola napas yang ditandai dengan:
Data Subyektif:
- Klien mengeluh sesak napas
Data Obyektif:
- TD : 150/100 mmHg
- N : 96 x/mnt
- SB : 36,6 ºC
- PP : 36 x/mnt
- SpO2 : 90%
11
K. RENCANA TINDAKAN
DX: Ketidakefektifan pola napas
Tujuan: Setelah dilakukan perawatan selama 3 x 24 jam masalah
ketidakefektifan pola napas membaik dengan kriteria hasil:
- PP normal
- TD normal
Manajemen Sesak Napas
Tindakan
Observasi:
1. Monitor tanda-tanda vital (mis, suhu tubuh, frekuensi nadi, frekuensi
napas, dan tekanan darah)
2. Pantau kecepatan, irama, kedalaman dan upaya pernapasan
3. Pantau pola pernapasan ; takipnea; hiperventilasi
4. Auskultasi suara napas, perhatikan area penurunan/tidak adanya
ventilasi dan adanya suara napas tambahan
Terapeutik:
5. Atur posisi pasien untuk memaksimalkan pernapasan : semi fowler
6. Atur intake cairan
7. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi:
8. Ajarkan pasien teknik batuk efektif
9. Anjurkan napas dalam melalui abdomen selama periode gawat napas
Kolaborasi:
10. Kolaborasi pemberian cairan elektrolit intravena jika perlu.
11. Kolaborasi pemberian terapi nebulizer ultrasonic dan udara atau
oksigen yang dilembabkan sesuai program atau protocol institusi
12. Kolaborasi pemberian terapi obat-obatan untuk mengurangi sesak
napas
12
L. IMPLEMENTASI & EVALUASI
CATATAN PERKEMBANGAN
13
dilembabkan sesuai program
atau protocol institusi
11. Kolaborasi pemberian obat-
obatan untuk mengurangi
sesak napas
14
nebulizer ultrasonic dan
udara atau oksigen yang
dilembabkan sesuai program
atau protocol institusi
11. Kolaborasi pemberian obat-
obatan untuk mengurangi
sesak napas
15
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Ny. S
Umur : 24 Tahun
Alamat : Bongomeme
Nama : Tn. A
Umur : 24 Tahun
Alamat : Bongomeme
No. RM :
…………………………
………………………
1. ……………………
……………………
2. …………………… ………………
16
LAMPIRAN MATERI COVID-19
A. Pengertian COVID-19
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-
2). SARS-CoV-2 merupakan coronavirus jenis baru yang yang belum pernah
diidentifikasi sebelumnya pada manusia (Sugihantono, dkk., 2020).
B. Etiologi COVID-19.
Coronavirus sudah dikenal sejak tahun 1930-an dan diketahui terdapat pada
hewan. Ada setidaknya dua jenis coronavirus yang diketahui menyebabkan
penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat seperti Server Acute Respiratory
Syndrome (SARS) dan Middle East Respiratory Syndrome (MERS). Beberapa
penelitian menyebutkan bahwa SARS ditransmisikan dari kucing luwak (civet
cats) ke manusia dan MERS ditransmisikan dari unta ke manusia. Adapun hewan
yang menjadi sumber penularan COVID-19 ini belum diketahui (Safrizal, dkk.,
2020).
C. Tanda dan Gejala COVID-19
Tanda dan gejala umum infeksi COVID-19 antara lain; gejala gangguan
pernafasan seperti demam, batuk dan sesak nafas. Masa inkubasi rata-rata 5-6 hari
dengan masa inkubasi terpanjang 14 hari. Pada kasus COVID-19 yang berat dapat
menyebabkan pneumonia, sindrom pernafsan akut, gagal ginjal dan bahkan
kematian. Tanda dan gejala klinis yang dilaporkan pada sebagian besar kasus
adalah demam, dengan beberapa kasus mengalami kesulitan bernafas dan hasil
rontgen menunjukan infiltrate pneumonia luas di kedua paru (Amelia, dkk., 2020).
D. Patofisiologi COVID-19
17
menular tertentu. Kelelawar, tikus bambu, unta dan musang merupakan host
yang biasa ditemukan untuk Coronavirus. Coronavirus pada kelelawar
merupakan sumber utama untuk kejadian severe acute respiratorysyndrome
(SARS) dan Middle East respiratory syndrome (MERS) (PDPI, 2020).
18
Pasien dengan gejala non spesifik seperti: demam, batuk, nyeri tenggorokan,
hidung tersumbat, malaise, sakit kepala, nyeri otot. Perlu waspada pada usia
lanjut dan immunocompromised karena gejala dan tanda tidak khas.
2. Tidak ada gelaja klinis
Pasien tidak menunjukan gejala apapun.
3. Pneumonia ringan
Pasien dengan pneumonia dan tidak ada pneumonia berat. Anak dengan
pneumonia ringan mengalami batuk atau kesulitan bernafas + nafas cepat:
frekuensi nafas; <2 bulan, ≥ 60 kali/menit; 2-11 bulan, ≥50 kali/menit; 1-5
tahun, ≥40 kali/menit dan tidak ada tanda pneumonia berat.
