PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Gagal ginjal kronik adalah Penyakit yang bisa timbul karena kerusakan pada
filtrasi dan sekresi ginjal akan berujung pada gagal ginjal kronik atau disebut chronic
kidney disease (CKD). Chronic kidney disease sendiri di sebabkan oleh beberapa faktor
yaitu hipertensi, glomerulonefritis, nefropati analgesik, nefropati diabetic, nefropati
refluk, ginjal polikistik, obstruksi dan gout (Mansjoer, 2007). Penyakit Ginjal Kronik
(PGK) kini telah menjadi persoalan kesehatan serius masyarakat di dunia. Menurut
WHO (2012) penyakit ginjal dan saluran kemih telah menyebabkan kematian sekitar
850.000 orang setiap tahunnya. Hal ini menunjukkan bahwa penyakit ini meduduki
peringkat ke -12 tertinggi angka kematian atau peringkat tertinggi ke-17 angka
kecacatan. Pelayanan asuhan keperawatan ditujukan untuk mempertahankan,
meningkatkan kesehatan dan menolong individu untuk mengatasi secara tepat masalah
kesehatan sehari-hari, penyakit, kecelakaan, atau ketidakmampuan bahkan kematian
(Depkes,2005).
1.2. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan Penyakit Gagal Ginjal Kronis ( CKD )
2. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan Penyakit Gagal Ginjal Kronis
( CKD )
3. Bagaimana cara asistensi keperawatan menyusun rencana tindakan terhadap
pasien dengan Penyakit Gagal Ginjal Kronis ( CKD )
4. Bagaimana cara asisitensi keperawatan melaksanakan atau mengimplementasikan
rencana tindakan berdasarkan kewenangan asistensi keperawatan
5. Bagaimana cara asistensi keperawatan mengevaluasi untuk menilai proses
masalah keperawatan
1.3. TUJUAN
a. Tujuan umum
Siswa dapat mengetahui Asuhan Keperawatan pada klien yang mengidap penyakit
gagal ginjal ( Chronic Kidney Disease ).
b. Tujuan khusus
1. Asisten perawat mampu melakukan pengkajian pada klien dengan penyakit
gagal ginjal
2. Asisten perawat mampu menyusun rencana tindakan sesuai dengan
Page
1
kewenangannya
3. Asisten perawat mampu melaksanakan atau mengimplementasikan rencana
tindakan berdasarkan kewenangan asistensi keperawatan.
4. Asisten perawat mampu mengevaluasi untuk menilai progres masalah
keperawatan
Page
2
BAB II
PEMBAHASAN
( KONSEP MEDIS )
2.1. DEFINISI
Gagal ginjal kronik adalah kegagalan fungsi ginjal untuk mempertahankan
metabolism serta keseimbangan cairan dan elektrolit akibat destruksi struktur ginjal yang
progresif dengan maninfestasi penumpukan sisa metabolit (toksik uremik) di dalam
darah (Digiulio,Jackson, dan Keogh, 2014)
Gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap akhir adalah gangguan fungsi
ginjal yang menahun berifat progresif dan irreversible (Rendy & Margareth 2012).
Chronic kidney disease adalah kerusakan faal ginjal yang hampir selalu tidak dapat
dipilih dan dapat disebabkan oleh berbagai hal. Istilah uremia sendiri telah dipakai
sebagai nama keadaan selama lebih dari satu abad (Sibuea, Pangabean, 2005)
Gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan
gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal
untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,
menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Brunner &
Suddarth, 2001).
Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah penurunan fungsi ginjal yang bersifat
persisten dan irreversible. Sedangkan gangguan fungsi ginjal yaitu penurunan laju
filtrasi glomerulus yang dapat digolongkan dalam kategori ringan, sedang dan berat
(Mansjoer, 2007). CRF (Chronic Renal Failure) merupakan gangguan fungsi ginjal yang
progresif dan irreversible, yang menyebabkan kemampuan tubuh gagal untuk
mempetahankan metabolisme dan keseimbangan cairan maupun elektrolit, sehingga
timbul gejala uremia yaitu retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah (Smeltzer,
2001).
