Anda di halaman 1dari 48

PKK 1 KDM

ASUHAN GAGAL GINJAL KRONIK

OLEH :

NAMA : SHARON GABRIELLA MARANDE

NIM : 7114 3011 9032

PRODI : NERS REGULER

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MANADO T.A 2020/2021


LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP MADIS

1. Anatomi

Ginjal merupakan organ berwarna coklat kemerahan seperti kacang merah yang terletak

tinggi pada dinding posterior abdomen, berjumlah sebanyak dua buah dimana masing-

masing terletak dikanan dan kiri dan terletak pada dinding abdomen. Ginjal kanan

terletak sedikit lebih rendah dari pada ginjal kiri karena besarnya lobus hati kanan.

Pada struktur luar ginjal didapati kapsul fibrosa yang keras dan berfungsi untuk

melindungi struktur bagian dalam yang rapuh Masing-masing ginjal terdiri dari 1–4 juta

nefron yang merupakan satuan fungsional ginjal. Ginjal diperdarahi oleh arteri renalis

yang letaknya setinggi diskus intervertebralis vertebra lumbal satu dan vertebra lumbal

dua. Arteri renalis memasuki ginjal melalui hilum dan kemudian bercabang membentuk

arteri interlobaris, arteri arkuata,arteri interlobularis dan arteriol aferen yang menuju ke

kapiler glomeluru.

2. Fisiologi Ginjal

Ginjal memiliki berbagai fungsi antara lain, ekskresi produk sisa metabolisme dan bahan

kimia asing, pengaturan keseimbangan air dan elektrolit, pengaturan osmolaritas cairan

tubuh, pengaturan keseimbangan asam dan basa, sekresi dan ekskresi hormon dan

gluconeogenesis. Price & Wilson pada tahun 2006 menjelaskan fungsi utama ginjal

sebagai fungsi ekskresi dan non ekskresi. Fungsi ekskresinya antara lain untuk

mempertahankan osmolaritas plasma sekitar 285 mili Osmol dengan mengubah ekskresi
air, mempertahankan volume ECF (Extra Cellular Fluid) dan tekanan darah dengan

mengubah ekskresi natrium, untuk mempertahankan konsentrasi plasma masing-masing

elektrolit individu dalam rentang normal. Fungsi ekskresi ginjal juga meliputi ekskresi

produk akhir nitrogen dari metabolisme protein (terutama urea, asam urat dan kreatinin)

dan sebagai jalur ekskretori untuk sebagian besar obat. Fungsi ekskresi ginjal juga

meliputi ekskresi produk akhir nitrogen dari metabolisme protein (terutama urea, asam

urat dan kreatinin) dan sebagai jalur ekskretori untuk sebagian besar obat.

3. Definisi

Gagal ginjal merupakan suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi

ginjal yang ireversibel pada suatu derajat dimana memerlukan terapi pengganti ginjal

yang tetap, berupa dialisis 14 atau transplantasi ginjal.

4. Etiologi

Ada banyak sekali penyebab dari gagal ginjal dan salah satunya yaitu:

a. Hipertensi

Hipertensi terjadi apabila keadaan seseorang mempunyai tekanan sistolik sama

dengan atau lebih tinggi dari 160 mmHg dan tekanan diastolik sama dengan atau

lebih tinggi dari 90 mmHg secara konsisten dalam beberapa waktu. Menurut JNC-7

hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu kondisi ketika tekanan darah

meningkat 140/90 mmHg atau lebih (WHO).Tekanan darah tinggi (hipertensi) yang

berlangsung lama dapat merusak pembuluh darah. Hal ini dapat mengurangi suplai

darah ke organ-organ penting seperti ginjal. Hipertensi juga merusak unit penyaring

kecil di ginjal. Hasilnya, ginjal dapat berhenti membuang limbah dan cairan ekstra

dari darah. Hipertensi juga merupakan komplikasi dari penyakit ginjal kronik. Ginjal
yang merupakan organ penting dalam mengatur tekanan darah dalam batas normal,

jika ginjal mengalami kerusakan maka kemampuan untuk menjaga tekanan darah

akan berkurang, hasilnya tekanan darah dapat naik

b. Gaya Hidup

Gaya hidup atau yang sering di sebut lifestyals merupakan bagian dari kebutuhan

skunder manusia yang berubah tergantung zaman atau keinginan seorang untuk

mengubah gaya hidupnya (Wikipedia). Gaya hidup juga diartikan sebagai kebiasaan

dalam sehari-hari.Berkembangnya zaman, kebiasaan hidup sehat menjadi hal yang

tidak penting, hal ini sering dianggap sebagai gaya hidup yang tidak baik. Salah satu

contoh gaya hidup yang tidak baik adalah minum alcohol, perokok, begadang, makan

makanan junkfood yang dapat merusak organ organ vital, salah satunya adanya

gangguan ginjal.

5. Tanda dan Gejala

 Tekanan darah tinggi

 Perubahan frekuensi dan jumlah buang air kecil dalam sehari

 Adanya darah dalam urin

 Lemah serta sulit tidur

 Kehilangan nafsu makan

 Sakit kepala

 Tidak dapat berkonsentrasi

 Sesak

 Mual & muntah


 Bengkak, terutama pada kaki dan pergelangan kaki, serta pada kelopak mata

waktu pagi hari

6. Patofisiologi

Proses terjadinya penyakit ginjal kronik pada awalnya tergantung pada penyakit yang

mendasarinya, tapi dalam proses perkembangannya yang terjadi kurang lebih sama. Dua

adaptasi penting dilakukan oleh ginjal untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan

elektrolit. Penurunan massa ginjal mengakibatkan hipertrofi struktural dan fungsional

nefron yang masih bertahan (surviving nephrons) sebagai upaya kompensasi ginjal untuk

melaksanakan seluruh beban kerja ginjal, yang diperantarai oleh molekul vasoaktif

seperti sitokinin dan growth factors. Hal ini menyebabkan peningkatan kecepatan filtrasi,

yang disertai oleh peningkatan tekanan kapiler dan aliran darah glomerulus. Mekanisme

adaptasi ini cukup berhasil untuk mempertahankan keseimbangan elektrolit dan cairan

tubuh, hingga ginjal dalam tingkat fungsi yang sangat rendah. Glomerulus yang masih

sehat pada akhirnya harus menanggung beban kerja yang terlalu berlebihan. Keadaan ini

dapat mengakibatkan terjadinya sklerosis, menjadi kaku dan nekrosis. Zat – zat toksis

menumpuk dan perubahan yang potensial menyebabkan kematian terjadi pada semua

organ – organ penting.

7. Klasivikasi

Berdasarkan perjalanan klinis, gagal ginjal dapat dibagi menjadi 3 stadium yaitu :

a. Stadium I, dinamakan penurunan cadangan ginjal

Selama stadium ini kreatinin serum dan kadar BUN normal, dan penderita

asimptomatik.Gangguan fungsi ginjal hanya dapat diketahui dengan tes pemekatan

urin dan tes LFG yang teliti.


b. Stadium II, dinamakan insufisiensi ginjal

Pada stadium ini dimana lebih dari 75 % jaringan yang berfungsi telah rusak. LFG

besarnya 25 % dari normal. Kadar BUN dan kreatinin serum mulai meningkat dari

normal. Gejala-gejala nokturia atau sering berkemih di malam hari sampai 700 ml

dan poliuria (akibat dari kegagalan pemekatan urin) mulai timbul.

c. Stadium III, dinamakan gagal ginjal stadium akhir atau uremia

Sekitar 90 % dari massa nefron telah hancur atau rusak, atau hanya sekitar 200.000

nefron saja yang masih utuh. Nilai LFG hanya 10% dari keadaan normal. Kreatinin

serum dan BUN akan meningkat dengan mencolok. Gejala-gejala yang timbul karena

ginjal tidak sanggup lagi mempertahankan homeostasis cairan dan elektrolit dalam

tubuh, yaitu oliguri karena kegagalan glomerulus, sindrom uremik.

8. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang berhubungan dengan assessment biokimia pasien sebagai

penunjang diagnosis gizi yang akan digunakan, antara lain:

a. Pemeriksaan darah lengkap: ureum meningkat, kreatinin serum meningkat.

b. Pemeriksaan elektrolit: hyperkalemia, hipokalsemia, hipermagnesemia

c. Pemeriksaan kadar glukosa darah, profil lipid: hiperkolesterolemia,

hipertrigliserida,LDL meningkat

d. Analisis gas darah: asidosis metabolic (pH menurun, HCO3 menurun)

9. Penatalaksanaan Umum

Pada penurunan cadangan ginjal dan insufisiensi ginjal, tujuan penatalaksanaan adalah

memperlambak kerusakan nefron lebih lanjut, terutama dengan retriksi protein dan obat-

obat anti hipertensi. Pada gagal ginjal terapi di tunjukan untuk mengoreksi
ketidaksimbangan cairan dan elektrolit. Pada penderita gagal ginjal tahap akhir, terapy

berupa dalysis atau transplantasi ginjal. Pada semua stadium pencegahan infeksi perlu

dilakukan. Dimana tujuan penatalaksanaan adalah untuk mempertahankan fungsi ginjal

selama mungkin.

B. TEORI ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses keperawatan, untuk itu

diperlukan kecermatan dan ketelitian tentang masalah-masalah klien sehingga dapat

memberikan arah terhadap tindakan keperawatan. Keberhasilan proses keperawatan

sangat bergantuang pada tahap ini. Tahap ini terbagi atas:

a. Identitas Pasien dan Penanggung Jawab

Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai, status

perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, no. register, tanggal

MRS, diagnosa medis.

b. Riwayat Kesehatan

1) Keluhan Utama

Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa nyeri. Nyeri tersebut

bisa akut atau kronik tergantung dan lamanya serangan.

2) Riwayat Penyakit Sekarang

Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari fraktur, yang

nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan terhadap pasien. Ini bisa

berupa kronologi terjadinya penyakit tersebut sehingga nantinya bisa ditentukan

kekuatan yang terjadi dan bagian tubuh mana yang terkena.


3) Riwayat Penyakit Dahulu

Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab fraktur dan memberi petunjuk

berapa lama tulang tersebut akan menyambung.

4) Riwayat Penyakit Keluarga

Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit tulang merupakan salah satu

faktor predisposisi terjadinya fraktur, seperti diabetes, osteoporosis yang sering

terjadi pada beberapa keturunan, dan kanker tulang yang cenderung diturunkan secara

genetik

c. Pola-Pola Fungsi Kesehatan

1) Pola Persepsi dan Pemelihara Kesehatan

Pada kasus fraktur akan timbul ketidakutan akan terjadinya kecacatan pada dirinya

dan harus menjalani penatalaksanaan kesehatan untuk membantu penyembuhan

tulangnya. Selain itu, pengkajian juga meliputi kebiasaan hidup klien seperti

penggunaan obat steroid yang dapat mengganggu metabolisme kalsium,

pengkonsumsian alkohol yang bisa mengganggu keseimbangannya dan apakah klien

melakukan olahraga atau tidak.

2) Pola Nutrisi Metabolik

Pada klien fraktur harus mengkonsumsi nutrisi melebihi kebutuhan sehari-harinya

seperti kalsium, zat besi, protein, vit. C dan lainnya untuk membantu proses

penyembuhan tulang. Evaluasi terhadap pola nutrisi klien bisa membantu menentukan

penyebab masalah muskuloskeletal dan mengantisipasi komplikasi dari nutrisi yang

tidak adekuat terutama kalsium atau protein dan terpapar sinar matahari yang kurang
merupakan faktor predisposisi masalah muskuloskeletal terutama pada lansia. Selain

itu juga obesitas juga menghambat degenerasi dan mobilitas klien.

3) Pola Eliminasi

Pada pola eliminasi urin dikaji frekuensi, kepekatannya, warna, bau, dan jumlah.

Pada kedua pola ini juga dikaji ada kesulitan atau tidak.

4) Pola Tidur dan Istirahat

Semua klien fraktur timbul rasa nyeri, keterbatasan gerak, sehingga hal ini dapat

mengganggu pola dan kebutuhan tidur klien. Selain itu juga, pengkajian

dilaksanakan pada lamanya tidur, suasana lingkungan, kebiasaan tidur, dan

kesulitan tidur serta penggunaan obat tidur

5) Pola Aktivitas dan Latihan

Karena timbulnya nyeri, keterbatasan gerak, maka semua bentuk kegiatan klien

menjadi berkurang dan kebutuhan klien perlu banyak dibantu oleh orang lain. Hal

lain yang perlu dikaji adalah bentuk aktivitas klien terutama pekerjaan klien.

Karena ada beberapa bentuk pekerjaan beresiko untuk terjadinya fraktur

dibanding pekerjaan yang lain.

6) Pola Persepsi Kognitif

Pada klien fraktur daya rabanya berkurang terutama pada bagian distal fraktur,

sedang pada indera yang lain tidak timbul gangguan. begitu juga pada kognitifnya

tidak mengalami gangguan.

7) Pola Persepsi dan Konsep Diri

Dampak yang timbul pada klien fraktur yaitu timbul ketidakutan akan kecacatan

akibat frakturnya, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas


secara optimal, dan pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan body

image).

8) Pola Hubungan dengan Sesama

Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam masyarakat. Karena klien

harus menjalani rawat inap.

9) Pola Reproduksi Seksual

Dampak pada klien fraktur yaitu, klien tidak bisa melakukan hubungan seksual

karena harus menjalani rawat inap dan keterbatasan gerak serta rasa nyeri yang

dialami klien. Selain itu juga, perlu dikaji status perkawinannya termasuk jumlah

anak, lama perkawinannya.

10) Pola Tata Nilai dan Keyakinan

Untuk klien fraktur tidak dapat melaksanakan kebutuhan beribadah dengan baik

terutama frekuensi dan konsentrasi. Hal ini bisa disebabkan karena nyeri dan

keterbatasan gerak klien

11) Pola Koping dan Stress

Pada klien fraktur timbul rasa cemas tentang keadaan dirinya, yaitu ketidakutan

timbul kecacatan pada diri dan fungsi tubuhnya. Mekanisme koping yang

ditempuh klien bisa tidak efektif.

d. Pemeriksaan Fisik

Dibagi menjadi dua, yaitu pemeriksaan umum (status generalisata) untuk

mendapatkan gambaran umum dan pemeriksaan setempat (lokalis). Hal ini perlu

untuk dapat melaksanakan total care karena ada kecenderungan dimana spesialisasi

hanya memperlihatkan daerah yang lebih sempit tetapi lebih mendalam.


1) Kesadaran Umum : ringan, sedang, berat.

2) Tingkat Kesadaran : Compos mentis, Apatis, Samnolen, letergi/ hypersomnia, Delirium,

Stupor atau semi koma, Koma

3) Tanda – Tanda Vital

- Tekanan darah

- Denyut nadi

- Suhu tubuh

- Pernapasan

4) Pemeriksaan fisik

- Kepala : Tidak ada gangguan yaitu, normo cephalik, simetris, tidak ada penonjolan, tidak ada

nyeri kepala.