4. Pneumonia berat / ISPA berat
a. Pasien remaja atau dewasa dengan demam atau dalam pengawasan infeksi
saluran nafas, ditambah satu dari: frekuensi nafas ≥ 30 kali/menit, distres
pernafasan berat atau SpO2 pada udara kamar.
b. Pasien anak dengan batuk atau kesulitan bernafas, ditambah setidaknya satu
dari berikut ini; Sianosis sentral atau SpO2 <90%, distress pernafasan berat
seperti mendengkur, tarikan dinding dada yang berat. Tanda pneumonia
berat: ketidakmampuan menyusui atau minum, letargi atau penurunan
kesadaran, atau kejang. Tanda lain dari pneumonia yaitu: tarikan dinding
dada, takipnea <2 bulan, ≥60 kali/menit, 2-11 bulan, ≥50 kali/menit ; 1-5
tahun, ≥40 kali/menit, ≥30 kali/menit.
5. Acute Respiratory Dystress Syndrome (ARDS)
a. Onset: baru terjadi atau perburukan dalam waktu satu minggu.
b. Pencitraan dada (CT-Scan Thorax atau Ultrasonografi Paru): opasitas
bilateral, efusi pleura yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya, kolaps paru,
kolaps lobus atau nodul.
c. Penyebab Edema: gagal nafas yang bukan akibat gagal jantung atau
kelebihan cairan. Perlu pemeriksaan objektif seperti (ekokardiografi) untuk
menyingkirkan bahwa edema bukan akibat hidrostatik jika tidak ditemukan
faktor risiko.
1) Kriteria ARDS pada dewasa:
19
a) ARDS ringan: 200 mmHg <PaO2 / FiO2 ≤300 mmHg dengan Positive
End Expiratory Pressure (PEEP) atau Continuous Positive Airway
Pressure (CPAP) ≥5 cmH2O atau yang tidak diventilasi.
b) ARDS sedang: 100 mmHg <PaO2 / FiO2 ≤200 mmHg dengan PEEP
≥5 cmH2O atau yang tidak diventilasi.
c) ARDS berat: PaO2 / FiO2 ≤100 mmHg dengan PEEP ≥5 cmH2O atau
yang tidak diventilasi. Ketika PaO2 tidak tersedia, SpO2 / FiO2 ≤315
mengindikasikan ARDS termasuk pasien yang tidak diventilasi.
2) Kriteria ARDS pada anak berdasarkan Oxygenation Indeks dan
Oxygenation Indeks menggunakan SpO2:
a) PaO2 / FiO2 ≤300 mmHg atau SpO2 / FiO2 ≤264: bilevel Non Invasive
Ventilation (NIV) atau CPAP ≥5 cmH2O dengan menggunakan full
face mask.
b) ARDS ringan (ventilasi invasif) : 8 ≤ Oxygention Index (OI) <8 atau 5
≤ OSI <7,5.
c) ARDS sedang (ventilasi invasif) : 8 ≤ OI <16 atau 7,5 ≤ OSI <12.3.
d) ARDS berat (ventilasi invasif) : OI ≥16 atau OSI ≥12,3.
6. Sepsis
a. Pasien dewasa: disfungsi organ yang mengancam nyawa disebabkan oleh
disregulasi respon tubuh terhadap dugaan atau terbukti infeksi. Tanda
disfungsi oragan meliputi: perubahan status mental / kesadaran, sesak nafas,
saturasi oksigen rendah, urin output menurun, denyut jantung cepat, nadi
lemah, ekstremitas dingin atau tekanan darah rendah, ptekie / purpura /
mottled skin, atau hasil laboratorium menunjukan koagulopati,
trombositopenia, asidosis, laktat yang tinggi, hiperbilirubinia.
b. Pasien anak: dikategorikan sepsis jika terdapat lebih dari dua (≥) criteria
untuk Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS) dan disertai salah
satu dari: suhu tubuh abnormal atau jumlah sel darah putih abnormal.
7. Syok septik
a. Pasien dewasa: hipotensi yang menetap meskipun sudah dilakukan
resusitasi cairan dan membutuhkan vasopresor untuk mempertahankan
20
Mean Ateral Pressure (MAP) ≥65 mmHg dan kadar laktat serum > 2
mmol/L.
b. Pasien anak: hipotensi (TDS < persentil 5 atau >2 SD dibawah normal usia)
atau terdapat 2-3 gejala dan tanda berikut: perubahan status mental /
kesadaran, takikardia atau bradikardia (HR <90 kali/menit atau >160
kali/menit pada bayi dan HR <70 kali/menit atau >150 kali/menit pada
anak). Waktu pengisian kembali kapiler yang memanjang (>2 detik) atau
vasoldilatasi hangat dengan bounding pulse; taknipnea, mottled skin atau
ruam petekie atau purpura, peningkatan laktat, hipertermia, atau
hipotermia.
