MANAJEMEN KEUANGAN
Dosen : Ibu Adriyana Adevia Nuryadin, SE.,M.Ak
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang saat ini masih memberikan kita nikmat iman
dan kesehatan, sehingga kami diberi kesempatan yang luar biasa untuk menyelesaikan tugas
Manajemen Keuangan “Konsep-Konsep Dasar Biaya Rumah Sakit”.
Sholawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan kepada Baginda Nabi
Muhammad SAW, yang merupakan suri tauladan bagi kita semua. Selain itu kami juga sadar
bahwa pada paper kami ini dapat ditemukan banyak kekurangan dan kesalahan serta jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu kami benar-benar menanti kritik dan saran untuk kemudian
dapat kami revisi dan kami tulis di masa yang selanjutnya.
Di akhir kami berharap paper sederhana ini dapat dimengerti oleh setiap pihak yang
membaca. Kami pun memohon maaf Yang sebesar-besarnya apabila dalam paper kami ada
perkataan yang tidak berkenan di hati.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Hal.
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................ 1
A. Latar Belakang........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah...................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................. 3
A. Definisi Biaya............................................................................................ 3
B. Klasifikasi dan Jenis Biaya........................................................................ 3
C. Pemisahan Biaya Semi Variabel................................................................ 8
D. Matrik Biaya.............................................................................................. 14
E. Pemetaan Biaya ........................................................................................ 14
F. Pusat-Pusat Biaya ..................................................................................... 18
G. Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Pembiayaan Rumah Sakit................ 20
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 23
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sejak beberapa tahun belakang ini, pengelolaan Rumah sakit di Indonesia mendapat
sorotan yang semakin tajam oleh berbagai pihak, baik dari kalangan medis maupun
kalangan di luar medis. Sorotan yang semakin tajam ini disebabkan oleh berbagai faktor
antara lain karena meningkatnya biaya pelayanan kesehatan yang seolah-olah tidak
terkendali dan peningkatan tersebut jauh meninggalkan kamampuan-kampuan sumber-
sumber pembiayaan yang ada. Diasamping itu sistem pembiayaan Rumah Sakit yang
berlaku sampai saat ini dirasakan sudah tidak dapat mendukung pengelolaan Rumah
Sakit yang efisien serta tidak dapat memberikan informasi keuangan yang memadai bagi
pengambilan keputusan dan pengendalian interen.
Untuk mengatasi masalah tersebut salah satu upaya yang perlu dilaksanakan adalah
meningkatkan kamampuan manajemen Rumah Sakit serta menghindari kemungkinan
untuk merumuskan suatu dengan perkembangan sistem pelayanan. Upaya terobosan
seperti ini sudah mulai dirasakan kebutuhannya terutama oleh para pengelola Rumah
Sakit yang setiap harinya menghadapi masalah serta keterbatasan sumber daya di dalam
melaksanakannya.
Pendekatan yang bersifat formal legalistic nampaknya belum dapat memecahkan
permasalahan secara keseluruhan, sehingga perlu dicarikan upaya-upaya terobosan yang
sejalan dengan upaya deregulasi dan debirokratisasi oleh pemerintah di segala bidang
termasuk dalam sistem pengelolaan keuangan dan pemeliharaan sarana rumah sakit.
Masalah kekurangan biaya operasional di rumah sakit- rumah sakit pemerintah baik
rumah sakit pemerintah pusat maupun rumah sakit milik pemerintah daerah, sebagai
suatu unit pelayanan kesehatan yang disatu pihak harus tetap dapat mengembangkan
misinya memberikan pelayanan kepada masyarakat termasuk masyarakat berpenghasilan
rendah, namun harus tetap bekerja dengan sumber daya tenaga, biaya, peralatan dan lain-
lain yang serba terbatas.
iv
B. RUMUSAN MASALAH
1. Definisi Biaya
2. Klasifikasi dan Jenis Biaya
3. Pemisahan Biaya Semi Variabel
4. Matrik Biaya
5. Pemetaan Biaya
6. Pusat-Pusat Biaya
7. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembiayaan Rumah Sakit
8.
v
BAB II
PENJELASAN
A. DEFINISI BIAYA
Orang awam sering mencampuradukkan pengertian pengeluaran (expenditure) dengan
pengertian biaya (cost). Pengeluaran dapat diartikan sebagai cost yang sudah
dilaksanakan (expired). Sedangkan cost itu sendiri adalah semua biaya yang ditujukan
untuk mendapatkan pendapatan.
