Anda di halaman 1dari 44

AUDIT KLINIK

KEPERAWATAN

Dr. Ahsan, S.Kp, M.Kes
A. Pengertian

Definisi standar audit klinik menurut National
Institute for Clinical Excellence (NICE) yakni
merupakan proses peningkatan mutu dg tujuan untuk
meningkatkan pelayanan kepada pasien dan
luarannya, melalui kajian sistematis thd pelayanan
berdasarkan kriteria eksplisit dan upaya-upaya
perbaikannya.
Aspek struktur, proses dan hasil pelayanan dipilih
dan dievaluasi secara sistematis berdasarkan kriteria
eksplisit.
Jika diindikasikan, upaya-upaya perbaikan
diterapkan pada tim individu atau tingkat pelayanan
dan monitoring selanjutnya digunakan untuk memberi
konfirmasi adanya perbaikan dalam pemberian
pelayanan.
Audit klinik
adalah suatu kegiatan berkesinambungan
penilaian mutu pelayanan yg dilakukan para
pemberi jasa yankes langsung (oleh dokter,
perawat, dan atau profesi lain)
Suatu RS untuk menghasilkan perbaikan-
perbaikan jika hasil penilaian menunjukkan
bahwa mutu pelayanan mereka ternyata
dibawah optimal.
Pengertian klinik dalam konteks ini meliputi
kelompok medik dan keperawatan, dg
demikian audit klinik dapat merupakan audit
medik, audit keperawatan, atau gabungan
antara audit medik dan keperawatan.
Menurut Elison, audit
keperawatan
secara khusus merujuk pada pengkajian kualitas
keperawatan klinis yg merupakan upaya evaluasi secara
profesional thd mutu yankep yg diberikan kepada pasien,
dg menggunakan rekam keperawatan dan dilaksanakan
oleh profesi keperawatan.
Audit keperawatan internal dilakukan oleh organisasi
profesi di dalam institusi tempat praktik keperawatan,
audit keperawatan eksternal dilakukan oleh organisasi
profesi di luar institusi.
Kebijakan audit medis di RS didasarkan pada Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
496/Menkes/SK/IV/2005 tanggal 5 April 2005 ttg Pedoman
Audit Medis di RS, sedangkan untuk audit keperawatan
belum ada kebijakan yg mengatur.
Mutu Pelayanan RS
Derajat kesempurnaan utk memenuhi
kebutuhan konsumen akan pelayanan
kesehatan yg sesuai standar profesi, standar
pelayanan profesi, dg menggunakan potensi
sumberdaya yg tersedia, secara wajar,
effesien, effektif, diberikan secara aman
memuaskan sesuai norma, etika, hukum,
sosial budaya dg memperhatikan keterbatasan
dan kemampuan pemerintah, masyarakat
konsumen
Upaya peningkatan mutu yankes di
RS
Upaya keseluruhan dan kegiatan yg
komprehensif, integratif menyangkut struktur,
proses, output , out come secara obyektif,
sistematik, berkelanjutan
Memantau mutu dan kewajaran pelayanan
pasien, memecahkan masalah yg terungkap
sehingga pelayanan diberikan di RS berdaya
guna dan berhasil guna.
Upaya peningkatan mutu bertujuan
memberikan asuhan sebaik-baiknya.
Strategi upaya peningkatan
mutu
1. Memahami dan menghayati konsep mutu
2. Prioritas peningkatan SDM (kesejahteraan,
imbalan layak, program keselamatan kerja,
diklat)
3. Budaya mutu, program mutu, tema yg
digunakan, SOP, monitoring dan evaluasi
Metoda pendekatan
1. Total quality management
2. Pengembangan standar profesi
3. Utilization management
4. Pengendalian infeksi
5. Risk managemen, dll
Pengertian TQM
Sistem manajemen yg melibatkan semua
tingkatan karyawan melalui konsep
pengendalian mutu dg metoda statistik utk
memuaskan pelanggan
Prinsip TQM
1. Mutu sbg strategi usaha
2. Melibatkan setiap fungsi dan lapisan
organisasi
3. Berorientasi kepuasan pelanggan dn
karyawan
4. Pengembangan SDM seutuhnya sbg kunci
pelaksanaanya

