Anda di halaman 1dari 90

LAPORAN PRAKTEK KLINIK

MANAJEMEN KEPERAWATAN DI RUANG IBS


RSUD dr. SOERATNO GEMOLONG

Disusun Oleh :

Dwiyono 8202104181
Estu Widodo 8202104187
Sri Handayani 8202104202
Sutarno 8202104206
Tomik Widayanto 8202104208
Nana Artika Dewi 82021040210

PROGRAM STUDI PROFRSI NERS


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT sang pemilik


kehidupan ini, yang telah melimpahkan nikmat dan karunia-Nya kepada kita
semua. Sholawat dan salam senantiasa penulis panjatkan kepada Rosulullah
Muhammad SAW.
Laporan Praktek Klinik Managemen Keperawatan di Ruang IBS RSUD dr
Soeratno Gemolong Sragen ini ditulis dan diajukan sebagai tugas Akhir di Stase
Managemen. Mengingat terbatasnya pengetahuan dan kemampuan yang ada,
penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, kritik dan saran
sangat diharapkan bagi perbaikan sehingga laporan ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.
Kegiatan dan penyusunan laporan ini dapat kami selesaikan berkat adanya 
bantuan  dan  bimbingan  serta kerjasama yang baik dari berbagai pihak. Oleh
karena itu pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih
dan penghargaan kepada yang terhormat : 
1. Rusnoto, SKM.,M.Kes (Epid) selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Kudus
2. dr.Kinik Darsono, M.Pd.Ked. selaku Direktur RSUD dr. Soeratno Gemolong
yang telah memberikan kami kesempatan untuk belajar manajemen
keperawatan di rumah sakit ini.
3. Anung Indras Susanto, S.Kep.,Ns , selaku Kepala Ruang IBS yang telah
berkenan memberi kami tempat belajar.
4. Purnomo, S.Kep.,Ns., M.kep Selaku Pembimbing Akademik Stase
Manajemen Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus.
5. Fitria Purnamawati, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Pembimbing Klinik Praktek
Manajemen Keperawatan RSUD dr. Soeratno Gemolong.
6. Teman-teman kelompok yang sudah bekerja sama dalam praktik
manajemenruangan.
7. Seluruh Staff Keperawatan di Ruang IBS RSUD dr. Soeratno Gemolong

ii
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Laporan Karya Ilmiah Akhir
Ners ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu Penulis mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari semua pihak untuk menyempurnakan Laporan
ini. Semoga amal kebaikan kebaikan semua pihak diatas mendapatkan balasan
yang terbaik dari Allah SWT. Akhir kata semoga Laporan Managemen ini akan
bermanfaat bagi peneliti pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Gemolong, Februari 2022

Penyusun Kelompok

iii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... vii
A BAB I PENDAHULUAN................................................................. 1
Latar Belakang................................................................................... 1
Waktu ......................................................................................3
Tujuan Penulisas................................................................................ 3
Manfaat ...................................................................................... 4
B BAB II PENGKAJIAN..................................................................... 9
Gambaran Umum.............................................................................. 9

C RUMUSAN MASALAH .................................................................. 6


D STRATEGI PENELUSURAN BUKTI............................................. 6
E HASIL............................................................................................... 7
F PEMBAHASAN................................................................................ 12
G KESIMPULAN.................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah sakit merupakan salah satu sarana atau fasilitas pelayanan
kesehatan yang tugas utamanya adalah melayani kesehatan perorangan di
samping pelayanan lainnya. Selanjutnya yang dimaksud dengan fasilitas
pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan baik promotif, preventif,
kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah
daerah dan/atau masyarakat (Pasal 1 angka 7 UU K No. 36 Tahun 2009).
Berdasarkan undang-undang No. 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, yang
dimaksudkan dengan rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
Rumah Sakit mempunyai misi memberikan pelayanan kesehatan yang
bermutu dan terjangkau oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat. Tugas rumah sakit umum adalah melaksanakan upaya
pelayanan kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan
mengutamakan penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi
dan terpadu dengan peningkatan dan pencegahan serta pelaksanaan upaya
rujukan.
Rumah Sakit melakukan beberapa jenis pelayanan diantaranya
pelayanan medik, pelayanan penunjang medik, pelayanan perawatan,
pelayanan rehabilitasi, pencegahan dan peningkatan kesehatan, sebagai
tempat pendidikan dan atau pelatihan medik dan para medik, sebagai tempat
penelitian dan pengembangan ilmu dan teknologi bidang kesehatan serta
untuk menghindari risiko dan gangguan kesehatan sebagaimana yang
dimaksud, sehingga perlu adanya penyelenggaan kesehatan lingkungan
rumah sakit sesuai dengan persyaratan kesehatan.
Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan
bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan dalam mendukung

1
penyelenggaraan upaya kesehatan. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan di
rumah sakit mempunyai karakteristik dan organisasi yang sangatkompleks.
Berbagai jenis tenaga kesehatan dengan perangkat keilmuan masing-masing
berinteraksi satu sama lain. Ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran yang
berkembang sangat pesat yang harus diikuti oleh tenaga kesehatan dalam
rangka pemberian pelayanan yang bermutu, membuat semakin kompleksnya
permasalahan dalam rumah sakit (Depkes RI, 2014).
Manajemen keperawatan menurut Nursalam (2015), merupakan suatu
pelayanan keperawatan profesional dimana tim keperawatan dikelola dengan
menjalankan empat fungsi manajemen antara lain perencanaan,
pengorganisasian, motivasi, dan pengendalian. Keempat fungsi tersebut
saling berhubungan dan memerlukan keterampilan-keterampilan teknis,
hubungan antar manusia, konseptual yang mendukung asuhan keperwatan
yang bermutu, berdaya guna dan berhasil guna bagi masyarakat. Hal ini
menunjukkan bahwa manajemen keperawatan perlu mendapat prioritas utama
dalam pengembangan keperawatan di masa depan, karena berkaitan dengan
tuntutan profesi dan global bahwa setiap perkembangan serta perubahan
memerlukan pengelolaan secara profesional dengan memperhatikan setiap
perubahan yang terjadi.
Manajemen keperawatan merupakan komunikasi efektif yang menjamin
semua tingkat pekerjaan, mengetahui misi atau tujuan. Manajemen
keperawatan sebagai suatu pelayanan profesional dimana tim keperawatan
dikelola dengan pendekatan fungsi-fungsi manajemen mulai planning,
organizing, actuating, controlling, dan evaluating. Salah satu sistem
pelayanan keperawatan profesional adalah dengan melaksanakan suatu model
Asuhan Keperawatan Profesional Tim yang merupakan suatu metode
penugasan menggunakan tim yang terdiri dari atas anggota yang berbeda-
beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien.
Perawat ruangan dibagi menjadi 2 tim / grup yang terdiri atas tenaga
profesional. Teknikal dan pembantu dalam satu kelompok kecil yang saling
membantu.

2
Keuntungan dari MAKP Tim antara lain asuhan keperawatan yang
diberikan bermutu tinggi dan tercapainya pelayanan yang efektif terhadap
pengobatan,dukungan,proteksi, informasi dan advokasi. Selain itu pembagian
tugas yang jelas dan dilakukan sesuai peran akan meringankan beban kerja
perawat. Hal ini dapat meningkatkan kepuasan bagi pasien, perawat dan
tenaga kesehatan lainnya sehingga terapai suatu pelayanan yang paripurna.
Perawat sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, dituntut untuk
memiliki kemampuan manajerial yang tangguh, sehingga pelayanan yang
diberikan mampu memuaskan kebutuhan klien. Kemampuan manajerial dapat
dimiliki melalui berbagai cara salah satunya untuk dapat ditempuh dengan
meningkatkan ketrampilan melalui bangku kuliah yang harus melalui
pembelajaran di lahan praktek.
Mahasiswa Profesi Ners Universitas Muhammadiyah Kudus dituntut
untuk dapat mengaplikasikan langsung pengetahuan manajerialnya di Ruang
IBS RSUD Gemolong dengan arahan dari pembimbing akademik maupun
dari pembimbing lapangan. Dengan adanya praktek di lapangan diharapkan
mahasiswa mampu menerapkan ilmu yang sudah didapat dan mampu
mengelola ruang perawatan dengan pendekatan proses manajemen.

B. Waktu dan Tempat


Praktik stase manajemen keperawatan ini dilaksanakan selama 2
minggu, mulai tanggal 14 Februari 2022 sampai dengan tanggal 26 Februari
2022 di Ruang IBS RSUD dr. Soeratno Gemolong.

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa profesi ners Universitas Muhammadiyah Kudusmampu
melakukan pengkajian manajemen keperawatan di ruang IBS dan mampu
melakukan pengelolaan unit pelayanan keperawatan tertentu sesuai
dengan konsep dan langkah manajemen keperawatan di ruang IBS RSUD
dr. Soeratno Gemolong.

3
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti praktik manajemen keperawatan, mahasiswa
profesi ners Universitas Muhammadiyah Kudus mampu:
a. Mampu melakukan pengkajian tentang gambaran umum di Ruang IBS
RSUD dr Soeratno Gemolong.
b. Melakukan analisa dari aspek manajemen di Ruang IBSRSUD dr
Soeratno Gemolong.
c. Mengidentifikasi dan menyusun prioritas permasalahan yang ada di
Ruang IBS RSUD dr Soeratno Gemolong.
d. Menyusun rencana kegiatan untuk mengatasi permasalahan yang ada
di Ruang IBSRSUD dr Soeratno Gemolong.
e. Melaksanakan dan mengevaluasi pelaksanaan rencana kegiatan yang
telah disusun sesuai prioritas di Ruang IBSRSUD dr Soeratno
Gemolong.

D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
a. Sebagai hasil analisis situasi dari sebuah manajemen ruangan di
Rumah Sakit, diharapkan dapat memberikan suatu deskripsi baru
mengenai studi tentang Manajemen Keperawatan, khususnya yang
menyangkut tentang komponen-komponen manajemen yang
dilakukan berdasarkan proses manajemen.
b. Hasil-hasil analisis situasi ini diharapkan mampu memberi kontribusi
bagi pengembang ilmu keperawatan sebagai hasil karya ilmiah yang
diharapkan menambah referensi, wawasan dan informasi terutama
terkait dengan manajemen keperawatan.

2. Manfaat Praktis
a. Bagi Universitas Muhammadiyah Kudus

4
Hasil analisis situasi ini diharapkan dapat menambah koleksi bacaan
sehingga dapat digunakan sebagai sasaran acuan dalam meningkatkan
dan menambah wawasan tentang manajemen keperawatan
b. Bagi Pasien dan Keluarga
- Mendapatkan pelayanan yang optimal dan memuaskan
- Tercapainya kepuasan klien dan keluarga yang ada di Ruang IBS
secara optimal
c. Bagi Perawat Ruang IBS
- Teridentifikasi masalah-masalah yang berkaitan dengan
pelaksanaan MAKP
- Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal
- Terbinanya hubungan atau komunikasi yang adekuat antara bidan
dengan bidan, bidan dengan tim kesehatan yang lain, dan perawat
dengan pasien serta keluarga
- Tumbuh dan terbinanya akuntabilitas, dan disiplin diri perawat
d. Bagi Mahasiswa
- Tercapai pengalaman dalam pengelolaan suatu ruang rawat
sehingga dapat mengelola manajemen ruang dan asuhan pasien
- Mahasiswa dapat mengembangkan kemampuan kritis dalam
pengelolaan pelayanan keperawatan

5
BAB II
PENGKAJIAN

A. Gambaran Umum RS
Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soeratno Gemolong Kabupaten Sragen
Jawa Tengah menempati lahan seluas 11.525.87 m2 dengan luas bangunan
4.544.2 m2 dan didirikan pada tahun 2010 dengan ijin prinsip pendirian
RSUD Gemolong Nomor 445/109.1/002/2010 tanggal 9 Juni 2010 dan ijin
penyelenggaraan RSUD Gemolong Nomor 445/001/29/2010 tanggal 26 Juni
2010 serta Peraturan Bupati Sragen Nomor 15 tahun 2010 tentang penetapan
RSUD Gemolong Kabupaten Sragen.
Pada awalnya RSUD dr. Soeratno Gemolong adalah Puskesmas
Gemolong 1 dengan perawatan yang dikembangkan. Pada tahun 2005
Puskesmas Gemolong 1 dengan perawatan mulai dirintis dengan
mengembangkan pelayanan spesialis Obsgyn, Penyakit Dalam, Bedah, dan
Anak, dengan Dokter Spesialis yang diperbantukan dari RSUD Sragen, atas
dasar Kepurtusan Bupati nomor 17 tahun 2004 tentang tarif pelayanan
spesialis dan akupuntur di Puskesmas Kabupaten Sragen tanggal 10 Mei
2004. Baru kemudian pada tahun 2007 dan tahun 2008 diikuti
pengembangan pembangunan Gedung rawat inapdan rawat jalan,
Penambahan Sumber Daya Manusia terutama Dokter Spesialis Obsgyn dan
Spesialis Penyakit Dalam , serta pengadaan beberapa sarana prasarana, alat
kesehatan seperti alat Rontgen, USG, dan lain – lain. Dengan berbagai
pengembangan dan kemajuan yang terjadi di Puskesmas Gemolong 1 selama
ini memacu manajemen dan semua jajaran karyawan untuk bisa segera
menjasu RSUD Gemolong, sehingga pada pertengahan tahun 2010
Puskesmas Gemolong 1 mengalami pengembangan menjadi RSUD
Gemolong Kabupaten Sragen Rumah Sakit Kelas D.
Pada awa tahun 2011, rencana dilakukan penetapan kelas dari
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, sedangkan fungsi Puskesmas
Gemolong 1 dilaksanakan oleh Puskesmas Gemolong yang dulu disebut

6
Puskesmas Gemolong 2. Rumah Sakit Umum Daerah Gemolong Kabupaten
Sragen Provinsi Jawa Tengah ditetapkan sebagai Rumah Sakit umum Kelas D
dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : HK.03.05/I/1889/2011
tanggal 15 Juli 2011. Selanjutnya Rumah Sakit umum Daerah Gemolong
terus menerus berupaya meningkatkan mutu dan pengembangan pelayanan
kesehatan masyarakat serta kesejahteraan pegawai. Pada pertengahan tahun
2012 ada penambahan Dokter Spesialis Bedah, Dokter Spesialis Dalam, dan
Dokter Spesialis Anak dan tahun 2013 ada penambahan Dokter Spesialis
paru, Spesialis Anastesi, dan Spesialis Patologi Anatomi. Visi rumah sakit
adalah menjadi rumah sakit pilihan di wilayah Gemolong dan sekitarnya.
Misi rumah sakit adalah memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu,
mudah, cepat, tepat dan akurat dan Motto yaitu “Melayani Dengan Hati”.