Dalam upaya menghasilkan suatu output yang dapat berupa barang ataupun jasa,
diperlukan beberapa input yang untuk selanjutnya akan diproses untuk dapat
menghasilkan output. Biaya merupakan nilai dari input tersebut yang dipakai untuk
menghasilkan produk dan jasa layanan sebagai keluaran.
Dalam bidang kesehatan, produk atau output yang dihasilkan adalah jasa pelayanan
yang di berikan oleh institusi pelayanan kesehatan. Di puskesmas misalnya, output
atau produksinya adalah pelayanan dari Balai Pengobatan, Balai Pengobatan Gigi dan
pelayanan darurat sebagai bagian dari pelayanan kuratif, pelayanan Kesehatan Ibu dan
Anak, keluarga Berencana dan Imunisasi sebagai bagian dari pelayanan promotif dan
preventif. Sedangkan apabila di Rumah Sakit dapat berupa pelayanan rawat jalan,
pelayanan rawat inap, UGD, ICU/ ICCU, laboratorium dan radiologi.
Jadi dapat dikatakan bahwa biaya (cost) adalah semua pengorbanan yang dikeluarkan
atau dipakai untuk menghasilkan suatu produk atau output, atau untuk mengkonsumsi
suatu produk atau output yang dapat diukur dengan uang. Dengan demikian biaya bisa
berbentuk ang, barang, waktu atau ke sempatan (yang dikorbankan).
vi
Berikut ini akan disampaikan beberapa klasifikasi atau pengelompokan biaya yang
dapat digunakan untuk membantu penyusunan anggaran atau merencanakan suatu
program.
1. Klasifikasi Biaya Menurut Fungsi
Berdasarkan fungsinya, biaya dapat dibagi menjadi biaya investasi dan biaya
operasional, dan biaya pemeliharaan.
a. Biaya Investasi
Biaya Investasi adalah biaya yang dikeluarkan untuk barang modal yang
berhubungan dengan pembangunan maupun pengembangan fisik dan
kapasitas produksi yang kegunaan atau pemanfaatannya bisa berlangsung
selama lebih dari satu tahun. Dalam program kesehatan, contoh biaya
investasi adalah:
Di mana:
AFC : Annualized Fixed Cost (Biaya yang disetahunkan)
IIC : Innitialized Investment Cost (harga beli)
vii
I : Laju inflasi
t : Masa pakai pada saat perhitungan
L : Perkiraan masa pakai
c. Biaya Pemeliharaan
Biaya pemeliharaan adalah biaya yang diperlukan untuk menjaga atau
mempertahankan kapasitas barang investasi agar barang investasi tersebut
dapat bertahan lama yang akan juga memperlama waktu untuk produksi lebih
lama. Sebagai contoh adalah :
Biaya pemeliharaan gedung
Biaya pemeliharaan alat non-medis
Biaya pemeliharaan alat medis
Biaya pemeliharaan SDM (traning)
viii
2. Klasifikasi Biaya Menurut Sifatnya
Berdasarkan sifatnya, biaya dapat dikelompokkan menjadi biaya lelap, biaya
variabel dan biaya semi variabel. Dalam kaitannya dengan aktivitas organisasi,
biaya tidak langsung tersebut dapat dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu:
a. Biaya Tetap (Fixed Cost),
ialah biaya yang besar-kecilnya tidak dipengaruhi oleh perubahan aktivitas
organisasi. Ini berarti bahwa jika terjadi peningkatan ataupun penurunan
aktivitas organisasi, Biaya Tetap ini tidak mengalami perubahan. Atau
dengan lain perkataan, Biaya Tetap tidak peka terhadap perubahan aktivitas
organisasi. Dengan bahasa statistika dapat dikatakan bahwa sampai dengan
batas tertentu, tidak ada korelasi antara aktivitas organisasi sebagai variabel
yang mempengaruhi (independent) dengan Biaya Tetap sebagai variabel
yang dipengaruhi (dependent). Dengan demikian koefisien korelasi antara
kedua variabel tersebut adalah nol (r=0).
b. Biaya Variable (Variable Cost),
ialah biaya yang besar-kecilnya dipengaruhi oleh perubahan aktivitas
organisasi. Ini berarti bahwa jika terjadi peningkatan aktivitas organisasi,
maka jumlah Biaya Variabel akan meningkat pula dan sebaliknya. Dengan
bahasa statistika dapat dikatakan bahwa terdapat korelasi positif antara
aktivitas organisasi sebagai variabel yang mempengaruhi (inde pendent),
dengan Biaya Variabel sebagai variabel yang dipengaruhi (dependent).
