Disusun Oleh :
Isyeu Sintia
BANDUNG
2021
LAPORAN PENDAHULUAN CKD
3. Etiologi
Adapun beberapa faktor yang menpengaruhi kejadian CKD menurut
(Mona, 2017) yaitu :
1) Infeksi misalnya pielonefritis kronik (Infeksi saluran kemih),
glomerulonefritis (penyakit peradangan). Pielonefritis adalah proses
infeksi peradangan yang biasanya mulai di renal pelvis, saluran ginjal
yang menghubungkan ke saluran kencing (ureter) dan parencyma
ginjal atau jaringan ginjal. Glomerulonefritis disebabkan oleh salah
satu dari banyak penyakit yang merusak baik glomerulus maupun
tubulus. Pada tahap penyakit berikutnya keseluruhan kemampuan
penyaringan ginjal sangat berkurang.
2) Penyakit vaskuler hipertensif misalnya nefrosklerosis benigna,
nefrosklerosis maligna, stenosis arteria renalis Disebabkan karena
terjadinya kerusakan vaskulararisasi di ginjal oleh adanya peningkatan
tekanan darah akut dan kronik.
3) Gangguan jaringan ikat misalnya lupus eritematosus sistemik,
poliarteritis nodosa, sklerosis sistemik progresif Disebabkan oleh
kompleks imun dalam sirkulasi yang ada dalam membrane basalis
glomerulus dan menimbulkan kerusakan (Price, 2008). Penyakit
peradangan kronik dimana sistem imun dalam tubuh menyerang
jaringan sehat, sehingga menimbulkan gejala diberbagai organ.
4) Gangguan kongenital dan herediter misalnya penyakit ginjal polikistik,
asidosis tubulus ginjal. Penyakit ginjal polikistik ditandai dengan kista
multiple, bilateral, dan berekspansi yang lambat laun akan
mengganggu dalam menghancurkan parenkim ginjal normal akibat
penekanan, semakin lama ginjal tidak mampu mempertahankan fungsi
ginjal sehingga ginjal akan menjadi rusak.
5) Penyakit metabolik misalnya DM (Diabetes Mellitus), gout,
hiperparatiroidisme, amiloidosis. Penyebab terjadinya ini dimana
kondisi genetik yang ditandai dengan adanya kelainan dalam proses
metabolisme dalam tubuhakibat defisiensi hormon dan enzim. Proses
metabolisme ialah proses memecahkan karbohidrat protein, dan lemak
dalam makanan untuk menghasilkan energi.
6) Nefropati toksik misalnya penyalahgunaan analgesik, nefropati timbal.
Penyebab penyakit yang dapat dicagah bersifat refersibel, sehingga
penggunaan berbagai prosedur diagnostik.
7) Nefropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas: kalkuli
neoplasma, fibrosis netroperitoneal. Saluran kemih bagian bawah:
hipertropi prostat, striktur uretra, anomali kongenital pada leher
kandung kemih dan uretra.
8) Batu saluran kencing yang menyebabkan hidrolityasis, Merupakan
penyebab gagal ginjal dimana benda padat yang dibentuk oleh
presipitasi berbagai zat terlarut dalam urin pada saluran kemih.
4. Patofisiologi
Menurut Benny (2016) proses terjadinya CKD adalah akibat dari
penurunan fungsi renal, produk akhir metabolisme protein yang normalnya
diekresikan kedalam urin tertimbun dalam darah sehingga terjadi uremia yang
mempengarui sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah,
maka setiap gejala semakin meningkat. Sehingga menyebabkan gangguan
kliren renal. Banyak masalah pada ginjal sebagai akibat dari penurunan
jumlah glomerulus yang berfungsi, sehingga menyebabkan penurunan klirens
subtsansi darah yang seharusnya dibersihkan oleh ginjal. Penurunan laju
filtrasi glomerulus (LFG), dapat dideteksi dengan mendapatkan urin 24 jam
untuk pemeriksaaan kliren kreatinin.
