AUDIT
BAB I
PENDAHULUAN
2.6 Kualitas Pelayanan Keperawatan Rawat Inap Rumah Sakit (Jacobalis, 1990)
a. Penampilan profesional atau aspek klinik
Menyangkut pengetahuan, sikap dan perilaku perawat dan tenaga profesi yang lainnya
b. Efisiensi dan efektivitas
Menyangkut pemanfaatan semua suber daya di Rumah Sakit
c. Keselamatan pasien
Menyangkut keselamatan dan keamanan pasien
d. Kepuasan pasien
Menyangkut kepuasan fisik, mental, dan social pasien terhadap lingkungan rumah sakit,
kebersihan, kenyamanan, kecepatan pelayanan, keramahan, perhatian, biaya yang
diperlukan dan sebagainya
2. 8 AUDIT KLINIK
2.8.1 Definisi
Audit klinik merupakan hasil suatu proses yang bertujuan untuk meningkatkan pelayanan
pasien melalui tinjauan sistematis pelayanan terhadap langkah-langkah eksplisit dan pelaksanaan
perubahan dalam praktek jika diperlukan (Dixon,1996). Hal ini dapat digunakan sebagai alat
untuk mengukur tingkat kepatuhan terhadap pedoman praktek klinik berbasis bukti praktis, dan
merupakan cara yang berguna bagi tim rumah sakit untuk mengukur kinerja tim saat ini dan
kemudian mengidentifikasi kesenjangannya. Menurut Institut Nasional untuk Kesehatan dan
Clinical Excellence (NICE,2002), Audit klinik merupakan bagian integral dari clinical
governance adalah proses peningkatan kualitas yang bertujuan untuk meningkatkan perawatan
pasien dan hasil peninjauan secara sistematis melalui perawatan terhadap kriteria eksplisit dan
pelaksanaan perubahan.Aspects of the structure, processes, and outcomes of care are selected
and systematically evaluated against explicit criteria. Aspek struktur, proses, dan hasil pelayanan
yang dipilih dan sistematis dievaluasi terhadap kriteria eksplisit.Where indicated, changes are
implemented at an individual, team, or service level and further monitoring is used to
improvement in healthcare delivery.Penentuan tempat, implementasi perubahan pada individu,
tim, atau tingkat pelayanan dan pemantauan digunakan untuk peningkatan pelayanan
kesehatan.Basically, clinical audit is as a guideline what should be done, and if not, something
improvement must be made. Pada dasarnya, audit klinik digunakan sebagai pedoman apa yang
harus dilakukan, dan jika tidak, sesuatu perbaikan harus dilakukan.'Principles for Best Practice in
Clinical Audit' (2002, NICE/CHI)
Audit klinik merupakan proses peningkatan mutu dengan tujuan untuk meningkatkan
pelayanan kepada pasien dan luarannya, melalui kajian sistematis terhadap pelayanan
berdasarkan kriteria eksplisit dan upaya-upaya perbaikannya. Aspek struktur, proses dan hasil
pelayanan dipilih dan dievaluasi secara sistematis berdasarkan kriteria eksplisit. Jika
diindikasikan, upaya-upaya perbaikan diterapkan pada tim individu atau tingkat pelayanan dan
monitoring selanjutnya digunakan untuk memberi konfirmasi adanya perbaikan dalam
pemberian pelayanan.
Audit klinik adalah suatu kegiatan berkesinambungan penilaian mutu pelayanan yang
dilakukan para pemberi jasa pelayanan kesehatan langsung (oleh dokter, perawat, dan atau
profesi lain) suatu Rumah Sakit untuk menghasilkan perbaikan-perbaikan jika hasil penilaian
menunjukkan bahwa mutu pelayanan mereka ternyata dibawah optimal. Pengertian klinik dalam
konteks ini meliputi kelompok medik dan keperawatan, dengan demikian audit klinik dapat
merupakan audit medik, audit keperawatan, atau gabungan antara audit medik dan keperawatan.
2.8.2 Tujuan
Sebuah audit klinik bertujuan untuk memastikan kualitas bahwa kita sedang melakukan hal-hal
yang kita seharusnya dilakukan.
Audit klinik bertujuan untuk memfasilitasi
1. Secara proaktif mengukur efektivitas dan kinerja kesehatan terhadap standar yang telah
disepakati
2. Meningkatkan kualitas perawatan pasien dengan mengidentifikasi tindakan untuk
membuat praktek sesuai dengan standar-standar yang ada
3. Memberikan jaminan kualitas pelayanan kepada pasien, dokter dan sistem kesehatan.
Audit klinik adalah alat yang dapat digunakan untuk menemukan seberapa baik perawatan
klinis sedang tersedia dan untuk mengetahui apakah ada peluang untuk perbaikan.