Tujuan TQM
1. Meningkatkan kualitas
2. Kerjasama effektif (team)
3. Keterlibatkan dalam tugas
4. Motivasi kerja
5. Memecahkan masalah
6. Sikap mencegah masalah
7. Komunikasi organisasi
8. Hubhungan harmonis team (karyawan dan
manajemen
9. Pengembangan diri dan kepemimpinan

Orientasi pelanggan
1. Pelanggan
2. Kerjasama tim dan partisipasi total
3. Pengembangan SDM
4. Pemecahan masalah secara obyektif da
rasional
Konsep pengendalian mutu
1. Pengendalian mutu dg memutar daur PDCA
2. Jangan menyalahkan, menuduh orang
3. Prinsip prioritas
4. Pelanggan
5. Bicara dg data
6. Tindakan pencegahan dan penyembuhan
7. Pengendalian dimulai dg sasaran obyek dan
kuantitatif
8. Market concep
9. Prosedur tertulis dan standarisasi

Gugus kendali mutu (GKM)
Suatu kelompok kecil dari karyawan yg
bekerja dibidang tugas yg sama, mengadakan
pertemuan utk mengenal, menganalisis,
memecahkan masalah kualitas dg anggotanya
secara sukarela
Klompok kecil yg mengadakan pertemuan
secara berkala, pada waktu yg ditentukan,
keanggotan sukarela, masalah yg ada diselidii
dan dipecahkan
Dasar pokok gugus kendali
mutu
1. Pembangunan manusia (People building)
2. Program sukarela
3. Partisipasi setiap anggota
4. Para anggota saling menolong utk berkembang
5. Aktivitas merupakan usaha klompok bukan
perorangan
6. Latihan diberikan karyawan dan manajemen
7. Kreativitas didorong
8. Aktivitas berhubungan dg pekerjaan
9. Pihak manajemen memberikan dukungan
10. Perkembangan kesadaran akan kualitas
11. Penurunan mentalitas kami dan mereka menjadi kita
Faktor penghambat GKM
1. Menentang
2. Tidak ada waktu
3. Hilangnya wewenang manajement
4. Para anggota merasa diperalat
5. Mengapa saya harus membantu perusahaan
6. Ini adalah pekerjaan bagian GKM (dalam
rangka)
7. Tidak diciptakan disini
8. Tidak dapat diterapkan disini
Faktor yg mendorong GKM
1. Iklim yg serasi
2. Keterlibatan dari manajeme atas
3. Memilih karyawan yg tepat dibidang yg tepat
4. Memilih sasaran
5. Membeberkan program kepada orang (bangga)
6. Informasi dan komunikasi
7. Jagalah agar GKM bersifat sukarela
8. Latihan adalah penting sekali
9. Mulainya pelan, perkembangannya pelan
(istoqomah)
10. Sikap positif dan terbuka
11. Mengikuti kemajuan dan perubahan yg ada
Manfaat GKM
1. Peningkatan kualitas
2. Mengurangi pemborosan
3. Mengubah tingkah laku
4. Mengurangi ongkos
5. Meningkatkan keselamatan kerja
6. Meningkatkan komunikasi
7. Meningkatkan produktivitas
8. Kepuasan kerja
9. Pengembangan tim
10. Meningkatkan keterampilan
10 Konsep pengendalian mutu
1. Pengendalian PDCA (plan,do,chek, action)
2. Pengendalian melalui proses dari barang, jasa yg
dihasilkan
3. Jangan menyalahkan orang lain
4. Konsep prioritas
5. Proses berikutnya pelanggan
6. Bicara dg data
7. Tindakan pencegahan dan penyembuhan
8. Pengendalian dimulai sasaran obyektif dan
kuantitatif
9. Market in concep
10. Prosedur tertulis dan standarisasi
8 Langkah GMK
1. Menentukan tema (prioritas masalah )
2. Mencari sebab yg mengakibatkan masalah
(identifikasi penyebab)
3. Meneliti sebab dominan (Paling berpengaruh)
4. Menyusun langkah perbaikan (solusi
alternatif)
5. Melaksanakan langkah perbaikan (uji coba)
6. Memeriksa hasil (evaluasi)
7. Mencegah terulangnya masalah
(standarisasi)
8. Menyusun langkah berikutnya (Diversivikasi)
7 Alat Teknik dasar GKM
1. Lembar periksa (chek lyst)
2. Histogram
3. Diagram Pareto
4. Diagram tulang ikan (Fish Bone)
5. Stratifikasi
6. Diagram tebar (Scatter)
7. Bagan pengendalian (Contol chart)
Pelaksana Audit Keperawatan di Rumah Sakit
a. Direktur RS membentuk tim pelaksana audit
keperawatan beserta uraian tugasnya
b. Tim pelaksana dapat merupakan tim atau panitia yg
dibentuk di bawah Komite Keperawatan atau panitia khusus
untuk itu pelaksana audit keperawatan di RS dapat
dilakukan oleh Komite Keperawatan, Sub Komite (Panitia)
Peningkatan Mutu Keperawatan atau Sub Komite (Panitia)
Audit Keperawatan
c. Pelaksana audit keperawatan wajib melibatkan bagian
rekam keperawatan
d. Pelaksana audit wajib melibatkan SMF mulai dari
pemilihan topik, penyusunan standar & kriteria serta analisa
hasil audit keperawatan
e. Apabila diperlukan dapat mengundang konsultan tamu
atau organisasi profesi terkait untuk melakukan analisa hasil
audit keperawatan & memberikan rekomendasi khusus
Tahapan audit di RS
1. Pengenalan
2. Perencanaan
3. Penerapan
4. Evaluasi
5. Sertifikasi
1. Tahap pengenalan
a. Utk Top manajement
- Executif brif standar RS
- Elemen mutu yankes
b. Utk midle managemen
- TQM, standar yankes, elemen mutu
c. Lower manajer
- Quality awareness, standar mutu yankes, elemen
mutu, cara penyusunan dokumentasi mutu
d. Utk Shop floor
- Quality awareness, standar mutu yankes, elemen
mutu, cara penyusunan dokumentasi mutu

