OLEH :
A. KONSEP MADIS
1. Anatomi
Ginjal merupakan organ berwarna coklat kemerahan seperti kacang merah yang terletak
tinggi pada dinding posterior abdomen, berjumlah sebanyak dua buah dimana masing-
masing terletak dikanan dan kiri dan terletak pada dinding abdomen. Ginjal kanan
terletak sedikit lebih rendah dari pada ginjal kiri karena besarnya lobus hati kanan.
Pada struktur luar ginjal didapati kapsul fibrosa yang keras dan berfungsi untuk
melindungi struktur bagian dalam yang rapuh Masing-masing ginjal terdiri dari 1–4 juta
nefron yang merupakan satuan fungsional ginjal. Ginjal diperdarahi oleh arteri renalis
yang letaknya setinggi diskus intervertebralis vertebra lumbal satu dan vertebra lumbal
dua. Arteri renalis memasuki ginjal melalui hilum dan kemudian bercabang membentuk
arteri interlobaris, arteri arkuata,arteri interlobularis dan arteriol aferen yang menuju ke
kapiler glomeluru.
2. Fisiologi Ginjal
Ginjal memiliki berbagai fungsi antara lain, ekskresi produk sisa metabolisme dan bahan
kimia asing, pengaturan keseimbangan air dan elektrolit, pengaturan osmolaritas cairan
tubuh, pengaturan keseimbangan asam dan basa, sekresi dan ekskresi hormon dan
gluconeogenesis. Price & Wilson pada tahun 2006 menjelaskan fungsi utama ginjal
sebagai fungsi ekskresi dan non ekskresi. Fungsi ekskresinya antara lain untuk
mempertahankan osmolaritas plasma sekitar 285 mili Osmol dengan mengubah ekskresi
air, mempertahankan volume ECF (Extra Cellular Fluid) dan tekanan darah dengan
elektrolit individu dalam rentang normal. Fungsi ekskresi ginjal juga meliputi ekskresi
produk akhir nitrogen dari metabolisme protein (terutama urea, asam urat dan kreatinin)
dan sebagai jalur ekskretori untuk sebagian besar obat. Fungsi ekskresi ginjal juga
meliputi ekskresi produk akhir nitrogen dari metabolisme protein (terutama urea, asam
urat dan kreatinin) dan sebagai jalur ekskretori untuk sebagian besar obat.
3. Definisi
Gagal ginjal merupakan suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi
ginjal yang ireversibel pada suatu derajat dimana memerlukan terapi pengganti ginjal
4. Etiologi
Ada banyak sekali penyebab dari gagal ginjal dan salah satunya yaitu:
a. Hipertensi
dengan atau lebih tinggi dari 160 mmHg dan tekanan diastolik sama dengan atau
lebih tinggi dari 90 mmHg secara konsisten dalam beberapa waktu. Menurut JNC-7
hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu kondisi ketika tekanan darah
meningkat 140/90 mmHg atau lebih (WHO).Tekanan darah tinggi (hipertensi) yang
berlangsung lama dapat merusak pembuluh darah. Hal ini dapat mengurangi suplai
darah ke organ-organ penting seperti ginjal. Hipertensi juga merusak unit penyaring
kecil di ginjal. Hasilnya, ginjal dapat berhenti membuang limbah dan cairan ekstra
dari darah. Hipertensi juga merupakan komplikasi dari penyakit ginjal kronik. Ginjal
yang merupakan organ penting dalam mengatur tekanan darah dalam batas normal,
jika ginjal mengalami kerusakan maka kemampuan untuk menjaga tekanan darah
b. Gaya Hidup
Gaya hidup atau yang sering di sebut lifestyals merupakan bagian dari kebutuhan
skunder manusia yang berubah tergantung zaman atau keinginan seorang untuk
mengubah gaya hidupnya (Wikipedia). Gaya hidup juga diartikan sebagai kebiasaan
tidak penting, hal ini sering dianggap sebagai gaya hidup yang tidak baik. Salah satu
contoh gaya hidup yang tidak baik adalah minum alcohol, perokok, begadang, makan
makanan junkfood yang dapat merusak organ organ vital, salah satunya adanya
gangguan ginjal.