- Mata : Tidak ada gangguan seperti konjungtiva tidak anemis (karena tidak terjadi perdarahan)

- Wajah : Wajah terlihat menahan sakit, lain-lain tidak ada perubahan fungsi

maupun bentuk. Tak ada lesi, simetris, tak oedema.

- Hidung : Tidak ada deformitas, tak ada pernafasan cuping hidung.

- Mulut : Tak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan, mukosa mulut tidak pucat.

- Telinga : Tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. Tidak ada lesi atau nyeri tekan.

- Leher : Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada penonjolan, reflek menelan ada.

- Dada

Inspeksi : Gerakan dada simetris.

Palpasi : Tak ada pergerakan otot intercostae

Perkusi : Suara ketok sonor, tak ada erdup atau suara tambahan
Auskultasi : Suara nafas normal, tak ada wheezing, atau suara tambahan lainnya seperti stridor

dan ronchi.

- Abdomen

Inspeksi : Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia.

Palpasi : Tugor baik, tidak ada defands muskuler, hepar tidak teraba.

Perkusi : Suara thympani, ada pantulan gelombang cairan.

Auskultasi : Peristaltik usus normal 20 kali/menit.

- Ekstremitas : Simetris, kekuatan otot, beraktivitas

e. Pemeriksaan Diagnostik

1) Pemeriksaan Radiologi

2) Pemeriksaan Laboratorium

2. Diagnosis Keperawatan Diagnosis Keperawatan adalah suatu penilaian klinis mengenai respon

klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung

aktual maupun potensial. Proses penegakan diagnosis keperawatan diuraikan sebagai berikut :

1) Analisis Data, tahap pertama proses penegakan diagnosis keperawatan analisis data yang

dilakukan dengan tahapan sebagai berikut ini :

- Bandingkan data dengan nilai normal/rujukan.

- Kelompokkan data. Tanda/gejala yang dianggap bermakna, dikelompokan berdasarkan pola

kebutuhan dasar.

2) Identifikasi Masalah, setelah data dianalisis, perawat dan klien bersama-sama

mengidentifikasi masalah, mana masalah yang aktual, resiko dan /atau promosi kesehatan. 3)
Perumusan Diagnosis Keperawatan, Formulasi diagnosis keperawatan penulisan 3 bagian adalah

sebagai berikut:

- Diagnosis Aktual : Masalah berhubungan dengan Penyebab dibuktikan dengan Tanda/Gejala -

Diagnosis Resiko : Masalah dibuktikan dengan Faktor Resiko - Diagnosis Promosi Kesehatan :

Masalah dibuktikan dengan Tanda/Gejala

3. Rencana Keperawatan Rencana perawatan terorganisasi sehingga setiap perawat dapat dengan

cepat mengidentifikasi tindakan perawatan yang diberikan. Rencana asuhan keperawatan tertulis

mengatur pertukaran informasi oleh perawat dalam laporan pertukaran dinas. Rencana perawatan

tertulis juga mencakup kebutuhan klien jangka panjang. Langkah – langkah rencana

keperawatan:

1) Memprioritaskan masalah

2) Merumuskan tujuan / hasil yang diharapkan

3) Memilih intervensi keperawatan

4) Menulis rencana keperawatan

4. Implementasi Keperawatan Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan

yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai dimulai setelah rencana tindakan disusun dan

ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Adapun

tahaptahap dalam tindakan keperawatan adalah sebagai berikut :

1) Persiapan, tahap awal tindakan keperawatan ini menuntut perawat untuk mengevaluasi yang

diindentifikasi pada tahap perencanaan.


2) Intervensi, fokus tahap pelaksanaan tindakan perawatan adalah kegiatan dan pelaksanaan

tindakan dari perencanaan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional.

3) Dokumentasi, pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan yang lengkap

dan akurat terhadap suatu kejadian dalam proses keperawatan.

5. Evaluasi

Perencanaan evaluasi memuat kriteria keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan

keperawatan. Langkah – langkah evaluasi hasil :

1) Mengumpulkan data yang berhubungan dengan hasil.

2) Membandingkan data dengan menghubungkan tindakan keperawatan dengan tujuan/ hasil.

3) Menarik kesimpulan tentang status keperawatan

4) Melanjutkan memodifikasi atau mengakhiri rencana asuhan.

C. PATHWAY
Zat toksik vaskular infeksi

Reaksi antigen antibodi Arterio skerosis Tertimbun ginjal

Suplay darah ginjal turun

GFR turun

GGK

Sistem kardiovaskuler
Sistem hematologi Penurunan produksi
peroduksi eritropoetin
produksi eritropoetin urin

Kenaikan metabolic anemia


Ransangan pembentukan
gastrointestinal
eritosit pd tulang menurun
Suplai darah kemiokardium
Mual muntah
HB menurun ischemik

Intraket nutrisi tidak


adekuat Metabolism menurun
Suplai O2 menurun

Metabolisme menurun Resiko Difisit nutrisi Daya kontraktilitas-


tachikardhi-dyspnoe

kelemahan Gangguan pola napas


tidak efektif

Intoleransi aktivitas
Study Kasus:

Seorang laki-laki usia 55 tahun, mengeluh sesak napas. Sejak 1 hari yang lalu semenjak masuk RS pasien

mengeluh batuk berdahak, putih kental, jantung berdebar, pasien juga mengeluh lemah dan mudah

lelah bila beraktivitas.. Pasienmengatakan susah BAK, Nyeri pada panggul, kaki. Pasien tampak gelisah,

susah tidur dan tidur hanya4-5 jam/hari. Kulit pucat, tidak selera makan, demam, kulit gatal, mual, sakit

kepala, mata tampak sayu, cemas, mual danmuntah . Hasil pemeriksaan fisik didapatkan TD:

160/90mmHg, Nadi 68x/menit, Respirasi 28x/menit, urine output 1350 ml, terpasang kateter, kulit

kering, edema positif,ballance cairan +800 cc. Hasil pemeriksaan lab; hematologi ureum 187 mg/dl,

creatinin 7,71 mg/dl.BJU < 1,015. Tinggi Badan: 159 cm. Dari hasil riwayat kesehatan pasien sebelumnya,

diketahui pasienmenderita hipertensi sejak 10 tahun yang lalu dan DM. Klien juga pernah

mengalamiglomerulonefritis 3 tahun yang lalu. Gula darah paling tinggi 400 mg/dl.

1. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. R
Tempat tanggal lahir : Manado, 11 Januari 1985
Usia : 55 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Kristen Protestan
Suku / bangsa : Minahasa/ Indonesia
Bahasa yang digunakan : Indonesia
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Guru
Diagnosa medik : Gagal ginjal akut
No. medical record :
Tanggal masuk : 13 April 2019

2. Penanggung jawab
Nama : Ny. S
Usia : 48 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Wiraswasta
Hubungan dengan klien : Istri
2. RIWAYAT KESEHATAN

1. Keluhan Utama :
Terjadinya penurunan produksi kemih

2. Riwayat kesehatan sekarang :


Pasien mengatakan kencing sedikit, BAK pada malam hari dan tanpak lelah.