Audit klinik dapat digunakan untuk meningkatkan aspek perawatan dalam berbagai topik. Ini
juga dapat digunakan dalam kaitannya dengan perubahan penyediaan pelayanan atau
mengkonfirmasi bahwa praktek saat memenuhi tingkat yang diharapkan dari kinerja.
Paling sedikit lima penilaian terhadap upaya klinik harus dipilih dari indikator yang
ditetapkan.Indikator yang dipilih terkait dengan upaya manajemen meliputi :
1. Pengadaan rutin peralatan kesehatan dan obat penting untuk memenuhi kebutuhan pasien
2. Pelaporan aktivitas yang diwajibkan oleh peraturan oleh peraturan perundang-undangan
3. Manajemen risiko
4. Manajemen penggunaan sumber daya
5. Harapan dan kepuasan pasien dan keluarga
6. Harapan dan kepuasan staf
7. Demografi pasien dan diagnosis klinik
8. Manajemen keuangan
9. Pencegahan dan pengendalian dari kejadian yang dapat menimbulkan masalah bagi
keselamatan pasien, keluarga pasien dan staf.
Pada elemen penilaian, pimpinan klinik menetapkan indikator kunci untuk setiap area
klinik yang dipilih paling sedikit 5 dari 11 indikator dengan memperhatikan muatan "ilmu"
(science) dan "bukti" (evidence) untuk mendukung setiap indikator. Penilaian mencakup
struktur, proses dan hasil (outcome), demikian pula cakupan, metodologi dan frekuensi
ditetapkan untuk setiap indikator, kemudian data penilaian klinik dikumpulkan dan digunakan
untuk melakukan evaluasi terhadap efektifitas dari peningkatan oleh petugas dengan
pengalaman, pengetahuan dan keterampilan yang memadai dalam mengumpulkan dan
menganalisis data secara sistemik
2.8.4 Tahapan Audit Klinik
Audit klinik adalah suatu siklus yang diuraikan dalam lima tahap:
Tahap 1: Perencanaan audit
Tahap 2 : Penetapan standar
Tahap 3 : Mengukur Kinerja
Tahap 4 : Membuat Kesimpulan
Tahap 5 : Mempertahankan perbaikan
Setiap tahap siklus audit klinik harus dilakukan untuk memastikan bahwa audit dilaksanakan
secara sistematis dan berhasil dilaksanakan.
2.4.1.2 .1 Standart
Sebuah standar menggambarkan dan mendefinisikan kualitas pelayanan yang akan dicapai.
Setiap standar harus memiliki judul, yang merangkum kajian standar yang berfokus. Pernyataan
standar yang berikut menjelaskan tingkat kinerja yang akan dicapai. Pernyataan standar diperluas
dalam kriteria bagian menuju, dengan kriteria yang berbeda memberikan detail dari apa yang
perlu dicapai untuk standar dicapai.
Untuk kriteria standart yang valid dan mengarah pada peningkatan pelayanan, harus konsisten
dengan bimbingan SMART:
Spesifik (laporan eksplisit, tidak terbuka untuk interpretasi).
Measurable.
Achievable (dari tingkat kinerja yang dapat diterima setuju dengan pemangku
kepentingan).
Relevan (terkait dengan aspek penting dari perawatan).
Secara teoritis suara atau tepat waktu (berbasis bukti).
2.4.1.2 .2 Kriteria
Kriteria dapat diklasifikasikan sebagai:
Struktur criteria : (Apa yang dibutuhkan), mengacu pada sumber-sumber yang diperlukan
untuk memberikan perawatan, termasuk jumlah staf dan keterampilan yang dimiliki,
pengetahuan, keterampilan dan sikap, bahan dan obat-obatan, peralatan dan ruangan.
Proses criteria : (Apa yang dilakukan), mengacu pada tindakan dan keputusan yang diambil
oleh profesional kesehatan bersama-sama dengan pengguna dan mencakup komunikasi,
penilaian dan intervensi terapi lain. Pentingnya kriteria proses ditentukan oleh sejauh mana
proses kualitas mempengaruhi perawatan.
Outcome criteria : (Apa yang diharapkan terjadi sebagai akibatnya), mengacu pada perkiraan
hasil perawatan. Pengukuran hasil perawatan dipandang sebagai ukuran yang paling tepat dan
efektiv
Tiga faktor harus diperhitungkan dan dinilai ketika menetapkan suatu target.