7
B. M1 (Manusia/Ketenagaan)
1. Struktur Organisasi
Menurut PMK no1045 tahun 2006tentang
pedomanorganisasirumahsakit, rumah sakit umum kelas C dipimpin oleh
seorang kepala yang disebut direktur. Direktur membawahi paling
banyak 2 bidang dan 1 bagian dimana masing-masing bidang terdiri dari
paling banyak 3 seksi. Masing-masing bagian terdiri paling banyak 3 sub
bagian.
DIREKTUR

SPI
BIDANG BIDANG BAGIAN
KOMITE KOMITE

SEKSI SUBBAGIAN
SEKSI SEKSI SUBBAGIAN

SEKSI SEKSI SEKSI SUBBAGIAN

KJF

SMF INSTALASI KJF INSTALASI KJF INSTALASI

Bagan 1.1 Struktur Organisasi Rumah Sakit

8
Struktur organisasi di ruangan IBS dipimpin oleh 1 kepala ruang. Kepala
ruang membawahi 2 kepala tim, dan 2 bidan dan 10 perawat pelaksana yang mana
dibagi menjadi 2 tim, dengan kesimpulan setiap tim terdiri dari 1 kepala tim dan 1
bidan dan 5 perawat pelaksana.

KEPALA RUANG

Kepala Tim Kepala Tim

Pelaksana Pelaksana Pelaksana Pelaksana Pelaksana

Bagan 1.2 Struktur Asuhan Kepeerawatan Ruang IBS

Berdasarkan wawancara dengan kepala ruang IBS didapatkan hasil bahwa


struktur asuhan keperawatan di ruang IBS menggunakan metode tim,
setiap tim beranggotakan 7 orang.
2. Karakteristik Tenaga Keperawatan
Ruang IBS memiliki tenaga Perawat dan Bidan dengan jumlah 15
orang, terdiri dari 1 kepala ruang, 2 kepala tim, 2 bidan dan 12 Perawat
pelaksana dengan berbagai karakterisktik sebagai berikut :
a) Berdasarkan jenjang pendidikan
Berdasarkan hasil wawancara dari 14 bidan di ruang IBS,
didapatkan hasil mengenai data jenjang pendidikan sebagai berikut :
Tabel 1.1 Jenjang Pendidikan Tenaga Keperawatan

No Jenjang Pendidikan Jumlah (org) Presentase


1 Sarjana + Profesi 3 25%
2 Diploma 12 75%
Total 15 100%

9
Menurut (Hajar, 2016) tingkat pendidikan berpengaruh terhadap
kinerja perawat. Saat ini seluruh pendidikan perawat di ruang IBS
adalah vokasional (Sarjana ,profesi dan D3 Kebidanan). Pendidikan
menjadi salah satu penyebab baik buruknya kualitas pelayanan
keperawatan dan daya saing perawat. Pendidikan tinggi keperawatan
sebagai sarana mencapai profesionalisme keperawatan harus terus
dipacu melalui pendidikan tinggi keperawatan tersebut diharapkan
terjadi percepatan proses perubahan atau transisi keperawatan yang
semula merupakan kegiatan okupasional menjadi professional dan
yang semula menggunakan pendekatan tradisional menjadi
penyelesaian masalah ilmiah yang dapat dipertanggung jawabkan
kepada pemakai jasa dan profesi (Nursalam, Efenndi Ferry, 2009).
b) Berdasarkan usia
Berdasarkan hasil wawancara dari 14 bidan di ruang
IBSdidapatkan hasil mengenai usia tenaga bidan paling muda yaitu
25 tahun dan usia tenaga tertua yaitu 47 tahun. Berikut adalah data
yang kami dapatkan:
Tabel 1.2 Usia Tenaga Keperawatan
No Rentang Usia (thn) Jumlah (org) Presentase
1 25-29 7 35,72%
2 30-34 1 50%
3 35-39 2 0%
4 40-44 4 7,14%
5 45-49 1 7,14%
Total 15 100%

Menurut Swastikarini (2018) umur dapat menjadi faktor yang


menyebabkan penurunan produktifitas dalam bekerja, sehingga
hasil kerja menjadi tidak optimal. Umur yang telah memasuki > 35
tahun cenderung memiliki produktifitas yang rendah dibandingkan
< 35 tahun. Umur individu juga dapat mempengaruhi kondisi fisik,

10
mental, kemampuan kerja, tanggung jawab, dan cenderung absensi.
Karyawan yang umurnya lebih tua kondisi fisiknya kurang, tetapi
bekerja ulet, dan mempunyai tanggung jawab yang lebih besar.
Rentang usia tenaga keperawatan/kebidanan pada ruang IBS
sebagian besar berumur < 35 tahun yang berarti perawat/bidan
yang bekerja memiliki produktifitas yang optimal
c) Masa Kerja
Berdasarkan hasil wawancara yang kami dapatkan dari 14
perawat dan bidan di ruang IBS, didapatkan hasil bahwa seluruh
tenaga bidan memiliki masa kerja yang berbeda-beda. Adapun
masa kerja tersingkat yaitu 1 tahun kerja dan masa kerja terlama
yaitu 20 tahun. Berikut adalah data yang kami dapatkan:
Tabel 1.3 Masa Kerja tenaga Keperawatan
No Masa Kerja (thn) Jumlah (org) Presentase
1 1-9 7 46 %
2 10-19 7 46 %
3 20-29 1 8%
Total 15 100%

Menurut Yani dkk (2007) semakin lama bekerja bidan maka bidan
dan perawat tersebut akan memiliki pengalama yang merupakan
guru paling baik mengajarkan kita tentang apa yang telah kita
lakukan. Semakin lama bekerja maka semakin banyak kasusu yang
ditangani yang membuat bidan lebih mahir dan terampil dalam
menyelesaikan pekerjaan.
d) Pelatihan
Berdasarkan wawancara dari 15 perawat dan bidan di ruang
IBS, didapatkan hasil bahwa beberapa perawat dan bidan sudah
mengikuti pelatihan, ada beberapa bidan dan perawat yang pernah
mengikuti lebih dari 1 pelatihan. Adapun beberapa pelatihan yang
pernah diikuti oleh tenaga perawat ruang IBS yaitu :

11
Tabel 1.4 Pelatihan Tenaga Kebidanan
No Pelatihan Jumlah (orang)
1 Manajemen ruangan 1
2 Anesthesi 2
3 Bedah 5
4 BTCLS 13
5 PPGDON 2
6 Broncoskopi 1
7 Laparoscopi 2
Total 26

Pelatihan dan pengembangan bagi sumber daya manusia adalah


suatu kegiatan untuk meningkatkan kapasitas sumber daya manusia
agar bisa menjadi lebih berkualitas baik dari segi pengetahuan,
keterampilan bekerja, tingkat profesionalisme yang tinggi dalam
bekerja agar bisa meningkatkan kemampuan untuk mencapai
tujuan-tujuan perusahaan dengan baik. Pendidikan dan pelatihan
sangat berpengaruh terhadap kinerja, dimana bidan yang sudah
mengikuti pendidikan dan pelatihan memeiliki kinerja yang baik
daripada bidan yang belum mengikuti pendidikan dan pelatihan
dilihat dari segi management dan pelayanan. (Azmi Said, 2021).
Sebagian besar bidan dan perawat di ruang IBS sudah melakukan
berbagai pelatihan sesuai dengan standar profesi (perawat/bidan)
untuk meningkatkan keterampilan kerja maupun pengetahuan
petugas. Berdasarkan kesesuaian antara pelatihan yang pernah
diikuti dengan ruangan tempat bekerja sebagian besar belum
sesuai. Adapun pelatihan yang dibutuhkan untuk meningkatkan
kinerja perawat/bidan berdasarkan kesesuaian dengan ruangan
tempat bekerja yaitu pelatihan bedah dan anesthesi.

12
e) Status Kepegawaian
Berdasarkan hasil wawancara dari 14 bidan di ruang IBS,
didapatkan hasil mengenai data status kepegawaian sebagai berikut
:
Tabel 1.5 Status Kepegawaian
No Status Jumlah (org) Presentase
1 PNS/ CPNS 11 73%
2 Non PNS 4 27%
Total 15 100%

Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Saefulloh (2013)


tentang pengaruh status kepegawaian terhadap kinerja perawat di
ruang rawat inap dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak
ada perbedaan yang bermakna antara kinerja perawat yang
berstatus PNS/ CPNS dengan Non PNS. Hasil penelitian ini
menyimpulkan pula kedua kelompok memiliki kinerja yang baik
dalam pemberian asuhan keperawatan. Hal ini sesuai dengan
pengamatan kami selama 4 hari di ruangan IBS bahwa tidak ada
perbedaan antara kinerja bidan dan perawat yang berstatus
PNS/CPNS dengan Non PNS.
3. Tenaga Non Kesehatan
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan didapatkan
hasil bahwa ada 3 tenaga non kesehatan yang terdiri dari:
Tabel 1.6 Tenaga Non Kesehatan

No Ketenagaan Jumlah (org) Sistem Kerja


1 CSSD 2 Non shift
2 Laundry 1 Non shift
Total 3
Dalam satu ruangan di Rumah Sakit membutuhkan tenaga non kesehatan
untuk membantu pelayanan yang optimal pada pasien baik dari segi

13
kenyamanan dan kebersihan yaitu untuk meminimalisir terjadinya infeksi
berkelanjutan dan bagian administrasi yang dapat membantu melayani
pasien.
4. Tenaga Profesional Pemberi Asuhan (PPA)
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan didapatkan hasil
bahwa ada 40 tenaga profesional pemberi asuhan yang terdiri dari :
Tabel 1.7 Tenaga Profesional Pemberi Asuhan (PPA)

No Profesi Jumlah (org) Sistem Kerja


1 Dokter 3 Jam kerja
3 Bidan 2 Jam kerja
4 Perawat 13 Jam kerja
Total 18

Interprofessional Collaboration (IPC) terjadi ketika beberapa


petugas kesehatan dari berbagai latar belakang profesi bekerja bersama
dengan pasien, keluarga, profesional lain dan masyarakat untuk
memberikan kualitas pelayanan yang baik. IPC merupakan suatu proses
membangun dan memelihara hubungan PPA merupakan tim interdisiplin
dengan koordinasi interprofesional dimana PPA diposisikan bekerja
sebagai sebuah tim yang mengelilingi pasien, dengan tugas mandiri,
kolaborasi maupun tugas delegatif. Dalam hal ini PPA dituntut memiliki
kompetensi profesi dan kompetensi kolaborasi interprofesional yang
memadai. Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) sebagai team
leader berperan untuk menyusun kerangka asuhan, melakukan
koorodinasi, kolaborasi, sintesis, interpretasi, review, dan
mengintegrasikan asuhan pasien (Komisi Akreditasi Rumah Sakit, 2017).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni (2021)
tentang Praktik Tim dan Kerjasama Tim Antar Profesional Pemberi
Asuhan dalam Implementasi Interprofessional Collaboration di RSUD
Meuraxa Kota Banda Aceh bahwa tim dan kerjasama tim secara

14
interprofessional di RSUD Meuraxa belum efektif. Kegiatan visite
bersama yang melibatkan keempat profesi belum pernah dilakukan.
Profesi apoteker dan dietisien yang dibutuhkan dalam melakukan
kolaborasi tidak cukup dari segi kuantitas. Perawat sesuai kompetensi
klinis dalam melaksanakan kolaborasi belum sesuai. PPA belum
memahami konsep IPC dengan baik sehingga dominansi kerjasama tim
dilakukan oleh profesi dokter-perawat.
Berdasarkan hasil observasi kami selama 4 hari di ruangan IBS
kegiatan visite bersama yang melibatkan empat profesi (dokter, perawat,
bidan, apoteker dan dietisien) belum pernah dilakukan.

5. Hitungan Jumlah Perawat Berdasarkan Rumus


a. Menurut Depkes

Berdasarkan PERMENKES RI nomor 262/Men. Kes/Per/VII/1979


tentang Perbandingan Tempat Tidur dengan Jumlah Perawat.
Operasi Besar = 5 Jam/ 1 operasi
Operasi Sedang = 2 Jam / 1 operasi
Operasi Kecil =1 Jam/ 1 operasi

Dasar perhitungan tenaga :


1. Jumlah dan jenis operasi
2. Jumlah kamar operasi
3. Pemakaian kamar operasi (diprediksi 6 jam per hari)
4. Tugas perawat 2 orang/tim (instrumentator dan sirkuler)
5. Ketergantungan pasien :
6. Alat tenun dan set operasi dipersiapkan oleh CSSD

Berdasarkan data tahun 2021


Rata-rata pasien IBS adalah 90 orang/ bulan dengan rata operasi
dalam 1 (satu) hari : 3 operasi/ hari
1. Operasi Besar = 2 orang
2. Operasi Sedang = 1 orang
3. Operasi Kecil = 0 orang

15
(jml jam kep/hr x jml operasi x jml prwt/tim) + 1

Jam kerja efektif/hari


Kebutuhan tenaga
1. Tenaga Perawat Ass Operator yang dibutuhkan :

= ((2x5 jam) + (1x2 jam) + (0x1 jam) x 3) + 1


7 hari
= (10 + 2 + 0) x 3 + 1
7
= 12 x 3 + 1
7
= 36 +1
7
= 5,1 + 1

= 6.1

= 6 orang

Tenaga Penata / Perawat Anestesi

= ((2x5 jam) + (1x2 jam) + (0x1 jam) x 1) + 1


= (10 + 2 + 0) x 1 + 1
7
= 12 x 1 + 1
7
= 12 +1
7
= 1.7 + 1
= 2.7
= 3 orang

16
Ruang penerimaan dan RR

Ketergantungan pasien : Ruang penerimaan : 25 menit


RR : 60 Menit
= 1,25 x 3
7
= 0.53
= 1 orang

Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan di ruang IBS berdasarkan tahun data
2021

1. Perawat Ass Operator dan sirkuler : 6 orang


2. Perawat/ Penata Anestesi : 3 orang
3. Perawat RR : 1 orang
-------------- +
Total : 10 orang
6. Rencana Pengembangan Staf
Berdasarkan wawancara dengan kepala ruang IBS didapatkan hasil
bahwa sudah ada rencana pengembangan staf, yaitu pengembangan dari
segi ketrampilan meliputi rencana pelatihan bedah dan pelatihan
anesthesi, dari segi pendidikan yaitu beberapa perawat berencana
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Jadi, untuk saat ini
sudah ada rencana pengembangan staf di ruang IBS dan sudah
mengajukan rencana pelatihan kepada direksi rumah sakit.
7. Presentase Kasus Terbanyak
Berdasarkan dokumentasi asuhan keperawatan, ditemukan berbagai
diagnosa medis dengan beberapa pasien memiliki lebih dari 1 diagnosa
keperawatan, dengan rincian sebagai berikut

17
Tabel 1.8 Presentase Kasus Terbanyak
No Kasus Jumlah Presentase
1 SC 21
2 Ulkus Pedis 15
3 HIL 14
4 Curtage 12
5 Hemoroid 9
6 STT 8
7 Tumor mamae 6
8 Wrist join 4
9 Ca. mama 2
10 Torsio Testis 1
90

Istilah seksio sesarea berasal dari bahasa Latin dari kata Caedera
yang artinya memotong. Seksio sesarea adalah suatu cara melahirkan
janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding
depan perut (Mochtar, 2012). Definisi lain dari seksio sesarea adalah
sebagai lahirnya janin melalui insisi di dinding abdomen (laparotomi)
dan dinding uterus (histerektomi). (Cuningham et al, 2006). Operasi
caesar adalah salah satu dari sepuluh operasi besar yang paling umum,
dengan perbedaan yang ditandai dalam insiden antara berbagai wilayah
dunia dan antar lembaga rumah sakit yang berbeda (El-Ardat, 2014).
Kasus terbanyak yang di temukan diruangan IBS adalah Sectio
Caesaria. Menurut Manuaba (2012), adapun penyebab sectio caesarea
yang berasal dari ibu yaitu ada sejarah kehamilan dan persalinan yang
buruk, terdapat kesempitan panggul, plasenta previa terutama pada
primigravida, solutsio plasenta tingkat I-II, komplikasi kehamilan,
kehamilan yang disertai penyakit (jantung, DM), gangguan perjalanan
persalinan (kista ovarium, mioma uteri, dan sebagainy.Sedangkan berasl
dari janin antara lain Gawat janin, mal presentasi, dan mal posisi
kedudukan janin, prolapsus tali pusat dengan pembukaan kecil,

18
kegagalan persalinan vakum atau forceps ekstraksi (Nurarif & Kusuma,
2015).