Infeksi COVID-19 dapat menyebabkan gejala ISPA ringan sampai berat
bahkan sampai terjadi Acute Respiratory Dystress Syndrom (ARDS), sepsis
dan syok septik. Deteksi dini manifestasi klinis akan dapat menentukan
secara tepat penerapan tatalaksana dan level penempatan pasien sesuai
kondisinya. Pasien dengan gejala ringan, rawat inap tidak diperlukan kecuali
ada kekhawatiran untuk perburukan yang cepat sesuai dengan pertimbangan
medis. Semua pasien yang pulang ke rumah harus memeriksakan diri ke
Rumah Sakit jika mengalami perburukan (Fathiyah, dkk., 2020).
F. Penularan COVID-19
Berdasarkan bukti ilmiah, COVID-19 dapat menular dari manusia ke
manusia melalui percikan batuk / bersin (droplet) dan tidak melalui udara. Orang-
orang yang paling beresiko tertular penyakit ini adalah orang yang kontak erat
dengan pasien COVID-19 termasuk yang merawat pasien COVID-19. Masa
inkubasi COVID-19 rata-rata 5-6 hari, bahkan mencapai 14 hari. Risiko penularan
tertinggi diperoleh di hari-hari pertama penyakit disebabkan oleh konsentrasi
virus pada sekret yang tinggi. Orang yang terinfeksi dapat langsung dapat
menularkan sampai dengan 48 jam sebelum onset gejala (presimptomatik) dan
sampai dengan 14 hari setelah onset gejala. Penting untuk mengetahui periode
presimptomatik karena memungkinkan virus menyebar melalui droplet atau
kontak dengan benda yang terkontaminasi. Sebagai tambahan, bahwa terdapat
21
kasus konfirmasi yang tidak bergejala (asimptomatik), meskipun risiko penularan
sangat rendah akan tetapi masih ada kemungkinan kecil untuk terjadi penularan
(Amelia, dkk., 2020).
1. Menggunakan alat pelindung diri berupa masker yang menutupi hidung dan
mulut hingga dagu, jika harus keluar rumah atau berinteraksi dengan orang lain
yang tidak diketahui status kesehatannya (yang mungkin dapat menularkan
COVID-19). Apabila menggunakan masker kain, sebaiknya gunakan masker
kain 3 lapis.
2. Membersihkan tangan secara teratur dengan cuci tangan pakai sabun dengan
air mengalir atau menggunakan cairan antiseptic berbasis alkohol /
handsanitizer. Selalu menghindari menyentuh mata, hidung, dan mulut dengan
tangan yang tidak bersih (yang mungkin terkontaminasi droplet yang
mengandung virus).
3. Menjaga jarak minimal 1 meter dengan orang lain untuk menghindari terkena
droplet dari orang yang bicara, batuk, atau bersin, serta menghindari
kerumunan, keramaian, dan berdesakan. Jika tidak memungkinkan melakukan
jaga jarak maka dapat dilakukan berbagai rekayasa administrasi dan teknis
lainnya. Rekayasa administrasi dapat berupa pembatasan jumlah orang,
pengaturan jadwal, dan sebagainya. Sedangkan rekayasa teknis antara lain
dapat berupa pembuatan partisi, pengaturan jalur masuk dan keluar, dan lain
sebagainya.
4. Meningkatkan daya tahan tubuh dengan menerapkan Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS) seperti mengkonsumsi gizi seimbang, aktivitas fisik minimal
30 menit sehari dan istirahat yang cukup (minimal 7 jam), serta menghindari
22
faktor risiko penyakit. Orang yang memiliki komorbiditas / penyakit penyerta /
kondisi rentan seperti diabetes, hipertensi, gangguan paru, gangguan jantung,
gangguan ginjal, kondisi immunocompromised / penyakit autoimun, kehamilan,
lanjut usia, anak-anak, dan lain lain, harus lebih berhati-hati dalam beraktifitas
di tempat dan fasilitas umum.
DAFTAR PUSTAKA
Sugihantono, A., Burhan, E., Samuedro, E., Aryati., Rinawati, W., & Sitompul,
P.A. 2020. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus
Disease (COVID-19). Revisi ke-5. Kemenkes RI. Jakarta.
Amelia, K., Arcellia, F.P., Eri, Y., Muhammad, I.F., Uke, P., & Deny, K. 2020.
Panduan Pelayanan Keperawatan Gawat Darurat Pada Masa
COVID-19. DPP HIPGABI. Jakarta.
Fathiyah, I., Dimas, D.S., Pompini, A.S., Rudy, M., Vivi, S., & Inyoman, K.
2020. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian COVID-19. Revisi ke-
3. Direktur Jendaral Pencegahan dan Pengendalian Penyakit. Jakarta.
Safrizal, Z.A., Danang, I.P., Safriza, S., & Bimo. 2020. Pedoman Umum
Menghadapi Pandemi COVID-19 Bagi Pemerintah Daerah
Pencegahan, Pengendalian, Diagnosis dan Manajemen.
KEMENDAGRI. Jakarta.
Fehr, A.R., Perlman, S. (2015). Coronavirus: An Overview of Their Replication
and Pathogenesis.
Methods Mol Biol. 2015 ; 1282: 1–5
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. (2020). Panduan Praktik Klinis:
Pneumonia 2019-nCoV. PDPI: Jakarta
23
24