3. Riwayat kesehatan dahulu :


Adanya penyakit infeksi yang mendorong terjadinya GGA. Riwayat terpapar toksin,
megonsumsi obat nefrotik dengan jangka waktu yang lama, pasien juga memiliki riwayat
penyakit Hipertensi dan DM

4. Riwayat kesehatan keluarga


Pasien mengatakan bahwa semua keluarganya mengidap penyakit Hipertensi

5. Genogram

Keterangan

: Perempuan : Maninggal

: Laki-laki : Pasien
3. AKTIVITAS SEHARI-HARI
1. Pola Persepsi dan Manajamen Kesehatan
Pasien tau tentang penyakit yang dialaminya dan mau masuk rumah sakit

2. Pola Nutrisi Metabolik


Sebelum sakit :makan 3x sehari nasi ikan sayur dan minum 8 gelas sehari
Saat sakit :makan 2x sehari tidak dihabiskan dan minum 5 gelas sehari

3. Pola Eliminasi
Sebelum sakit :BAB lancer frekuensi 2x sehari dan BAK 6-7x sehari
Saat sakit :BAB frekuensi 1x sehari dan BAK 3-4x sehari

4. Pola Aktivitas
Sebelum sakit :pasien beraktivitas biasa berkebun dan berolaraga dilakukan tampa
bantuan
Saat sakit :pasien tidak bisa beraktivitas hanya bisa di tempat tidur dan dibantu orang
lain

5. Pola Istirahat dan Tidur


Sebelum sakit : pasien tidur 8 jam dalam sehari dari jam 10-jam 6 tidak ada ganguan saat
tidur
Saat sakit :pasien tidur 5 jam dalam sehari dari jam 10-jam 3 ada ganguan saat tidur dan
sering terbangun

6. Pola Kognitif Perseptual


Saat sakit :pasien dapat melihat jarak jauh sekitar 1 meter apabila lebih pasien
mengatakan kabur pasien juga dapat mencium bau minyak kayu putih pasien dapat
mendengar dengan baik pasien saat berbicara memakai basa daerah dan dapat
dimengerti
7. Pola Konsep Diri
Citra diri : pasien merasa percaya diri
Ideal diri :pasien menerima kondisi apa adanya
Peran diri :peran pasien tergagu karena sakit
Identitas diri :pasien mengetahui peranya sebagai kepala rumah tangga

8. Pola Peran-Hubungan
Pasien tergangu karena sakit

9. Pola Koping-Toleransi Stress


Pasien mengatakan stress karena hanya di tempat tidur dan cara untuk mengatasi stres
adalah keluarga

10. Pola Keyakinan dan Kepercayaan


Pasien mendegarkan lagu rohani

4. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan umum klien
1. Tingkat kesadaran : Kompos mentis
B. Tanda-tanda vital
1. Suhu :37,1’C
2. Nadi :68 x/menit
3. Resoirasi :28 x/menit
4. Tekanan darah :160/90 mmHg
3. Pemeriksaan Fisik (Head to toe)
1. Kepala
Inspeksi :Rambut hitam, tidak mudah rontok, bentuk kepala lonjong
Palpasi :Tidak ada nyeri tekan
Perkusi :-
Auskultasi :-
2. Mata
Inspeksi :konjungtiva anemis eficit penurunan penglihatan skor 1
Palpasi :Tidak ada nyeri tekan
3. Hidung
Inspeksi :sinistra tidak ada efici
Palpasi :Tidak ada nyeri tekan
4. Gigi dan Mulut
Inspeksi :kering,bibir tidak pucat
Palpasi :-

5. Leher
Inspeksi :Tidak ada pembesaran tiroid
Palpasi :Tidak ada nyeri tekan
6. Dada
Inspeksi :Pergerakan kiri dan kanan sinistra tidak ada benjolan
Palpasi :Tidak ada nyeri tekan
Perkusi :Sonor
Auskultasi :Tidak ada suara napas tambahan
7. Abdomen
Inspeksi :Tidak ada luka
Palpasi :Tidak ada nyeri tekan
Perkusi :perut tidak kembung
Auskultasi :bising usus 11x/menit
8. Genetalia :Kebersihan pasien tidak dikaji pasien berjenis kelamin laki-laki dan tidak
memiliki penyakit menular
9. Ekstremitas : -Atas : kedua tangan sinistra kiri dan kanan,terpasang infus di tangan
kanan tidak ada luka dan nyeri.
- Bawah :kedua kaki sinistra kiri dan kanan tidak ada luka dan nyeri
5. DIAGNOSA KEPERAWATAN
 Analisa Data

NO DATA ETIOLOGI PROBLEM


1. DS: - Pasien mengeluh Deprisi pusat pernapasan Pola Napas Tidak Efektif
sulit untuk napas dan ( D.0005 )
terasa berat pada saat Hambatan upaya napas
menarik napas
DO: - Pasien Pola napas tidak efektif

mengunakan alat bantu


napas
2. DS: - Pasien Ketidakmampuan menelan Resiko Defisit Nutrisi
mengatakan sering makanan ( D.0032 )
merasakan mual
DO: - Pasien tampak Ketidakmampuan
pucat dan bibirnya mencerna makanan
kering
Ketidakmampuan
mengabsorbsi nutrient

Peningkatan kebutuhan
metabolism

Resiko deficit nutrisi


3. DS: - Pasien Ketidakseimbangan antara Intoleransi Aktifitas
mengatakan kurang suplai dan kebutuhan ( D.0056 )
mampu melakukan oksigen
aktivitas karena
marasa lemah Tirah baring
DO: - Pasien tampak
sulit melakukan Kelemahan
aktivitas dan
tergantung pada Intoleransi Aktifitas
keluarga saat mau
melakukan sesuatu

- Diagnosa Keperawatan:
1). Pola napas tidak efektif b/d hambatan upaya napas d/d pasien megeluh sulit untuk
bernapas dan terasa berat pada saat menarik napas yang membuat pasien menggunakan
alat bantu napas.
2). Resiko eficit nutrisi b/d Peningkatan kebutuhan metabolism d/d pasien mengeluh
karena sering merasakan mual.
3). Intoleransi aktifitas b/d kelemahan d/d Pasien mengatakan kurang mampu melakukan
aktivitas karena marasa lemah .

Keterangan :
b/d = berhubungna dengan
d/d = dihubungkan dengan
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
1. D.0005 L.01004 I.14509
Pola Napas Tidak Efektif Setelah dilakukan Manajemen Jalan Napas
berhubungan dengan intervensi keperawatan 1. Monitor tanda-tanda vital
hambatan upaya napas selama 3 hari, maka Pola 2. Monitor pola napas (Mis.
dihubungkan dengan Napas membaik, dengan Frekuensi, kedalaman,
pasien megeluh sulit kriteria hasil : usahanapas)
untuk bernapas dan terasa 1. Ventilasi semenit: 3. Posisikan semi flower atau
berat pada saat menarik 4 flower
napas yang membuat 2. Dyspnea: 5 4. Batasi kunjunagan
pasien menggunakan alat 3. Penggunaan otot 5. Kolaborasi dengan dokter
bantu napas. bantu napas: 4 untuk pemberian O2
4. Frekuensi napas: 5
5. Kedalaman
napas:4
2. D.0032 L.03030 I.14509
Resiko Dificit Nutrisi Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi
berhubungan dengan intervensi keperawatan 1. Identivikasi status nutrisi
Peningkatan kebutuhan selama 3 hari, maka Status 2. Identivikasi alergi dan
metabolism dihubungkan Nutrisi membaik, dengan intoleransi makan
dengan pasien mengeluh kriteria hasil : 3. Identivikasi makan yang di
karena sering merasakan 1. Porsi makan yang sukai
mual. di habiskan: 4 4. Lakukan oral hygiene sebelum
2. Pengetahuan akan makan
standar asupan 5. Kolaborasi pemberian
yang tepat: 4 medikasi sebelum makan
3. Berat badan:5 ( Mis. Perea nyeri, antiemetic)