Dengan demikian koefisien korelasi antara kedua variabel tersebut lebih
besar daripada nol (0<r<1).
c. Biaya Semi-variabel (Semivariable Cost),
ialah biaya yang sebagian mempunyai sifat tetap, yang besar-kecilnya tidak
dipengaruhi oleh perubahan aktivitas organisasi, dan sebagian lainnya
mempunyai sifat variabel, yang besar-kecilnya dipengaruhi oleh perubahan
aktivitas organisasi. Ini berarti bahwa Biaya Semi- variabel merupakan satu
biaya, tetapi mengandung dua unsur, yaitu unsur biaya tetap dan unsur biaya
variabel. Unsur biaya tetap akan selalu sama jumlahnya, meskipun terjadi
peningkatan atau penurunan aktivitas organisasi. Sedangkan unsur biaya
variabel akan meningkat jumlahnya, jika terjadi peningkatan aktivitas
organisasi, dan sebaliknya. Biaya semacam ini misalnya Biaya Pemeliharaan
Gedung, Biaya Pemeliharaan Peralatan dan gaji dengan insentif dan
sebagainya.
ix
b. Bilamana organisasi meningkatkan aktivitasnya, maka jumlah biaya ini
akan meningkat, karena unsur biaya variabel yang terkandung di
dalamnya mengalami peningkatan. Sedangkan unsur biaya tetap yang
terkandung di dalamnya tidak berubah dan tidak mengalami
peningkatan.
c. Sebaliknya, bilamana organisasi menurunkan aktivitasnya, maka jumlah
biaya ini akan menurun, karena unsur biaya variabel yang terkandung di
dalamnya mengalami penurunan.
Jenis-jenis biaya semi-variabel yang mempu nyai sifat seperti ini misalnya
biaya pemeliharaan gedung, biaya pemeliharaan peralatan medik dan
bangunan dan lingkungan dan sebagainya. Terhadap biaya-biaya semacam
ini, hanya dengan wewenang saja tidak dapat ditentukan secara pasti besar-
kecilnya unsur biaya tetap dan unsur biaya variabel yang terkandung di
dalamnya, sebab besar kecilnya biaya tersebut banyak ditentukan oleh aspek
teknis.
x
TC = FC + (VC. Q)
Di mana :
TC adalah Total Cost
FC adalah Fixed Cost
Q adalah Jumlah unit satuan
Metode ini pada dasarnya hanya dipakai pada keadaan tertentu, di mana
perhitungan unsur-unsur biaya secara kuantitatif tidak dapat dilakukan, misalnya:
Suatu bagian baru saja didirikan
Dilakukannya kegiatan yang tidak rutin
xi
Mulai dipakainya mesin baru
Terjadi perubahan pada metode produksi
Terjadi perubahan kebijaksanaan manajemen
3. Metode Maksimum - Minimum (Maximum - Minimum Method) yang
menentukan bahwa unsur biaya variabel sesuatu biaya semi- variabel dapat
diperkirakan dengan cara memperbandingkan antara besarnya biaya semi-
variabel yang bersangkutan pada aktivitas maksimum yang pernah dicapai oleh
organisasi, dengan besarnya biaya semi-variabel tersebut pada aktivitas minimum
yang pernah dialami organisasi. Oleh karena Metode Maksimum dan Minimum
ini dirumuskan untuk pertama kalinya oleh J.H. Williams, inaka metode tersebut
sering pula disebut sebagai Metode Williams.
