Di Susun Oleh:
1
2
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, kami panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan hidayah-Nya. Tidak lupa sholawat serta salam kami haturkan kepada Nabi Muhammad
SAW yang telah memberikan kemampuan, akal, dan kesempatan kepada kita dalam
berproses. Hanya karena izin-Nya kami dapat menyusun dan menyelesaikan laporan dengan
judul “Laporan Praktik Manajemen Keperawatan di Ruang Anturium RSD Dr. Soebandi
Jember”.
Dalam penyusunan laporan ini kami mendapatkan bimbingan, pengarahan dan
bantuan dari semua pihak secara langsung maupun tidak langsung. Dalam kesempatan ini,
kami menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada:
1. Dr. Hanafi, M.Pd, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Jember.
2. Ns. Sasmiyanto, S.Kep.,M.Kes, selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Jember.
3. Asmuji, S. KM., M. Kep. dan Ns. Dwi Yunita Haryanti, M.Kep, selaku Pembimbing
Akademik dan PJMK dalam praktik Manajemen Keperawatan.
4. Ns. Sujarwanto,S.Kep.,M.Si selaku pembimbing klinik selama kami praktik di stase
Manajemen Keperawatan.
5. Tim Ruang Anturium, Ketua Tim serta Perawat Pelaksana yang selalu memberikan
pengarahan dan pendampingan penuh dalam proses praktik di stase Manajemen
Keperawatan ini.
6. Rekan – rekan yang turut membantu dalam penyusunan laporan ini
Kami menyadari penyusunan laporan ini masih belum sempurna. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang akan dijadikan perbaikan di masa mendatang.
Semoga laporan ini bermanfaat.
3
DAFTAR ISI
4
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan keperawatan merupakan pelayanan profesional sebagai bagian
integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu keperawatan yang dituju
kepada individu, keluarga, kelompok maupun masyarakat baik dalam kondisi sehat
maupun sakit (UU Keperawatan no. 38 tahun 2014). Tujuan pelayanan ini tentunya
untuk menerapkan keperawatan yang berkualitas sesuai dengan visi dan misi rumah
sakit, berbagai upaya telah dilakukan secara menyeluruh dan berkesinambungan.
Dalam pencapaian tujuan tersebut salah satunya adalah peningkatan mutu
keperawatan di rumah sakit, dimana dalam penerapan peningkatan mutu perlu adanya
manajemen keperawatan (Asmuji, 2012).
Tuntutan dan kebutuhan masyarakat yang semakin tinggi terhadap profesi
keperawatan perlu mendapatkan jawaban secara profesional. Menjawab secara
profesional menjadi prioritas utama tugas profesi keperawatan. Untuk dapat
memberikan jawaban secara professional, bidang keperawatan memerlukan suatu
perubahan dan peningkatan kompetensi baik dari aspek pengetahuan, sikap, maupun
psikomotor. Keberhasilan tujuan tersebut dapat menjadi penunjang, maka
memerlukan suatu pengelolaan atau manajemen keperawatan secara baik dan sesuai
prosedural.
Manajemen keperawatan merupakan suatu metode yang diterapkan untuk
mengelola asuhan keperawatan secara langsung kepada pasien diharapkan mampu
menjawab pertanyaan masyarakat terhadap profesi keperawatan, karena manajemen
keperawatan memiliki pendekatan-pendekatan ilmiah yang sesuai dengan teori
manajemen terkini. Sehingga setiap kegiatan dalam manajemen keperawatan akan
lebih mudah diterapkan dalam asuhan keperawatan.
Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf
keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional. Proses
manajemen keperawatan sejalan dengan proses keperawatan sebagai satu metode
pelaksanaan asuhan keperawatan secara profesional, sehingga diharapkan keduanya
dapat saling mendukung. Proses keperawatan sebagaimana manajemen keperawatan
terdiri atas pengumpulan data, identifikasi masalah, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi hasil (Nursalam, 2013).
5
Penerapan konsep manajemen menurut para pelaku yang terlibat dalam
manajemen keperawatan untuk selalu melaksanakan fungsi-fungsi manajemen
berdasarkan filosofi, visi, misi, tujuan, sesuai dengan kondisi pelayanan keperawatan
yang ada sehingga bentuk pelayanan keperawatan sejajar dengan tingkat kemajuan
pelayanan kesehatan yang terjadi. Berkaitan dengan itu pula lingkup manajemen
keperawatan yang terdiri dari manajemen operasional dan asuhan keperawatan perlu
dilaksanakan berdasarkan kepada stándar keperawatan. Upaya fasilitasi, koordinasi,
integrasi, dan penunjang perlu ditingkatkan melalui peningkatan komunikasi dan
pembinaan hubungan sehingga tujuan institusi yang telah ditetapkan dapat dicapai
melalui strategi manajemen keperawatan yang dapat mengantisipasi perkembangan
pelayanan keperawatan di masa mendatang.
Di dalam manajemen keperawatan terdapat suatu tugas khusus yang harus
dilaksanakan oleh perawat ataupun pengelola keperawatan untuk merencanakan,
mengorganisasikan, mengarahkan serta mengawasi sumber- sumber yang ada, baik
sumber daya maupun dana sehingga dapat memberikan pelayanan keperawatan yang
efektif baik kepada pasien, keluarga, dan masyarakat. Model Praktik Keperawatan
Profesional (MPKP) harus dapat di aplikasikan dalam tatanan pelayanan nyata di
rumah sakit.
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan oleh praktikan pada tanggal 26 April
2021 di Ruang Anturium RSD dr. Soebandi menerapkan model praktik keperawatan
profesional dengan metode tim. Menurut Huber (2010), Marquis & Huston (2012)
dikutip dalam Rusmianingsih (2012) dan Swansbrug (2000) Faktor yang
mempengaruhi dari metode tim yaitu kepemimpinan, komunikasi, koordinasi,
penugasan, motivasi dan supervisi. Sitorus (2006) mengatakan ketua tim sebagai
perawat profesional, harus mampu menggunakan berbagai teknik kepemimpinan dan
harus dapat membuat keputusan tentang prioritas perencanaan, supervisi, serta
evaluasi asuhan keperawatan. Ketua tim harus mampu mengontrol setiap
perkembangan pasien,keberhasilan asuhan keperawatan sangat ditentukan oleh ketua
tim yang profesional.
Pelaksanaan metode tim menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang
berbeda – beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap kelompok pasien.
Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim/group yang terdiri dari perawat profesional,
teknikal, dan pembantu dalam satu tim kecil yang saling membantu. Metode ini
didasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota kelompok mempunyai kontribusi
6
dalam merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan sehingga timbul motivasi
dan rasa tanggung jawab perawat yang tinggi (Tussaleha, 2014).
Salah satu keberhasilan dalam memanajemen ruangan adalah ketepatan dalam
memilih MPKP yang lebih sesuai dengan kondisi ruangan perawatan dan sesuai
dengan sumber daya manusia yang ada, termasuk dukungan dari pemegang kebijakan.
Kualitas pelayanan keperawatan pun ditentukan juga oleh tingkat pengetahuan,
ketrampilan, sikap dan perilaku dari praktisi keperawatan, maka perlu
diperhitungkanpula nilai-nilai dasar, keyakinan serta cara mengorganisasikannya agar
semua orang yang terlibat di dalamnya bergerak dalan satu tujuan yaitu mencapai
mutu pelayanan prima. Untuk itu dalam kesempatan kegiatan praktik manajemen
keperawatan yang di laksanakan oleh praktikan sejak tanggal 26 April – 8 Mei 2021
yaitu untuk mengaplikasikan diri terlibat aktif dalam kegiatan-kegiatan manajerial
yang ada di Ruang Anturium RSD dr. Soebandi dengan harapan dapat
mengembangkan kemampuan serta dapat membantu meningkatkan mutu pelayanan
dengan jaminan keamanan dan kepuasan bagi masyarakat yang dirawat.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah melaksanakan praktik manajemen keperawatan, mahasiswa mengerti dan
dapat menerapkan prinsip-prinsip manajemen keperawatan sesuai dengan model
praktik keperawatan profesional.
2. Tujuan Khusus
Setelah praktikan melaksanakan praktik klinik management keperawatan,
praktikan mampu:
7
e. Menyusun dan merencanakan strategi operasional di Ruang Anturium RSD
dr. Soebandi berdasarkan masalah yang ditemukan.
f. Melaksanakan rencana strategi operasional yang telah disusun berdasar
model MPKP TIM di Ruang Anturium RSD dr. Soebandi.
g. Mengevaluasi pelaksanaan strategi operasional yang telah dijalankan di
Ruang Anturium RSD dr. Soebandi.
C. Manfaat
1. Tercapainya manajemen keperawatan profesional yang sesuai dengan kondisi
Ruang Anturium RSD dr. Soebandi.
2. Memberikan pengalaman bagi praktikan untuk menjalankan semua peran fungsi
dalam praktik manajemen keperawatan berdasarkan model MPKP TIM.
3. Tercapainya kepuasan kerja bagiperawat, pasien, dan keluarga pasien.
4. Terbina hubungan baik antara perawat dengan perawat, perawat dengan tim
kesehatan lain, perawat dengan pasien dan keluarganya.
5. Tumbuh dan terbinanya akuntabilitas dan disiplin dalam diri perawat Ruang
Anturium RSD dr. Soebandi.
D. Tempat dan Waktu
Dilaksanakan di Ruang Anturium RSD Dr. Soebandi Jember pada tanggal 26 April - 8
Mei 2021.
8
BAB II
PENGKAJIAN DAN ANALISIS
9
kepala ruangan, kamar mandi, ruang linen bersih dan kotor, pantry, spoel
hoeks, dapur dan gudang alat.
2. Batas-batas Ruang Anturium
Adapun batas-batas ruang Anturium sebagai berikut:
a. Sebelah Timur : Masjid
b. Sebelah Barat : R. Lavender
c. Sebelah Utara : R. Seruni
d. Sebelah Selatan : R. Instalasi Gizi
3. Ketenagaan Ruang Anturium
a. Tingkat Pendidikan
Tabel 2.1 Tingkat Pendidikan Tenaga Keperawatan Ruang Anturium Rumah Sakit
Daerah dr. Soebandi Jember, periode April 2021
b.Lama Kerja
Tabel 2.2 Lama Kerja Tenaga Keperawatan Ruang Anturium Rumah Sakit Daerah
dr. Soebandi Jember, periode April 2021
No. Pendidikan 0-5 (%) 6–9 (%) ≥ 10 (%)
tahun tahun tahun
1 S2 - - - - 1 5,88
2 S1 - - - - 7 41,18
3 D3 1 5,88 - - 8 47,06
Jumlah 1 5,88 0 0 16 94,12%
10
Dari tabel 2.2 Tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar lama tenaga
keperawatan di Ruang Anturium periode April 2021 yaitu selama jangka waktu ≥10
tahun dengan jumlah 16 orang dengan persentase 94,12%.
