Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Gagal ginjal kronik adalah Penyakit yang bisa timbul karena kerusakan pada
filtrasi dan sekresi ginjal akan berujung pada gagal ginjal kronik atau disebut chronic
kidney disease (CKD). Chronic kidney disease sendiri di sebabkan oleh beberapa faktor
yaitu hipertensi, glomerulonefritis, nefropati analgesik, nefropati diabetic, nefropati
refluk, ginjal polikistik, obstruksi dan gout (Mansjoer, 2007). Penyakit Ginjal Kronik
(PGK) kini telah menjadi persoalan kesehatan serius masyarakat di dunia. Menurut
WHO (2012) penyakit ginjal dan saluran kemih telah menyebabkan kematian sekitar
850.000 orang setiap tahunnya. Hal ini menunjukkan bahwa penyakit ini meduduki
peringkat ke -12 tertinggi angka kematian atau peringkat tertinggi ke-17 angka
kecacatan. Pelayanan asuhan keperawatan ditujukan untuk mempertahankan,
meningkatkan kesehatan dan menolong individu untuk mengatasi secara tepat masalah
kesehatan sehari-hari, penyakit, kecelakaan, atau ketidakmampuan bahkan kematian
(Depkes,2005).
1.2. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan Penyakit Gagal Ginjal Kronis ( CKD )
2. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan Penyakit Gagal Ginjal Kronis
( CKD )
3. Bagaimana cara asistensi keperawatan menyusun rencana tindakan terhadap
pasien dengan Penyakit Gagal Ginjal Kronis ( CKD )
4. Bagaimana cara asisitensi keperawatan melaksanakan atau mengimplementasikan
rencana tindakan berdasarkan kewenangan asistensi keperawatan
5. Bagaimana cara asistensi keperawatan mengevaluasi untuk menilai proses
masalah keperawatan
1.3. TUJUAN
a. Tujuan umum
Siswa dapat mengetahui Asuhan Keperawatan pada klien yang mengidap penyakit
gagal ginjal ( Chronic Kidney Disease ).
b. Tujuan khusus
1. Asisten perawat mampu melakukan pengkajian pada klien dengan penyakit
gagal ginjal
2. Asisten perawat mampu menyusun rencana tindakan sesuai dengan

Page
1
kewenangannya
3. Asisten perawat mampu melaksanakan atau mengimplementasikan rencana
tindakan berdasarkan kewenangan asistensi keperawatan.
4. Asisten perawat mampu mengevaluasi untuk menilai progres masalah
keperawatan

Page
2
BAB II
PEMBAHASAN
( KONSEP MEDIS )
2.1. DEFINISI
Gagal ginjal kronik adalah kegagalan fungsi ginjal untuk mempertahankan
metabolism serta keseimbangan cairan dan elektrolit akibat destruksi struktur ginjal yang
progresif dengan maninfestasi penumpukan sisa metabolit (toksik uremik) di dalam
darah (Digiulio,Jackson, dan Keogh, 2014)

Gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap akhir adalah gangguan fungsi
ginjal yang menahun berifat progresif dan irreversible (Rendy & Margareth 2012).
Chronic kidney disease adalah kerusakan faal ginjal yang hampir selalu tidak dapat
dipilih dan dapat disebabkan oleh berbagai hal. Istilah uremia sendiri telah dipakai
sebagai nama keadaan selama lebih dari satu abad (Sibuea, Pangabean, 2005)

Gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan
gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal
untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,
menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Brunner &
Suddarth, 2001).

Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah penurunan fungsi ginjal yang bersifat
persisten dan irreversible. Sedangkan gangguan fungsi ginjal yaitu penurunan laju
filtrasi glomerulus yang dapat digolongkan dalam kategori ringan, sedang dan berat
(Mansjoer, 2007). CRF (Chronic Renal Failure) merupakan gangguan fungsi ginjal yang
progresif dan irreversible, yang menyebabkan kemampuan tubuh gagal untuk
mempetahankan metabolisme dan keseimbangan cairan maupun elektrolit, sehingga
timbul gejala uremia yaitu retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah (Smeltzer,
2001).

Page
3
2..2. ETIOLOGI
Menurut Muttaqin dan Sari (2011) dan Digiulio,Jackson,dan Keogh
(2014) begitu banyak kondisi klinis yang bisa menyebabkan terjadinya gagal ginjal
kronik. Akan tetapi apapun penyebabnya, respon yang terjadi adalah penurunan fungsi
ginjal secara progresif. Kondisi klinis yang memungkinkan dapat mengakibatkan GGK
bisa disebabkan dari ginjal sendiri dan luar ginjal.
Penyebab dari ginjal : Penyakit pada saringan (glomerulus) :
glomerulonefritis, Infeksi kuman : pyelonefritis, ureteritis, Batu ginjal : nefrolitiasis,
Kista diginjal : polcytis kidney, Trauma langsung pada ginjal , Keganasan pada ginjal,
sumbatan : batu ginjal, penyempitan/striktur
Penyebab umum di luar ginjal : Penyakit sistemik: diabetes melitus,
hipertensi, kolesterol tinggi, Dyslipidermia, Infeksi di badan : TBC Paru, sifilis,
malaria, hepatitis, Preklamsi, Obat-obatan, Kehilangan banyak cairan yang mendadak
(kecelakan) dan toksik

2.3. ANATOMI FISIOLOGI GINJAL

Gambar 1. Letak ginjal


1. Anatomi Ginjal
Anatomi ginjal menurut Evelyn C. Pearce (1979), ginjal merupakan
organ berbentuk seperti kacang yang terletak pada kedua sisi kolumna vertebralis.
Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen, terutama di daerah lumbal, di
sebelah kanan dan kiri tulang belakang, dibungkus lapisan lemak yang tebal, agar

Page
4
terlindung dari traumalangsung. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dari kiri,
karena hati menduduki ruang banyak di sebelah kanan. Setiap ginjal panjangnya 6
sampai 7,5 sentimeter, dan tebal 1,5 sampai 2,5 sentimeter. Pada orang dewasa
beratnya kira-kira 140 gram. Bentuk ginjal seperti kacang dan sisi dalamnya atau
hilum menghadap ke tulang punggung. Sisi luarnya cembung. Pembuluh-
pembuluh ginjal semuanya masuk dan keluar pada hilum. Di atas ginjal
menjulang sebuah kelenjar suprarenal. Ginjal kanan lebih pendek dan lebih tebal
dari yang kiri. Kedua ginjal dilapisi oleh lemak yang bergumna untuk meredam
guncangan. Ginjal merupakan bagian dari sistem saluran kencing (urinary
system) yang ada dalam tubuh kita.