Untuk menghitung biaya pemeliharaan yang rasional pada tingkat aktivitas
(jumlah pasien) terten tu dapat dirumuskan sbb:
TCt = FC + VC. At
Dimana :
TCt = Biaya pemeliharaan pada tingkat aktivitas tertentu
FC = Biaya tetap pemeliharaan (fixed cost)
VC = Biaya variabel (variabel cost) per unit aktivitas (pasien)
At = Tingkat aktivitas pada t (prediksi jumlah pasien tertentu)
Dimana:
TMmax = adalah Total biaya pemeliharaan (total maintenance cost) pada
aktivitas maksimum
TMmin = adalah Total biaya pemeliharaan (total maintenance cost) pada
aktivitas minimum
xii
Mmin = adalah Biaya pemeliharaan pada aktivitas minimum
Mmax = adalah Biaya pemeliharaan pada aktivitas maksimum
Amax = adalah indikator pada aktivitas maksimum (jumlah pasien)
Amin = adalah indikator pada aktivitas minimum (jumlah pasien)
xiii
2004 370 3,2 28.416
Oleh karena data tahunan untuk biaya pemeliharaan tidak ada keseragaman klasifikasi
atau pengelompokan, maka tingkat aktivitas juga bisa digunakan berdasarkan data
bulanan dimana data biaya pemeliharaan dianggap paling valid. Untuk lebih jelasnya,
perhitungan tingkat aktivitas bulan pada tahun 2008 dimaksud disajikan pada tabel di
bawah ini:
Tabel 7.2 Perhitungan Tingkat Aktivitas Tahun 2008
xiv
Setelah diperoleh data aktivitas maksimum dan minimum, maka diperlukan informasi
tentang Realisasi Biaya pemeliharaan bangunan dari laporan pengeluaran kas pada
tahun bersangkutan, misalnya didapatkan data hipotetis sebagai berikut:
Jan 1.825.000
Feb 1.750.000
Mar 1.800.000
Apr 2.275.000
Mei 2.625.000
Jun 3.150.000
Jul 3.307.500
Agt 3.937.500
Sep 3.346.000
Okt 1.719.500
Nov 2.519.500
Des 1.968.750
xv
Dari perhitungan diatas, dan mendistribusikannya ke dalam rumus William, maka
didapatkan model persamaan yang diperoleh untuk menaksir besarnya biaya
pemeliharaan bangunan untuk tahun berikutnya adalah :
Biaya Pemeliharaan Bangunan = 452.071 + 192,88 JKTKL
Dari persamaan tersebut dapat diartikan bahwa bila sama sekali tidak ada aktivitas
rumah sakit, maka biaya pemeliharaan bangunan masih tetap harus dikeluarkan
sebesar Rp 452.071 dan setiap penambahan 1 Jam Kerja Tenaga Kerja Langsung
(JKTKL) maka biaya pemeliharaan bangunan akan meningkat sebesar Rp 192,88.
4. Metode Regresi (Regression Method) yang menentukan bahwa unsur biaya tetap
dan unsur biaya variabel sesuatu Biaya Semi-variabel dapat diperkirakan dengan
menggunakan data pengalaman di waktu-waktu yang telah lalu. Data-data
tersebut ialah data tentang aktivitas organisasi dari bulan-kebulan, yang
merupakan variabel yang mempengaruhi (variabel X), serta dala Biaya Semi-
variabel yang bersangkutan pada setiap tingkat aktivitas organisasi dari bulan ke
bulan tersebut, yang merupakan variabel yang dipengaruhi (variabel Y).
Metode regresi sederhana dinyatakan sebagai sebuah persamaan atau model
matematis Y = a + bX. Misalkan dengan menggunakan contoh di atas data yang
akan kita analisis adalah Penggunaan program aplikasi komputer jelas akan
membuat solusi yang lebih cepat dan akurat. Dibawah ini disajikan contoh output
penyelesaian kasus di atas dengan menggunakan program Excel.
D. MATRIK BIAYA
Dengan menggunakan klasifikasi biaya di atas dapat dibuat matriks biaya yang dapat
dipergunakan sebagai pegangan untuk mengumpulkan data biaya masing-masing
program.
