Anda di halaman 1dari 140

LAPORAN PRAKTIK MANAJEMEN KEPERAWATAN

DI RUANG ANTURIUM RSD dr.SOEBANDI JEMBER

Di Susun Oleh:

1. Febita Bella Pratidila,S.Kep (2001032003)


2. Yayuk Rahayuningtyas,S.Kep (2001032007)
3. Edi Santoso,S.Kep (2001032016)
4. Seby Prasasti Ritaningsih,S.Kep (2001032017)
5. Mirah Susanti Kartika,S.Kep (2001032010)
6. Yunita Riskiyawati,S.Kep (2001031003)
7. Yulanda Irma Tiara,S.Kep (2001031004)
8. Rizky Pradana ,S.Kep (2001031025)
9. Rungkut Rizaki,S.Kep (2001031044)
10. Riska Handayani,S.Kep (2001031007)
11. Firda Devi Candranita,S.Kep (2001031008)
12. Gunawan Tri Sutrisno,S.Kep (2001031026)
13. Bambang Triono,S.Kep (2001031045)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2021

1
2
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, kami panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan hidayah-Nya. Tidak lupa sholawat serta salam kami haturkan kepada Nabi Muhammad
SAW yang telah memberikan kemampuan, akal, dan kesempatan kepada kita dalam
berproses. Hanya karena izin-Nya kami dapat menyusun dan menyelesaikan laporan dengan
judul “Laporan Praktik Manajemen Keperawatan di Ruang Anturium RSD Dr. Soebandi
Jember”.
Dalam penyusunan laporan ini kami mendapatkan bimbingan, pengarahan dan
bantuan dari semua pihak secara langsung maupun tidak langsung. Dalam kesempatan ini,
kami menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada:
1. Dr. Hanafi, M.Pd, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Jember.
2. Ns. Sasmiyanto, S.Kep.,M.Kes, selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Jember.
3. Asmuji, S. KM., M. Kep. dan Ns. Dwi Yunita Haryanti, M.Kep, selaku Pembimbing
Akademik dan PJMK dalam praktik Manajemen Keperawatan.
4. Ns. Sujarwanto,S.Kep.,M.Si selaku pembimbing klinik selama kami praktik di stase
Manajemen Keperawatan.
5. Tim Ruang Anturium, Ketua Tim serta Perawat Pelaksana yang selalu memberikan
pengarahan dan pendampingan penuh dalam proses praktik di stase Manajemen
Keperawatan ini.
6. Rekan – rekan yang turut membantu dalam penyusunan laporan ini
Kami menyadari penyusunan laporan ini masih belum sempurna. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang akan dijadikan perbaikan di masa mendatang.
Semoga laporan ini bermanfaat.

Jember, 7 Mei 2021


Penyusun

3
DAFTAR ISI

Lembar Persetujuan ..................................................................................................... 2


Kata Pengantar ............................................................................................................. 3
DAFTAR ISI ................................................................................................................. 4
BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................................. 5
A. Latar Belakang ................................................................................................ 5
B. Tujuan............................................................................................................. 7
C. Manfaat ........................................................................................................... 8
D. Tempat dan Waktu .......................................................................................... 8
BAB II PENGKAJIAN DAN ANALISIS ..................................................................... 9
A. Hasil Pengkajian dan Analisa Situasi Ruang Anturium .................................... 9
B. Analisis Masalah Empat Pilar MPKP Berdasarkan Evaluasi Diri pilar 1:
pendekatan manajemen keperawatan (kepalaruangan) ..................................... 25
C. Identifikasi Masalah Ruang Anturium ............................................................. 45
D. Prioritas masalah ............................................................................................. 45
BAB III PERENCANAAN............................................................................................ 47
A. Tujuan PemecahanMasalah ..................................................................................... 47
B. Alternatif Pemecahan Masalah ................................................................................ 47
BAB IV PELAKSANAAN ............................................................................................ 49
A. Pelaksanaan Kegiatan Pemecahan Masalah ..................................................... 49
B. Pemaparan Kegiatan........................................................................................ 49
BAB V EVALUASI ....................................................................................................... 54
A. Evaluasi Struktur ............................................................................................. 54
B. Evaluasi Proses ............................................................................................... 54
C. Evaluasi Hasil ................................................................................................. 55
BAB VI PENUTUP ....................................................................................................... 58
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 58
B. Saran ................................................................................................................. 58
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 60
LAMPIRAN .................................................................................................................. 61

4
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan keperawatan merupakan pelayanan profesional sebagai bagian
integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu keperawatan yang dituju
kepada individu, keluarga, kelompok maupun masyarakat baik dalam kondisi sehat
maupun sakit (UU Keperawatan no. 38 tahun 2014). Tujuan pelayanan ini tentunya
untuk menerapkan keperawatan yang berkualitas sesuai dengan visi dan misi rumah
sakit, berbagai upaya telah dilakukan secara menyeluruh dan berkesinambungan.
Dalam pencapaian tujuan tersebut salah satunya adalah peningkatan mutu
keperawatan di rumah sakit, dimana dalam penerapan peningkatan mutu perlu adanya
manajemen keperawatan (Asmuji, 2012).
Tuntutan dan kebutuhan masyarakat yang semakin tinggi terhadap profesi
keperawatan perlu mendapatkan jawaban secara profesional. Menjawab secara
profesional menjadi prioritas utama tugas profesi keperawatan. Untuk dapat
memberikan jawaban secara professional, bidang keperawatan memerlukan suatu
perubahan dan peningkatan kompetensi baik dari aspek pengetahuan, sikap, maupun
psikomotor. Keberhasilan tujuan tersebut dapat menjadi penunjang, maka
memerlukan suatu pengelolaan atau manajemen keperawatan secara baik dan sesuai
prosedural.
Manajemen keperawatan merupakan suatu metode yang diterapkan untuk
mengelola asuhan keperawatan secara langsung kepada pasien diharapkan mampu
menjawab pertanyaan masyarakat terhadap profesi keperawatan, karena manajemen
keperawatan memiliki pendekatan-pendekatan ilmiah yang sesuai dengan teori
manajemen terkini. Sehingga setiap kegiatan dalam manajemen keperawatan akan
lebih mudah diterapkan dalam asuhan keperawatan.
Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf
keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional. Proses
manajemen keperawatan sejalan dengan proses keperawatan sebagai satu metode
pelaksanaan asuhan keperawatan secara profesional, sehingga diharapkan keduanya
dapat saling mendukung. Proses keperawatan sebagaimana manajemen keperawatan
terdiri atas pengumpulan data, identifikasi masalah, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi hasil (Nursalam, 2013).

5
Penerapan konsep manajemen menurut para pelaku yang terlibat dalam
manajemen keperawatan untuk selalu melaksanakan fungsi-fungsi manajemen
berdasarkan filosofi, visi, misi, tujuan, sesuai dengan kondisi pelayanan keperawatan
yang ada sehingga bentuk pelayanan keperawatan sejajar dengan tingkat kemajuan
pelayanan kesehatan yang terjadi. Berkaitan dengan itu pula lingkup manajemen
keperawatan yang terdiri dari manajemen operasional dan asuhan keperawatan perlu
dilaksanakan berdasarkan kepada stándar keperawatan. Upaya fasilitasi, koordinasi,
integrasi, dan penunjang perlu ditingkatkan melalui peningkatan komunikasi dan
pembinaan hubungan sehingga tujuan institusi yang telah ditetapkan dapat dicapai
melalui strategi manajemen keperawatan yang dapat mengantisipasi perkembangan
pelayanan keperawatan di masa mendatang.
Di dalam manajemen keperawatan terdapat suatu tugas khusus yang harus
dilaksanakan oleh perawat ataupun pengelola keperawatan untuk merencanakan,
mengorganisasikan, mengarahkan serta mengawasi sumber- sumber yang ada, baik
sumber daya maupun dana sehingga dapat memberikan pelayanan keperawatan yang
efektif baik kepada pasien, keluarga, dan masyarakat. Model Praktik Keperawatan
Profesional (MPKP) harus dapat di aplikasikan dalam tatanan pelayanan nyata di
rumah sakit.
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan oleh praktikan pada tanggal 26 April
2021 di Ruang Anturium RSD dr. Soebandi menerapkan model praktik keperawatan
profesional dengan metode tim. Menurut Huber (2010), Marquis & Huston (2012)
dikutip dalam Rusmianingsih (2012) dan Swansbrug (2000) Faktor yang
mempengaruhi dari metode tim yaitu kepemimpinan, komunikasi, koordinasi,
penugasan, motivasi dan supervisi. Sitorus (2006) mengatakan ketua tim sebagai
perawat profesional, harus mampu menggunakan berbagai teknik kepemimpinan dan
harus dapat membuat keputusan tentang prioritas perencanaan, supervisi, serta
evaluasi asuhan keperawatan. Ketua tim harus mampu mengontrol setiap
perkembangan pasien,keberhasilan asuhan keperawatan sangat ditentukan oleh ketua
tim yang profesional.
Pelaksanaan metode tim menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang
berbeda – beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap kelompok pasien.
Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim/group yang terdiri dari perawat profesional,
teknikal, dan pembantu dalam satu tim kecil yang saling membantu. Metode ini
didasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota kelompok mempunyai kontribusi

6
dalam merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan sehingga timbul motivasi
dan rasa tanggung jawab perawat yang tinggi (Tussaleha, 2014).
Salah satu keberhasilan dalam memanajemen ruangan adalah ketepatan dalam
memilih MPKP yang lebih sesuai dengan kondisi ruangan perawatan dan sesuai
dengan sumber daya manusia yang ada, termasuk dukungan dari pemegang kebijakan.
Kualitas pelayanan keperawatan pun ditentukan juga oleh tingkat pengetahuan,
ketrampilan, sikap dan perilaku dari praktisi keperawatan, maka perlu
diperhitungkanpula nilai-nilai dasar, keyakinan serta cara mengorganisasikannya agar
semua orang yang terlibat di dalamnya bergerak dalan satu tujuan yaitu mencapai
mutu pelayanan prima. Untuk itu dalam kesempatan kegiatan praktik manajemen
keperawatan yang di laksanakan oleh praktikan sejak tanggal 26 April – 8 Mei 2021
yaitu untuk mengaplikasikan diri terlibat aktif dalam kegiatan-kegiatan manajerial
yang ada di Ruang Anturium RSD dr. Soebandi dengan harapan dapat
mengembangkan kemampuan serta dapat membantu meningkatkan mutu pelayanan
dengan jaminan keamanan dan kepuasan bagi masyarakat yang dirawat.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah melaksanakan praktik manajemen keperawatan, mahasiswa mengerti dan
dapat menerapkan prinsip-prinsip manajemen keperawatan sesuai dengan model
praktik keperawatan profesional.
2. Tujuan Khusus
Setelah praktikan melaksanakan praktik klinik management keperawatan,
praktikan mampu:

a. Melakukan pengkajian terhadap pelaksanaan manejemen ruangan


berdasarkan pendekatan pada pilar-pilar model praktik keperawatan
profesional di Ruang Anturium RSD dr. Soebandi.
b. Mengidentifikasi kebutuhan pelayanan keperawatan, mengukur kekuatan
SDM termasuk menghitung kebutuhannya, kebutuhan sarana dan prasarana
yang ada di Ruang Anturium RSD dr. Soebandi
c. Menganalisis data yang telah tersaji dari praktik keperawatan profesional
yang telah dilakukan di Ruang Anturium RSD dr. Soebandi.
d. Merumuskan masalah berdasarkan kajian yang diperoleh di Ruang Anturium
RSD dr. Soebandi

7
e. Menyusun dan merencanakan strategi operasional di Ruang Anturium RSD
dr. Soebandi berdasarkan masalah yang ditemukan.
f. Melaksanakan rencana strategi operasional yang telah disusun berdasar
model MPKP TIM di Ruang Anturium RSD dr. Soebandi.
g. Mengevaluasi pelaksanaan strategi operasional yang telah dijalankan di
Ruang Anturium RSD dr. Soebandi.
C. Manfaat
1. Tercapainya manajemen keperawatan profesional yang sesuai dengan kondisi
Ruang Anturium RSD dr. Soebandi.
2. Memberikan pengalaman bagi praktikan untuk menjalankan semua peran fungsi
dalam praktik manajemen keperawatan berdasarkan model MPKP TIM.
3. Tercapainya kepuasan kerja bagiperawat, pasien, dan keluarga pasien.
4. Terbina hubungan baik antara perawat dengan perawat, perawat dengan tim
kesehatan lain, perawat dengan pasien dan keluarganya.
5. Tumbuh dan terbinanya akuntabilitas dan disiplin dalam diri perawat Ruang
Anturium RSD dr. Soebandi.
D. Tempat dan Waktu
Dilaksanakan di Ruang Anturium RSD Dr. Soebandi Jember pada tanggal 26 April - 8
Mei 2021.

