Anda di halaman 1dari 6

1.

Apa yang Bapak/Ibu ketahui mengenai Model Berwick dan Management Lean di Rumah
Sakit. (Konsep pendekatan oeprasional) ?
Jawab :

Model Berwick
Model Berwick adalah rantai efek dalam perbaikan mutu pelayanan.

Klien dan masyarakat Pengalaman Tujuan (misal: aman, efektif, cocok,


Nyaman, terjangkau, ada jaminan)

Sistem mikro Proses Aturan main, desain yang sesuai (sistem


pelayanan atau prosedur yang nyaman, sesuai)

Konteks organisasi Fasilitator Proses Desain organisasi yang sesuai (misal:


kebijakan SDM, insentif, kesempatan
berkarir, dsb)

Konteks Lingkungan Fasilitator dari Fasilitator Lingkungan yang mendukung/tidak


Mendukung (sistem pembiayaan
kesehatan, regulasi )

Gambaran dari konsep Berwick :


- Usaha di pasien dan masyarakat: berbagai kegiatan yaitu mengembangkan hubungan yang
baik antara pasien dan klinisi, menjaga adanya rasa empati kepada pasien, dan melibatkan
dan memberdayakan pasien dalam pelayanan kesehatan
- Perbaikan proses mikro: berbagai kegiatan antara lain: integrasi praktik, penetapan clinical
pathways dalam sistem pelayanan kesehatan; penguatan alat pengambil keputusan bagi
para klinisi.
- Usaha di organisasi pelayanan kesehatan: usaha perbaikan mutu ini berada pada level
organisasi pelayanan kesehatan dengan berbagai kegiatan : pelaporan dan feedback yang
efektif; mengatasi berbagai hambatan yang timbul dalam penerapan patient safety;
mengembangkan diklat sarana pelayanan kesehatan dengan fokus kepada patient safety
dan peningkatan kinerja pelayanan klinik; menetapkan mekanisme untuk mengadopsi
secara cepat dari hasil penelitian ke praktik sehari-hari; melakukan komputerisasi instruksi
pelayanan klinik untuk mengingatkan dan memberikan sinyal; menggunakan tehnologi
informasi termasuk e-health
- Usaha perbaikan lingkungan organisasi pelayanan kesehatan: pada lingkungan luar
organisasi pemberi pelayanan kesehatan, antara lain: pengembangan kebijakan lisensi dan
sertifikasi; mekanisme untuk mempelajari pengalaman dari berbagai pelayanan kesehatan
dan industri lain; sistem rujukan antara pelayanan kesehatan tingkat primer, sekunder dan
tersier; mengembangkan sistem informasi berbasis web bagi kepentingan konsumen dan
sarana pelayanan kesehatan; memberikan materi dan motivasi patient safety dalam
pendidikan dokter, perawat, bidan, dan tenaga klinis lainnya; peningkatan peran lembaga
atau institusi penilai mutu eksternal dari sarana pelayanan kesehatan; adanya kontrol oleh
lembaga pembiayaan pelayanan Kesehatan.
Menggunakan prinsip Berwick untuk mutu pelayanan di IGD.
Mata rantai Permasalahan Intervensi/kebijakan yang perlu dilakukan
Customer experience Kurang dipedulikan oleh Mewajibkan dokter jaga standby 24 jam, dan
(Pasien IGD) petugas, menunggu lama, memberikan pelayanan yang baik kepada
marah, kesal, kurang pasien
mendapat informasi, dsb
Micro system Prosedur kerja tidak jelas Mewajibkan semua karyawan IGD untuk
Petugas tidak acuh, dsb memahami kondisi gawat darurat dan
prosedur penerimaan pasien IGD
Organizational context Adanya ambatan yang timbul Mengembangkan diklat sarana pelayanan
dalam penerapan patient kesehatan dengan fokus kepada patient safety
safety dan peningkatan kinerja pelayanan klinik

Environmental context Prosedur sistem rujukan Adanya regulator yang jelas (Sertifikasi,
antara pelayanan kesehatan perijinan, akreditasi). Peningkatan peran
yang belum tepat lembaga atau institusi penilai mutu eksternal
dari sarana pelayanan kesehatan

Lean Managemant
Lean Management merupakan suatu pendekatan manajemen yang bertujuan untuk
mengidentifikasi dan mengeliminasi pemborosan atau waste dalam proses produksi atau
pelayanan. Konsep ini pertama kali dikembangkan oleh Toyota pada tahun 1940-an sebagai
Toyota Production System. Lean management diterapkan dengan menggunakan prinsip-prinsip
yang fokus pada pengurangan pemborosan, peningkatan efisiensi, dan peningkatan kualitas.
Pendekatan ini sangat populer di sektor manufaktur dan kini semakin banyak diterapkan di
sektor jasa, termasuk di sektor kesehatan.