Page
3
2..2. ETIOLOGI
Menurut Muttaqin dan Sari (2011) dan Digiulio,Jackson,dan Keogh
(2014) begitu banyak kondisi klinis yang bisa menyebabkan terjadinya gagal ginjal
kronik. Akan tetapi apapun penyebabnya, respon yang terjadi adalah penurunan fungsi
ginjal secara progresif. Kondisi klinis yang memungkinkan dapat mengakibatkan GGK
bisa disebabkan dari ginjal sendiri dan luar ginjal.
Penyebab dari ginjal : Penyakit pada saringan (glomerulus) :
glomerulonefritis, Infeksi kuman : pyelonefritis, ureteritis, Batu ginjal : nefrolitiasis,
Kista diginjal : polcytis kidney, Trauma langsung pada ginjal , Keganasan pada ginjal,
sumbatan : batu ginjal, penyempitan/striktur
Penyebab umum di luar ginjal : Penyakit sistemik: diabetes melitus,
hipertensi, kolesterol tinggi, Dyslipidermia, Infeksi di badan : TBC Paru, sifilis,
malaria, hepatitis, Preklamsi, Obat-obatan, Kehilangan banyak cairan yang mendadak
(kecelakan) dan toksik
Page
4
terlindung dari traumalangsung. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dari kiri,
karena hati menduduki ruang banyak di sebelah kanan. Setiap ginjal panjangnya 6
sampai 7,5 sentimeter, dan tebal 1,5 sampai 2,5 sentimeter. Pada orang dewasa
beratnya kira-kira 140 gram. Bentuk ginjal seperti kacang dan sisi dalamnya atau
hilum menghadap ke tulang punggung. Sisi luarnya cembung. Pembuluh-
pembuluh ginjal semuanya masuk dan keluar pada hilum. Di atas ginjal
menjulang sebuah kelenjar suprarenal. Ginjal kanan lebih pendek dan lebih tebal
dari yang kiri. Kedua ginjal dilapisi oleh lemak yang bergumna untuk meredam
guncangan. Ginjal merupakan bagian dari sistem saluran kencing (urinary
system) yang ada dalam tubuh kita.
Page
5
diselingi oleh bagian korteks yang disebut kolumna bertini. Piramid-piramid
tersebut tampak bercorak karena tersusun oleh segmen-segmen tubulus dan
duktus pengumpul nefron. Papilla (apeks) dari piramid membentuk duktus
papilaris bellini dan masuk ke dalam perluasan ujung pelvis ginjal yang disebut
kaliks minor dan bersatu membentuk kaliks mayor, selanjutnya membentuk pelvis
ginjal.
Gambar penampang ginjal dapat dilihat pada gambar. 3
Page
6
mengandung seberkas pembuluh darah (glomelurus). Badan malphigi ini tersusun
atas glomerulus dan kapsula Bowman membentuk korpuskulum renalis.
Glomerulus merupakan anyaman pembuluh darah kapiler sebagai lanjutan
pembuluh darah arteri ginjal. Kapsula Bowman berbentuk seperti mangkuk, yang
di dalamnya berkumpul gelungan pembuluh darah kapiler yang halus. Tubulus
merupakan saluran lanjutan dari kapsula Bowman. Saluran panjang yang
melingkar-lingkar letaknya bersebelahan dengan glomerulus. Tubulus proksimal
adalah saluran yang dekat dengan badan malphigi, sangat berliku dan panjangnya
sekitar 15 mm. Sedangkan yang jauh dari badan malphigi disebut tubulus distal,
sangat berliku dan panjangnya sekitar 5 mm yang membentuk segmen terakhir
nefron. Kedua tubulus ini dijembatani oleh lengkung Henle yang berupa leher
angsa yang turun ke arah medulla ginjal kemudian naik kembali menuju korteks.