8. Presentase Diagnosis Keperawatan Terbanyak


Berdasarkan dokumentasi asuhan keperawatan, ditemukan berbagai
diagnosa keperawatan, dengan beberapa pasien memiliki lebih dari 1
diagnosa keperawatan, dengan rincian sebagai berikut :
Tabel 1.9 Presentase Diagnosis Keperawatan terbanyak
No Diagnosa Keperawatan Jumlah Presentase
1. Kecemasan 27 24,78%
2. Resiko perdarahan 26 23,85%
3. Resiko infeksi 20 18,35%
4. Hambatan mobilisasi 17 15,60%
6. Nyeri 4 3,67%
Total 109 100
%

Berdasarkan hasil wawancara maupun observasi yang kami dapatkan


bahwa diruangan IBS diagnose keperawatan yang sering muncul adalah
kecemasan, sebagian besar diagnose kecemasan pada ibu pre op Sectio
secaria dengan kecemasan sedang.
Kecemasan merupakan suatu kondisi emosional yang ditandai
dengan rasa khawatir secara berlebihan terhadap berbagai peristiwa yang
dialami dalam kehidupan. Kecemasan yang dialami sulit untuk
dikendalikan gejala yang timbul berhubungan dengan ketegangan otot,
iritabilitas, kesulitan tidur, dan kegelisahan. Tindakan operasi merupakan
pengalaman yang menegangkan bagi sebagian pasien, dikarenakan rasa
takut seperti takut saat dilakukan anestesi, takut merasakan nyeri yang
tak tertahankan, takut kematian, sehingga menyebabkan kecemasan. Pada
tahap pre operasi pasien dapat mengalami kecemasan sebagai respon
terhadap suatu tindakan yang akan dialami serta dianggap sebagai
ancaman (Smeltzer & Bare, 2011).

19
Kecemasan pre operasi dapat menimbulkan respon seperti
hipertensi dan disritmia yang hal tersebut dapat mengakibatkan
terjadinya penundaan operasi, peningkatan obat-obat anestesi,
peningkatan obat analgesik post operasi dikarenakan mengalami
penurunan ambang nyeri bagi pasien tersebut (Jlala et al, 2010). Menurut
Pokhalen, dkk (2011) menjelaskan bahwa pasien yang dilakukan operasi
dengan teknik spinal anestesi dapat menimbulkan kecemasan pre operasi,
dikarenakan pasien yang dilakukan operasi dengan teknik spinal anestesi
akan menjalani operasi secara sadar sehingga perasaan kehilangan
kontrol terhadap anggota badan yang dilakukan anestesi menyebabkan
kecemasan meningkat. Menurut Affandi, dkk (2016) menyatakan bahwa
anestesi spinal menjadikan pasien untuk tetap tersadar, setiap orang yang
menjalani anestesi dan pembedahan terdapat 99% pasien berpotensi
terjadinya kecemasan pre anestesi dan operasi.
Kecemasan yang dialami oleh pasien dapat disebabkan karena
kurang informasi, dengan diberikan pendidikan kesehatan menggunakan
media leaflet diharapkan pasien lebih siap menjalani proses anestesi dan
operasi dengan hasil yang optimal. Upaya untuk menurunkan tingkat
kecemasan pada pasien yang hendak dilakukan operasi harus dapat
ditangani oleh penata anestesi saat fase pre operasi. Hal yang dapat
dilakukan untuk mengatasi kecemasan melalui cara (Jlala et al, 2010)
yaitu farmakologis dengan pemberian obat anti-ansietas, dan terapi
psikologis dengan pemberian informasi, teknik musik, teknik relaksasi.

9. Kepuasan Perawat
Tingkat kepuasan kerja perawat dan bidan di bangsal IBS yang diketahui
melalui kuesioner yang diberikan kepada 15 bidan dan perawat ,
didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 1.11 Kepuasan Perawat
No Tingkat Kepuasan Pasien Presentase
1 Sangat Puas -

20
2 Puas 15 100%
3 Kurang Puas - -
4 Tidak Puas - -
Total 15 100%

Menurut (margareta, 2015), kepuasan kerja merupakan perasaan


seseorang terhadap pekerjaannya dalam bentuk interaksi antara manusia
dengan lingkungannya. Kepuasan kerja (job satisfaction) merupakan
wujud dari persepsi karyawan yang tercermin dalam sikap dan terfokus
pada perilaku terhadap pekerjaan dan suatu bentuk interaksi manusia
dengan lingkungan pekerjaannya. Semakin tinggi tingkat kepuasan
perawat maka akan semakin bagus kinerja dan pelayanannya.
10. Kepuasan Pasien
Tingkat kepuasan pasien dan keluarga pasien terhadap pelayanan di
bangsal IBS yang telah diketahui melalui kuesioner dengan kriteria
inklusi dan eksklusi sebagai berikut:

Tabel 1.12 Kriteria inklusi dan eksklusi


Inklusi Eksklusi
Pasien yang menjalani program Rawat inap bangsal
operasi di ruang operasi
Keluarga pasien bisa membaca/men Keluarga pasien tidak bisa membac
ulis a/menulis
Bersedia untuk mengisi kuesioner Tidak bersedia untuk mengisi kuesi
oner

Berdasarkan hasil dari kuesioner yang telah dibagikan ke 5 keluarga


pasien di ruangan IBS didapatkan hasil bahwa 3 dari 5 responden merasa
sangat puas akan pelayanan sebagai berikut :
Tabel 1.13 Kepuasan Klien
No Tingkat Kepuasan Pasien Presentase
1 Sangat Puas 3 60%

21
2 Puas 2 40%
3 Kurang Puas 0 0%
4 Tidak Puas 0 0%
Total 5 100%

Kepuasan pasien terhadap pelayanan di rumah sakit bisa dilihat dari


beberapa aspek antara lain pengetahuan, sikap dan ketrampilan perawat.
Pengetahuan perawat dapat mendorong prestasi kerja dengan baik, bila
perawat dapat bersikap baik dalam memberikan asuhan keperawatan
kepada pasien maka dapat dikatakan bahwa perawat tersebut bersikap
profesional karena dapat membantu pasien dalam memenuhi
kebutuhannya. Dalam suatu layanan kesehatan apabila sikap perawat itu
baik maka akan berdampak pada kualitas asuhan yang akhirnya akan
mempengaruhi kepuasan pasien. dimensi keterampilan berhubungan
dengan bagaimana pemberi layanan kesehatan mengikuti standar layanan
kesehatan yang telah disepakati, yang meliputi kepatuhan, ketepatan,
kebenaran dankonsistensi. Jika perawat tidak memiliki keterampilan maka
dapat mengakibatkan berbagai hal, mulai dari penyimpangan kecil
terhadap standar layanan kesehatan, sampai kepada kesalahan fatal yang
dapat menurunkan mutu layanan kesehatan dan membahayakan jiwa
pasien (Elim, 2017).

C. M2 (Material/Sarana dan Prasarana)


1. Material Ruangan
Penerapan proses praktik manajemenkeperawatan mahasiswa
Profesi Ners Jurusan Keperawatan Universitas Muhammadyah Kudus
Ruang IBS RSUD dr. Soeratno Gemolong.Pengkajian data di lakukan
pada pada tanggal 14 - 17 febuari 2022

2. Lokasi danDenah/Setting Gedung

22
Lokasi penerapan proses manajemen yang digunakan dalam
kegiatan praktikklinikmanajemen programstudi Profesi Ners Jurusan
Keperawatan Universitas Muhammadyah kudus di ruang IBS RSUD
dr.Soeratno Gemolong. Ruang IBS RSUD dr. SoeratnoGemolong terdiri
dari ruang perawatan 3 ruang operasi, 1 ruang RR , 1 ruang induksi ,
Ruang IBS rawat gabung ibu dan bayi. Ruang IBS terletak di lantai 2
bagian tengah dari RS atau gedung lama dengan batas-batas sekitar :
- Sebelah utara berseberangan dengan Bangsal Teratai
- Sebelah timur berseberangan dengan Ruangan CSSD
- Sebelah Barat berbatasaan dengan Ruang Cempaka
- Sebelah selatan berbatasan dengan Anggrek
- Bawah Ruang IBS adalah Ruang ICU.
- Atas Ruang IBS adalah Ruang Tulip
Untuk mencapai ruang IBS bisa melewati lift atau selasar barat lantai satu
sebelah timur Radiologi naik ke lantai 2, bisa juga lewat tangga sebelah
barat dan timur Ruang ICU naik ke lantai 2 atau dengan lif timur.
Adapun gambaran denah Ruang IBS RSUD dr. Soeratno Gemolong yang
dapat di lihat pada gambar 2.1

23
2 3 4 5 20
1

10 2
7 1

3 11 12 13 14

6
4
8

9 18

16 15
19

17

Tabel 2.1 Denah Ruang IBS


Ket :
1 : R. Ka ru IBS 5 : R. Cuci alat 9 : R. Ganti wanita 13 : R. OK 3 17 : Selasar
2 : Kamar mandi/ WC 6 : R. Admistrasi 10 : R. Perawat 14 : R. RR 18 : Mushola
3 : R. Janitor 7 : R. Tunggu dokter 11 : R. OK 1 15 : R. Penyerahan pasien 19: R.Tunggu
4 : R. Gudang 8 : R.Ganti pria 12 : R.OK 2 16 : R. Penerimaan pasien 20: R.Linen

24
: masuk pertugas
: Masuk/ Keluar pasien

Menurut PMK tahun 2004 tata letak ruang rawat inap harus memenuhi syarat berikut:
a. Terletak di lokasi yang tenang, aman, dan nyaman.
b. Ruang rawat inap harus memiliki akses yang mudah ke ruang penunjang pelayanan lainnya.
Berdasarkan gambar 2.1 dapat dilihat bahwasannya tata letak ruang IBS bangsal sudah cukup nyaman, aman,
dan tenang dikarenakan ruang IBS tidak bersebelahan langsung dengan bangsal lainnya sehingga situasi ruangan
sangat kondusif.

a. Komponen ruangan
Berikut ini adalah komponen-komponen ruangan di ruang perawatan IBS :
Tabel 2.1 Komponen Ruang IBS RSUD dr. Soeratno Gemolong

Nama Ruan Komponen Ruangan Peraw


No Standar Depkes Keterangan
gan atan
1 Ruang OK 1 Ruang Operasi : Permenkes tentang persyaratan fisik Gedung operasi tertuang dala
Indeks angka kuman: 10 CFU Gedung operasi tertuang dalam kepu m keputusan Menteri Kesehat
/ m³, Indek pencahayaan: 300 tusan Menteri Kesehatan RI Nomor an RI Nomor 1204 / MENKE

25
- 500 lux, Standar suhu: 19 - 1204 / MENKES / SK / X / 2004, Di S / SK / X / 2004 , gedung
24 ºC, kelembaban: 45 - 60%, mana ketentuan Ruang Operasi adal IBS RSUD dr Soeratno sudah
tekanan udara: Positif, ah sebagai berikut: Indeks angka ku mengikuti atau sudah
man: 10 CFU / m³, Indek pencahaya berstandar
Indeks suara 45 dBA
an: 300 - 500 lux, Standar suhu: 19 -
waktu pemaparan 8 jam. 24 ºC, kelembaban: 45 - 60%, tekan
Lantai: an vinyl cetak 2,5 mm an udara: Positif, Indeks suara 45 dB
- 3 mm, A dan waktu pemaparan 8 jam. Untu
Dinding: Sebaiknya using k mengukur kecepatan udara harus d
tembok Plafon: cukup mengg ilakukan pengujian kualitas udara (k
unakan gypsum dengan keteb uman, debu, dan gas). Sebagian besa
r Rumah Sakit belum sepenuhnya se
alan 12 mm jenis tahan air
suai dengan
Peralatan dasar yang harus ad
a:
1. Meja Operasi (Listrik /
manual),
2. Mesin Anastesi,
3. Pasien Pe-monitor,
4. Instrumen troli,
5. troli obat,
6. Keranjang sampah,
7. keranjang tendangan,
8. bangku kaki, (laparoskop
i disarankan),
9. Instrumen,

26
2 Ruang OK 2 Ruang Operasi :
Indeks angka kuman: 10 CFU
/ m³, Indek pencahayaan: 300
- 500 lux, Standar suhu: 19 -
24 ºC, kelembaban: 45 - 60%,
tekanan udara: Positif,
Indeks suara 45 dBA
waktu pemaparan 8 jam.
Lantai: an vinyl cetak 2,5 mm
- 3 mm,
Dinding: Sebaiknya using
tembok Plafon: cukup mengg
unakan gypsum dengan keteb
alan 12 mm jenis tahan air
Peralatan dasar yang harus ad
a:
1. Meja Operasi (Listrik /
manual),
2. Mesin Anastesi,
3. Pasien Pe-monitor,
4. Instrumen troli,
5. troli obat,
6. Keranjang sampah,

27
7. keranjang tendangan,
8. bangku kaki, (laparosko
pi disarankan),
9. Instrumen,

3 Ruang OK Ruang Operasi :


3 Indeks angka kuman: 10 CFU
/ m³, Indek pencahayaan: 300
- 500 lux, Standar suhu: 19 -
24 ºC, kelembaban: 45 - 60%,
tekanan udara: Positif,
Indeks suara 45 dBA
waktu pemaparan 8 jam.
Lantai: an vinyl cetak 2,5 mm
- 3 mm,
Dinding: Sebaiknya using
tembok Plafon: cukup mengg
unakan gypsum dengan keteb
alan 12 mm jenis tahan air
Peralatan dasar yang harus ad
a:
1. Meja Operasi (Listrik /
manual),
2. Mesin Anastesi,

28
3. Pasien Pe-monitor,
4. Instrumen troli,
5. troli obat,
6. Keranjang sampah,
7. keranjang tendangan,
8. bangku kaki, (laparosko
pi disarankan),
9. Instrumen,

4 Ruang Linen Ruang linen di Bangsal IBS t 1. Ruang linen harus terdiri atas lemari Ruang Linen bangsal IBS sud
erdiri dari 1 troly linen, 1 le linen dan troli linen kotor. ah memadai dan sesuai denga
mari linen berisikan sprei, ba 2. Letak ruang linen harus mudah dijan n PMK 2004.
ju operasi, sarung bantal, per gkau
lak, dan selimut dengan luas 3. Ukuran ruang linen dapat menyesuai
ruangan 2,9x1,4m2. kan dengan kebutuhan pelayanan
5 Ruang Pera Ruang perawat di Bangsal I 1. Luas ruangan pos perawat minimal Ruang perawat di bangsal IB
wat BS terdiri dari 1 loker susun 8 m2 atau 3-5 m2 per perawat, S sudah memenuhi standar P
dengan luas ruangan 10,6m 2. Luas ruangan harus dapat mengako MK 2004
2. modir lemari arsip dan lemari obat.
3. Disediakan instalasi untuk alat kom
unikasi.
4. Disediakan fasilitas desinfeksi tang
an (handsrub).
5. Ruangan harus mengoptimalkan pe
ncahayaan alami. Untuk pencahaya
an buatan dengan intensitas cahaya
200 lux untuk penerangan.