Pentingnya klinisi
Dimana kriteria sangat penting untuk keselamatan pengguna jasa, target dapat ditetapkan pada
100% atau 0%, misalnya, audit klinik yang berkaitan dengan pemberian obat yang aman dari
obat bisa memiliki target 100% untuk kriteria berikut 'obat tidak diberikan pada pengguna jasa
dengan alergi obat '
Kepraktisan
Sumber daya yang dibutuhkan untuk memenuhi tingkat sasaran kinerja harus dipertimbangkan
dan kinerja yang dapat diterima (yang dipandang sebagai baik dan masuk akal dicapai oleh
mereka dengan memberikan dan menerima perawatan) harus diidentifikasi, misalnya, dalam
audit klinik yang berkaitan dengan kerangka waktu di mana pengguna jasa harus dilihat di klinik
rawat jalan tertentu, target 90% mungkin dianggap tepat.
Akseptabilitas
Sebuah kinerja yang optimal mengatur kapan perawatan terbaik yang diidentifikasi diberikan,
sumber daya yang tersedia dan kondisi pemberi perawatan.
Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Dalam rangka untuk memastikan bahwa sampel audit merupakan perwakilan dari populasi
sasaran dan untuk mengumpulkan data yang sesuai dengan tujuan, perlu untuk menentukan
informasi apa harus dikumpulkan dan informasi apa yang harus dikumpulkan tidak.
kurun waktu tertentu → mempertimbangkan intervensi yang akan diterapkan untuk meningkatan
kualitas dengan para pemangku kepentingan dengan menyertakan intervensi yang tepat →
rencana untuk peningkatan kualitas dilaksanakan sehingga kegiatan dan target dapat
direalisasikan → mengidentifikasi orang yang bertanggung jawab dan menetapkan jadwal waktu
untuk menyelesaikan setiap tindakan untuk perbaikan dengan rincian bagaimana dan kapan
kemajuan akan dapat diukur → mempertimbangkan dampak dari perubahan pada pengguna
perawatan dan pelayanan klinis → memastikan intervensi yang akan dilakukan dibutuhkan untuk
untuk peningkatan kualitas dan tugas perbaikan → menetapka sumber daya tambahan yang
dibutuhkan untuk memberikan perubahan dan komunikasi degan jalur yang tepat.
BAB III
KESIMPULAN
Dalam pengembangan mutu Rumah Sakit terkait dengan indicator pemenuhan standar pelayanan
telah ditetapkan oleh Departemen kesehatan republic Indonesia berdasarkan ISO 9001:2000
yang merupakan standar internasional untuk system manajement kualitas pelayanan rumah sakit
yang bertujuan untuk menjamin kesesuaian dari suatu proses pelayanan terhadap kebutuhan
persyaratan yang dispesifikasikan oleh pelanggan dan Rumah Sakit. Selain itu perlunya Good
Corporate Governance sebagai pengatur aspek institusional dan aspek bisnis dalam
menyelenggarakan sarana pelayanan kesehatan degan memperhatikan transparansi dan
akuntabilitas untuk manajement yang efektif dan efisien. Selain itu fungsi Clinical Governance
merupakan kerangka kerja organisasi pelayanan kesehatan yang bertanggung jawab atas
peningkatan mutu secara berkesinambungan dengan tetap menjaga standar pelayanan tertinggi
dengan menciptakan lingkungan yang kondusif. Perencanaan mutu dan pelaksanaan pelyanan
keperawatan yang telah direncanakan tersebut akan selalu diawasi dan dijaga melalui
mekanisme audit melalui beberapa tahapan dan prose yang saling berkesinambungan sehingga
diperoleh kualitas asuhan keperawatan dilapangan yang bermutu dari mualai input, proses,
maupun out put.
DAFTAR PUSTAKA
Chamber dan Wickely. (2000). Making Clinical Governance Work for You. Radcliffe Medical
Press
Gillies, D. N. (1994). Nursing management: A system approach. Philadelpia: W.B Saunders.
Linn M, (2007).Understanding and Measuring Patients’ Assessment of the Quality of Nursing
Care. Nursing research Vol 56 (3).
Morrel.2002. Principles for Best Practice in Clinical Audit. United Kingdom : Royal Nursing of
Nursing, Radcliffe Medical Press.
Patel, S. (2010). Achieving quality assurance through clinical audit. Nursing Management, 17
(3).
Patrician., Loan., McCarthy., Brosch.,Kimberly., (2010).Towards Evidence-based Management:
Creating an Informative Database of Nursing-Sensitive Indicators. Journal of Nursing
Scholarship, 2010; 42:4, 358–366
Pauline Ross. (2011). Clinical Governance for Nurse Practitioners in Queensland. The State of
Queensland. Queensland Government, Brisbane
Plochg, Arah, Botje, Thompson. (2014). Measuring clinical management by physicians and
nurses in European hospitals: development and validation of two scales. International
Journal Quality of Health Care
Quality dan Patient Safety Directorate Dr. Steevens Hospital Dublin 8. A Practical Guide to
Clinical Audit
Travaglia, Debono, Clinical audit: a comprehensive review of the literature. Australia : Centre
for Clinical Governance Research, National Library of Australia