Bagian akhir dari tubulus ini adalah saluran pengumpul (ductus collectivus) yang
terletak pada medulla yang mengalirkan urin ke kaliks minor menuju kaliks
mayor dan menuju piala ginjal. Medulla merupakan tempat saluran dari kapsula
Bowman ini berkumpul. Saluran ini mengalirkan urin ke saluran yang lebih besar
ke arah pelvis atau piala ginjal. Lalu urin disalurkan ke ureter kemudian
ditampung di kandung kemih. Pada jumlah urin tertentu di mana dinding kandung
kemih ini tertekan sehingga otot melingkar pada pangkal kandung kemih
meregang akan memberikan sinyal ke saraf untuk menimbulkan rangsang
berkemih untuk disalurkan ke ureter sebagai saluran pembuangan keluar. (dr.
Fransisca Kristiana, 2011)
2. Fisiologi Ginjal
a. Fungsi ginjal
Menurut Price (2006) ginjal mempunyai berbagai macam fungsi yaitu
ekskresi dan fungsi non-ekskresi. Fungsi ekskresi diantaranya adalah :
1) Mempertahankan osmolaritas plasma sekitar 285 mOsmol dengan
mengubah-ubah ekskresi air.
2) Mempertahankan kadar masing-masing elektrolit plasma dalam rentang
normal.
3) Mempertahankan pH plasma sekitar 7,4 dengan mengeluarkan kelebihan H+
dan membentuk kembali HCO3
4) Mengekresikan produk akhir nitrogen dari metabolism protein, terutama
urea, asam urat dan kreatinin.
Page
7
Sedangkan fungsi non-ekresi ginjal adalah :
1) Menghasilkan rennin yang penting untuk pengaturan tekanan darah.
2) Menghasilkan eritropoetin sebagai factor penting dalam stimulasi produksi
sel darah merah olehsumsum tulang.
3) Metabolism vitamin D menjadi bentuk aktifnya.
4) Degradasi insulin.
5) Menghasilkan prostaglandin.
b. Fisiologi pembentukan urine
Pembentukan urine adalah fungsi ginjal yang paling esensial dalam
mempertahankan homeostatis tubuh. Pada orang dewasa sehat, lebih kurang 1200
ml darah, atau 25% cardiac output, mengalir ke kedua ginjal. Pada keadaan
tertentu, aliran darah ke ginjal dapat meningkat hingga 30% (pada saat latihan
fisik) dan menurun hingga 12% dari cardiac output.
Kapiler glomeruli berdinding porous (berlubang-lubang), yang memungkinkan
terjadinya filtrasi cairan dalam jumlah besar (± 180 L/hari). Molekul yang
berukuran kecil (air, elektroloit, dan sisa metabolisme tubuh, di antaranya
kreatinin dan ureum) akan difiltrasi dari darah, sedangkan molekul berukuran
lebih besar (protein dan sel darah merah) tetap tertahan di dalam darah. Oleh
karena itu komposisi cairan filtrat yang berada di kapsul Bowman, mirip dengan
yang ada di dalam plasma, hanya saja cairan ini tidak mengandung protein dan sel
darah.
Volume cairan yang difiltrasi oleh glomerulus setiap satuan waktu disebut
sebagai rerata filtrasi glomerulus atau glomerular filtration (GFR). Selanjutnya,
cairan filtrat akan direabsorbsi dan beberapa elektrolit akan mengalami sekresi di
tubulus ginjal, yang kemudian menghasilkan urine yang akan disalurkan melalui
duktus kolegentes. Cairan urine tersbut disalurkan ke dalam sistem kalises hingga
pelvis ginjal (Basuki, 2011).
2.4. PATOFISIOLOGI
Penyakit gagal ginjal kronik pada awalnya tergantung pada penyakit yang men-
dasarinya, tapi dalam perkem-bangan selanjutnya proses yang terjadi kurang lebih sama.
Mula-mula karena adanya zat toksik, infeksi dan obstruksi saluran kemih yang
menyebab-kan retensi urine. Dari penyebab tersebut, Glomerular Filtration Rate (GFR)
di seluruh massa nefron turun dibawah normal. Hal yang dapat terjadi dari menurunnya
Page
8
GFR meliputi: sekresi protein terganggu, retensi Na dan sekresi eritropoitin turun. Hal ini
mengakibatkan terjadinya sindrom uremia yang diikuti oleh peningkatan asam lambung
dan pruritus.