2. Tahap perencanaan
a. Quality policy
b. Membentuk tim akreditasi
c. Menganalisa data
d. Menyusun dokumen mutu
e. Menyusun perencanaan implementasi
3. Tahap penerapan
a. Mengembangkan strategi penerapan
b. Meninjau ulang isi Quality system
documentation
c. Pelatihan Quality system documentation
d. Koordisi persiapan
e. Memonitor pelaksanaan
f. Pembuatan laporan
4. Tahap evaluasi
a. Internal quality audit
b. Management review
c. Corrective dan preventif action
5. Tahap akreditasi / sertifikasi
a. Self assessment
b. Mendaftar komisi gabungan
c. Assessment KARS
B. Langkah-langkah (Proses
Audit)
1. Identifikasi masalah
Hal-hal yg dapat dipertimbangkan pemilihan topik
adalah :
- Adanya standar nasional, pedoman yg menjadi
rujukan praktik klinis yg lebih efektif
- Area yg menjadi masalah dapat dijumpai di
lahan praktik
- Rekomendasi dari pasien dan masyarakat
- Berpotensi jelas meningkatkan pemberian
pelayanan
- Kaitan dg volume, risiko dan biaya tinggi jika
upaya perbaikan diterapkan
2. Menetapkan kriteria dan
standar