Menurunya filtrasi glomelurus atau akibat tidak berfungsinya glomeluri
klirens kreatinin, sehingga kadar kreatinin serum akan meningkat selain itu,
kadar nitrogen urea darah (NUD) biasanya meningkat.
Kreatinin serum merupakan indikator paling sensitif dari fungsi renal
karena substansi ini diproduksi secara konstan oleh tubuh. NUD tidak hanya
dipengarui oleh penyakit renal tahap akhir, tetapi juga oleh masukan protein
dalam diet, katabolisme dan medikasi seperti steroid. Penurunan laju filtrasi
glomerulus (LFG) juga berpengaruh pada retensi cairan dan natrium. Retensi
cairan dan natrium tidak terkontol dikarenakan ginjal tidak mampu untuk
mengonsentrasikan atau mengencerkan urin secara normal pada penyakit
ginjal tahap akhir, respon ginjal yang sesuai terhadap perubahan masukan
cairan dan elektrolit seharihari tidak terjadi. Natrium dan cairan sering
tertahan dalam tubuh yang meningkatkan resiko terjadinya oedema, gagal
jantung kongesti, dan hipertensi. Hipertensi juga dapat terjadi akibat aktivasi
aksis renin angiotensin dan kerjasama keduanya meningkatkan sekresi
aldosteron. Pasien lain mempunyai kecenderungan untuk kehilangan garam,
mencetuskan resiko hipotensi dan hipovolemia. Episode muntah dan diare
menyebabkan penipisan air dan natrium, yang semakin memperburuk status
uremik.
Asidosis metabolik terjadi akibat ketidakmampuan ginjal mensekresikan
muatan asam (H+) yang berlebihan. Sekresi asam terutama akibat
ketidakmampuan tubulus ginjal untuk mensekresi amonia (NH3) dan
mengabsorpsi natrium bikarbonat (HCO3). Penurunan sekresi fosfat dan
asam organik lain juga terjadi. Kerusakan ginjal pada CKD juga
menyebabkan produksi eritropoetin menurun dan anemia terjadi disertai
sesak napas, angina dan keletian. Eritropoetin yang tidak adekuat dapat
memendekkan usia sel darah merah, defisiensi nutrisi dan kecenderungan
untuk mengalami perdarahan karena setatus pasien, terutama dari saluran
gastrointestinal sehingga terjadi anemia berat atau sedang. Eritropoitin
sendiri adalah subtansi normal yang 16 diproduksi oleh ginjal untuk
menstimulasi sum-sum tulang untuk menghasilkan sel darah merah.
Abnormalitas utama yang lain pada CKD menurut Benny (2016) adalah
gangguan metabolisme kalsium dan fosfat tubuh yang memiliki hubungan
saling timbal balik, jika salah satunya meningkat yang lain menurun.
Penurunan LFG menyebabkan peningkatan kadar fosfat serum dan
sebaliknya penurunan kadar serum menyebabkan penurunan sekresi
parathormon dari kelenjar paratiroid. Namun pada CKD, tubuh tidak berespon
secara normal terhadap peningkatan sekresi parathormon, dan akibatnya
kalsium di tulang menurun, menyebabkan perubahan pada tulang dan
menyebabkan penyakit tulang, selain itu metabolik aktif vitamin D (1,25
dihidrokolekalsiferol) yang secara normal dibuat didalam ginjal menurun,
seiring dengan berkembangnya CKD terjadi penyakit tulang uremik dan
sering disebut Osteodistrofienal. Osteodistrofienal terjadi dari perubahan
komplek kalsium, fosfat dan keseimbangan parathormon. Laju penurunan
fungsi ginjal juga berkaitan dengan gangguan yang mendasari ekresi protein
dan urin, dan adanya hipertensi. Pasien yang mengekresikan secara
signifikan sejumlah protein atau mengalami peningkatan tekanan darah
cenderung akan cepat memburuk dari pada mereka yang tidak mengalimi
kondisi ini.