3. D.0056 L.05047 I.05178


Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan Manajemen Energi
berhubungan intervensi keperawatan 1. Identivikasi ganguan fungsi
dengankelemahan selama 3 hari, maka tubuh yang mengakibatkan
dihubungkan dengan Tolerans Aktivitas kelelahan
Pasien mengatakan meningkat, dengan 2. Monitor kelelahan fisik
kurang mampu kriteria hasil : 3. Sediakan lingkuangan yang
melakukan aktivitas 1. Kemampuan nyaman dan rendah stimukus
karena marasa lemah . dalam melakukan (Mis. Cahya, suara dan
aktivitas sehari- kunjungan)
hari:5 4. Lakukan latihan rentang gerak
2. Keluhan lelah:4 pasif dan/atau tidak
3. Dyspnea saat 5. Kolaborasi dengan ahli gizi
aktivitas:4 tentang cara maningkatkan
4. Dyspnea setelah asupan makanan
aktivitas :4
5. Tekanan darah: 4
6. Frekuensi napas: 5

NO INTERVENSI RASIONAL
.
1. Monitor tanda-tanda vital Mengetahui intervensi selanjutnya

Monitor pola napas (Mis. Frekuensi, Untuk mengidentifikasi terjadinya hipoksia


melalui tanda peningkatan frekuensi, kedalaman
kedalaman, usahanapas)
dan usaha napas

Posisikan semi flower atau flower


Posisi flower dapat meningkatkan ekspansi paru
optimal
Batasi kunjunagan
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian Menambah waktu istirahat dan meningkatkan O2
O2
Memenuhi kebutuhan O2
2. Identivikasi status nutrisi Dapat menyeimbangkan kebutuhan nutrisi tubuh

Agar supaya terhindar dari alergi akibat makan


Identivikasi alergi dan intoleransi makan yang di konsumsi

Agar nampsu makan manjadi tinggi karena makan


Identivikasi makan yang di sukai kesukan yang di konsumsi

Agar mendapatkan hygiene oral yang tepat, untik


Lakukan oral hygiene sebelum makan mencegah bau mulut dan rasa tidak enak akibat
mikroorganisme

Kolaborasi pemberian medikasi sebelum


Antiemetic dapat menghilangkan rasa mual dan
makan ( Mis. Perea nyeri, antiemetic) muntahdan dapat meningkatkan pasokan oral

3. Monitor kelelahan fisik Mennhetahui pada skala aktivitas berapa pasien


merasakan lelah

Sediakan lingkuangan yang nyaman dan Kurangnya kunjuangan dapat menghemat energy
dan dapat istirahat dengan baik
rendah stimukus (Mis. Cahya, suara dan
kunjungan)
Melati bagian tubuh pasien agar supaya dapapt
Lakukan latihan rentang gerak pasif kembali menjadi normal
dan/atau tidak
Makanan yang sesuai dapat membuat energy yang
Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara cukup untuk melakukan aktivitas
maningkatkan asupan makanan

6. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI TINDAKAN KEPERAWATAN


13 APRIL 2019

NO. IMPLEMENTASI EVALUASI


1. Monitor tanda-tanda vital S: Pasien mengatakan sudah tidak sesaknapas
Hasil : TD:
N : O: TD: 120/80
R : N : 81 x/menit
S : R : 14 x/menit
S : 36,90C
Monitor pola napas (Mis. Frekuensi,
kedalaman, usahanapas) A: Masalah tertasi
Hasil: Frekuensi:4
Kedalaman napas: 4 P: Lanjutkan Intervensi

Usaha napas: 4

Posisikan semi flower atau flower


Batasi kunjunagan
Hasil: pasien nyaman dan bagus dalam
bernapas

Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian


O2
Hasil: O2 Nasal Kanula 2L
2. Identivikasi status nutrisi S: Pasien mengatakan menjadi napsu makan dan
tapi masih merasakan mual
Hasil: asupan nutrisi pasien membaik

O: Pasien tampak makan dengan baik walaupun


Identivikasi alergi dan intoleransi makan
sering mengalami ganguan seperti rasa mual
Hasil: pasien tidak mengalami alergi
terhadap makan yang di konsumsi A: Masalah belum teratasi

Identivikasi makan yang di sukai P: Lanjutkan intervensi


Hasil: pasien menjadi napsu makan karena
yang di konsumsi itu makan kesukaan
Lakukan oral hygiene sebelum makan
Hasil: tidak terjadi bau mulut dan stomatis

Kolaborasi pemberian medikasi sebelum


makan ( Mis. Perea nyeri, antiemetic)
Hasil: Pasien masih mengalami rasa mual
3. Monitor kelelahan fisik S: Pasien masih mengeluh merasakan kelelahan
dan belum dapat melakukan aktivitas secara
Hasil: Pasien melakukan aktivitas masih di
mandiri
bantu oleh keluarga

O: Pasien masih tanpak lemah dan kegiatannya


Sediakan lingkuangan yang nyaman dan masih di bantu oleh keluarganya
rendah stimukus (Mis. Cahya, suara dan
kunjungan) A: Masalah belum teratasi
Hasil: Pasien dapat istirahat dengan baik
P: Lanjutkan intervensi

Lakukan latihan rentang gerak pasif


dan/atau tidak
Hasil: Pasien belum dapat melakukan nya
karena masih merasakan lelah

Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara


maningkatkan asupan makanan
Hasil: tingkat energy pasien bertambah
untuk melakukan aktivitas
14 APRIL 2019

NO. IMPLEMENTASI EVALUASI


1. Monitor tanda-tanda vital S: Pasien mengatakan sudah tidak sesaknapas
Hasil : TD:
N : O: Pasien tampak lebih baik dari dari
R : sebelumnya
S : TD: 120/80
N : 80 x/menit
Monitor pola napas (Mis. Frekuensi, R : 14 x/menit
kedalaman, usahanapas) S : 36,90C
Hasil: Frekuensi:4
Kedalaman napas: 4 A: Masalah tertasi
Usaha napas: 5
P: Lanjutkan Intervensi
Posisikan semi flower atau flower
Batasi kunjunagan
Hasil: pasien nyaman dan bagus dalam
bernapas

Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian


O2
Hasil: O2 Nasal Kanula 2L
2. Identivikasi status nutrisi S: Pasien mengatakan menjadi napsu makan
dan kadangkala masih merasakan mual
Hasil: asupan nutrisi pasien membaik

O: Pasien tampak makan dengan baik tanpa


Identivikasi alergi dan intoleransi makan
ganguan apapun pada saat dan setelah makan
Hasil: pasien tidak mengalami alergi
terhadap makan yang di konsumsi A: Masalah sudah mulai teratasi

Identivikasi makan yang di sukai P: Lanjutkan intervensi


Hasil: pasien menjadi napsu makan karena
yang di konsumsi itu makan kesukaan
Lakukan oral hygiene sebelum makan
Hasil: Pasien tidak mengalami bau mulut

Kolaborasi pemberian medikasi sebelum


makan ( Mis. Perea nyeri, antiemetic)
Hasil: Pasien tampak makan dengan baik
walaupun masih merasakan mual
3. Monitor kelelahan fisik S: Pasien mengatakan bahwa sudah tidak
merasakan kelelahan yang berlebih tapi untuk
Hasil: Pasien masih memerlukan bantuan
aktivitas masih butuh bantuan keluarga
keluarga untuk melakukan aktivitas

O: Pasien sudah mengalami peningkatan


Sediakan lingkuangan yang nyaman dan kesehatan dengan sudah tidak merasakan lelah
yang berlebih
rendah stimukus (Mis. Cahya, suara dan
kunjungan)
A: Masalah mulai teratasi
Hasil: Pasien beristirahat dengan baik

P: lanjutkan intervensi
Lakukan latihan rentang gerak pasif
dan/atau tidak
Hasil: Pasien sudah dapat duduk di
pingiran tempat tidur

Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara


maningkatkan asupan makanan
Hasil: energy pasien semakinmeningkat
ungtuk melakukan aktivitas
15 APRIL 2019

