b. Fisiologi Ginjal
Ginjal menjalankan fungsi yang vital sebagai pengatur volume dan komposisi kimia
darah dan lingkungan dalam tubuh dengan mengekresikan zat terlarut dan air secara selektif.
Fungsi vital ginjal dicapai dengan filtrasi plasma darah melalui glomerulus dengan reabsorpsi
sejumlah zat terlarut dan air dalam jumlah yang sesuai di sepanjang tubulus ginjal. Kelebihan
zat terlarut dan air di eksresikan keluar tubuh dalam urin melalui sistem pengumpulan urin
(Price dan Wilson, 2012).
Menurut Sherwood (2011), ginjal memiliki fungsi yaitu:
a. Mempertahankan keseimbangan H₂O dalam tubuh.
b. Memelihara volume plasma yang sesuai sehingga sangat berperan dalam pengaturan
jangka panjang tekanan darah arteri.
c. Membantu memelihara keseimbangan asam basa pada tubuh.
d. Mengekskresikan produk-produk sisa metabolisme tubuh.
e. Mengekskresikan senyawa asing seperti obat-obatan.
Ginjal mendapatkan darah yang harus disaring dari arteri. Ginjal kemudian akan
mengambil zat-zat yang berbahaya dari darah. Zat-zat yang diambil dari darah pun diubah
menjadi urin. Urin lalu akan dikumpulkan dan dialirkan ke ureter. Setelah ureter, urin akan
ditampung terlebih dahulu di kandung kemih. Bila orang tersebut merasakan keinginan
berkemih dan keadaan memungkinkan, maka urin yang ditampung dikandung kemih akan di
keluarkan lewat uretra (Sherwood, 2011).
Tiga proses utama akan terjadi di nefron dalam pembentukan urin, yaitu filtrasi,
reabsorpsi, dan sekresi (Sherwood, 2011).
1. Filtrasi. Pembentukan urin dimulai dengan filtrasi sejumlah besar cairan yang hampir
bebas protein dari kapiler glomerulus ke kapsula Bowman. Kebanyakan zat dalam
plasma, kecuali protein, di filtrasi secara bebas sehingga konsentrasinya pada filtrat
glomerulus dalam kapsula bowman hampir sama dengan plasma.
2. Reabsorbsi. Reabsorbsi adalah proses penyerapan kembali zat-zat yang masih diperlukan
tubuh. Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa, sodium,
klorida fosfat dan beberapa ion bikarbonat.
3. Proses ketiga adalah sekresi tubulus yang mengacu pada perpindahan selektif zat-zat dari
darah kapiler peritubulus ke lumen tubulus.
Dikutip dari KDIGO 2012 clinical practice guideline for the evaluation and
management of chronic kidney disease, berdasarkan peningkatan albumin dalam urin,
KDIGO 2012 mengklasifikasikan CKD menjadi tiga kategori.
Tabel 2. Klasifikasi CKD berdasarkan albuminuria
AER (Albumin ACR (Albumin
Penjelasan
Kategori Excretion Rate) Creatinine Ratio)
(albuminuria)
mg/24 jam mg/mmol mg/g
1 < 30 <3 < 30 Normal atau
2 30-300 3-30 30-300 meningkat
3 > 300 > 30 > 300 Peningkatan sedang
Peningkatan berat
Sumber: Kidney Disease Improving Global Outcomes (2013)
Kerusakan ginjal
↓ GFR
PGK (CKD)
Transudasi cairan
intravascular ke Pada GI Pada neuromuskular
Pada kulit
intertisiil
Hipovolemi Gangguan Iritasi saraf
keseimbangan perasa nyeri
Pruritus Kulit kering
asam basa
Aktivasi renin angio-
tensin aldosteron … (2)
Digaruk
2 Iritasi lambung Nyeri Nyeri
Retensi Na & air Risiko kerusakan kepala otot
Asam lambung integritas kulit
3 Edema ↑
Mual, muntah Nause Nyeri akut
Kelebihan a
volume cairan
Berlebihan & Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
berkepanjangan kebutuhan tubuh
1 2 3
↓ ATP untuk
beraktivitas
Intoleransi
aktivitas
A. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Data dasar pengkajian menurut (Doengoes, 2000) adalah:
1. Aktivitas/istirahat
DS: Kelelahan ekstrem, kelemahan, malaiase, gangguan tidur (insomnia/ gelisah/
somnolen)
DO : Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentan gerak.
2. Sirkulasi
DS : Riwayat hipertensi lama/ berat.
DO: Hipertensi, DVJ, nadi kuat, edema jaringan umum, pitting pada kaki, telapak tangan,
disritmia jantung. Nadi lemah, hipotensi ortostatik menunjukkan hipovolemia, yang
jarang pada penyakit tahap akhir. Friction rub pericardial. Pucat, kulit coklat kehijauan,
kuning. Kecenderungan perdarahan.
3. Integritas ego
DS: Faktor stres, contoh financial, hubungan dan sebagainya. Perasaan tidak berdaya, tak
ada harapan, tidak ada kekuatan.
DO: menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan kepribadian.
