Anda di halaman 1dari 17

PAPER

COST CONTAINMENT TERHADAP PERALATAN MEDIS


(Disusun guna memenuhi tugas Manajemen Keuangan Rumah Sakit Kelas A)

Dosen Pengampu:
Eri Witcahyo, SKM., M. Kes

Disusun oleh:
Kurnia Novita Putri 152110101009
Triana Anjasari 152110101033
Mia Syahradita 152110101059
Ambarwati 152110101085
Muhammad Ahid 152110101100
Lendi Etikawati 152110101126
Ananda Putri E.K.W 152110101144
Femilia Sendiyawati 152110101167
Raissa Rahmadina P. 152110101194
Fina Indriana 152110101223

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS JEMBER
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga Paper yang berjudul “Cost
Containment Terhadap Peralatan Medis” dapat di selesaikan dalam mata kuliah
Manajemen Keuangan Rumah Sakit.
Penulis menyadari bahwa pembuatan makalah ini tidak akan lancar tanpa
bimbingan, bantuan, dan perhatian dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih dan rasa hormat yang tulus
kepada:
1. EriWitcahyo, SKM., M. Kes. selaku dosen pengampu mata kuliah Manajemen
Keuangan Rumah Sakit yang telah membimbing penulis dalam pembuatan
paper ini.
2. Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat mata kuliah Manajemen Keuangan
Rumah Sakit yang telah memberikan semangat dan perhatian dalam
pembuatan makalah ini.
3. Pihak-pihak lain yang bersangkutan.
Makalah ini dibuat sebagai tugas mata kuliah Manajemen Keuangan Rumah
Sakit di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember. Penulis menyadari
bahwa penulisan makalah ini jauh dari sempurna karena tidak ada yang sempurna
di dunia ini. Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan penulis
demi kesempurnaan makalah ini.

Jember, 22 Desember 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 2

1.3. Tujuan....................................................................................................... 2

1.4. Manfaat ..................................................................................................... 2

BAB 2 PEMBAHASAN ......................................................................................... 4

2.1. Definisi ..................................................................................................... 4

2.2. Tujuan dan Fungsi .................................................................................... 4

2.3. Dasar Hukum ............................................................................................ 5

2.4. Dokumen dalam Cost Containment ......................................................... 5

2.5. Strategi ..................................................................................................... 7

2.6. Penerapan ................................................................................................. 8

BAB 3 PENUTUP ................................................................................................ 13

3.1. Kesimpulan............................................................................................. 13

3.2. Saran ....................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 14

ii
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna. Pelayanan
kesehatan yang diberikan meliputi pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif. Akan tetapi, tantangan yang dihadapi oleh rumah sakit pada saat ini
adalah bagaimana meningkatkan daya saing agar dapat bertahan dan berkembang.
Untuk itu rumah sakit harus dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat
secara maksimum. Disisi lain rumah sakit juga mengahadapi tantangan dari
lingkungan eksternal. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan
meningkatkan efiesiensi pada berbagai aspek manajemen antara lain: manajemen
pengelolaan keuangan, manajemen kinerja pelayanan, manajemen SDM,
manajemen logistik medis dan nonmedis, manajemen infrastruktur sampai
manajemen aset. Oleh karena itu rumah sakit perlu menerapkan strategi efisiensi
yang akan mampu meningkatkan pelayanan tanpa mengurangi kualitas mutu
layanan.
Salah satu cara untuk meningkatkan efisiensi di manajemen pengelolaan
keuangan rumah sakit adalah dengan pengendalian biaya atau cost containment.
Cost containment merupakan cara atau upaya mengendalikan pembiayaan atau
penekanan biaya sampai ketitik cost effectiveness, bukan ketitik efficiency. Artinya
berapa besaran biaya yang secara rasional dibutuhkan untuk pelayanan tertentu dan
berapa besar pembiayaan untuk perawatan atau pemeliharaan peralatan secara
rasional. Cost containment dapat dilakukan di rumah sakit antara lain pada SDM,
bangunan RS, peralatan medis, peralatan non medis, obat-obatan dan BHP.
Pengendalian biaya pada peralatan medis merupakan pengendalian biaya
yang sangat penting. Peralatan medis merupakan salah satu aspek pendukung
terlaksananya kegiatan pelayanan kesehatan. Dalam peraturan Menteri Kesehatan
RI No. 220/Men.Kes/Per/IX/1976, disebutkan bahwa alat kesehatan adalah barang,
instrumen, aparat atau alat termasuk tiap komponen, bagian atau perlengkapannya
yang diproduksi maupun dijual. Alat kesehatan tersebut digunakan dalam
pemeliharaan dan perawatan kesehatan, diagnosa, penyembuhan, peringanan atau
pencegahan penyakit, kelainan keadaan badan atau gejalanya pada manusia,