Asam lambung yang meningkat akan merangsang rasa mual, dapat juga terjadi iritasi
pada lambung dan perdarahan jika iritasi tersebut tidak ditangani yang dapat
menyebabkan melena. Proses retensi Na menyebabkantotal cairan ekstra seluler
meningkat, kemudian terjadilah edema. Edema tersebut menyebabkan beban jantung
naik sehingga adanya hipertrofi ventrikel kiri dan curah jantung menurun. Proses
hipertrofi tersebut diikuti juga dengan menurunnya cardiac output yang menyebabkan
menurun-nya aliran darah ke ginjal, kemudian terjadilah retensi Na dan H2O meningkat.
Hal ini menyebabkan kelebihan volume cairan pada pasien GGK. Selain itu
menurunnya cardiac output juga dapat menyebabkan suplai oksigen kejaringan
mengalami penurunan menjadikan metabolisme anaerob menyebabkan timbunan asam
meningkat sehingga nyeri sendi terjadi, selain itu cardiac output juga dapat
mengakibatkan penurunan suplai oksigen keotak yang dapat meng-akibatkan kehilangan
kesadaran. Hipertrofi ventrikel akan mengakibatkan payah jantung kiri sehingga
bendungan atrium kiri naik, mengakibatkan tekanan vena pulmonalis sehingga kapiler
paru naik terjadi edema paru yang mengakibatkan difusi O2 dan CO2 terhambat
sehingga pasien merasakan sesak. Adapun Hb yang menurun akan mengakibatkan suplai
O2 Hb turun dan pasien GGK akan mengalami kelemahan atau gangguan perfusi
jaringan. (Corwin,2009)
PATHWAY
Page
9
2.5. KLASIFIKASI GAGAL GINJAL KRONIK
Gagal ginjal kronik dibagi 3 stadium :
- Stadium 1 : penurunan cadangan ginjal, pada stadium kadar kreatinin serum
normal dan penderita asimptomatik.
- Stadium 2 : insufisiensi ginjal, dimana lebihb dari 75 % jaringan telah rusak, Blood
Urea Nitrogen ( BUN ) meningkat, dan kreatinin serum meningkat.
- Stadium 3 : gagal ginjal stadium akhir atau uremia. K/DOQI merekomendasikan
Pembagian CKD berdasarkan stadium dari tingkat penurunan LFG :
- Stadium 1 : kelainan ginjal yang ditandai dengan albuminaria persisten dan LFG
yang masih normal ( > 90 ml / menit / 1,73 m2
- Stadium 2 : Kelainan ginjal dengan albuminaria persisten dan LFG antara 60-89
Page
10
mL/menit/1,73 m2
- Stadium 3 : kelainan ginjal dengan LFG antara 30-59 mL/menit/1,73m2
- Stadium 4 : kelainan ginjal dengan LFG antara 15- 29mL/menit/1,73m2
- Stadium5 : kelainan ginjal dengan LFG < 15mL/menit/1,73m2 atau gagal ginjal
terminal.
Untuk menilai GFR ( Glomelular Filtration Rate ) / CCT ( Clearance Creatinin Test )
dapat digunakan dengan rumus :
Page
11
b. Stomatitis uremia
Mukosa kering, lesi ulserasi luas, karena sekresi cairan saliva banyak mengandung
urea dan kurang menjaga kebersihan mulut.
c. Pankreatitis
Berhubungan dengan gangguan ekskresi enzim amylase.
3. Kelainan mata
4. Kardiovaskuler
5. Kelainan kulit
a. Gatal
6. Neuropsikiatri
8. Neurologi :
Page
12
g. Perubahan Perilaku
Page
13
aminore. Gangguan metabolic glukosa, gangguan metabolic lemak dan vitamin D.
g. Gangguan cairan elektrolit dan keseimbangan asam dan basa
biasanya retensi garam dan air tetapi dapat juga terjadi kehilangan natrium dan
dehidrasi, asidosis, hiperkalemia, hipomagnesemia, hipokalsemia.
h. System hematologi
anemia yang disebabkan karena berkurangnya produksi eritopoetin, sehingga
rangsangan eritopoesis pada sum – sum tulang berkurang, hemolisis akibat
berkurangnya masa hidup eritrosit dalam suasana uremia toksik, dapat juga terjadi
gangguan fungsi trombosis dan trombositopeni.
