Anda di halaman 1dari 7

CONTINOUS QUALITY IMPROVEMENT

1. Pengertian Continous Quality Improvement


Konsep Continous Quality Improvement (CQI) dapat di definiswikan sebagai suatu proses
organisasi ketika tim karyawan mengidentifikasi dan mengatasi masalah dalam proses
kerjanya. Ketika diterapkan di seluruh organisasi, CQI akan membentuk alur perbaikan
proses yang berkelanjutan yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan atau pasien.
Dalam defenisi ini terdapat lima dimensi CQI, yaitu:
1. Fokus proses
2. Focus pelanggan
3. Pengambilan keputusan berbasis data
4. Pemberdayaan pegawai
5. Cakupan luas organisasi

CQI berfokus pada bagian proses dalam konsepsi mutu Donabedian sebagagai kunci untuk
mengembangkan pelayanan kesehatan bermutu tinggi. Secara khusus, CQI mempromosikan
pandangan bahwa pemahaman dan penanganan factor-faktor yang menyebabkan variasi
dalam proses administrasi atau klinis (misalnya waktu tunggu yang lama, angka rawat inap
ualng yang tinggi) akan menghasilkan kinerja organisasi dan mutu layanan pasien yang
prima.

2. Unsur Continous Quality Improvement


Unsur-unsur CQl dibagi menjadi 3 yaitu
1) Unsur Filosofis (filsafat, keyakinan)
o Fokus kepada pelanggan : penekanan pada kepuasan pelanggan (pasien, petugas,
provider atau penyedia dan outcome atau hasil) kesehatan sebagai ukuran
penampilan.
o Wawasan sistem : penekanan pada analisis dari seluruh sistem yang
menyelenggarakan pelayanan atau yang mempengaruhi outcome.
o Analisis data yang berkaitan : penekanan pada pengumpulan dan penggunaan dari
data yang obyektif pada operasi sistem dan penampilan sistem, dan penyebab-
penyebab mendasar dari suatu fenomena.
Fokus strategik, fokus konsumen, sudut pandang pada sistem, analisis berbasis fakta,
keterlibatan pelaksana, identifikasi penyebab, identifikasi solusi, optimalisasi proses,
peningkatan yang berkelanjutan, pembelajaran organisasional.
2) Unsur Struktural, pengorganisasian.
Diperlukan unsur struktural untuk menggambarkan operasionalisasi CQI, yaitu:
o Komitment manajemen puncak terhadap CQI atau dukungan pelaksanaan CQI di
segala lapisan manajemen.
o Tim perbaikan proses. Penekanan pada pembentukan dan pemberdayaan tim
pegawai agar sesuai dengan problema dan peluang yang ada.
o Metode statistik. Penggunaan tujuh alat/metode statistik seperti flow charts, diagram
sebab akibat, check sheets, histogram, diagram pareto, control charts dan analisis
korelasi.
o Pengukuran kepuasan pelanggan. Memonitor di berbagai tingkatan organisasi.
o Pemanfaatan bencmarking. Untuk memperoleh kemajuan dengan membandingkan
diri dengan yang terbaik atau memakai target penampilan.

3) Unsur Spesifik profesi kesehatan.


Dengan demikian sejak awal organisasi kesehatan telah mengenal manajemen,
kepemimpinan, organisasi dengan riwayatnya, norma-norma dan nilai-nilai, etika dan
kepemimpinan dengan ciri-ciri yang khusus, penghormatan kepada senioritas, kolegalitas,
loyalitas, dan kerja tim.
Dengan adanya TQM/CQI sebenarnya merupakan perkembangan pendekatan manajemen
mutu yang wajar dan semestinya. Unsur-unsur ini meliputi:
o Fokus utama pada pelanggan atau pasien.
o Wawasan sistem, karena pelayanan kesehatan melibatkan sistem-sistem lain.
o Melibatkan semua unsur dari pimpinan profesional, manajemen dan staf sampa
petugas pelayanan lini depan (perawat-perawat dan sebagainya).
o Menggunakan metode statistik, pendekatan epidemiologi vital statistik, analisis
sebab akibat.
o Adanya Komite Medik, komite terapi, Majelis Kode Etik Kedokteran, Pelaksana
Gugus Kendali Mutu (Quality Control Circle) di lini depan pelayanan dan Quality
Assurance, standar pelayanan medis rumah sakit dan akreditasi.
o Pendekatan sosio ekomomi kesehatan, manajemen risiko dan Asuransi Kesehatan
(Jaminan pemeliharaan kesehatan).
o Evaluasi: relevansi efektivitas, efisiensi, cost benefit analisys.
o Pendekatan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan dan kedokteran.