Gambar anatomi ginjal dapat dilihat dalam gambar. 2

Gambar 2. Anatomi khusus Ginjal


Organ utama dari sistem saluran kemih terdiri atas dua ginjal, dua
saluran dari ginjal ke kandung kemih (ureter), satu kandung kemih dan satu
saluran dari kandung kemih keluar tubuh (uretra). Panjang uretra pada pria sekitar
20-25 cm yang berfungsi untuk tempat keluarnya urin yang diproduksi oleh ginjal
sekaligus menjadi saluran keluarnya sperma. Pada wanita uretra jauh lebih
pendek sekitar 2,5-3,8 cm dan terletak di depan organ reproduksi. Berhubung
letak uretra pada wanita yang dekat sekali dengan organ reproduksi dan anus,
maka pada wanita kasus infeksi saluran kencing lebih banyak didapat karena
rawan terinfeksi kuman yang berasal dari saluran pencernaan. Sistem saluran
kemih merupakan salah satu sistem ekskresi tubuh dimana fungsinya yang
mengeluarkan racun dan cairan yang harus dibuang keluar tubuh.
Apabila dilihat melalui potongan longitudinal, ginjal terbagi menjadi dua
bagian yaitu korteks bagian luar dan medulla di bagian dalam. Medulla terbagi-
bagi menjadi biji segitiga yang disebut piramid, piramid-piramid tersebut

Page
5
diselingi oleh bagian korteks yang disebut kolumna bertini. Piramid-piramid
tersebut tampak bercorak karena tersusun oleh segmen-segmen tubulus dan
duktus pengumpul nefron. Papilla (apeks) dari piramid membentuk duktus
papilaris bellini dan masuk ke dalam perluasan ujung pelvis ginjal yang disebut
kaliks minor dan bersatu membentuk kaliks mayor, selanjutnya membentuk pelvis
ginjal.
Gambar penampang ginjal dapat dilihat pada gambar. 3

Gambar 3. Penampang ginjal


Ciri-ciri korteks berwarna coklat tua, tersusun atas nefron (satuan unit
struktural dan fungsional ginjal) sebagai alat penyaring darah,korteks terletak di
dalam di antara piramida piramida medulla yang bersebelahan untuk membentuk
kolumna ginjal yang terdiri dari tubulustubulus pengumpul yang mengalir ke
duktus pengumpul. Sedangkan ciriciri medulla berwarna coklat agak terang,
tersusun atas tubulus renalis, mengandung massa triangular yang disebut piramida
ginjal yang setiap ujung sempitnya papilla masuk ke dalam kaliks minor dan
ditembus duktus pengumpul urin. Setiap ginjal orang dewasa memiliki sekitar
satu juta unit nefron sebagai unit pembentuk urin. Nefron berfungsi sebagai
regulator air dan zat terlarut (terutama elektrolit) dalam tubuh dengan cara
menyaring darah, kemudian mereabsorpsi cairan dan molekul yang masih
diperlukan tubuh. Molekul dan sisa cairan lainnya akan dibuang.
Setiap nefron tersusun oleh badan malphigi dan saluran panjang
(tubulus) yang bergulung. Sebuah nefron merupakan suatu struktur yang
menyerupai mangkuk dengan dinding yang berlubang (kapsula Bowman), yang

Page
6
mengandung seberkas pembuluh darah (glomelurus). Badan malphigi ini tersusun
atas glomerulus dan kapsula Bowman membentuk korpuskulum renalis.
Glomerulus merupakan anyaman pembuluh darah kapiler sebagai lanjutan
pembuluh darah arteri ginjal. Kapsula Bowman berbentuk seperti mangkuk, yang
di dalamnya berkumpul gelungan pembuluh darah kapiler yang halus. Tubulus
merupakan saluran lanjutan dari kapsula Bowman. Saluran panjang yang
melingkar-lingkar letaknya bersebelahan dengan glomerulus. Tubulus proksimal
adalah saluran yang dekat dengan badan malphigi, sangat berliku dan panjangnya
sekitar 15 mm. Sedangkan yang jauh dari badan malphigi disebut tubulus distal,
sangat berliku dan panjangnya sekitar 5 mm yang membentuk segmen terakhir
nefron. Kedua tubulus ini dijembatani oleh lengkung Henle yang berupa leher
angsa yang turun ke arah medulla ginjal kemudian naik kembali menuju korteks.
Bagian akhir dari tubulus ini adalah saluran pengumpul (ductus collectivus) yang
terletak pada medulla yang mengalirkan urin ke kaliks minor menuju kaliks
mayor dan menuju piala ginjal. Medulla merupakan tempat saluran dari kapsula
Bowman ini berkumpul. Saluran ini mengalirkan urin ke saluran yang lebih besar
ke arah pelvis atau piala ginjal. Lalu urin disalurkan ke ureter kemudian
ditampung di kandung kemih. Pada jumlah urin tertentu di mana dinding kandung
kemih ini tertekan sehingga otot melingkar pada pangkal kandung kemih
meregang akan memberikan sinyal ke saraf untuk menimbulkan rangsang
berkemih untuk disalurkan ke ureter sebagai saluran pembuangan keluar. (dr.
Fransisca Kristiana, 2011)
2. Fisiologi Ginjal
a. Fungsi ginjal
Menurut Price (2006) ginjal mempunyai berbagai macam fungsi yaitu
ekskresi dan fungsi non-ekskresi. Fungsi ekskresi diantaranya adalah :
1) Mempertahankan osmolaritas plasma sekitar 285 mOsmol dengan
mengubah-ubah ekskresi air.
2) Mempertahankan kadar masing-masing elektrolit plasma dalam rentang
normal.
3) Mempertahankan pH plasma sekitar 7,4 dengan mengeluarkan kelebihan H+
dan membentuk kembali HCO3
4) Mengekresikan produk akhir nitrogen dari metabolism protein, terutama
urea, asam urat dan kreatinin.