2.8. KOMPLIKASI
a. Hiperkalemia akibat penurunana ekskresi, asidosis metabolic, katabolisme dan
masukan diet berlebih.
b. Perikarditis, efusi pericardial, dan tamponade jantung akibat retensi produk sampah
uremik dan dialysis yang tidak adekuat
c. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi system rennin-
angiotensin-aldosteron
d. Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah merah,
perdarahan gastrointestinal akibat iritasi toksin dna kehilangan drah selama
hemodialisa
e. Penyakit tulang serta kalsifikasi metastatik akibat retensi fosfat, kadar kalsium serum
yang rendah dan metabolisme vitamin D abnormal.
f. Asidosis metabolic
g. Osteodistropi ginjal
h. Sepsis
i. Neuropati perifer
j. Hiperuremia
Page
14
1. Pemeriksaan lab.darah
a. Hematologi
Hb, Ht, Eritrosit, Lekosit, Trombosit
b. RFT ( renal fungsi test )
Ureum dan kreatinin
c. LFT (liver fungsi test )
d. Elektrolit
Klorida, kalium, kalsium
e. Koagulasi studi
PTT, PTTK
f. BGA
2. Urine
a. urine rutin
b. urin khusus : benda keton, analisa kristal batu
3. pemeriksaan kardiovaskuler
a. ECG
b. ECO
4. Radidiagnostik
a. USG abdominal
b. CT scan abdominal
c. BNO/IVP, FPA
d. Renogram
e. RPG ( retio pielografi )
Page
15
e) Dialysis
f) Peritoneal dialysis
i. biasanya dilakukan pada kasus – kasus emergency. Sedangkan dialysis yang bisa
dilakukan dimana saja yang tidak bersifat akut adalah CAPD ( Continues
Ambulatori Peritonial Dialysis )
g) Hemodialisis
i. Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena dengan
menggunakan mesin. Pada awalnya hemodiliasis dilakukan melalui daerah
femoralis namun untuk mempermudah maka dilakukan :
1. AV fistule : menggabungkan vena dan arteri
2. Double lumen : langsung pada daerah jantung ( vaskularisasi ke jantung )
b. Operasi
1. Pengambilan batu
2. transplantasi ginjal
Page
16
( KONSEP KEPERAWATAN )
c) Adanya secret
2. Breathing
b) Pernafasan Kusmaul
c) Dispnea
3. Circulation
a) TD meningkat
b) Nadi kuat
c) Disritmia
g) Akral dingin
B. PENGKAJIAN SEKUNDER
Page
17
Pemeriksaan sekunder meliputi :
1.AMPLE : alergi, medication, past illness, last meal, event
2.Pemeriksaan seluruh tubuh : Head to toe
3.Pemeriksaan penunjang : lebih detail, evaluasi ulang
a) Keluhan Utama
Faktor resiko (mengalami infeksi saluran nafas atas, infeksi kulit, infeksi saluran
kemih, hepatitis, riwayat penggunaan obat nefrotik, riwayat keluarga dengan
penyakit polikistik, keganasan, nefritis herediter)
Anamnesa
a. Oliguria/ anuria 100 cc/ hari, infeksi, urine (leucosit, erytrosit, WBC, RBC)
d. Elektrolit: Peningkatan kalium, peningkatan H+, PO, Ca, Mg, penurunan HCO3
Page
18
2.12. DIAGNOSA KEPERAWATAN
3. Pola nafas tidak efektif b.d edema paru, asidosis metabolic, pneumonitis,
perikarditis
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake makanan yang
inadekuat (mual, muntah, anoreksia dll).
Page
19
c. Dyspnoe dalam rentang norma 10. Berikan pelembab
udara
d. AGD Normal 11. Atur intake untuk
cairan
e. Sianosis
mengoptimalkan
f. Warna kulit abnormal keseimbangan.