a. Kriteria adalah pernyataan eksplisit yg
didefinisikan sbg elemen representatif dari
pelayanan yg dapat diukur secara objektif.
b. Standar adalah aspek pelayanan yg dapat
diukur, yg selalu didasarkan pada hasil penelitian
yg terbaik (ekspektasi tiap kriteria)
c. Standar & kriteria wajib (Must Do)
merupakan kriteria minimum yg absolut
dibutuhkan utk menjalankan kegiatan sesuai
kebutuhan & harus dipenuhi oleh setiap dokter
d. Standar kriteria tambahan (Should do)
merupakan kriteria-2 dari hasil riset yg dapat
dibuktikan dan penting
3. Pengumpulan data
Untuk menjamin pengumpulan data tepat dan teliti, dan hanya
informasi penting yg dikumpulkan, tentunya detail dari hal-hal
yg akan di audit ditetapkan sejak awal.
Diantaranya adalah :
- Kelompok yg termasuk pengguna pelayanan, dg tanpa
perkecualian
- Profesional kesehatan yg termasuk pemberi pelayanan
- Periode penerapan dari kriteria
Ukuran sampel dapat ditentukan menggunakan statistik,
data dapat dikumpulkan baik dengan sistem informasi
komputer maupun secara manual.
Yg terpenting adalah data apakah yg akan diambil?,
dimanakah data dapat ditemukan?
Dan siapakan yg akan mengambil data?
4. Membandingkan hasil
pengumpulan data dengan
standar
Tahap ini merupakan tahap analisis, dimana
hasil dari pengumpulan data dibandingkan dg
kriteria dan standar.
Hasil akhir dari analisis adalah apakah standar
sudah sesuai,
jika dapat diaplikasikan, identifikasi alasan
ketidaksesuaian standar dengan kasus.
5. Melakukan upaya perbaikan (Melakukan
analisa kasus yg tidak sesuai dgn standar &
kriteria)
Setelah hasil audit dipublikasikan dan
didiskusikan,
kesepakatan sebaiknya dibuat sbg rekomendasi
perbaikan.
Rencana kegiatan dilaporkan untuk menentukan
siapa yg akan menyetujui, apa yg akan dilakukan
dan kapan akan dimulai.
Tiap-tiap poin sebaiknya didefinisikan dg jelas
termasuk nama-nama individu yg akan
bertanggung jawab dan target waktu pencapaian.
6. Tindakan korektif
7. Rencana re-audit
C. Persiapan Pelaksanaan Audit Keperawatan di
Rumah Sakit
a. Ditetapkan organisasi pelaksana audit
keperawatan dg SK Direktur RS
b. RS menyusun pedoman audit keperawatan RS,
standar prosedur operasional, standar, clinical
pathway & kriteria jenis kasus/jenis penyakit yg
akan dilakukan audit
c. RS membudayakan PDCA (Plan, Do, Check,
Action)
d. RS membuat ketentuan bahwa setiap perawat
wajib membuat & melengkapi rekam
keperawatan tepat waktu
e. RS melakukan sosialisasi kepada seluruh
perawat yg memberikan pelayanan keperawatan
ttg rencana pelaksanaan audit keperawatan
D. Persyaratan Pelaksanaan Audit
Keperawatan di Rumah Sakit
a. Penuh tanggung jawab dengan tujuan
meningkatkan mutu pelayanan, bukan untuk
menyalahkan atau menghakimi seseorang
b. Obyektif, independen & memperhatikan aspek
kerahasiaan pasien & wajib menyimpan rahasia
keperawatan
c. Analisa hasil audit keperawatan dilakukan oleh
kelompok staf keperawatan terkait yg mempunyai
kompetensi, pengetahuan & keterampilan sesuai
bidang pelayanan atau kasus yg di audit
d. Publikasi hasil audit harus memperhatikan aspek
kerahasiaan pasien & citra RS di masyarakat
E. Cara Merencanakan Audit Keperawatan di
Rumah Sakit
1.Membuat design audit
2.Mengumpulkan data kasus yg akan
dilakukan audit
3.Menindaklanjuti hasil audit
4.Melakukan re-audit (second audit cycle)
F. Design Audit
a. Tujuan audit harus jelas
b. Standar & kriteria harus ditetapkan (kriteria wajib
& kriteria tambahan)
c. Bagaimana melakukan pencarian literatur
d. Pemilihan topik harus jelas sehingga output jelas
e. Strategi pengumpulan data
f. Penetapan sampel
g. Metode analisa data
h. Perkiraan waktu audit mulai dilaksanakan audit
sampai audit selesai dilaksanakan

G. Pengumpulan Data
a. Perlu uji coba/pilot study untuk mengetahui mudah
tidaknya data dikumpulkan & dinilai
b. Dapat dg komputer atau manual
c. Data yg dikumpulkan yg diperlukan saja
d. Menjamin untuk kerahasiaan pasien

H. Hasil Audit (Result)
- hasil telah memenuhi standar atau belum
- rencana upaya perbaikan pelayanan keperawatan

I. Re-Audit (second audit cycle)
Peningkatan mutu pelayanan yg bagaimana yg ingin
dicapai pada audit ke dua
Konsep Clinical Governance