8
BAB II
PENGKAJIAN DAN ANALISIS

A. Hasil Pengkajian dan Analisa Situasi Ruang Anturium


Pengkajian ruangan dilakukan pada tanggal 26-27April 2021 yang meliputi
gambaran umum Ruang Anturium RSD dr. Soebandi, dengan mengadakan analisa
berdasarkan pendekatan pilar pengembangan MPKP yaitu: Pendekatan
manejemen keperawatan, Sistem kompensasi dan penghargaan, hubungan
profesional, dan metode pemberian asuhan keperawatan. Setelah itu, kelompok
melakukan analisa masalah dengan caraskoring untuk mengetahui masalah
manajemen keperawatan yang belum diterapkan sehingga dapat mengembangkan
status posisi Ruang Anturium RSD dr.Soebandi Jember.
1. Gambaran Umum Ruang Anturium
Rumah Sakit Daerah dr. Soebandi merupakan Rumah Sakit Negeri
dengan pelayanan kesehatan mulai dari yang bersifat umum sampai dengan
yang bersifat spesialistik, yang dilengkapi dengan pelayanan penunjang medis
24 jam. Alamat Rumah Sakit Daerah dr. Soebandi yaitu berada di Jl. Dr.
Soebandi no. 124, Kelurahan Patrang, Kecamatan Patrang, Kabupaten Jember.
Rumah Sakit Daerah dr. Soebandi juga merupakan pusat rujukan pasien di
wilayah Jawa Timur bagian timur yang terdiri atas lima kabupaten diantaranya
yaitu Kabupaten Jember, Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Bondowoso,
Kabupaten Situbondo, dan Kabupaten Lumajang. Rumah Sakit Daerah dr.
Soebandi Jember merupakan rumah sakit umum milik pemerintah yang
termasuk dalam rumah sakit tipe B pendidikan.Rumah Sakit Daerah dr.
Soebandi Jember memberikan beragam jenis pelayanan medis antara lain
poliklinik gigi dan mulut, poliklinik spesialis, Instalasi Gawat Darurat, serta
rawat inap yang terdiri dari kelas I, II, dan III serta dilengkapi dengan
pelayanan laboratorium, radiologi, serta farmasi. Ruang Anturium merupakan
ruang kelas III.Fasilitasnya terdiri dari 20 tempat tidur pasien yang terdiri dari
ruang khusus isolasi yang berisi bed 15 dan 16.Kemudian ada ruang perawatan
pasien yang terdiri dari bed 1,2,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,17,18,20 dan
.Ruang Anturium terdapat 17 perawat dan 3 tenaga penunjang.Ruangan
terbagi atas ruangan perawat (Nurse Station), ruang obat, ruang diskusi, ruang

9
kepala ruangan, kamar mandi, ruang linen bersih dan kotor, pantry, spoel
hoeks, dapur dan gudang alat.
2. Batas-batas Ruang Anturium
Adapun batas-batas ruang Anturium sebagai berikut:
a. Sebelah Timur : Masjid
b. Sebelah Barat : R. Lavender
c. Sebelah Utara : R. Seruni
d. Sebelah Selatan : R. Instalasi Gizi
3. Ketenagaan Ruang Anturium
a. Tingkat Pendidikan
Tabel 2.1 Tingkat Pendidikan Tenaga Keperawatan Ruang Anturium Rumah Sakit
Daerah dr. Soebandi Jember, periode April 2021

No Pendidikan Jumlah Persentase (%)


1 S2 1 5%
2 S1 7 35%
3 D3 10 50%
4 SMA 1 5%
5 SMP 1 5%
Jumlah 20 100%

Berdasarkan tabel 2.1 di atas, didapatkan bahwa sebagian besar pendidikan


akhir tenaga kerja di Ruang Anturium periode Bulan April 2021 adalah D3
Keperawatan yaitu sejumah 10 orang dengan persentase 50%

b.Lama Kerja

Tabel 2.2 Lama Kerja Tenaga Keperawatan Ruang Anturium Rumah Sakit Daerah
dr. Soebandi Jember, periode April 2021
No. Pendidikan 0-5 (%) 6–9 (%) ≥ 10 (%)
tahun tahun tahun
1 S2 - - - - 1 5,88
2 S1 - - - - 7 41,18

3 D3 1 5,88 - - 8 47,06
Jumlah 1 5,88 0 0 16 94,12%

10
Dari tabel 2.2 Tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar lama tenaga
keperawatan di Ruang Anturium periode April 2021 yaitu selama jangka waktu ≥10
tahun dengan jumlah 16 orang dengan persentase 94,12%.
c. Status Kepegawaian

Tabel 2.3 Status Kepegawaian Tenaga Keperawatan Ruang Anturium Rumah


Sakit Daerah dr. Soebandi Jember, periode April 2021
Status Status
No. Jumlah (%)
Kepegawaian
1 PNS 1 5,8%
2 BLUD Non 9 52,9%
PNS
3 P3K 3 17,6%
4. Magang 4 23,5%
Jumlah 17 100%
Berdasarkan tabel 2.3diatas dapat diketahui bahwa paling banyak tenaga keperawatan
periode April 2021 yang berstatus BLUD Non PNS di Ruang Anturium yaitu sejumlah
9 tenaga perawat dengan persentase 52,9%
d.Pelatihan
Tabel 2.4 Pelatihan yang diikuti Tenaga Keperawatan Ruang Anturium Rumah
Sakit Daerah Dr. Soebandi Jember, periode April 2021
Pendidikan 0-5 kali 6-9 kali ≥ 10 kali Jumlah (%)
S2 - 1 - 1 5,88
S1 3 3 - 6 35,29
D3 3 7 - 10 58,83
Jumlah 6 11 - 17 100
Berdasarkan tabel 2.4 diatas dapat diketahui bahwa paling banyak tenaga
keperawatan yang mengikuti pelatihan yaitu perawat D3 dengan kegiatan
pelatihan 5-9 kali sebanyak 10 orang.
e. Kebutuhan Tenaga Keperawatan
Tabel 2.5 Waktu Perawatan per Pasien di Ruang Anturium Rumah Sakit Daerah
dr. Soebandi Jember, periode April 2021

Tingkat Jumlah Jumlah Jam Perawatan


Ketergantungan Pasien Pasien
Minimal Care 0 0
Partial Care 11 (11 x 3) + (11 x 1) + (11 x 0,25) = 46,75
jam
Total Care 1 (1 x 6) + (1 x 1) + (1 x 0,25 ) = 7,25 jam

11
Total pasien 12 54 jam / 12 = 4,5 jam / pasien

1) Jumlah jam perawatan/ pasien:


= 46,75 jam + 7,25 jam= 54 jam = 4,5 jam/ pasien
12
2) Jumlah perawat yang dibutuhkan:
TP = Jumlah perawat per pasien / hari × Jumlah pasien perhari × 365 hari
(365 hari-128 hari) × 7 Jam
TP = 4,5 ×12 × 365 hari
237 × 7
TP = 19710 / 1659
TP = 11,8
= 12 Perawat
3) Hari libur/ cuti/ hari besar (Lossday):
Jumlah hari libur dalam setahun × Jumlah perawat yang dibutuhkan
Jumlah hari kerja efektif
= 78 × 12
286
= 3,27 = 3 orang
Tenaga keperawatan total:
12+3=15 Perawat
4) Yang mengerjakan non-nursing job
= Jumlah tenaga keperawatan + loss day ×25
100
= (12+ 3) × 25
100
= 3,75
= 4 Orang
5) Jumlah tenaga total:
= Tenaga yang dibutuhkan+faktor koreksi (perawat libur)+non nursing job
= 12 + 3 + 4
= 19 orang
6) Kebutuhan perawat dalam satu hari=12perawat
7) Pembagian perawat per shift (Menurut TeoriCarlis)

12
a) Pagi = 47 % x 12 orang = 5,64 = 6orang
b) Sore = 35 % x 12 orang = 4,20 = 4orang
c) Malam = 17% x 12 orang = 2,04 = 2orang
8) Kebutuhan perawat sesuai rumus PPNI
TP = A x 52 x 7 hari (TTx BOR) + 25%
41 x 40 jam
= 4,8 x 52 x7 (10 x 50%) + 25%
41x40
= 1,747,2 (24) + 25%
41x40
= 61.152,25
1.640
= 37,287= 37 perawat

9) Kebutuhan perawat sesuai rumus Douglas


Douglas (1984,dalam Swansburg & Swansburg, 1999)

menetapkan jumlah perawat yang dibutuhkan dalam suatu unit


perawatan berdasarkan klasifikasi klien, dimana masing- masing kategori
mempunyai nilai standar per shift nya, yaitu sebagai berikut:

Tabel 2.7 Tabel Rumus Kebutuhan Perawat Menurut Douglas

Jumlah KlasifikasiKlien
Klien Minimal Minimal Minimal
Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam
0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20
0,34 0,28 0,12 0,54 0,20 0,20 0,72 0,60 0,40
0,51 0,42 0,21 0,81 0,30 0,30 1,08 0,90 0,60

10) Kebutuhan Perawat di Ruang Anturium Menurut Rumus Douglas


Tabel 2.8 Kebutuhan Perawat Anturium Menurut Rumus Douglas
Minimal Parsial Total Jumlah
Pagi 0,17 x 6 = 1,02 0,27 x 6 = 1,62 0,36 x 6 = 2,16 4,8(5orang)
Sore 0,14 x 4 = 0,52 0,15 x 4 = 0,6 0,30 x 4 = 1,2 2,32(2orang)
Malam 0,07 x 2 = 0,14 0,10 x 2 = 0,2 0,20 x 2 = 0,4 0,74 (1orang)

13
Jumlah 7,86(8orang)

Bila menggunakan metode Modular perkiraan jumlah perawat adalah


1. Pagi 5 orang(1 Kepala Ruangan + 2 Katim + 1 PP)
2. Sore 2 perawat pelaksana
3. Malam 1 perawat pelaksana
4. Sarana dan Prasarana
a.Daftar nama-nama SPO yang terdapat di Ruang Anturium RSD dr.Soebandi
Jember Bulan April 2021
No Nama SPO

1. Rawat Luka Bakar


2. Membersihkan Mulut/ Oral Hygine (Pasien Sadar)
3. Melakukan Kumbah Lambung
4. Spiritual Agama Bagi Kelompok Pasien Dan Keluarga
5. Permintaan Kursi Roda/ Brankat
6. Bimbingan Spiritual Agama Bagi Pasien Pre Operasi
7. Bimbingan Ke Rohanian Spritiual Agam Di Ruang Perawatan Bagi
Pasien
8. Melakukan Suctioning
9. Pemasangan NGT
10. Pemberian Nutrisi Melalui Oral
11. Pemberian Obat Oral
12. Tindakan Transfusi Darah
13. Mengukur Tekanan Daran Non Infasif
14. Perawatan Indwelling Cateter
15. Penggunaan Nebulizer Pada Serangan Asma
16. Pemasangan Infus
17. Identifikasi Identitas Pasien Saat Tindakan
18. Privasi Pasien Pada Akhir Kehidupan
19. Membersihkan Ceceran Darah, Muntahan, Dan Urine (Cairan Tubuh)
20. Penanganan Sampah Infeksius Di Ruangan
21. Penanganan Sampah Non Infeksius Di Ruangan
22. Penanganan Tumpahan Dan Kebocoran Limbah Bahan Berbahaya dan

14
Beracun
23. Membersihkan Tempat Tidur Pasien
24. Kebersihan Tangan Dengan Hand Rub Berbasis Alkohol
25. Kebersihan Tangan Dengan Air Mengalir Dan Sabun Cair
26. Pemakaian Sarung Tangan
27. Pemakaian Apron
28. Pemakaian Gaun Pelindung
29. Pemakaian Topi Atau Penutup Rambut
30. Pemakaian Pelindung Mata
31. Pemakaian Masker
32. Penanganan Liner Kotor Non Infeksius Di Unit Kerja
33. Pengambilan Linen Kotor Infeksius Dari Unit Kerja
34. Penanganan Liner Kotor Infeksius Di Unit Kerja
35. Membantu Pasien BAB
36. Perawatan Ulkus Diabetikum Atau Gangren
37. Perawatan Luka Infeksius
38. Perawatan Ulkus Dikubitus
39. Perawatan Luka Bersih
40. Melakukan Angkat Jaitan Luka
41. Perawatan Luka Kanker
42. Perawatan Post Operatif
43. Pemberian Obat Injeksi Intravena Secara Tidak Langsung Kepada
Pasien
44. Pemberian Obat Injeksi Intravena Secara Langsung Kepada Pasien
45. Pemberian Obat Injeksi Subcutan Kepada Pasien
46. Pemberian Obat Injeksi Intracutan Kepada Pasien
47. Pemberian Obat Injeksi Intramuskular Kepada Pasien
48. Mengukur Suhu
49. Mengukur Frekuensi Nafas
50. Pemasangan Gelang Identitas Pada Pasien Rawat Inap
51. Alih Status Pasien
52. Pemulangan Pasien Diluar Jam Kerja
53. Bimbingan Kerohanian Spiritual Islam Ibadah Solat Di Ruang

15
Perawatan
54. Mengatasi Hambatan Bahasa Dan Dialek
55. Menjaga Privasi Pada Ibu Menyusui
56. Menjaga Privasi Pada Ibu Melahirkan
57. Privasi Pasien Terhadap Status Rekam Medis
58. Bimbingan Kerohanian Spiritual Islam Bagi Pasien Sakartul Maut
59. Identifikasi Nilai Dan Kepercayaan
60. Perlindungan Pasien Dari Kekerasan Fisik
61. Assasment Nyeri Pada Pasien Tidak Sadar
62. Assasment Nyeri Pasien Sadar
63. Edukasi Manajemen Nyeri
64. Manajemen Nyeri
65. Assasment Nyeri Pada Pasien Neonatus Infant
66. Tatalaksana Nyeri Akut
67. Tatalaksana Nyeri Kronik
68. Pelaporan Hasil Assasment Nyeri Di Ruangan
69. Assasment Nyeri Pada Pasien Tersegasi Di Ruang Rawat Intensif Dan
High Care Unit
70. Penerimaan Dan Orientasi Pasien Baru
71. Pelayanan Pasien Tahap Terminal
72. Menghitung Denyut Nadi
73. Penundaan Pelayanan Atau Pengobatan
74. Penundaan Pelayanan Atau Pengobatan (Faktor Petugas)
75. Penundaan Pelayanan Atau Pengobatan (Sarana Dan Prasarana)
76. Penundaan Pelayanan Atau Pengobatan (Faktor Pasien)
77. Penundaan Pelayanan Atau Pengobatan (Faktor Administrasi)
78. Timbang Terima (Operan) Pasien Antar Shift Dengan Sbar
79. Penundaan Dan Tidak Lanjut Operasi Di Instalasi Bedah Sentral
80. Pemberian Premedikasi
81. Persiapan Pasien Untuk Tindakan Anastesi
82. Persiapan Atau Chick Mesin Anestesi
83. Asistensi Anestesi Umum (General Anestesi)
84. Asistensi Tindakan Anestesi Subarachnoid Blok