c. Status Kepegawaian
11
Total pasien 12 54 jam / 12 = 4,5 jam / pasien
12
a) Pagi = 47 % x 12 orang = 5,64 = 6orang
b) Sore = 35 % x 12 orang = 4,20 = 4orang
c) Malam = 17% x 12 orang = 2,04 = 2orang
8) Kebutuhan perawat sesuai rumus PPNI
TP = A x 52 x 7 hari (TTx BOR) + 25%
41 x 40 jam
= 4,8 x 52 x7 (10 x 50%) + 25%
41x40
= 1,747,2 (24) + 25%
41x40
= 61.152,25
1.640
= 37,287= 37 perawat
Jumlah KlasifikasiKlien
Klien Minimal Minimal Minimal
Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam
0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20
0,34 0,28 0,12 0,54 0,20 0,20 0,72 0,60 0,40
0,51 0,42 0,21 0,81 0,30 0,30 1,08 0,90 0,60
13
Jumlah 7,86(8orang)
14
Beracun
23. Membersihkan Tempat Tidur Pasien
24. Kebersihan Tangan Dengan Hand Rub Berbasis Alkohol
25. Kebersihan Tangan Dengan Air Mengalir Dan Sabun Cair
26. Pemakaian Sarung Tangan
27. Pemakaian Apron
28. Pemakaian Gaun Pelindung
29. Pemakaian Topi Atau Penutup Rambut
30. Pemakaian Pelindung Mata
31. Pemakaian Masker
32. Penanganan Liner Kotor Non Infeksius Di Unit Kerja
33. Pengambilan Linen Kotor Infeksius Dari Unit Kerja
34. Penanganan Liner Kotor Infeksius Di Unit Kerja
35. Membantu Pasien BAB
36. Perawatan Ulkus Diabetikum Atau Gangren
37. Perawatan Luka Infeksius
38. Perawatan Ulkus Dikubitus
39. Perawatan Luka Bersih
40. Melakukan Angkat Jaitan Luka
41. Perawatan Luka Kanker
42. Perawatan Post Operatif
43. Pemberian Obat Injeksi Intravena Secara Tidak Langsung Kepada
Pasien
44. Pemberian Obat Injeksi Intravena Secara Langsung Kepada Pasien
45. Pemberian Obat Injeksi Subcutan Kepada Pasien
46. Pemberian Obat Injeksi Intracutan Kepada Pasien
47. Pemberian Obat Injeksi Intramuskular Kepada Pasien
48. Mengukur Suhu
49. Mengukur Frekuensi Nafas
50. Pemasangan Gelang Identitas Pada Pasien Rawat Inap
51. Alih Status Pasien
52. Pemulangan Pasien Diluar Jam Kerja
53. Bimbingan Kerohanian Spiritual Islam Ibadah Solat Di Ruang
15
Perawatan
54. Mengatasi Hambatan Bahasa Dan Dialek
55. Menjaga Privasi Pada Ibu Menyusui
56. Menjaga Privasi Pada Ibu Melahirkan
57. Privasi Pasien Terhadap Status Rekam Medis
58. Bimbingan Kerohanian Spiritual Islam Bagi Pasien Sakartul Maut
59. Identifikasi Nilai Dan Kepercayaan
60. Perlindungan Pasien Dari Kekerasan Fisik
61. Assasment Nyeri Pada Pasien Tidak Sadar
62. Assasment Nyeri Pasien Sadar
63. Edukasi Manajemen Nyeri
64. Manajemen Nyeri
65. Assasment Nyeri Pada Pasien Neonatus Infant
66. Tatalaksana Nyeri Akut
67. Tatalaksana Nyeri Kronik
68. Pelaporan Hasil Assasment Nyeri Di Ruangan
69. Assasment Nyeri Pada Pasien Tersegasi Di Ruang Rawat Intensif Dan
High Care Unit
70. Penerimaan Dan Orientasi Pasien Baru
71. Pelayanan Pasien Tahap Terminal
72. Menghitung Denyut Nadi
73. Penundaan Pelayanan Atau Pengobatan
74. Penundaan Pelayanan Atau Pengobatan (Faktor Petugas)
75. Penundaan Pelayanan Atau Pengobatan (Sarana Dan Prasarana)
76. Penundaan Pelayanan Atau Pengobatan (Faktor Pasien)
77. Penundaan Pelayanan Atau Pengobatan (Faktor Administrasi)
78. Timbang Terima (Operan) Pasien Antar Shift Dengan Sbar
79. Penundaan Dan Tidak Lanjut Operasi Di Instalasi Bedah Sentral
80. Pemberian Premedikasi
81. Persiapan Pasien Untuk Tindakan Anastesi
82. Persiapan Atau Chick Mesin Anestesi
83. Asistensi Anestesi Umum (General Anestesi)
84. Asistensi Tindakan Anestesi Subarachnoid Blok
16
85. Pemberian Anestesi Umum
86. Pemberian Posisi Intraoperatif
87. Monitoring Anestesia Durante Operasi
88. Asistensi Anestesi Umum Diruang Diagnostik
89. Perawatan Pasien Pasca Pemberian Anestesi Umu Diruang Pulih Sadar
90. Perawatan Pasien Pasca Pemberian Anestesi Sab Diruang Pulih Sadar
91. Transportasi Pasien Dari Ok Ke Icu Dengan Support Ventilasi
92. Transportasi Pasien Dari Ok Ke Icu Tanpa Support Ventilasi
93. Mengatasi Hambatan Bahasa Pada Saat Kontak Pertama Dengan Pasien
94. Mengatasi Hambatan Fisik
95. Batasan Penanganan Pasien Non Operasi Di Intlasi Gawat Darurat
96. Pendistribusian Kebutuhan Floorstop
97. Pengelolaan Obat Dan Alat Untuk Kebutuhan Emegancy
98. Pengelolaan Obat High Alert
99. Keamanan Obat Yang Perlu Diwaspadai (High Alert Medication)
100. Identifikasi Tempat Tidur Pasien Rawat Inap
101. Alur Penempatan Pasien Rawat Inap Diluar Jam Dinas
102. Penanganan Dan Penempatan Pasien Pre Operasi Di Instalasi Gawat
Darurat
103. Penjadwalan Operasi Di Instalasi Bedah Sentral
104. Penjadwalan Operasi Dari Poli Rawat Jalan Ke Instalasi Bedah Sentral
105. SOP Pemberian Informasi Tentang Hasil Pelayanan
106. Pendaftaran Pasien Rawat Jalan Umum
107. Skrinning Pasien di Tempat Pendaftaran (Admisi)
108. Skrinning Pasien di Area Ruang Tunggu Poli Klinik Rs Dr. Soebandi
109. Skrinning Pasien di Instalasi Gawat Darurat
110. Skrinning Pasien di Luar Rumah Sakit
111. Skriinning Pasien di Pintu Masuk Rsd Dr. Soebandi Jember
112. Skrinning Pasien di Poli Klinik Rawat Jalan Rsd Dr. Soebandi Jember
113. Penjadwalan Operasi di Instalasi Bedah Sentral
114. Pembagian Kamar Operasi
115. Pemberian Posisi Intraoperatif
116. Perilaku Berada di Ruang Operasi
17
117. Asistensi Anestesi Epidural
118. Asistensi Anestesi CSE (Combined Spinal – Epidural)
119. Asistensi Anestesi Caudal Blok
18
5) Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral
6) Penurunan Kardia Output
7) Nausea
8) Nyeri Akut
c. Inventaris Alat Kesehatan Ruang Anturium
Tabel 4.1 Tabel Alkes Di Ruang Anturium RSD Dr. Soebandi pada April 2021
No Nama Barang Satuan Jumlah Kondisi
Baik Buruk
1. Meja dan lemari Buah 20
pasien
2. Kamar mandi dan Buah 4
toilet pasien
3. Tempat tidur Buah 20
pasien
4. Tempat sampah Buah 1
non medis
5. Tempat sampah Buah 1
Medis
6. Tempat sampah Buah 1
kecil
7. Standart infus Buah 22
8. Televisi Buah 1
9. Wastafel Buah 4
10. Kipas angin Buah 7
11. Kursi pasien Buah 20
12. Kotak saran Buah 1
13. Lemari tempat Buah 1
makanan pasien
14. Lemari linen Buah 1
15. Pengeras suara Buah 1
16. TOA Buah 1
17. Lampu Buah 30
18. Baskom Buah 16
19. Timbangan Berat Buah 1
Badan
19
d. Inventaris Fasilitas Petugas Kesehatan
Tabel 4.2 Tabel Fasilitas Petugas Kesehatan di Ruang Anturium RSD Dr. Soebandi
Pada Bulan April 2021
No Nama Barang Satuan Jumlah Kondisi
Baik Buruk
1. Set meja Buah 2
perawat
2. Kursi Buah 13
pertemuan
3. Kulkas Buah 1
makanan
4. Kulkas obat Buah 1
5. Lemari alkes Buah 3
6. Loker perawat Buah 3
7. Telpon ruangan Buah 1
8. Dispenser Buah 1
9. Lemari besar Buah 1
10. Lemari kecil Buah 2
Tabel 4.3.1 Tabel Fasilitas Pasien di Ruang Anturium RSD Dr. Soebandi Pada
Bulan April 2021
No Nama Barang Satuan Jumlah Kondisi
Baik Buruk
1. Bengkok Buah 3
2. Sphygmomanometer Buah 2
3. Ambubag Buah 4
4. Suction Buah 1
5. Stethoscope Buah 4
6. Termometer axila Buah 4 2 2
7. GDA Buah 1
20
8. Kursi roda Buah 3
9. Brankart Buah 1
10. Troli Buah 4
11. EKG Buah 1
12. Nebulizer Buah 1
13. Oximeter Buah 1
14. Shyring pump Buah 4
15. Computer set Buah 1
16. Instrumen set Buah 3
21
3. Atherosclerotic heart disease. 3
4. Other and unspecified cirrhosis of liver. 3
Melaena.
10. 2
Tabel 4.4.3 menunjukkan bahwa penykit terbanyak di Ruang Anturium
adalah Hypertensive renal disease with renal failure sebanyak 8 orang.
22
g. Sistem Pendokumentasian
1. Asesmen awal keperawatan rawat inap (RM 06.1) REV. 3.2018
2. Asesmen awal nyeri (RM 06.4) REV 3.2018
3. Asesmen awal dan ulang risiko jatuh pada pasien dewasa (RM 06.5) REV.
3.2018
4. Discharge planning (RM 06.11) REV .2.20 16
5. Lembar Observasi (RM 06.6) REV. 3.2018
6. Formulir Survey Infeksi Rumah Sakit (RM06.12) REV.2.2016
7. Catatan pekembangan Pasien Terintegrasi (CPPT) diisi oleh 5 PPA Dokter,
Perawat-Bidan, Farmasi, Gizi, Fisioterapi (RM 04.2) REV.2.2016
h.Dari hasil perhitungan jumlah pasien dibawah ini dapat diketahui
BOR,AVLOS,TOI
1. Data BOR (Bed Occupancy Rate)
a. Bulan Januari
BOR : Jumlah tempat tidur yang terpakai x 100%
Kapasitas tempat tidur yang dipakai
179x100/20x31 = 17900/620 = 28,87%
b. Bulan Februari
BOR : Jumlah tempat tidur yang terpakai x 100%
Kapasitas tempat tidur yang dipakai
266x100/20x28 = 26600/560 = 47,5%
c. Bulan Maret
BOR : Jumlah tempat tidur yang terpakai x 100%
Kapasitas tempat tidur yang dipakai
310x100/20x31 = 31000/620 = 50%
2 Februari 66 59,2%
3 Maret 77 69,1%
23
Total/rata-rata 64,6 58%
Total 24,23
24
B. Analisis Masalah Empat Pilar MPKP Berdasarkan Evaluasi Diri pilar 1:
pendekatan manajemen keperawatan (kepala ruangan)
1. Perencanaan
Tabel 1.1 Visi
25
1 Menyusun Rencana Harian setiap
1
kali dinas
2 Mencantumkan tanggal dinas di
1
Rencana Harian
3 Urutan kegiatan disusun secara
1
Kronologis
4 Tercantum kegiatan manajerial 1
5 Tercantum kegiatan asuhan 1
6 Rencana Harian dikerjakan secara
1
Konsisten
6 100%
26
2. Pengorganisasian
Tabel 1.7 Struktur Organisasi
27
3. Pengarahan
Tabel 1.10 Timbang Terima
28
4 Katim/Pj Tim menanyakan tindak
1
lanjut pada dinas berikutnya
5 Katim/Pj Tim memberikan
1
reinforcement
6 Katim/Pj Tim menutup acara 1
6 100%
29
5 Apabila si pelaksana tugas 1
mengalami kesulitan, Karu, Katim
memberikan arahan untuk mengatasi
Masalah
6 Ada evaluasi setelah selesai tugas
1
dilaksanakan
6 100%
30
6 100%
31
Pilar II Kompensasi Penghargaan
1) Kepala Ruang
Tabel 1.20 Penilaian Kinerja Perawat
Rata-
No Aspek yang Dinilai rata Persentase
Skor
1 Ada jadwal penilaian
1
kinerja staf perawat
2 Penilaian kinerja
dilaksanakan sesuai 1
jadwal
3 Ada pendokumentasian
1
hasil penilaian kinerja
4 Penilaian kinerja
ditindaklanjuti dalam 1
bentuk pembinaan staf
Rata-rata Total Skor 4 100 %
Rata-
No Aspek yang Dinilai rata Persentase
Skor
1 Ada program orientasi
1
untuk staf baru
2 Ada bimbingan
terstruktur tentang 1
MPKP
3 Ada program
melanjutkan
1
pendidikan formal
untuk perawat
4 Ada program
melanjutkan
pendidikan informal
1
untuk perawat
(pelatihan, seminar,
symposium,, pelatihan)
5 Promosi sesuai kinerja 1
32
perawat
6 Ada pemberian insentif 1
khusus sesuai kinerja
7 Ada pemberian 1
sertifikat MPKP
Rata-rata Total Skor 7 100 %
Tabel 1.22 Rata-rata Hasil Pilar Kompensasi Penghargaan Kepala Ruang di RSD
Dr. Soebandi
Rata-rata Persentase
No. Aspek yang Dinilai
Skor
1 Penilaian Kinerja Perawat 1
2 Pengembangan Staf 1
Jumlah Rata-rata Skor 1 100%
2) Ketua Tim
Tabel 1.24 Kompensatori Reward
33
8 Pemberian penghargaan khusus 1
9 Pemberian sertifikat MPKP 1
Rata-rata Total Skor 8 80%
34
Jumlah 9 100 %
NB: Jarang dilakukan.
35
Tabel 1.24 Rapat Tim Kesehatan
No Aspek Yang dinilai Score Persentase
1 Ada jadwal rapat keperawatan rutin 0
2 Ada notulen rapat keperawatan 0
3 Agenda rapat membahas masalah-masalah 0
Ruangan
4 Dalam notulen, masalah terbahas tuntas 0
5 Ada kesimpulan rapat 0
6 Ada daftar hadir rapat 0
Jumlah 0 0%
1. Perencanaan
Tabel 1.1 Rencana Harian
No Aspek Yang dinilai Score Persentase
1 Menyusun Rencana Harian setiap kali dinas 1
2 Ada tanggal dinas 1
3 Urutan kegiatan secara kronologis 0
4 Ada kegiatan manajerial 0
5 Ada kegiatan asuhan 1
6 Rencana Harian dikerjakan secara konsisten 1
Jumlah 4 66,6%
2. pengorganisasian
Tabel 1.3 Jadwal Dinas
No Aspek Yang dinilai Score Persentase
1 Menggunakan format yang disediakan 1
2 Tercantum nama-nama perawat per Tim 1
3 Tergambar adanya penanggung jawab harian 1
4 Susunan dinas pership, pagi, sore dan malam 1
5 Jadwal dibuat untuk satu bulan 1
Jumlah 5 100%
3. Pengarahan
Tabel 1.5 Pre Confrence
No Aspek Yang dinilai Score Presentase
1 Katim/Pj Tim membuka acara 1
2 Katim/Pj Tim menanyakan rencana harian 1
3 Katim/Pj Tim memberi masukan dan tindak 1
lanjut
4 Katim/Pj Tim memberi reinforcement 1
5 Katim/Pj Tim menutup acara 1
Jumlah 5 100%
4 Katim/Pj Timmenanyakan 1
tindak lanjut pada dinas berikutnya
5 Katim/Pj Tim memberikan reinforcement 1
6 Katim/Pj Tim menutup acara 1
Jumlah 6 100 %
2. Case 2 4 3 2 3 14
Conference
3. Filosofi 2 3 2 4 4 15
4. Post Conference 2 2 2 3 2 11
5. Supervisi 3 3 2 2 2 12
6. Timbang terima 2 3 2 3 3 13
PERENCANAAN
Maka kesimpulan yang didapat adalah belum terlaksananya semua masalah MPKP
yang ada diruang Antorium RSD dr Soebandi Jember, masalah masih muncul pada
hasil observasi dan pengkajian ulang yang di lakukan oleh kelompok 3, 4 dan 15.