29
6 Ruang Obat Ruang obat di Bangsal IBS te 1. Dilengkapi kotak kontak untuk kebu Ruang obat di bangsal IBS su
rdiri dari 1 lemari obat, 1 rak tuhan medical refrigerator. dah memenuhi standar PMK
obat, 1 troly obat, 2 troly steri 2. Ruangan ini merupakan ruangan den 2004. Sistem pemberian obat
l, 3 safety box, dan 1 AC den gan prefilter (tingkat resiko sedang), yang diterapkan di ruang IBS
gan luas ruangan 4,4x2,9m yang mempunyai jumlah maksimal yaitu pemberian sesuai denga
partikel debu ukuran dia. 0,5 μm per n indikasi.
m3 yaitu 3.520.000 partikel (ISO 8 -
ISO 14644-1 cleanroom standards, 1
999.
3. Terdapat lemari obat pasien dan troli
medikasi
Tersedia sediaan obat injeksi serta ob
at oral.
7 Ruang Karu Ruang karu di bangsal IBS t UMUM. Sesuai dengan kebutuhan pela Ruang perawat di bangsal IB
erdiri dari 1 meja, 1 kursi, da yanan. S sudah memenuhi standar P
n 1AC dengan luas ruangan MK 2004
2,4x1,9m2.
8 Nurse Statio Ruang nurse station di bangs 1. Luas ruangan pos perawat minimal 8 Ruang nurse station bangsal I
n al IBS terdapat meja kursi, te m2 atau 3-5 m2 per perawat, disesuai BS sudah memenuhi syarat P
lepon, dan peralatan keperaw kan dengan kebutuhan. MK 2004
atan dengan luas ruangan 2. Luas Ruangan harus dapat mengako
3,8x2,8 m2. modir lemari arsip dan lemari obat.
3. Disediakan instalasi untuk alat komu
nikasi.
4. Disediakan fasilitas desinfeksi tanga
n (handscrub).
Ruangan harus mengoptimalkan pen
cahayaan alami, pencahayaan buatan

30
dengan intensitas cahaya 200 lux unt
uk penerangan.
9 Ruang RR Terdiri dari : Pasien monitor. UMUM. Sesuai dengan kebutuhan pela Ruang perawat di bangsal IB
Debribilator. Troli yanan. S sudah memenuhi standar P
emergensi inklubator, 2 tiang MK 2004
infus, 2 C pap,1 AC dengan l
uas 8x12.5 m2.
10 Ruang Serah UMUM. Sesuai dengan kebut UMUM. Sesuai dengan kebutuhan pela Ruang perawat di bangsal IB
terima uhan pelayanan. yanan. S sudah memenuhi standar P
MK 2004
13 R.Tunggu Teridiri dari kursi tunggu UMUM. Sesuai dengan kebutuhan pela Ruang perawat di bangsal IB
yanan S sudah memenuhi standar P
MK 2004

31
Berdasarkan tabel 2.1 dapat diketahui ada beberapa fasilitas di
ruangan masih belum memadai sehingga kepala ruangan dan staf
sudah merencanakan untuk renovasi, penambahan, dan perbaikan
fasilitas setiap ruangan perawatan pasien. Terutama di ruang OK yang
salah satunya masih belum memiliki hepafilter bertekanan negatif
yang memadai. Sehingga sudah direncanakan untuk penambahan
fasilitas layanan tersebut dan sedang dalam proses realisasi.

4. Inventaris Ruangan
a. Peralatan medis di ruang IBS RSUD dr. Soeratno Gemolong.
1) Peralatan Kesehatan
Tabel 2.2 Tabel Peralatan kesehatan yang tersedia di Ruang IBS
RSUD Soeratno Gemolong.

No Jumlah & Kondisi Standar


Nama Alat KET
Baik Rusak Depkes
1 Troly emergency 1 1 Baik
2 Troly stelist 6 6 Baik
3 Nebulizer 1 1 Baik
4 Tensi air raksa bayi/a 1 1 Baik
nak
5 Tensi digital anak om 1 1 Baik
ron
6 Tensi dewasa 1 1 Baik
7 Lampu operasi 3 3 Baik
8 ECU 5 5 Baik
9 Timbangan dewasa 1 1 Baik
10 Stetoskop bayi 1 1 Baik
11 Stetoskop dewasa 3 3 Baik
12 Foto viewer 3 3 Baik
13 Infus pump 1 1 Baik
14 Thermometer digital 1 1 Baik

32
15 Syringe pump 1 1 Baik
16 Meja operasi 3 3 Baik
17 Mesin anestesi 3 3 Baik
18 Ambubag bayi 2 2 Baik
19 Timbangan bayi 1 1 Baik
20 Troli medis 6 6 Baik
21 Kursi roda 1 1 Baik
22 Animex 1 1 Baik
23 Pasien Monitor 5 5 Baik
24 Oksigen konsentrator 3 3 Baik
25 Section 5 5 Baik
26 Hepafilter 2 2 Baik
27 Gunting plester 3 3 Baik
28 Bengkok 4 4 Baik
29 Laparoscopi 1 1 Baik
30 Broncoscopi 1 1 Baik
31 Set APP 5 5 Baik
32 Set SC 5 5 Baik
33 Set Lapartomi 2 2 Baik
34 Set Curatage 5 5 Baik
35 Set Minor 5 5 Baik
36 Debribilotor 1 1 Baik
37 Infran Warmer 1 1 Baik
38 Strecer 6 6 Baik
39 Scrup Stasion 2 2 Baik
Menurut PMK 2004 setiap ruangan rawat inap harus
memiliki fasilitas layanan seperti yang dituliskan di atas sebagai
syarat mutu pelayanan.

33
Berdasarkan data dalam tabel 2.3 dapat diketahui fasilitas
layanan di bangsal IBS sudah memenuhi standar depkes untuk
sediaan alat pada ruang operasi, hanya saja tingkat kebersihan dan
perawatan alkes harus tetap dijaga serta ditingkatkan demi menjaga
mutu pelayanan.

2) Jumlah linen
Tabel 2.3 Tabel jumlah linen yang tersedia di Ruang IBS
RSUD Soeratno Gemolong

Jumlah & Kondisi Standar


No Nama Alat
Baik Rusak (Rasio pasien: alat)
1 1 Set Duk 15 5 1:3
2 Baju pasien 15 0 1:1
3 Baju operasi 45 2 1 :1
4 Selimut 5 0 1:1
5 Perlak 9 1 1:3
Menurut PMK 2004 tentang sediaan linen di bangsal rumah
sakit dituliskan bahwa kebutuhan linen disesuaikan dengan
kebutuhan ruangan dan jumlah tempat tidur yang tersedia.
Berdasarkan data dalam tabel 2.3 dapat diketahui sediaan linen di
ruang IBS sudah mencukupi dan memenuhi standar dikarenakan
jumlah linen melebihi jumlah tempat tidur dan kualitas linen yang
tersedia sangat baik. Linen di ruang IBS tampak bersih dan tidak
menyebabkan iritasi kulit.

3) Alat rumah tangga


Tabel 2.4 Tabel jumlah alat rumah tangga yang tersedia di RuangIBS
RSUD Soeratno Gemolong

Kondisi
No Nama Barang Standar Depkes
Baik Rusak
1 Meja kantor 5 Sesuai dengan jumlah
tempat tidur
2 Looker 1 Sesuai dengan kelas tiap
ruangan

34
3 Kursi 12 Sesuai dengan jumlah
tempat tidur
4 Almari Obat 1 1
5 Lemari linen 2 Sesuai dengan kebutuhan
pelayanan/perawat
6 Lemari alkes 2 1
7 Almari Alkes 1 1
8 Komputer 1 1
9 Meja Komputer 1 1
10 Tempat sampah 6 Setiap ruangan harus
medis memiliki minimal 1
tempat sampah
11 Tempat sampah 6 Setiap ruangan harus
non medis memiliki minimal 1
tempat sampah medis dan
1 tempat sampah non
medis
12 Kotak APD 2 1 setiap ruangan
13 Apar 1 1 setiap ruangan
14 Jam Dinding 5 1 setiap ruangan
15 Stapler 4 2
16 Dispenser+Galon 1 1
17 box file 8 1
18 telpon 1 1
19 Wastapel 3 1 1 setiap ruangan
20 ac 7 1
21 Safety box 4 1
Menurut PMK 2004 setiap ruangan harus memiliki fasilitas
layanan seperti yang dituliskan di atas. Namun berdasarkan data
dalam tabel 2.4 bangsal IBS telah memenuhi sepenuhnya
ketersediaan fasilitas kesehatan tersebut .
4) Consumable (obat dan bahan habis pakai)
Dibawah ini table stok obat emergency diRuang IBS RSUDdr.
Soeratno Gemolongtahun 2022:

35
Tabel 2.5 Tabel sediaan obat yang tersedia di Ruang IBS
RSUD Soeratno Gemolong
LASA/
NO Nama Obat Sediaan JML TglEd.
HighAlert
A. OBAT
1 Aminophiline Ampul10ml: 2 Juli2021 LASA
24 mg/ml
2 Amiodarone Ampul150 2 Sept2021 HIGH ALERT
mg/3ml
3 Atropinsulfat Ampul0,25m 1 Mar2023 HIGH ALERT
g/ml
4 Isosorbiddinitrat Tablet5 mg 10 Jun 2021 HIGH ALERT
Ampul10mg: 1 Agst2021 HIGH ALERT
1mg/ml
5 Digoksin Tablet0,25m 5 Mei2021 HIGH ALERT
g
6 Diphenhidramin Hcl Ampul10ml: 2 Feb 2022
10mg/ml
7 Dobutamin Hcl Ampul10 2 Feb 2020 HIGH ALERT
ml:250 mg
8 Dopamin(Cetadop) Ampul5 HIGH ALERT
ml:200 mg
9 Dexamethason Ampul1 ml:5 - Mar 2022
mg
10 Furosemide Ampul 2 ml : 3 Jun 2022
20 mg
11 Diltiazem Hcl 1 Vial : 50
mg
12 Kalsium Glukonat/ Ampul10 HIGH ALERT
Kalsium Klorida ml:1 gr - Mar2022
13 Lidokain Ampul2 HIGH ALERT
ml:40 mg
14 Magnesium Sulfat Ampul 25 ml 2
: 20%
15 Morfin Ampul 1 ml : - HIGH ALERT
10 mg
16 Nicardipine Hcl Vial10 ml: HIGH ALERT
10 mg
17 Natrium Bikarbonat
18 Norepinefrin Ampul 1: 4 1 Agst2020 HIGH ALERT
mg
19 Noradrenalin Ampul 4 ml :
4 mg

36
20 Tranexamic Acid Ampul5 3 Sept2022 LASA
ml:500 mg
21 Asering 1 Juni2024
22 Ringerlaktat 1 Juli2024
23 NACL 0,9 % 1 Agst2024
Keterangan :
: Obat exspaert
: Obat dengan nama mirip
: Obat dengan bahaya alergi tinggi

Penempatan untuk troly emergency di Ruang IBS RSUD dr.


Soeratno Gemolong sangat mudah terlihat dan sangat terjangkau
untuk peletakannya berada di dalam ruang operasi. Dengan lokasi
yang sangat strategis inilah yang mungkin mengkhawatirkan karena
isi dari troly emergency adalah obat – obat yang digunakan untuk
kondisi emergency yang harus dikunci agar tidak terjadi hal yang
tidak diinginkan. Troly emergency yang berada di Ruang IBS RSUD
dr. Soeratno Gemolong didapatkan dalam kondisi yang tidak
terkunci dengan baik dan isi troly emergency belum sesuai dengan
ketentuan RSUD dr. Soeratno Gemolong.
Dari data yang diperoleh troly emergency tidak dilakukan
pengecekan dan penguncian dalam kurun waktu yang cukup lama
sampai sekarang dengan kondisi troly emergency tidak terkunci yang
dikarenakan kurangnya tugas supervisi dari pihak ruangan dan
supervisi dari pihak apotek sendiri. Dengan adanya supervisi yang
rutin dan terjadwal diharapkan keadaan dan isi dari troli emergency
tetap aman dan terjaga.
Sedangkan Obat-obatan pasien yang menjalankan operasi
didistribusikan oleh bagian apotek rumah sakit sesuai dengan obat
yang telah diresepkan oleh dokter. Obat disimpan diloker tempat
penyimpanan obat pasien yang dikelola oleh perawat ruangan..
Apabila ada pasien yang telah telah operasi dan masih memiliki sisa
obat di loker obat maka perawat bertugas melakukan retur

37
(pengembalian) ke bagian apotek rawat inap. Dengan begitu maka
tidak terjadi penumpukan obat di ruang IBS.
5) Administrasi penunjang
Berikut ini adalah data administrasi penunjang di ruang IBS RSUD dr.
Soeratno Gemolong tahun 2022:
1) Buku pasien
2) Buku inventaris alat medis
3) Buku inventaris alat non medis
4) Buku harian IBS
Berdasarkan pengkajian pada Ruang IBS RSUD dr. Soeratno
Gemolong terdapat adanya buku inventaris yang mencatat peralatan
maupun fasilitas di Ruang IBS RSUD dr. Soeratno Gemolong dan
administrasi penunjang sudah memadai tetapi ada beberapa yang
belum diperbaharui seperti buku inventaris alat. Berdasarkan data yang
diperoleh dengan didapatkannya data buku inventaris alat yang tidak
dilakukan pembaharuan dikarenakan SDM yang ditunjuk untuk
melakukan pengecekan selalu dipindah ke ruang lain sehingga
penanggung jawab pengisian buku inventaris alat tidak terisi dan tidak
berjalan sejak lama. Data yang diperoleh terakhirya itu pada bulan
September tahun2019, dan dari data yang diperoleh menunjukkan
mengetahui setiap satu bulan sekali untuk melakukan pengecekan
inventaris alat baik itu medismaupun non-medis diruang rawat inap
tetapi tidak terealisasi dengan baik.

