Sejarah Vitamin B1
Pada abad 19 ditemukan beri-beri secara epidemis di Jepang, Cina, dan Asia Tenggara.
Takaki (1906) menunjukkan bahwa penyakit beri-beri pada pelaut Jepang dapat dikurangi dengan
menggantikan sebagian dari nasi putih yang dimakan, dengan roti yang terbuat dari gandum.
Eykman (1897) di Jakarta (waktu itu Batavia) mengamati bahwa ayam yang makan sisa-sisa nasi putih
dari penjara mengalami kelemahan berat.
Funk (1911) kemudian berhasil mengisolasi faktor anti beri-beri dari dedak beras dan
menambahkannya vitamine.
Jansen dan Donat (1926) di laboraturium Eykman berhasil mengisolasi bentuk kristal tiamin dan
melakukan uji coba pada burung.
Struktur kimia dan sintesis tiamin untuk pertama kalinya berhasil dilakukan oleh Williams dan Cline
pada tahun 1936.
Tiamin merupakan kristal putih kekuningan yang larut dalam air. Dalam keadaan kering vitamin B1
cukup stabil.
Tiamin piroposfat berfungsi sebagai koenzim pada beberapa reaksi enzimatik yang melibatkan
pemindahan gugus aldehida dari molekul donor menjadi molekul penerima.
Pengertian Vitamin B1
Sumber : Daftar Analisis Bahan Makanan, FKUI, 1992 dan Food Compositition Table for Use in East, Asia, FAO, 1971
Fungsi Vitamin B1
Vitamin B1 (tiamin) berperan dalam proses dekarboksilasi piruvat dan alfa ketoglutarat
sehingga penting dalam pelepasan energi dari karbohidrat (Ruslie, 2012). Dalam bentuk
pirofosfat (TPP) atau difosfat (TDP), tiamin berfungsi sebagai koenzim berbagai reaksi
metabolisme energi. Tiamin dibutuhkan untuk dekarboksilasi oksidasi piruvat menjadi
asetil KoA dan memungkinkan masuknya substrat yang dapat dioksidasi ke dalam siklus
Krebs untuk pembentukan energi. Asetil KOA yang dihasilkan enzim ini disamping itu
merupakan prekursor penting lipida asetil kolin, yang berarti adanya peranan TPP dalam
fungsi normal sistem saraf. Dalam siklus krebs, TPP merupakan kofaktor pada
dekarboksilasi asam alfa keto seperti asam alfa ketoglutarat dan 2 keto karboksilat yang
diperoleh dari asam asam amino metionin, treonin, leusin, isoleusin, dan valin.
Tiamin juga merupakan koenzim reaksi transketolase yang berfungsi dalam pentosa-
fosfat shunt, jalur alternatif oksidasi glukosa. Walaupun tiamin diperlukan dalam
metabolisme lemak, protein dan asam nukleat, peranan utamanya adalam dalam
metabolisme karbohidrat (Almatsier, S. 2010)
AKG B1
Absorbsi
Tiamin (B1) diabsorpsi secara aktif terutama di duodenum bagian atas yang bersuasana asam
dengan bantuan adenine trifosfatase (ATPase) yang bergantung pada natrium.
Tiamin (B1) yang dikonsumsi lebih dari 5 mg/hari sebagian akan diabsorpsi secara pasif sebab
absorpsi aktid dihambat oleh alcohol. Setelah diabsoprsi, kurang lebih 30mg tiamin akan
mengalami fosforilasi dan disimpan sebagai Tiamin Pirofosfat (TPP) didalam jantung, otak,
hati, dan jaringan otot.
Tubuh manusia mengandung 30 – 70 mg tiamin (80% dalam bentuk TTP, sebagian dari
tiamin terdapat dalam otot, selebihnya terdapat di dalam hati, jantung, ginjal, dan otak.
Tiamin juga berada dalam sirkulasi darah dalam jumlah yang kecil dan dalam berbentuk
bebas.
Ekskresi
Ekskresi tiamin (B1) dilakukan melalui urin dalam bentuk utuh dan sebagian kecil
dalam bentuk metabolit, terutama tiamin difosfat dan disulfit.
Ekskresi tiamin melalui urin menurun dengan cepat pada kekurangan tiamin.
Tiamin dapat disintesis oleh mikroorganisme dalam saluran cerna manusia dan
hewan, akan tetapi yang dapat dimanfaatkan tubuh sangat kecil.
Akibat Kekurangan B1
Beri-Beri
Vitamin B1 merupakan vitamin larut air, artinya tidak dapat dapat
disimpan sebagai cadangan dalam waktu lama sehingga tubuh
membutuhkan asupan vitamin B1 secara terus-menerus. Ketika
tubuh kekurangan vitamin B1, koenzim yang pada awalnya
membantu proses pembakaran karbohidrat menjadi energi akan
terganggu. Saat tubuh sudah mulai kekurangan energi, maka akan
timbul gejala kelelahan, penurunan nafsu makan, hinggan
penurunan kegiatan syaraf yang memicu terjadinya beri-beri
(Agung,2018).