Page
7
Sedangkan fungsi non-ekresi ginjal adalah :
1) Menghasilkan rennin yang penting untuk pengaturan tekanan darah.
2) Menghasilkan eritropoetin sebagai factor penting dalam stimulasi produksi
sel darah merah olehsumsum tulang.
3) Metabolism vitamin D menjadi bentuk aktifnya.
4) Degradasi insulin.
5) Menghasilkan prostaglandin.
b. Fisiologi pembentukan urine
Pembentukan urine adalah fungsi ginjal yang paling esensial dalam
mempertahankan homeostatis tubuh. Pada orang dewasa sehat, lebih kurang 1200
ml darah, atau 25% cardiac output, mengalir ke kedua ginjal. Pada keadaan
tertentu, aliran darah ke ginjal dapat meningkat hingga 30% (pada saat latihan
fisik) dan menurun hingga 12% dari cardiac output.
Kapiler glomeruli berdinding porous (berlubang-lubang), yang memungkinkan
terjadinya filtrasi cairan dalam jumlah besar (± 180 L/hari). Molekul yang
berukuran kecil (air, elektroloit, dan sisa metabolisme tubuh, di antaranya
kreatinin dan ureum) akan difiltrasi dari darah, sedangkan molekul berukuran
lebih besar (protein dan sel darah merah) tetap tertahan di dalam darah. Oleh
karena itu komposisi cairan filtrat yang berada di kapsul Bowman, mirip dengan
yang ada di dalam plasma, hanya saja cairan ini tidak mengandung protein dan sel
darah.
Volume cairan yang difiltrasi oleh glomerulus setiap satuan waktu disebut
sebagai rerata filtrasi glomerulus atau glomerular filtration (GFR). Selanjutnya,
cairan filtrat akan direabsorbsi dan beberapa elektrolit akan mengalami sekresi di
tubulus ginjal, yang kemudian menghasilkan urine yang akan disalurkan melalui
duktus kolegentes. Cairan urine tersbut disalurkan ke dalam sistem kalises hingga
pelvis ginjal (Basuki, 2011).

2.4. PATOFISIOLOGI
Penyakit gagal ginjal kronik pada awalnya tergantung pada penyakit yang men-
dasarinya, tapi dalam perkem-bangan selanjutnya proses yang terjadi kurang lebih sama.
Mula-mula karena adanya zat toksik, infeksi dan obstruksi saluran kemih yang
menyebab-kan retensi urine. Dari penyebab tersebut, Glomerular Filtration Rate (GFR)
di seluruh massa nefron turun dibawah normal. Hal yang dapat terjadi dari menurunnya

Page
8
GFR meliputi: sekresi protein terganggu, retensi Na dan sekresi eritropoitin turun. Hal ini
mengakibatkan terjadinya sindrom uremia yang diikuti oleh peningkatan asam lambung
dan pruritus.
Asam lambung yang meningkat akan merangsang rasa mual, dapat juga terjadi iritasi
pada lambung dan perdarahan jika iritasi tersebut tidak ditangani yang dapat
menyebabkan melena. Proses retensi Na menyebabkantotal cairan ekstra seluler
meningkat, kemudian terjadilah edema. Edema tersebut menyebabkan beban jantung
naik sehingga adanya hipertrofi ventrikel kiri dan curah jantung menurun. Proses
hipertrofi tersebut diikuti juga dengan menurunnya cardiac output yang menyebabkan
menurun-nya aliran darah ke ginjal, kemudian terjadilah retensi Na dan H2O meningkat.
Hal ini menyebabkan kelebihan volume cairan pada pasien GGK. Selain itu
menurunnya cardiac output juga dapat menyebabkan suplai oksigen kejaringan
mengalami penurunan menjadikan metabolisme anaerob menyebabkan timbunan asam
meningkat sehingga nyeri sendi terjadi, selain itu cardiac output juga dapat
mengakibatkan penurunan suplai oksigen keotak yang dapat meng-akibatkan kehilangan
kesadaran. Hipertrofi ventrikel akan mengakibatkan payah jantung kiri sehingga
bendungan atrium kiri naik, mengakibatkan tekanan vena pulmonalis sehingga kapiler
paru naik terjadi edema paru yang mengakibatkan difusi O2 dan CO2 terhambat
sehingga pasien merasakan sesak. Adapun Hb yang menurun akan mengakibatkan suplai
O2 Hb turun dan pasien GGK akan mengalami kelemahan atau gangguan perfusi
jaringan. (Corwin,2009)

PATHWAY

Page
9
2.5. KLASIFIKASI GAGAL GINJAL KRONIK
 Gagal ginjal kronik dibagi 3 stadium :
- Stadium 1 : penurunan cadangan ginjal, pada stadium kadar kreatinin serum
normal dan penderita asimptomatik.
- Stadium 2 : insufisiensi ginjal, dimana lebihb dari 75 % jaringan telah rusak, Blood
Urea Nitrogen ( BUN ) meningkat, dan kreatinin serum meningkat.
- Stadium 3 : gagal ginjal stadium akhir atau uremia. K/DOQI merekomendasikan
 Pembagian CKD berdasarkan stadium dari tingkat penurunan LFG :
- Stadium 1 : kelainan ginjal yang ditandai dengan albuminaria persisten dan LFG
yang masih normal ( > 90 ml / menit / 1,73 m2
- Stadium 2 : Kelainan ginjal dengan albuminaria persisten dan LFG antara 60-89

Page
10
mL/menit/1,73 m2
- Stadium 3 : kelainan ginjal dengan LFG antara 30-59 mL/menit/1,73m2
- Stadium 4 : kelainan ginjal dengan LFG antara 15- 29mL/menit/1,73m2
- Stadium5 : kelainan ginjal dengan LFG < 15mL/menit/1,73m2 atau gagal ginjal
terminal.
Untuk menilai GFR ( Glomelular Filtration Rate ) / CCT ( Clearance Creatinin Test )
dapat digunakan dengan rumus :

2.6. TANDA DAN GEJALA


1. Kelainan hemopoesis, dimanifestasikan dengan anemia

a. Retensi toksik uremia → hemolisis sel eritrosit, ulserasi mukosa sal.cerna,


gangguan pembekuan, masa hidup eritrosit memendek, bilirubuin serum
meningkat/normal, uji comb’s negative dan jumlah retikulosit normal.

b. Defisiensi hormone eritropoetin


Ginjal sumber ESF (Eritropoetic Stimulating Factor) → def. H eritropoetin
→Depresi sumsum tulang → sumsum tulang tidak mampu bereaksi terhadap
proses hemolisis/perdarahan → anemia normokrom normositer.