1
pemulihan, perbaikan atau perubahan suatu fungsi badan atau struktur badan
manusia Peralatan medis sangat membutuhkan pemeliharaan dan pengawasan
untuk menghindari kegagalan fungsi alat medis. Kesalahan dalam mendiagnosa dan
dapat menghambat pemberian pelayanan kesehatan pada pasien. Sehingga
ketepatan dalam pemeliharaan dan pengawasan sangat dibutuhkan oleh semua alat
medik.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang penulis kemukakan, maka dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut ;
1. Apakah yang dimaksud dengan cost containment ?
2. Bagaimana penerapan cost containment terhadap peralatan medis

1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan cost containment dan
bagaimana ruang lingkup serta aplikasinya terhadap peralatan kesehatan
1.3.2. Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui definisi cost containment
2. Untuk mengetahui dasar hukum cost containment
3. Untuk mengetahui bagaimana penerapan cost containment pada
peralatan kesehatan
4. Untuk mengetahui dokumen yang dibutuhkan dalam penerapan cost
containment pada alat kesehatan

1.4. Manfaat
1.4.1. Bagi Penulis
1. Memperoleh pengetahuan dalam cost containment pada alat kesehatan
2. Penulis mengenal dan memahami segala penerapan cost containment
pada alat kesehatan
3. Melatih penulis untuk berpikir praktis, kritis, dan kreatif dalam mengkaji
teori didapat selama proses perkuliahan dengan praktik lapang.

2
1.4.2. Bagi pembaca
1. Diperolehnya data dan informasi mengenai cost containment pada alat
kesehatan
2. Dapat meberi masukan pada manajemen pelayaan kesehatan terkait
pengendalian biaya (cost containment) pada alat kesehatan

3
BAB 2 PEMBAHASAN

2.1. Definisi
Menurut Subanegara, Permana H. (2010:5), Cost containment merupakan cara
atau upaya mengendalikan pembiayaan atau penekanan biaya sampai ketitik Cost
effectiveness, bukan ketitik efficiency. Artinya berapa besaran biaya yang secara
rasional dibutuhkan untuk pelayanan tertentu dan berapa besar pembiayaan untuk
perawatan atau pemeliharaan peralatan secara rasional. Cost containment sangat
erat hubungannya dengan unit cost, semakin tinggi pemborosan maka semakin
tinggi unit cost. Sebab pembiayaan yang boros secara langsung akan menyebabkan
peningkatan variable cost dan kita ketahui bersama bahwa unit cost atau harga
satuan sangat ditentukan oleh variable cost dan fixed cost (Permana, 2010:7).
Menurut Subanegara, Permana H. (2010:32), peralatan medis merupakan
syarat utama yang harus dipenuhi bagi operasional rumah sakit. Namun seringkali
pengadaan peralatan medis menjadi berlebihan atau bahkan sebaliknya peralatan
medis tidak sesuai dengan fungsi pelayanan yang dilaksanakan, atau peralatan
medis tidak sesuai dengan fungsi pelayanan. Dalam konsep cost containment,
pengadaan barang yang baik merupakan salah satu cara dalam menekan
pembiayaan peralatan medis. Karena dengan pemilihan barang yang benar akan
menghasilkan produktifitas pelayanan yang maksimal. Cost containment terhadap
perlatan medis memiliki arti sebagai penekanan atau pengendalian biaya terhadap
berbagai sisi bisnis rumah sakit khususnya dalam hal peralatan medis di rumah
sakit.

2.2. Tujuan dan Fungsi


Dalam pengendalian biaya, manajemen berperan sebagai pengawas terhadap
biayabiaya yang terjadi di dalam perusahaan. Pengawasan biaya pada perusahaan
yang kecil tentu tidak menjadi masalah yang rumit bagi manajemen, akan tetapi
apabila perusahaan tersebut telah berkembang dan memiliki banyak departemen
maka permasalahan yang timbul akan beraneka ragam dan sangat kompleks,
sehingga seorang pimpinan tidak mungkin seorang diri menangani semua transaksi-
transaksi keuangan serta kegiatan operasional perusahaan (Tarmizi, dkk, 2010).