38
3. Kelas Perawatan, Fasilitas, dan Kondisi Fasilitas
Tabel 2.6 Tabel kelas perawatan, fasilitas setiap ruang perawatan,
dan kondisi ruangan yang tersedia di Ruang IBS RSUD
Soeratno Gemolong

Jumlah & K
Standar Direktora
N Nama R ondisi
Fasilitas t Pelayanan Keseha
o uangan Rusa
Baik tan Rujukan
k
1 Ruang Ruang Operasi : Permenkes tentang p
OK 1 Indeks angka kuman: 1 ersyaratan fisik Ged
0 CFU / m³, Indek pen ung operasi tertuang
cahayaan: 300 - 500 lu dalam keputusan Me
x, Standar suhu: 19 - 2 nteri Kesehatan RI
4 ºC, kelembaban: 45 - Nomor 1204 / MEN
60%, KES / SK / X / 200
tekanan udara: Positif, 4, Dimana ketentuan
Indeks suara 45 dBA Ruang Operasi adala
waktu pemaparan 8 ja h sebagai berikut: In
m. deks angka kuman:
Lantai: an vinyl cetak 10 CFU / m³, Indek
2,5 mm - 3 mm, pencahayaan: 300 -
Dinding: Sebaiknya us 1 500 lux, Standar suh
ing tembok Plafon: cuk 1 u: 19 - 24 ºC, kelem
up menggunakan gyps 1 baban: 45 - 60%, tek
um dengan ketebalan 1 4 anan udara: Positif, I
2 mm jenis tahan air 1 ndeks suara 45 dBA
Peralatan dasar yang h 3 dan waktu pemapara
arus ada: 1 n 8 jam. Untuk men
1. Meja Operasi (Lis 1 gukur kecepatan uda
trik / manual), ra harus dilakukan p
2. Mesin Anastesi, 1 set engujian kualitas ud
3. Pasien Pe-monito ara (kuman, debu, da
r, n gas). Sebagian bes
4. Instrumen troli, ar Rumah Sakit belu
5. troli obat, m sepenuhnya sesuai
6. Keranjang sampa dengan persyaratan
h, di atas, terutama den

39
7. keranjang tendang gan udara di dalam r
an, uang operasi. Cara p
8. bangku kaki, (lapa engukuran cuaca ini
roskopi disaranka sangat mudah, dapat
n), dilakukan dengan ca
9. Instrumen, ra konvensional yait
u, letakkan pita ringa
2 IBS II Ruang Operasi : n di depan pintu rua
Indeks angka kuman: 1 ng operasi, secukupn
0 CFU / m³, Indek pen ya), jika pita itu tida
cahayaan: 300 - 500 lu k bergerak dari pintu
x, Standar suhu: 19 - 2 lalu dipastikan tidak
4 ºC, kelembaban: 45 - lagi dari ruang opera
60%, si. Lantai: Sebaiknya
tekanan udara: Positif, menggunakan vinyl
Indeks suara 45 dBA cetak 2,5 mm - 3 m
waktu pemaparan 8 ja m, warna sesuai sele
m. ra, poloskan warna (t
Lantai: an vinyl cetak idak bercorak). Gun
2,5 mm - 3 mm, akan spesifikasi terb
Dinding: Sebaiknya us 1 aik untuk fungsi jan
ing gypsum Plafon: cu 1 gka panjang. Dindin
kup menggunakan gyp 1 g: Sebaiknya using g
sum dengan ketebalan 4 ypsum dengan keteb
12 mm jenis tahan air 1 alan 15mm atau dou
Peralatan dasar yang h 3 ble layer dengan ket
arus ada: 1 ebalan masing-masi
1. Meja Operasi (Lis 1 ng 10mm (direkome
trik / manual), ndasikan air gipsum
2. Mesin Anastesi, 1 set tahan), Dddengan K
3. Pasien Pe-monito onstruksi Yang kuat,
r, jarak pagar antaradu
4. Instrumen troli, kungan utama (verti
5. troli obat, kal) Tidak Lebih Da
6. Keranjang sampa ri 400mm (40cm), D
h, an horisontal framen
7. keranjang tendang ya Tidak Lebih Dari
an, 600mm (60 cm), jika
8. bangku kaki, (lapa di luar operasi lebih
roskopi disaranka dari satu dan bersebe

40
n), lahan, harus dipasan
9. Instrumen, g isolasi antara kedu
a dinding, mengguna
3 IBS III Ruang Operasi : kan Styrofoam, atau
Indeks angka kuman: 1 lembaran spon lemb
0 CFU / m³, Indek pen ut. Pengguna dari su
cahayaan: 300 - 500 lu mber yang berasal d
x, Standar suhu: 19 - 2 ari mikron. Finishin
4 ºC, kelembaban: 45 - g pengecatan cukup
60%, dengan bahan epoxy
tekanan udara: Positif, painting. Plafon: cuk
Indeks suara 45 dBA up menggunakan gy
waktu pemaparan 8 ja psum dengan ketebal
m. an 12 mm jenis taha
Lantai: an vinyl cetak n air, rangka galvanu
2,5 mm - 3 mm, m dengan aplikasi 3
Dinding: Sebaiknya us 1 00mm x 300 mm, de
ing gypsum Plafon: cu 1 ngan aksesoris asli,
kup menggunakan gyp 1 memungkinkan untu
sum dengan ketebalan 4 k beban minimal 60
12 mm jenis tahan air 1 kg. Peralatan Medis:
Peralatan dasar yang h 3 Sesuaikan dengan pe
arus ada: 1 runtukan ruang oper
1. Meja Operasi (Lis 1 asi. Peralatan dasar y
trik / manual), ang harus ada: Meja
2. Mesin Anastesi, 1 set Operasi (Listrik / ma
3. Pasien Pe-monito nual), Mesin Anaste
r, si, Pasien Pe-monito
4. Instrumen troli, r, Instrumen troli, tro
5. troli obat, li obat, Keranjang sa
6. Keranjang sampa mpah, keranjang ten
h, dangan, bangku kak
7. keranjang tendang i, (laparoskopi disara
an, nkan), Instrumen,
8. bangku kaki, (lapa
roskopi disaranka
n),
9. Instrumen,

41
Berdasarkan hasil data pada tabel 2.6 dapat diketahui ruang rawat
inap bangsal IBS sepenuhnya sesuai dengan standar depkes PMK/2004
tentang fasillitas ruangan. Seperti di ruangan yang mengguanakan
hepafilter bertekanan positif. Setiap scrub station belum disediakannya
surgical brush di setiap ruangan. Hal tersebut sangat tidak efektif dalam
pencegahan penularan .

C. M3 (Metode)
1. Assessment MAKP (Model Asuhan Keperawatan Profesional)
Model asuhan keperawatan yang digunakan di ruang IBS adalah
model asuhan keperawatan Tim yaitu perorganisasian pelayanan
keperawatan oleh sekelompok perawat dan sekelompok klien. Kelompok
ini dipimpin oleh perawat berijazah dan berpengalaman serta memiliki
pengetahuan dalam bidangnya. Ketua tim bertanggung jawab dalam
mengarahkan anggotanya, membantu anggota tim dalam menyelesaikan
tugas apabila mengalami kesulitan (Kemenkes RI, 2016).
Model asuhan keperawatan tim yang dilakukan di ruang IBS yaitu
perawat dibagi menjadi 2 tim, masing-masing tim beranggotakan 6 orang
yang ditugaskan dalam 1 shift yaitu shift pagi atau jam kerja Setelah
dilakukan pengamatan selama 4 hari (14 – 17 Februari 2022) dan
wawancara kepada 7 perawat didapatkan hasil bahwa 100 % perawat
sudah memahami serta melaksanakan model asuhan keperawatan tim di
ruang IBS. Selama proses pelaksanaan asuhan keperawatan anggota tim
melakukan kegiatan/ tindakan yang ada tanpa harus menunggu instruksi
dari ketua tim.

2. Assessment Penerimaan Pasien Baru


Penerimaan pasien baru di ruang IBS dari bangsal lain , kemudian
diterima oleh kepala tim atau perawat anestesi. Setelah dilakukan
pengamatan dan wawancara selama 4 hari (14-17 februari 2022) kepada
bidan di ruang IBS didapatkan hasil bahwa prosedur penerimaan pasien

42
baru bahwa 90% tindakan sudah dilaksanakan sesuai dengan SPO yang
ada, dan 10% tindakan belum dilaksanakan sesuai dengan SPO yaitu
belum dilakukannya tindakan skrining nutrisi.

3. Overan / Serah Terima Pasien


Overan jaga atau serah terima merupakan kegiatan rutin sebagai
bentuk serah terima pasien kelolaan antara perawat / bidan IBS dengan
perawat bangsal sebelum dan sesudah perawat melaksanakan tugasnya.
Serah terima dilakukan untuk mengetahui kondisi pasien dengan cermat
sesuai kondisi pasien terkini. Dalam operan akan disampaikan beberapa
informasi penting tentang tindakan yang akan dan telah dilakukan, serta
dapat memberikan suatu kejelasan yang lebih luas yang tak dapat
diuraikan secara tertulis dalam kegiatan penulisan laporan (Kemenkes RI,
2016).
Berdasarkan Berdasarkan empat kali pengamatan dari tanggal 14-
17 februari 2022, didapatkan hasil bahwa 88,75 % bidan di ruang IBS
melakukan overan .

4.Assessment Supervise Keperawatan


Supervisi adalah kegiatan kegiatan yang terencana seorang
manajer melalui aktifitas bimbingan, pengarahan, observasi, motivasi
dan evaluasi pada stafnya dalam melaksanakan kegiatan atau tugas
sehari-hari. Supervisi terhadap kinerja perawat pelaksana dalam
pendokumentasian asuhan keperawatan dapat dilakukan dengan
memberikan bimbingan, pengarahan, observasi dan pemberian morivasi
serta evaluasi terhadap pendokumentasian tiap-tiap tahap proses
keperawatan. Kelengkapan dan kesesuaian dengan standar merupakan
variable yang harus disupervisi (Kemenkes, 2016). Supervisi ini
dilaksanakan secara berjenjang dan berlanjut di setiap tingkatan.
Kordinator perawat dan bidan melaksanakan supervisi klinik kepada
perawat dan bidan pelaksana dalam melaksanakan pelayanan kesehatan.

43
Melalui supervisi ini diharapkan terjadi peningkatan kinerja setelah
dilakukan bimbingan klinis terhadap adanya penyimpangan-
penyimpangan penerapan SPO maupun uraian tugas
Setelah dilakukan pengamatan dan wawancara selama 4 hari
(14-17Februari 2022) didapatkan bahwa kegiatan supervise di ruang
IBS dilakukan secara spontan dan tidak terjadwal dikarenakan belum
terdapat SPO mengenai supervisi.

5.Ronde Keperawatan
Ford (2010), mendefinisikan ronde keperawatan sebagai salah satu
tehnik untuk mengorganisasikan pelayanan keperawatan secara proaktif
yang berfokus kepada pasien selain itu, ronde keperawatan merupakan
suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan
klien yang dilaksanakan oleh perawat, dengan melibatkan klien dan
keluarga untuk membahas dan melaksanakan asuhan Keperawatan.
Berdasarakan hasil pengamatan selama 4 hari (14-17Februari 2022)
ruang IBS belum melakukan kegiatan ronde keperawatan dikarenakan
belum ada SPO terkait tindakan tersebut dan bidan kurang mengetahui
mengenai kegiatan ronde keperawatan.

6.Assessment Integrated Discharge Planning


Discharge planning merupakan suatu proses yang dinamis dan
sistematis dari penilaian, persiapan, serta koordinasi yang dilakukan
untuk memberikan kemudahan pengawasan pelayanan kesehatan dan
pelayanan sosial sebelum dan sesudah pulang. Discharge planning
didapatkan dari proses interaksi ketika keperawatan professional, pasien
dan keluarga berkolaborasi untuk memberikan dan mengatur kontinuitas
keperawatan yang diperlukan oleh pasien saat perencanaan harus

44
berpusat pada masalah pasien yaitu pencegahan, terapeutik, rehabilitatif,
serta keperawatan rutin yang sebenarnya (Nursalam, 2015).
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama 4 hari, mulai
tanggal 14-17 Februari 2022, didapatkan hasil bahwa 100% bidan di
ruang IBS telah melakukan discharge planning sesuai dengan SPO resmi
RSUD dr. Soeratno Gemolong.

7.Assessment Kompetensi SP2KP: DRK


Diskusi refleksi kasus adalah suatu metode dalam merefleksikan
pengalaman klinis perawat dan bidan dalam menerapkan standar dan
uraian tugas. Pengalaman klinis yang direfleksikan merupakan
pengalaman aktual dan menarik baik hal-hal yang merupakan
keberhasilan maupun kegagalan dalam memberikan pelayanan
keperawatan dan/atau kebidanan termasuk untuk menemukan masalah
dan menetapkan upaya penyelesaiannya misal dengan adanya rencana
untuk menyusun SPO baru DRK dilaksanakan secara terpisah antara
profesi perawat dan bidan minimal satu bulan sekali selama 60 menit
dengan tujuan untuk mengembangkan profesionalisme, membangkitkan
motivasi belajar, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan,
aktualisasi diri serta menerapkan teknik asertif dalam berdiskusi tanpa
menyalahkan dan memojokkan antar peserta diskusi. Tindak lanjut DRK
ini dapat berupa kegiatan penyusunan SPO-SPO baru sesuai dengan
masalah yang ditemukan (Keputusan Menkes RI
836/MENKES/SK/VI/2005).
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara yang telah
dilakukan kepada kepala ruang IBS didapatkan hasil bahwa kegiatan
Rumah sakit belum mengeluarkan SPO mengenai pelaksanaan DRK,
namun diskusi refleksi kasus telah dilaksanakan 1 bulan sekali yaitu
setiap ruang di rumah sakit diberikan giliran untuk mempresentasikan
kasus kemudian didapatkan tindak lanjut dari kasus yang didiskusikan

45
yaitu dapat direncanakan penyusunan SPO baru mengenai tindakan dari
kasus yang didiskusikan tersebut.

8. Dokumentasi Asuhan Keperawatan


Dokumentasi keperawatan menjadi fungsi yang paling penting ,
sistem pelayanan kesehatan mengharuskan adanya pendokumentasian
karena dapat menjamin kelangsungan perawatan, dapat berfungsi sebagai
bukti ukum dari proses perawatan dan mendukung evaluasi kualitas
perawatan pasien ( Depkes RI, 2010).
Setelah dilakukan pengamatan di ruang IBS selama 4 hari (14-17
Februari 2022) didapatkan hasil bahwa dokumentasi asuhan keperawatan
sesudah dilakukan sesuai SPO. Pendokumentasian asuhan keperawatan
dilakukan dengan format Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi dari
rumah sakit, dimana seluruh tenaga kesehatan yang menangani pasien
tersebut mengisi pendokumentasian tindakana yang telah dilakukan di
lembar tersebut dengan mengguanakan kode profesi khusus seperti, B
untuk bidan, G untuk gizi, F untuk fisioterapis, dan A untuk apoteker.