2. Masalah Prioritas
a. Filosofi
b. Case conference
c. Timbang terima
d. Supervisi
e. Post conference
f. Rencana harian
B. Alternatif Pemecahan Masalah
Berdasarkan masalah yang telah diprioritaskan sehingga kelompok merumuskan beberapa
alternatif pemecahan masalah yang dapat diterapkan diRuang Anturium RSD dr Soebandi
Jember yaitu:
1. Menyusun filosofi ruangan yang dapat dijadikan pedoman dalam kegiatan pelayanan
2. Melakukan case conference sesuai dengan jadwal yang telah disepakati bersama
3. Meningkatkan kualitas timbang terima dengan melakukan pre conference antara
kepala ruangan dengan ketua tim dan perawat pelaksana yang telah dioperkan oleh
perawat yang shift pada malam hari ke perawat yang shift pagi.
4. Melakukan supervisi kepala ruangan dan katim secara terstruktur
5. Melakukan post conference terkait kepala ruangan ke kepala tim guna mengetahui apa saja
yang sudah di lakukan oleh ketua tim dan perawat pelaksana
6. Menyusun rencana harian dan mengaplikasikan secara rutin.
BAB IV
PELAKSANAAN
Praktek manajemen yang dilakukan oleh kelompok, telah berusaha
menerapkan model MPKP Tim sebaik mungkin berdasarkan 4 pilar yang dimiliki
MPKP yaitu, Management Approach, Compensatory Reward, Profesional
Relationship, dan Patient Care Delivery (PCD). Adapun pelaksanaan MPKP
yang telah kami lakukan adalah sebagai berikut :
A. Pelaksanaan Kegiatan Pemecahan Masalah
Berdasarkan prioritas masalah yang disepekati, maka mahasiswa praktik
kelompok 3,4 dan 15 Profesi Ners Manajemen diruang Anturium RSD dr.
Soebandi Jember memberikan alternatif dari beberapa masalah yang
didapatkan, yaitu :
a. Mengusulkan penyusunan filosofi ruangan sebagai acuan atau pedoman
ruangan dalam menjalankan asuhan keperawatan.
b. Melakukan supervisi kepala ruangan secara terstruktur
c. Melakukan supervisi ketua tim secara terstruktur
d. Melakukan case conference sesuai dengan jadwal yang telah disepakati
bersama
e. Melakukan postconference terkait kepala ruangan dan ketua tim untuk
mengetahui apa saja yang sudah dilakukan oleh ketua tim dan perawat
pelaksana
f. Meningkatkan Kualitas Timbang terima dengan Melakukan pre conference antara
kepala ruangan dengan ketua tim dan perawat pelaksana yang telah di operkan oleh
perawat yang shift pada malam hari ke perawat yang shift pada pagi hari
B. Pemaparan Kegiatan
1. Menyusun filosofi bersama kelompok dengan mengusulkan ke kepala
ruangan.
Filosofi disusun sebagai pedoman perawat ruangan dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada pasien yang mencakup bio, psiko,
sosio dan spiritual sehingga pasien mampu mendapatkan keamanan,
keselamatan dan perawatan yang baik selama menjalani perawatan di RSD
dr. Soebandi Jember. Dalam pelaksanaannya mahasiswa profesi ners
mengusulkan filosofi kepada ruangan untuk di gunakan dalam ruangan.
Filosofi yang sudah disusun kelompok yaitu “ Memberikan pelayanan
kedokteran dan keperawatan dengan ikhlas tanpa memandang latar belakang
pasien”
2. Melakukan case conference dengan kepala ruangan, katim dan perawat
pelaksana
Kegiatan case conference dilaksanakan pada hari rabu tanggal 5 mei
2021 pukul 08.00 WIB melalui daring dan diikuti oleh pembimbing
akademik, pembimbing ruangan, perawat ruangan dan mahasiswa profesi
ners kelompok 3,4 dan 15. Kegiatan telah dilaksanakan dengan
mempresentasikan hasil pemberian asuhan keperawatan pada pasien
kelolaan dengan diagnosa medis CKD, hipertensi, anemia . Case conference
dilaksanakan dengan baik dan ada feedback antar anggota kelompok dan
pembimbing.
3. Melakukan timbang terima dengan memaksimalkan preconference
antara kepala ruangan , ketua tim dan perawat pelaksana
Kegiatan Role Play ini sudah dilakukan oleh mahasiswa profesi ners
sejak hari Jum’at tanggal 30 April 2021 yang diawali dengan shift pagi
kemudian dilanjutkan pada shift berikutnya sampai dengan tanggal 8 Mei
2021. Adapun mahasiswa praktik profesi manajemen keperawatan
melaksanakan Role Play yaitu:
NAMA JUM’AT SABTU MINGGU SENIN SELASA RABU KAMIS JUM’AT SABTU
Febita Bella Pratidila L S (PP) L S (Katim) L P (PP) L S (Karu) L
Yayuk Rahayuningtyas L S (Katim) L L S (PP) L S (Karu) L S (Katim 1)
Edi Santoso L P (PP) L S (PP) L P (Karu) L P (Katim) L
Seby Prasasti L P (PP) L L P (Karu) L S (PP) L S (Katim)
Mirah Susanti L P (Katim1) L P (Karu) L S (Katim 1) L S (PP) L
Yunita Riskiyawati P (Karu) L L L P (Katim 1) L P (PP) L P (PP)
Yulanda Irma Tiara P (Katim) L L P (PP) L S (PP) L P (Karu) L
Rizky Pradana P (PP) L L L S (Katim) L P (Karu) S (Katim1) L
Rungkut Rizaki L S (Karu) L P (PP) L S (Karu) P (Katim) L L
Riska Handayani S (Katim) L L L S (PP) L L P (PP) P (Karu)
Firda Devi Candranita S (PP) L L S (Karu) L P (Katim) L L P (Katim)
Gunawan Tri Sutrisno S (Karu) L L L P (PP) L S (Katim) L S (PP)
Bambang Triono L P (Karu) L P (Katim) L S (PP) L P (PP) L
Pada kegiatan Role Play pada tanggal 30 April-8 Mei 2021 ini
dilakukan Timbang terima dan Pre Conference. Pada saat pelaksanaan Role
Play kepala ruangan memimpin kegiatan timbang terima dan memberikan
kesempatan kepada Ketua tim untuk melakukan pre conference, serta
menyusun rencana harian ketua tim. Seluruh rencana kerja tersebut telah
terlaksana.
Kegiatan supervisi ini telah dilakukan sesuai dari hasil analisa di desiminasi
awal Ruang Anturium RSD dr Soebandi Jember. Ketua tim diruangan ini
sebenarnya sudah melakukan supervisi, namun ketika masa pandemi supervisi
tidak dilakukan secara sering. Sehingga praktikan mahasiswa melaksanakan
kegiatan ini sesuai dengan SOP yang sudah ditetapkan di ruangan yang
kemudian kepala tim mampu menilai terkait kinerja perawat pelaksana dalam
memberikan tindakan keperawatan.
Kegiatan ini sudah dilakukan sejak tanggal 30 April-8 Mei 2021 sesuai
dengan jadwal role play yang sudah disepakati kelompok. Pada pelaksanaannya
mahasiswa tidak mengalami kesulitan karena sudah ada SOP yang digunakan
sebagai pedoman. Pada tanggal 30 April 2021 telah dilakukan supervisi ROM
pasif dan injeksi pada pasien kelolaan, kemudian tanggal, kemudian tanggal 4
Mei 2021 telah dilakukan supervisi pemasangan tranfusi darah PRC dan semua
tindakan sudah dilaksanakan sesuai SOP.
Kegiatan ini sudah kelompok praktikan lakukan sejak role play tanggal
30 April 2021 hingga akhir shift pada tanggal 8 Mei 2021 yaitu setiap kepala
ruangan, ketua tim dan perawat pelaksana menuliskan rencana harian sesuai
peran di masing-masing shift kemudian di jadikan satu sebagai dokumentasi
pembukuan perawat ruangan.
BAB V
EVALUASI
A. Evaluasi Struktur
1. Jumlah mahasiswa Profesi Ners yang tergabung dalam kelompok 3,4
dan 15 yaitu sebanyak 13 mahasiswa
2. Mahasiswa praktik Profesi Ners telah dibentuk struktur organisasi yang
terdiri atas ketua, wakil ketua, sekertaris, bendahara, K.A analisis data
dan prioritas, K.A pengelolaan data, K.A desiminasi awal, K.A role
play, K.A case conference, dan K.A desiminasi akhir. Dimana
pembentukan struktur ini bertujuan untuk mempermudah proses
kegiatan yang akan dilakukan selama praktik profesi manajemen
keperawatan.
3. Selain itu juga telah dibentuk struktur organisasi ruangan yang terdiri
atas kepala ruangan, ketua tim I, ketua tim II, dan perawat pelaksana.
4. Pengumpulan data dilakukan oleh kelompok 3,4 dan 15 pada tanggal
26-27 April 2021 di Ruang Anturium RSD. Dr. Soebandi Jember.
B. Evaluasi Proses
Evaluasi kegiatan role play MPKP metode tim yang telah dilakukan oleh
mahasiswa Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Jember dalam menjalani praktik departemen manajemen
keperawatan kelompok 3,4, dan 15 di Ruang Anturium RSD. Dr.
Soebandi Jember, yaitu melakukan rencana tindak lanjut dari
permasalahan yang ada dalam kegiatan role play, antara lain menyusun
filosofi yaitu” Memberikan pelayanan kedokteran dan keperawatan
dengan ikhlas tanpa memandang latar belakang pasien” bersama
kelompok dengan mengonsulkan kepada kepala ruangan, melakukan case
conference dengan kepala ruangan, ketua tim, dan perawat pelaksana,
melakukan role play timbang terima dengan memaksimalkan Pre-post
Conference antara kepala ruangan, ketua tim, dan perawat pelaksana,
melakukan supervisi kepala ruangan, ketua tim, dan perawat pelaksana
secara terstruktur, menyusun rencana harian kepala ruangan, ketua tim,
dan perawat pelaksana. Kegiatan tersebut dilaksanakan pada tanggal 30
April – 08 Mei 2021, dimana kegiatan role play yang dilakukan telah
sesuai dengan MPKP yaitu dengan metode tim. Kegiatan ini diikuti oleh
13 mahasiswa yang berperan sebagai kepala ruangan, ketua tim, dan
perawat pelaksana sesuai dengan jadwal role play yang telah disepakati
kelompok.
C. Evaluasi Hasil
1. Penyusunan filosofi
Kegiatan case conference ini dilaksanakan pada hari rabu tanggal 05 Mei
2021 pukul 09.00 WIB via daring yang diikuti oleh pembimbing
akademik, pembimbing ruangan, perawat ruangan dan mahasiswa
Profesi Ners kelompok 3,4 dan 15. Kegiatan case conference ini
dilaksanakan dengan mempresentasikan hasil pemberian asuhan
keperawatan pada pasien kelolaan dengan diagnosa medis CKD,
hipertensi, anemia. Case conference dapat dilaksanakan dengan baik dan
lancar, serta terdapat beberapa masukan atau respon antar anggota
kelompok dan pembimbing klinik ataupun pembimbing akademik.
Kegiatan role play timbang terima ini dilaksanakan oleh kelompok 3,4,
dan 5 mahasiswa Profesi Ners sejak tanggal 30 April-05 Mei 2021 yang
diawali dengan shift pagi dan kemudian dilanjutkan oleh shift siang.
Kegiatan role play timbang terima ini diikuti oleh kepala ruangan, ketua
tim, dan perawat pelaksana sesuai dengan jadwal role play yang telah
disepakati kelompok. Ketika pelaksanaan role play kepala ruangan
memimpin kegiatan timbang terima ini dan memberikan kesempatan
kepada ketua tim untuk menyampaikan atau melaporkan keadaan,
kondisi, dan situasi pasien beserta lingkungan. Setelah dilakukan
timbang terima antar shift kemudian dilanjutkan dengan pre conference,
yaitu pengulasan kembali terkait dengan program lanjutan yang akan
dilakukan. Kemudian juga dilakukan post conference dimana kepala
ruangan akan menanyakan terkait dengan program apa saja yang telah
dilakukan selama shift kepada penanggung jawab shift .
JADWAL KEGIATAN KELOMPOK 3,4 DAN 15 DEPARTEMEN MANAJEMEN KEPERAWATANFAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER RUANG ANTURIUM RSD dr. SOEBANDI JEMBER
APRIL-MEI 2021
No. Kegiatan Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu
26 27 28 29 30 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1. Pengumpulan
Data
2. Menganalisa
Data
3. Merumuskan
Masalah
4. Menentukan
Prioritas
Masalah
5. Menyusun
Rencana
Kegiatan
Penyelesaian
Masalah
6. Diseminasi
Awal
7. Melakukan
Roleplay
8. Diseminasi
Akhir
9. Melakukan
Kegiatan
Penyelesaian
Masalah
10. Pengumpulan
Laporan
11 Supervisi
. Injeksi
12. Supervisi
Tranfusi PRC
13. Supervisi
Rawat Luka
Gangren
14. Supervisi
16. Supervisi
17. Supervisi
Edi Santoso S L P L P L
(PP) (Karu) (PP)
Seby Prasasti L P L S L S
(Karu) (PP) (Katim)
Mirah susanti P L S L S L
(Karu) (Katim 1) (PP)
Yunita Riskiyawati L P L P L P
(Katim 1) (PP) (PP)
Yulanda Irma Tiara P L S L P L
(PP) (PP) (Karu)
Rizky Pradana L S L P S L
(Katim) (Karu) (Katim1)
Rungkut Rizaki P L S P L L
(PP) (Karu) (Katim)
Riska Handayani L S L L P P
(PP) (Katim) (Karu)
Firda Devi Candranita S L P L L P
(Karu) (Katim) (Katim)
Gunawan Sutrisno L P L S L S
(PP) (Katim) (PP)
Bambang Triono P L S L P L
(Katim ) (PP) (PP)
JADWAL ROLE PLAY
NAMA JUM’AT SABTU MINGGU SENIN SELASA RABU KAMIS JUM’AT SABTU
Febita Bella Pratidila L S (PP) L S (Katim) L P (PP) L S (Karu) L
Yayuk Rahayuningtyas L S (Katim) L L S (PP) L S (Karu) L S (Katim 1)
Edi Santoso L P (PP) L S (PP) L P (Karu) L P (Katim) L
Seby Prasasti L P (PP) L L P (Karu) L S (PP) L S (Katim)
Mirah Susanti L P (Katim1) L P (Karu) L S (Katim 1) L S (PP) L
Yunita Riskiyawati P (Karu) L L L P (Katim 1) L P (PP) L P (PP)
Yulanda Irma Tiara P (Katim) L L P (PP) L S (PP) L P (Karu) L
Rizky Pradana P (PP) L L L S (Katim) L P (Karu) S (Katim1) L
Rungkut Rizaki L S (Karu) L P (PP) L S (Karu) P (Katim) L L
Riska Handayani S (Katim) L L L S (PP) L L P (PP) P (Karu)
Firda Devi Candranita S (PP) L L S (Karu) L P (Katim) L L P (Katim)
Gunawan Tri Sutrisno S (Karu) L L L P (PP) L S (Katim) L S (PP)
Bambang Triono L P (Karu) L P (Katim) L S (PP) L P (PP) L
STRUKTUR ORGANISASI ROLE PLAY TIMBANG TERIMA
KEPALA RUANGAN
Rizky Pradana,S.Kep
KEPALA RUANGAN
Mirah Susanti,S.Kep
KETUA
RIZKY PRADANA
SEKERTARIS BENDAHARA
YULANDA IRMA T. FIRDA DEVI C.