4. Eliminasi
DS: Penurunan frekuensi urine, oliguria, urinaria (gagal tahap lanjut). Abdomen
kembung, diere / konstipasi.
DO: Perubahan warna urine, contoh kuning pekat, merah, coklat, berawan. Oliguria,
dapat menjadi anuria.
5. Makanan/cairan
DS: Peningkatan berat badan cepat (edema), penurunan berat badan (malnutrisi).
Anoreksia, nyeri ulu hati, mual/muntah, rasa tak sedap pada mulut (pernapasan
ammonia). Penggunaan diuretik.
DO: Distensi abdomen/asites, pembesaran hati (tahap akhir). Perubahan turgor kulit.
Edema. Ulserasi gusi, perdarahan gusi/lidah. Penurunan otot, penurunan lemak subkutan,
penampilan tak bertenaga.
6. Neurosensori
DS: Sakit kepala, penglihatan kabur. Kram otot/kejang, sindrom “kaki gelisah”, kebas
terasa terbakar pada telapak kaki. Kebas/kesemutan dan kelemahan, khususnya
ekstremitas bawah (neuropati perifer).
DO: Gangguan status mental, contoh : penurunan lapang pandang, ketidak mampuan
berkonsentrasi, kehlangan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran, stupor, koma.
Penurunan DTR. Tanda chvostek dan Trousseau positif. Kejang, fasikulsi otot, aktifitas
kejang. Rambut tipis, kuku rapuh dan tipis.
7. Nyeri / kenyamanan
DS: Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot / nyeri kaki (memburuk saat malam hari).
DO : Perilaku hati-hati / distraksi, gelisah.
8. Pernafasan
DS: Nafas pendek, dispnea, nokturnal, paroksismal, batuk dengan /tanpa sputum kental
dan banyak.
DO: Takipnea, dispnea, peningkatan frekuensi atau kedalaman (pernapasan kausmal).
Batuk produktif dengan sputum merahmuda-encer (edema paru)
9. Keamanan
DS : Kulit gatal. Ada/berulangnya infeksi.
DO : Pruritus. Demam (sepsis, dehidrasi), normotermia dapat secara actual terjadi
peningkatan pada pasien yang mengalami suhu lebih rendah dari normal (depresi respon
imun). Patekie, area ekimosis pada kulit. Fraktur tulang, defosit fosfat kalsium
(klasifikasi metastatik). Pada kulit, jaringan lunak, sendi, keterbatasan gerak sendi.
10. Seksualitas
DS : Penurunan libido, amenore, infertilitas.
11. Interaksi Sosial
DS : Kesulitan menentukan kondisi, contoh: tak mampu bekerja, mempertahankan fungsi
peran, biasanya dalam keluarga.
DS : Riwayat DM, keluarga (resiko tinggi untuk gagal ginjal), penyakit polikistik, nefritis
herediter, kalkulus urinaria, malignansi. Riwayat terpajan pada toksin, contoh obat, racun
lingkungan. Penggunaan antibiotik nefrotoksik atau berulang.
2. Diagnosa Keperawatan yang Sering Muncul (PES)
a. Resiko ketidakseimbangan elektrolit
b. Kelebihan volume cairan
c. Ketidakefektifan pola nafas
d. Penurunan curah jantung
e. Gangguan perfusi jaringan perifer
f. Intoleransi aktivitas
g. Kerusakan integritas kulit
2) Perencanaan/ Nursing Planning
C. Discharge Planing
Keluarga dari pasien CKD yang telah keluar dari rumah sakit perlu untuk
segera cari pertolongan apabila pasien merasa: bingung dan sangat mengantuk,
mengalami kejang, dan memiliki nafas pendek. Menghubungi penyedia layanan
kesehatan sangat diperlukan saat: pasien tiba-tiba mengalami kenaikan atau
penurunan berat badan, kulit terasa gatal atau muncul ruam, buang air kecil lebih
banyak atau lebih sedikit dari biasanya, terdapat darah dalam urin, pasien
mengalami mual dan muntah berulang, mengalami kelelahan atau kelemahan otot,
mengalami cegukan yang tidak akan berhenti (Drugs, 2018).
Pasien juga perlu mengkonsumsi obat yang telah diberikan. Obat-obatan
dapat diberikan untuk menurunkan tekanan darah dan membantu membuang
cairan yang berlebih pada tubuh. Pasien mungkin juga menerima obat untuk
mengelola kondisi kesehatan yang mungkin terjadi dengan CKD, seperti anemia,
diabetes, dan penyakit jantung. Pasien perlu meminum obat sesuai petunjuk.
Hubungi penyedia layanan kesehatan jika pasien merasa obat yang diberikan tidak
memberikan efek atau jika pasien mengalami efek samping (Drugs, 2018).
Pasien juga perlu memperhatikan asupan makannya. Ahli gizi mungkin
menyarankan pasien untuk mengkonsumsi makan-makanan rendah sodium
(garam), kalium, fosfor, atau protein. Selain itu pembatasan alkohol dan rokok
juga perlu diperhatikan oleh pasien (Fairview, 2018).
DAFTAR PUSTAKA