5. Komplikasi
(Bayu, 2015), Seperti penyakit kronis dan lama lainnya, penderita CKD
akan mengalami beberapa komplikasi. Komplikasi dari CKD menurut Benny
(2016) antara lain adalah :
1) Hiper kalemi akibat penurunan sekresi asidosis metabolik, kata
bolisme, dan masukan diit berlebih.
2) Prikarditis, efusi perikardial, dan tamponad jantung akibat retensi
produk sampah uremik dan dialisis yang tidak adekuat.
3) Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem
renin angiotensin aldosteron.
4) Anemia akibat penurunan eritropoitin.
5) Penyakit tulang serta klasifikasi metabolik akibat retensi fosfat, kadar
kalsium serum yang rendah, metabolisme vitamin D yang abnormal
dan peningkatan kadar alumunium akibat peningkatan nitrogen dan ion
anorganik.
6) Uremia akibat peningkatan kadar uream dalam tubuh.
7) Gagal jantung akibat peningkatan kerja jantung yang berlebian.
8) Malnutrisi karena anoreksia, mual, dan muntah.
9) Hiperparatiroid, Hiperkalemia, dan Hiperfosfatemia.
6. Manifestasi klinik
Pasien dengan CKD setiap sistem tubuh dipengaruhi oleh kondisi uremia,
maka pasien akan menunjukkan sejumlah tanda dan gejala. Keparahan
tanda dan gejala tergantung pada bagian dan tingkat kerusakan ginjal, dan
kondisi lain yang mendasari. (Menurut benny, 2016) tanda gejala diantaranya
adalah :
1) Kardiovaskuler :
a. Hipertensi, yang diakibatkan oleh retensi cairan dan natrium dari
aktivasi sistem renin angiotensin aldosteron.
b. Gagal jantung kongestif.
c. Edema pulmoner, akibat dari cairan yang berlebih
2) Dermatologi seperti Pruritis, yaitu penumpukan urea pada lapisan kulit.
3) Gastrointestinal seperti
a. anoreksia atau kehilangan nafsu makan,
b. mual sampai dengan terjadinya muntah.
4) Neuromuskuler seperti terjadinya perubahan tingkat kesadaran, tidak
mampu berkonsentrasi, kedutan otot sampai kejang.
5) Pulmoner seperti adanya seputum kental dan liat, pernapasan
dangkal, kusmol, sampai terjadinya edema pulmonal.
6) Muskuloskletal seperti terjadinya fraktur karena kekurangan kalsium
dan pengeroposan tulang akibat terganggunya hormon dihidroksi
kolekalsi feron.
7) Psiko sosial seperti terjadinya penurunan tingkat kepercayaan diri
sampai pada harga diri rendah (HDR), ansietas pada penyakit dan
kematian.
7. Pemeriksaan diagnostik
1) Pemeriksaan Laboratorium
a. Urin
1. Volume : Biasanya kurang dari 400 ml/jam (oliguria), atau urine
tidak ada (anuria).
2. Warna : Secara normal perubahan urine mungkin disebabkan
oleh pus / nanah, bakteri, lemak, partikel koloid, fosfat, sedimen
kotor, warna kecoklatan menunjukkan adanya darah, miglobin,
dan porfirin.
3. Berat Jenis : Kurang dari 1,015 (menetap pada 1,010
menunjukkan kerusakan ginjal berat).
4. Osmolalitas : Kurang dari 350 mOsm/kg menunjukkan
kerusakan tubular, amrasio urine / ureum sering 1:1
b. Ureum : adanya peningkatan
c. Kreatinin: Biasanya meningkat dalam proporsi. Kadar kreatinin 10
mg/dL diduga tahap akhir (mungkin rendah yaitu 5).
d. Hiponatremia
e. Hiperkalemia
f. Hipokalsemia dan hiperfosfatemi
g. Hipoalbuminemia dan hipokolesterolemia
h. Gula darah tinggi
i. Hipertrigliserida
j. Asidosis metabolic
2) Radiologi
Ditujukan untuk menilai keadaan ginjal dan derajat komplikasi ginjal.