KAMAR KAMAR
R. KARU RUANG MANDI MANDI
ISTIRAHAT PERAWAT PASIEN
PERAWAT
RUANG PERAWAT RUANG DISKUSI
KAMAR
BED 5 BED 6 BED 7 BED 8 BED 9 BED BED BED BED
MANDI 10 11 12 13
PASIEN
R
U
A
N
G
T
I
N
D
A
K
A GUDANG
N TABUNG O2
BED 4 BED 3 BED BED BED BED BED BED BED BED
2 1 19 18 17 16 15 14
SOP PRE CONFERENCE DAN POST
CONFERENCE RUANG ANTURIUM
RSD dr. SOEBANDI
4. Pelaksanaan :
Dalam penerapan sistem MPKP, operan dilaksanakan
oleh perawat jaga sebelumnya kepada perawat yang
mengganti jaga pada shift berikutnya.
Perihal : Undangan
No : A01/Fikes/Profesi Ners/2021
Lampiran :-
Kepada Yth.
Kepala Ruangan Anturium
Di Tempat
Dengan Hormat,
Bersamaan dengan berjalannya praktik Profesi Ners State Manajemen Keperawatan
Kelompok 3, 4 dan 15 Prodi Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Jember di Ruang Anturium RSD Dr. Soebandi Jember, maka dengan ini
kami mengharapkan kehadiran bapak/ ibu pada :
Hari/ Tanggal : Kamis, 29 April 2021
Jam : 08.00 WIB
Tempat : Daring Via Zoom Meeting
(Meeting ID 745 837 7066, Passcode MANAJEMEN)
Acara : Desiminasi Awal Manajemen Keperawatan
Demikian surat undangan ini, kami ucapkan terima kasih.
Perihal : Undangan
No : A01/Fikes/Profesi Ners/2021
Lampiran :-
Kepada Yth.
Kepala Tim Anturium
Di Tempat
Dengan Hormat,
Bersamaan dengan berjalannya praktik Profesi Ners State Manajemen Keperawatan
Kelompok 3, 4 dan 15 Prodi Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Jember di Ruang Anturium RSD Dr. Soebandi Jember, maka dengan ini
kami mengharapkan kehadiran bapak/ ibu pada :
Hari/ Tanggal : Kamis, 29 April 2021
Jam : 08.00 WIB
Tempat : Daring Via Zoom Meeting
(Meeting ID 745 837 7066, Passcode MANAJEMEN)
Acara : Desiminasi Awal Manajemen Keperawatan
Demikian surat undangan ini, kami ucapkan terima kasih.
Perihal : Undangan
No : A01/Fikes/Profesi Ners/2021
Lampiran :-
Kepada Yth.
Pembimbing Akademik
Di Tempat
Dengan Hormat,
Bersamaan dengan berjalannya praktik Profesi Ners State Manajemen Keperawatan
Kelompok 3, 4 dan 15 Prodi Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Jember di Ruang Anturium RSD Dr. Soebandi Jember, maka dengan ini
kami mengharapkan kehadiran bapak/ ibu pada :
Hari/ Tanggal : Kamis, 29 April 2021
Jam : 08.00 WIB
Tempat : Daring Via Zoom Meeting
(Meeting ID 745 837 7066, Passcode MANAJEMEN)
Acara : Desiminasi Awal Manajemen Keperawatan
Demikian surat undangan ini, kami ucapkan terima kasih.
c. Post Conference
5. SUPERVISI ( 30 APRIL-8 MEI 2021 SHIFT PAGI DAN SIANG)
Disusun Oleh:
1. Febita Bella Pratidila (2001032003)
2. Yayuk Rahayuningtyas (2001032007)
3. Edi Santoso (2001032016)
4. Seby Prasasti Ritaningsih (2001032017)
5. Mirah Susanti Kartika (2001032010)
6. Yunita Riskiyawati (2001031003)
7. Yulanda Irma Tiara (2001031004)
8. Rizky Pradana (2001031025)
9. Rungkut Rizaki (2001031044)
10. Riska Handayani (2001031007)
11. Firda Devi Candranita (2001031008)
12. Gunawan Tri Sutrisno (2001031026)
13. Bambang Triono (2001031045)
2. Etiologi
Penyebab gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis di Indonesia tahun
2000 menunjukkan glomerulonefritis menjadi etiologi dengan prosentase tertinggi
dengan 46,39%, disusul dengan diabetes melitus dengan 18,65%, obstruksi dan
infeksi dengan 12,85%, hipertensi dengan 8,46%, dan sebab lain dengan 13,65%
(Sudoyo, 2006 dalam Rahayu, 2019).
Penyebab yang paling sering muncul adalah:
1. Diabetes Melitus Kadar gula darah yang tinggi dapat menyebabkan diabetes
melitus.
Jika kadar gula darah mengalami kenaikan selama beberapa tahun, hal ini dapat
menyebabkan penurunan fungsi ginjal (WebMD, 2015).
2. Hipertensi Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol dapat menjadi penyebab
penurunan fungsi ginjal dan tekanan darah sering menjadi penyebab utama
terjadinya CKD (WebMD, 2015).
Kondisi lain yang dapat merusak ginjal dan menjadi penyebab CKD antara lain:
1. Penyakit ginjal dan infeksi, seperti penyakit ginjal yang disebabkan oleh kista
2. Memiliki arteri renal yang sempit.
3. Penggunaan obat dalam jangka waktu yang lama dapat merusak ginjal. Seperti
obat Non Steroid Anti Inflamation Drugs (NSAID), seperti Celecoxib dan
Ibuprofen dan juga penggunaan antibiotik (WebMD, 2015).
3. Tanda Gejala
1. Hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivasi sistem renin-
angiotensin-aldosteron), pitting edema (kaki, tangan, sakrum), edema periorbital,
Friction rub perikardial, pembesaran vena leher.
2. Warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering, bersisik, pruritus, ekimosis, kuku
tipis dan rapuh, rambut tipis dan kasar.
3. Krekels, sputum kental dan liat, napas dangkal, pernapasan Kussmaul
4. Napas berbau amonia, ulserasi dan pendarahan pada mulut, anoreksia,
mual,muntah, konstipasi dan diare, pendarahan saluran gastrointestinal
5. Kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi, kejang, kelemahan tungkai, panas
pada telapak kaki, perubahan perilaku
6. Kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang, foot drop
7. Amenore dan atrofi testikuler
Pada gagal ginjal kronik akan terjadi rangkaian perubahan. Bila GFR menurun 5-10%
dari keadaan normal dan terus mendekati nol, maka pasien akan menderita syndrome
uremik, yaitu suatu kompleks gejala yang diakibatkan atau berkaitan dengan retensi
metabolik nitrogen akibat gagal ginjal. Dua kelompok gejala klinis dapat terjadi pada
sindrom uremik, yaitu :
1. Gangguan fungsi pengaturan dan ekskresi; kelainan volume cairan dan elektrolit,
ketidakseimbangan asam basa, retensi metabolit nitrogen serta metabolit lainya,
serta anemia akibat defisiensi sekresi ginjal (eritropoeitin).
2. Gabungan kelainan kardiovaskuler, neuromuskuler, saluran cerna, dan kelainan
lainya (dasar kelainan system ini belum banyak diketahui).
Manifestasi klinis menurut (Smeltzer, 2001; 1449) di dalam (Oktaviani, 2017) antara
lain hipertensi, (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivitas system
reninangiotensi-aldosteron), gagal jantung kongestif dan udem pulmoner (akibat
cairan berlebihan) dan perikarditis (akibat iritasi pada lapisan pericardial oleh toksik,
pruritis, anoreksia, mual, muntah, cegukan, kedutan otot, kejang, perubahan tingkat
kesadaran, tidak mampu berkonsentrasi.
4. Klasifikasi
Menurut Kidney Disease Outcome Quality Initiative merekomendasikan
pembagian CKD berdasarkan stadium dari tingkat penurunan LFG (Laju Filtrasi
Glomerolus):
Stadium 1: kelainan ginjal yang ditandai dengan albuminaria persisten dan LFG yang
masih normal (> 90 ml / menit / 1,73 m2)
Stadium 2: Kelainan ginjal dengan albuminaria persisten dan LFG antara 60 -89
mL/menit/1,73 m2),
Stadium 3: kelainan ginjal dengan LFG antara 30-59 mL/menit/1,73 m2),
Stadium 4: kelainan ginjal dengan LFG antara 15-29mL/menit/1,73 m2)
Stadium 5: kelainan ginjal dengan LFG < 15 mL/menit/1,73 m2 atau gagal ginjal
terminal (Pebriyana, 2015 dalam Rustandi, 2018).
Peningkatan
Iskemia
tekanan
ginjal
Nefron rusak
GFR turun
CKD
Penurunan fungsi Peningkatan Tidak mampu Sekresi
ekskresi ginjal retensi Na & H2O mengekskresi asam (H) eritropoitin turun
Anoreksia mual
Edema paru Suplai O2 jaringan
muntah
turun
Gangguan
Intake turun pertukaran gas Kelelahan otot Kelelahan otot
kandung kemih
Defisit nutrisi
Intoleransi
Retensi Urine aktivitas
8. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada CKD adalah sebagai berikut:
1. Hipervolemia berhubungan dengan penurunan haluran urin dan retensi cairan dan
natrium.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan alveolus sekunder
terhadap adanya edema pulmoner.
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi paru.
4. Defisit nutrisi dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia mual muntah.
5. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai O2 dan nutrisi
ke jaringan sekunder.
6. Retensi urin berhubungan dengan kerusakan arkus reflex.
7. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan anemia, retensi produk sampah
dan prosedur dialysis.
9. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
Hipervolemia b.d penurunan Volume cairan pasien menurun setelah Observasi:
haluaran urin dan retensi cairan dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Kaji status cairan ; timbang berat badan,
dan natrium. 3x24 jam. keseimbangan masukan dan haluaran, turgor
kulit dan adanya edema
Kriteria Hasil: 2. Identifikasi sumber potensial cairan
1. Terbebas dari edema, efusi, 3. Rekam tanda vital: berat badan, denyut nadi,
anasarka pernapasan, dan tekanan darah untuk
2. Bunyi nafas bersih,tidak adanya mengevaluasi respon terhadap terapi.
dipsnea Terapeutik:
3. Memilihara tekanan vena sentral, 1. Batasi masukan cairan
tekanan kapiler paru, output 2. Ambil sampel darah dan meninjau kimia
jantung dan vital sign normal. darah (misalnya BUN, kreatinin, natrium,
pottasium, tingkat phospor) sebelum
perawatan untuk mengevaluasi respon
terhadap terapi.
3. Sesuaikan tekanan filtrasi untuk
menghilangkan jumlah yang tepat dari
cairan berlebih di tubuh pasien.
Edukasi:
1. Jelaskan pada pasien dan keluarga rasional
pembatasan cairan
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian cairan sesuai terapi.
Gangguan pertukaran gas b.d Pertukaran gas pasien meningkat setelah Observasi:
kerusakan alveolus sekunder dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Identifikasi pasien perlunya pemasangan
terhadap adanya edema pulmoner. 3x24 jam. alat jalan nafas buatan.
2. Monitor respirasi dan status O2
Kriteria Hasil : 3. Monitor rata – rata, kedalaman, irama dan
1. Mendemonstrasikan peningkatan usaha respirasi.
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
ventilasi dan oksigenasi yang 4. Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan,
adekuat. penggunaan otot tambahan, retraksi otot
2. Memelihara kebersihan paru paru supraclavicular danintercostal
dan bebas dari tanda tanda 5. Monitor suara nafas, seperti dengkur
distress pernafasan. 6. Monitor pola nafas : bradipena, takipenia,
3. Mendemonstrasikan batuk efektif kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes, biot
dan suara nafas yang bersih, tidak 7. Catat lokasi trakea.
ada sianosis dan dyspneu (mampu 8. Monitor kelelahan otot diagfragma (gerakan
mengeluarkan sputum, mampu paradoksis )
bernafas dengan mudah, tidak ada Terapeutik:
pursed lips). 1. Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift
4. Tanda tanda vital dalam rentang atau jaw thrust bila perlu.
normal 2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
ventilasi
3. Pasang mayo bila perlu.
4. Lakukan fisioterapi dada jika perlu.
5. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction.
6. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
tambahan.
7. Berikan pelembab udara.
8. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
keseimbangan.