2. Kelainan Saluran cerna

a. Mual, muntah, hicthcup


dikompensasi oleh flora normal usus → ammonia (NH3) → iritasi/rangsang
mukosa lambung dan usus.

Page
11
b. Stomatitis uremia
Mukosa kering, lesi ulserasi luas, karena sekresi cairan saliva banyak mengandung
urea dan kurang menjaga kebersihan mulut.

c. Pankreatitis
Berhubungan dengan gangguan ekskresi enzim amylase.

3. Kelainan mata

4. Kardiovaskuler

5. Kelainan kulit

a. Gatal

Terutama pada klien dgn dialisis rutin karena:


a).Toksik uremia yang kurang terdialisis
b).Peningkatan kadar kalium phosphor
c).Alergi bahan-bahan dalam proses HD
b. Kering bersisik
Karena ureum meningkat menimbulkan penimbunan kristal urea di bawah kulit.

c. Kulit mudah memar

d. Kulit kering dan bersisik

e. Rambut tipis dan kasar

6. Neuropsikiatri

7. Kelainan selaput serosa

8. Neurologi :

a. Kelemahan dan keletihan


b. Konfusi
c. Disorientasi
d. Kejang
e. Kelemahan pada tungkai
f. rasa panas pada telapak kaki

Page
12
g. Perubahan Perilaku

2.7. MANIFESTASI KLINIS


1. Manifestasi klinik antara lain (Long, 1996 : 369):
a. Gejala dini : lethargi, sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat badan
berkurang, mudah tersinggung, depresi
b. Gejala yang lebih lanjut : anoreksia, mual disertai muntah, nafas dangkal atau sesak
nafas baik waktui ada kegiatan atau tidak, udem yang disertai lekukan, pruritis
mungkin tidak ada tapi mungkin juga sangat parah.
2. Manifestasi klinik menurut (Smeltzer, 2001 : 1449) antara lain :
hipertensi, (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivitas sisyem renin - angiotensin
– aldosteron), gagal jantung kongestif dan udem pulmoner (akibat cairan berlebihan)
dan perikarditis (akibat iriotasi pada lapisan perikardial oleh toksik, pruritis,
anoreksia, mual, muntah, dan cegukan, kedutan otot, kejang, perubahan tingkat
kesadaran, tidak mampu berkonsentrasi).
3. Manifestasi klinik menurut Suyono (2001) adalah sebagai berikut:
a. Gangguan kardiovaskuler
Hipertensi, nyeri dada, dan sesak nafas akibat perikarditis, effusi perikardiac dan
gagal jantung akibat penimbunan cairan, gangguan irama jantung dan edema.
b. Gangguan Pulmoner
Nafas dangkal, kussmaul, batuk dengan sputum kental dan riak, suara krekels.
c. Gangguan gastrointestinal
Anoreksia, nausea, dan fomitus yang berhubungan dengan metabolisme protein
dalam usus, perdarahan pada saluran gastrointestinal, ulserasi dan perdarahan
mulut, nafas bau ammonia.
d. Gangguan muskuloskeletal
Resiles leg sindrom ( pegal pada kakinya sehingga selalu digerakan ), burning feet
syndrom ( rasa kesemutan dan terbakar, terutama 5 ditelapak kaki ), tremor,
miopati ( kelemahan) dan hipertropi otot –otot ekstremitas.
e. Gangguan Integumen
kulit berwarna pucat akibat anemia dan kekuning – kuningan akibat penimbunan
urokrom, gatal – gatal akibat toksik, kuku tipis dan rapuh.
f. Gangguan endokrim
Gangguan seksual : libido fertilitas dan ereksi menurun, gangguan menstruasi dan

Page
13
aminore. Gangguan metabolic glukosa, gangguan metabolic lemak dan vitamin D.
g. Gangguan cairan elektrolit dan keseimbangan asam dan basa
biasanya retensi garam dan air tetapi dapat juga terjadi kehilangan natrium dan
dehidrasi, asidosis, hiperkalemia, hipomagnesemia, hipokalsemia.
h. System hematologi
anemia yang disebabkan karena berkurangnya produksi eritopoetin, sehingga
rangsangan eritopoesis pada sum – sum tulang berkurang, hemolisis akibat
berkurangnya masa hidup eritrosit dalam suasana uremia toksik, dapat juga terjadi
gangguan fungsi trombosis dan trombositopeni.

2.8. KOMPLIKASI
a. Hiperkalemia akibat penurunana ekskresi, asidosis metabolic, katabolisme dan
masukan diet berlebih.
b. Perikarditis, efusi pericardial, dan tamponade jantung akibat retensi produk sampah
uremik dan dialysis yang tidak adekuat
c. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi system rennin-
angiotensin-aldosteron
d. Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah merah,
perdarahan gastrointestinal akibat iritasi toksin dna kehilangan drah selama
hemodialisa
e. Penyakit tulang serta kalsifikasi metastatik akibat retensi fosfat, kadar kalsium serum
yang rendah dan metabolisme vitamin D abnormal.
f. Asidosis metabolic
g. Osteodistropi ginjal
h. Sepsis
i. Neuropati perifer
j. Hiperuremia

2.9. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Didalam memberikan pelayanan keperawatan terutama intervensi maka perlu


pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan baik secara medis ataupun kolaborasi antara
lain :

Page
14
1. Pemeriksaan lab.darah
a. Hematologi
Hb, Ht, Eritrosit, Lekosit, Trombosit
b. RFT ( renal fungsi test )
Ureum dan kreatinin
c. LFT (liver fungsi test )
d. Elektrolit
Klorida, kalium, kalsium
e. Koagulasi studi
PTT, PTTK
f. BGA
2. Urine
a. urine rutin
b. urin khusus : benda keton, analisa kristal batu
3. pemeriksaan kardiovaskuler
a. ECG
b. ECO