Sakit kepala
Sesak
6. Patofisiologi
Proses terjadinya penyakit ginjal kronik pada awalnya tergantung pada penyakit yang
mendasarinya, tapi dalam proses perkembangannya yang terjadi kurang lebih sama. Dua
adaptasi penting dilakukan oleh ginjal untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan
nefron yang masih bertahan (surviving nephrons) sebagai upaya kompensasi ginjal untuk
melaksanakan seluruh beban kerja ginjal, yang diperantarai oleh molekul vasoaktif
seperti sitokinin dan growth factors. Hal ini menyebabkan peningkatan kecepatan filtrasi,
yang disertai oleh peningkatan tekanan kapiler dan aliran darah glomerulus. Mekanisme
adaptasi ini cukup berhasil untuk mempertahankan keseimbangan elektrolit dan cairan
tubuh, hingga ginjal dalam tingkat fungsi yang sangat rendah. Glomerulus yang masih
sehat pada akhirnya harus menanggung beban kerja yang terlalu berlebihan. Keadaan ini
dapat mengakibatkan terjadinya sklerosis, menjadi kaku dan nekrosis. Zat – zat toksis
menumpuk dan perubahan yang potensial menyebabkan kematian terjadi pada semua
7. Klasivikasi
Berdasarkan perjalanan klinis, gagal ginjal dapat dibagi menjadi 3 stadium yaitu :
Selama stadium ini kreatinin serum dan kadar BUN normal, dan penderita
Pada stadium ini dimana lebih dari 75 % jaringan yang berfungsi telah rusak. LFG
besarnya 25 % dari normal. Kadar BUN dan kreatinin serum mulai meningkat dari
normal. Gejala-gejala nokturia atau sering berkemih di malam hari sampai 700 ml
Sekitar 90 % dari massa nefron telah hancur atau rusak, atau hanya sekitar 200.000
nefron saja yang masih utuh. Nilai LFG hanya 10% dari keadaan normal. Kreatinin
serum dan BUN akan meningkat dengan mencolok. Gejala-gejala yang timbul karena
ginjal tidak sanggup lagi mempertahankan homeostasis cairan dan elektrolit dalam
8. Pemeriksaan Penunjang
hipertrigliserida,LDL meningkat
9. Penatalaksanaan Umum
Pada penurunan cadangan ginjal dan insufisiensi ginjal, tujuan penatalaksanaan adalah
memperlambak kerusakan nefron lebih lanjut, terutama dengan retriksi protein dan obat-
obat anti hipertensi. Pada gagal ginjal terapi di tunjukan untuk mengoreksi
ketidaksimbangan cairan dan elektrolit. Pada penderita gagal ginjal tahap akhir, terapy
berupa dalysis atau transplantasi ginjal. Pada semua stadium pencegahan infeksi perlu
selama mungkin.
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses keperawatan, untuk itu
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai, status
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa nyeri. Nyeri tersebut
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari fraktur, yang
nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan terhadap pasien. Ini bisa
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab fraktur dan memberi petunjuk
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit tulang merupakan salah satu
terjadi pada beberapa keturunan, dan kanker tulang yang cenderung diturunkan secara
genetik
Pada kasus fraktur akan timbul ketidakutan akan terjadinya kecacatan pada dirinya
tulangnya. Selain itu, pengkajian juga meliputi kebiasaan hidup klien seperti
seperti kalsium, zat besi, protein, vit. C dan lainnya untuk membantu proses
penyembuhan tulang. Evaluasi terhadap pola nutrisi klien bisa membantu menentukan
tidak adekuat terutama kalsium atau protein dan terpapar sinar matahari yang kurang
merupakan faktor predisposisi masalah muskuloskeletal terutama pada lansia. Selain
3) Pola Eliminasi
Pada pola eliminasi urin dikaji frekuensi, kepekatannya, warna, bau, dan jumlah.
Pada kedua pola ini juga dikaji ada kesulitan atau tidak.