Kolaborasi:
1. Berikan bronkodilator bial perlu.
2. Monitor AGD, tingkat elektrolit
Pola nafas tidak efektif Pola nafas pasien meningkat setelah Observasi:
berhubungan dengan hiperventilasi dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Monitor rata – rata, kedalaman, irama dan
paru 3x24 jam. usaha respirasi
2. Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan,
penggunaan otot tambahan, retraksi otot
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
Kriteria Hasil: supraclavicular dan intercostal
1. Peningkatan ventilasi dan 3. Monitor pola nafas : bradipena, takipenia,
oksigenasi yang adekuat kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes
2. Bebas dari tanda tanda distress Terapeutik:
pernafasan 1. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya crakles
3. Suara nafas yang bersih, tidak ada 2. Ajarkan pasien nafas dalam
sianosis dan dyspneu (mampu 3. Atur posisi senyaman mungkin
mengeluarkan sputum, mampu
Retensi urine berhubungan dengan Retensi urine pasien menurun setelah Observasi:
kerusakan arkus reflex. dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Periksa kondisi pasien (kesadaran, TTV,
3x24 jam. distensi kandung kemih, inkontinensia urine,
reflex berkemih)
Kriteria Hasil: 2. Identifikasi tanda dan gejala retensi urin
1. Adanya sensasi berkemih 3. dentifikasi faktor yang menyebabkan retensi
2. Tidak ada distensi kandung kemih urin
3. Jumlah urine 24 jam normal 4. Monitor eliminasi urine (frekuensi,
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
4. Anuria / olguria menurun konsistensi, aroma, volume, dan warna)
Terapeutik:
1. Batasi asupan cairan, jika perlu
2. Ambil sampel urine tengah (midstream) atau
kultur
3. Pemasangan selang kateter urine ke dalam
kandung kemih
Edukasi:
1. Ajarkan mengukur asupan cairan dan
haluaran urine
2. Ajarkan mengenali tanda berkemih dan
waktu yang tepat untuk berkemih
3. Anjurkan minum yang cukup,jika tidak ada
kontraindikasi
4. Ajarkan terapi modalitas penguatan otot-otot
panggul/perkemihan
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian obat supositoria
uretra, jika perlu
Fadilla, Ivan, Dkk. 2018. Klasifikasi Penyakit Chronic Kidney Disease (Ckd) Dengan
Menggunakan Metode Extreme Learning Machine (ELM). Jurnal Pengembangan
Teknologi Informasi Dan Ilmu Komputer, Volume 2 No 10.
Oktaviani, Marianne Lusi. 2017. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Chronic
Kidney Disease (Ckd) Di Irna Non Bedah Penyakit Dalam Wanita Rsup Dr. M.
Djamil Padang. Padang: Program Studi D Iii Keperawatan Padang.
Veronika, Erna & Hartono, Budi. 2019. Nilai Estimasi Glomerulus Filtration Rate (GFR)
Menggunakan Persamaan Cockcroft And Gault Pada Masyarakat Terpajan
Merkuri Di Area Pertambangan Emas Skala Kecil (PESK) Desa Lebaksitu
Kabupaten Lebak Banten. Forum Ilmiah, Volume 16 Nomor 2.
FORM KEP MEDIKAL BEDAH
A. Identitas Klien
Nama : Tn. M Suami / Istri / Orang tua :
Umur : 46 tahun Nama : Ny. S
Jenis Kelamin : laki-laki Pekerjaan : Petani
Agama : Islam Alamat : Pontang Utara Ambulu
Suku / Bangsa : Jawa/ Indonesia
Bahasa : Jawa, Indonesia Penanggung jawab :
Pendidikan : SMA Nama : Ny. S
Pekerjaan : Petani Alamat : Pontang Utara Ambulu
Status : Menikah Sumber
Alamat : Pontang Utara Ambulu Biaya : BPJS NonPBI
B. Keluhan Utama
Badan lemas
C. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien terjadwal Hemodialisis regular dua kali seminggu, saat datang ke RSD dr Soebandi
tanggal 26 April 2021 jam 11.00 wib pasien mengeluh sesak, nyeri ulu hati dan badan
terasa lemas, terapi yang diberikan di RSD dr Soebandi adalah dilakukan Hemodialis
kemudian pasien dipindahkan di ruang Anturium. Pada saat dirawat klien mengeluh badan
terasa lemas, mual, muntah dan tidak selera makan, sering haus
D. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mempunyai riwayat penyakit Diabetes mellitus sejak tahun 2012, riwayat penyakit TB
paru tahun 2015 dan penyakit gagal ginjal sejak 2019, pasien menjalani program Hemodialis
rutin 2 x/minggu di RSD dr. Soebandi. Klien sudah melakukan HD selama 1 setengah tahun.
Riwayat Alergi : tidak ada
Riwayat Sakit : tidak ada
Riwayat Pemakaian Obat : obat-obatan dari dokter
Lain-lain: tidak ada
E. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak ada keluarga yang memilki riwayat DM, HT sebelumnya
Genogram :
Keterangan :
X = meninggal
= Perempuan
= Laki-laki
= pasien
H. Pola Kebiasaan
1. Pola nutrisi dan metabolism
Skreening Gizi (MST)
1. Adakah penurunan berat badan 6 bulan 2. Asupan makan menurun/tidak nafsu
terakhir makan
√ Tidak ada (Skor 0) √ Tidak (Skor 0) □ Ya (Skor 1)
□ Tidak yakin/tahu (Skor 1)
/baju longgar Hasil
□ Ada, berapa Penurunannya □ < 2 = tidak beresiko mal nutrisi
□ 1-5 Kg (Skor 1) □ 11-15 Kg (Skor 3) □ ≥ 2 = beresiko mal nutrisi
Dok Prodi Ners Ke6p-10 Kg (Skor 2) □ >15 Kg (Skor 4)
□
FIKes UNMUH Jember
FORM KEP MEDIKAL BEDAH
2. Pola eliminasi
BAK
Frekuensi : pasien jarang BAK, 1 x sehari
Jumlah : hanya 2 tetes
Karakteristik : warna seperti teh
Alat Bantu : tidak ada
BAB
Frekuensi : 2x sehari
Jumlah :
Karakteristik :
3. Pola aktifitas
Aktivity Daily Living (Mandiri, dibantu sebagian, dibantu total)
Makan/minum : sebelum sakit Mandiri dan sesudah sakit dibantu sebagian
Berpakain : sebelum sakit Mandiri dan sesudah sakit dibantu sebagian
Toileting : sebelum sakit Mandiri dan sesudah sakit dibantu sebagian
Mobilisasi di tempat tidur : sebelum sakit Mandiri dan sesudah sakit dibantu sebagian
Berpindah : sebelum sakit Mandiri dan sesudah sakit dibantu sebagian
Ambulasi : sebelum sakit Mandiri dan sesudah sakit dibantu sebagian
Respon tubuh terhadap aktifitas (-)
4. Pola istirahat – tidur
Sebelum sakit tidak ada gangguan tidur, durasi tidur + 8 jam, sesudah sakit pasien tidak ada
gangguan tidur
5. Pola kognitif dan persepsi sensori
Tidak ada gangguan pada pola kognitif dan persepsi sensori
6. Pola konsep diri
Citra Tubuh : tidak ada gangguan
Identitas Diri : tidak ada gangguan
Harga diri : klien kurang percaya diri
Ideal Diri : tidak ada gangguan
Peran Diri : klien tidak bisa mencari nafkah untuk keluarganya
7. Pola fungsi seksual – seksualitas
Tidak ada kelainan
I. Pemeriksaan Fisik
1. Status kesehatan umum Keadaan / penampilan umum : cukup
Kesadaran : CM G C S : 456
BB sebelum sakit : 70 kg T B : 170 cm
Tanda– tanda Vital :
TD : 140/80mmHg Suhu : C
N : 88 x/mnt RR : 22 x/mnt
Pasien tampak malas makan, Pasien tampak lemah
Input:
- Makan dan minum: 250
- Parenteral : 581
- IWM = 350 x 1,81 x 5 = 131
24 jam
ouput
- BAK: 1 cc
- IWL = 700 x 1,81 x 5 = 263
24 jam
Balance cairan :
962- 264 = + 698
3. Thorax (dada)
Pemeriksaan Paru Pemeriksaan Jantung
Inspeksi: simetris, tidak ada retraksi otot dada Inspeksi: ictus cordis tidak terlihat
Perkusi : sonor Palpasi: ictus cordis teraba di ICS ke 4 mid
clavicula sinistra
Palpasi: tidak ada benjolan yang abnormal
Perkusi : pekak
Auskultasi: vesikuler, ronki (-), wheezhing (-) Auskultasi: S1 S2 tunggal
4. Abdomen
Inspeksi: tidak ada luka
Auskultasi: bising usus 10 x/menit
Palpasi: tidak ada massa pada ke-empat kuadran abdomen
Perkusi: suara timpani, asites (+)
5. Tulang belakang
Tidak ada kelainan, lesi (-), bentuk simetris
6. Ekstrimitas
Terdapat odema pada kedua kaki, pergerakan bebas, akral teraba dingin
7. Integumen
Kulit tampak pucat dan kering, turgor 3 detik
8. Genetalia dan anus
Tidak ada lesi, pendarahan (-)
9. Pemeriksaan neurologis
No PemeriksaanSyaraf Hasil
1. Syaraf Olfaktorius Klien dapat mencium bau
2. Syaraf Optikus Klien dapat melihat dengan baik
3. Syaraf N.Okulomotor, N.Troklearis, Reflek Cahaya +/+, Pupil 3/3
N.Abdusen
4. Syaraf Trigeminus Klien tidak ada paralisis
5. Syaraf Facialis Tidak ada perubahan motorik/
kelumpuhan
6. Syaraf Vestibulo-Koklearis Klien tidak ada tuli
7. Syaraf Glosofaringeus dan Vagus Klien tidak ada mual muntah
8. Syaraf Aksesorius Klien tidak ada kaku kuduk
9. Syaraf Hipoglosus Lidah klien simteris
FORM KEP MEDIKAL BEDAH
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Darah lengkap
Hb 5,4 gr/dl
Leukosit 5,8 109/L
Hitung jenis -/-/-/71/20/9
Hematocrit 16,1 %
Trombosit 149 109/L
2. Faal Hati
Bilirubin direk 0,20 mg/dl
Bilirubin total 0,57 mg/dl
SGOT 63 U/L
SGPT 169 U/L
Albumin 3,3 gr/dl
3. Gula darah sewaktu 176 mg/dl
4. Elektrolit
Natrium 140,1 mmol/L
Kalium 3,52 mmol/L
Clorida 100,6 mmol/L
Calcium 2,76 mmol/L
5. Faal Ginjal
Kreatinin Serum 5,2 mg/dl
BUN 35 mg/dl
Urea 74 mg/dl
Asam Urat 1,9 mg/dl
TERAPI
1. Infus PZ 7 tpm
2. Injeksi Ceftriaxone 1x1 gram
3. Injeksi Antrain 3 x 1 ampul
4. Peroral Amlodipin 5 mg 1 x 1
5. Tranfusi PRC 1 kolf/hari pre Lasix 1 ampul
6. HD regular setiap hari Senin dan Kamis jam 10.00 wib
FORM KEP MEDIKAL BEDAH
ANALISA DATA
NO Tanggal/jam DATA FOKUS ETIOLOGI MASALAH
1. 27-4-21 DS: Penurunan Perfusi perifer tidak
08.00 Pasien mengatakan Kosentrasi
efektif
badan terasa lemas Hemoglobin
DO:
Kulit dan
konjungtiva tampak
anemis
CRT 3 detik
Akral dingin
Kadar Hb 5,4 gr/dl
Edema kaki (+)
TD 140/90 mmhg
Nadi 88 x/menit
Suhu 36,7ºC
RR 22 x/menit
DS:
2. 27-4-21 Risiko defisit nutrisi
Pasien mengatakan Faktor
08.00
sering mual, muntah dan psikologis
tidak selera makan (Keengganan
DO: untuk
Pasien tampak makan)
malas makan
Hanya mampu
menghabiskan ¼
porsi makan
yang disajikan
Pasien tampak
lemah
Muntah (+)
Bising usus 10
x/menit
Membrane
mukosa tampak
pucat
Bibir kering dan
pecah-pecah
Kadar albumin
3,3 gram %
FORM KEP MEDIKAL BEDAH
4 27-4-21 DS: klien merasa putus asa Kondisi penyakit Distres spiritual
08.00 karena penyakit yang kronis
diderita saat ini tidak
sembuh-sembuh, klien
merasa lelah dengan
pengobatan yang dijalani
DO:
- Klien tidak
melaksanakan
ibadah dengan
rutin karena
merasa putus asa
teradap
penyakitnya
PRIORITAS DIAGNOSA
No Diagnosa Keperawatan
1 Perfusi perifer tidakefektif b.d Penurunan Kosentrasi Hemoglobin
2 Hipervolemia b.d Gangguan mekanisme regulasi
3 Distres spiritual b.d Kondisi penyakit kronis
4 Risiko defisit nutrisi b.d Faktor psikologis (Keengganan untuk makan)
FORM KEP MEDIKAL BEDAH
INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
Perfusi perifer tidak efektif yang Perfusi perifer pasien meningkat setelah . Observasi:
berhubungan dengan Penurunan dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Monitor TTV dan kadar HB
Kosentrasi Hemoglobin 3x24 jam. 2. Inspeksi kulit dan Palpasi anggota badan
3. Monitor status cairan intake dan output
Kriteria Hasil: Terapeutik:
1. Membran mukosa merah muda 4. Lakukan penilaian secara komprehensif
2. Kulit dan Conjunctiva tidak fungsi sirkulasi periper. (cek nadi
anemis priper,oedema, kapiler refil, temperatur
3. Akral hangat ekstremitas).
4. TTV dalam batas normal. 5. Atur posisi pasien, ekstremitas bawah lebih
5. Tidak ada edema rendah untuk memperbaiki sirkulasi.
6. Hemoglobin dalam batas normal 6. Evaluasi nadi, oedema
Edukasi:
7. Memberikan informasi kepada keluarga
tentang efek transfusi
Kolaborasi:
8. Berikan therapi tranfusi PRC 1 kolf/hari .
Risiko Defisit nutrisi kurang Nutrisi pasien meningkat setelah Observasi:
dari kebutuhan tubuh b.d d dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Monitor adanya mual dan muntah
Faktor psikologis (Keengganan 3x24 jam. 2. Monitor adanya kehilangan berat badan dan
untuk makan) perubahan status nutrisi.