16
85. Pemberian Anestesi Umum
86. Pemberian Posisi Intraoperatif
87. Monitoring Anestesia Durante Operasi
88. Asistensi Anestesi Umum Diruang Diagnostik
89. Perawatan Pasien Pasca Pemberian Anestesi Umu Diruang Pulih Sadar
90. Perawatan Pasien Pasca Pemberian Anestesi Sab Diruang Pulih Sadar
91. Transportasi Pasien Dari Ok Ke Icu Dengan Support Ventilasi
92. Transportasi Pasien Dari Ok Ke Icu Tanpa Support Ventilasi
93. Mengatasi Hambatan Bahasa Pada Saat Kontak Pertama Dengan Pasien
94. Mengatasi Hambatan Fisik
95. Batasan Penanganan Pasien Non Operasi Di Intlasi Gawat Darurat
96. Pendistribusian Kebutuhan Floorstop
97. Pengelolaan Obat Dan Alat Untuk Kebutuhan Emegancy
98. Pengelolaan Obat High Alert
99. Keamanan Obat Yang Perlu Diwaspadai (High Alert Medication)
100. Identifikasi Tempat Tidur Pasien Rawat Inap
101. Alur Penempatan Pasien Rawat Inap Diluar Jam Dinas
102. Penanganan Dan Penempatan Pasien Pre Operasi Di Instalasi Gawat
Darurat
103. Penjadwalan Operasi Di Instalasi Bedah Sentral
104. Penjadwalan Operasi Dari Poli Rawat Jalan Ke Instalasi Bedah Sentral
105. SOP Pemberian Informasi Tentang Hasil Pelayanan
106. Pendaftaran Pasien Rawat Jalan Umum
107. Skrinning Pasien di Tempat Pendaftaran (Admisi)
108. Skrinning Pasien di Area Ruang Tunggu Poli Klinik Rs Dr. Soebandi
109. Skrinning Pasien di Instalasi Gawat Darurat
110. Skrinning Pasien di Luar Rumah Sakit
111. Skriinning Pasien di Pintu Masuk Rsd Dr. Soebandi Jember
112. Skrinning Pasien di Poli Klinik Rawat Jalan Rsd Dr. Soebandi Jember
113. Penjadwalan Operasi di Instalasi Bedah Sentral
114. Pembagian Kamar Operasi
115. Pemberian Posisi Intraoperatif
116. Perilaku Berada di Ruang Operasi

17
117. Asistensi Anestesi Epidural
118. Asistensi Anestesi CSE (Combined Spinal – Epidural)
119. Asistensi Anestesi Caudal Blok

b.Daftar Buku Pedoman Keperawatan (SAK) di Ruang Anturium RSD


dr.Soebandi Jember
Standar asuhan keperawatan di Ruang Anturium Rumah Sakit Daerah dr.
Soebandi Jember pada Bulan April 2021 adalah:
1) Perfusi Perifer Tidak Efektif
2) Pola Napas Tidak Efektif
3) Nyeri Akut
4) Penurunan Curah Jantung
5) Kekurangan Volume Cairan
6) Intoleransi Aktivitas
7) Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
8) Nausea
Daftar diagnosis keperawatan di Ruang Anturium Rumah Sakit Daerah dr.
Soebandi Jember pada Bulan April 2021 yang sesuai dengan SDKI:
1) Intoleransi Aktivitas
2) Risiko Hipovolemia
3) Pola Napas Tidak Efektif
4) Gangguan Mobilitas Fisik
5) Penurunan Curah Jantung
6) Nyeri Akut
7) Hypervolemia
8) Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah

Daftar diagnosis keperawatan di Ruang Anturium Rumah Sakit Daerah dr.


Soebandi Jember pada Bulan April 2021 yang tidak sesuai dengan SDKI:
1) Ketidakefektifan Pola Napas
2) Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer
3) Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
4) Gangguan Pola Napas

18
5) Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral
6) Penurunan Kardia Output
7) Nausea
8) Nyeri Akut
c. Inventaris Alat Kesehatan Ruang Anturium

Tabel 4.1 Tabel Alkes Di Ruang Anturium RSD Dr. Soebandi pada April 2021
No Nama Barang Satuan Jumlah Kondisi
Baik Buruk
1. Meja dan lemari Buah 20 
pasien
2. Kamar mandi dan Buah 4 
toilet pasien
3. Tempat tidur Buah 20 
pasien
4. Tempat sampah Buah 1 
non medis
5. Tempat sampah Buah 1 
Medis
6. Tempat sampah Buah 1 
kecil
7. Standart infus Buah 22 
8. Televisi Buah 1 
9. Wastafel Buah 4 
10. Kipas angin Buah 7 
11. Kursi pasien Buah 20 
12. Kotak saran Buah 1 
13. Lemari tempat Buah 1 
makanan pasien
14. Lemari linen Buah 1 
15. Pengeras suara Buah 1 
16. TOA Buah 1 
17. Lampu Buah 30 
18. Baskom Buah 16 
19. Timbangan Berat Buah 1 
Badan

19
d. Inventaris Fasilitas Petugas Kesehatan

Tabel 4.2 Tabel Fasilitas Petugas Kesehatan di Ruang Anturium RSD Dr. Soebandi
Pada Bulan April 2021
No Nama Barang Satuan Jumlah Kondisi
Baik Buruk
1. Set meja Buah 2 
perawat
2. Kursi Buah 13 
pertemuan
3. Kulkas Buah 1 
makanan
4. Kulkas obat Buah 1 
5. Lemari alkes Buah 3 
6. Loker perawat Buah 3 
7. Telpon ruangan Buah 1 
8. Dispenser Buah 1 
9. Lemari besar Buah 1 
10. Lemari kecil Buah 2 

e. Inventaris Fasilitas Pasien Ruang Anturium

Tabel 4.3.1 Tabel Fasilitas Pasien di Ruang Anturium RSD Dr. Soebandi Pada
Bulan April 2021
No Nama Barang Satuan Jumlah Kondisi
Baik Buruk
1. Bengkok Buah 3 
2. Sphygmomanometer Buah 2 
3. Ambubag Buah 4 
4. Suction Buah 1 
5. Stethoscope Buah 4 
6. Termometer axila Buah 4 2 2
7. GDA Buah 1 

20
8. Kursi roda Buah 3 
9. Brankart Buah 1 
10. Troli Buah 4 
11. EKG Buah 1 
12. Nebulizer Buah 1 
13. Oximeter Buah 1 
14. Shyring pump Buah 4 
15. Computer set Buah 1 
16. Instrumen set Buah 3 

f. Daftar Penyakit Terbesar di Ruang Anturium

Tabel 4.4.1 Daftar Nama Penyakit Terbesar di Ruang Anturium pada


bulan Januari 2021 di RSD dr Soebandi Jember
No Nama Penyakit Jumlah
1. Hypertensive heart and renal disease with 6
both (congestive) heart
2. Hypertensive renal disease with renal failure 4
3. Atherosclerotic heart disease 3
4. Peptic ulcer, site unspecified, unspecified as 3
acute or cronic, without haemorrhageor
perforation
5. Pneumonia,unspecified 2
6. Beta thalassaemia 2
7. Haematemesis 2
8. Acute posthaemorrhagic anemia 2
9. Other chronic renal failure 2
10. Chronic lymphocytic leukaemia 1
Berdasarkan tabel 4.4.1 menunjukkan bahwa penykit terbanyak di
RuangAnturium adalah Hypertensive heart and renal disease with both
(congestive) heart sebanyak 6 orang.
Tabel 4.4.2 Daftar Nama Penyakit Terbesar di Ruang Anturium pada bulan
Februari 2021 di RSD dr Soebandi Jember
No Nama Penyakit Jumlah
1. Hypertensive heart and renal disease with bo 7
(congestive) heart.
2. Other chronic renal failure. 4

21
3. Atherosclerotic heart disease. 3
4. Other and unspecified cirrhosis of liver. 3

5. Trachea, bronchus and lung. 3


6. Hypertensive renal disease with renal failur 3

7. Acute posthaemorrhagic anaemia. 2


Septic Shock.
8. 2
9. Unstable angina. 2
10. 1
Nephrotic syndrome – Unspecified.

Tabel 4.4.2 menunjukkan bahwa penykit terbanyak di Ruang Anturium


adalah Hypertensive heart and renal disease with both (congestive) heart
sebanyak 7 orang.
Tabel 4.4.3 Daftar Nama Penyakit Terbesar di Ruang Anturium Pada Bulan
Maret 2021 di RSD dr.Soebandi Jember
No Nama Penyakit Jumlah
1. Hypertensive renal disease with renal failure. 8

2. Hypertensive heart and renal disease with both 6


(congestive) heart.
3. Peptic ulcer, site unspecified, unspecified as 4
acute or chronic, without haemorrhage or
perforation.
4. Atherosclerotic heart disease. 4
5. Septic shock. 4

6. Chronic viral hepatitis B without delta-agent. 3


7. Malignant neoplasm of bronchus or lung, 3
unspecified.
8.
Septicaemia, unspecified.
3
9. Non-insulin-dependent diabetes mellitus with
peripheral circulatory complications. 2

Melaena.
10. 2
Tabel 4.4.3 menunjukkan bahwa penykit terbanyak di Ruang Anturium
adalah Hypertensive renal disease with renal failure sebanyak 8 orang.

22
g. Sistem Pendokumentasian
1. Asesmen awal keperawatan rawat inap (RM 06.1) REV. 3.2018
2. Asesmen awal nyeri (RM 06.4) REV 3.2018
3. Asesmen awal dan ulang risiko jatuh pada pasien dewasa (RM 06.5) REV.
3.2018
4. Discharge planning (RM 06.11) REV .2.20 16
5. Lembar Observasi (RM 06.6) REV. 3.2018
6. Formulir Survey Infeksi Rumah Sakit (RM06.12) REV.2.2016
7. Catatan pekembangan Pasien Terintegrasi (CPPT) diisi oleh 5 PPA Dokter,
Perawat-Bidan, Farmasi, Gizi, Fisioterapi (RM 04.2) REV.2.2016
h.Dari hasil perhitungan jumlah pasien dibawah ini dapat diketahui
BOR,AVLOS,TOI
1. Data BOR (Bed Occupancy Rate)
a. Bulan Januari
BOR : Jumlah tempat tidur yang terpakai x 100%
Kapasitas tempat tidur yang dipakai
179x100/20x31 = 17900/620 = 28,87%
b. Bulan Februari
BOR : Jumlah tempat tidur yang terpakai x 100%
Kapasitas tempat tidur yang dipakai
266x100/20x28 = 26600/560 = 47,5%
c. Bulan Maret
BOR : Jumlah tempat tidur yang terpakai x 100%
Kapasitas tempat tidur yang dipakai
310x100/20x31 = 31000/620 = 50%

No Bulan Jumlah Pasien Persentase


1 Januari 51 45,7%

2 Februari 66 59,2%

3 Maret 77 69,1%

23
Total/rata-rata 64,6 58%

2. Data AVLOS (Average Length of Stay) = Rata-rata lamanya pasien


dirawat)
AVLOS = Jumlah lama dirawat / Jumlah pasien keluar (hidup + mati)

Tabel 2.26 Jumlah AVLOS (Average Length of Stay) Pada Bulan


Januari-Maret 2021 Di Ruang Anturium Tahun 2021
No Bulan Jumlah Pasien keluar Jumlah Lama Hasil
(hidup+mati) Pasien Dirawat
1 Januari 45 159 3,53

2 Februari 56 181 3,23

3 Maret 83 364 4,3

Keterangan: Rata-rata hari lama perawatan pasien di ruangan Anturium sesuai


dengan rumus AVLOS adalah 3 hari perawatan
3. Rata-rata hari tempat tidur tidak terisi (TOI/ Turn Over Internal)

𝑻𝑶𝑰 = ∑ ( (𝑇𝑇 𝑥 ℎ𝑎𝑟𝑖) − ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑅𝑆


𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢
No Bulan TTx hari –hari Jumlah Pasien Hasil
perawatan RS keluar 1 periode
1 Januari 441 37 11,9

2 Februari 294 38 7,73

3 Maret 310 66 4,6

Total 24,23

24
B. Analisis Masalah Empat Pilar MPKP Berdasarkan Evaluasi Diri pilar 1:
pendekatan manajemen keperawatan (kepala ruangan)
1. Perencanaan
Tabel 1.1 Visi

No Aspek yang Dinilai Score Presentase


1 Kepala ruangan menetapkan visi
1
ruangan MPKP
2 Visi yang ditetapkan sesuai dengan
1
visi rumah sakit
3 Visi bersifat futuristik (gambaran 1
kemajuan di masa depan)
4 Visi disosialisasikan kepada semua 1
staf perawat
5 Visi dievaluasi pencapaiannya dalam 1
jangka waktu tertentu
5 100%

Tabel 1.2 Misi

No Aspek yang Dinilai Score Presentase


1 Kepala ruangan menetapkan misi 1
2 Misi yang ditetapkan sesuai dengan
1
visi yang hendak dicapai
3 Misi disusun dalam bentuk
1
rangkaian kegiatan mencapai visi
4 Misi disosialisasikan kepada semua
1
staf perawat
4 100%

Tabel 1.3 Filosofi

No Aspek yang Dinilai Score Presentase


1 Menyusun filosofi ruangan 0
2 Filosofi sesuai dengan filosofi rumah 0
Sakit
3 Filosofi disosialisasikan kepada 0
semua staf perawat
4 Filosofi menjadi pedoman kegiatan 0
Pelayanan
0 0%
Tabel 1.4 Rencana Harian

No Aspek yang Dinilai Score Presentase

25
1 Menyusun Rencana Harian setiap
1
kali dinas
2 Mencantumkan tanggal dinas di
1
Rencana Harian
3 Urutan kegiatan disusun secara
1
Kronologis
4 Tercantum kegiatan manajerial 1
5 Tercantum kegiatan asuhan 1
6 Rencana Harian dikerjakan secara
1
Konsisten
6 100%

Tabel 1.5 Rencana Bulanan

No Aspek yang Dinilai Score Presentase


1 Menetapkan rencana bulanan 1
2 Rencana bulanan berisi seluruh 1
kegiatan yang akan dilaksanakan
selama sebulan
3 Dalam Rencana Bulanan tercantum
1
aktivitas manajerial
4 Dalam Rencana Bulanan tercantum
1
aktivitas asuhan keperawatan
5 Rencana bulanan diterapkan secara
1
Konsisten
5 100%