46
D. M4 (Money)
1. Sumber pembiayaan
Berdasarkan informasi yang didapatkan dari kepala ruangan bangsal IBS
RSUD Gemolong sumber dana RSUD dr Soeratno Gemolong diperoleh
dari APBD dan Blud (Badan Layanan Umum Daerah) yang mana dana
tersebut dikelola oleh bagian perbendaharaan dan mobilisasi dana rumah
sakit di bawah pengawasan provinsi Jawa tengah. Pemenuhan kebutuhan
operasional ruang tidak disubsidi dalam bentuk uang, melainkan disubsidi
dalam bentuk barang. Untuk itu tidak ada pengelolaan dana operasional di
ruangan. Prosedur pengajuan anggaran ruang dilakukan setiap satu tahun
sekali oleh kepala ruang. Dalam hal ini kepala ruang menyusun rancangan
pengajuan peralatan atau barang-barang untuk tahun berikutnya.
Dalam pemeliharaan ruangan seperti sarana prasarana dan alat kesehatan
serta perbaikan, pengadaan bagi ruangan (renovasi ruangan), sumber dana
operasional ruangan, sumber kesejahteraan ruangan, pendanaan alat
kesehatan, pendanaan fasilitasi kesehatan bagi pasien, pendanaan bahan
kesehatan (habis pakai), pendanaan fasilitas kesehatan bagi petugas,
biasanya diperoleh dari penghasilan yang dikelola sendiri oleh Rumah
Sakit dan dari anggaran pertahun langsung yang dananya bersumber dari
RSUD didapat dengan alur USER (kepala ruangan, kepala poliklinik atau
kepala instalasi) yang membutuhkan barang atau jasa menyampaikan
usulan permintaan ke direktur melalui aplikasi SIUL. Apabila direktur
menyetujui, maka untuk permintaan yang bersifat perbaikan akan
dilanjutkan kebagian umum dan perlengkapan namun apabila bersifat
pembelian baru atau pengadaan barang akan diserahkan kebagian sarana
penunjang
2. Peresntase jenis pembiayaan
Dari data yang didapatkan terdapat 4 jenis pembiayaan yaitu BPJS Non
PBI, BPJS PBI, umum (biaya Sendiri) dan saraswati (bantuan pembiayaan
kesehatan pemerintah daerah Sragen). Rumus Peresentase:

Keterangan:
PPRI : peresentase pasien sesuai jenis pembiayaan
PJB : jumlah pasien sesuai jenis pembiayaan
JP : jumlah total pasien rawat inap
Observasi dilakukan sejak 14-17Februari 2022. Dengan hasil peresntase
sebagai berikut:
Tabel 4.1 Presentase jenis pembiayaan di ruang IBS RSUD dr. Soeratno
Gemolong
Peresntase jenis pembiay
No. Jenis pembiayaan Jumlah pasien
aan
1 BPJS non PBI - -
2 BPJS PBI 10 60%
3 Umum 7 40%
4 Saraswati - -
TOTAL 17 100%
Sumber: Data primer 2022
3. Tarif perawatan di ruang IBS
a. Tarif Rawat Inap
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi pada tanggal 15 Februari
2022 di ruang perawatan IBS dan bagian Administrasi RSUD dr.
Soeratno Gemolong didapatkan hasil tarif Tindakan operasi di ruang
IBS berdasarkan Retribusi pelayanan kesehatan Rumah Sakit Umum
Daerah Gemolong Kabupaten Sragen sebagai berikut:
Tabel 4.2 Tarif Rawat Inap dan Tindakan perawatan di ruang IBS
RSUD dr. Soeratno Gemolong

KELAS VIP
No Jenis tarif
Minor Kecil Sedang Besar
1 Operasi terencana 468.000 1.170.000 2.340.000 3.510.000
2 Operasi cito 702.000 1.755.000 1.351.000 7.020.000

KELAS I
No Jenis tarif
Minor Kecil Sedang Besar
1 Operasi terencana 351.000 936.000 1.872.000 2.808.000
2 Operasi cito 526.000 1.404.000 2.808.000 4.212.000

KELAS II
No Jenis tarif
Minor Kecil Sedang Besar
1 Operasi terencana 234.000 702.000 1.404.000 2.106.000
2 Operasi cito 351.000 1.053.000 2.106.000 3.159.000

KELAS III
No Jenis tarif
Minor Kecil Sedang Besar
1 Operasi terencana 117.000 468.000 936.000 1.404.000
2 Operasi cito 175.000 702.000 1.404.000 2.106.000

Sumber: Data primer 2022


Keterangan:
- Untuk Tarif naik kelas golongan umum maka mengikuti tarif
prosedural rumah sakit.

49
- Untuk Tarif naik kelas BPJS akan mengikuti tarif INA CBGs
sesuai dengan diagnosa rujukan dokter penanggung jawab.Besar tarif
pelayanan rawat inap di RSUD dr. Soeratno Gemolong berlandaskan
Peraturan Daerah Kabupaten Sragen Nomor 7 Tahun 2011 tentang
Retribusi pelayanan kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah Gemolong
Kabupaten Sragen.
Besar tarif pelayanan rawat inap dan tarif Tindakan keperawatan untuk
masing-masing kelas. Sedangkan biaya Administrasi hanya ditarik 1
kali.

E. M5 (Market, Mutu)
1. Alur pasien masuk Ruang IBS

Poli Pendaftaran Petugas


rawat inap mengonfirmasi
ketersediaan ruangan

Pasien diantar ke
ruang IBS

Perawat melakukan
timbang terima

Pelaksanaan
Asuhan

Pasien Pulang
/Rujuk

Bagan 5.1 Alur pasien masuk ruang IBS

50
Pasien yang masuk di ruang IBS berasal dari semua bangsal rawat inap
RSUD dr Soeratno Kabupaten Sragen .

2. Keselamatan Pasien
Surgical Safety Checklist merupakan bagian dari Safe Surgery
Saves Lives yang berupa alat komunikasi untuk keselamatan pasien yang
digunakan oleh tim bedah di ruang operasi. Surgical Safety Checklist
adalah sebuah daftar periksa untuk memberikan pembedahan yang aman
dan berkualitas pada pasien. Surgical safety checklist merupakan alat
komunikasi untuk keselamatan pasien yang digunakan oleh tim bedah di
ruang operasi. Tim bedah terdiri dari perawat, dokter bedah, anestesi dan
lainnya. Tim bedah harus konsisten melakukan setiap item yang dilakukan
dalam pembedahan mulai dari sign in, time out, sign out sehingga dapat
meminimalkan setiap risiko yang tidak diinginkan (Safety & Compliance,
2012).
Ada 3 fase dalam pelaksanaan Surgical Safety Checklist, adapun
Surgical Safety Checklist yaitu :
1. Sign In Sign In adalah prosedur yang dilakukan sebelum induksi
anastesi prosedur Sign In idealnya dilakukan oleh tiga komponen,
yaitu pasien (bila kondisi sadar/memungkinkan), perawat anastesi ,
dan dokter anastesi. Pada fase Sign In dilakukan konfirmasi berupa
identitas pasien, sisi operasi yang sudah tepat dan telah ditandai,
apakah mesin anastesi sudah berfungsi, apakah pulse oksimeter pada
pasien berfungsi, serta faktor resiko 6 pasien seperti apakah ada reaksi
alergi, resiko kesulitan jalan nafas, dan adanya resiko kehilangan
darah lebih dari 500ml
2. Time Out adalah prosedur keselamatan pembedahan pasien yang
dilakukan sebelum dilakukan insisi kulit, Time Out dikoordinasi oleh
salah satu dari anggota petugas kamar operasi (dokter atau perawat).
Saat Time Out setiap petugas kamar operasi memeperkenalkan diri
dan tugasnya, ini bertujuan agar diantara petugas operasi dapat saling

51
mengetahui dan mengenal peran masing-masing. Sebelum melakukan
insisi petugas kamar operasi dengan suara keras akan mengkonfirmasi
mereka melakukan operasi dengan benar, pasien yang benar, serta
mengkonfirmasi bahwa antibiotik profilaksis telah diberikan minimal
60 menit sebelumnya.
3. Sign Out adalah prosedur keselamatan pembedahan yang dilakukan
oleh petugas kamar operasi sebelum penutupan luka, dikoordinasi
oleh salah satu anggota petugas kamar operasi (dokter atau perawat).
Saat Sign Out akan dilakukan review tindakan yang telah dilakukan
sebelumnya, dilakukan juga pengecekan kelengkapan spons,
penghitungan instrumen, pemberian label pada spesimen, kerusakan
alat atau masalah yang perlu ditangani, selanjutnya langkah akhir
adalah memusatkan perhatian pada manajemen post-operasi serta
pemulihan pasien sebelum dipindah dari kamar operasi. Pemeriksaan
keamanan ini harus diselesaikan sebelum pasien meninggalkan kamar
operasi, tujuannya adalah untuk memfasilitasi transfer informasi
penting kepada tim perawatan yang bertanggung jawab untuk pasien
setelah pembedahan
Tabel 5.3 Angka Surgical Safety Checklist

No. Jumlah Pasien Angka Kejadian Prosentase

1. Tidak adanya kejadian op 0 0%


erasi salah sisi
2 Tidak adanya kejadian op 0 0%
ersi salah orang
3 Tidak adanya kejadian sa 0 0%
lah tindakan pada operasi
4 Tidak adanya kejadian ter 0 0%
tinggalnya benda asing/la
in pada tubuh pasien setel
ah operasi

52
3. HAIs
Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan (Health Care Associated Infections)
yang selanjutnya disingkat HAIs adalah infeksi yang terjadi pada pasien
selama perawatan di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya
dimana ketika masuk tidak ada infeksi dan tidak dalam masa inkubasi,
termasuk infeksi dalam rumah sakit tapi muncul setelah pasien pulang,
juga infeksi karena pekerjaan pada petugas rumah sakit dan tenaga
kesehatan terkait proses pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan
kesehatan. Secara prinsip, kejadian HAIs sebenarnya dapat dicegah bila
fasilitas pelayanan kesehatan secara konsisten melaksanakan program PPI.
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi merupakan upaya untuk
memastikan perlindungan kepada setiap orang terhadap kemungkinan
tertular infeksi dari sumber masyarakat umum dan disaat menerima
pelayanan kesehatan pada berbagai fasilitas kesehatan (PERMENKES
NO.27 Tahun 2017). Komponen utama yang harus dilakukan untuk
pengendalian infeksi meliputi:
a. Kebersihan Tangan
Kepatuhan cuci tangan bedah di ruang IBS dengan rata-rata 71%
sebelum melakukan tindakan operasi
b. Alat pelindung diri (APD)
Alat Pelindung Diri di ruang IBS sudah tersedia untuk masing-masing
perawat/bidan berupa masker, handscoon, apron, face shield, dan gown
pelindung.
c. Pengelolaan limbah
Pengelolaan limbah di ruang IBS, sudah tersedia tempat sampah yang
sudah dipisahkan antara infeksius menggunakan kantong berwarna
kuning dan non infeksius menggunakan plastic berwarna hitam, serta
limbah benda tajam menggunakan safety box. Apabila sampah sudah
100% penuh diganti oleh petugas kebersihan/cleaning service. Petugas
sudah menggunakan APD saat mengangkut limbah

53
d. Penatalaksanaan linen
Linen terbagi menjadi linen kotor dan linen terkontaminasi. Linen
terkontaminasi adalah linen yang terkena darah atau cairan tubuh
lainnya, termasuk juga benda tajam. Angka penatalaksanaan linen di
ruang IBS rata-rata 100%. Penatalaksanaan linen di ruang IBS sudah
sesuai dengan standar SOP.
e. Penempatan Pasien
Angka penempatan pasien di ruang IBS sebesar 86 %. Penempatan
pasien di ruang IBS untuk pasien yang tingkat penularan infeksius
dipisahkan dengan pasien lain untuk penempatannya bila pasien
infeksius sudah dipulanhgkan ruang tersewbut di UV.
c. Praktik Menyuntik Yang Aman
Praktik menyuntik yang aman di ruang IBS rata-rata 100% sudah
sesuai dengan rekomendasi penyuntikan yang aman. Pakai spuit dan
jarum suntik steril sekali pakai untuk setiapsuntikan, berlaku juga pada
penggunaan vial multidose untukmencegah timbulnya kontaminasi
mikroba saat obat dipakai padapasien lain. Spuit dan jarum suntik
bekaspakai sudah dibuang ke yang tempat benar.
d. Produk Unggulan Ruangan
Hasil wawancara kepada perawat di ruang IBS mengenai unggulan
ruang yaitu berupa lebih terampilannya bidan dan perawat mengenai
asuhan keperawatan bedah dan penanganan-penanganan pada kasus
bedah. Lebih terampilannya bidan dan perawat dalam operasi dengan
alat canggih yang belum banyak di rumah sakit sekitar yaitu loperasi
dengan Laparoscopi dan penggunan Broncoscopi

F. M6 (Machine)
1. Standar Prosedur Operasional (SPO)
Standar Prosedur Operasional (SPO) yang ada di ruang IBS sebanyak
136 SPO. Tindakan yang sering dilakukan di ruang IBS adalah perawatan

54
dan penggantian infuse, memberikan terapi obat, serta pengoprasionalan
infuse pump. Dari ketiga tindakan tersebut sudah tersedia SPO.
1) Kepatuhan Perawat/Bidan Terhadap Pemberian Terapi Obat
Kepatuhan perawat/bidan terhadap SPO memberikan terapi obat
rata-rata 89%.
2) Tindakan yang sering tidak dilakukan oleh bidan/perawat dalam
memberikan terapi obat mencuci tangan, memperkenalkan diri,
menjelaskan tujuan dan prosedur dan melakukan desinfeksi terhadap
area injeksi. Hal ini dikarenakan perawat/bidan lebih sering langsung
menggunakan handscoon saat akan melakukan tindakan, Tindakan
yang sering tidak dilakukan adalah mencuci tangan bedah sebelum
melakukan tindakan, dikarenakan perawat/bidan lebih sering
langsung menggunakan handscoon saat akan melakukan tindakan,
namun setelah melakukan tindakan, perawat/bidan mencuci tangan
dengan handwash.