Pelaksanaan CQI di rumah sakit meski terbatas tetapi dapat menimbulkan konflik dengan
organisasi profesional. CQI masuk ke dalam organisasi kesehatan yang didalamnya telah
penuh tradisi yang sudah tua yaitu tradisi profesional collegial dan birokrat tradisional.
Tradisi tersebut mempunyai norma-norma, nilai-nilai maupun kode etik termasuk di
dalamnya tanggungjawab, otonomi profesi, dan kewenangan profesi.

3. Strategi dan Model Continous Quality Improvement


Strategi CQI bermacam-macam, seperti:
 Memberdayakan tenaga medis (klinis) dan manajemen untuk menganalisa dan
memperbaiki proses.
 Adopsi norma mengacu pada mutu kepuasan pelanggan yaitu suatu hal utama dalam
mutu dan dimaksud pelanggan adalah pasien dan petugas kesehatan dalam proses
tersebut.
 Pengembangan pendekatan lintas fungsional di lingkup bagian-bagian atau departemen-
departemen dan lingkup profesi.
 Mengadakan motivasi untuk secara rational berdasarkan data dan fakta dalam proses
analisis dan perubahan dengan pendekatan metodologi statistik.

Beberapa strategi yang mungkin dapat dilaksanakan untuk mengadakan pembahasan jika
kemungkinan terjadi konflik dibeberapa area tersebut.
o Menyesuaikan kembali peran profesi dan manajemen dalam memperbaiki mutu
pelayanan kesehatan yang berkesinambungan.
Apa peran profesi dan manajer yang diharapkan, mengapa peran baru tersebut
diperlukan, di mana peran profesi dan manajer di tempatkan, kapan profesi dan
manajer berperan, dan bagaimana seharusnya peran yang dinginkan.
o Manguban tujuan organisasi pelayanan kesehatan
Kalau sebelumnya tujuan organisasi pelayanan kesehatan adalah identik dengan tujuan
pelayanan atau tindakan medis, utamanya adalah hasil yang memuaskan bagi para
tenaga medis dan paramedis saja, karena telah berhasil memberikan pelayanan secara
medis profesional. Perbaikan dilakukan tidak hanya pada hasil pelayanan, namun
sejak prosesya pelayanan yang dilakukan secara terus-menerus dalam suatu siklus
perencanaan perbaikan.
ADA 2 Model Continous Quality Improvement, dari teori DONAMEDIAN dan NOLAN.
1. Dona median
Dalam melakukan CQI, harus mempertimbangkan tiga komponen, yaitu:
(1) struktur,
(2) proses, dan
(3) hasil/outcome