Semua klien fraktur timbul rasa nyeri, keterbatasan gerak, sehingga hal ini dapat
mengganggu pola dan kebutuhan tidur klien. Selain itu juga, pengkajian
Karena timbulnya nyeri, keterbatasan gerak, maka semua bentuk kegiatan klien
menjadi berkurang dan kebutuhan klien perlu banyak dibantu oleh orang lain. Hal
lain yang perlu dikaji adalah bentuk aktivitas klien terutama pekerjaan klien.
Pada klien fraktur daya rabanya berkurang terutama pada bagian distal fraktur,
sedang pada indera yang lain tidak timbul gangguan. begitu juga pada kognitifnya
Dampak yang timbul pada klien fraktur yaitu timbul ketidakutan akan kecacatan
image).
Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam masyarakat. Karena klien
Dampak pada klien fraktur yaitu, klien tidak bisa melakukan hubungan seksual
karena harus menjalani rawat inap dan keterbatasan gerak serta rasa nyeri yang
dialami klien. Selain itu juga, perlu dikaji status perkawinannya termasuk jumlah
Untuk klien fraktur tidak dapat melaksanakan kebutuhan beribadah dengan baik
terutama frekuensi dan konsentrasi. Hal ini bisa disebabkan karena nyeri dan
Pada klien fraktur timbul rasa cemas tentang keadaan dirinya, yaitu ketidakutan
timbul kecacatan pada diri dan fungsi tubuhnya. Mekanisme koping yang
d. Pemeriksaan Fisik
mendapatkan gambaran umum dan pemeriksaan setempat (lokalis). Hal ini perlu
untuk dapat melaksanakan total care karena ada kecenderungan dimana spesialisasi
- Tekanan darah
- Denyut nadi
- Suhu tubuh
- Pernapasan
4) Pemeriksaan fisik
- Kepala : Tidak ada gangguan yaitu, normo cephalik, simetris, tidak ada penonjolan, tidak ada
nyeri kepala.
- Mata : Tidak ada gangguan seperti konjungtiva tidak anemis (karena tidak terjadi perdarahan)
- Wajah : Wajah terlihat menahan sakit, lain-lain tidak ada perubahan fungsi
- Mulut : Tak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan, mukosa mulut tidak pucat.
- Telinga : Tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. Tidak ada lesi atau nyeri tekan.
- Leher : Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada penonjolan, reflek menelan ada.
- Dada
Perkusi : Suara ketok sonor, tak ada erdup atau suara tambahan
Auskultasi : Suara nafas normal, tak ada wheezing, atau suara tambahan lainnya seperti stridor
dan ronchi.
- Abdomen
Palpasi : Tugor baik, tidak ada defands muskuler, hepar tidak teraba.
e. Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan Radiologi
2) Pemeriksaan Laboratorium
2. Diagnosis Keperawatan Diagnosis Keperawatan adalah suatu penilaian klinis mengenai respon
klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung
aktual maupun potensial. Proses penegakan diagnosis keperawatan diuraikan sebagai berikut :
1) Analisis Data, tahap pertama proses penegakan diagnosis keperawatan analisis data yang
kebutuhan dasar.