NO. IMPLEMENTASI EVALUASI


1. Monitor tanda-tanda vital S: Pasien mengatakan sudah tidak sesaknapas
Hasil : TD:
N : O: Pasien tampak lebih baik dari dari
R : sebelumnya
S : TD: 120/80
N : 80 x/menit
Monitor pola napas (Mis. Frekuensi, R : 14 x/menit
kedalaman, usahanapas) S : 36,90C
Hasil: Frekuensi:4
Kedalaman napas: 4 A: Masalah tertasi
Usaha napas: 5
P: Lanjutkan Intervensi
Posisikan semi flower atau flower
Batasi kunjunagan
Hasil: pasien nyaman dan bagus dalam
bernapas

Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian


O2
Hasil: O2 Nasal Kanula 2L
2. Identivikasi status nutrisi S: Pasien mengatakan menjadi napsu makan
dan rasa mual dan muntah sudah hilang
Hasil: asupan nutrisi pasien membaik

O: Pasien tampak makan dengan baik tanpa


Identivikasi alergi dan intoleransi makan
ganguan apapun pada saat dan setelah makan
Hasil: pasien tidak mengalami alergi
terhadap makan yang di konsumsi A: Masalah sudah mulai teratasi

Identivikasi makan yang di sukai P: Lanjutkan intervensi


Hasil: pasien menjadi napsu makan karena
yang di konsumsi itu makan kesukaan
Lakukan oral hygiene sebelum makan
Hasil: Pasien tidak mengalami bau mulut
dan stomatis

Kolaborasi pemberian medikasi sebelum


makan ( Mis. Perea nyeri, antiemetic)
Hasil: Pasien tampak makan dengan baik
tanpa gangaun
3. Monitor kelelahan fisik S: Pasien mengatakan bahwa sudah tidak
merasakan kelelahan dan sudah dapat
Hasil: Pasien sudah dapat melakukan
melakukan aktivitas dengan mandiri
aktivitas mandiri sperti pergi ke toilet tanpa
bantuan keluarga O: Pasien sudah mengalami peningkatan
kesehatan dengan sudah tidak merasakan lelah
yang berlebih
Sediakan lingkuangan yang nyaman dan
rendah stimukus (Mis. Cahya, suara dan
A: Masalah mulai teratasi
kunjungan)
Hasil: Pasien beristirahat dengan baik
P: lanjutkan intervensi

Lakukan latihan rentang gerak pasif


dan/atau tidak
Hasil: Pasien sudah dapat duduk di
pingiran tempat tidur dan melakukan
aktivitas lainnya

Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara


maningkatkan asupan makanan
Hasil: energy pasien semakinmeningkat
ungtuk melakukan aktivitas

KESIMPULAN
Ginjal adalah organ tubuh yang berfungsi untuk mengeluarkan urin, sisa hasil metabolism

tubuh adalam bentuk cairan. Ginjal terletak pada dinding bagian luar rongga perut, rongga

terbesar dalam tubuh manusia, tepatnya di sebelah kanan dan kiri tulang belakang . Fungsi ginjal

adalah mengatur keseimbangan air, konsentrasi garam dalam darah, keseimbangan asam-basa

darah, serta ekskresi bahan buangan dan kelebihan garam . Sedangkan Gagal Ginjal Kronik

(GGK) merupakan gangguan fungsi ginjal yang progresif dan tidak dapat pulih kembali, dimana

tubuh tidak mampu memelihara metabolisme dan gagal memelihara keseimbangan cairan dan

elektrolit yang berakibat pada peningkatan ureum. Gagal ginjal kronik (GGK) sebagai suatu

proses patofisiologi yang menyebabkan kerusakan struktural dan fungsional ginjal ini masih

menjadi permasalahan serius di dunia kesehatan.

Diagnosa yang di angkut yaitu:

- Pola Napas Tidak Efektif b/d hambatan upaya napas

- Resiko Difisit Nutrisib/d peningkatan merabolisme

- Intoleransi Aktivitas b/d kelemahan

Dari diagnosa yang ada, maka intervensi yang di angkat yaitu :

- Manajemen Jalan Napas

- Manajemen Nutrisi

- Manajemen Energi
DAFTAR PUSTAKA

Academia, Asuhan keparawatan pada pasien gagal ginjal kronik sebagian dia ambel dari:
https://www.academia.edu/11541790/Asuhan_Keperawatan_Pada_Pasien_Gagal_Ginjal

Tinjauan Pustaka tentang gagal ginjal di ambil dari:


http://digilib.unila.ac.id/20722/125/BAB%20II.pdf
http://digilib.unila.ac.id/6711/15/BAB%20II.pdf

Jurnal
Asriani, Burhanuddin Bahar, Erna Kadrianti. (2014) HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN
KEJADIAN GAGAL GINJAL DI RUMAH SAKIT IBNU SINA MAKASSAR PERIODE
JANUARI 2011-DESEMBER 2012.
Di ambil dari link: http://www.ejournal.stikesnh.ac.id/index.php/jikd/article/download/642/518
LAMPIRAN SOP

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PEMERIKSAAN FISIK

PENGERTIAN Pemeriksaan fisik adalah peninjauan dari ujung rambut sampai

ujung kaki pada setiap system tubuh yang memberikan informasi

objektif tentang klien dan memungkinkan perawat untuk mebuat

penilaian klinis.

TUJUAN - Menjelaskan prinsip umum pengkajian

- Mendemonstrasikan cara pendekatan / anamnese pada klien

- Menyiapkan alat yang diperlukan dalam pemeriksaan fisik

- Mengatur posisi klien saat pemerikasaan fisik

- Menyiapkan lingkungan yang aman dan nyaman

- Mendemonstrasikan teknik-tehnik pemeriksaan fisik

- Melakukan pendokumentasian hasil pemeriksaan

INDIKASI - Klien yang baru masuk ke tempat pelayanan kesehatan untuk di

rawat.

- Secara rutin pada klien yang sedang di rawat.

- Sewaktu-waktu sesuai kebutuhan klien

LANGKAH - LANGKAH 1. Tahap pre interaksi

a. Verifikasi kebenaran data

b. Persiapan alat :
- Tensimeter

- Termometer

- Stetoskop

- Jam tangan

- Lampu kepala

- Lampu senter

- Optalmoskop

- Otoskop

- Tonometri

- Metelin

- Garpu tala

- Spekulum hidung

- Snellen card

- Spatel lidah

- Kaca laring

- Pinset anatomi

- Pinset cirrurgi

- Sarung tangan

- Bengkok

- Timbangan

- Botol 3 buah

- Kertas tissue

- Alat dan buku catatan perawat


2. Tahap orientasi

a. Memberi salam

b. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan

kepada pasien/keluarga

c. Meminta persetujuan pasien untuk dilakukan tindakan

3. Tahap kerja

a. Cuci tangan

b. Pakai masker

c. Pemeriksaan kesadaran Umum : ringan, sedang, berat.

d. Pemeriksaan tingkat Kesadaran : Compos mentis, Apatis,

Samnolen, letergi/ hypersomnia, Delirium, Stupor atau semi

koma, Koma

e. Pemeriksaan Tanda - Tanda Vital

- Mengukur Tekanan Darah

1. Atur posisi klien dengan tidur terlentang

2. Atur tangan dengan posisi supinasi

3. Keataskan lengan baju Pasang manset pada lengan atas, 3 cm

diatas fossa cubitti dan jangan pada lengan yang terpasang

infuse.

4. Memasang manset jangan terlalu ketat maupun longgar tetapi


yang pas melekat pada lengan.

5. Pasang stetokop di bawah manset pas diatas arteri brakialis

untuk memudahkan auskultasi (atau boleh di luar manset)

6. Tentukkan denyut nadi radialis

7. Pompakan balon manset sampai nadi radialis tidak teraba dan

pompakan lagi kira-kira 20 mmHg setelah nadi tidak teraba.