Tabel 1.6 Rencana Tahunan

No Aspek yang Dinilai Score Presentase


1 Menyusun perencanaan tahunan 1
2 Rencana tahunan yang disusun
1
sesuai dengan rencana rumah sakit
3 Rencana tahunan sesuai visi dan misi
1
Ruangan
4 Rencana tahunan mencakup 4 pilar
1
profesionalisme praktek keperawatan
5 Rencana kegiatan dalamRencana 1
Tahunan disusun secara rinci dan
Operasional
5 100%

26
2. Pengorganisasian
Tabel 1.7 Struktur Organisasi

No Aspek yang Dinilai Score Presentase


1 Terdapat organogram ruangan 1
2 Menggambarkan kedudukan kepala 1
ruangan
3 Adanya posisi tim I dan II 1
4 Gambaran jumlah perawat pelaksana 1
4 100%

Tabel 1.8 Jadwal Dinas

No Aspek yang Dinilai Score Presentase


1 Menggunakan format yang 1
disediakan
2 Tercantum nama-nama perawat per 1
Tim
3 Tergambar adanya penanggung 1
jawab harian
4 Susunan dinas pershift, pagi, sore 1
dan malam
5 Jadwal dibuat untuk satu bulan 1
5 100%

Tabel 1.9 Daftar Pasien

No Aspek yang Dinilai Score Presentase


1 Tercantum nama pasien tiap tim 1 14,28%
2 Tercantum nama katim 1 14,28%
3 Tergambar nama perawat pelaksana 0 0%
4 Tergambar perawat asosiet (PA) 0 0%
5 Tercantum nama dokter yang 0 0%
merawat
6 Tergambar perawat yang dinas pagi, 0 0%
sore dan malam
7 Tercantum tanggal , bulan dan tahun 0 0%
2 28.56%

27
3. Pengarahan
Tabel 1.10 Timbang Terima

No Aspek yang Dinilai Score Presentase


1 Karu/Pj shift membuka acara dengan
1
salam
2 Katim/Pj Tim mengoperkan Dx
1
Keperawatan
3 Katim/Pj Tim mengoperkan Tuk yg
1
sudah dicapai
4 Katim/Pj Tim mengoperkan
1
Tindakan yang sudah dilaksanakan
5 Katim/Pj Tim mengoperkan Hasil
1
Asuhan Keperawatan
6 Katim/Pj Tim mengoperkan Tindak
1
Lanjut
7 Pj Tim berikutnya mengklarifikasi 0
8 Karu memimpin ronde 1
9 Karu merangkum informasi operan 1
10 Karu memimpin doa dan menutup
1
acara
9 90%

Tabel 1.11 Pre Conference

No Aspek yang Dinilai Score Presentase


1 Katim/Pj Tim membuka acara 1
2 Katim/Pj Tim menanyakan rencana
1
harian
3 Katim/Pj Tim memberi masukan dan
1
tindak lanjut
4 Katim/Pj Tim memberi
1
reinforcement
5 Katim/Pj Tim menutup acara 1
5 100%

Tabel 1.12 Post Conference

No Aspek yang Dinilai Score Presentase


1 Katim/Pj Tim membuka acara 1
2 Katim/Pj Tim menanyakan hasil
1
asuhan masing-masing pasien
3 Katim/Pj Tim menanyakan kendala
1
pemberian asuhan

28
4 Katim/Pj Tim menanyakan tindak
1
lanjut pada dinas berikutnya
5 Katim/Pj Tim memberikan
1
reinforcement
6 Katim/Pj Tim menutup acara 1
6 100%

Tabel 1.13 Iklim Motivasi

No Aspek yang Dinilai Score Presentase


1 Anda memberi harapan yang jelas
1
kepada staf
2 Anda bersikap fair dan konsisten
1
terhadap semua staf
3 Anda mengembangkan konsep kerja
1
kelompok
4 Anda mengintegrasikan kebutuhan
1
staf dengan kebutuhan organisasi
5 Anda memberikan tantangan kerja 1
sebagai kesempatan untuk
mengembangkan diri
6 Anda melibatkan staf dalam
1
pengambilan keputusan
Anda memberikan kesempatan 1
7 kepada staf menilai dan mengontrol
pekerjaannya
8 Anda menciptakan hubungan saling 1
percaya dan menolong dengan staf
9 Anda menjadi role model bagi staf 1
10 Anda memberikan reinforcement 1
(pujian)
10 100%

Tabel 1.14 Pendelegasian


No Aspek yang Dinilai
Score Presentase
1 Pendelegasian dilakukan kepada staf 1
yang memiliki kompetensi yang
dibutuhkan dalam menjalankan tugas
2 Tugas yang dilimpahkan dijelaskan
1
sebelum melakukan pendelegasian
3 Selain pelimpahan tugas,
1
kewenangan juga dilimpahkan
4 Waktu pendelegasian tugas
1
ditentukan

29
5 Apabila si pelaksana tugas 1
mengalami kesulitan, Karu, Katim
memberikan arahan untuk mengatasi
Masalah
6 Ada evaluasi setelah selesai tugas
1
dilaksanakan
6 100%

Tabel 1.15 Supervisi

No Aspek yang Dinilai Score Presentase


1 Supervisi disusun secara terjadwal 1
2 Semua staf mengetahui jadwal
0
supervisi yang dilaksanakan
3 Materi supervisi dipahami oleh
0
supervisor maupun staf
4 Supervisor mengorientasikan materi 0
supervisi kepada staf yang
Disupervisi
5 Supervisor mengkaji kinerja staf
1
sesuai dengan materi supervise
6 Supervisor mengidentifikasi 1
pencapaian staf dan memberikan
reinforcement
7 Supervisor mengidentifikasi aspek 1
kinerja yang perlu ditingkatkan oleh
staf
8 Supervisor memberikan solusi dan 1
role model bagaimana meningkatkan
kinerja staf
9 Supervisor menjelaskan tindak lanjut
1
supervisi yang telah dilaksanakan
10 Supervisor memberikan 1
reinforcement terhadap pencapaian
keseluruhan staf
7 70%
4. Pengendalian
Tabel 1.16 Indikator Mutu

No Aspek yang Dinilai Score Presentase


1 BOR dihitung setiap satu bulan 1
2 AVLOS diukur setiap bulan 1
3 TOI diukur setiap bulan 1
4 Angka lari dicatat setiap bulan 1
5 Angka pengekangan fisik dihitung
1
tiap bulan
6 Angka cedera diukur tiap bulan 1

30
6 100%

Tabel 1.17 Audit Dokumentasi Asuhan Keperawatan

No Aspek yang Dinilai Score Presentase


1 Ada format penilaian dokumentasi
1
asuhan keperawatan
2 Dokumen asuhan keperawatan
1
pasien pulang / meninggal dinilai
3 Ada dokumen hasil penilaian 1
dokumentasi asuhan keperawatan
tiap pasien pulang/meninggal
3 100%

Tabel 1.18 Survey Kepuasan

No Aspek yang Dinilai Score Presentase


1 Ada format penilaian kepuasan
1
pasien
2 Ada format penilaian kepuasan 1
keluarga
3 Ada format penilaian kepuasan 1
tenaga kesehatan
4 Penilaian kepuasan pasien dan 1
keluarga dilaksanakan setiap pasien
pulang/ meninggal
5 Penilaian kepuasan perawat 1
dilakukan
6 Penilaian kepuasan tenaga kesehatan 1
lain dilakukan
7 Ada dokumentasi hasil penilaian 1
kinerja
7 100%

Tabel 1.19 Survey masalah pasien

No Aspek yang Dinilai Score Presentase


1 Ada format survey masalah pasien 1
2 Setiap masalah keperawatan pasien
1
baru dicatat
3 Ada daftar masalah keperawatan 1
pasien
4 Ada dokumentasi penghitungan 1
survey masalah keperawatan
Total Skor 4 100%

31
Pilar II Kompensasi Penghargaan
1) Kepala Ruang
Tabel 1.20 Penilaian Kinerja Perawat

Rata-
No Aspek yang Dinilai rata Persentase
Skor
1 Ada jadwal penilaian
1
kinerja staf perawat
2 Penilaian kinerja
dilaksanakan sesuai 1
jadwal
3 Ada pendokumentasian
1
hasil penilaian kinerja
4 Penilaian kinerja
ditindaklanjuti dalam 1
bentuk pembinaan staf
Rata-rata Total Skor 4 100 %

Tabel 1.21 Pengembangan Staf

Rata-
No Aspek yang Dinilai rata Persentase
Skor
1 Ada program orientasi
1
untuk staf baru
2 Ada bimbingan
terstruktur tentang 1
MPKP
3 Ada program
melanjutkan
1
pendidikan formal
untuk perawat
4 Ada program
melanjutkan
pendidikan informal
1
untuk perawat
(pelatihan, seminar,
symposium,, pelatihan)
5 Promosi sesuai kinerja 1

32
perawat
6 Ada pemberian insentif 1
khusus sesuai kinerja
7 Ada pemberian 1
sertifikat MPKP
Rata-rata Total Skor 7 100 %

Tabel 1.22 Rata-rata Hasil Pilar Kompensasi Penghargaan Kepala Ruang di RSD
Dr. Soebandi

Rata-rata Persentase
No. Aspek yang Dinilai
Skor
1 Penilaian Kinerja Perawat 1
2 Pengembangan Staf 1
Jumlah Rata-rata Skor 1 100%

Tabel 1.23 menjelaskan bahwa rata-rata hasil dari kompensasi penghargaan


Kepala Ruang di Ruang Anturium RSD Dr. Soebandi adalah 100% (1). Sehingga
dapat dikategorikan lulus dengan pembudayaan.

2) Ketua Tim
Tabel 1.24 Kompensatori Reward

No Aspek yang Dinilai Rata-rata Persentase


Skor
1 Ada program orientasi staf baru yang
1
masuk ke MPKP
2 Pelatihan/bimbingan terstruktur 0
tentang MPKP
3 Ada penilaian kinerja semua staf 1
MPKP
4 Pemberian insentif khusus sesuai 1
kinerja
5 Pemberian kesempatan mengikuti 1
seminar, pelatihan, symposium
6 Pemberian kesempatan melanjutkan 1
pendidikan
7 Promosi sesuai kinerja 1

33
8 Pemberian penghargaan khusus 1
9 Pemberian sertifikat MPKP 1
Rata-rata Total Skor 8 80%

Tabel 1.24 menjelaskan bahwa Kompensasi penghargaan Ketua Tim


Keperawatan di Ruang Anturium RSD Dr. Soebandi didapatkan persentase rata-rata
sebesar 80% (0,8) sehingga dapat dikategorikan lulus dengan pembudayaan.

Pilar III Hubungan Profesional


1. Kepala Ruangan
Tabel 1.22 Rapat Keperawatan
No Aspek Yang dinilai Score Persentase
1 Ada jadwal rapat keperawatan rutin 1
2 Ada notulen rapat keperawatan 1
3 Agenda rapat membahas masalah-masalah 1
Ruangan
4 Dalam notulen, masalah terbahas tuntas 1
5 Ada kesimpulan rapat 1
6 Ada daftar hadir rapat 1
Jumlah 6 100%

Tabel 1.23 Case Conference


No Aspek Yang dinilai Score Persentase
1 Kesiapan bahan yang akan disampaikan 1
2 Memberikan salam (pembukaan) 1
3 Menyampaikan kasus 1
4 Memberikan kesempatan pada perawat 1
Untuk bertanya
5 Menjawab pertanyaan 1
6 Mendiskusikan hasil yang sudah dilakukan 1
7 Menyimpulkan hasil 1
8 Menyampaikan rencana tindak lanjut 1
9 Menutup kegiatan 1

34
Jumlah 9 100 %
NB: Jarang dilakukan.

35
Tabel 1.24 Rapat Tim Kesehatan
No Aspek Yang dinilai Score Persentase
1 Ada jadwal rapat keperawatan rutin 0
2 Ada notulen rapat keperawatan 0
3 Agenda rapat membahas masalah-masalah 0
Ruangan
4 Dalam notulen, masalah terbahas tuntas 0
5 Ada kesimpulan rapat 0
6 Ada daftar hadir rapat 0
Jumlah 0 0%

Tabel 1.25 Visite Dokter


No Aspek Yang dinilai Score Persentase
A Persiapan
1 Menyiapkan data klien 1
2 Menyiapkan klien 1
B Pelaksanaan
1 Memberikan salam 1
2 Menjelaskan data yang didapatkan dari 1
Klien
3 Menjelaskan tindakan yang sudah Dilakukan 1
4 Menjelaskan hasil tindakan yang 1
Dilakukan
5 Mendengarkan dokter bicara dengan 1
Terapeutik
6 Meminta klarifikasi dari dokter 1
7 Mendampingi dokter dalam pemeriksaan 1
8 Menggunakan komunikasi secara Terapeutik 1
C Dokumentasi
1 Meminta dokter untuk mendokumentasikan 1
dalam status klien
Jumlah 11 100 %
KUESIONER MPKP

Pilar I: Pendekatan manajement Keperawatan (Ketua Tim)

1. Perencanaan
Tabel 1.1 Rencana Harian
No Aspek Yang dinilai Score Persentase
1 Menyusun Rencana Harian setiap kali dinas 1
2 Ada tanggal dinas 1
3 Urutan kegiatan secara kronologis 0
4 Ada kegiatan manajerial 0
5 Ada kegiatan asuhan 1
6 Rencana Harian dikerjakan secara konsisten 1
Jumlah 4 66,6%

Tabel 1.2 Rencana Bulanan


No Aspek Yang dinilai Score Persentase
1 Menetapkan rencana bulanan 0
2 Rencana bulanan berisi seluruh kegiatan 0
yang akan dilaksanakan selama sebulan
3 Ada aktivitas manajerial 0
4 Ada aktivitas asuhan 0
5 Rencana bulanan dikerjakan secara konsisten 0
Jumlah 0 0%
NB: Tidak ada rencana bulanan

2. pengorganisasian
Tabel 1.3 Jadwal Dinas
No Aspek Yang dinilai Score Persentase
1 Menggunakan format yang disediakan 1
2 Tercantum nama-nama perawat per Tim 1
3 Tergambar adanya penanggung jawab harian 1
4 Susunan dinas pership, pagi, sore dan malam 1
5 Jadwal dibuat untuk satu bulan 1
Jumlah 5 100%