Akibat Kelebihan B1
Palpilasi jantung Agitasi
Palpitasi jantung adalah jantung berdebar keras. Agitasi atau kegelisahan, masalah pada diri yang
Biasanya akibat dari hyperkalemia. Yaitu adanya mudah emosi bisa terjadi akibat kelebihan vitamin
B1 ini. Atau gangguan psikomotor dimana
kadar kalium yang tinggi pada darah. Biasanya memiliki karakteristik peningkatan aktivitas
ginjal akan mengeluarkan kalium ini dalam urin motorik. Seperti seseorang sering mengalami
sehingga kalium tidak berlebihan di tubuh. Karena gelisah, mondar-mandir tidak jelas, meremas
dampak konsumsi vitamin B1 berlebihan yang tangan karena panik, dan hal-hal kegiatan yang
dianggap aneh dari kebiasaan umumnya. Jika
menyebabkan pengendapan di ginjal, maka dari agitasi ini akut, kegiatan seseorang itu bisa
itu, kalium pun menjadi lebih banyak di darah. melukai orang lain. Bisa mencakar, menggigit
sehingga menyebabkan ginjal yang seharusnya bisa lidah atau bibir sendiri. Agitasi terjadi akibat
mengeluarkan kalium dalam jumlah tertentu pun kelebihan vitamin B1 dan biasanya kekurangan
vitamin B6. Sehingga vitamin B kompleks yang
jadi terbebani sehingga ikut memperparah ginjal seharusnya dipenuhi dengan artian adanya
yang sudah terbebani vitamin B1. Secara keseimbangan antara vitamin B yang satu dengan
berkelanjutan, palpitasi jantung bisa menyebabkan yang lain tidak terpenuhi.
gagal jantung dan serangan jantung. Pemeriksaan
adanya kelebihan kadar kalium bisanya
menggunakan pemeriksaan EKG.
Interaksi Vitamin B1
Tiamin piroposfat berfungsi sebagai koenzim pada beberapa reaksi enzimatik yang
melibatkan pemindahan gugus aldehida dari molekul donor menjadi molekul penerima.
Pada reaksi dekarboksilase, piruvat, gugus karboksil dikeluarkan sebagai CO2 dan sisa
molekul piruvat yang kadang-kadang disebut asetaldehida aktif, secara bersamaan
dipindahkan ke posisi 2 dari cincin tiazol yang terikat berat tiamin piroposfat untuk
menghasilkan turunan hidrosietil.
Vitamin B2
Sejarah Vitamin B2
Vitamin B2 disebut Riboflavin. Riboflavin berasal dari kata latin flavus yang berarti
kuning. Riboflavin bersifat stabil terhadap pemanasan kecuali pada kondisi alkalis.
Riboflavin dapat menglami kerusakan karena sinar.
Riboflavin merupakan salah satu jenis vitamin yang diperlukan dalam pertumbuhan
serta berguna untuk menjalankan fungsi sel secara normal. Vitamin ini juga merupakan
komponen koenzim Flavin Adenin Dinikleotida (FAD) dan Flavin Adenin
Mononukleotida (FMN). Kedua enzim flavoprotein terlibat dalam reaksi oksidasi-reduksi
berbagai jalur metabolisme energi dan mempengaruhi respirasi sel.
Sumber Vitamin B2
Vitamin B2 atau riboflavin terdapat luas dalam makanan hewani dan nabati, yaitu
didalam susu, keju, hati, daging, dan sayuran yang berwarna hijau. Penggunaan serelia
tumbuk atau hasil-hasil serelia yang diperkaya akan meningkatkan konsumsi riboflavin.
Kandungan riboflavin antara lain.
Untuk rekomendasi asupan sendiri, dari Badan Pangan dan Nutrisi Amerika Serikat
menganjurkan 1,1 mg tiamin per hari untuk wanita dan 1,3 mg untuk laki-laki.
Kebutuhan akan riboflavin akan meningkat jika dalam kondisi hamil (1,4 mg/hari) dan
menyusui (1,6 mg/hari).