4. Radidiagnostik
a. USG abdominal
b. CT scan abdominal
c. BNO/IVP, FPA
d. Renogram
e. RPG ( retio pielografi )

2.10. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN

Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan CKD dibagi tiga yaitu :


a. Konservatif
a) Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin
b) Observasi balance cairan
c) Observasi adanya odema
d) Batasi cairan yang masuk

Page
15
e) Dialysis
f) Peritoneal dialysis
i. biasanya dilakukan pada kasus – kasus emergency. Sedangkan dialysis yang bisa
dilakukan dimana saja yang tidak bersifat akut adalah CAPD ( Continues
Ambulatori Peritonial Dialysis )
g) Hemodialisis
i. Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena dengan
menggunakan mesin. Pada awalnya hemodiliasis dilakukan melalui daerah
femoralis namun untuk mempermudah maka dilakukan :
1. AV fistule : menggabungkan vena dan arteri
2. Double lumen : langsung pada daerah jantung ( vaskularisasi ke jantung )
b. Operasi
1. Pengambilan batu
2. transplantasi ginjal

Page
16
( KONSEP KEPERAWATAN )

2.11. PENGKAJIAN KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN PRIMER

Pengkajian dilakukan secara cepat dan sistemik,antara lain :


1. Airway

a) Lidah jatuh kebelakang

b) Benda asing/ darah pada rongga mulut

c) Adanya secret

2. Breathing

a) Pasien sesak nafas dan cepat letih

b) Pernafasan Kusmaul

c) Dispnea

d) Nafas berbau amoniak

3. Circulation

a) TD meningkat

b) Nadi kuat

c) Disritmia

d) Adanya peningkatan JVP

e) Terdapat edema pada ekstremitas bahkan anasarka

f) Capillary refill > 3 detik

g) Akral dingin

h) Cenderung adanya perdarahan terutama pada lambung

4. Disability : pemeriksaan neurologis è GCS menurun bahkan terjadi koma,


Kelemahan dan keletihan, Konfusi, Disorientasi, Kejang, Kelemahan pada
tungkai.

B. PENGKAJIAN SEKUNDER

Pemeriksaan sekunder dilakukan setelah memberikan pertolongan atau penenganan


pada pemeriksaan primer.

Page
17
Pemeriksaan sekunder meliputi :
1.AMPLE : alergi, medication, past illness, last meal, event
2.Pemeriksaan seluruh tubuh : Head to toe
3.Pemeriksaan penunjang : lebih detail, evaluasi ulang
a) Keluhan Utama

Badan lemah, cepat lelah, nampak sakit, pucat keabu-abuan, kadang-kadang


disertai udema ekstremitas, napas terengah-engah.
b) Riwayat kesehatan

Faktor resiko (mengalami infeksi saluran nafas atas, infeksi kulit, infeksi saluran
kemih, hepatitis, riwayat penggunaan obat nefrotik, riwayat keluarga dengan
penyakit polikistik, keganasan, nefritis herediter)
Anamnesa
a. Oliguria/ anuria 100 cc/ hari, infeksi, urine (leucosit, erytrosit, WBC, RBC)

b. Cardiovaskuler: Oedema, hipertensi, tachicardi, aritmia, peningkatan kalium

c. Kulit : pruritus, ekskortiasis, pucat kering.

d. Elektrolit: Peningkatan kalium, peningkatan H+, PO, Ca, Mg, penurunan HCO3

e. Gastrointestinal : Halitosis, stomatitis, ginggivitis, pengecapan menurun, nausea,


ainoreksia, vomitus, hematomisis, melena, gadtritis, haus.

f. Metabolik : Urea berlebihan, creatinin meningkat.

g. Neurologis: Gangguan fungsi kognitif, tingkah laku, penurunan kesadaran,


perubahan fungsi motorik

h. Oculair : Mata merah, gangguan penglihatan

i. Reproduksi : Infertil, impoten, amenhorea, penurunan libido

j. Respirasi : edema paru, hiperventilasi, pernafasan kusmaul

k. Lain-lain : Penurunan berat badan

Page
18
2.12. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran kapiler-alveolar

2. Penurunan cardiac output b.d perubahan preload, afterload dan sepsis

3. Pola nafas tidak efektif b.d edema paru, asidosis metabolic, pneumonitis,
perikarditis

4. Kelebihan volume cairan b.d mekanisme pengaturan melemah

5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake makanan yang
inadekuat (mual, muntah, anoreksia dll).

6. Intoleransi aktivitas b.d keletihan/kelemahan, anemia, retensi produk sampah dan


prosedur dialysis.

2.13. INTERVENSI KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI

1. Gangguan pertukaran gas b/d NOC : NIC :


kongesti paru, hipertensi pulmonal, 1. Respiratory Status : Gas Airway Management
penurunan perifer yang exchange 1. Buka jalan nafas,
mengakibatkan asidosis laktat dan 2. Respiratory Status : guanakan teknik chin
penurunan curah jantung. ventilation lift atau jaw thrust bila
Definisi : Kelebihan atau 3. Vital Sign Status perlu
kekurangan dalam oksigenasi dan Kriteria Hasil : 2. Posisikan pasien
atau pengeluaran karbondioksida di 1. Mendemonstrasikan untuk memaksimalkan
dalam membran kapiler alveoli peningkatan ventilasi ventilasi
Batasan karakteristik : dan oksigenasi yang 3. Identifikasi pasien
a. Gangguan penglihatan adekuat perlunya pemasangan
2. Memelihara alat jalan nafas buatan
b. Penurunan CO2 kebersihan paru paru 4. Pasang mayo bila
dan bebas dari tanda perlu
c. Takikardi
tanda distress 5. Lakukan fisioterapi
d. Hiperkapnia pernafasan dada jika perlu
3. Mendemonstrasikan 6. Keluarkan sekret
e. Keletihan batuk efektif dan suara dengan batuk atau
nafas yang bersih, tidak suction
f. Somnolen ada sianosis dan 7. Auskultasi suara
g. Iritabilitas dyspneu (mampu nafas, catat adanya
mengeluarkan sputum, suara tambahan
a. Hypoxia mampu bernafas 8. Lakukan suction pada
dengan mudah, tidak mayo
b. Kebingungan ada pursed lips) 9. Berikan bronkodilator
4. Tanda tanda vital bial perlu