Kriteria Hasil: 3. Monitor kadar albumin
1. Nafsu makan meningkat 4. Monitor intake nutrisi dan kalori klien.
2. Tidak terjadi penurunan BB
3. Masukan nutrisi adekuat Terapeutik:
4. Menghabiskan porsi makan 5. Tingkatkan intake makanan tinggi kalori
5. Hasil lab normal (albumin, 6. Sajikan makanan dalam kondisi hangat.
kalium) 7. Berikan diet yang mengandung
tinggi serat untuk mencegah konstipasi.
8. Anjurkan makan sedikit tapi sering
FORM KEP MEDIKAL BEDAH
Edukasi:
12. Informasikan pada pasien dan keluraga
tentang manfaat nutrisi
Kolaborasi:
13. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam
pemberian diet sesuai terapi
Distres spiritual b.d Kondisi penyakit Tujuan: distres spiritual pasien teratasi Observasi:
kronis setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. perasaan yang dialami pasien
selama3x24 jam. 2. klien dapat menerima atau tidak terhadap
Kriteria hasil: penyakitnya
- klien dapat megungkapkan 3. klien dapat melakukan ibadah secara rutin
perasaan tenang Terapeutik:
- klien dapat menerima penyakitnya 4. berikan kesempatan klien utuk
- klien dapat melakukan ibadah mengepresikan perasaannya terhadap
secara rutin penyakitnya saat ii
5. sedikan privasi dan waktu tenang untuk
aktivitas spiritual
6. fasilitasi untuk melakukan ibadah
Edukasi:
7. Ajarkan pasien untuk berzikir
Kolaborasi:
8. Atur kunjungan dengan rohaniawan
jika diperlukan
FORM KEP MEDIKAL BEDAH
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
TANGGAL TINDAKAN CATATAN PERKEMBANGAN
/ JAM
27/04/2021 DX 1
1. Melakukan pemeriksaan S:
08.00 WIB TTV Pasien mengeluh badan masih terasa
2. Melakukan Injeksi lemas
Ceftriaxone 1 x 1 gram O:
3. Melakukan injeksi Antrain - Kulit dan konjuntiva anemis
3 x 1 ampul berkurang
12.00 WIB 4. Melakukan pemeriksaan - Akral hangat
TTV - CRT 2 detik
5. Mengobservasi keadaan - TTV : TD: 150/80 mmHg
umum klien N: 84x/menit
6. Melakukan peghitungan RR: 20x/menit
urine yang keluar S : 370C
7. Memberi posisi semifowler A : Masalah teratasi sebagian
15.00 WIB
8. Menganjurkan klien untuk P : Intervensi dilanjutkan
meningkatkan porsi makan
9. Menganjurkan klien untuk DX 2
makan sedikit-sedikit tapi S:
sering Pasien mengatakan masih merasa mual
10. Melakukan Pemeriksaan dan tidak nafsu makan
TTV O:
11. Melakukan injeksi Antrain 3 - Porsi makan hanya ¼ porsi
x 1 ampul - Tampak tidak nafsu makan
12. Memberikan tranfusi darah - Intake nutrisi belum adekuat
PRC 1 kolf - TTV : TD: 150/80 mmHg
13. Melakukan edukasi terkait N: 84x/menit
efek transfusi RR: 20x/menit
16.00 WIB 14. Mengobservasi reaksi S : 370C
tranfusi A : Masalah belum teratasi
15. Kaji status cairan ; timbang P : Intervensi dilanjutkan
berat badan, keseimbangan
masukan dan haluaran, DX 3
turgor kulit dan adanya S: Pasien mengatakan sering haus
edema O:
16. Identifikasi sumber - Bibir kering pecah-pecah
potensial cairan - Odem bagian ekstermitas bawah
17. Rekam tanda vital: berat - Asites minimalis
badan, denyut nadi, - Kulit kering
pernapasan, dan tekanan - Turgor kulit 3detik
darah untuk mengevaluasi - TTV : TD: 150/80 mmHg
respon terhadap terapi. N: 84x/menit
18. Batasi asupan cairan RR: 20x/menit
19.Memberikan terapi permet S : 370C
karet xylitol A : Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
FORM KEP MEDIKAL BEDAH
berzikir O:
23. Observasi terhadap Klien sudah mulai mencoba melaksanakan
perasaan yang dialami ibadah secara rutin
pasien, klien dapat A: masalah teratasi
menerima atau tidak P: hentikan intervensi
terhadap penyakitnya, klien
dapat melakukan ibadah
secara rutin
Jurnal Keperawatan Silampari
Volume 3, Nomor 1, Desember 2019
e-ISSN: 2581-1975
p-ISSN: 2597-7482
DOI: https://doi.org/10.31539/jks.v3i1.820
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh pemberian
permen karet xylitol pada pasien CKD. Jenis penelitian ini adalah eksperimen
kuantitatif dengan desain pre post test design dengan jumlah sampel yang diambil
sebanyak 20 responden. Kesehatan Mulut responden diukur dengan menggunakan
kuesioner OHIP dengan skala likert dan skoring. Hasil penelitian didapatkan ada
perbedaan kesehatan mulut sebelum dan setelah diberikan permen karet xylitol dengan
nilai ρ value < 0.05. Simpulan, pemberian permen karet Xylitol berpengaruh terhadap
kesehatan mulut (xerostomia) pasien CKD.
ABSTRACT
The purpose of this study was to determine whether there is an influence of xylitol gum
administration in CKD patients. This type of research is a quantitative experiment with
a pre post test design with a total sample of 20 respondents. Oral health of respondents
was measured using the OHIP questionnaire with a Likert scale and scoring. The
results showed there were differences in oral health before and after being given xylitol
gum with a value of ρ value <0.05. Conclusion, administration of Xylitol gum affects the
oral health (xerostomia) of CKD patients.
PENDAHULUAN
World Health Oranization (WHO) memperkirakan bahwa lebih dari 346 juta
orang di seluruh dunia mengidap diabetes. Jumlah ini kemungkinan akan lebih dari dua
kali lipat pada tahun 2030 tanpa intervensi. Hampir 80% kematian diabetes terjadi di
Negara berpenghasilan rendah dan menengah. Menurut laporan WHO, India saat ini
mempunyai jumlah terbesar didunia dengan lebih dari 32 juta klien dengan diabetes
mellitus dan jumlah ini diprediksikan meningkat menjasi 79,4 juta pada tahun 2030
(WHO, 2016). Diabetes mellitus kini tumbuh menjadi masalah kesehatan dunia,
International Diabetes Federation (IDF) menunjukkan prevalensi DM didunia dari 371
juta kasus pada 2012 meningkat 55% menjadi 592 juta pada 2035 (IDF, 2015).
302
2019. Jurnal Keperawatan Silampari 3 (1) 302-311
303
2019. Jurnal Keperawatan Silampari 3 (1) 302-311
Xerostomia akan terjadi ketika aliran saliva menurun hingga 50% dari sekresi
normal. Penurunan curah saliva menyebabkan berubahnya komposisi pada saliva seperti
bikarnonat, fosfat dan urea yang berkurang sehingga menyebabkan penurunan kapasitas
bufferI saliva yang menghasilkan menurunnya pH (Pinna, Campus, Cumbo, Mura &
Milia, 2015). Apabila terjadi peningkatan ataupun penurunan volume saliva, maka akan
diikuti dengan peningkatan atau penurunan pH saliva sebesar 78,5%. Meningkatnya
sekresi saliva menyebabkan meningkatnya volume dan mengencerkan saliva yang
diperlukan untuk proses penelanan dan lubrikasi. Peningkatan sekresi saliva juga
meningkatkan jumlah dan kandungan saliva, seperti bikarbonat yang dapat
meningkatkan pH. Sebaliknya menurunnya sekresi saliva akan menurunkan jumlah dan
susunan kandungan saliva yang dapat menyebabkan menurunnya pH saliva
(Marasabessy, 2013).
Peranan saliva dalam rongga mulut sangat penting, maka perlu diupayakan
penanggulangan terhadap penurunan curah saliva pada penderita diabetes mellitus yang
dapat dilakukan dengan merangsang mastikasi, terutama dengan menggunakan permen
karet xylitol. Salah satu bahan kimia yang telah diteliti dan terbukti efektif dalam
menginduksi produksi saliva dan aman bagi penderita diabetes mellitus tipe 2 adalah
xylitol. Xylitol telah dibuktikan dalam berbagai study klinis sebagai suatu stabilizer
insulin alami yang sangat lambat dimetabolisme dan tidak menyebabkan perubahan
glukosa secara drastis, sehingga permen karet yang mengandung xylitol baik digunakan
sebagai pembersih rongga mulut (Rara Astria, 2014).
Saliva berperan penting bagi kesehatan rongga mulut. Fungsi saliva yang penting
dan sangat jelas yaitu saat makan, untuk mengecap dan menjadi pelumas bagi makanan
dan melindungi mukosa dan gigi, air, dan glikoprotein menjadi pelumas bagi makanan
dan membantu proses menelan. Saliva juga penting untuk persepsi rasa yang normal.
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi komposisi saliva adalah laju aliran saliva.
Sekresi saliva yang menurun akan menyebabkan rasa ketidaknyamanan pada rongga
mulut, nyeri, peningkatan tingkat karies gigi dan infeksi mulut, serta kesulitan berbicara
dan menelan makanan, sehingga asupan gizi pun menurun diikuti dengan penurunan
berat badan. Keluhan-keluhan yang muncul akibat xerostomia ini dapat mempengaruhi
kesehatan mulut yang nantinya akan mempengaruhi tingkat kualitas hidup pula (Rizky,
2013).
Salah satu bahan kimia yang telah diteliti dan terbukti efektif dalam menginduksi
produksi saliva adalah xylitol yang digunakan dalam bentuk produk permen karet. Pada
penelitian sebelumnya, terbukti bahwa permen karet yang mengandung Xylitol dapat
bermanfaat untuk merangsang produksi saliva, meningkatkan pH plak dan saliva,
sehingga sangat baik digunakan sebagai pembersih rongga mulut (Rizky, 2013).
Mengonsumsi produk yang mengandung xylitol adalah salah satu alternatif untuk
memelihara kesehatan gigi dan mulut. Xylitol adalah pemanis alami yang bermanfaat
dalam menekan jumlah bakteri mulut, menghambat pertumbuhan plak, mencegah
keasaman plak, dan mempercepat proses pembentukan kembali mineral gigi. Xylitol
telah terbukti mampu menjaga kesehatan mulut dengan cara menekan jumlah bakteri
yang dapat menyebabkan gigi berlubang. Sehubungan dengan pernyataan tersebut, kini
xylitol telah banyak diaplikasikan dalam banyak produk kesehatan seperti permen karet,
obat kumur, dan pasta gigi (Agrianthy, 2014).
Pada tahun 1983, JFCFA (suatu komite gabungan antara WHO dan FAO)
memutuskan bahwa xylitol merupakan pemanis yang aman untuk dikonsumsi, sehingga
xylitol banyak diproduksi dalam bentuk permen karet. Xylitol merupakan pemanis yang
304
2019. Jurnal Keperawatan Silampari 3 (1) 302-311
aman bagi penderita Diabetes Mellitus dan hiperglikemia, sehingga banyak digunakan
dan xylitol diabsorsi lebih lambat daripada gula biasa karena memiliki indeks glikemik
yang sangat rendah yaitu 7, sedangkan gula biasa memiliki indeks glikemik sampai 90
dan dilepaskan ke dalam darah 13 kali lebih cepat dibanding xylitol (Sari, 2011).
Pemberian permen karet yang mengandung xylitol mempunyai efek menstimulasi
produksi saliva. Permen karet bebas gula adalah cara yang sangat praktis untuk
merangsang saliva. Banyak penelitian didunia yang mendukung tentang efek
mengunyah permen karet bebas gula. Pemberian permen karet yang mengandung xylitol
sesudah makan makanan yang mengandung karbohidrat, mempunyai efek
meningkatkan buffer saliva dan mempunyai efek menurunkan akumulasi plak,
mengurangi pertumbuhan bakteri, meningatkan kesehatan gusi dan gigi, dan mencegah
bau mulut (Dewi, 2008).
Kesehatan mulut menurut World Health Organization (WHO) memiliki arti bebas
dari nyeri kronik pada rongga mulut dan wajah, kanker rongga mulut dan tenggorokan,
luka pada rongga mulut, kelainan kengenital seperti bibir atau palatum sumbing,
penyakit periodontal, kerusakan dan kehilangan gigi, dan penyakit atau gangguan
lainnya yang mempengaruhi rongga mulut (Amelia, 2012).
Berdasarkan uraian diatas, xerostomia dapat menimbulkan berbagai keluhan yaitu
mukosa mulut kering, nyeri serta kesulitan mengunyah dan menelan. Pada penelitian
sebelumnya hanya melihat kesehatan mulut terhadap kualitas hidup orang yang
menderita xerostomia.
METODE PENELITIAN
Rancangan penelitian yang digunakan adalah one group pretest postest, rancangan
ini tidak ada kelompok pembanding (kontrol), tetapi dilakukan pretest sebelum diberi
perlakuan yang memungkinkan menguji perubahan- perubahan yang terjadi setelah
adanya eksperimen. Sampel pada penelitian ini berjumlah 20 orang.