Beberapa prinsip-prinsip utama dalam Lean Management antara lain


1. Value : Fokus pada nilai tambah bagi pelanggan atau pasien.
2. Value Stream : Identifikasi dan analisis terhadap proses yang terjadi dari awal sampai
akhir, dan pengurangan pemborosan dalam proses tersebut.
3. Flow : Meningkatkan aliran proses, menghilangkan hambatan, dan meningkatkan
efisiensi.
4. Pull : Menempatkan fokus pada permintaan pelanggan atau pasien dan menghasilkan
produk atau layanan yang dibutuhkan secara tepat waktu.
5. Perfection : Meningkatkan kualitas produk atau layanan secara terus-menerus untuk
mencapai tujuan yang lebih baik
Salah satu penerapan Lean Management dalam sektor kesehatan adalah pada proses pelayanan
di rumah sakit. Penerapan Lean Management dalam proses pelayanan di rumah sakit dapat
membantu mengurangi pemborosan waktu dan sumber daya, serta meningkatkan kualitas
layanan kepada pasien. Menurut Radnor, Holweg, dan Waring (2012), penerapan Lean
Management dalam sektor kesehatan dapat membantu meningkatkan efisiensi operasional dan
kepuasan pasien. Selain itu, beberapa studi lain juga menunjukkan manfaat penerapan Lean
Management dalam sektor kesehatan, antara lain meningkatkan kepuasan pasien, mengurangi
waktu tunggu, meningkatkan kualitas layanan, dan meningkatkan efisiensi operasional
(Toussaint, Berry, & Van Merrien Boer, 2013).
Namun, penerapan Lean Management di sektor kesehatan juga menemui beberapa kendala,
seperti kurangnya dukungan dan partisipasi dari staf medis dan manajemen, serta kurangnya
pengetahuan dan keterampilan dalam menerapkan konsep Lean Management (Mazzocato et
al., 2010).

2. Sebutkan tentang Metode Analisis Risiko dengan FMEA dan RCA !


Jawab :
FMEA adalah pendekatan berbasis tim, sistematis dan proaktif mengidentifikasi cara suatu
proses atau desain bisa gagal, mengapa hal itu bisa terjadi gagal, dan bagaimana hal itu dapat
dibuat lebih aman. Tujuan melakukan FMEA adalah untuk mengidentifikasi di mana dan kapan
sistem memungkinkan kegagalan dapat terjadi dan untuk mencegah masalah tersebut
sebelumnya terjadi. Jika kegagalan tertentu tidak dapat dicegah, maka tujuannya adalah untuk
mencegah masalah ini mempengaruhi layanan kesehatan organisasi dalam proses akreditasi.
(Robert J.Latino, 2004)

RCA adalah suatu proses, biasanya reaktif, untuk mengidentifikasi dasar atau faktor
penyebab yang mendasari variasi kinerja dan yang mana dapat menghasilkan akibat buruk yang
tidak diharapkan dan tidak diinginkan. Biasanya, kombinasi akar permasalahan menentukan
tahap kegagalan. (Robert J.Latino, 2004). RCA untuk menganalisa risiko secara reaktif (sesudah
kegagalan terjadi, sudah mengakibatkan KTD/Kejadian Tidak Diharapkan atau Sentinel). Dengan
RCA kita mencari solusi perbaikan sesudah terjadi kegagalan tersebut agar tidak terulang
kembali di masa depan.

Risiko adalah hal-hal atau kondisi yang dapat mengakibatkan atau berpotensi menimbulkan
kerugian di masa depan. Kegagalan adalah kerugian yang kita alami saat ini

Contoh : Saya berobat ke dokter. Risiko atau potensi kegagalan yang bisa terjadi adalah tulisan
dokter pada resep tidak terbaca, dokter salah memberikan obat, dsb. Sedangkan kegagalan
adalah saya mengalami alergi karena salah obat. Jadi kegagalan sudah menimbulkan dampak
atau kerugian.