8. Pasang stetoskop pada telinga sambil memegang nadi radialis

turunkan udara dalam manset sampai terdengar bunyi koroktoff

pertama dan pertama kali denyut nadi teraba ingat-ingat angka

pada tensimeter, itu adalah tekanan sisitolik, kemudian turunkan

lagi sampai bunyi tidak terdengar pertama kali itu adalah tekanan

diastolic.

9. Catat hasil pengukuran

- Menghitung denyut nadi per-menit, meraba nadi radial yang

termudah, bila tidak teraba nadi carotis atau apical.

1. Atur posisi klien dengan tidur terlentang

2. Atur posisi tangan sejajar dengan tubuh dan posisi supinasi.

3. Tentukkan posisi arteri radialis yang akan di palpasi

4. Hitung denyut nadi dengan mempalpasi arteri radialis dengan

mencocokkan denyut pertama dengan jarum panjang pada arloji.

5. Catat hasil pengukuran.


- Menghitung frekuensi pernafasan per menit

1. Atur posisi klien dengan tidur terlentang

2. Atur posisi tangan sejajar dengan tubuh dan posisi supinasi.

3. Tentukkan posisi arteri radialis yang akan di palpasi

4. Hitung denyut nadi dengan mempalpasi arteri radialis dengan

mencocokkan denyut pertama dengan jarum panjang pada arloji.

5. Catat hasil pengukuran.

- Pemeriksaan suhu melalui aksila

1. Mengatur posisi klien (duduk)

2. Turunkan suhu pada thermometer sampai angka 35°c

3. Letakkan thermometer pada daerah aksila kemudian suruh

klien menjepit sampai 3-5 menit.

4. Mencatat hasil

5. Bersihkan thermometer

- Pemeriksaan suhu melalui rectal.

1. Atur posisi dengan klien miring kiri

2. Turunkan suhu pada thermometer sampai angka 0°c dan

oleskan vaslin secukupnya

3. Turunkan pakaian klien sampai bagian gluteal dan tetap

menjaga privacy klien.

4. Letakkan telapak tangan pada sisi gluteal klien dan masukkan

thermometer ke dalam rectal, suruh klien menahan sampai 3-5


menit dan usahakan jangan sampai berubah posisi.

5. Setelah selesai angkat thermometer dan baca/catat hasil

6. Bersihkan thermometer

f. Pemeriksaan fisik

- Kepala : Tidak ada gangguan yaitu, normo cephalik, simetris,

tidak ada penonjolan, tidak ada nyeri kepala.

- Mata : Tidak ada gangguan seperti konjungtiva tidak anemis

(karena tidak terjadi perdarahan)

- Wajah : Wajah terlihat menahan sakit, lain-lain tidak ada

perubahan fungsi maupun bentuk. Tak ada lesi, simetris, tak

oedema.

- Mengukur suhu tubuh, pada orang dewasa pada axillar, dan

pada kondisi yang memerlukan tingkat akurasi yang tinggi pada

orang dewasa bisa per-oral atau per-rektal

- Hidung : Tidak ada deformitas, tak ada pernafasan cuping

hidung.

- Mulut : Tak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi

perdarahan, mukosa mulut tidak pucat.

- Telinga : Tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal.

Tidak ada lesi atau nyeri tekan.

- Leher : Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada

penonjolan, reflek menelan ada


- Dada

Inspeksi : Gerakan dada simetris.

Palpasi : Tak ada pergerakan otot intercostae

Perkusi : Suara ketok sonor, tak ada erdup atau suara tambahan

Auskultasi : Suara nafas normal, tak ada wheezing, atau suara

tambahan lainnya seperti stridor dan ronchi.

- Abdomen

Inspeksi : Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia.

Palpasi : Tugor baik, tidak ada defands muskuler, hepar tidak

teraba.

Perkusi : Suara thympani, ada pantulan gelombang cairan.

Auskultasi : Peristaltik usus normal 20 kali/menit.

- Ekstremitas: Simetris, kekuatan otot, beraktivitas

4. Tahap terminasi

a. Lakukan evaluasi Tindakan

b. Kontrak untuk kegiatan selanjutnya

c. Pamitan pada pasien

d. Cuci tangan

e. Catat/dokumentasikan kegiatan
PEMBERIAN OKSIGEN MELALUI NASAL KANULA

PENGERTIAN Nasal kanul adalah selang bantu pernafasan yang di letakan pada
lubang hidung.
TUJUAN Untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan mencegah terjadinya
hipoksia
INDIKASI Untuk terapi oksigen dengan kebutuhan oksigen rendah hingga
sedang, laju 1-4 L/menit tanpa sistem humidifikasi dan 1-10
L/menit dengan sistem humidifikasi. Pasien perlu menggunakan
metode terapi oksigen yang berbeda jika kebutuhan oksigen
melebihi batas maksimal tersebut
LANGKAH - LANGKAH 1. Tahap Preinteraksi
1. Mengidentifikasi status pasien
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat-alat yang terdiri dari :
- Oksigen set (humidifier, flowmeter, tabung
oksigen)
- Binasal (kanula hidung)
- Kassa steril
- Aquades
- Handscoen steril
- Nierbeken
- Cottonbath
- plester
2. Tahap orientasi
a. Membina hubungan saling percaya
b. Memberi salam, memperkenalkan diri
3. Tahap kerja
1. Persiapan lingkungan
2. Persiapan pasien
- Mengatur posisi pasien semi fowler
3. Alat didekatkan pada pasien
4. Membersihkan hidung menggunakan cottonbath
dan cairan NaCl
5. Mengisi humidifier dengan aquades
6. Menghubungkan humidifier ke binasal (nasal
kanula)P
7. Membuka flowmeter
8. Cek aliran oksigen
9. Memasang binasal kanul (nasal kanula) dengan
cara memasukkan cabang-cabang ke dalam
lubang hidung
10. Melakukan fiksasi
11. Mengatur aliran oksigen sesuai kecepatan yang
telah ditentukkan
12. Perintahkan pasien bernafas lewat hidung
13. Merapikan alat dan membereskannya
4. Tahap terminasi :
1. Mengecek dan menghitung frekuensi pernapasan
pasien
2. Mengecek keadaan pasien
3. Dokumentasi tindakan
4. Melepaskan handscoen
5. Cuci tangan
SOP MENGATUR POSISI PASIEN

PENGERTIAN Posturing / mengatur dan merubah posisi adalah mengatur pasien


dalam posisi yang baik dan mengubah secara teratur dan sistematik.
Hal ini merupakan salah satu aspek keperawatan yang penting. Posisi
tubuh apapun baik atau tidak akan mengganggu apabila dilakukan
dalam waktu yang lama.
TUJUAN - Mencegah nyeri otot
- Mengurangi tekanan
- Mencegah kerusakan syaraf dan pembuluh darah
superficial
- Mencegah kontraktur otot
- Mempertahankan tonus otot dan reflek
- Memudahkan suatu tindakan baik medic maupun
keperawatan

INDIKASI - Untuk pasien agar tidak merasakan nyerimoto


- Untuk megurangi tekanan
- Untuk mempermudah melakukan tindakan medis
LANGKAH - LANGKAH A. Tahap Pra-interaksi
1. Cek catatan medis pasien
2. Persiapan Alat :
1) Tempat tidur
2) Bantal
3) Gulungan handuk
4) Bantalan kaki
5) Handscoon (jika diperlukan)
6) Sarung tangan bersih
7) Troli
8) Bantal kecil
9) Tempat tidur khusus
10) Dua balok penopang kaki tempat tidur
11) Selimut
12) Kain penutup
13) Penyangga kaki
B. Tahap Orientasi :
1. Berikan salam, panggil pasien dengan namanya
2. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan
3. Beri kesempatan kepada keluarga dan klien untuk
bertanya
C. Tahap Kerja :
1) Menjaga privacy pasien
2) Dekatkan alat-alat kedekat pasien
3) Persiapan lingkungan
4) Tutup gorden / pasang sampiran.
5) Cuci tangan
6) Gunakan handscoon