(pucat, kehitaman)
Respiratory Monitoring
Faktor faktor yang berhubungan : 12. Monitor rata – rata,
a. Ketidakseimbangan perfusi kedalaman, irama dan
ventilasi usaha respirasi
b. perubahan membran kapiler- 13. Catat pergerakan
alveolar dada,amati
kesimetrisan,
penggunaan otot
tambahan, retraksi
otot supraclavicular
dan intercostal
14. Monitor suara nafas,
seperti dengkur
15. Monitor pola nafas :
bradipena, takipenia,
kussmaul,
hiperventilasi, cheyne
stokes, biot
16. Catat lokasi trakea
17. Monitor kelelahan
otot diagfragma
( gerakan paradoksis )
18. Auskultasi suara
nafas, catat area
penurunan / tidak
adanya ventilasi dan
suara tambahan
19. Tentukan kebutuhan
suction dengan
mengauskultasi
crakles dan ronkhi
pada jalan napas
utama
20. Uskultasi suara paru
setelah tindakan untuk
mengetahui hasilnya
Page
20
24. Monitor status
hemodinamik(CVP,
MAP, PAP)
25. Monitor adanya tanda
tanda gagal nafas
26. Monitor pola respirasi
27. Lakukan terapi
oksigen
Page
21
Vital Sign Monitoring
14. Monitor TD, nadi,
suhu, dan RR
15. Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
16. Monitor VS saat
pasien berbaring,
duduk, atau berdiri
17. Auskultasi TD pada
kedua lengan dan
bandingkan
18. Monitor TD, nadi,
RR, sebelum, selama,
dan setelah aktivitas
19. Monitor kualitas dari
nadi
20. Monitor adanya
pulsus paradoksus
21. Monitor adanya
pulsus alterans
22. Monitor jumlah dan
irama jantung
23. Monitor bunyi
jantung
24. Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
25. Monitor suara paru
26. Monitor pola
pernapasan abnormal
27. Monitor suhu, warna,
dan kelembaban kulit
28. Monitor sianosis
perifer
29. Monitor adanya
cushing triad (tekanan
nadi yang melebar,
bradikardi,
peningkatan sistolik)
30. Identifikasi penyebab
dari perubahan vital
sign
Page
22
Batasan Karakteristik : 1. Mendemonstrasikan jika diperlukan
a. Penurunan pertukaran udara batuk efektif dan suara 3. Monitor hasil lAb
per menit nafas yang bersih, tidak yang sesuai dengan
b. Menggunakan otot pernafasan ada sianosis dan retensi cairan
tambahan dyspneu (mampu (BUN , Hmt ,
c. Nasal flaring mengeluarkan sputum, osmolalitas urin )
d. Dyspnea mampu bernafas dengan 4. Monitor status
e. Orthopnea mudah, tidak ada pursed hemodinamik
f. Perubahan penyimpangan dada lips) termasuk CVP,
g. Nafas pendek 2. Menunjukkan jalan MAP, PAP, dan
h. Assumption of 3-point position nafas yang paten (klien PCWP
i. Pernafasan pursed-lip tidak merasa tercekik, 5. Monitor vital sign
j. Tahap ekspirasi berlangsung irama nafas, frekuensi 6. Monitor indikasi
sangat lama pernafasan dalam retensi / kelebihan
k. Peningkatan diameter anterior- rentang normal, tidak cairan (cracles, CVP
posterior ada suara nafas , edema, distensi
l. Pernafasan rata-rata/minimal abnormal) vena leher, asites)
a. Bayi : < 25 atau > 60 3. Tanda Tanda vital 7. Kaji lokasi dan luas
b. Usia 1-4 : < 20 atau > 30 dalam rentang normal edema
c. Usia 5-14 : < 14 atau > 25 (tekanan darah, nadi, 8. Monitor masukan
d. Usia > 14 : < 11 atau > 24 pernafasan) makanan / cairan
m. Kedalaman pernafasan dan hitung intake
kalori harian
9. Monitor status
nutrisi
10. Berikan diuretik
sesuai interuksi
11. Batasi masukan
cairan pada keadaan
hiponatrermi dilusi
dengan serum Na <
130 mEq/l
12. Kolaborasi dokter
jika tanda cairan
berlebih muncul
memburuk
Fluid Monitoring
13. Tentukan riwayat
jumlah dan tipe