4
Menurut Uhise,dkk (2018) tugas dan fungsi utama dari Cost containment
adalah sebagai berikut :
1. Mengatur dan melaksanakan proses inventory setiap bulan.
2. Menerapkan semua kebjakan dan prosedur Cost control kepada semua
department dan memastikan semua penghitungan inventory beserta bukti
atau document pendukungnya.
3. Reviewer – Comperhensive. Memastikan kebenaran dari setiap transaksi
(terutama transaksi pengeluaran/ Pembelian)
4. Comparing data.
5. Double Control
2.3. Dasar Hukum
Dasar Hukum yang mendasari Peraturan Menteri Kesehatan Tentang Alat
Kesehatan antara lain sebagai berikut :
a. PERMENKES 1189/VIII/2010 Tentang Sertifikat Produksi Alat Kesehatan
Dan PKRT
b. PERMENKES 1190/VIII/2010 Tentang Ijin Edar Alat Kesehatan Dan PKRT
c. PERMENKES 1191/VIII/2010 Tentang Penyaluran Alat Kesehatan
d. PERMENKES No. 1691 Tahun 2011 Tentang Keselamatan Pasien Rumah
Sakit
e. PERMENKES No. 76 Tahun 2013 Tentang Iklan Alat Kesehatan Dan PKRT
f. PERMENKES No. 4 tahun 2014 Tentang Cara Distribusi Alat Kesehatan Yang
Baik
g. PERMENKES No. 51 Tahun 2015 Tentang Pemasukan Alat Kesehatan
Melalui Mekanisme Jalur Khusus
h. PERMENKES No. 54 Tahun 2015 Tentang Pengujian Dan Kalibrasi Alat
Kesehatan
2.4. Dokumen dalam Cost Containment
Pengendalian alat medis seperti ini cukup efektif, dan para penanggung jawab
harus selalu melakukan check and re-check dengan melihat dokumen secara berkala
dan melihat apakah alat tersebut masih ada, atau bagaimana kondisinya dan kapan
harus ditera.

5
Pada prinsipnya seluruh karyawan rumah sakit harus memiliki budaya sadar
biaya, dan aplikasinya adalah menjaga alat tersebut bisa selalu siap pakai dan tidak
rusak atau tidak bisa dipakai sebelum life time. Seringkali karyawan terjebak dalam
rutinitas, mereka terkadang lupa dengan kewajiban moral untuk menjada aset
rumah sakit. Sebab jika aset tersebut terganggu, misalnya rusak, tidak berfungsi,
atau bahkan hilang, maka beban biaya akan meningkat.
Berapa yang harus diperlukan saat cost containment
1. Membuat inventaris semau alat kesehatan di Rumah SakitInventarisasi /
pendataan alat kesehatan mutlak diperlukan untuk menyiapkan
protappemeliharaan masing-masing alat, menyusun program pemeliharaan
preventif, korektif,kalibrasi dan evaluasi pemeliharaan
2. Membuat prosedur tetap layanan pemeliharaan preventifProsedur ini
merupakan alur proses layanan pemeliharaan preventif dan
harusdisosialisasikan ke instalasi, unit dan bagian terkait. Di dalam membuat
prosedur inisebaiknya didiskusikan dengan instalasi, unit, bagian terkait.
3. Membuat prosedur tetap layanan pemeliharaan korektifProsedur ini
merupakan alur proses layanan pemeliharaan korektif dan
harusdisosialisasikan ke instalasi, unit dan bagian terkait. Di dalam membuat
prosedur inisebaiknya didiskusikan dengan instalasi, unit dan bagian terkait
4. Membuat prosedur tetap layanan kalibrasi. Prosedur ini merupakan alur proses
layanan kalibrasi dan harus disosialisasikan keinstalasi, unit dan bagian terkait.
Di dalam membuat prosedur ini sebaiknya didiskusikandengan instalasi, unit
dan bagian terkait
5. Mengumpulkan data standart dan buku service manual dan operating manual.
Mengumpulkan data-data standart nasional, internasional, buku service
manual, bukuoperating manual guna menyusun prosedur pemeliharaan
preventif, korektif dankalibrasi.
6. Membuat prosedur tetap pemeliharaan masing masing alatProsedur ini dibuat
oleh teknisi yang mempunyai kompetensi tentang alat yang akandilakukan
pemeliharaan dan harus di syahkan oelh direktur Rumah Sakit. Prosedur
iniharus betul-betul dikuasai dan dimengerti oelh teknisi yang akan
melakukanpemeliharaan preventif.