Page
19
c. Dyspnoe dalam rentang norma 10. Berikan pelembab
udara
d. AGD Normal 11. Atur intake untuk
cairan
e. Sianosis
mengoptimalkan
f. Warna kulit abnormal keseimbangan.
(pucat, kehitaman)
Respiratory Monitoring
Faktor faktor yang berhubungan : 12. Monitor rata – rata,
a. Ketidakseimbangan perfusi kedalaman, irama dan
ventilasi usaha respirasi
b. perubahan membran kapiler- 13. Catat pergerakan
alveolar dada,amati
kesimetrisan,
penggunaan otot
tambahan, retraksi
otot supraclavicular
dan intercostal
14. Monitor suara nafas,
seperti dengkur
15. Monitor pola nafas :
bradipena, takipenia,
kussmaul,
hiperventilasi, cheyne
stokes, biot
16. Catat lokasi trakea
17. Monitor kelelahan
otot diagfragma
( gerakan paradoksis )
18. Auskultasi suara
nafas, catat area
penurunan / tidak
adanya ventilasi dan
suara tambahan
19. Tentukan kebutuhan
suction dengan
mengauskultasi
crakles dan ronkhi
pada jalan napas
utama
20. Uskultasi suara paru
setelah tindakan untuk
mengetahui hasilnya

Acid Base Managemen


21. Monitro IV line
22. Pertahankanjalan
nafas paten
23. Monitor AGD, tingkat
elektrolit

Page
20
24. Monitor status
hemodinamik(CVP,
MAP, PAP)
25. Monitor adanya tanda
tanda gagal nafas
26. Monitor pola respirasi
27. Lakukan terapi
oksigen

2. Penurunan curah jantung b/d respon NOC : NIC :


fisiologis otot jantung, peningkatan 1. Cardiac Pump Cardiac Care
frekuensi, dilatasi, hipertrofi atau effectiveness 1. Evaluasi adanya nyeri
peningkatan isi sekuncup 2. Circulation Status dada
3. Vital Sign Status (intensitas,lokasi,
Kriteria Hasil: durasi)
1. Tanda Vital dalam 2. Catat adanya disritmia
rentang normal jantung
(Tekanan darah, Nadi, 3. Catat adanya tanda
respirasi) dan gejala penurunan
2. Dapat mentoleransi cardiac putput
aktivitas, tidak ada 4. Monitor status
kelelahan kardiovaskuler
3. Tidak ada edema 5. Monitor status
paru, perifer, dan pernafasan yang
tidak ada asites menandakan gagal
4. Tidak ada penurunan jantung
kesadaran 6. Monitor abdomen
sebagai indicator
penurunan perfusi
7. Monitor balance
cairan
8. Monitor adanya
perubahan tekanan
darah
9. Monitor respon pasien
terhadap efek
pengobatan
antiaritmia
10. Atur periode latihan
dan istirahat untuk
menghindari
kelelahan
11. Monitor toleransi
aktivitas pasien
12. Monitor adanya
dyspneu, fatigue,
tekipneu dan ortopneu
13. Anjurkan untuk
menurunkan stress

Page
21
Vital Sign Monitoring
14. Monitor TD, nadi,
suhu, dan RR
15. Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
16. Monitor VS saat
pasien berbaring,
duduk, atau berdiri
17. Auskultasi TD pada
kedua lengan dan
bandingkan
18. Monitor TD, nadi,
RR, sebelum, selama,
dan setelah aktivitas
19. Monitor kualitas dari
nadi
20. Monitor adanya
pulsus paradoksus
21. Monitor adanya
pulsus alterans
22. Monitor jumlah dan
irama jantung
23. Monitor bunyi
jantung
24. Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
25. Monitor suara paru
26. Monitor pola
pernapasan abnormal
27. Monitor suhu, warna,
dan kelembaban kulit
28. Monitor sianosis
perifer
29. Monitor adanya
cushing triad (tekanan
nadi yang melebar,
bradikardi,
peningkatan sistolik)
30. Identifikasi penyebab
dari perubahan vital
sign

3. Pola nafas tidak efektif b.d edema NOC : NIC :


paru, asidosis metabolic, 1. Respiratory status :
pneumonitis, perikarditis Ventilation Fluid management
Definisi : Pertukaran udara inspirasi 2. Respiratory status : 1. Pertahankan catatan
dan/atau ekspirasi tidak adekuat Airway patency intake dan output
Penurunan tekanan 3. Vital sign Status yang akurat
inspirasi/ekspirasi Kriteria Hasil : 2. Pasang urin kateter

Page
22
Batasan Karakteristik : 1. Mendemonstrasikan jika diperlukan
a. Penurunan pertukaran udara batuk efektif dan suara 3. Monitor hasil lAb
per menit nafas yang bersih, tidak yang sesuai dengan
b. Menggunakan otot pernafasan ada sianosis dan retensi cairan
tambahan dyspneu (mampu (BUN , Hmt ,
c. Nasal flaring mengeluarkan sputum, osmolalitas urin )
d. Dyspnea mampu bernafas dengan 4. Monitor status
e. Orthopnea mudah, tidak ada pursed hemodinamik
f. Perubahan penyimpangan dada lips) termasuk CVP,
g. Nafas pendek 2. Menunjukkan jalan MAP, PAP, dan
h. Assumption of 3-point position nafas yang paten (klien PCWP
i. Pernafasan pursed-lip tidak merasa tercekik, 5. Monitor vital sign
j. Tahap ekspirasi berlangsung irama nafas, frekuensi 6. Monitor indikasi
sangat lama pernafasan dalam retensi / kelebihan
k. Peningkatan diameter anterior- rentang normal, tidak cairan (cracles, CVP
posterior ada suara nafas , edema, distensi
l. Pernafasan rata-rata/minimal abnormal) vena leher, asites)
a. Bayi : < 25 atau > 60 3. Tanda Tanda vital 7. Kaji lokasi dan luas
b. Usia 1-4 : < 20 atau > 30 dalam rentang normal edema
c. Usia 5-14 : < 14 atau > 25 (tekanan darah, nadi, 8. Monitor masukan
d. Usia > 14 : < 11 atau > 24 pernafasan) makanan / cairan
m. Kedalaman pernafasan dan hitung intake
kalori harian
9. Monitor status
nutrisi
10. Berikan diuretik
sesuai interuksi
11. Batasi masukan
cairan pada keadaan
hiponatrermi dilusi
dengan serum Na <
130 mEq/l
12. Kolaborasi dokter
jika tanda cairan
berlebih muncul
memburuk
Fluid Monitoring
13. Tentukan riwayat
jumlah dan tipe
intake cairan dan
eliminaSi
14. Tentukan
kemungkinan faktor
resiko dari ketidak
seimbangan cairan
(Hipertermia, terapi
diuretik, kelainan
renal, gagal jantung,
diaporesis, disfungsi
hati, dll )