Penny (2003), menunjukkan istilah clinical governance yg
pertama kali digunakan oleh WHO pada tahun 1983, untuk
membingkai suatu perawatan kesehatan yg berkualitas tinggi
pada empat dimensi, yaitu kinerja yg profesional, alokasi
sumber daya, manajemen resiko dan kepuasan pasien (Lewis
dkk, 2003).
Komisi Kesehatan di Inggris (1997) pertama kali
mendefinisikan clinical governance sbg kerangka kerja
dimana sarana pelayanan kesehatan dapat bertanggung
jawab atas mutu pelayanan klinis yg diberikan dan menjaga
standar perawatan yg tinggi dg menciptakan lingkungan yg
peduli akan perkembangan keunggulan klinis (Penny, 2000).
Pada bulan September 2001, Departemen Kesehatan
Australia Barat menyelesailan suatu model baru dari clinical
governance untuk pengembangan dan implementasi di RS
dan layanan kesehatan lain di wilayah Australia Barat.

Model tersebut terdiri dari :

1. Pilar 1 : Customer Value
Pilar ini mendorong pelayanan kesehatan untuk
melibatkan masyarakat dan pemegang kepentingan
dalam mempertahankan dan meningkatkan kinerja
pelayanan kesehatan serta perencanaan untuk masa
depan.
2. Pilar 2 : Kinerja Klinis dan Evaluasi (Clinical
Performance and Evaluation)
Pilar kedua bertujuan untuk menjamin pengenalan,
penggunaan, monitoring dan evaluasi dari evidence-
based clinical standarts.
Hasilnya adalah budaya dimana evaluasi organisasi
dan
kinerja
Model tersebut terdiri dari :

3. Risiko Klinis (Clinical Risk)
Konsentrasi pilar ketiga adalah pada meminimalkan
risiko klinis dan meningkatkan keamanan klinis secara
keseluruhan.
Hal ini dicapai melalui identifikasi dan pengurangan
risiko potensial serta pemeriksaan penyebab insiden
yg tidak diharapkan dan faktor kontribusi serta tren yg
terjadi di seluruh layanan.
4. Pilar 4 : Pengembangan Profesional dan
Manajemen (Professional Development and
Management
Pilar keempat mendukung seleksi dan rekrutmen staf
klinis,
mereka akan terus menerus mengembangkan
profesinya,
menjaga standar profesinya, memonitor hal-hal yg
baru dan inovatif.

F. Konsep Infeksi Nosokomial

Infeksi nosokomial adalah infeksi yg didapat oleh penderita,
ketika penderita dalam proses asuhan keperawatan di rumah
sakit (Darmono, 2008).
Suatu infeksi dikatakan didapat dari RS apabila memiliki ciri-ciri :
1) Pada waktu penderita mulai dirawat di RS tidak didapatkan
tanda-tanda klinik dari infeksi tersebut
2) Pada waktu penderita mulai di rawat di RS, tidak sedang
dalam masa inkubasi dari nfeksi tersebut
3) Tanda-tanda klinis infeksi tersebut timbul sekurang-kurangnya
setelah 3 x 24 jam sejak mulai perawatan
4) Infeksi tersebut bukan merupakan residual dari infeksi
sebelumnya
5) Bila saat mulai dirawat di RS sudah ada tanda-tanda infeksi,
dan terbukti infeksi tersebut didapat penderita ketika dirawat
di RS yg sama pada waktu yg lalu, belum pernah dilaporkan
sbg infeksi nosokomial
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya
infeksi nosokomial adalah (Darmono, 2008) :

a) Faktor-faktor yg ada dalam diri penderita
(intrinsic factors).
b) Faktor keperawatan.
c) Faktor mikroba.
d) Faktor-faktor di luar penderita (extrinsic
factors).
Menurut Griffiths, dkk (2008), faktor yg mempengaruhi
kejadian infeksi di rumah sakit

1) Faktor kepemimpinan dan manajemen
Gaya Kepemimpinan
Peran Manajemen Keperawatan
Teamwork
Manajemen Sumber Daya Manusia
Clinical Governance
2). Faktor tenaga kerja dan beban kerja
Staffing dan ketrampilan
Bed Occupancy

Anda mungkin juga menyukai