6
7. Membuat form instruksi kerja masing-masing alatSetelah prosedur tetap
selesai dibuat maka harus dibuat instruksi kerja yang berupaform (formulir)
laporan kerja. Formulir instruksi kerja ini juga merupakan bukti fisiklaporan
kerja pemeliharaan preventif
8. Membuat program pemeliharaan preventif, korektif dan kalibrasiUntuk
melakukan program pemeliharaan preventif kita perlu membuat
jadwalpemeliharaan, kebutuhan bahan suku cadnag rutin dan alat. Untuk
pemeliharaan korektifkita perlu membuat rencana pemeliharaan tahunan dan
triwulan. Untuk kalibrasi kitabuat perencanaan kalibrasi tahunan9.
9. Membuat target pencapaian pemeliharaan preventif, korektif dan
kalibrasiMasing-masing program pemeliharaan kalibrasi harus dibuat target
pencapaian contohtarget pemeliharaan preventif 90%, untuk kalibrasi
disarankan target 100%10.
10. Melakukan evaluasi pemeliharaan preventif, korektif dan kalibrasiEvaluasi
pemeliharaan preventif, korektif dan kalibrasi dilakukan per triwulan,
persemester dan pertahun. Bila target tidak tercapai maka harus dibuat risalah
penyebabtarget pemeliharaan preventif, korektif dan kalibrasi tidak tercapai

2.5. Strategi
Dalam konsep cost containment, pengadaan barang yang baik merupakan salah
satu cara dalam menekan pembiayaan peralatan medis. Karena dengan pemilihan
barang yang benar akan menghasilkan produktifitas pelayanan yang maksimal.
Dalam pengadaan peralatan medis sebaiknya menggunakan beberapa prinsip
sebagai berikut :
a. Memilih peralatan medis dengan prinsip fungsi yang sesuai dengan kebutuhan,
sebaiknya pilihlah pabrik pembuat peralatan medis yang sudah memiliki track
record yang baik.
b. Jika memungkinkan belilah peralatan medis dengan merek yang sama untuk
memudahkan pemeliharan peralatan dimasa yang akan datang. Sebagai
ilustrasi, korporasi rumah sakit Tokushukai diJepang, menggunakan peralatan
medik dengan merek yang sama untuk lebih dari 250 rumah sakit yang tersebar
dijepang, mereka menggunakan peralatan medik buatan Generik Electric.

7
Prinsipnya adalah, jika membeli peralatan medik pada satu produsen dan
dalam partai besar, akan menurunkan harga secara signifikansi.
c. Khusus untuk peralatan medis bedah pada umumnya banyak menggunakan
merek terkenal, karena daya tahan peralatan tesebut bisa diandalkan,
dibandingkan dengan merek yang tidak terkenal, misalnya pembelian pisau
bedah sebaiknya merek terkenal, sebab daya tahannya hampir tiga kali lipat
dibanding merek terkenal
d. Komparasi informasi harga alat berdasarkan spesifikasi yang memadai dengan
fungsi.
e. Tidak harus selalu mengikuti kemauan dokter anda dalam pengadaan alat
kedokteran, namun perlu mendengarkan saran dari komite medik secara formal
f. Hitung dulu BEP alat tersebut dengan cermat, dan bandingkan dengan peluang
utilisasi alat kedokteran tersebut. Berapa rerata pasien yang akan dilayani
dengan alat medis tersebut
g. Perhatikan peralatan medis yang berharga murah, namun seringkali boros
menggunakan tenaga listrik dan mudah panas, serta tidak compact, mudah
rusak
h. Jangan ragu menanyakan kepada rumah sakit lain atay dokter yang sudah
berpengalaman tentang peralatan medis yang akan dibeli. (Subanegara, 2010)