Keterangan :
1) Struktur.
Struktur mencakup teknologi, manusia (man), fisik, dan aset keuangan praktek
memiliki untuk menjalankan tugasnya. CQI meneliti karakteristik (misalnya,
nomor, campuran, lokasi, kualitas, dan kecukupan) sumber daya kesehatan, staf
dan konsultan, ruang fisik, dan sumber daya keuangan.
2) Proses.
Kegiatan, alur kerja, atau tugas dilakukan untuk mencapai output atau
dampak/hasil dianggap sebagaproses. Meskipun strategi CQI dalam literatur
fokus lebih umum pada proses klinis, CQI juga berlaku untuk proses administrasi.
3) Output.
Output berhubungan langsung dengan perubahan status pasien. Tidak semua
output bersifat klinis; banyak praktisi juga memiliki output terkait dengan
bisnis atau efisiensi tujuan dan, karenanya, memerlukan perubahan proses
administrasi dan penagihan/billing.
4) Outcome/Hasil.
Outcome adalah hasil akhir pelayanan (AHRQ, 2009 dalam The National
Learning Consortium, 2013) dan perubahan status kesehatan pasien pada saat
ini dan masa depan akibat intervensi perawatan dan pelayanan kesehatan
(Kazley, 2008 dalam The National Learning Consortium, 2013). Perubahan
yang diinginkan dalam biaya dan efisiensi pelayanan pasien atau laba atas
investasi juga dapat dianggap sebagai outcome/hasil.
5) Umpan Balik.
Umpan balik antara output / outcome dan inisiatif CQI merupakan sebuah
siklus. Setelah perubahan struktur dan proses diimplementasikan, harus dinilai
apakah telah mencapai hasil yang diharapkan, dan jika tidak, apakah
perubahan lain bisa dipertimbangkan. Jika hasilnya telah tercapai, kemudian
dapat menentukan cara untuk menghasilkan hasil yang lebih baik lagi atau
lebih efisien dan dengan biaya lebih sedikit.
2. Model Nolan

Nolan Model for Improvement merupakan cara sederhana yang banyak digunakan organisasi saat
ini untuk mempercepat perbaikan strategi mereka. Perbaikan dilakukan dengan mencari jawaban
atas tiga pertanyaan, yaitu:
• Apa yang ingin kita capai?  itulah tujuan
• Bagaimana kita akan tahu bahwa perubahan yang dilakukan adalah perbaikan?
 itulah pengukuran
• Perubahan apa yang dapat kita lakukan yang hasilnya adalah perbaikan?

Setelah menjawab ketiga pertanyaan tersebut, selanjutnya melakukan siklus P-D-C-A, yakni
Plan, Do, Check dan Action. Dalam proses CQI tersebut juga dilakukan langkah-langkah sebagai
berikut:
 Bentuk tim (form the team)
 Membentuk tim sesuai kebutuhan yang akan diperbaiki. Proses ini melibatkan
orang-orang yang sesuai dengan kebutuhan perbaikan mutu. Harus menentukan
ukuran dan jumlah anggota tim. Libatkan orang-orang tersebut dalam
mengidentifikasi dan merencanakan implementasi CQI.
 Tetapkan tujuan (set aims)
 Tujuan haruslah spesifik, memiliki jangka waktu, dan dapat diukur (measurable).
Tujuan meliputi definisi dari siapa yang akan terkena dampak: pasien,
staf/karyawan, dll.
 Tentukan pengukuran (establish measures)
 Pengukuran dampak / outcome haruslah diidentifikasi sebagai bahan evaluasi saat
tujuan tercapai. praktisi harus menentukan pengukuran menggunakan data yang
telah dikumpulkan.
 Pilih perubahan yang perlu dilakukan (select changes)
 Tahap ini menjawab pertanyaan: Perubahan apa yang dapat menghasilkan
perbaikan? Team harus mencari ide dari berbagai sumber dan kemudian memilih
perubahan yang paling tepat yang rasional.
 Uji coba perubahan (test changes) dalam skala kecil
 Pertama-tama, rencanakan perubahan dan anilisis dampak yang akan terjadi
apakah akan mencapai hasil yang diinginkan. Setelah diimplementasikan, hasilnya
harus diamati sebagai bahan pembelajaran dan perbaikan di masa akan datang.
 Implementasi perubahan (implementing changes)
 Setelah menguji coba perubahan dalam skala kecil, pelajari dan terapkan
perubahan ke dalam siklus PDCA, team dapat mengiplementasikan perubahan
dalam skala lebih besar.
 Sebarkan ke unit yang lebih luas (spread changes)
 Setelah berhasil mengiplementasikan perubahan dalam unit yang lebih besar, team
dapat menyebarkan perubahan tersebut kepada bagian lain dalam organisasi.

Anda mungkin juga menyukai