mengidentifikasi masalah, mana masalah yang aktual, resiko dan /atau promosi kesehatan. 3)
Perumusan Diagnosis Keperawatan, Formulasi diagnosis keperawatan penulisan 3 bagian adalah
sebagai berikut:
Diagnosis Resiko : Masalah dibuktikan dengan Faktor Resiko - Diagnosis Promosi Kesehatan :
3. Rencana Keperawatan Rencana perawatan terorganisasi sehingga setiap perawat dapat dengan
cepat mengidentifikasi tindakan perawatan yang diberikan. Rencana asuhan keperawatan tertulis
mengatur pertukaran informasi oleh perawat dalam laporan pertukaran dinas. Rencana perawatan
tertulis juga mencakup kebutuhan klien jangka panjang. Langkah – langkah rencana
keperawatan:
1) Memprioritaskan masalah
4. Implementasi Keperawatan Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan
yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai dimulai setelah rencana tindakan disusun dan
ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Adapun
1) Persiapan, tahap awal tindakan keperawatan ini menuntut perawat untuk mengevaluasi yang
3) Dokumentasi, pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan yang lengkap
5. Evaluasi
C. PATHWAY
Zat toksik vaskular infeksi
GFR turun
GGK
Sistem kardiovaskuler
Sistem hematologi Penurunan produksi
peroduksi eritropoetin
produksi eritropoetin urin
Intoleransi aktivitas
Study Kasus:
Seorang laki-laki usia 55 tahun, mengeluh sesak napas. Sejak 1 hari yang lalu semenjak masuk RS pasien
mengeluh batuk berdahak, putih kental, jantung berdebar, pasien juga mengeluh lemah dan mudah
lelah bila beraktivitas.. Pasienmengatakan susah BAK, Nyeri pada panggul, kaki. Pasien tampak gelisah,
susah tidur dan tidur hanya4-5 jam/hari. Kulit pucat, tidak selera makan, demam, kulit gatal, mual, sakit
kepala, mata tampak sayu, cemas, mual danmuntah . Hasil pemeriksaan fisik didapatkan TD:
160/90mmHg, Nadi 68x/menit, Respirasi 28x/menit, urine output 1350 ml, terpasang kateter, kulit
kering, edema positif,ballance cairan +800 cc. Hasil pemeriksaan lab; hematologi ureum 187 mg/dl,
creatinin 7,71 mg/dl.BJU < 1,015. Tinggi Badan: 159 cm. Dari hasil riwayat kesehatan pasien sebelumnya,
diketahui pasienmenderita hipertensi sejak 10 tahun yang lalu dan DM. Klien juga pernah
mengalamiglomerulonefritis 3 tahun yang lalu. Gula darah paling tinggi 400 mg/dl.
1. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. R
Tempat tanggal lahir : Manado, 11 Januari 1985
Usia : 55 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Kristen Protestan
Suku / bangsa : Minahasa/ Indonesia
Bahasa yang digunakan : Indonesia
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Guru
Diagnosa medik : Gagal ginjal akut
No. medical record :
Tanggal masuk : 13 April 2019
2. Penanggung jawab
Nama : Ny. S
Usia : 48 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Wiraswasta
Hubungan dengan klien : Istri
2. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama :
Terjadinya penurunan produksi kemih
5. Genogram
Keterangan
: Perempuan : Maninggal
: Laki-laki : Pasien
3. AKTIVITAS SEHARI-HARI
1. Pola Persepsi dan Manajamen Kesehatan
Pasien tau tentang penyakit yang dialaminya dan mau masuk rumah sakit
3. Pola Eliminasi
Sebelum sakit :BAB lancer frekuensi 2x sehari dan BAK 6-7x sehari
Saat sakit :BAB frekuensi 1x sehari dan BAK 3-4x sehari
4. Pola Aktivitas
Sebelum sakit :pasien beraktivitas biasa berkebun dan berolaraga dilakukan tampa
bantuan
Saat sakit :pasien tidak bisa beraktivitas hanya bisa di tempat tidur dan dibantu orang
lain
8. Pola Peran-Hubungan
Pasien tergangu karena sakit
4. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan umum klien
1. Tingkat kesadaran : Kompos mentis
B. Tanda-tanda vital
1. Suhu :37,1’C
2. Nadi :68 x/menit
3. Resoirasi :28 x/menit
4. Tekanan darah :160/90 mmHg
3. Pemeriksaan Fisik (Head to toe)
1. Kepala
Inspeksi :Rambut hitam, tidak mudah rontok, bentuk kepala lonjong
Palpasi :Tidak ada nyeri tekan
Perkusi :-
Auskultasi :-
2. Mata
Inspeksi :konjungtiva anemis eficit penurunan penglihatan skor 1
Palpasi :Tidak ada nyeri tekan
3. Hidung
Inspeksi :sinistra tidak ada efici
Palpasi :Tidak ada nyeri tekan
4. Gigi dan Mulut
Inspeksi :kering,bibir tidak pucat
Palpasi :-
5. Leher
Inspeksi :Tidak ada pembesaran tiroid
Palpasi :Tidak ada nyeri tekan
6. Dada
Inspeksi :Pergerakan kiri dan kanan sinistra tidak ada benjolan
Palpasi :Tidak ada nyeri tekan
Perkusi :Sonor
Auskultasi :Tidak ada suara napas tambahan
7. Abdomen
Inspeksi :Tidak ada luka
Palpasi :Tidak ada nyeri tekan
Perkusi :perut tidak kembung
Auskultasi :bising usus 11x/menit
8. Genetalia :Kebersihan pasien tidak dikaji pasien berjenis kelamin laki-laki dan tidak
memiliki penyakit menular
9. Ekstremitas : -Atas : kedua tangan sinistra kiri dan kanan,terpasang infus di tangan
kanan tidak ada luka dan nyeri.