2.6. Penerapan
Penggunaan peralatan medis kerap kali tidak sesuai dengan prosedur, dan hal
seperti ini akan mengakibatkan terjadinya kerusakan atau kerusakan alat akan lebih
cepat dibandingkan umur alat tersebut. Jika ini terjadi maka pemborosan sudah
pasti terjadi.
Penggunaan alat medis sebenarnya sama dengan memperlakukan manusia,
harus penuh dengan sentuhan emosi yang memadai. Perlakukan alat medis sebagai
alat yang diyakini sangat bermanfaat bagi kita dan bagi pelanggan. Karenanya
penggunaan peralatan medis apapun harus penuh perhatian dan perlu touching yang
tepat. Sebaiknya memberikan pesan moral dan pesan teknis kepada pengguna
peralatan oleh yang berwenang di rumah sakit, pada saat pertama kali seseorang
akan menggunakan peralatan medis tertentu. Dan menggunakan alat tersebut harus

8
memiliki capability yang memadai, ada beberapa hal yang perlu disimak dalam
penerapan operasional alat medis yaitu :
a. Peralatan medis yang menggunakan daya listrik
1) Alat medis golongan ini, harus memiliki ruang yang memadai, misalnya alat
tersebut berada di lantai 1, maka harus dicermati betul bahwa lantai 2
diatasnya bukanlah toilet atau ruangan yang kemungkinan ada air dan
mungkin saja trerjadi kebocoran ada suatu saat nanti. Atau jika satu lantai
maka harus yakin betul bahwa atapnya aman dari kebocoran.
2) Ruangan tidak lembab
3) Sumber listrik harus didekatkan ke alat tersebut, tidak direkomendasikan
menggunakan kabrl tambahan, untuk menekan resiko korsleting.
4) Alat medis tersebut tidak berdekatan dengan barang-barang yang berisi air
5) Menghidupkan dan mematikan alat tersebut harus sesuai dengan SOP alat
tersebut
6) Kabel listrik setelah pemakaian harus dilepas dan tidak menarik kabelnya
ketika melepas arus listrik
7) Cara menggunakan peralatan medis tidak kasar dan hanya boleh digunakan
oleh ahlinya
8) Penggunaan alat medis ini, tidak dianjurkan sambil minum, atau ada gelas
minuman didekat alat tersebut
9) Menjaga alat medis ini untuk tidak jatuh.
b. Alat medis yang tidak menggunakan listrik
1) Hampri sama dengan peralatan medis yang menggunakan daya listrik
2) Yang perlu dicermati adalah SPO tentang penggunaan alat, sebaiknya setiap
set alat yang akan dipakai ada dokumennya, misalnya seperangkar alat
untuk operasi , terutama alat yang kecil-kecil yang sudah steril, di lampiri
dokumen tentang jebis dan jumlah alat, sebelum melakukan operasi. Sebab
sering terjadi kehilangan alat medis yang kecil-kecil, misalnya klem dan
lain sebagainya.
3) Setiap peralatan medis sebaiknya memiliki dokumen yang jelas dari mulai
jenis alat, jumlahnya, kapan dibeli, berapa harga belinya, bagaimana
kondisinya dan lain-lain.

9
4) Disetiap ruangan harus memiliki dokumen inventarisasi.
Kaitannya dengan alat-alat atau barang medis maka logistik memegang
peranan penting dalam hal :
a. Menyusun standart alat medis
b. Pemeriksaan dan kontrol keadaan barang medis dan non medis secara berkala
sesuai dengan jadwal yng telah disusun
c. Membuat laporan berkala tentang keadaan barang medis dan non medis
d. Jika ditemukan barang medis mengalami kerusakan segera berkoordinasi
dengan penanggung jawab unit/ruangan
Dengan adanya standarisasi alat maka, setiap pembelian alat medis maupun
non medis harus mengacu kepada standar tersebut. Prinsipnya adalah alat sebaiknya
diupayakan satu merek, misalnya TV, AC, ATK, komputer, Printer, bahkan alat
alat medis, sebaiknya hanya dari satu fabrikan saja

Contoh kasus
Inventaris barang medis di poli OBSGYN

No. Nama Alat Satuan Tgl Kondisi Peneraan Harga Penanggung


(unit) beli jawab
1. USG 4 D 1 unit 12 Baik Tiap 12 400.000 X
jan jan
2009
2. USG 2 D 1 unit 4 agt Baik Tiap 4 200.000 X
2007 agt
3. Tensimeter 1 unit 7 juli Baik - 300 Y
2008

