CQI berfokus pada bagian proses dalam konsepsi mutu Donabedian sebagagai kunci untuk
mengembangkan pelayanan kesehatan bermutu tinggi. Secara khusus, CQI mempromosikan
pandangan bahwa pemahaman dan penanganan factor-faktor yang menyebabkan variasi
dalam proses administrasi atau klinis (misalnya waktu tunggu yang lama, angka rawat inap
ualng yang tinggi) akan menghasilkan kinerja organisasi dan mutu layanan pasien yang
prima.
Pelaksanaan CQI di rumah sakit meski terbatas tetapi dapat menimbulkan konflik dengan
organisasi profesional. CQI masuk ke dalam organisasi kesehatan yang didalamnya telah
penuh tradisi yang sudah tua yaitu tradisi profesional collegial dan birokrat tradisional.
Tradisi tersebut mempunyai norma-norma, nilai-nilai maupun kode etik termasuk di
dalamnya tanggungjawab, otonomi profesi, dan kewenangan profesi.
Beberapa strategi yang mungkin dapat dilaksanakan untuk mengadakan pembahasan jika
kemungkinan terjadi konflik dibeberapa area tersebut.
o Menyesuaikan kembali peran profesi dan manajemen dalam memperbaiki mutu
pelayanan kesehatan yang berkesinambungan.
Apa peran profesi dan manajer yang diharapkan, mengapa peran baru tersebut
diperlukan, di mana peran profesi dan manajer di tempatkan, kapan profesi dan
manajer berperan, dan bagaimana seharusnya peran yang dinginkan.
o Manguban tujuan organisasi pelayanan kesehatan
Kalau sebelumnya tujuan organisasi pelayanan kesehatan adalah identik dengan tujuan
pelayanan atau tindakan medis, utamanya adalah hasil yang memuaskan bagi para
tenaga medis dan paramedis saja, karena telah berhasil memberikan pelayanan secara
medis profesional. Perbaikan dilakukan tidak hanya pada hasil pelayanan, namun
sejak prosesya pelayanan yang dilakukan secara terus-menerus dalam suatu siklus
perencanaan perbaikan.
ADA 2 Model Continous Quality Improvement, dari teori DONAMEDIAN dan NOLAN.
1. Dona median
Dalam melakukan CQI, harus mempertimbangkan tiga komponen, yaitu:
(1) struktur,
(2) proses, dan
(3) hasil/outcome
Keterangan :
1) Struktur.
Struktur mencakup teknologi, manusia (man), fisik, dan aset keuangan praktek
memiliki untuk menjalankan tugasnya. CQI meneliti karakteristik (misalnya,
nomor, campuran, lokasi, kualitas, dan kecukupan) sumber daya kesehatan, staf
dan konsultan, ruang fisik, dan sumber daya keuangan.
2) Proses.
Kegiatan, alur kerja, atau tugas dilakukan untuk mencapai output atau
dampak/hasil dianggap sebagaproses. Meskipun strategi CQI dalam literatur
fokus lebih umum pada proses klinis, CQI juga berlaku untuk proses administrasi.
3) Output.
Output berhubungan langsung dengan perubahan status pasien. Tidak semua
output bersifat klinis; banyak praktisi juga memiliki output terkait dengan
bisnis atau efisiensi tujuan dan, karenanya, memerlukan perubahan proses
administrasi dan penagihan/billing.
4) Outcome/Hasil.
Outcome adalah hasil akhir pelayanan (AHRQ, 2009 dalam The National
Learning Consortium, 2013) dan perubahan status kesehatan pasien pada saat
ini dan masa depan akibat intervensi perawatan dan pelayanan kesehatan
(Kazley, 2008 dalam The National Learning Consortium, 2013). Perubahan
yang diinginkan dalam biaya dan efisiensi pelayanan pasien atau laba atas
investasi juga dapat dianggap sebagai outcome/hasil.
5) Umpan Balik.
Umpan balik antara output / outcome dan inisiatif CQI merupakan sebuah
siklus. Setelah perubahan struktur dan proses diimplementasikan, harus dinilai
apakah telah mencapai hasil yang diharapkan, dan jika tidak, apakah
perubahan lain bisa dipertimbangkan. Jika hasilnya telah tercapai, kemudian
dapat menentukan cara untuk menghasilkan hasil yang lebih baik lagi atau
lebih efisien dan dengan biaya lebih sedikit.
2. Model Nolan
Nolan Model for Improvement merupakan cara sederhana yang banyak digunakan organisasi saat
ini untuk mempercepat perbaikan strategi mereka. Perbaikan dilakukan dengan mencari jawaban
atas tiga pertanyaan, yaitu:
• Apa yang ingin kita capai? itulah tujuan
• Bagaimana kita akan tahu bahwa perubahan yang dilakukan adalah perbaikan?
itulah pengukuran
• Perubahan apa yang dapat kita lakukan yang hasilnya adalah perbaikan?
Setelah menjawab ketiga pertanyaan tersebut, selanjutnya melakukan siklus P-D-C-A, yakni
Plan, Do, Check dan Action. Dalam proses CQI tersebut juga dilakukan langkah-langkah sebagai
berikut:
Bentuk tim (form the team)
Membentuk tim sesuai kebutuhan yang akan diperbaiki. Proses ini melibatkan
orang-orang yang sesuai dengan kebutuhan perbaikan mutu. Harus menentukan
ukuran dan jumlah anggota tim. Libatkan orang-orang tersebut dalam
mengidentifikasi dan merencanakan implementasi CQI.
Tetapkan tujuan (set aims)
Tujuan haruslah spesifik, memiliki jangka waktu, dan dapat diukur (measurable).
Tujuan meliputi definisi dari siapa yang akan terkena dampak: pasien,
staf/karyawan, dll.
Tentukan pengukuran (establish measures)
Pengukuran dampak / outcome haruslah diidentifikasi sebagai bahan evaluasi saat
tujuan tercapai. praktisi harus menentukan pengukuran menggunakan data yang
telah dikumpulkan.
Pilih perubahan yang perlu dilakukan (select changes)
Tahap ini menjawab pertanyaan: Perubahan apa yang dapat menghasilkan
perbaikan? Team harus mencari ide dari berbagai sumber dan kemudian memilih
perubahan yang paling tepat yang rasional.
Uji coba perubahan (test changes) dalam skala kecil
Pertama-tama, rencanakan perubahan dan anilisis dampak yang akan terjadi
apakah akan mencapai hasil yang diinginkan. Setelah diimplementasikan, hasilnya
harus diamati sebagai bahan pembelajaran dan perbaikan di masa akan datang.
Implementasi perubahan (implementing changes)
Setelah menguji coba perubahan dalam skala kecil, pelajari dan terapkan
perubahan ke dalam siklus PDCA, team dapat mengiplementasikan perubahan
dalam skala lebih besar.
Sebarkan ke unit yang lebih luas (spread changes)
Setelah berhasil mengiplementasikan perubahan dalam unit yang lebih besar, team
dapat menyebarkan perubahan tersebut kepada bagian lain dalam organisasi.