55
2. Panduan Asuhan Keperawatan (PAK)
Berdasarkan hasil pengkajian selama 14-17 Februari 2022 diagnosa keperawatan terbanyak yang sering muncul di ruang
IBS adalah Kecemasan 24%, resiko perdarahan 23%, dan resiko infeksi 20%. Namun belum adanya Panduan Asuhan
Keperawatan (PAK) yang digunakan di Ruang IBS
No Janis Kajian Data Hasil Kajian Teori/Standar Analisis Keterangan
M1 (Man)
1. Jumlah tenaga Jumlah tenaga bidan di - Jumlah tenaga bidan - Kebutuhan tenaga Hasil pengkajian data ini
perawat ruang IBS yaitu 15 orang yang dibutuhkan di di ruang IBS sudah didapatkan dari pengkaji
ruang IBS menurut terpenuhi an selama 4 hari dari tan
Depkes adalah 10 ggal 14-17 Februari 2022
perawat/hari

M2 (Material)
2. Lokasi dan Denah/ Ruang rawat inap IBS Menurut PMK tahun 2004 t Ruang IBS sudah Hasil pengkajian data ini
Setting Gedung RSUD dr. Soeratno ata letak ruang IBS bersandar menurut didapatkan dari pengkaji
Gemolong terdiri dari PMK 2004 an selama 4 hari 14-
ruang 3 ruang operasi. 17Februari 2022
3. Inventaris Ruangan Bangsal IBS belum meme Menurut PMK 2004 tentang Kurangya peran Hasil pengkajian data ini
nuhi sepenuhnya ketersedi fasilitas layanan, kesediaan l suvervisi dalam didapatkan dari pengkaji
aan fasilitas kesehatan inen di bangsal rumah sakit, pengecekan inventaris an selama 4 hari dari tan

56
seperti, troly emergency fasilitas layanan, dan ruangan ggal 14-17Februari i 202
tidak dilakukan administrasi penunjang 2
pengecekan dan Standar troly emergency
penguncian dalam kurun RSUD dr. Soeratno
waktu yang cukup lama Gemolong
dikarenakan kurangnya
tugas supervisi dari pihak
ruangan dan supervisi dari
pihak apotek sendiri.
.
4. Kelas Tindakan Menurut PMK 2004 tentang Tidak adanya Hasil pengkajian data ini
fasilitas dan kondisi fasilitas perbedaan klas di didapatkan dari pengkaji
di ruang rawat inap ruang IBS an selama 6 hari dari tan
ggal 24-29 Januari 2022

M3 (Methode)
5. Overan /Serah Serah terima pasien antara Dalam penelitian yang dilak Hasil dari pengkajian Hasil pengkajian data ini
Terima perawat/ bidan IBS sudah ukan oleh Sally, dkk, 2017, yang dilakukan adalah didapatkan dari pengkaji
dilakukan sesuai dengan didapatkan hasil wawancara 64.1% perawat dan bid an selama 6 hari (shift
SOP dengan head nurse dan KaBi an di ruang IBS tidak pagi) dari tanggal 24-29 J
d Keperawatan RS Suaka In melakukan serah anuari 2022

57
. san Banjarmasin mereka me terima sesuai dengan S
ngungkapkan bahwa dalam PO resmi RSUD dr. So
beberapa penerapan sasaran eratno Gemolong,
keselamatan pasien yang ke
dua yaitu peningkatan komu
nikasi efektif diwujudkan da
lam kegiatan timbang terima
atau overan jaga yang dilaku
kan di nurse station kemudia
n keliling ke tempat tidur pa
sien (Sally, dkk. 2017)

6. Supervisi Kegiatann supervise belum Supervisi adalah kegiatan Kegiatan supervisi Hasil pengkajian data ini
Keperawatan dilakukan karena belum kegiatan yang terencana belum dilakukan didapatkan dari pengkaji
ada SOP seorang manajer melalui secara terjadwal an selama 4 hari (shift
aktifitas bimbingan, dikarenakan belum pagi) dari tanggal 14-17
pengarahan, observasi, terdapat SOP Februari 2022
motivasi dan evaluasi pada mengenai supervisi
stafnya dalam melaksanakan
kegiatan atau tugas sehari-
hari (Kemenkes, 2016)

7. Ronde Ruang IBS belum melakuk Ronde keperawatan sebagai Ronde keperawatan Hasil pengkajian data ini
Keperawatan an kegiatan ronde keperaw salah satu tehnik untuk belum dilaksanakan di didapatkan dari pengkaji
atan mengorganisasikan ruang IBS dikarenakan an selama 4 hari (shift
pelayanan keperawatan belum terdapat SOP pagi) dari tanggal 14-
secara proaktif yang mengenai ronde 17Februari 2022
berfokus kepada pasien keperawatan serta bida

58
selain itu, ronde n belum memahami pe
keperawatan merupakan ntingnya kegiatan rond
suatu kegiatan yang e keperawatan
bertujuan untuk mengatasi
masalah keperawatan klien
yang dilaksanakan oleh
perawat, dengan melibatkan
klien dan keluarga untuk
membahas dan
melaksanakan asuhan
Keperawatan (Ford, 2010)
M5 (Market)
8. Sasaran keselamata a. Belum optimalnya PMK Nomor 1691 /MENK a. Tidak adanya keja Hasil pengkajian data ini
n pasien sasaran keselamatan ES/PER dian operasi salah didapatkan dari observasi
pasien ( surgical safety /VIII/2011 sisi 0% selama 6 hari dari tangga
cheklist ) b. Tidak adanya keja l 24-29 Januari 2022
b. Tidak adanya kejadian dian opersi salah o
operasi salah sisi 0% rang 0%
c. Tidak adanya kejadian c. Tidak adanya keja
opersi salah orang 0% dian salah tindaka
d. Tidak adanya kejadian s n pada operasi 0%
alah tindakan pada oper d. Tidak adanya keja
asi 0% dian tertinggalnya

59
e. Tidak adanya kejadian t benda asing/lain p
ertinggalnya benda asin ada tubuh pasien s
g/lain pada tubuh pasie etelah operasi 0%
n setelah operasi 0%
9. HAIs a. Kepatuhan cuci tangan PERMENKES NO.27 Tahu Ketaatan pada Hasil pengkajian data ini
bedah masih rendah n 2017 tentang Pedoman pe kebersihan tangan didapatkan dari observasi
b. Alat Pelindung Diri ncegahan dan pengendalian menurut WHO yang selama 4 hari dari tangga
tersedia infeksi di fasilitas pelayanan telah dilakukan di l 14-17 Februari 2022
c. Pengelolaan limbah kesehatan dan SPO RSUD d ruang IBS belum
sesuai r Soeratno Gemolong. dilakukan secara
d. Penatalaksanaan linen 1 Hand hygiene WHO maksimal
00%
e. Penempatan pasien
90%
f. Praktik menyuntik yang
aman 100%
10. Produk Unggulan Perawat dan Bidan lebih te - - -
Ruangan rampil dalam : dalam
melakukan operasi

60
canggih Laporoscopi dan
Broncuskopi
M6 (Machine)
11. Standar Prosedur O Tindakan keperawatan ses SPO tindakan keperawatan Tindakan keperawatan Hasil pengkajian data ini
perasional (SPO) uai SPO RSUD dr. Soeratno Gemolo yang sering dilakukan didapatkan dari observasi
a. Cuci tangan 100% ng olehbidan di ruang IBS selama 4 hari dari tangga
b. Memberikan terapi oba memiliki rata-rata sesu l 14-17 Februari 2022
t 89 % ai SPO prosentase sebe
sar 84.9%
12. Panduan Asuhan K Didapatkan 3 diagnosa kep - Belum terdapat PAK Berdasarkan hasil penga
eperawatan (PAK) erawatan tertinggi di ruang matan bidan dalam melak
IBS ukan asuhan keperawatan
a. Kecemasan 24%, berdasar pada advice dok
b. resiko perdarahan 23 ter dan pengalaman/peng
%, etahuan.
c. resiko infeksi 20%.

61
ANALISIS PRIORITAS MASALAH
Analisis prioritas masalah diagnosa pada pengkajian ini dilakukan menggunakan metode USG (Urgency, Seriousness,
Growth). Dimana urgency dilihat dari tersedianya waktu, mendesak atau tidaknya masalah tersebut diselesaikan. Kemudian
seriousness atau tingkat keseriusan dari masalah yaitu dengan melihat dampak masalah tersebut terhadap produktivitas kerja,
pengaruh terhadap keberhasilan, dan membahayakan system atau tidak. Sedangkan Growth atau tingkat perkembangan
masalah yaitu apakah masalah tersebut berkembang sedemikian rupa sehingga sulit untuk dicegah. Untuk pemberian skoring
digunakan angka 1-5 dengan keterangan:
1 = sangat kecil, 2 = kecil, 3 = sedang, 4 = besar, 5 = sangat besar.

NO. MASALAH U S G SKOR RANKING


M1 1 Terdapat kesesuain jumlah tenaga keperawatan ruang IBS dengan h 1 1 1 3 6
asil perhitungan menurut rumus depkes di lihat dari perbandingan
jumlah pasien dengan jumlah tenaga
M2 2 Inventaris ruangan (kurangnya supervise terhadap troly emergency) 1 3 3 7 4
3 Tindakan supervise belum dilaksanakan secara terjadwal 2 2 3 7 4
4 Belum terlaksananya tindakan ronde keperawatan di ruang IBS 1 1 1 3 6
M3 5 Belum optimalnya sasaran keselamatan pasien ( surgical safety 3 3 3 9 3
ceklis )
M5 6 Kepatuhan dalam tindakan pencegahan infeksi di ruang IBS belum 5 5 5 15 1

62
dilakukan secara maksimal
7 Tindakan pemberian terapi obat intravena belum dilakukan sesuai S 4 4 4 12 2
PO
8 Belum terdapat PAK yang menjadi acuan dalam melakukan asuhan 2 2 2 6 5
keperawatan

Berdasarkan table hasil analisis prioritas diagnose, didapatkan 3 prioritas masalah yang akan di selesaikan di ruang IBS, sebagai
berikut:
1. Kepatuhan dalam tindakan pencegahan infeksi di ruang IBS belum dilakukan secara maksimal (penerapan cuci tangan cuci
tangan bedah belum optimal) (M5)
2. Kurang maksimal tindakan pemberian terapi obat intravena belum dilakukan sesuai SPO (M6)
3. Belum optimalnya sasaran keselamatan pasien ( surgical safety ceklis ) (M3)

63
DIAGRAM FISH BONE
MAN
- Kurangnya motivasi bidan/
perawat untuk mennerapkan cuci
MATERIAL tangan bedah

- Kurangnya sarana edukasi - Kurangnya pengetahuan tentang


( poster/ liaflet ) cuci tangan bedah

- Kurang sarana cuci tangan bedah


( surgical brush)

1. Belum
optimalnya
kepatuhan
petugas dalam
melakukan cuci
tangan bedah
yang benar

MARKET MACHINE
HAIs : - Sudah terdapat SOP mengenai
Pengendalian infeksi: perawat
cici tangan bedah
dan bidan belum taat dalam
- Tindakan belum dilakukan
melakukan pengendalian infeksi
berupa kebersihan tangan. sesuai dengan SPO yang
tersedia
MAN
MATERIAL
- Sudah tersedia fasilitas alat dan - Kurangnya motivasi perawat dan
bahan untuk tindakan pemberian bidan untuk melakukan tindakan
terapi intravena, namun belum pemberian terapi obat sesuai
digunakan secara maksimal SPO
(alcohol swab)

2. Kurang maksimal
tindakan pemberian
terapi obat intravena
belum dilakukan
sesuai SPO (M6)

MARKET MACHINE
Keselamatan pasien : Sudah terdapat SOP mengenai
Ketepatan identifikasi pasien : Pemberian Terapi Obat, namun tindakan
Perawat/bidan belum optimal dalam belum sesuai dengan SOP yaitu :
mengidentifikasi pasien berdasarkan - Tidak mencuci tangan sebelum
nama dan tanggal lahir, hanya pemberian terapi obat
menggunakan nama dan nomor - Kadang kadang melakukan
kamar desinfeksi terhadap area injeksi.
MATERIAL MAN
- Sudah tersedianya sarana dan - Kurangnya motivasi bidan untuk
prasarana ( ceklist penerimaan melakukan idenfikasi pasien
pasien ) sebelum melakukan tindakan

3. Prosedur
keselamatan pasien
( surgical safety
ceklist ) belum
dilaksanakan secara
maksimal(M3)
MARKET
- Keselamatan pasien
METHODE
- Surgical safety ceklis belum
dilaksanakan sepenuhnya -Sudah terdapat SOP Surgical safety
ceklis pasien tetapi belum dilakukan
secara maksimal
BAB III
PERENCANAAN

Plan Of Action
No Masalah Tujuan Sasaran Strategi Kriteria Keberh Waktu Penanggung
asilan jawab
1. M5: - Mengurangi ter Perawat dan - Merekomendasikan agar d Melaksanakan 21-22 F Tomik
Belum jadinya risiko i bidan ruang isediakan surgical brush d cuci tangan ebruari
optimalnya nfeksi nosokom IBS i tempat-tempat scrub bedah yang benar 2022
kepatuhan ial stacion
petugas dalam - Menghidupkan - Merekomendasikan
melakukan cuci kembali budaya pembuatan poster atau
tangan bedah cuci tangan liflet
yang benar bedah - Merekomendasikan
sosialisasi cuci tangan
bedah yang benar
- Mere-edukasi perawat/bid
an agar menerapkan cuci
tangan bedah sesuai SOP
2. M6: Menghindari dan m Perawat dan - Mere-edukasi perawat unt Pemberian terapi 4-9 Feb Estu
Kurang encegah terjadinya bidan ruang uk menggunakan fasilitas intravena dilakuk ruari 20
maksimal tindak kesalahan dalam pe IBS alat dan bahan secara mak an sesuai SPO ya 22
an pemberian ter mberian obat simal (alcohol swab) ng ada
api obat intraven - Mere-edukasi perawat ata
a belum dilakuka u bidan agar tindakan pem
n sesuai SPO berian obat dilakukan sesu
ai SPO yang ada
- Menyediakan alkohol swa
b /tuppers
- Melakukan identifikasi pa
sien dengan tepat berdasar
kan nama dan tanggal lahi
r
- Mere-edukasi perawat unt
uk melakukan terapi obat
sesuai SOP seperti mencu
ci tangan sebelum pemberi
an terapi obat, memperken
alkan diri serta menjelaska
n tujuan dan prosedur, mel
akukan disinfeksi terhadap
area injeksi.
3. M3: - Mengoptimalk Perawat dan - Menyediakan SPO menge ( surgical safety 4 - 9 Fe Dwi
Prosedur an pelaksanaan bidan ruang nai tindakan ( surgical ceklist dapat dilak bruari 2
keselamatan ( surgical safety IBS safety ceklist, kemudian dic ukan dengan mak 022
pasien ( surgical ceklist obakan kepada perawat da simal
safety ceklist ) - Menghindari te n bidang di ruang IBS
belum rjadinya miss k - Mere-edukasi perawat dan
dilaksanakan
omunikasi anta bidan untuk menerapkan
secara maksimal
r perawat ( surgical safety ceklist seca
(M3)
ra maksimal seperti datang
tepat waktu dan melibatka
n semua anggota untuk me
lakukan ( surgical safety
ceklist
BAB IV
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