 Prosedur pelaksanaan :
1. Posisi Supinasi :
1) Baringkan klien terlentang mendatar di tengah
tempat tidur.
2) Letakkan bantal di bawah kepala dan bahu klien.
3) Letakkan bantal kecil di bawah punggung pada
kurva lumbar, jika terdapat celah disana.
4) Letakkan bantal di bawah kaki, mulai dari lutut
sampai tumit.
5) Topang telapak kaki klien dengan menggunakan
bantalan kaki
2. Posisi Lateral :
1) Baringkan klien terlentang mendatar ditengah
tempat tidur
2) Gulungkan hingga posisi miring
3) Letakkan bantal dibawah kepala dan leher klien
4) Fleksikan bahu dibawah paha dan posisikan ke
depan sehingga tubuhtidak menopang bahu
tersebut
5) Letakkan bantal dibawah lengan atas
6) Letakkan bantal dibawah paha dan kaki atas
sehingga ekstermitas bertumpu sacara paraler
dengan permukaan tempat tidur
7) Lepaskan bantal guling dibelakang punggung
klien untuk menstabilkan posisi
3. Posisi Dorsal Recumbent
1) Pasang bantal di bawah kepala pasien
2) Bantu pasien menekuk lutut dan melebarkan
kedua kaki
3) Kedua telapak kaki tetap menapak pada tempat
tidur Kedua tangan pasien diletakkan kearah
kepala
4. Posisi Trendelenburg
1) Perawat mengangkat bagian kaki tempat tidur,
perawat lain memberi balok di bagian kaki
tempat tidur
2) Pada tempat tidur khusus atur posisi pasien
dengan
meninggikan bagian kaki pasien
5. Posisi Sims
1) Baringkan klien terlentang mendatar ditengah
tempat tidur
2) Gulingkan pasien hingga posisi miring yang
sebagian pada abdomen
3) Tempatkan bantal di bawah kepala pasien
4) Tempatkan bantal dibawah lengan atas yang
difleksikan yang menyokong lengan setinggi
bahu. Sokong lengan lain diatas tempat tidur
5) Tempatkan bantal dibawah tungkai atas yang
difleksikan yang menyokong tungkai setinggi
pinggul
6) Letakkan alat penopang dibawah telapak kaki
pasien
6. Posisi Lithotomi
1) Pasien dalam keadaan berbaring / terlentang.
2) Angkat kedua paha dan tarik ke atas abdomen.

3) Tungkai bawah membentuk sudut 90˚ terhadap


paha.
4) Letakkan bagian lutut / kaki pada penyangga
kaki di tempat tidur khusus untuk posisi
lithotomi.
5) Pasang selimut.
7. Posisi Pronasi (telungkup)
1) Membantu pasien duduk.
2) Menyusun bantal / memasang registin (sandaran)
dengan sudut semi fowler 15-45˚.
3) Pada tempat tidur khusus atur posisi dengan
meninggikan bagian kepala pasien
4) Menaikkan posisipasien.
5) Perawat berdiri di sebelah kanan menghadap
pasien.
6) Menganjurkan pasien untuk menopang badan
dengan kedua lengan.
7) Tangan kanan perawat membantu di bawah
ketiak dan tangan kiri di belakang punggung
pasien.
8) Menganjurkan pasien untuk mendorong
kepalanya kebelakang.
Bila pasien tidak dapat membantu :
1) Dua perawat berdiri di kedua sisi tempat tidur.
2) Masing-masing perawat merentangkan satu
tangan di bawah bahu dan satu tangan di bawah
pangkal pah, saling berpegangan.
3) Letakkan bantal kecil di bawah kepala klien.
4) Tempatkan bantal tipis di punggung bawah pada
kurva lumbal bila dada celah.
5) Tempatkan bantal tipis di bawah paha.
6) Tempatkan bantal kecil di bawah pergelangan
kaki.
7) Topang telapak kaki klien dengan menggunakan
penyangga kaki / bantalan kaki.
8. Posisi Genu pektoral
1) Minta pasien untuk mengambil posisi
menungging dengan
kedua kaki ditekuk dan dada menempel pada
matras tempat tidur.
2) Pasang selimut untuk menutupi daerah perineal
pasien.
9. Posisi Orthopnea
1) Letakkan gulungan handuk di samping masing-
masing paha.
2) Topang telapak kaki klien dengan menggunakan
bantalan kaki
3) Tempatkan bantal tipis di punggung bawah
4) Tempatkan bantal kecil atau gulungan handuk di
bawah paha.
5) Tempatkan bantal kecil atau gulungan handuk di
bawah pergelangan kaki.
6) Tempatkan papan kaki di dasar kaki pasien.
7) Turunkan tempat tidur
8) Observasi posisi kesejajaran tubuh, tingkat
kenyamanan dan titik potensi tekanan.
10. Posisi Fowler
1) Tinggikan kepala tempat tidur 45-60˚.
2) Topangkan kepala di atas tempat tidur atau
bantal kecil.
3) Gunakan bantal untuk menyokong lengan dan
tangan bila pasien tidak dapat mengontrolnya
secara sadar/tidak dapat menggunakan tangan
dan lengan.
4) Tempatkan bantal tipis di punggung bawah
5) Tempatkan bantal kecil atau gulungan handuk di
bawah paha.
6) Tempatkan bantal kecil atau gulungan handuk di
bawah pergelangan kaki.
7) Tempatkan papan kaki di dasar kaki pasien.
8) Turunkan tempat tidur.
4) Observasi posisi kesejajaran tubuh, tingkat
kenyamanan dan titik potensi tekanan
11. Posisi Semi Flower
1) Mengangkat kepala dari tempat tidur ke permukaan
yang tepat ( 45-90 derajat)
2) Gunakan bantal untuk menyokong lengan dan
kepala klien jika tubuh bagian atas klien lumpuh
3) Letakan bantal di bawah kepala klien sesuai dengan
keinginan klien, menaikan lutut dari tempat tidur
yang rendah menghindari adanya teknan di bawah
jarak poplital ( di bawah lutut )

Maaf bu baru menjawabnya soalnya di kmpng sya mati lampu dari siang dan jaringnnya juga
mati.

1. Kebutuhan dasar yang di butuhkan pasien GGK ada Pola Elimasi karnena pasien mangalami
penurunan produksi urin. Dan Pola aktivitas dan latihan pasien mngalami kelelahn yang berlebih
dan tidak dapan melakukan aktivitas dengan mandiri.

2.Diagnosa Utama: Pola Napas Tidak Efektif

Intervesinya:

- Monitor tanda-tanda vital : Melakukan pemerikasaan TTV dengan hasil

TD: 120/80

N : 81 x/menit

R : 14 x/menit

S : 36,90C

- Monitor pola napas (Mis. Frekuensi, kedalaman, usahanapas): Untuk mengidentifikasi


terjadinya hipoksia melalui tanda peningkatan frekuensi, kedalaman dan usaha napas

- Posisikan semi flower atau flower: memposisikan pasien dengn pasisi Meni Flower agar
damat meningkatkan ekspansi paru optimal

- Batasi kunjunagan: pasien dapat lebi bnayk istirahat dan meningkatnya O2

- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian O2: Pemberian Nasal Kanula 2L

Anda mungkin juga menyukai