Variabel Kesehatan Mulut diukur menggunakan kuesioner Oral Health Impac
Profile (OHIP) menggunakan kuesioner oral health impac profile-14 (OHIP-14) yang
dikembangkan menjadi 15 pertanyaan. Oral health impac profile dikembangkan
bertujuan untuk memberikan ukuran komprehensif tentang disfungsi, ketidak nyamanan
dan kecacatan yang disebabkan oleh kondisi mulut. Oral health impac profile
dikembangkan bertujuan untuk memberikan ukuran komprehensif tentang disfungsi,
ketidak nyamanan dan kecacatan yang disebabkan oleh kondisi mulut. Pertanyaan untuk
menilai kesehatan mulut pada penelitian ini diukur dengan skala likert yang terdiri dari
15 pertanyaan meliputi kesulitan dalam mengucapkan kata/kalimat (berbicara) karena
permasalahan pada rongga mulut; tidak dapat mengecap rasa dengan baik; pernah
merasakan sakit pada rongga mulut; merasa tidak nyaman saat mengunyah makanan;
merasa tegang karena permasalahan pada rongga mulut; merasa tidak puas dengan
makanan yang dikonsumsi; harus berhenti secara tiba-tiba saat sedang mengunyah
makanan; mengalami kesulitan untuk merasa rileks/santai; merasa malu karena
permasalahan pada rongga mulut; Apakah Anda pernah menjadi mudah tersinggung
karena permasalahan mulut kering; merasa hidup kurang memuaskan; merasa susah
untuk melakukan apapun; merasa kurang percaya diri karena mengalami permasalahan
mulut kering saat kumpul bersama; pernah menggunakan obat untuk menghilangkan
mulut kering; merasa kekeringan mulut yang di alami sekarang mengganggu aktivitas.
305
2019. Jurnal Keperawatan Silampari 3 (1) 302-311
Kuesioner ini menggunakan skala likert yaitu skor 0 untuk pilihan pernyataan
tidak pernah (TP), skor 1 untuk pilihan pernyataan sangat jarang (SJ), skor 2 untuk
pilihan pernyataan kadang-kadang (KK), skor 3 untuk pilihan pernyataan sering (S), dan
4 untuk pilihan pernyataan sangat sering (SS). Skor yang diperoleh kemudian
dijumlahkan dan dibandingkan dengan skor maksimal sehingga didapat nilai kesehatan
mulut responden yaitu untuk kesehatan mulut baik dengan skor (0-30) dan skor (31-60)
untuk kesehatan mulut rendah. Pemberian permen karet xylitol diberikan kepada
responden sebanyak 38 buah untuk dikunyah 15 menit setelah makan pagi pukul 08:00,
makan siang pukul 13:00 dan makan malam pukul 19:00 selama 7 hari dengan waktu
pengunyahan 5 menit.
HASIL PENELITIAN
Analisis Univariat
Tabel. 1
Karakteristik Pasien CKD dengan Xerostomia
Berdasarakan Usia (n = 20)
Tabel. 3
Skor Kesehatan Mulut Sebelum dan Setelah Intervensi
Pemberian Permen Karet Xylitol
306
2019. Jurnal Keperawatan Silampari 3 (1) 302-311
Hasil analisis data pada tabel 3 di atas didapatkan bahwa rata-rata skor kesehatan
mulut responden sebelum intervensi pemberian permen karet xylitol adalah
50,20,sedangkan setelah intervensi meannya menurun menjadi 26,65. Rentang
kepercayaan diyakini 95% (CI 95%) pada tabel diatas menunjukkan rata-rata skor
kesehatan mulut responden sebelum intervensi pemberian permen karet xylitol berada
pada rentang 48,30-52,10, sedangkan skor kesehatan mulut setelah intervensi berada
pada rentang 25,93 – 27,37. Hasil analisis menunjukkan bahwa terjadi perbedaaan rata-
rata skor kesehatan antara sebelum dan setelah intervensi pemberian permen karet
xylitol, yaitu terjadi penurunan skor yang menunjukkan bahwa kesehatan mulutnya
dalam rentang kategori baik
Analisis bivariat
Tabel. 4
Analisis Rata-Rata Kesehatan Mulut Sebelum dan Setelah Intervensi
Pemberian Permen Karet Xylitol
PEMBAHASAN
Karakteristik Usia
Hasil penelitian diketahui diketahui karakteristik usia responden sebagian besar
kategori, usia 46-55 tahun (lansia awal) lebih banyak mengalami CKD dengan
Xerostomia yang berjumlah 12 orang (60%). Seiring dengan bertambahnya usia, organ
tubuh mengalami penurunan fungsi atau bahkan kegagalan dalam menjalankan
fungsinya.
Hal ini sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa proses menua yang
berlangsung setelah usia 30 tahun mengakibatkan perubahan anatomis, fisiologis dan
biokimia. Perubahan dimulai dari tingkat sel, belanjut pada tingkat jaringan dan
akhirnya pada tingkat organ yang dapat mempengaruhi fungsi homeostatis (Setiati,
2014).
Menurut Smeltzer, Bare & Hinkle (2008) pada kasus penyakit ginjal kronis
cenderung meningkat pada usia dewasa karena proses perjalanan penyakitnya yang
bersifat kronis dan progresif. Semakin bertambahnya usia secara bersamaan fungsi
renal dan traktus urinarius serta fungsi tubulus termasuk kemampuan reabsorbsi akan
berkurang. Setelah usia 40 tahun laju filtrasi glomerulus akan mengalami penurunan
secara progresif kurang dari 50% dari normalnya hingga usia 70 tahun (Arfany,
Armiyati & Kusuma, 2014).
Pertambahan usia akan memengaruhi anatomi, fisiologi dan sitologi pada ginjal
(Tjekyan, 2014; Prakash, 2009). Setelah usia 30 tahun, ginjal akan mengalami atrofi
dan ketebalan kortek ginjal akan berkurang sekitar 20% setiap dekade. Perubahan lain
307
2019. Jurnal Keperawatan Silampari 3 (1) 302-311
yang akan terjadi seiring dengan bertambahnya usia berupa penebalan membran basal
glomerulus, ekspansi mesangium glomerular dan terjadinya deposit protein matriks
ekstraselular sehingga menyebabkan glomerulosklerosis (Tjekyan, 2014; Hsieh, 2009).
Meningkatnya usia seseorang tentu saja akan memberikan dampak pada
penurunan fungsi-fungsi tubuh sehingga semakin rentan terhadap penyakit. Usia juga
berpengaruh pada prognosis suatu penyakit dan harapan hidup, usia responden
penderita gagal ginjal kronik yang lebih dari 50 tahun tentunya lebih mudah untuk
terjadi komplikasi dibandingkan dengan dengan penderita yang usianya dibawah 40
tahun (Putri, 2014; Bosniawan, 2018).
Jenis Kelamin
Hasil penelitian diketahui bahwa jumlah responden perempuan lebih banyak
jumlahnya dari pada responden laki-laki yaitu 12 orang (60%) perempuan dan 8 orang
(40%) laki-laki. Penelitian yang dilakukan oleh Arida, Azam & Handayani (2017)
menjelaskna bahwa secara statistik terdapat hubungan yang bermakna antara jenis
kelamin dengan kejadian PGK pada pasien hipertensi. Tapi pasien yang lebih banyak
mengalami PGK adalah laki-laki.
Secara klinik laki-laki mempunyai risiko mengalami penyakit ginjal kronik 2 kali
lebih besar dari pada perempuan. Hal ini dimungkinkan karena perempuan lebih
memperhatikan kesehatan dan menjaga pola hidup sehat dibandingkan laki-laki,
sehingga laki-laki lebih mudah terkena penyakit ginjal kronik dibandingkan perempuan.
Perempuan lebih patuh dibandingkan laki-laki dalam menggunakan obat karena
perempuan lebih dapat menjaga diri mereka sendiri serta bisa mengatur tentang
pemakaian obat (Pranandari, Supadmi, 2015).
308
2019. Jurnal Keperawatan Silampari 3 (1) 302-311
SIMPULAN
Pemberian permen karet Xylitol berpengaruh terhadap kesehatan mulut
(xerostomia) pasien CKD.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa intervensi menggunakan permen
karet xylitol dalam upaya untuk meningkatkan kesehatan mulut pada pasien yang
menjalani Hemodialisa. Hal ini bisa dijadikan pertimbangan alternative pada saat
melakukan intervensi keperawatan yang dapat dilakukan oleh perawat.
SARAN
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai evidance based
practice dan menambah wawasan baru baik untuk pengajar maupun mahasiswa
sehingga menjadi bahan pengembangan materi dan bisa diterapkan dalam aplikasi
bagian dari intervensi mandiri keperawatan dan memasukkan dalam sub pokok
bahasan Keperawatan Medikal Bedah khususnya materi intervensi pemberian
permen karet xylitol dalam peningkatan kesehatan mulut (xerostomia) pada pasien
CKD.
Penelitian ini diharapkan menjadi data dasar untuk penelitian berikutnya
khususnya mengenai intervensi pada pasien CKD dan penelitian selanjutnya tidak
hanya menggunakan metode kuantitatif tetapi juga kualitatif untuk mendapatkan
informasi yang mendalam dengan mix methods. Selain itu diharapkan penelitian
selanjutnya menggunakan sampel yang lebih besar dan menggunakan kelompok
kontrol sebagai pembanding.
DAFTAR PUSTAKA
Agrianthy, Erlinda. (2014). Pengaruh Permen Karet Xylitol terhadap Plak Gigi:
Fakultas Kedokteran Gigi. Universitas Sumatera Utara
Amelia. E. (2012). Hubungan Faktor Sosial Ekonomi & Faktor yang Tidak Bisa
Dimodifikasi Terhadap Diabtes Melitus Pada Lansia dan Prelansia di Kelurahan
Depok Jaya, Depok, Jawa Barat Pada Tahun 2012. Skripsi. Depok: Universitas
Indonesia
American Diabetes Association (ADA). (2018). American Diabetes Association
Standards Of Medical Care In Diabetes—2018. https://diabetesed.net
American Diabetes Association. (2017). “Standards of Medical Care in Diabetes 2017”.
Vol. 40. USA: ADA
309
2019. Jurnal Keperawatan Silampari 3 (1) 302-311
310
2019. Jurnal Keperawatan Silampari 3 (1) 302-311
Veiga, N. (2016). The Influence of Chronic Disease in the Oral Health of the Elderly.
Health Sciences Departemen Portuguesecatholic University
World Health Organization. (2016). Diabetes Fakta dan Angka. Diabetes di Dunia.
Retrieved from
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rj
a&uact=8&ved=0ahUKEwi8gs2Cv4LZAhXMs48KHQCuA9oQFggwMAA&url
=http%3A%2F%2Fwww.searo.who.int%2Findonesia%2Ftopics%2F8-whd2016-
diabetes-facts-and-numbers-indonesian.pdf&usg=AOvVaw0k4OGXSwGUF
Yuswir, A. R. R & Rahayu, S. Y. (2014). Pengaruh Pemberian Permen Karet yang
Mengandung Xylitol terhadap Curah dan pH Saliva pada Lansia Penderita
Diabetes Mellitus Tipe 2. Jurnal Media Medika Muda
311
STRATEGI KOPING DENGAN PENDEKATAN SPIRITUAL PADA PASIEN
CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) YANG MENJALANI HEMODIALIS : STUDI
FENOMENOLOGI
Coping Strategies with Spiritual Approaches in Chronic Kidney Disease (CKD) Patients
Undergoing Hemodialysis: Phenomenology
Abstrak
Pendahuluan: Stress yang dihadapi oleh pasien dengan CKD yang menjalani
hemodialisis dapat berakibat pada pemburukan kondisi pasien sehingga penting
adanya upaya dalam mengatasi stress yang dialami atau mekanisme koping.
Tujuan penelitian ini adalah mengeksplorasi mekanisme koping dengan
pendekatan spiritual pasien CKD yang menjalani hemodialisis. Penelitian ini
Riwayat artikel merupakan studi fenomenologi deskriptif. Metode: Metode pengumpulan data
Diajukan: 5 Agustus 2019 dilakukan dengan wawancara mendalam. Partisipan dalam penelitian ini
Diterima: 28 Maret 2020 berjumlah 15 orang yang berasal dari unit hemodialisis dengan kriteria partisipan
berusia lebih dari 25 tahun, menjalani hemodialisis lebih dari 3 bulan, kesadaran
compos mentis dan reguler menjalani hemodialisa 2-3 kali seminggu. Data yang
diperoleh dianalisis dengan pendekatan Colaizzi. Hasil: Dari hasil analisis
Penulis Korespondensi: penelitian di temukan 2 tema yang mencerminkan fenomena yang diteliti. Tema-
- Supriyono tema tersebut antara lain adalah pendekatan sipritual dan pendekatan medis.
- Fakultas Keperawatan, Diskusi: Pendekatan spiritual lebih dominan dilakukan oleh partisipan dan
Universitas Airlangga merasakan manfaat dari pendekatan tersebut sehingga penting dilakukan
supriyonorsuhaji70@gm intervensi berbasis spiritual untuk mengatasi stress yang dialami oleh pasien CKD
ail.com yang menjalani hemodialisis.
(Supriyono,et al 2020)
Jurnal Ilmiah Keperawatan (Scientific Journal of Nursing), Vol 6, No 1, Tahun 2020
Indonesia sebesar (0,2%) dari penduduk perlu dilakukan pendekatan secara spiritual
indonesia. Jika saat ini penduduk Indonesia dalam meningkatkan kualitas hidup pasien
sebesar 252.124.458 jiwa maka terdapat penyakit ginjal kronik yang menjalani
504.248 jiwa yang menderita penyakit ginjal hemodialisis baik dari keluarga maupun
kronik. Hanya (60%) dari pasien penyakit tenaga medis yang mendampingi pasien dalam
ginjal kronik stadium V tersebut yang menjalani proses hemodialisis (Ottaviani et
menjalani terapi dialisis. Di provinsi Sumatera al., 2014). Penelitian ini dilakukan dengan
Barat prevalensi penyakit ginjal kronik yaitu pendekatan fenomenologi karena ingin
(0,2%) dari pasien penyakit ginjal kronik di mengeksplorasi mekanisme koping dengan
Indonesia mencakup pasien yang yang pendekatan spiritual pasien yang menjalani
menjalani pengobatan terapi pengganti ginjal, hemodialisis. Selain itu, dengan menggunakan
dialisis peritoneal, dan hemodialisis. pendekatan fenomenologi akan diperoleh
Hemodialisis adalah terapi yang paling sering informasi baru yang lebih banyak dan
dilakukan pada pasien penyakit ginjal kronik komprehensif serta mendalam terkait
diseluruh dunia, termasuk di Pasien dengan spiritualitas pada pasien.