3. Konsep Kepemimpinan

Jawab :
Konsep Kepemimpinan
Menurut Hoyt (dalam Kartono, 1998) memaparkan kepemimpinan adalah kegiatan atau
seni mempengaruhi orang lain agar mau bekerja sama yang didasarkan pada kemampuan orang
lain dalam mencapai tujuan–tujuan yang di inginkan kelompok.
Kepemimpinan dalam organisasi adalah sebuah proses dimana seorang pemimpin
mempengaruhi dan memberikan contoh kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan
organisasi. Pemimpin yang baik bukan dilihat dari seberapa banyak orang yang menjadi
pengikutnya, bukan juga dilihat dari seberapa lama ia memimpin. Pemimpin yang baik dilihat
dari seberapa banyak ia mampu menciptakan sosok pemimpin yang baru.
Berdasarkan definisi diatas Kepemimpinan (leadership) memiliki pengertian sebagai
kemampuan yang harus dimiliki seseorang pemimpin (leader) tentang bagaimana menjalankan
kepemimpinannya sehingga bawahan dapat bergerak sesuai dengan yang diinginkan dalam
mencapai tujuan yang ditetapkan sebelumnya. bergeraknya orang-orang ini harus mengikuti
jalur tujuan organisasi yang hendak dicapai dan bukan merupakan hal yang semu dari
kepemimpinannya itu. Adapun penggerakan dalam pencapaian tujuan adalah legitimasi dari
sebuah kekuasaan yang dimiliki oleh pemimpin, karena bukan merupakan simbol atau
kedudukan semata.
Dalam konteks konsep kepemimpinan secara terperinci menganggap bahwa
kepemimpinan merupakan proses saling mempengaruhi antara pemimpin dan pengikut untuk
mencapai tujuan bersama. Elemen kunci kepemimpinan meliputi: pemimpin-pengikut,
pengaruh, orang, perubahan dan tujuan yang akan dicapai. Pemimpin yang efektif
mempengaruhi pengikutnya dalam berpikir bukan hanya untuk kepentingannya sendiri,
melainkan pula untuk kepentingan bersama.
Fungsi Kepemimpinan
1. Fungsi Perencanaan yaitu seorang pemimpin perlu membuat perencanaan yang
menyeluruh bagi organisasi dan bagi diri sendiri selaku penanggung jawab tercapainya
tujuan organisasi.
2. Fungsi Memandang ke depan yaitu seorang pemimpin yang senantiasa memandang ke
depan berarti akan mampu mendorong apa yang akan terjadi serta selalu waspada
terhadap kemungkinan.
3. Fungsi Pengembangan Loyalitas yaitu Pengembangan kesetiaan ini tidak saja di antara
pengikut, tetapi juga untuk para pemimpin tingkat rendah dan menengah dalam
organisasi.
4. Fungsi Pengawasan yaitu fungsi pemimpin untuk senantiasa meneliti kemampuan
pelaksanaan rencana. Dengan adanya pengawasan maka hambatan-hambatan dapat
segera diketemukan, untuk dipecahkan sehingga semua kegiatan kembali berlangsung
menurut rel yang telah ditetapkan dalam rencana.
5. Fungsi Mengambil Keputusan yaitu pengambilan keputusan merupakan fungsi
kepemimpinan yang tidak mudah dilakukan. Oleh sebab itu banyak pemimpin yang
menunda untuk melakukan pengambilan keputusan.
6. Fungsi Memberi Motivasi yaitu seorang pemimpin perlu selalu bersikap penuh perhatian
terhadap anak buahnya. Pemimpin harus dapat memberi semangat, membesarkan hati,
mempengaruhi anak buahnya agar rajin bekerja dan menunjukkan prestasi yang baik
terhadap organisasi yang dipimpinnya.

Sumber :
Berwick, D.M., Big issues in the next ten years of Improvement, Academy fro Health Service
Research and Health Policy Annual Meeting, Washington DC, June 24, 2002 Berwick, D.M., A
user’s Manual For The IOM’s ‘Qaulity Chasm’ Report, Health Affairs, Vol 21, No 3, May/June
2002
Radnor, Z., Holweg, M., & Waring, J. (2012). Lean in healthcare: The unfilled promise? Social
Science & Medicine, 74(3), 364-371.
Toussaint, J. S., Berry, L. L., & VanMerrienboer, J. J. (2013). The Promise Of Lean In Health Care.
Mayo Clinic Proceedings, 88(1), 74-82.
Mazzocato, P., Savage, C., Brommels, M., Aronsson, H., & Thor, J. (2010). Lean Thinking In
Healthcare: A Realist Review Of The Literature. Quality And Safety In Health Care, 19(5), 376-
382.
Robert J. Latino. (2004). Optimizing FMEA and RCA efforts in health care. ASHRM JOURNAL,
Vol . 24, N0.3
https://esaglobal.wordpress.com/2018/01/01/q-a-perbedaan-fmea-dengan-rca-dan-resiko-
dengan-kegagalan/
Hermawati. N, Emiyanti, Cholis, Yusniah & A. Sayroji. (2023). Konsep - Konsep Kepemimpinan
dalam Organisasi : Jurnal Syntax Dmiration, Vol.4, No.1 Januari 2023.
https://doi.org/10.32672/btm.v2i1.2103
Modul Konsep Dasar Kepemimpinan https://repository.amanjaya.ac.id/loadfile.php?id=
Leadership%20/%20Kepemimpinan

Anda mungkin juga menyukai