- Bawah :kedua kaki sinistra kiri dan kanan tidak ada luka dan nyeri
5. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Analisa Data
Peningkatan kebutuhan
metabolism
- Diagnosa Keperawatan:
1). Pola napas tidak efektif b/d hambatan upaya napas d/d pasien megeluh sulit untuk
bernapas dan terasa berat pada saat menarik napas yang membuat pasien menggunakan
alat bantu napas.
2). Resiko eficit nutrisi b/d Peningkatan kebutuhan metabolism d/d pasien mengeluh
karena sering merasakan mual.
3). Intoleransi aktifitas b/d kelemahan d/d Pasien mengatakan kurang mampu melakukan
aktivitas karena marasa lemah .
Keterangan :
b/d = berhubungna dengan
d/d = dihubungkan dengan
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
1. D.0005 L.01004 I.14509
Pola Napas Tidak Efektif Setelah dilakukan Manajemen Jalan Napas
berhubungan dengan intervensi keperawatan 1. Monitor tanda-tanda vital
hambatan upaya napas selama 3 hari, maka Pola 2. Monitor pola napas (Mis.
dihubungkan dengan Napas membaik, dengan Frekuensi, kedalaman,
pasien megeluh sulit kriteria hasil : usahanapas)
untuk bernapas dan terasa 1. Ventilasi semenit: 3. Posisikan semi flower atau
berat pada saat menarik 4 flower
napas yang membuat 2. Dyspnea: 5 4. Batasi kunjunagan
pasien menggunakan alat 3. Penggunaan otot 5. Kolaborasi dengan dokter
bantu napas. bantu napas: 4 untuk pemberian O2
4. Frekuensi napas: 5
5. Kedalaman
napas:4
2. D.0032 L.03030 I.14509
Resiko Dificit Nutrisi Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi
berhubungan dengan intervensi keperawatan 1. Identivikasi status nutrisi
Peningkatan kebutuhan selama 3 hari, maka Status 2. Identivikasi alergi dan
metabolism dihubungkan Nutrisi membaik, dengan intoleransi makan
dengan pasien mengeluh kriteria hasil : 3. Identivikasi makan yang di
karena sering merasakan 1. Porsi makan yang sukai
mual. di habiskan: 4 4. Lakukan oral hygiene sebelum
2. Pengetahuan akan makan
standar asupan 5. Kolaborasi pemberian
yang tepat: 4 medikasi sebelum makan
3. Berat badan:5 ( Mis. Perea nyeri, antiemetic)
NO INTERVENSI RASIONAL
.