Tabel 7.4 Matriks Biaya Untuk Pemetaan Biaya
xvi
Meja periksa pasien
Alat-alat medis
kepala
Alat-alat laboratorium
Alat non medis lain
lain
Dan lain-lain
E. PEMETAAN BIAYA
Di samping matriks biaya tersebut, di bawah ini akan disampaikan informasi yang
diperlukan dan sumber data yang perlu digali agar nantinya dapat dihitung biaya yang
akan diperlukan. Alat bantu yang dibutuhkan untuk melakukan analisis biaya adalah:
a. Organisasi sarana pelayanan struktur a) Informasi mengenai kesehatan
dan unit-unitnya
b. Informasi mengenai unit mana yang menjadi Pusat biaya dan mana yang
Pusat Pendapatan
c. Data kepegawaian: Nama pegawai, pendidikan, unit kerja, Jabatan, Masa
kerja, Gaji dan Insentif
d. Data unit kerja pegawai: Nama pegawai, Unit kerja pokok dan % waktu
yang digunakan di Unit kerja pokok tersebut, Unit kerja lain dan % waktu
yang digunakan di Unit kerja lain tersebut
e. Data gedung: luas lantai masing-masing unit yang ada, dibangun tahun,
masa pakai, masa hidup, biaya dan AFC
xvii
f. Data inventaris peralatan medis: Jenis alat, Jumlah alat, tahun beli, masa
pakai, masa hidup,harga satuan, Total biaya dan Afc
g. Data inventaris peralatan non medis: Jenis alat, Jumlah alat, tahun beli,
masa pakai, masa hidup,harga satuan, Total biaya dan Afc
h. Data inventaris kendaraan: Jenis kendaraan, Jumlah kendaraan, tahun beli,
masa pakai, masa hidup,harga satuan, Total biaya dan Afc
i. Data biaya obat dan bahan medis habis pakai: di unit-unit yang berfungsi
sebagai Pusat pendapatan
j. Data bahan habis pakai nonmedis: di unit-unit baik di Pusat Biaya maupun
Pusat Pendapatan
k. Data biaya pemeliharaan gedung
l. Data biaya pemeliharaan peralatan medis
m. Data biaya pemeliharaan peralatan nonmedis
n. Data biaya umum misalnya telepon, Air, Listrik, dan lain-lain
xviii
item Puskesmas atau bagian
umum Rumah Sakit
Tahun pembelian
Perkiraan pemakaian
Alat non medis lain Harga pemgembalian setiap Dinas kesehatan dati I/II,
item Puskesmas atau bagian
umum Rumah Sakit
Tahun pembelian
Perkiraan pemakaian
Khusus untuk penghitungan biaya gedung, terdapat dua cara yang masing-masing dapat
dipakai untuk menghitung biaya tersebut Yang pertama adalah dengan mensetahunkan
biaya bangunan dengan menggunakan rumus Annualized Investment cust, dan yang
kedua dengan menggali informasi tentang harga kontrak bangunan yang berlaku di
sekitar institusi pelayanan kesehatan tersebut berada.
Apabila kita menggunakan cara ke dua, maka informasi yang diperlukan adalah luas
bangunan dalam meter persegi dan wawancata dengan masyarakat di sekitar bangunan
institusi pelayanan tersebut menyangkut harga sewa yang berlaku serta menghitung
luas bangunan tersebut, dengan demikian akan didapatkan informasi sewa bangunan
setiap meter persegi. Demikian pula untuk sewa tanah yang merupakan konversi dari
harga sewa halaman institusi pelayanan kesehatan.
2. Biaya Operasional
xix
Untuk biaya Rumah sakit maupun puskesmas baik dengan tempat tidur ataupun
puskesmas biasa, ataupun puskesmas pembantu, informasi yang diperlukan, data,
sumber data serta ukuran yang akan dipakai untuk analisis data modul berikutnya
adalah sebagaimana pada tabel di bawah ini
Tabel 7.6 Pemetaan Biaya Operasional
Bahan medis habis pakai Jenis, jumlah dan harga Puskesmas atau maing-
satuan bahan yang dipakai masing unit Rumah Sakit
setiap unit selama satu tahun
Pemeliharaan alat medis dan Biaya pemeliharaan termasuk Dinas kesehatan dati I/II,
non medis perbaikan alat masing- Puskesmas atau bagian
masing unit selama satu IPSRS Rumah Sakit
tahun
Biaya perjalanan Biaya perjalanan yang pernah Dinas kesehatan dati II,
dilakukan oleh masing- Puskesmas atau bagia IPSRS
masing unit selama satu Rumah Sakit
tahun
Biaya makanan (Puskesmas Biaya makan dan minum Puskesmas atau instalasi gizi
TT dan Rumah Sakit) baik untuk keperluan Rumah Sakit
puskesmas / Rumah Sakit
maupun untuk pasien
xx
Biaya cucian (Puskesmas TT Biaya cucian untuk keperluan Puskesmas atau bagian
dan Rumah Sakit) puskesmas / Rumah Sakit laundry Rumah Sakit
maupun untuk pasien
Biaya umum Tgiha telepon, listrik dan air Puskesmas atau bagian
selama satu tahun umum Rumah Sakit
Biaya proyek lain Banyaknya biaya dari proyek Puskesmas dan Rumah Sakit
lain
F. PUSAT-PUSAT BIAYA
Untuk mengetahui lebih jelas apa dan di mana saja adanya pembiayaan, kita harus
mengenal dahulu apa yang disebut dengan pusat-pusat biaya (cost centers). Terdapat
tiga macam kelompok pusat- pusat biaya, yaitu:
1) Pusat biaya yang tidak menghasilkan pendapatan (nonrevenue- producing cost
centers)
2) Pusat biaya yang menghasilkan pendapatan (revenue-producing cost centers)
3) Area pelayanan pasien (patient sevice areas)