Tabel 1.4 Daftar Pasien


No Aspek Yang dinilai Score Persentase
1 Tercantum nama pasien tiap tim 1
2 Tercantum nama katim 1
3 Tergambar nama perawat pelaksana 1
4 Tergambar perawat asosiet (PA) 0
5 Tercantum nama dokter yang merawat 1
6 Tergambar perawat yang dinas pagi, sore dan 1
malam
7 Tercantum tanggal, bulan dan tahun 1
Jumlah 6 85,71 %

3. Pengarahan
Tabel 1.5 Pre Confrence
No Aspek Yang dinilai Score Presentase
1 Katim/Pj Tim membuka acara 1
2 Katim/Pj Tim menanyakan rencana harian 1
3 Katim/Pj Tim memberi masukan dan tindak 1
lanjut
4 Katim/Pj Tim memberi reinforcement 1
5 Katim/Pj Tim menutup acara 1
Jumlah 5 100%

Tabel 1.6 Post Confrence


No Aspek Yang dinilai Score Persentase
1 Katim/Pj Tim membuka acara 1
Katim/Pj Tim menanyakan hasil
2 asuhan masing-masing 1
Pasien
3 Katim/Pj Tim menanyakan kendala pemberian 1
Asuhan

4 Katim/Pj Timmenanyakan 1
tindak lanjut pada dinas berikutnya
5 Katim/Pj Tim memberikan reinforcement 1
6 Katim/Pj Tim menutup acara 1
Jumlah 6 100 %

Tabel 1.7 Iklim Motivasi


No Aspek Yang dinilai Score Presentase
1 Anda memberi harapan yang jelas kepada staf 1
2 Anda bersikap fair dan konsisten terhadap 1
semua staf
3 Anda mengembangkan konsep kerja 1
Kelompok
4 Anda mengintegrasikan kebutuhan staf 0
dengan kebutuhan organisasi
5 Anda memberikan tantangan kerja sebagai 1
kesempatan untuk mengembangkan diri
6 Anda melibatkan staf dalam pengambilan 1
Keputusan
7 Anda memberikan kesempatan kepada staf 1
menilai dan mengontrol pekerjaannya
8 Anda menciptakan hubungan saling 1
percaya dan menolong dengan staf
9 Anda menjadi role model bagi staf 1
10 Anda memberikan reinforcement (pujian) 1
Jumlah 9 90 %

Tabel 1.8 Pendelegasian


No Aspek Yang dinilai Score Persentase
Pendelegasian dilakukan kepada staf yang
1 memiliki kompetensi yang dibutuhkan dalam 1
menjalankan tugas
2 Tugas yang dilimpahkan dijelaskan sebelum 1
melakukan pendelegasian
3 Selain pelimpahan tugas, kewenangan juga 1
dilimpahkan
4 Waktu pendelegasian tugas ditentukan 1
Apabila si pelaksana tugas mengalami
5 kesulitan, Karu, Katim memberikan arahan 1
untuk mengatasi masalah
6 Ada evaluasi setelah selesai tugas 0
dilaksanakan
Jumlah 5 83,33%

Tabel 1.9 Supervisi


No Aspek Yang dinilai Score Presentase
1 Supervisi disusun secara terjadwal 0
2 Semua staf mengetahui jadwal supervisi yang 1
dilaksanakan
3 Materi supervisi dipahami oleh supervisor 1
maupun staf
4 Supervisor mengorientasikan materi supervisi 1
kepada staf yang disupervisi
5 Supervisor mengkaji kinerja staf sesuai 1
dengan materi supervise
6 Supervisor mengidentifikasi pencapaian staf 1
dan memberikan reinforcement
7 Supervisor mengidentifikasi aspek kinerja 1
yang perlu ditingkatkan oleh staf
8 Supervisor memberikan solusi dan role 1
model bagaimana meningkatkan kinerja staf
9 Supervisor menjelaskan tindak lanjut 1
supervisi yang telah dilaksanakan
10 Supervisor memberikan reinforcement 1
terhadap pencapaian keseluruhan staf
Jumlah 9 90 %

Pilar II : Sistem Penghargaan


1. Ketua Tim
Tabel 1.10 Kompensatori Reward
No Aspek Yang dinilai Score Persentase
1 Ada program orientasi staf baru yang masuk 1
ke MPKP
2 Pelatihan/bimbingan terstruktur tentang 1
MPKP
3 Ada penilaian kinerja semua staf MPKP 1
4 Pemberian insentif khusus sesuai kinerja 0
5 Pemberian kesempatan mengikuti seminar, 1
pelatihan, symposium
6 Pemberian kesempatan melanjutkan 1
Pendidikan
7 Promosi sesuai kinerja 0
8 Pemberian penghargaan khusus 0
9 Pemberian sertifikat MPKP 0
Jumlah 5 55,55 %
Pilar III : Hubungan Profesional
1. Ketua Tim
Tabel 1.11 Case Confrence
No Aspek Yang dinilai Score Presentase
1 Kesiapan bahan yang akan disampaikan 1
2 Memberikan salam (pembukaan) 1
3 Menyampaikan kasus 1
4 Memberikan kesempatan pada perawat 1
untukbertanya
5 Menjawab pertanyaan 1
6 Mendiskusikan hasil yang sudah dilakukan 1
7 Menyimpulkan hasil 1
8 Menyampaikan rencana tindak lanjut 1
9 Menutup kegiatan 1
Jumlah 9 100 %

Tabel 1.12 Visite Dokter


No Aspek Yang dinilai Score Presentase
A Persiapan
1 Menyiapkan data klien 1
2 Menyiapkan klien 1
B Pelaksanaan
1 Memberikan salam 1
2 Menjelaskan data yang didapatkan dari 1
Klien
3 Menjelaskan tindakan yang sudah Dilakukan 1
4 Menjelaskan hasil tindakan yang 1
Dilakukan
5 Mendengarkan dokter bicara dengan 1
Terapeutik
6 Meminta klarifikasi dari dokter 1
7 Mendampingi dokter dalam pemeriksaan 1
8 Menggunakan komunikasi secara Terapeutik 1
C Dokumentasi
1 Meminta dokter untuk mendokumentasikan 1
dalam status klien
Jumlah 11 100 %
Pilar IV : Patient Care Delevery (PCD)
1. Kepala Tim
Tabel 1.14 Patient Care Delevery
No Aspek Yang dinilai Score Persentase
1 Terdapat daftar diagnosis keperawatan 1
terbesar di ruangan
2 Terdapat standart operasional prosedur SOP 1
3 SOP mengacu pada diagnosa keperawatan 1
(bukan medis)
Jumlah 3 100%
KUESIONER MPKP
Pilar I : Perencanaan
1. Perencanaan
Tabel 1.1 Rencana Harian
No Aspek Yang dinilai Score Persentase
1 Menyusun Rencana Harian setiap kali dinas 1
2 Ada tanggal dinas 1
3 Urutan kegiatan secara kronologis 1
4 Ada kegiatan manajerial 1
5 Ada kegiatan asuhan 1
6 Rencana Harian dikerjakan secara konsisten 1
Jumlah 6 100 %

Pilar II : Patient Care Delevery (PCD)


1. Patient Care Delevery (PCD)
Tabel 1.2 Patient Care Delevery (PCD)
No Aspek Yang dinilai Score Persentase
1 Terdapat daftar diagnosis keperawatan 1
terbesar di ruangan
2 Terdapat standart operasional prosedur SOP 1
3 SOP mengacu pada diagnosa keperawatan 1
(bukan medis)
Jumlah 3 100%
C. Identifikasi Masalah Ruang Anturium
Setelah dilakukan analisa situasi dengan pendekatan 4 Pilar yaitu pendekatan
management approach, hubungan professional dan pelaksanaan asuhan
keperawatan dengan menggunakan rata-rata analisis skoring data maka dari
kelompok 3,4 dan 15 menemukan permasalahan sebagai berikut:
1. Rencana Harian
2. Timbang terima
3. Case Conference
4. Filosofi
5. Post Conference
6. Supervisi
D. Prioritas Masalah
Dalam memprioritaskan masalah yang ditemukan kelompok menggunakan
cara:
M1 : Magnitute (seringnya masalah muncul)
S : Severity (besarnya kerugian)
M2 : Managebility (masalah dapat dipecahkan)
N : Nursing Consern (focus pada keperawatan)
A : Affordability (ketersediaan SDM)
Pembobotan nilai yang diberikan menggunakan Skala Likert dengan nilai :
1 : Sangat mudah diatasi
2 : Mudah diatasi
3 : Sulit diatasi
4 : Sangat sulit diatasi
Tabel Identifikasi Prioritas Masalah Managemen Approach Ruang Anturium RSD
dr.Soebandi Jember
No Daftar Masalah M1 S M2 N A Total
1. Rencana Harian 1 2 1 2 2 8

2. Case 2 4 3 2 3 14
Conference
3. Filosofi 2 3 2 4 4 15
4. Post Conference 2 2 2 3 2 11
5. Supervisi 3 3 2 2 2 12
6. Timbang terima 2 3 2 3 3 13

Berdasarkan fokus keperawatan diatas dapat disimpulkan skala prioritas masalah


Manajemen Approach yaitu:
1. Filosofi
2. Case conference
3. Timbang terima
4. Supervisi
5. Post conference
6. Rencana harian
BAB III

PERENCANAAN

A. Tujuan Pemecahan Masalah


Setelah dilakukan analisa dengan 4 pilar yaitu dengan pendekatan management approach ,
compensatory reward, hubungan profesional dan pelaksannan dengan mengunakan analisis scoring
data, maka kelompok merumuskan tujuan pemecahan masalah sebagai berikut :
1. Masalah
a. Rencana Harian
b.Supervisi
c. Post Conference
d. Filosofi
e. Case conference
f. Timbang terima

Maka kesimpulan yang didapat adalah belum terlaksananya semua masalah MPKP
yang ada diruang Antorium RSD dr Soebandi Jember, masalah masih muncul pada
hasil observasi dan pengkajian ulang yang di lakukan oleh kelompok 3, 4 dan 15.

2. Masalah Prioritas
a. Filosofi
b. Case conference
c. Timbang terima
d. Supervisi
e. Post conference
f. Rencana harian
B. Alternatif Pemecahan Masalah
Berdasarkan masalah yang telah diprioritaskan sehingga kelompok merumuskan beberapa
alternatif pemecahan masalah yang dapat diterapkan diRuang Anturium RSD dr Soebandi
Jember yaitu:
1. Menyusun filosofi ruangan yang dapat dijadikan pedoman dalam kegiatan pelayanan
2. Melakukan case conference sesuai dengan jadwal yang telah disepakati bersama
3. Meningkatkan kualitas timbang terima dengan melakukan pre conference antara
kepala ruangan dengan ketua tim dan perawat pelaksana yang telah dioperkan oleh
perawat yang shift pada malam hari ke perawat yang shift pagi.
4. Melakukan supervisi kepala ruangan dan katim secara terstruktur
5. Melakukan post conference terkait kepala ruangan ke kepala tim guna mengetahui apa saja
yang sudah di lakukan oleh ketua tim dan perawat pelaksana
6. Menyusun rencana harian dan mengaplikasikan secara rutin.
BAB IV
PELAKSANAAN
Praktek manajemen yang dilakukan oleh kelompok, telah berusaha
menerapkan model MPKP Tim sebaik mungkin berdasarkan 4 pilar yang dimiliki
MPKP yaitu, Management Approach, Compensatory Reward, Profesional
Relationship, dan Patient Care Delivery (PCD). Adapun pelaksanaan MPKP
yang telah kami lakukan adalah sebagai berikut :
A. Pelaksanaan Kegiatan Pemecahan Masalah
Berdasarkan prioritas masalah yang disepekati, maka mahasiswa praktik
kelompok 3,4 dan 15 Profesi Ners Manajemen diruang Anturium RSD dr.
Soebandi Jember memberikan alternatif dari beberapa masalah yang
didapatkan, yaitu :
a. Mengusulkan penyusunan filosofi ruangan sebagai acuan atau pedoman
ruangan dalam menjalankan asuhan keperawatan.
b. Melakukan supervisi kepala ruangan secara terstruktur
c. Melakukan supervisi ketua tim secara terstruktur
d. Melakukan case conference sesuai dengan jadwal yang telah disepakati
bersama
e. Melakukan postconference terkait kepala ruangan dan ketua tim untuk
mengetahui apa saja yang sudah dilakukan oleh ketua tim dan perawat
pelaksana
f. Meningkatkan Kualitas Timbang terima dengan Melakukan pre conference antara
kepala ruangan dengan ketua tim dan perawat pelaksana yang telah di operkan oleh
perawat yang shift pada malam hari ke perawat yang shift pada pagi hari
B. Pemaparan Kegiatan
1. Menyusun filosofi bersama kelompok dengan mengusulkan ke kepala
ruangan.
Filosofi disusun sebagai pedoman perawat ruangan dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada pasien yang mencakup bio, psiko,
sosio dan spiritual sehingga pasien mampu mendapatkan keamanan,
keselamatan dan perawatan yang baik selama menjalani perawatan di RSD
dr. Soebandi Jember. Dalam pelaksanaannya mahasiswa profesi ners
mengusulkan filosofi kepada ruangan untuk di gunakan dalam ruangan.
Filosofi yang sudah disusun kelompok yaitu “ Memberikan pelayanan
kedokteran dan keperawatan dengan ikhlas tanpa memandang latar belakang
pasien”
2. Melakukan case conference dengan kepala ruangan, katim dan perawat
pelaksana
Kegiatan case conference dilaksanakan pada hari rabu tanggal 5 mei
2021 pukul 08.00 WIB melalui daring dan diikuti oleh pembimbing
akademik, pembimbing ruangan, perawat ruangan dan mahasiswa profesi
ners kelompok 3,4 dan 15. Kegiatan telah dilaksanakan dengan
mempresentasikan hasil pemberian asuhan keperawatan pada pasien
kelolaan dengan diagnosa medis CKD, hipertensi, anemia . Case conference
dilaksanakan dengan baik dan ada feedback antar anggota kelompok dan
pembimbing.
3. Melakukan timbang terima dengan memaksimalkan preconference
antara kepala ruangan , ketua tim dan perawat pelaksana
Kegiatan Role Play ini sudah dilakukan oleh mahasiswa profesi ners
sejak hari Jum’at tanggal 30 April 2021 yang diawali dengan shift pagi
kemudian dilanjutkan pada shift berikutnya sampai dengan tanggal 8 Mei
2021. Adapun mahasiswa praktik profesi manajemen keperawatan
melaksanakan Role Play yaitu:
NAMA JUM’AT SABTU MINGGU SENIN SELASA RABU KAMIS JUM’AT SABTU
Febita Bella Pratidila L S (PP) L S (Katim) L P (PP) L S (Karu) L
Yayuk Rahayuningtyas L S (Katim) L L S (PP) L S (Karu) L S (Katim 1)
Edi Santoso L P (PP) L S (PP) L P (Karu) L P (Katim) L
Seby Prasasti L P (PP) L L P (Karu) L S (PP) L S (Katim)
Mirah Susanti L P (Katim1) L P (Karu) L S (Katim 1) L S (PP) L
Yunita Riskiyawati P (Karu) L L L P (Katim 1) L P (PP) L P (PP)
Yulanda Irma Tiara P (Katim) L L P (PP) L S (PP) L P (Karu) L
Rizky Pradana P (PP) L L L S (Katim) L P (Karu) S (Katim1) L
Rungkut Rizaki L S (Karu) L P (PP) L S (Karu) P (Katim) L L
Riska Handayani S (Katim) L L L S (PP) L L P (PP) P (Karu)
Firda Devi Candranita S (PP) L L S (Karu) L P (Katim) L L P (Katim)
Gunawan Tri Sutrisno S (Karu) L L L P (PP) L S (Katim) L S (PP)
Bambang Triono L P (Karu) L P (Katim) L S (PP) L P (PP) L
Pada kegiatan Role Play pada tanggal 30 April-8 Mei 2021 ini
dilakukan Timbang terima dan Pre Conference. Pada saat pelaksanaan Role
Play kepala ruangan memimpin kegiatan timbang terima dan memberikan
kesempatan kepada Ketua tim untuk melakukan pre conference, serta
menyusun rencana harian ketua tim. Seluruh rencana kerja tersebut telah
terlaksana.