1. Monitor tanda-tanda vital Mengetahui intervensi selanjutnya
Sediakan lingkuangan yang nyaman dan Kurangnya kunjuangan dapat menghemat energy
dan dapat istirahat dengan baik
rendah stimukus (Mis. Cahya, suara dan
kunjungan)
Melati bagian tubuh pasien agar supaya dapapt
Lakukan latihan rentang gerak pasif kembali menjadi normal
dan/atau tidak
Makanan yang sesuai dapat membuat energy yang
Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara cukup untuk melakukan aktivitas
maningkatkan asupan makanan
Usaha napas: 4
P: lanjutkan intervensi
Lakukan latihan rentang gerak pasif
dan/atau tidak
Hasil: Pasien sudah dapat duduk di
pingiran tempat tidur
KESIMPULAN
Ginjal adalah organ tubuh yang berfungsi untuk mengeluarkan urin, sisa hasil metabolism
tubuh adalam bentuk cairan. Ginjal terletak pada dinding bagian luar rongga perut, rongga
terbesar dalam tubuh manusia, tepatnya di sebelah kanan dan kiri tulang belakang . Fungsi ginjal
adalah mengatur keseimbangan air, konsentrasi garam dalam darah, keseimbangan asam-basa
darah, serta ekskresi bahan buangan dan kelebihan garam . Sedangkan Gagal Ginjal Kronik
(GGK) merupakan gangguan fungsi ginjal yang progresif dan tidak dapat pulih kembali, dimana
tubuh tidak mampu memelihara metabolisme dan gagal memelihara keseimbangan cairan dan
elektrolit yang berakibat pada peningkatan ureum. Gagal ginjal kronik (GGK) sebagai suatu
proses patofisiologi yang menyebabkan kerusakan struktural dan fungsional ginjal ini masih
- Manajemen Nutrisi
- Manajemen Energi
DAFTAR PUSTAKA
Academia, Asuhan keparawatan pada pasien gagal ginjal kronik sebagian dia ambel dari:
https://www.academia.edu/11541790/Asuhan_Keperawatan_Pada_Pasien_Gagal_Ginjal
Jurnal
Asriani, Burhanuddin Bahar, Erna Kadrianti. (2014) HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN
KEJADIAN GAGAL GINJAL DI RUMAH SAKIT IBNU SINA MAKASSAR PERIODE
JANUARI 2011-DESEMBER 2012.
Di ambil dari link: http://www.ejournal.stikesnh.ac.id/index.php/jikd/article/download/642/518
LAMPIRAN SOP
PEMERIKSAAN FISIK
penilaian klinis.
rawat.
b. Persiapan alat :
- Tensimeter
- Termometer
- Stetoskop
- Jam tangan
- Lampu kepala
- Lampu senter
- Optalmoskop
- Otoskop
- Tonometri
- Metelin
- Garpu tala
- Spekulum hidung
- Snellen card
- Spatel lidah
- Kaca laring
- Pinset anatomi
- Pinset cirrurgi
- Sarung tangan
- Bengkok
- Timbangan
- Botol 3 buah
- Kertas tissue
a. Memberi salam
kepada pasien/keluarga
3. Tahap kerja
a. Cuci tangan
b. Pakai masker
koma, Koma
infuse.
lagi sampai bunyi tidak terdengar pertama kali itu adalah tekanan
diastolic.
4. Mencatat hasil
5. Bersihkan thermometer
6. Bersihkan thermometer
f. Pemeriksaan fisik
oedema.
hidung.
Perkusi : Suara ketok sonor, tak ada erdup atau suara tambahan
- Abdomen
teraba.
4. Tahap terminasi
d. Cuci tangan
e. Catat/dokumentasikan kegiatan
PEMBERIAN OKSIGEN MELALUI NASAL KANULA
PENGERTIAN Nasal kanul adalah selang bantu pernafasan yang di letakan pada
lubang hidung.