xxi
m. Pelayanan Sosial
n. Administrasi perawatan Klinik
xxii
G. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBIAYAAN RUMAH SAKIT
1. Bentuk dan sifat organisasi.
Bentuk organisasi dapat dibedakan antara lain organisasi pemerintah dan
swasta. Organisasi pemerintah pada umumnya ditujukan u tuk memberikan
pelayanan kepada masyarakat luas. terutama masyarakat yang berpenghasilan
rendah, serta lebih mengutamakan aspek pemerataan pelayanan sehingga
dengan demikian organisasi pemerintah lebih bersifat sosial dan tidak mencari
keuntungan (not for profit organization).
Organisasi swasta, pada umumnya ditujukan untuk mencapai tujuan organisasi
tersebut, yang walaupun ada yang bersifat sosial dan tidak mencari keuntungan,
namun sekurang-kurangnya untuk menjaga kesinambungan operasionalnya
harus berusaha agar jumlah pendapatannya minimal sama dengan jumlah biaya
atau pengeluarannya. Hal ini bukan berarti organisasi yang tidak mencari
keuntungan tidak perlu berusaha untuk mendapatkan "surp lus" dari
operasionalnya, karena surplus ini pada dasarnya harus dikembalikan kepada
Rumah Sakit untuk menambah investasi atau meningkatkan pelayanannya. Dari
kenyataan tersebut jelas bahwa bentuk dan sifat organisasi ini sangat
mempengaruhi pola dan sistem pembiayaan yang diterapkan di masing-masing
organisasi tersebut.
2. Status Kepemilikan
Rumah Sakit pemerintah Pusat, Rumah Sakit Pemerintah Daerah TK.I & II serta
Rumah Sakit yang dimiliki oleh Departemen lainnya masing-masing
mempunyai sistem pembiayaan yang berbeda baik perencanaan, pelaksanaan
mau pun pengawasan dan diatur dengan landasan peraturan perundang-
undangan yang berbeda pula. Untuk Rumah Sakit milik pemerintah pusat dasar
pengaturannya adalah Undang-undang APBN yang mempunyai peraturan-
peraturan pelaksanaannya sendiri dan untuk Rumah Sakit milik pemerintah
daerah diatur dengan peraturan daerah tentang APBD juga dengan peraturan-
peraturan pelaksanaannya.
3. Kelas Rumah Sakit.
Penetapan kelas-kelas Rumah Sakit pemerintah menjadi Rumah Sakit kelas A,
B1, B2, C dan D berdasarkan kemampuan pelayanan masing-masing Rumah
Sakit tersebut juga memberikan dampak dalam sistem pembiayaan Rumah Sakit
tersebut terutama dalam besar kecilnya or ganisasi serta kegiatan pelayanan
yang dilaksanakan oleh Rumah Sakit tersebut. Rumah Sakit pendidikan
memerlukan biaya yang jauh lebih besar daripada RS yang hanya melakukan
pelayanan saja.
4. Sistem Pelayanan
Sampai saat ini kita belum mempunyai suatu standar pelayanan Rumah Sakit
yang baku dan mantap serta yang nasional bersifat kebutuhan sarana dan
prasarana, peralatan, tenaga, biaya yang dapat dipakai sebagai dasar untuk
merencanakan dan mungkin juga sistem dan prosedur pelayanan. Pedoman
xxiii
pelayanan yang telah diciptakan untuk Rumah Sakit kelas B dan C, disamping
kurang sesuai lagi dengan klasifikasi Rumah Sakit pemerintah berdasarkan SK
Menteri Kesehatan no. 159 b tahun 1988, juga belum dapat dikatakan sebagai
standar yang baku dan belum bersifat menyeluruh.