a. Ultrasonografi ginjal digunakan untuk menentukan ukuran ginjal
dan adanya massa kista, obtruksi pada saluran perkemihan
bagianatas.
b. Biopsi Ginjal dilakukan secara endoskopik untuk menentukan sel
jaringan untuk diagnosis histologis.
c. Endoskopi ginjal dilakukan untuk menentukan pelvis ginjal.
d. EKG mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit
dan asam basa.
e. Foto Polos Abdomen
Menilai besar dan bentuk ginjal serta adakah batu atau obstruksi
lain.
3) Pielografi Intravena
Menilai sistem pelviokalises dan ureter, beresiko terjadi penurunan faal
ginjal pada usia lanjut, diabetes melitus dan nefropati asam urat.
4) USG
Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkin ginjal , anatomi sistem
pelviokalises, dan ureter proksimal, kepadatan parenkim ginjal,
anatomi sistem pelviokalises dan ureter proksimal, kandung kemih dan
prostat.
5) Biopsi Ginjal
dilakukan bila terdapat keraguan dalam diagnostik gagal ginjal kronis
atau perlu untuk mengetahui etiologinya.
B. Konsep proses keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian yang dapat dilakukan menurut wijaya dan putri (2013),
diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Data Demografi :
Penderita CKD kebanyakan berusia diantara 30 tahun, namun ada
juga yang mengalami CKD dibawah umur tersebut yang diakibatkan
oleh berbagai hal seperti proses pengobatan, penggunaan obat-
obatan dan sebagainya. CKD dapat terjadi pada siapapun, pekerjaan
dan lingkungan juga mempunyai peranan penting sebagai pemicu
kejadian CKD. Karena kebiasaan kerja dengan duduk / berdiri yang
terlalu lama dan lingkungan. Yang tidak menyediakan cukup air
minum / mengandung banyak senyawa / zat logam dan pola makan
yang tidak sehat.
b. Riwayat kesehatan dahulu Kemungkinan
Riwayat sakit yang diderita pasien sebelum CKD seperti DM,
glomerulo nefritis, hipertensi, rematik, hiperparatiroidisme, obstruksi
saluran kemih, dan traktus urinarius bagian bawah juga dapat memicu
kemungkinan terjadinya CKD.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Adanya riwayat DM, hipertensi pada keluarga dapat beresiko
menrunnya sakit DM maupun hipertensi terhadap anggota keluarga
lain
d. Riwayat kesehatan sekarang
Adanya keluhan penurunan aktivitas fisik, sesak nafas, odema pada
perifer.
e. Pola-pola fungsional
1. Pola nutrisi dan metabolik.
Gejalanya adalah pasien tampak lemah, terdapat penurunan
BB dalam kurun waktu 6 bulan. Tandanya adalah anoreksia, mual,
muntah, asupan nutrisi dan air naik atau turun.
2. Pola eliminasi
Gejalanya adalah terjadi ketidak seimbangan antara output
dan input. Tandanya adalah penurunan BAK, pasien terjadi
konstipasi, terjadi peningkatan suhu dan tekanan darah atau tidak
singkronnya antara tekanan darah dan suhu.
3. Aktifitas dan latian.
Gejalanya adalah pasien mengatakan lemas dan tampak
lemah, serta pasien tidak dapat menolong diri sendiri. Tandanya
adalah aktifitas dibantu.
4. Pola istirahat dan tidur.
Gejalanya adalah pasien terliat mengantuk, letih dan terdapat
kantung mata. Tandanya adalah pasien terliat sering menguap.
5. Pola persepsi dan koknitif.
Gejalanya penurunan sensori dan rangsang. Tandanya
adalah penurunan kesadaran seperti ngomong nglantur dan tidak
dapat berkomunikasi dengan jelas.