4. Melakukan supervisi kepala ruangan secara terstruktur

Penyusunan kegiatan ini berdasarkan masalah yang ditemukan selama


desiminasi awal di Ruang Anturium RSD dr.Soebandi Jember. Dari hasil analisis
yang telah dilakukan di dapatkan kepala ruangan jarang melakukan supervisi
setelah setahun terakhir karena adanya pandemi. Supervisi dilakukan dari tim
manajemen RSD dr Soebandi Jember. Mahasiswa praktik profesi ners yang
bertindak sebagai kepala ruangan telah melakukan bentuk supervisi mengenai
pelayanan pasien rawat inap terhadap ketua tim maupun perawat pelaksana
dengan menggunakan Praktik Keperawatan Profesional. Disini kami
mengharapkan dapat melakukan dan menerapkan pilar-pilar dari model praktik
keperawatan profesional sesuai dengan teori yang telah disampaikan. Pada
tanggal 5 Mei 2021 telah dilakukan Supervisi oleh kepala ruangan yaitu
supervisi perawatan luka bersih dan juga telah dilakukan penilaian sesuai
dengan SOP yang ada.

5. Melakukan supervisi ketua tim secara terstruktur

Kegiatan supervisi ini telah dilakukan sesuai dari hasil analisa di desiminasi
awal Ruang Anturium RSD dr Soebandi Jember. Ketua tim diruangan ini
sebenarnya sudah melakukan supervisi, namun ketika masa pandemi supervisi
tidak dilakukan secara sering. Sehingga praktikan mahasiswa melaksanakan
kegiatan ini sesuai dengan SOP yang sudah ditetapkan di ruangan yang
kemudian kepala tim mampu menilai terkait kinerja perawat pelaksana dalam
memberikan tindakan keperawatan.

Kegiatan ini sudah dilakukan sejak tanggal 30 April-8 Mei 2021 sesuai
dengan jadwal role play yang sudah disepakati kelompok. Pada pelaksanaannya
mahasiswa tidak mengalami kesulitan karena sudah ada SOP yang digunakan
sebagai pedoman. Pada tanggal 30 April 2021 telah dilakukan supervisi ROM
pasif dan injeksi pada pasien kelolaan, kemudian tanggal, kemudian tanggal 4
Mei 2021 telah dilakukan supervisi pemasangan tranfusi darah PRC dan semua
tindakan sudah dilaksanakan sesuai SOP.

6. Melakukan post conference dengan melibatkan kepala ruangan, ketua tim


dan perawat pelaksana
Kegiatan post conference pada tanggal 30 April – 8 Mei 2021 ini dilakukan
post conference pada akhir shift pagi dan shift siang. Kepala ruangan memimpin
jalannya kegiatan post conference dan menanyakan terkait apa saja yang sudah
dilakukan selama shift kepada PJ shift pada hari tersebut. Kegiatan ini dilakukan
setiap hari pada menjelang akhir shift.

Penyusunan kegiatan ini berdasarkan masalah yang ditemukan selama


desiminasi awal di Ruang Anturium. Berdasarkan hasil analisis kelompok di
dapatkan kepala ruangan jarang melakukan post conference semenjak adanya
pandemi Covid-19. Post conference dilakukan dari mahasiswa profesi ners
departemen manajemen keperawatan Fikes UM Jember dengan melibatkan
perawat ruangan Anturium RSD dr Soebandi Jember.

7. Menyusun rencana harian kepala ruangan, ketua tim dan perawat


pelaksana

Berdasarkan hasil desiminasi awal rencana harian di Ruang Anturium


sebagian sudah dilakukan yaitu dari kepala ruangan ke ketua tim dan perawat
pelaksana begitu juga dari ketua tim ke perawat pelaksana, namun pada point
ketua tim dengan perawat pelaksana belum maksimal sehingga mahaiswa ners
mencoba melaksanakannya dengan role play yang sudah ditentukan.

Kegiatan ini sudah kelompok praktikan lakukan sejak role play tanggal
30 April 2021 hingga akhir shift pada tanggal 8 Mei 2021 yaitu setiap kepala
ruangan, ketua tim dan perawat pelaksana menuliskan rencana harian sesuai
peran di masing-masing shift kemudian di jadikan satu sebagai dokumentasi
pembukuan perawat ruangan.
BAB V

EVALUASI

A. Evaluasi Struktur
1. Jumlah mahasiswa Profesi Ners yang tergabung dalam kelompok 3,4
dan 15 yaitu sebanyak 13 mahasiswa
2. Mahasiswa praktik Profesi Ners telah dibentuk struktur organisasi yang
terdiri atas ketua, wakil ketua, sekertaris, bendahara, K.A analisis data
dan prioritas, K.A pengelolaan data, K.A desiminasi awal, K.A role
play, K.A case conference, dan K.A desiminasi akhir. Dimana
pembentukan struktur ini bertujuan untuk mempermudah proses
kegiatan yang akan dilakukan selama praktik profesi manajemen
keperawatan.
3. Selain itu juga telah dibentuk struktur organisasi ruangan yang terdiri
atas kepala ruangan, ketua tim I, ketua tim II, dan perawat pelaksana.
4. Pengumpulan data dilakukan oleh kelompok 3,4 dan 15 pada tanggal
26-27 April 2021 di Ruang Anturium RSD. Dr. Soebandi Jember.

B. Evaluasi Proses

Evaluasi kegiatan role play MPKP metode tim yang telah dilakukan oleh
mahasiswa Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Jember dalam menjalani praktik departemen manajemen
keperawatan kelompok 3,4, dan 15 di Ruang Anturium RSD. Dr.
Soebandi Jember, yaitu melakukan rencana tindak lanjut dari
permasalahan yang ada dalam kegiatan role play, antara lain menyusun
filosofi yaitu” Memberikan pelayanan kedokteran dan keperawatan
dengan ikhlas tanpa memandang latar belakang pasien” bersama
kelompok dengan mengonsulkan kepada kepala ruangan, melakukan case
conference dengan kepala ruangan, ketua tim, dan perawat pelaksana,
melakukan role play timbang terima dengan memaksimalkan Pre-post
Conference antara kepala ruangan, ketua tim, dan perawat pelaksana,
melakukan supervisi kepala ruangan, ketua tim, dan perawat pelaksana
secara terstruktur, menyusun rencana harian kepala ruangan, ketua tim,
dan perawat pelaksana. Kegiatan tersebut dilaksanakan pada tanggal 30
April – 08 Mei 2021, dimana kegiatan role play yang dilakukan telah
sesuai dengan MPKP yaitu dengan metode tim. Kegiatan ini diikuti oleh
13 mahasiswa yang berperan sebagai kepala ruangan, ketua tim, dan
perawat pelaksana sesuai dengan jadwal role play yang telah disepakati
kelompok.

C. Evaluasi Hasil

1. Penyusunan filosofi

Mahasiswa Profesi Ners melakukan penyusunan filosofi yang akan


diajukan ke kepala ruangan untuk digunakan di Ruang Anturium.
Filosofi disusun sebagai pedoman perawat ruangan ketika memberikan
asuhan keperawatan kepada pasien yang mencakup biologis, psikologis,
sosial dan spiritual sehingga pasien mendapatkan keamanan, keselamatan
dan perawatan yang baik selama proses perawatan di RSD dr. Soebandi
Jember.

2. Kegaiatan Case Conference dengan kepala ruangan, ketua tim, dan


perawat pelaksana

Kegiatan case conference ini dilaksanakan pada hari rabu tanggal 05 Mei
2021 pukul 09.00 WIB via daring yang diikuti oleh pembimbing
akademik, pembimbing ruangan, perawat ruangan dan mahasiswa
Profesi Ners kelompok 3,4 dan 15. Kegiatan case conference ini
dilaksanakan dengan mempresentasikan hasil pemberian asuhan
keperawatan pada pasien kelolaan dengan diagnosa medis CKD,
hipertensi, anemia. Case conference dapat dilaksanakan dengan baik dan
lancar, serta terdapat beberapa masukan atau respon antar anggota
kelompok dan pembimbing klinik ataupun pembimbing akademik.

3. Kegiatan timbang terima dengan memaksimalkan pre-


postconference antara kepala ruangan, ketua tim, dan perawat
pelaksana

Kegiatan role play timbang terima ini dilaksanakan oleh kelompok 3,4,
dan 5 mahasiswa Profesi Ners sejak tanggal 30 April-05 Mei 2021 yang
diawali dengan shift pagi dan kemudian dilanjutkan oleh shift siang.
Kegiatan role play timbang terima ini diikuti oleh kepala ruangan, ketua
tim, dan perawat pelaksana sesuai dengan jadwal role play yang telah
disepakati kelompok. Ketika pelaksanaan role play kepala ruangan
memimpin kegiatan timbang terima ini dan memberikan kesempatan
kepada ketua tim untuk menyampaikan atau melaporkan keadaan,
kondisi, dan situasi pasien beserta lingkungan. Setelah dilakukan
timbang terima antar shift kemudian dilanjutkan dengan pre conference,
yaitu pengulasan kembali terkait dengan program lanjutan yang akan
dilakukan. Kemudian juga dilakukan post conference dimana kepala
ruangan akan menanyakan terkait dengan program apa saja yang telah
dilakukan selama shift kepada penanggung jawab shift .

4. Kegiatan supervisi kepala ruangan secra terstruktur

Penyusunan kegiatan ini berdasarkan masalah yang ditemukan


selama desiminasi awal di Ruang Anturium RSD dr.Soebandi Jember.
Dari hasil analisis yang telah dilakukan di dapatkan kepala ruangan
jarang melakukan supervisi setelah setahun terakhir karena adanya
pandemi. Supervisi dilakukan dari tim manajemen RSD dr Soebandi
Jember. Mahasiswa praktik profesi ners yang bertindak sebagai kepala
ruangan telah melakukan bentuk supervisi mengenai pelayanan pasien
rawat inap terhadap ketua tim maupun perawat pelaksana dengan
menggunakan Praktik Keperawatan Profesional. Disini kami
mengharapkan dapat melakukan dan menerapkan pilar-pilar dari model
praktik keperawatan profesional sesuai dengan teori yang telah
disampaikan. Pada tanggal 5 Mei 2021 telah dilakukan Supervisi oleh
kepala ruangan yaitu supervisi perawatan luka bersih dan juga telah
dilakukan penilaian sesuai dengan SOP yang ada.

5. Kegiatan supervisi ketua tim secara terstruktur

Kegiatan ini dilakukan pada tanggal 30 April-08 Mei 2021 oleh


mahasiwa praktik Profesi Ners Universitas Muhammadiyah Jember
kelompok 3,4, dan 15 di Ruang Anturium RSD. Dr. Soebandi Jember
sesuai dengan jadwal role play yang telah disepakati kelompok. Kegiatan
ini berjalan dengan baik karena telah ada SOP yang digunakan oleh
mahasiswa sebagai pedoman. Pada tanggal 30 April 2021 telah dilakukan
supervisi oleh ketua tim kepada perawat pelaksana terkait dengan ROM
(Range Of Motion) pasif dan injeksi pada pasien kelolaan, kemudian
pada tanggal 04 Mei juga dilakukan supervisi pemasangan transfusi
darah PRC, dimana semua tindakan telah sesuai dengan SOP yang ada.