Dampak yang ditimbulkan dalam segi pembiayaan antara lain adalah tidak
adanya ukuran atau standard dan kriteria yang dapat dipergunakan untuk
menyusun rencana kebutuhan serta untuk mengukur tingkat keberhasilan dari
sistem pembiayaan yang dilaksanakan dewasa ini.
5. Ketenagaan
Jenis dan jumlah ketenagaan yang bekerja di Rumah Sakit juga sangat
mempengaruhi sistem pembiayaan Rumah Sakit bersangkutan. Dari segi jenis
ketenagaan, kita mengenal adanya tenaga pusat yang dipekerjakan, tenaga pusat
yang diperuntukkan, dan juga pegawai daerah. Disamping itu kita mengenal
juga status kepegawaian yaitu pegawai negeri, calon pegawai negeri dan tenaga
harian, yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan sudah tidak
dibenarkan lagi.
Selanjutnya di Rumah Sakit kita jumpai juga tenaga-tenaga yang merupakan
pegawai Departemen Kesehatan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
Anggota ABRI yang dikaryakan bahkan sering juga pensiunan ABRI yang
dipekerjakan sebagai tenaga honorer. Semua jenis tenaga tersebut telah
membawa dampak yang serius pada sistem pembiayaan Rumah Sakit sehingga
sering kali sulit diketahui besarnya jumlah gaji dan tunjangan serta belanja
pegawai lainnya yang dapat diperhitungkan sebagai "cost" dari pelayanan
Rumah Sakit yang bersangkutan.
6. Sarana/Prasarana & peralatan
Pembangunan sarana/prasarana dan pengadaan peralatan bagi rumah sakit
berasal dari berbagai sumber pembiayaan yang satu sama lainnya berbeda
dengan tata cara pelaksanaan yang juga berbeda. Hal ini telah menimbulkan
dampak ketidakjelasan status assets yang berada di kewenangan dan tanggung
jawab atas pengolahan assets tersebut serta penyediaan biaya operasional dan
pemeliharaannya.
7. Jenis dan jumlah kegiatan pelayanan
Pada dasarnya jenis dan jumlah kegiatan pelayanan Rumah Sakit merupakan
output atau "hasil produksi" dari pelaksanaan tugas dan fungsi Rumah Sakit
yang bersangkutan. Jumlah dan jenis kegiatan pelayanan ini seyogyanya
menjadi dasar pemilihan sistim pembiayaan yang akan diterapkan di Rumah
Sakit yang bersangkutan dan juga sebagai dasar dari penetapan tarif pelayanan
yang diberikan oleh Rumah Sakit kepada masyarakat.
xxiv
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Biaya (cost) adalah semua pengorbanan yang dikeluarkan atau dipakai untuk
menghasilkan suatu produk atau output, atau untuk mengkonsumsi suatu produk atau
output yang dapat diukur dengan uang. Dengan demikian biaya bisa berbentuk ang,
barang, waktu atau ke sempatan (yang dikorbankan). Biaya-biaya dapat
diklasifikasikan dalam banyak cara, tergantung pada tujuan analisis yang ingin
dicapai. Akan tetapi perlu dilakukan penyamaan persepsi diantara pihak-pihak
berkepentingan untuk mencegah salah pengertian tentang biaya-biaya yang terjadi
akibat pelayanan kesehatan.
B. SARAN
Di harapkan makalah ini dapat menjadi pembelajaran bagi teman- teman semua
karena masih banyak hal yang perlu kita pelajari dalam proses pentingnya
pembiayaan tarif dalam rumah sakit agar semua masyarakat/pasien mengetahui apa
saja yang termasuk dalam konsep dasar biaya rumah sakit yang perlu dikeluarkan
biaya sepadan dengan fasilitas dan pelayanan yang di dapat
xxv
DAFTAR PUSTAKA
Armen, F., & Azwar, V. (2012). Dasar- Dasar Manajemen Keuangan Rumah Sakit.
Yogyakarta: Qosyen Publishing.
xxvi