Page
23
15. Monitor serum dan
elektrolit urine
16. Monitor serum dan
osmilalitas urine
17. Monitor BP, HR,
dan RR
18. Monitor tekanan
darah orthostatik
dan perubahan irama
jantung
19. Monitor parameter
hemodinamik infasif
20. Monitor adanya
distensi leher, rinchi,
eodem perifer dan
penambahan BB
21. Monitor tanda dan
gejala dari odema

4. Kelebihan volume cairan b/d NOC : NIC :


berkurangnya curah jantung, retensi 1. Electrolit and acid base Fluid management
cairan dan natrium oleh ginjal, balance 1. Timbang
hipoperfusi ke jaringan perifer dan 2. Fluid balance popok/pembalut jika
hipertensi pulmonal Kriteria Hasil: diperlukan
Definisi : Retensi cairan isotomik 1. Terbebas dari edema, 2. Pertahankan catatan
meningkat efusi, anaskara intake dan output
Batasan karakteristik : 2. Bunyi nafas bersih, yang akurat
a. Berat badan meningkat pada tidak ada 3. Pasang urin kateter
waktu yang singkat dyspneu/ortopneu jika diperlukan
b. Asupan berlebihan 3. Terbebas dari distensi 4. Monitor hasil lAb
dibanding output vena jugularis, reflek yang sesuai dengan
c. Tekanan darah berubah, hepatojugular (+) retensi cairan BUN ,
tekanan arteri pulmonalis 4. Memelihara tekanan Hmt , osmolalitas urin
berubah, peningkatan CVP vena sentral, tekanan 5. Monitor status
d. Distensi vena jugularis kapiler paru, output hemodinamik
e. Perubahan pada pola nafas, jantung dan vital sign termasuk CVP, MAP,
dyspnoe/sesak nafas, dalam batas normal PAP, dan PCWP
orthopnoe, suara nafas 5. Terbebas dari kelelahan, Monitor vital sign
abnormal (Rales atau kecemasan atau 6. Monitor indikasi
crakles), kongestikemacetan kebingungan retensi / kelebihan
paru, pleural effusion 6. Menjelaskanindikator cairan (cracles, CVP ,
f. Hb dan hematokrit menurun, kelebihan cairan edema, distensi vena
perubahan elektrolit, leher, asites)
khususnya perubahan berat 7. Kaji lokasi dan luas
jenis edema
g. Suara jantung SIII 8. Monitor masukan
h. Reflek hepatojugular positif makanan / cairan dan
i. Oliguria, azotemia hitung intake kalori
j. Perubahan status mental, harian

Page
24
kegelisahan, kecemasan 9. Monitor status nutrisi
Faktor-faktor yang berhubungan : 10. Berikan diuretik
a. Mekanisme pengaturan sesuai interuksi
melemah 11. Batasi masukan cairan
b. Asupan cairan berlebihan pada keadaan
c. Asupan natrium berlebihan hiponatrermi dilusi
dengan serum Na <
130 mEq/l
12. Kolaborasi dokter jika
tanda cairan berlebih
muncul memburuk

Fluid Monitoring
13. Tentukan riwayat
jumlah dan tipe intake
cairan dan eliminaSi
14. Tentukan
kemungkinan faktor
resiko dari ketidak
seimbangan cairan
(Hipertermia, terapi
diuretik, kelainan
renal, gagal jantung,
diaporesis, disfungsi
hati, dll )
15. Monitor berat badan
16. Monitor serum dan
elektrolit urine
17. Monitor serum dan
osmilalitas urine
18. Monitor BP, HR, dan
RR
19. Monitor tekanan
darah orthostatik dan
perubahan irama
jantung
20. Monitor parameter
hemodinamik infasif
21. Catat secara akutar
intake dan output
22. Monitor adanya
distensi leher, rinchi,
eodem perifer dan
penambahan BB
23. Monitor tanda dan
gejala dari odema

5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang NOC : NIC :


dari kebutuhan tubuh b.d intake Nutritional Status : food and Nutrition Management

Page
25
makanan yang inadekuat (mual, Fluid Intake 1. Kaji adanya alergi
muntah, anoreksia dll). Kriteria Hasil : makanan
Definisi : Intake nutrisi tidak cukup 1. Adanya peningkatan 2. Kolaborasi dengan
untuk keperluan metabolisme tubuh. berat badan sesuai ahli gizi untuk
dengan tujuan menentukan jumlah
Batasan karakteristik : 2. Berat badan ideal kalori dan nutrisi
a. Berat badan 20 % atau lebih sesuai dengan tinggi yang dibutuhkan
di bawah ideal badan pasien.
b. Dilaporkan adanya intake 3. Mampu 3. Anjurkan pasien
makanan yang kurang dari mengidentifikasi untuk meningkatkan
RDA (Recomended Daily kebutuhan nutrisi intake Fe
Allowance) 4. Tidak ada tanda tanda 4. Anjurkan pasien
c. Membran mukosa dan malnutrisi untuk meningkatkan
konjungtiva pucat 5. Tidak terjadi protein dan vitamin C
d. Kelemahan otot yang penurunan berat badan 5. Berikan substansi
digunakan untuk yang berarti gula
menelan/mengunyah 6. Yakinkan diet yang
e. Luka, inflamasi pada rongga dimakan mengandung
mulut tinggi serat untuk
f. Mudah merasa kenyang, mencegah konstipasi
sesaat setelah mengunyah 7. Berikan makanan
makanan yang terpilih (sudah
g. Dilaporkan atau fakta dikonsultasikan
adanya kekurangan makanan dengan ahli gizi)
h. Dilaporkan adanya 8. Ajarkan pasien
perubahan sensasi rasa bagaimana membuat
i. Perasaan ketidakmampuan catatan makanan
untuk mengunyah makanan harian.
j. Miskonsepsi 9. Monitor jumlah
k. Kehilangan BB dengan nutrisi dan kandungan
makanan cukup kalori
l. Keengganan untuk makan 10. Berikan informasi
m. Kram pada abdomen tentang kebutuhan
Faktor-faktor yang berhubungan : nutrisi
Ketidakmampuan pemasukan atau 11. Kaji kemampuan
mencerna makanan atau pasien untuk
mengabsorpsi zat-zat gizi mendapatkan nutrisi
berhubungan dengan faktor biologis, yang dibutuhkan
psikologis atau ekonomi.
Nutrition Monitoring
12. BB pasien dalam
batas normal
13. Monitor adanya
penurunan berat
badan
14. Monitor tipe dan
jumlah aktivitas yang
biasa dilakukan
15. Monitor interaksi
anak atau orangtua