6. Penyusunan rencana harian kapala ruangan, ketua tim, dan


perawat pelaksana

Penyusunan rencana harian ini juga dilakukan pada tanggal 30


April-08 Mei 2021 oleh mahasiwa praktik Profesi Ners Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jember kelompok 3,4, dan 15 di
Ruang Anturium RSD. Dr. Soebandi Jember sesuai dengan jadwal role
play. Kegiatan ini berjalan dengan lancar dan sesuai dengan tugasnya
masing-masing, diamana kegiatan ini berisi tentang perencanaan secara
tertulis terkait dengan apa yang akan dilakukan ketika shift baik oleh
kepala ruangan, ketua tim, ataupun perawat pelaksana yang kemudian
akan dijadikan satu sebagai dokumentasi untuk pembukuan perawat
ruangan.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Hasil yang telah didapatkan dari evaluasi struktur mahasiswa berjumlah 13
mahasiswa, kelompok menyusun shift mahasiswa ruang anturium pada tanggal
26 April 2021, kelompok menyusun struktur organisasi ruang anturium pada
tanggal 26 April 2021, kelompok menyusun struktur organisasi role play ruang
anturium pada tanggal 30 April 2021, pengumpulan data didapatkan secara
sekunder dan primer, dan pasien kelolaannya yaitu bed 7, 8, 9, 13, 14, 18, 19
2. Hasil yang telah didapatkan dari evaluasi proses kegiatan role play MPKP
metode tim pada saat proses role play berlangsung pada tanggal 30 April
sampai dengan 8 Mei 2021 tidak terdapat kendala yang signifikan, dan
kegiatan role play berjalan dengan lancar sesuai dengan ganchart yang telah
disusun oleh kelompok. Pada tanggal 05 Mei telah dilakukan supervisi oleh
kepala ruangan yaitu supervisi perawatan luka gangren, Sedangkan pada
tanggal 30 April dan 04 Mei 2021 telah dilakukan supervisi oleh katim yaitu
supervisi injeksi dan tranfusi PRC.
3. Adapun upaya pemecahan masalah yang dilakukan kelompok yaitu melakukan
timbang terima dengan memaksimalkan pre conference dengan kepala
ruangan kepada kepala tim dengan melibatkan perawat pelaksana pada tanggal
30 april- 8 mei 2021 presentase awal ialah 80% namun sekarang menjadi
100%, melakukan post conference dengan melibatkan kepala ruangan, kepala
tim dan perawat pelaksana pada tanggal 30 april- 8 mei 2021 yang awalnya
83,35 % menjadi 100%, menyusun filosofi bersama kelompok dengan
mengusulkan ke kepala ruangan, melakukan case conference dengan kepala
ruangan, katim dan perawat pelaksana pada tanggal 05 mei 2021, melakukan
timbang terima dengan memaksimalkan pre conference antara kepala ruangan,
ketua tim dan perawat pelaksana.
B. Saran
1. Ruang Anturium
Berdasarkan hasil yang diperoleh, kami menyarankan untuk ruangan bisa
meningkatkan timbang terima dengan memaksimalkan pre conference kepada
kepala ruangan kepada kepala tim dengan melibatkan perawat pelaksana,
melakukan post conference secara terstruktur, serta menyusun filosofi bersama
kelompok dengan mengusulkan ke kepala ruangan.
2. Perawat
Kelompok menyarankan kepada perawat untuk meningkatkan kemampuan,
keterampilan, dan pengetahuan perawat pelaksana dalam pemberian pelayanan
keperawatan sesuai dengan SOP, sehingga dapat melaksakan tujuan yaitu
menerapkan asuhan keperawatan dengan baik, bermutu dan professional
3. Mahasiswa

Dengan adanya kegiatan praktik manajemen keperawatan,


mengharapkan mahasiswa mampu memahami proses MPKP secara nyata,
dan dapat diterapkan dalam pelayanan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

Asmuji. 2012. Manajemen Keperawatan. Ar-Ruzz Media. Yogyakarta

Asmuji 2014. Manajemen Keperawatan Konsep dan Aplikasi. Ar-Ruzz Media


Yogyakarta.

Sitorus, Ratna.2006.Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah Sakit:Penataan


Struktur dan Proses (Sistem) Pemberian Asuhan Keperawatan di
Ruang Rawat.Jakarta:EGC

Tim Pokja. 2016 . SDKI ( Standart Diagnosa Keperawatan Indonesia). Dewan


Pimpinan Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Jakarta Selatan

Riyadi, S 2016. Standard Operating Procedure Dalam Praktik Klinik Keperawatan.


Dasar. Pustaka Belajar. Celeban Timur. Yogyakarta.
LAMPIRAN
LAMPIRAN

JADWAL KEGIATAN KELOMPOK 3,4 DAN 15 DEPARTEMEN MANAJEMEN KEPERAWATANFAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER RUANG ANTURIUM RSD dr. SOEBANDI JEMBER

APRIL-MEI 2021
No. Kegiatan Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu
26 27 28 29 30 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1. Pengumpulan
Data
2. Menganalisa
Data
3. Merumuskan
Masalah
4. Menentukan
Prioritas
Masalah
5. Menyusun
Rencana
Kegiatan
Penyelesaian
Masalah

6. Diseminasi
Awal
7. Melakukan
Roleplay
8. Diseminasi
Akhir
9. Melakukan
Kegiatan
Penyelesaian
Masalah
10. Pengumpulan
Laporan

11 Supervisi
. Injeksi
12. Supervisi
Tranfusi PRC
13. Supervisi
Rawat Luka
Gangren
14. Supervisi

16. Supervisi

17. Supervisi

18. Case Conference


LAMPIRAN
JADWAL SHIFT MANAJEMEN KEPERAWATAN MAHASISWA FIKES UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
DI RUANG ANTURIUM RSD dr. SOEBANDI JEMBER PERIODE 26 APRIL-8 MEI 2021

NAMA SENIN SELASA RABU KAMIS JUM’AT SABTU


Febita Bella Pratidila L S L P L S (PP)
Yayuk Rahayuningtyas L S L S L S(Katim)
MINGGU Edi Santoso L S L P L P (PP)
PERTAMA Seby Prasasti L P L S L P (PP)
Mirah Susanti L P L S L P (Katim1)
Yunita Riskiyawati S L P L P(Karu) L
Yulanda Irma Tiara P L S L P(Katim) L
Rizky Pradana P L S L P (PP) L
Rungkut Rizaki L S L P L S (Karu)
Riska Handayani S L P L S (Katim) L
Firda Devi Candranita P L S L S (PP) L
Gunawan Tri Sutrisno S L P L S (Karu) L
Bambang Triono L P L S L P (Karu)

NAMA SENIN SELASA RABU KAMIS JUM’AT SABTU


Febita Bella Pratidila S L P L S L
(Katim) (PP) (Karu)
MINGGU
KEDUA
Yayuk Rahayuningtyas L S L S L S
(PP) (Karu) (Katim 1)

Edi Santoso S L P L P L
(PP) (Karu) (PP)
Seby Prasasti L P L S L S
(Karu) (PP) (Katim)

Mirah susanti P L S L S L
(Karu) (Katim 1) (PP)

Yunita Riskiyawati L P L P L P
(Katim 1) (PP) (PP)
Yulanda Irma Tiara P L S L P L
(PP) (PP) (Karu)
Rizky Pradana L S L P S L
(Katim) (Karu) (Katim1)
Rungkut Rizaki P L S P L L
(PP) (Karu) (Katim)
Riska Handayani L S L L P P
(PP) (Katim) (Karu)
Firda Devi Candranita S L P L L P
(Karu) (Katim) (Katim)
Gunawan Sutrisno L P L S L S
(PP) (Katim) (PP)
Bambang Triono P L S L P L
(Katim ) (PP) (PP)
JADWAL ROLE PLAY

NAMA JUM’AT SABTU MINGGU SENIN SELASA RABU KAMIS JUM’AT SABTU
Febita Bella Pratidila L S (PP) L S (Katim) L P (PP) L S (Karu) L
Yayuk Rahayuningtyas L S (Katim) L L S (PP) L S (Karu) L S (Katim 1)
Edi Santoso L P (PP) L S (PP) L P (Karu) L P (Katim) L
Seby Prasasti L P (PP) L L P (Karu) L S (PP) L S (Katim)
Mirah Susanti L P (Katim1) L P (Karu) L S (Katim 1) L S (PP) L
Yunita Riskiyawati P (Karu) L L L P (Katim 1) L P (PP) L P (PP)
Yulanda Irma Tiara P (Katim) L L P (PP) L S (PP) L P (Karu) L
Rizky Pradana P (PP) L L L S (Katim) L P (Karu) S (Katim1) L
Rungkut Rizaki L S (Karu) L P (PP) L S (Karu) P (Katim) L L
Riska Handayani S (Katim) L L L S (PP) L L P (PP) P (Karu)
Firda Devi Candranita S (PP) L L S (Karu) L P (Katim) L L P (Katim)
Gunawan Tri Sutrisno S (Karu) L L L P (PP) L S (Katim) L S (PP)
Bambang Triono L P (Karu) L P (Katim) L S (PP) L P (PP) L
STRUKTUR ORGANISASI ROLE PLAY TIMBANG TERIMA

RUANG ANTURIUM RSD Dr. SOEBANDI


KELOMPOK 3,4 DAN 15
TIM 1

KEPALA RUANGAN

Rizky Pradana,S.Kep

KEPALA TIM I KEPALA TIM II

Yulanda Irma Tiara,S.kep Rungkut Rizaki,S.Kep

PERAWAT PELAKSANA I PERAWAT PELAKSANA II


NAMA: NAMA:
1. Yunita Riskiyawati,S.Kep 1. Riska Handayani,S.Kep
2. Firda Devi Candranita,S.Kep 2. Gunawan Sutrisno
3. Bambang Triono,S.Kep
TIM 2

KEPALA RUANGAN

Mirah Susanti,S.Kep

KEPALA TIM I KEPALA TIM II

Yayuk Rahayuningtyas,S.Kep 1. Febita Bella Pratidila,S.Kep

PERAWAT PELAKSANA I PERAWAT PELAKSANA II


NAMA: NAMA:
1. Edi Santoso,S.Kep 1. Seby Prasati,S.Kep
STRUKTUR ORGANISASI RUANG ANTURIUM
(MAHASISWA PROFESI NERS UM JEMBER)

KETUA
RIZKY PRADANA

SEKERTARIS BENDAHARA
YULANDA IRMA T. FIRDA DEVI C.

KA.ANALISIS DATA DAN KA. PENGELOMPOKAN DATA


KA DESIMINASI AWAL
PRIORITAS
1. MIRAH SUSANTI
1. YUNITA RISKIYAWATI
1. FEBITA BELLA PRATIDILA
2. GUNAWAN SUTRISNO
2. SEBY PRASASTI

KA ROLE PLAY KA CASE CONFERENCE KA. DESIMINASI AKHIR


1. RISKA HANDAYANI 1. YAYUK RAHAYUNINGTIYAS 1. RUNGKUT RIZAKI
2. EDI SUSANTO 2. BAMBANG TRIONO
DENAH RUANG ANTURIUM RSD dr. SOEBANDI JEMBER

KAMAR KAMAR
R. KARU RUANG MANDI MANDI
ISTIRAHAT PERAWAT PASIEN
PERAWAT
RUANG PERAWAT RUANG DISKUSI

KAMAR
BED 5 BED 6 BED 7 BED 8 BED 9 BED BED BED BED
MANDI 10 11 12 13
PASIEN
R
U
A
N
G

T
I
N
D
A
K
A GUDANG
N TABUNG O2
BED 4 BED 3 BED BED BED BED BED BED BED BED
2 1 19 18 17 16 15 14
SOP PRE CONFERENCE DAN POST
CONFERENCE RUANG ANTURIUM
RSD dr. SOEBANDI

1. Standar Prosedur Operasional (SPO) Pre Conference

Pengertian Pre conference adalah komunikasi ketua tim


dan perawat pelaksana setelah selesai operan
untuk rencana kegiatan pada shift tersebut
yang dipimpin oleh ketua tim atau
penanggung jawab tim.
Tujuan 1. Membantu mengidentifikasi masalah-
masalah pasien,
2. Merencanakan asuhan dan
merencanakan evaluasi hasil
3. Mempersiapkan hal-hal yang akan
ditemui di lapangan
4. Memberikan kesempatan untuk
berdiskusi tentang keadaan
pasien
Prosedur 1. Persiapan
a. Masing-masing tim menyiapkan tempat
pelaksanaan pre conference.
b. Masing-masing ketua tim sudah
menjadwalkan kegiatan pre conference
c. Pre conference dilaksanakan sebelum
pemberian asuhan keperawatan.
d. Waktu efektif yang diperlukan 10 atau
15 menit
e. Topik yang dibicarakan harus dibatasi,
umumnya tentang keadaan pasien,
perencanaan tindakan dan data-data
yang perlu ditambahkan
f. Yang terlibat dalam pre conference
adalah kepala ruangan, ketua tim dan
anggota tim.
2. Pelaksanaan
a. Melakukan pre conference setiap hari
segera setelah dilakukan pergantian
dinas pagi atau sore sesuai dengan
jadwal pelaksana.
b. Dipimpin oleh kepala ruangan
c. Konferensi dihadiri oleh kepala
ruangan, ketua tim dan perawat
pelaksana
d. Menyampaikan perkembangan dan
masalah pasien berdasarkan hasil
tindakan yang diberikan
e. Ketua Tim menyampaikan hal-hal
meliputi
1) Keluhan pasien (jika ada perubahan
data)
2) TTV dan kesadaran pasien (jika ada
perubahan data)
3) Hasil pemeriksaan laboratorium
atau diagnosis terbaru (jika ada
perubahan data)
4) Masalah keperawatan (jika ada
perubahan data)
5) Rencana keperawatan hari ini (jika
ada perubahan data)
6) Perubahan keadaan terapi medis
(jika ada perubahan data)
7) Rencana medis (jika ada perubahan
data)
f. Karu/Ketua tim mengingatkan
kembali standar prosedur yang
ditetapkan.
g. Karu/Ketua tim mengingatkan
kembali tentang kedisiplinan,
ketelitian, kejujuran dan kemajuan
masing–masing perawatan asosiet.
h. Karu/Ketua tim memberi kesimpulan.
3. Penutup
Karu/ketua tim mengucapkan selamat
melaksanakan asuhan keperawatan
kepaada perawat pelaksanaan.