TUJUAN Untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan mencegah terjadinya
hipoksia
INDIKASI Untuk terapi oksigen dengan kebutuhan oksigen rendah hingga
sedang, laju 1-4 L/menit tanpa sistem humidifikasi dan 1-10
L/menit dengan sistem humidifikasi. Pasien perlu menggunakan
metode terapi oksigen yang berbeda jika kebutuhan oksigen
melebihi batas maksimal tersebut
LANGKAH - LANGKAH 1. Tahap Preinteraksi
1. Mengidentifikasi status pasien
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat-alat yang terdiri dari :
- Oksigen set (humidifier, flowmeter, tabung
oksigen)
- Binasal (kanula hidung)
- Kassa steril
- Aquades
- Handscoen steril
- Nierbeken
- Cottonbath
- plester
2. Tahap orientasi
a. Membina hubungan saling percaya
b. Memberi salam, memperkenalkan diri
3. Tahap kerja
1. Persiapan lingkungan
2. Persiapan pasien
- Mengatur posisi pasien semi fowler
3. Alat didekatkan pada pasien
4. Membersihkan hidung menggunakan cottonbath
dan cairan NaCl
5. Mengisi humidifier dengan aquades
6. Menghubungkan humidifier ke binasal (nasal
kanula)P
7. Membuka flowmeter
8. Cek aliran oksigen
9. Memasang binasal kanul (nasal kanula) dengan
cara memasukkan cabang-cabang ke dalam
lubang hidung
10. Melakukan fiksasi
11. Mengatur aliran oksigen sesuai kecepatan yang
telah ditentukkan
12. Perintahkan pasien bernafas lewat hidung
13. Merapikan alat dan membereskannya
4. Tahap terminasi :
1. Mengecek dan menghitung frekuensi pernapasan
pasien
2. Mengecek keadaan pasien
3. Dokumentasi tindakan
4. Melepaskan handscoen
5. Cuci tangan
SOP MENGATUR POSISI PASIEN
Prosedur pelaksanaan :
1. Posisi Supinasi :
1) Baringkan klien terlentang mendatar di tengah
tempat tidur.
2) Letakkan bantal di bawah kepala dan bahu klien.
3) Letakkan bantal kecil di bawah punggung pada
kurva lumbar, jika terdapat celah disana.
4) Letakkan bantal di bawah kaki, mulai dari lutut
sampai tumit.
5) Topang telapak kaki klien dengan menggunakan
bantalan kaki
2. Posisi Lateral :
1) Baringkan klien terlentang mendatar ditengah
tempat tidur
2) Gulungkan hingga posisi miring
3) Letakkan bantal dibawah kepala dan leher klien
4) Fleksikan bahu dibawah paha dan posisikan ke
depan sehingga tubuhtidak menopang bahu
tersebut
5) Letakkan bantal dibawah lengan atas
6) Letakkan bantal dibawah paha dan kaki atas
sehingga ekstermitas bertumpu sacara paraler
dengan permukaan tempat tidur
7) Lepaskan bantal guling dibelakang punggung
klien untuk menstabilkan posisi
3. Posisi Dorsal Recumbent
1) Pasang bantal di bawah kepala pasien
2) Bantu pasien menekuk lutut dan melebarkan
kedua kaki
3) Kedua telapak kaki tetap menapak pada tempat
tidur Kedua tangan pasien diletakkan kearah
kepala
4. Posisi Trendelenburg
1) Perawat mengangkat bagian kaki tempat tidur,
perawat lain memberi balok di bagian kaki
tempat tidur
2) Pada tempat tidur khusus atur posisi pasien
dengan
meninggikan bagian kaki pasien
5. Posisi Sims
1) Baringkan klien terlentang mendatar ditengah
tempat tidur
2) Gulingkan pasien hingga posisi miring yang
sebagian pada abdomen
3) Tempatkan bantal di bawah kepala pasien
4) Tempatkan bantal dibawah lengan atas yang
difleksikan yang menyokong lengan setinggi
bahu. Sokong lengan lain diatas tempat tidur
5) Tempatkan bantal dibawah tungkai atas yang
difleksikan yang menyokong tungkai setinggi
pinggul
6) Letakkan alat penopang dibawah telapak kaki
pasien
6. Posisi Lithotomi
1) Pasien dalam keadaan berbaring / terlentang.
2) Angkat kedua paha dan tarik ke atas abdomen.
Maaf bu baru menjawabnya soalnya di kmpng sya mati lampu dari siang dan jaringnnya juga
mati.
1. Kebutuhan dasar yang di butuhkan pasien GGK ada Pola Elimasi karnena pasien mangalami
penurunan produksi urin. Dan Pola aktivitas dan latihan pasien mngalami kelelahn yang berlebih
dan tidak dapan melakukan aktivitas dengan mandiri.
Intervesinya:
TD: 120/80
N : 81 x/menit
R : 14 x/menit
S : 36,90C
- Posisikan semi flower atau flower: memposisikan pasien dengn pasisi Meni Flower agar
damat meningkatkan ekspansi paru optimal