intake cairan dan
eliminaSi
14. Tentukan
kemungkinan faktor
resiko dari ketidak
seimbangan cairan
(Hipertermia, terapi
diuretik, kelainan
renal, gagal jantung,
diaporesis, disfungsi
hati, dll )
Page
23
15. Monitor serum dan
elektrolit urine
16. Monitor serum dan
osmilalitas urine
17. Monitor BP, HR,
dan RR
18. Monitor tekanan
darah orthostatik
dan perubahan irama
jantung
19. Monitor parameter
hemodinamik infasif
20. Monitor adanya
distensi leher, rinchi,
eodem perifer dan
penambahan BB
21. Monitor tanda dan
gejala dari odema
Page
24
kegelisahan, kecemasan 9. Monitor status nutrisi
Faktor-faktor yang berhubungan : 10. Berikan diuretik
a. Mekanisme pengaturan sesuai interuksi
melemah 11. Batasi masukan cairan
b. Asupan cairan berlebihan pada keadaan
c. Asupan natrium berlebihan hiponatrermi dilusi
dengan serum Na <
130 mEq/l
12. Kolaborasi dokter jika
tanda cairan berlebih
muncul memburuk
Fluid Monitoring
13. Tentukan riwayat
jumlah dan tipe intake
cairan dan eliminaSi
14. Tentukan
kemungkinan faktor
resiko dari ketidak
seimbangan cairan
(Hipertermia, terapi
diuretik, kelainan
renal, gagal jantung,
diaporesis, disfungsi
hati, dll )
15. Monitor berat badan
16. Monitor serum dan
elektrolit urine
17. Monitor serum dan
osmilalitas urine
18. Monitor BP, HR, dan
RR
19. Monitor tekanan
darah orthostatik dan
perubahan irama
jantung
20. Monitor parameter
hemodinamik infasif
21. Catat secara akutar
intake dan output
22. Monitor adanya
distensi leher, rinchi,
eodem perifer dan
penambahan BB
23. Monitor tanda dan
gejala dari odema
Page
25
makanan yang inadekuat (mual, Fluid Intake 1. Kaji adanya alergi
muntah, anoreksia dll). Kriteria Hasil : makanan
Definisi : Intake nutrisi tidak cukup 1. Adanya peningkatan 2. Kolaborasi dengan
untuk keperluan metabolisme tubuh. berat badan sesuai ahli gizi untuk
dengan tujuan menentukan jumlah
Batasan karakteristik : 2. Berat badan ideal kalori dan nutrisi
a. Berat badan 20 % atau lebih sesuai dengan tinggi yang dibutuhkan
di bawah ideal badan pasien.
b. Dilaporkan adanya intake 3. Mampu 3. Anjurkan pasien
makanan yang kurang dari mengidentifikasi untuk meningkatkan
RDA (Recomended Daily kebutuhan nutrisi intake Fe
Allowance) 4. Tidak ada tanda tanda 4. Anjurkan pasien
c. Membran mukosa dan malnutrisi untuk meningkatkan
konjungtiva pucat 5. Tidak terjadi protein dan vitamin C
d. Kelemahan otot yang penurunan berat badan 5. Berikan substansi
digunakan untuk yang berarti gula
menelan/mengunyah 6. Yakinkan diet yang
e. Luka, inflamasi pada rongga dimakan mengandung
mulut tinggi serat untuk
f. Mudah merasa kenyang, mencegah konstipasi
sesaat setelah mengunyah 7. Berikan makanan
makanan yang terpilih (sudah
g. Dilaporkan atau fakta dikonsultasikan
adanya kekurangan makanan dengan ahli gizi)
h. Dilaporkan adanya 8. Ajarkan pasien
perubahan sensasi rasa bagaimana membuat
i. Perasaan ketidakmampuan catatan makanan
untuk mengunyah makanan harian.
j. Miskonsepsi 9. Monitor jumlah
k. Kehilangan BB dengan nutrisi dan kandungan
makanan cukup kalori
l. Keengganan untuk makan 10. Berikan informasi
m. Kram pada abdomen tentang kebutuhan
Faktor-faktor yang berhubungan : nutrisi
Ketidakmampuan pemasukan atau 11. Kaji kemampuan
mencerna makanan atau pasien untuk
mengabsorpsi zat-zat gizi mendapatkan nutrisi
berhubungan dengan faktor biologis, yang dibutuhkan
psikologis atau ekonomi.