6. Integritas Ego
Ansietas, ketakutan, emosi kesal, misal : perasaan tak berdaya/tak
ada harapan.
f. Pemeriksaan fisik
1) Kesadaran : umumnya keadaan umum Lemah, aktifitas dibantu,
terjadi penurunan sensifitas nyeri. tingkat kesadaran pasien
bervariasi dari compos mentis sampai coma.
2) Vital sign : karna kondisi ginjal yg tidak dapat mengatasi
keseimbangan cairan, kebanyakan klien CKD akan mengalami
tekanan darah naik, respirasi rate mungking meningkat, nadi
meningkat dan reguler.
3) Kepala dan leher : simetris, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan
4) Mata : simetris, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, mata
anemis
5) Telinga : simetris, bersih tidak ada serumen, tidak ada gangguan
pendengaran
6) Hidung : simetris, kebersihan baik, tidak ada lesi
7) Mulut : mukosa mulut kering, bibir kering, dehidrasi, ada
perdarahan pada rongga mulut, terjadi perdarahan gusi
8) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, kekakuan leher tidak
ada, nyeri telan.
9) Dada
Dispnea sampai pada edema pulmonal, dada berdebar-debar.
Terdapat otot bantu napas, pergerakan dada tidak simetris,
terdengar suara tambahan pada paru (rongkhi basah), terdapat
pembesaran jantung, terdapat suara tambahan pada jantung.
10)Abdomen : Terjadi peningkatan nyeri, penurunan pristaltik, turgor
jelek, perut buncit.
11)Ekstrimitas : Ekstremitas. Kelemahan fisik, aktifitas pasien dibantu,
terjadi edema, pengeroposan tulang, dan Capillary Refil lebih dari 2
detik.
12)Genital : Kelemahan dalam libido, genetalia kotor, ejakulasi dini,
impotensi, terdapat ulkus.
13)Kulit : Turgor jelek, terjadi edema, kulit jadi hitam, kulit bersisik dan
mengkilat / uremia, dan terjadi perikarditis.
2. Analisis data/ Pathway
Nyeri pinggang
Hematuria
GFR turun
Anemia
GGK
Syncope (kehilangan
kesadaran) Gangguan pertukaran gas
RAA turun
Metabolsm anaerob
Nyeri
3. Diagnosa keperawatan
No Diagnosa
1 Gangguan pertukaran gas b.d kongesti paru, penurunan curah
jantung, penurunan perifer yang mengakibatkan asidosis laktat
2 Nyeri akut
3 Kelebihan volume cairan b.d penurunan haluaran urine, diet
berlebih dan retansi cairan serta natrium
4 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
anoreksia, mual dan muntah, pembatasan diet, dan merubahan
membrane mukosa mulut
5 Ketidak efektifan perfusi jaringan perifer b.d perlemahan aliran
darah keseluruh tubuh
6 Intoleransi aktivitas b.d keletihan, anemia, retensi, produk sampah
7 Kerusakan integritas kulit b.d pruritas, gangguan status metabolic
Sekunder
4. Intervensi keperawatan
Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, - Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan
frekuensim dan tanda nyeri) lain tentang ketidakefektifan, kontrol nyeri masa
lampau
Mengatakan rasa nyaman setelah nyeri
berkurang - Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
menemukan dukungan
- Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi
nyeri seperti sushu ruangan, pencahayaan dan
kebisingan
- Kurangi faktor respirasi nyeri
- Tingkatkan istirahat
- Kolaborasi dengan dokter jika ada kleluhan dan
tindakan nyeri tidak berhasil
- Monitor penerimaan pasien tentang
managemen nyeri
Analgesic adminitrasion
Tidak ada tanda-tanda mal nutrisi - Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan
harian makanan
Menunjukan peningkatan fungsi - Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
pencegahan dari menelan
Tidak terjadi penurunan berat badan yang - Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
berarti
- Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan
nutrisi yang diutuhkan
Nutrion monitoring
Purwo Sudomo, Harry Gama, Sri rejeki Bag IKA FKUI jkt 2002.
jilid 2, 2015