Fungsi Vitamin B2
Di dalam lambung riboflavin dibebaskan dalam suasana asam dari ikatan-ikatan protein
sebagai FAD dan FMN
Di dalam usus halus FAD dan FMN kemudian diubah menjadi riboflavin bebas oleh
enzim-enzim pirofosfatase dan fosfatase
Bagian atas usus halus mengabsorpsi riboflavin secara aktif (membutuhkan natrium
untuk proses fosforilasi hingga menjadi FMN di dalam mukosa usus halus
Transportasi B2
Sebagian besar riboflavin dan FMN dalam darah terikat pada albumin, sebagian kecil
pada imunoglobulin G. Riboflavin
Metabolit riboflavin disimpan dalam hati, jantung, dan ginjal
Sebanyak 70-90% simpanan riboflavin dalam bentuk FAD, konsentrasinya lima kali
FMN dan lima puluh kali riboflavin
Ekskresi
Sebanyak 200𝜇𝑔 riboflavin dan metabolitnya dikeluarkan melalui urin setiap hari
Jumlah yang dikeluarkan bergantung pada tingkat konsumsi kebutuhan jaringan
Dalam tubuh simpanan riboflavin tidak seberapa untuk itu dibutuhkan dari makanan
dalam jumlah cukup setiap harinya.
Akibat Kekurangan Vit B2
Menurunnya Daya Tahan Tubuh Kulit Kering & Bersisik
Vitamin B2 berperan dalam metabolisme Kekurangan vitamin b2 dapat
energi terutama dalam mengubah mengakibatkan kulit kering dan bersisik.
karbohidrat menjadi glukosa (Moeksin dan
Novitasari, 2011). Sehingga terdapat energi Kulit kering dan bersisik karena sel darah
yang dibutuhkan tubuh untuk kegiatan merah yang dibentuk dengan vitamin B2
sehari-hari. Kekurangan energi dalam tubuh tidak tercukupi jumlahnya. Sehingga sel
maka tubuh akan menjadi lemas dan darah merah ini yang membawa vitamin
imunitas tubuh akan menurun. Sehingga
metabolisme pada tubuh serta sistem normal lainnya seperti vitamin C untuk membuat
pada tubuh menjadi terganggu. Riboflavin kolagen pada kulit untuk mencegah kulit
juga berperan dalam pembentukan sel darah kering dan bersisik.
merah serta antibodi dalam tubuh (Moeksin
dan Novitasari, 2011). Sehingga apabila
tubuh kekurangan riboflavin maka imunitas
tubuh juga terganggu dan pembentukan sel
darah merah juga terganggu yang akan
menyebabkan anemia.
Akibat Kekurangan Vit B2
Mulut Kering, Bibir pecah-pecah,
& Sariawan Kehilangan Ketajaman Mata
Gejala tekanan darah rendah yang paling sering terjadi yaitu pusing, mudah
mengantuk, serta kelelahan. Gejala ini sangat erat kaitannya dengan akibat
kelebihan vitamin B2. Sehingga jika mengalami gejala tersebut pada saat
mengkonsumsi vitamin B2 maka dipastikan anda juga mengalami tekanan
darah rendah. Hal ini terjadi karena melemahnya otot pada jantung
sehingga darah yang mengalir pada tubuh menjadi sedikit karena jantung
memompa lebih sedikit darah. Tak hanya itu hal ini dapat teradi karena
adanya pembekuan darah di pembuluh vena. Jika konsumsi vitamin B2
berlebih maka dapat mengakibatkan penggumpalan cairan (beri-beri), maka
pembekuan darah pun bisa terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
Agung, I. G. A. A. 2018. Pengaruh Perbaikan Gizi Kesehatan Terhadap Produktivitas Kerja.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/piramida/article/view/2973/2131. [Diakses pada 28 Januari 2019]
Almatsier, Sunita. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Almatsier, Sunita. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Almatsier, Sunita.2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Indrasari, S. D. 2015. Pengaruh Penyosohan Gabah dan Pemasakan Terhadap Vitamin B Beras Merah.
Jurnal penelitian Pertanian Tanaman Pangan. 30(3) : 182
Kurniawan, W. (2017). Gejala dan Contoh Penyakit Akibat Kekurangan Vitamin B2 (Riboflavin).
dikutip pada 28 Januari 2019
Daftar Pustaka
Moeksin, R., & Novitasari, R. (2011). ANALISA RIBOFLAVIN PADA PHASEOLUS AUREUS DENGAN
VARIASI KONSENTRASI HCl. Jurnal Teknik Kimia, 17(7).
Permenkes. (n.d.). permenkes RI no 75 tahun 2013 tentang AKG di Indoensia. Retrieved November
30, 2018, from http://gizi.depkes.go.id/download/Kebijakan%20Gizi/Tabel%20AKG.pdf
Sumbono, A. (2016). Biokimia Pangan Dasar. Jakarta: Deepublish.
Ratih, S. (n.d.). VITAMIN dan MINERAL. Retrieved November 30, 2018,
http://skp.unair.ac.id/repository/web-
pdf/web_VITAMIN__dan_MINERAL_RATIH_KUMALA_SARI.pdf
Rusdiana. 2004. Vitamin. Universitas Sumatra Utara
Ruslie, R.H. 2012. Peranan Vitamin sebagai Nutrisi pada Bayi Prematur. Unnisula: Semarang Link:
file:///C:/Users/Cemerlangpc/Downloads/391-662-1-SM.pdf