Page
26
selama makan
16. Monitor lingkungan
selama makan
17. Jadwalkan
pengobatan dan
tindakan tidak selama
jam makan
18. Monitor kulit kering
dan perubahan
pigmentasi
19. Monitor turgor kulit
20. Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan
mudah patah
21. Monitor mual dan
muntah
22. Monitor kadar
albumin, total protein,
Hb, dan kadar Ht
23. Monitor makanan
kesukaan
24. Monitor pertumbuhan
dan perkembangan
25. Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
26. Monitor kalori dan
intake nuntrisi
27. Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan
cavitas oral.
28. Catat jika lidah
berwarna magenta,
scarlet

6. Intoleransi aktivitas b.d NOC : NIC :


keletihan/kelemahan, anemia, 1. Energy conservation Energy Management
retensi produk sampah dan 2. Self Care : ADLs 1. Observasi adanya
prosedur dialysis. Kriteria Hasil : pembatasan klien
1. Berpartisipasi dalam dalam melakukan
Definisi : Ketidakcukupan energi aktivitas fisik tanpa aktivitas
secara fisiologis maupun psikologis disertai peningkatan 2. Dorong pasien untuk
untuk meneruskan atau tekanan darah, nadi mengungkapkan
menyelesaikan aktifitas yang dan RR perasaan terhadap
diminta atau aktifitas sehari hari. 2. Mampu melakukan keterbatasan
Batasan karakteristik : aktivitas sehari hari 3. Kaji adanya factor
a. melaporkan secara verbal (ADLs) secara yang menyebabkan
adanya kelelahan atau

Page
27
kelemahan. mandiri kelelahan
b. Respon abnormal dari 4. Monitor nutrisi dan
tekanan darah atau nadi sumber energi
terhadap aktifitas tangadekuat
c. Perubahan EKG yang 5. Monitor pasien akan
menunjukkan aritmia atau adanya kelelahan fisik
iskemia dan emosi secara
d. Adanya dyspneu atau berlebihan
ketidaknyamanan saat 6. Monitor respon
beraktivitas. kardivaskuler
Faktor factor yang berhubungan : terhadap aktivitas
a. Tirah Baring atau imobilisasi 7. Monitor pola tidur
b. Kelemahan menyeluruh dan lamanya
c. Ketidakseimbangan antara tidur/istirahat pasien
suplei oksigen dengan
kebutuhan Activity Therapy
d. Gaya hidup yang 8. Kolaborasikan dengan
dipertahankan. Tenaga Rehabilitasi
Medik
dalammerencanakan
progran terapi yang
tepat.
9. Bantu klien untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang mampu
dilakukan
10. Bantu untuk memilih
aktivitas konsisten
yangsesuai dengan
kemampuan fisik,
psikologi dan social
11. Bantu untuk
mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber
yang diperlukan untuk
aktivitas yang
diinginkan
12. Bantu untuk
mendpatkan alat
bantuan aktivitas
seperti kursi roda,
krek
13. Bantu untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
14. Bantu klien untuk
membuat jadwal
latihan diwaktu luang
15. Bantu pasien/keluarga
untuk

Page
28
mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
16. Sediakan penguatan
positif bagi yang aktif
beraktivitas
17. Bantu pasien untuk
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan
18. Monitor respon fisik,
emoi, social dan
spiritual

Page
29
( KONSEP ASISTENSI KEPERAWATAN )

Diagnosa Keperawatan : Intoleransi aktivitas b.d keletihan/kelemahan, anemia, retensi


produk sampah dan prosedur dialysis.

Intervensi Keperawatan
Dx : Intoleransi aktivitas
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien dapat beraktivitas
dengan baik seperti biasanya
Kriteria Hasil :
1. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan
tekanan darah, nadi, dan RR.
2. Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiri
Intervensi : NIC :
Energy Management
1. Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas
2. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan terhadap
keterbatasan
3. Kaji adanya factor yang menyebabkan kelelahan
4. Monitor nutrisi dan sumber energi tanga adekuat
5. Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara
berlebihan
6. Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas
7. Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien

Activity Therapy
8. Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik dalam
merencanakan program terapi yang tepat.
9. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu
dilakukan

Page
30
10. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yangsesuai dengan
kemampuan fisik, psikologi dan social
11. Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang
diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan
12. Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi
roda, krek
13. Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai
14. Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang
15. Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan
dalam beraktivitas
16. Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas
17. Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan
penguatan
18. Monitor respon fisik, emosi, social dan spiritual

Intervensi Sesuai Kewenangan Asistensi Keperawatan


1. Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas
2. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan terhadap keterbatasan
3. Kaji adanya factor yang menyebabkan kelelahan
4. Monitor nutrisi dan sumber energi tanga adekuat
5. Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan
6. Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas
7. Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien
8. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
9. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yangsesuai dengan kemampuan fisik,
psikologi dan social
10. Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk
aktivitas yang diinginkan
11. Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek
12. Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai
13. Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang
14. Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas
15. Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas
16. Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan

Page
31
17. Monitor respon fisik, emosi, social dan spiritual

Page
32

Anda mungkin juga menyukai