10
Contoh
Dokumen Cost Containmet Strategi
Logistik intalasi Farmasi di RS X

Logistik Cost Contaiment Penanggung jawab


Diterbitkan 6 april 1 X
2010
Lokasi IGD
Keterangan PERALATAN MEDIS
Mekanisme Controling, dokumentasi
Service Blue print a. Alat medis selalu siap pakai
b. Penempatan alat medis sesuai dengan sensifitas
alat tersebut
c. Ruangan peyimpanan alat tidak lembab
d. Kelengkapan SOP operasional alat tersedia pada
alat tersebut
e. Kelistrikan alat, seperti kabel dan stop kontak
dalam keadaan utuh
f. Alat dalam keadaan bersih
Kekuatan a. Inventarisasi alat lengkap
b. SOP lengkap
Kelemahan a. Jumlah tenaga kurang memadai
b. Bekerja belum sesuai jadwal
c. Belum sadar biaya
Cost containment Umum
strategi a. Susun jadwal pemeriksaan alat secara berkala
b. Laksanakan pemeriksaan alat sesuai jadwal
c. Lakukan diskusi dengan petugas yang
menggunakan alat tersebut, catat keluhannya
Khusus
a. Lakukan pencatatan keadaan alat

11
b. Catat alat yang hilang, rusak dan tidak berfungsi
koordinasi denga penanggung jawab unit dari
IPSRS

12
BAB 3 PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Dalam hal ini dapat disimpulkan yaitu :
a. Cost containment merupakan cara atau upaya mengendalikan
pembiayaan atau penekanan biaya sampai ketitik Cost effectiveness,
bukan ketitik efficiency. Artinya berapa besaran biaya yang secara
rasional dibutuhkan untuk pelayanan tertentu dan berapa besar
pembiayaan untuk perawatan atau pemeliharaan peralatan secara
rasional.
b. Terdapat 8 dasar hukm yang mendasari Cost containment
c. Beberapa hal yang perlu disimak dalam penerapan operasional alat medis
yaitu : Peralatan medis yang menggunakan daya listrik, Alat medis yang
tidak menggunakan listrik
d. Dokumen yang diperlukan dalam Cost containment utamanya adalah
membuat daftar inventaris alat-alat kesehatan dan prosedur-prosedur
dalam penggunaannya. Tujuannya agar penggunaan terhadap alat-alat
kesehatan tersebut dapat dikendalikan, dikontrol, dan dievaluasi sebagai
bentuk dari pengendalian biaya.

3.2. Saran
a. Selalu mempertahankan kualitas pelayanan melalui proses cost awareness,
cost monitoring, cost management dan cost incentives agar dapat
menciptakan sebuah kondisi para karyawan atau tenaga kesehatan
melakukan perawatan dan pemeliharaan supaya tidak adanya pemborosan.
b. Menghindari penghematan biaya yang dapat memperburuk mutu pelayanan
kesehatan
c. Tahap strategi organisasi dengan strategi cost contaiment harus konsisten.

13
DAFTAR PUSTAKA

Https://Www.Slideshare.Net/Aak6666/Modul-Cost-Containtment [09 Desember


2018]
Kementerian Kesehatan Ri. 2014. Modul Workshop Ina-Cbg: Edisi 1. Jakarta: Tim
Teknis Ina-Cbg
Kementrian Kesehatan Ri. 2017. Arahan Direktur Jenderal Kefarmasian Dan Alat
Kesehatan. Jakarta : Kementrian Kesehatan Ri
Subanegara, H. (2010). Cost Containment (Pengendalian Biaya Rumah Sakit).
Modul , 31-41.Online. Https://Www.Slideshare.Net/Aak6666/Modul-Cost-
Containtment [20 Desember 2018]
Tarmizi, Rosmiaty, Dkk. 2010. Pengendalian Biaya Dalam Hubungannya Dengan
Akuntansi Pertanggungjawaban. Jurnal Akuntansi Dan Keuangan. Lampung ;
Tidak Diterbitkan
Uhise, Esterlin, Dkk. 2018. Analisis Peranan Cost Controller Dalam Pengendalian
Biaya Operasional Dan Pendapatan Operasional Pada Hotel Mercure Manado
Tateli Beach Resort. Jurnal Riset Akuntansi Going Concern. Manado :
Universitas Sam Ratulangi

14

Anda mungkin juga menyukai