Nutrition Monitoring
12. BB pasien dalam
batas normal
13. Monitor adanya
penurunan berat
badan
14. Monitor tipe dan
jumlah aktivitas yang
biasa dilakukan
15. Monitor interaksi
anak atau orangtua
Page
26
selama makan
16. Monitor lingkungan
selama makan
17. Jadwalkan
pengobatan dan
tindakan tidak selama
jam makan
18. Monitor kulit kering
dan perubahan
pigmentasi
19. Monitor turgor kulit
20. Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan
mudah patah
21. Monitor mual dan
muntah
22. Monitor kadar
albumin, total protein,
Hb, dan kadar Ht
23. Monitor makanan
kesukaan
24. Monitor pertumbuhan
dan perkembangan
25. Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
26. Monitor kalori dan
intake nuntrisi
27. Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan
cavitas oral.
28. Catat jika lidah
berwarna magenta,
scarlet
Page
27
kelemahan. mandiri kelelahan
b. Respon abnormal dari 4. Monitor nutrisi dan
tekanan darah atau nadi sumber energi
terhadap aktifitas tangadekuat
c. Perubahan EKG yang 5. Monitor pasien akan
menunjukkan aritmia atau adanya kelelahan fisik
iskemia dan emosi secara
d. Adanya dyspneu atau berlebihan
ketidaknyamanan saat 6. Monitor respon
beraktivitas. kardivaskuler
Faktor factor yang berhubungan : terhadap aktivitas
a. Tirah Baring atau imobilisasi 7. Monitor pola tidur
b. Kelemahan menyeluruh dan lamanya
c. Ketidakseimbangan antara tidur/istirahat pasien
suplei oksigen dengan
kebutuhan Activity Therapy
d. Gaya hidup yang 8. Kolaborasikan dengan
dipertahankan. Tenaga Rehabilitasi
Medik
dalammerencanakan
progran terapi yang
tepat.
9. Bantu klien untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang mampu
dilakukan
10. Bantu untuk memilih
aktivitas konsisten
yangsesuai dengan
kemampuan fisik,
psikologi dan social
11. Bantu untuk
mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber
yang diperlukan untuk
aktivitas yang
diinginkan
12. Bantu untuk
mendpatkan alat
bantuan aktivitas
seperti kursi roda,
krek
13. Bantu untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
14. Bantu klien untuk
membuat jadwal
latihan diwaktu luang
15. Bantu pasien/keluarga
untuk
Page
28
mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
16. Sediakan penguatan
positif bagi yang aktif
beraktivitas
17. Bantu pasien untuk
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan
18. Monitor respon fisik,
emoi, social dan
spiritual
Page
29
( KONSEP ASISTENSI KEPERAWATAN )
Intervensi Keperawatan
Dx : Intoleransi aktivitas
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien dapat beraktivitas
dengan baik seperti biasanya
Kriteria Hasil :
1. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan
tekanan darah, nadi, dan RR.
2. Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiri
Intervensi : NIC :
Energy Management
1. Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas
2. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan terhadap
keterbatasan
3. Kaji adanya factor yang menyebabkan kelelahan
4. Monitor nutrisi dan sumber energi tanga adekuat
5. Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara
berlebihan
6. Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas
7. Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien
Activity Therapy
8. Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik dalam
merencanakan program terapi yang tepat.
9. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu
dilakukan
Page
30
10. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yangsesuai dengan
kemampuan fisik, psikologi dan social
11. Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang
diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan
12. Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi
roda, krek
13. Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai
14. Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang
15. Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan
dalam beraktivitas
16. Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas
17. Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan
penguatan
18. Monitor respon fisik, emosi, social dan spiritual
Page
31
17. Monitor respon fisik, emosi, social dan spiritual
Page
32