PGK seringkali mengalami stress akibat
proses penyakit yang dialami sehingga METODE
dibutuhkan mekanisme koping yang baik Penelitian ini kualitatif fenomenologi,
dalam mengatasinya. Mekanisme koping sampel dalam penelitian ini sebanyak 15
seringkali identik dengan spiritualitas orang partisipan yang dipilih secara
seseorang. Model holistik mengatakan bahwa purposive sampling sesuai dengan kriteria
semua penyakit yang memiliki komponen inklusi kriteria partisipan berusia lebih dari 25
psikosomatik, dan biologis, faktor psikologis, tahun, menjalani hemodialisis lebih dari 3
sosial, dan spiritual selalu berkontribusi dalam bulan, kesadaran compos mentis dan reguler
gejala- gejala penyakitnya (Arafah et al., menjalani hemodialisa 2-3 kali seminggu.
2017). Dimensi spiritual dalam model bio- Saturasi data telah tercapai pada 10
psiko-sosial-spiritual menggabungkan partisipan namun untuk memperoleh variasi
spiritual dalam konteks yang lebih luas yaitu mendalam peneliti mengambil 15 partisipan.
nilai-nilai, makna dan tujuan hidup. Sebagai Pengumpulan data dilakukan melalui
perawat yang bertugas di ruang hemodialisa wawancara mendalam (in depth inteview)
diharapkan mampu memanfaatkan kekuatan secara tatap muka sebanyak 1-2 kali
spiritualitas, merawat kesehatan fisik, dilaksanakan selama 30-60 menit di ruang
pikiran, dan jiwa, serta berusaha untuk hemodialisa. Proses wawancara
menciptakan kondisi budaya organisasi yang menggunakan panduan berisi pertanyaan
menumbuhkan spiritualitas. Sebagai langkah terbuka, alat perekam suara dan catatan
utama mengupayakan penyembuhan adalah lapangan. Analisis data menggunakan
menciptakan lingkungan yang berusaha tahapan langka dari Colaizzi (1978) sebagai
memahami spiritualitas yang nantinya akan berikut hasil wawancara ditranskripkan
mempengaruhi kehidupan pasien yang verbatim, kemudian dianalisis secara
menjalani hemodialisis (E. C. Fradelos et al., bersamaan. Selanjutnya menentukan
2015). Spiritualitas mengandung pengertian kategori dan pengkodean dan menyusun
hubungan manusia dengan Tuhannya dengan secara terstruktur membentuk subsub tema
menggunakan medium sholat, puasa, zakat, dan tema utama yang berkaitan dengan
haji, doa dan sebagainya. Selain itu, tujuan penelitian. Mengkonfirmasi kategori
komponen spiritualitas juga terdiri dari yang teridentifikasi pada rekan peneliti yang
hubungan manusia dengan alam, hubungan lain kemudian mengklarifikasi deskripsi
dengan dirinya sendiri dan hubungan dengan tema kepada partisipan untuk divalidasi.
orang lain. Banyak peneliti juga berpendapat
bahwa masalah spiritual merupakan masalah
yang sangat penting bagi pasien yang HASIL
menderita penyakit kronik yang mengancam Sebagian besar partisipan merupakan
jiwa, untuk itu perlu pendekatan dengan suku jawa dan menikah. Nilai URR partisipan
model biopsikososial-spiritual dalam merawat bervariasi mulai 65.07%-84.09%. tingat
pasien gangguan spiritualitas akan pendidikan bervariasi dan yang terbanyak
menyebabkan gangguan berat secara yaitu SMA 8 partisipan. Berdasarkan
psikologis termasuk keinginan bunuh diri pekerjaan partisipan terbanyak adalah tidak
(Mailani and Cholina, no date). Untuk itu
(Supriyono,et al 2020)
Jurnal Ilmiah Keperawatan (Scientific Journal of Nursing), Vol 6, No 1, Tahun 2020
Temuan tema dalam penelitian ini adalah pasrah, berdoa dan berdzikir seperti dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 2. Temuan tema
No Tema Sub Tema
1 Kepasrahan 1. Menerima sakit
2. Ikhlas
2 Mendekatkan diri pada Tuhan 1. Berdoa
2. Berdzikir
3. Shalat
(Supriyono,et al 2020)
Jurnal Ilmiah Keperawatan (Scientific Journal of Nursing), Vol 6, No 1, Tahun 2020
besar dari sekarang, namun partisipan tidak bisa bahwa selalu solat tepat waktu dan tidak pernah
mensyukurinya. meninggalkan solatnya. Selain menjalankan
Ekspresi spiritual lainnya berupa rasa solat partisipan juga meningkat kegiatan
pasrah. Partisipan pasrah dan ihlas menerima spiritual dengan terus memuja Tuhan dengan
kondisi apa adanya. Partisipan juga mengatakan berzikir, mengikuti kegiatan keagamaan di
sudah takdirnya cuci darah dan ihlas menjalani mesjid, yang mana sebelum dinyatakan gagal
karena sudah nasib partisipan. Hasil penelitian ginjal hal ini tidak pernah dilakukan. Partisipan
ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan juga menungkapkan bahwa sekarang ini lebih
oleh Gibson (1995) terhadap 20 orang klien memikirkan kehidupan untuk bekal akhirat dan
yang menjalani hemodialisis, dimana berusaha untuk berbuat baik sesama manusia
ditemukan kategori yang sama yaitu pasrah (E. Fradelos et al., 2015).
kepada Tuhan. Ungkapan lain dari partisipan Partisipan lain mengatakan bahwa
terkait dengan ekspresi spiritual adalah setelah dinyatakan gagal ginjal dan menjalani
partisipan mengatakan kondisi klien membuat hemodialisis, partisipan merasakan lebih
klien menjadi lebih meningkat dalam bersyukur, karena dengan kondisi saat ini
menjalankan ibadah. Dengan kondisi yang membuat partisipan lebih dekat dengan sang
dihadapi, partisipan merasa lebih meningkat pencipta, merasa Tuhan sayang padanya,
dalam hal kualitas ibadah. karena masih diberi kesempatan untuk
Hasil penelitian ini menemukan makna beribadah dan bertobat. Partisipan mengatakan
baru yang dirasakan oleh partisipan setelah di kalau seandainya tidak sakit seperti ini,
diagnosis gagal ginjal tahap akhir dan harus partisipan tidak tahu berapa banyak dosanya,
menjalani hemodialisis yaitu merasa kualitas karena saat sehat betapa banyak nikmat yang
spiritual meningkat. Taylor, Lilis & Lemone diberikan oleh Tuhan kepadanya tapi partisipan
mengatakan spiritualitas adalah segala sesuatu tidak mensyukurinya. Dengan kondisi saat ini
yang menyinggung tentang hubungan manusia partisipan menyadarinya dan bersyukur atas
dengan sumber kekuatan hidup atau yang maha nikmat yang diberikan oleh Tuhan kepadanya,
memiliki kekuatan; Spiritualitas adalah proses rasa syukur itu diwujudkan oleh partisipan
menjadi tahu, cinta dan melayani Tuhan; dengan lebih mendekatkan diri kepada
spiritualitas adalah suatu proses yang melewati Tuhan(Crockett et al., 2018).
batas tubuh atau fisik dan pengalaman energy Seseorang akan memperoleh manfaat
universal, dimana agama bisa merupakan yang besar ketika seseorang menggunakan
bagian dari spiritualitas (E. C. Fradelos et al., kepercayaannya sebagai kekuatan yang dapat
2015). Sedangkan Craven & Hirnle memberikan dukungan pada kesehatannya. Hal
mengatakan spiritualitas adalah kualitas atau ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh
kehadiran dari proses meresapi atau memaknai, salah seorang partisipan, dimana partisipan
integritas dan proses yang melebihi kebutuhan mengatakan bahwa dengan lebih mendekatkan
biopsikososial, sementara menurut Murray & diri kepada Tuhan yaitu dengan menjalankan
Zentner inti dari spiritual adalah kualitas dari solat tahajut ditengah malam, partisipan
suatu proses menjadi lebih religius, berusaha merasakan bahwa keluhan fisik (acites) akibat
mendapatkan inspirasi, penghormatan, dari penyakitnya menjadi berkurang, sehingga
perasaan kagum, memberi makna dan tujuan partisipan merasa bahwa semakin dekat dengan
yang dilakukan oleh individu yang percaya Tuhan membuat dirinya semakin yakin bahwa
maupun yang tidak percaya kepada Tuhan Tuhan sayang padanya (Ottaviani et al., 2014).
(Rohini and Ezhilarasu, 2016). Partisipan mengatakan bahwa kualitas
Pada penelitian ini didapatkan hasil hidup secara spiritual dirasakan lebih
bahwa semua partisipan mengatakan lebih meningkat dengan cara mendekatkan diri
mendekatkan diri kepada Tuhan dibandingkan kepada Tuhan dan berbuat baik. Meningkatnya
sebelum mengalami gagal ginjal dan kualitas spiritual dalam hal ini ketaatan
hemodialisis. Mendekatkan diri kepada Tuhan partisipan dalam menjalankan ibadah sangat
dilakukan oleh partisipan dengan menjalankan berpengaruh terhadap mekanisme coping dari
aturan agama dan tidak berbuat hal yang partisipan, sehingga partisipan lebih mudah
dilarang oleh agama yang diyakininya(Abbasi beradaptasi dan menerima penyakitnya . Hal ini
et al., 2017). Partisipan mengungkapkan didukung oleh hasil penelitian dimana dari hasil
dengan kondisinya saat ini merasa bahwa lebih penelitian dikatakan bahwa klien yang dirawat
sering beribadah, dimana sebelumnya partisian di rumah sakit berbasis agama memiliki
kadang sering meninggalkan solat, namun mekanisme coping lebih baik dibandingkan
dengan kondisi saat ini partisipan mengatakan
dengan pasien yang dirawat di rumah sakit 27(October), pp. 354–358. doi:
tentara (Roberti et al., 2018). 10.5455/msm.2015.27.354-358.
Mailani, F. and Cholina, T. S. (no date)
KESIMPULAN DAN SARAN ‘Pengalaman Spiritualitas pada Pasien
Kesimpulan Penyakit Ginjal Kronik yang
Mekanisme koping dengan pendekatan Menjalani Hemodialisis Spiritual
spiritual dirasakan oleh partisipan memberikan Experience of Chronic Renal Failure
dampak pada ketenangan jiwa dan raga Patient Undergoing Hemodialysis’,
sehingga tidak lagi dirasakan kecemasan yang 3(April 2015), pp. 11–17.
begitu mengganggu. Untuk itu sebagai langkah Ottaviani, A. C. et al. (2014) ‘Hope and
awal perawat dalam memberikan asuhan spirituality among patients with
keperawatan terkait kecemasan adalah dengan chronic kidney disease undergoing
pendekatan spiritual. hemodialysis : a correlational study 1’,
22(2), pp. 248–254. doi:
Saran 10.1590/0104-1169.3323.2409.
Pembekalan spiritual lebih banyak Rantakokko, M. and Wilkie, R. (2017) ‘The
dilakukan waktu awal pasien penyakit ginjal role of environmental factors for the
kronik menjalani hemodilisis melalui onset of restricted mobility outside the
bimbingan dari pembina rohani sehingga home among older adults with
meningkatkan koping dari pasien. osteoarthritis : a prospective cohort
study’, pp. 1–9. doi: 10.1136/bmjopen-
DAFTAR PUSTAKA 2016-012826.
Abbasi, M. et al. (2017) ‘Original Article’, Roberti, J. et al. (2018) ‘Work of being an
4(1), pp. 10–15. adult patient with chronic kidney
Arafah, M. et al. (2017) ‘PENGALAMAN disease : a systematic review of
SPRITUAL PASIEN KANKER qualitative studies’, pp. 1–29. doi:
KOLON DENGAN KOLOSTOMI 10.1136/bmjopen-2018-023507.
PERMANEN : STUDI Rohini, T. and Ezhilarasu, P. V (2016) ‘Lived
FENOMENOLOGI’, 2. Experience of Patients Undergoing
Carlson, L. E. et al. (2014) ‘Tailoring mind- Hemodialysis : Quality of Life
body therapies to individual needs: Perspective’, 3(2).
Patients’ program preference and Shahgholian, N. and Yousefi, H. (2018) ‘The
psychological traits as moderators of lived experiences of patients
the effects of mindfulness-based undergoing hemodialysis with the
cancer recovery and supportive- concept of care : a phenomenological
expressive therapy in distressed breast study’. BMC Nephrology, 4, pp. 1–7.
cancer survivors’, Journal of the
National Cancer Institute -
Monographs, 2014(50), pp. 308–314.
doi: 10.1093/jncimonographs/lgu034.
Crockett, J. E. et al. (2018) ‘A
Phenomenological Inquiry of Identity
Development, Same-Sex Attraction,
and Religious Upbringing’, 63(April),
pp. 91–109. doi: 10.1002/cvj.12075.
Fradelos, E. et al. (2015) ‘The Effect of
Spirituality on Quality of Life of
Patients with Chronic Kidney Disease
and Its Correlation with the Mental
Health Status and Cognitive
Perception for Their Illness . Study
Protocol’. doi: 10.4236/oalib.1101783.
Fradelos, E. C. et al. (2015) ‘INTEGRATING
CHRONIC KIDNEY DISEASE
PATIENT ’ S SPIRITUALITY IN
THEIR CARE : HEALTH BENEFITS
AND RESEARCH PERSPECTIVES’,