NO Masalah Implementasi Waktu Evaluasi Rencana Tindak Lanjut Waktu Penanggung Hasil
Implem Evaluasi Jawab
entasi
1. M5: - Meninjau 4-9 S: 1. Mengusulkan kepada 10 Kepala ruang Belum
Belum kembali Februari - Perawat mengatakan kepala ruang agar lebih Februari Berhasil

optimalnya mengenai 2022 sudah mengajukan memotivasi kepada 2022


pengadaan surgical perawat dan bidan agar
kepatuhan kepatuhan dalam
brush. lebih taat cuci tangan
petugas tindakan
O: bedah
dalam pencegahan
- Sudah terdapat SPO 2. Mengusulkan kepada
melakukan infeksi
mengenai cuci tangan perawat atau bidan agar
cuci tangan (penerapan cuci bedah lebih rutin dalam
bedah yang tangan bedah) - Sudah terdapat poster melakukan pengecekan
benar dengan SOP terkait cara cuci stok surgical brush
yang ada serta tangan bedah yang 3. Menyediakan checklist
kelengkapan benar( di tempel terkat ketersediaan
sarana prasarana diatas srub station) sarana dan prasarana

cuci tangan - Berdasarkan hasil cuci tangan


- Mere-edukasi implementasi selama
kepada 6 hari, perawat dan

perawat/bidan bidan IBS telah


melakukan cuci
terkat kepatuhan
tangan bedah dengan
dalam mencuci
baik dan benar (terjadi
tangan sebanyak
peningkatan
6 kali
kepatuhan cuci tangan
bedah dari 50 %
menjadi 75%
- A: Masalah belum
teratasi
P:
- Mengusulkan kepada
kepala ruang agar
lebih memotivasi
kepada perawat dan
bidan agar lebih taat
dalam melakukan cuci
tangan bedah yang
benar
- Mengusulkan kepada
perawat atau bidan
agar lebih rutin dalam
melakukan
pengecekan stok
surgical brush
2 M6: - Meninjau 04 – 09 S: Mengusulkan kepada 10 Perawat Berhasil
kembali Februari Perawat dan bidan kepala ruang agar lebih Februari primer
Kurang
ketepatan 2022 mengatakan sudah memotivasi perawat dan 2022
maksimal
mengetahui SPO bidan dalam melakukan
tindakan dalam
tindakan mengenai pemberian obat, tindakan pemberian obat
pemberian terapi
pemberian namun tidak semua melalui intravena sesuai
obat intravena
terapi obat perawat dan bidan dengan SPO yang ada di
dengan SPO yang
intravena melakukan tindakan rumah sakit
ada sesuai SPO
belum
- Mere-edukasi O:
dilakukan
perawat/bidan - Sudah terdapat SPO
sesuai SPO
untuk terkait tindakan
menggunakan pemberian obat melalui
fasilitas alat dan
bahan secara intravena
maksimal - Sebagian perawat sudah

(alcohol swab) melakukan tindakan


pemberian obat sesuai
sebanyak 6 kali
SPO
- Berdasarkan
implementasi yang
telah dilakukan selama
6 hari, didapatkan
kepatuhan perawat dan
bidan dalam melakukan
tindakan pemberian
obat melalui intravena
sesuai SOP adalah
91,05% (terjadi
peningkatan dari 61,7%
menjadi 91,5%)
A:
Masalah teratasi
P:
Mengusulkan kepada
kepala ruang agar lebih
memotivasi perawat dan
bidan dalam melakukan
tindakan pemberian obat
melalui intravena sesuai
dengan SPO yang ada di
rumah sakit
3 M3: - Meninjau kembali 04-09 S: Mengusulkan kepada 10 Perawat Berhasil
Prosedur SPO mengenai Februari - Perawat dan bidan kepala ruang agar lebih Februari primer
keselamatan tindakan Prosedur 2022 mengatakan mau memberikan motivasi 2022
pasien keselamatan pasien ( membuka kembali kepada bidan dan perawat
( surgical surgical safety SPO yang ada dalam ketepatan kegiatan
safety ceklist ceklist ) O: surgical safety / prosedur
) belum - SPO yang sudah ada keselamatan pasien dengan
- Memotivasi
dilaksanakan akan diterapkan , SPO yang sudah
perawat dan bidan
secara - Berdasarkan direkomendasikan
untuk menerapkan
maksimal(M implementasi yang
prosedur
3) telah dilakukan
keselamatan pasien
selama 6 hari,
secara maksimal didapatkan bahwa
seperti dan perawat dan bidan
melibatkan semua telah melakukan

anggota surgical safety


meningkat dari 70.1%
meningkat dari 84,1%
A:
Masalah teratasi
P:
Mengusulkan kepada
kepala ruang agar lebih
memberikan motivasi
kepada bidan dan perawat
dalam ketepatan kegiatan
overan jaga dengan SPO
yang sudah
direkomendasikan
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pelayanan kesehatan di Rumah Sakit saat ini tidak saja bersifat kuratif
(penyembuhan) tetapi juga bersifat rehabilitatif (pemulihan). Keduanya dilaksanakan
secara terpadu melalui upaya promosi kesehatan (promotif) dan pencegahan
(preventif). Dengan demikian, sasaran pelayanan kesehatan Rumah Sakit bukan hanya
untuk individu pasien, tetapi juga berkembang untuk keluarga pasien yang datang atau
yang dirawat sebagai individu dan bagian dari keluarga. Atas dasar sikap seperti itu,
pelayanan kesehatan di Rumah Sakit merupakan pelayanan kesehatan yang paripurna
(komprehensif dan holistik). Perawat sebagai salah satu profesi kesehatan yang
memiliki frekuensi paling banyak berinteraksi dengan pasien, sebaiknya selalu
mengikuti dan menaati peraturan di rumah sakit untuk meningkatkan pelayanan
kesehatan rumah sakit.
Setelah dilakukan praktik manajemen keperawatan di ruang IBS sejak
tanggal 24 Januari sampai dengan 12 Februari 2022, telah dilakukan pengkajian
manajemen ruangan sejak tanggal 24-29 Januari 2022 ditemukan 3 masalah dalam
manajemen ruangan IBS yaitu mengenai Belum optimalnya kepatuhan petugas
dalam melakukan cuci tangan bedah yang benar, kesesuaian tindakan pemberian
terapi obat dengan SPO, dan Prosedur keselamatan pasien ( surgical safety ceklist )
belum dilaksanakan secara maksimal. Kemudian untuk mengatasi masalah tersebut
dilakukan implementasi selama 6 hari (04-09 Februari 2022) dengan hasil terdapat
peningkatan kepatuhan petugas dalam melakukan cuci tangan bedah yang benar
dari 50% menjadi 70 % perawat dan bidan sudah melakukan cuci tangan bedah
yang benar kesesuaian tindakan pemberian terapi obat dengan SPO juga mengalami
kenaikan dari 61% menjadi 91.5% dan Prosedur keselamatan pasien ( surgical safety
ceklist ) ada peningkatan dari 70.1 menjadi 80.1%
B. Saran
1. Kepatuhan dalam melaksanakan cuci tangan bedah harus selalu di lakukan sesuai dengan
SOP yang sudah ada
2. Selalu melaksanakan prinsip 5 benar dalam pemberian obat
3. Selalu menjalan prosedur keselamatan pasien atau surgical safety cheklis sesuai dengan
SOP yang sudah ada agar menjadi kebiasaan yang ada di Ruang IBS RSUD dr Soeratno
Gemolong supaya Standar Pelayanan Minimal (SPM) dapat terjaga dengan baik
Lampiran 1

LA,PIRAN 1

Poster/ Liflet Langkah Cuci tangan Bedah


Lampiran 1

KUESIONER KEPUASAN KERJA PERAWAT

Petunjuk:
Pilih salah satu jawaban yang anda anggap benar, berilah tanda (√ ) pada kolom
yang telahdisediakan, ada 4pilihanjawaban yaitu :
1. STS=Sangattidaksetuju,artinya kenyataan yang saudara rasakan sangat tidak
sesuai denganpernyataan.
2. TS=Tidaksetuju,artinya kenyataan yang saudara rasakan tidak sesuai dengan
pernyataan.
3. S =Setuju,artinya kenyataan yang saudara rasakan sesuai dengan pernyataan.
4. SS=Sangat setuju, artinya kenyataan yang saudara rasakan sangat sesuai
dengan pernyataan.
No. Pernyataan Jawaban
SS S TS STS
1 Saya puas dengan system pemberian gaji ditempat saya 9 4 1
bekerja
2 Gaji yang saya terima sesuai dengan tingkat pendidikan 3 8 2 1
saya
3 Saya merasa puas dengan kondisi lingkungan kerja 13 1
saya
4 Kondisi kerja sangat menyenangkan dann yaman 2 12
5 Saya merasa tidak puas dengan cara rumah sakit 3 11
Menerapkan kebijakan yang berlaku
6 Sanksi yang diterapkan oleh rumah sakit tidak merugikan 13 1
karyawan
7 Tingkat kebersamaan diantara rekan kerja lebih memuaskan 1 13
saya
8 Rekan kerja saya dikantor ini menyenangkan 1 13
9 Komunikasi dengan atasan sangat baik 2 12
10 Atasan membantu dalam permasalahan yang menyangkut 1 13
pekerjaan
11 Saya tidak puas dengan prestasi kerja saya saat ini 1 13
12 Saya tidak mendapatkan pengakuan yang selayaknya atas 5 9
prestasi kerja saya
Lampiran 1

13 Saya sangat dihargai di tempat kerja 2 12


14 Atasan saya sangat menghargai hasil kerja saya 1 12 1
15 Pekerjaan yang saya lakukan tidak sesuai dengan job 10 4
description
16 Saya tidak bisa menyelesaikan tugas-tugas saya selama jam 4 10
kerja
17 Saya merasa puas dengan tingkat tanggung jawab 1 13
dalam pekerjaan yang saya emban
18 Sebagai perawat saya bertanggung jawab atas pekerjaan yang 1 13
diberikan kepada saya.
19 Saya puas karena mendapat pelatihan yang sesuai untuk 11 3
mendukung pelaksanaan pekerjaan saya
20 Kenaikan posisi/ promosi / gaji ditangani dengan adil dengan 13 1
memperhatikan masa kerja, kinerja dan
kemampuan

Jumlah sampel: 14 orang


Jumlah pernyataan : 20 pertanyaan
Berikut kriteria interpretasi skor berdasarkan interval
1. Angka 1 – 20 = Sangat (tidak setuju/tidakpuas)
2. Angka 21 – 40 = Tidak setuju/Tidak puas
3. Angka 41 – 60 = Setuju/Puas
4. Angka 61– 80 = Sangat (Setuju/Puas)
Lampiran 2

KUESIONER KEPUASAN MASYARAKAT TERHADAP PELAYANAN


PADA UNIT PELAYANAN PUBLIK PEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN
TAHUN 2021

Jawaban
No. Pernyataan Keterangan
1 2 3 4
1 Bagaimana pendapat saudara tentang 3 2 1. Tidak sesuai
kesesuaian persyaratan pelayanan dengan 2. Kurang sesuai
jenis pelayanannya 3. Sesuai
4. Sangat sesuai
2 Bagaimana pemahaman saudara 2 3 1. Tidak mudah
tentang kemudahan prosedur 2. Kurang
pelayanan di unit ini mudah
3. Mudah
4. Sangat mudah
3 Bagaimana pendapat saudara tentang 4 1 1. Tidak cepat
kecepatan waktu dalam memberikan 2. Kurang cepat
pelayanan 3. Cepat
4. Sangat cepat
4 Bagaimana pendapat saudara tentang 2 3 1. Sangat mahal
kewajaran biaya/tarif dalam pelayanan 2. Cukup mahal
3. Murah
4. Gratis
5 Bagaimana pendapat saudara tentang 4 1 1. Tidak sesuai
kecepatan produk pelayanan antara yang 2. Kurang sesuai
tercantum dalam standar pelayanan dengan 3. Sesuai
hasil yang diberikan 4. Sangat sesuai
6 Bagaimana pendapat saudara tentang 3 2 1. Tidak
kompetensi/kemampuan petugas dalam kompeten
pelayanan 2. Kurang
kompeten
3. Kompeten
4. Sangat
kompeten
7 Bagaimana pendapat saudara perilaku 3 2 1. Tidak sopan
petugas dalam pelayanan terkait kesopanan dan ramah
dan keramahan 2. Kurang sopan
dan ramah
3. Sopan dan
ramah
4. Sangat sopan
dan ramah
8 Bagaimana pendapat saudara tentang 3 2 1. Buruk
kualitas sarana dan prasarana 2. Cukup
3. Baik
Lampiran 2

4. Sangat baik
9 Bagaimana pendapat saudara tentang 1 3 1 1. Tidak ada
penanganan pengaduan pengguna pelayanan 2. Ada tetapi
tidak
berfungsi
3. Berfungsi
kurang
maksimal
4. Dikelola
dengan baik

Berikut kriteria interpretasi skor berdasarkan interval :


1. Angka 1 – 9 = Sangat (tidak setuju/tidakpuas)
2. Angka 10 – 18 = Tidak setuju/Tidak puas
3. Angka 19 – 27 = Setuju/Puas
4. Angka 28 – 36 = Sangat (Setuju/Puas)

Point
1 2 3 4 5 6 7 8 9 Total Skor Kategori
Responden  
A 3 3 3 4 3 3 3 3 2 27 Puas
B 4 4 4 4 4 4 4 4 3 35 Sangat Puas
C 3 4 3 3 3 3 3 4 4 30 Sangat Puas
D 3 3 3 3 3 3 3 3 3 27 Puas
E 4 4 3 4 3 4 4 3 3 32 Sangat Puas
Lampiran 3
Lampiran 4

Ceklist Penerimaan Pasien Baru

NO. PROSEDUR PENGAMATAN KETERANGAN


I II III IV
1 Pelaksanaan serah terima √ √ √ √ 100% dilakukan
pasien baru
2 Tatalaksana penerimaan p √ √ - √ 71% dilakukan
asien baru
Assesment awal: √ √ √ √ 100% dilakukan
3 Identitas pasien (No. RM, √ √ √ √ 100% dilakukan
Nama, TTL, Jenis kelami
n)
4 Penilaian keadaan umum √ √ √ √ 100% dilakukan
(tingkat kesadaran, GCS,
TTV, IMT, Pemeriksaan
fisik)
5 Penilaian resiko jatuh √ √ √ √ 100% dilakukan
6 Skrining nutrisi √ √ √ √ 100% dilakukan
7 Penilaian tingkat nyeri √ √ √ √ 100% dilakukan
8 Hasil pengkajian didoku √ √ √ √ 100% dilakukan
mentasikan menggunakan
metode pemecahan masal
ah (SOAP) diisi pada for
m CPPT
9 Pengisian CPPT terintegr √ √ √ √ 100% dilakukan
asi secara multidisiplin
(meliputi dokter, perawat,
farmasi, ahli gizi, fisioter
api, yang terlibat merawat
pasien mencantumkan na
ma dan paraf
10 Assesmen harus selesai d √ √ √ √ 100% dilakukan
alam 1 x 24 jam
Ceklist Discharge Planning

NO. PROSEDUR PENGAMATAN KETERANGAN


I II III IV
1 Identifikasi kebutuhan spesifik pasien (pasien pulang norma √ √ √ √ 100% dilakukan
l, pulang kritis, pulang mandiri, atau masih ketergantungan)
Rencana edukasi persiapan pulang:
2 Medication (obat) √ √ √ √ 100% dilakukan
3 Environment (lingkungan) √ √ √ √ 100% dilakukan
4 Treatment (pengobatan) √ √ √ √ 100% dilakukan
5 Health teaching √ √ √ √ 100% dilakukan
6 Outpatient referral √ √ √ √ 100% dilakukan
7 Diet √ √ √ √ 100% dilakukan
8 Memberikan informed consent tindakan √ √ √ √ 100% dilakukan
TOTAL 100% 100% 100% 100 100% dilakukan
%

Anda mungkin juga menyukai