Unit Terkait Ruang Rawat Inap


2. Standar Prosedur Operasional (SPO) Post Conference

Pengertian Post conference yaitu komunikasi katim


dan perawat pelaksana tentang hasil
kegiatan sepanjang shift dan sebelum
operan kepada shift berikutnya.
Tujuan 1. Untuk memberikan kesempatan
mendiskusikan penyelesaian masalah
dan membandingkan masalah yang
dijumpai.
2. Mengevaluasi hasil asuhan
keperawatan yang telah disusun saat
pre conference dan telah
diimplementasikan ke pasien.
3. Mendiskusikan dan tindak lanjut
asuhan keperawatan untuk dioperkan
kepada perawat atau jaga shift
selanjutnya.
4. Meningkatkan koordinasi dalam
rencana tindak lanjut pemberian asuhan
keperawatan
5. Meningkatkan pengetahuan dan
wawasan dalam menangani kasus.
Prosedur 1. Persiapan
a. Masing-masing tim menyiapkan
tempat pelaksanaan post conference.
b. Post conference dilakukan sesudah
pemberian asuhan keperawatan
c. Masing-masing ketua tim sudah
menjadwalkan kegiatan post
conference
d. Waktu efektif yang diperlukan 10
atau 15 menit
e. Topik yang dibicarakan harus
dibatasi, umumnya tentang hasil
asuhan keperawatan, tindakan yang
belum dilakukan dan data-data yang
perlu ditambahkan
f. Yang terlibat dalam post conference
adalah kepala ruangan, ketua tim dan
anggota tim.
g. Jika yang dinas pada tim tersebut
hanya 1 orang, maka post conference
ditiadakan
h. Masing-masing perawat pelaksana
sudah melaporkan hasil kegiatan atau
asuhan kasus yang ditangani ke ketua
tim 1-2 jam sebelum post conference
2. Pelaksanaan
a. Acara dimulai dengan pembukaan
salam oleh kepala ruangan
b. Kepala ruangan menanyakan hasil
dan hambatan dari pemberian asuhan
pada masing-masing pasien
c. Masing-masing ketua tim
menyampaikan hasil asuhan pada
kasus yang ditangani
d. Kepala ruangan menanyakan tindak
lanjut asuhan pasien yang harus di
operkan kepada perawat shift
berikutnya
e. Kepala ruangan memberikan
reinforcement
f. Kepala ruangan menutup kegiatan
post conference.
3. Dokumentasi
a. Ketua tim mendokumentasi hasil dari
post conference
b. Kepala ruangan menilai kemampuan
ketua tim dalam melakukan post
conference
4. Evaluasi
Kepala ruang mengisi format evaluasi post
conference untuk ketua tim
Unit Terkait Ruang Rawat Inap
SPO TIMBANG TERIMA RUANG ANTURIUM
RSD dr.SOEBANDI JEMBER

Pengertian Timbang terima sering disebut operan (over hand) adalah


suatucara dalam menyampaikan dan menerima sesuatu
(laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien (data
fokus).
Tujuan Mengkomunikasikan keadaan pasien dan menyampaikan
beberapainformasi yang penting
Kebijakan a. Pasien dalam kondisi stabil.
b. Pasien dalam tahap maintenance
c. Pasien dalam kondisi yang membutuhkan pemantauan
(observasi)
Prosedur Persiapan :
1. Persiapan alat
a. Alat tulis
b. Format timbang terima (operan)
c. Rekam medik pasien
2. Persiapan perawat

a. Kelompok dalam keadaan siap.


b. Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku
catatan.
3. Persiapan pasien
Pasien dalam kondisi stabil atau butuh pemantauan.

4. Pelaksanaan :
Dalam penerapan sistem MPKP, operan dilaksanakan
oleh perawat jaga sebelumnya kepada perawat yang
mengganti jaga pada shift berikutnya.

SESI 1 : Di Nurse Station


1. Perawat shift malam menyiapkan status pasien yang
menjaditanggung jawabnya.
2. Perawat shift pagi membuka operan jaga dengan do’a.
3. Perawat shift pagi mempersilahkan perawat shift
malam untukmelaporkan pasien kepada perawat shift
pagi.
“Baik terima kasih untuk kesempatan yang diberikan.
Adapun laporan perawatan pasien pada shift malam,
dengan jumlah pasien sebanyak … (sebutkan jumlah
pasien)”.

4. Perawat shift malam melaporkan pasien yang menjadi


tanggung jawabnya, terkait:
a. Identitas pasien dan diagnosa medis
b. Masalah keperawatan yang kemungkinan masih
muncul
c. Tindakan keperawatan yang sudah dan belum
d. Intervensi kolaborasi dan dependene.
e. Rencana umum dan persiapan yang perlu
dilakukan dalamkegiatan selanjutnya, misalnya
operasi, pemeriksaanlaboratorium/pemeriksaan
penunjang lainnya, persiapanuntuk konsultasi atau
prosedur lainnya yang tidakdilaksanakan secara
rutin.
Contoh:
“Laporan perawatan pasien pertama. Ny. S (51
tahun) dengan Efusi Pleura, penanggung jawab dr.
N : Keadaan umum baik, kesadaran komposmentis,
TD, N, RR, T(sebutkan hasil pengukuran).
Keluhan yang dirasakan pasien
adalah … (sebutkan keluhan yang dialami).
Rencana yang sudah dilakukan adalah …
(sebutkan implementasi) sedangkan rencana yang
belum dilakukan adalah … (sebutkan
intervensi).Terapi yang diinstruksikan adalah …
(sebutkan nama terapi). Persiapan lain …
(sebutkan jenis persiapan)”.
5. Perawat shift pagi mengklarifikasi apa yang
disampaikan oleh perawat shift malam.
6. Perawat shift pagi mengajak perawat shift malam
dan perawatshift pagi lainnya yang bertanggung
jawab untukmengklarifikasi pasien (menghampiri
pasien dalam visitekeperawatan).
SESI 2 : Di Bed Pasien
1. Perawat shift malam mengucapkan salam dan
menyapa pasien.
“Selama pagi Bapak/Ibu/Mas/Mbak”.

2. Perawat shift malam menanyakan masalah


keperawatan yangdialami pasien setelah dilakukan
tindakan.
“Hari ini apa yang Bapak/Ibu/Mas/Mbak
keluhkan?”

3. Perawat shift malam menyampaikan bahwa


tugasnya telahselesai dan diganti tim perawat shift
pagi.
“Pak/Bu/Mas/Mbak, tugas saya sebagai perawat
shift malam sudah selesai. Untuk pagi ini, perawat
shift pagi yang akan merawat
Bapak/Ibu/Mas/Mbak”.

4. Perawat shift malam memperkenalkan/menanyakan


apakah pasien masih mengingat nama perawat shift
pagi.
“Apakah Bapak/Ibu/Mas/Mbak masih ingat dengan
perawat A(perkenalkan nama)”

5. Perawat shift pagi menjelaskan tentang perawatan


pagi dan perawat shift pagi yang akan bertanggung
jawab kepada pasientersebut.
“Baik, hari ini saya yang bertanggung jawab untuk
merawat Bapak/Ibu/Mas/Mbak. Rencana untuk
perawatan Bapak/Ibu/ Mas/Mbak untuk pagi ini
adalah … (sebutkan rencana perawatan)”.
6. Perawat shift pagi memberikan kesempatan kepada
pasien/keluarga untuk bertanya.
“Ada hal -hal yang ingin ditanyakan, saya persi
lahkan”.
7. Perawat shift pagi menutup pertemuan dan
menyampaikanselamat beristirahat.
“Baiklah, silahkan Bapak/Ibu/Mas/Mbak dapat
beristirahatkembali”

SESI 3 : DiNurse Station


1. Perawat shift pagi memberikan kesempatan
untukmendiskusikan pasien yang dilihatnya.
“Silahkan jika ada kondisi pasien yang perlu
didiskusikan atau dipaparkan”.

2. Perawat shift pagi meminta perawat shit malam


untukmelaporkan inventarisasi obat dan fasilitas lain
atau hal-halterkait lainnya yang perlu dilaporkan.
“Bagaimana dengan pelaporan yang lain?”

3. Perawat shift pagi memberikan Reinforcement


kepada perawatshift malam. “Terima kasih untuk
perawat shift malam atas tugasnya”.

4. Perawat shift malam menutup operan dengan


berdo’a. “Sebelum kita memulai aktivitas, marilah
berdo’a bersama- sama agar diberikan kelancaran
dalam melayani pasien”
Unit Unit Keperawatan Secara Menyeluruh
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PRODI PREFSI NERS
Jl. Karimata No. 49 Jember, Telp. (0331) 332 240, 336 7281 Fax. 337957
Website : http : //WWW.unmuhjember.ac.id email : kantorpusat@unmuhjember.ac.id

Perihal : Undangan
No : A01/Fikes/Profesi Ners/2021
Lampiran :-

Kepada Yth.
Kepala Ruangan Anturium
Di Tempat
Dengan Hormat,
Bersamaan dengan berjalannya praktik Profesi Ners State Manajemen Keperawatan
Kelompok 3, 4 dan 15 Prodi Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Jember di Ruang Anturium RSD Dr. Soebandi Jember, maka dengan ini
kami mengharapkan kehadiran bapak/ ibu pada :
Hari/ Tanggal : Kamis, 29 April 2021
Jam : 08.00 WIB
Tempat : Daring Via Zoom Meeting
(Meeting ID 745 837 7066, Passcode MANAJEMEN)
Acara : Desiminasi Awal Manajemen Keperawatan
Demikian surat undangan ini, kami ucapkan terima kasih.

Jember, 28 April 2021


Ketua Sekretaris

Rizky Pradana., S. Kep Yulanda Irma Tiara., S. Kep


NIM. 2001031025 NIM. 2001031004
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PRODI PREFSI NERS
Jl. Karimata No. 49 Jember, Telp. (0331) 332 240, 336 7281 Fax. 337957
Website : http : //WWW.unmuhjember.ac.id email : kantorpusat@unmuhjember.ac.id

Perihal : Undangan
No : A01/Fikes/Profesi Ners/2021
Lampiran :-

Kepada Yth.
Kepala Tim Anturium
Di Tempat
Dengan Hormat,
Bersamaan dengan berjalannya praktik Profesi Ners State Manajemen Keperawatan
Kelompok 3, 4 dan 15 Prodi Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Jember di Ruang Anturium RSD Dr. Soebandi Jember, maka dengan ini
kami mengharapkan kehadiran bapak/ ibu pada :
Hari/ Tanggal : Kamis, 29 April 2021
Jam : 08.00 WIB
Tempat : Daring Via Zoom Meeting
(Meeting ID 745 837 7066, Passcode MANAJEMEN)
Acara : Desiminasi Awal Manajemen Keperawatan
Demikian surat undangan ini, kami ucapkan terima kasih.

Jember, 28 April 2021


Ketua Sekretaris

Rizky Pradana., S. Kep Yulanda Irma Tiara., S. Kep


NIM. 2001031025 NIM. 2001031004
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PRODI PREFSI NERS
Jl. Karimata No. 49 Jember, Telp. (0331) 332 240, 336 7281 Fax. 337957
Website : http : //WWW.unmuhjember.ac.id email : kantorpusat@unmuhjember.ac.id

Perihal : Undangan
No : A01/Fikes/Profesi Ners/2021
Lampiran :-

Kepada Yth.
Pembimbing Akademik
Di Tempat
Dengan Hormat,
Bersamaan dengan berjalannya praktik Profesi Ners State Manajemen Keperawatan
Kelompok 3, 4 dan 15 Prodi Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Jember di Ruang Anturium RSD Dr. Soebandi Jember, maka dengan ini
kami mengharapkan kehadiran bapak/ ibu pada :
Hari/ Tanggal : Kamis, 29 April 2021
Jam : 08.00 WIB
Tempat : Daring Via Zoom Meeting
(Meeting ID 745 837 7066, Passcode MANAJEMEN)
Acara : Desiminasi Awal Manajemen Keperawatan
Demikian surat undangan ini, kami ucapkan terima kasih.

Jember, 28 April 2021


Ketua Sekretaris

Rizky Pradana., S. Kep Yulanda Irma Tiara., S. Kep


NIM. 2001031025 NIM. 2001031004
DOKUMENTASI KEGIATAN

1. PRE CONFERENCE ( SENIN, 26 APRIL 2021 PUKUL 08.00 WIB)

2. PENGKAJIAN DAN ANALISA DATA MPKP RUANGAN (27-28 APRIL 2021)


3. DESIMINASI AWAL ( KAMIS, 29 APRIL 2021 PUKUL 08.00 WIB)

4. ROLE PLAY ( 30 APRIL-8 MEI 2021 SHIFT PAGI DAN SIANG)

a. Timbang Terima dan Preconference


b. Perawat pelaksana melaksanakan tindakan

c. Post Conference
5. SUPERVISI ( 30 APRIL-8 MEI 2021 SHIFT PAGI DAN SIANG)

a. Kepala Ruangan ke Ketua Tim

b. Ketua Tim ke Perawat Pelaksana

6. CASE CONFERENCE ( RABU, 5 MEI 2021 PUKUL 08.00 WIB)


7. DESIMINASI AKHIR ( SABTU, 8 MEI 2021 PUKUL 08.00 WIB)
LAPORAN CASE CONFERENCE MANAJEMEN KEPERAWATAN DI RUANG
ANTURIUM RSD dr. SOEBANDI JEMBER

Disusun Oleh:
1. Febita Bella Pratidila (2001032003)
2. Yayuk Rahayuningtyas (2001032007)
3. Edi Santoso (2001032016)
4. Seby Prasasti Ritaningsih (2001032017)
5. Mirah Susanti Kartika (2001032010)
6. Yunita Riskiyawati (2001031003)
7. Yulanda Irma Tiara (2001031004)
8. Rizky Pradana (2001031025)
9. Rungkut Rizaki (2001031044)
10. Riska Handayani (2001031007)
11. Firda Devi Candranita (2001031008)
12. Gunawan Tri Sutrisno (2001031026)
13. Bambang Triono (2001031045)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2021
BAB I
KONSEP PENYAKIT

A. KONSEP Chronic Kidney Disease (CKD)


1. Definisi
Ginjal merupakan organ penting yang berfungsi menjaga komposisi darah
dengan mencegah menumpuknya limbah dan mengendalikan keseimbangan cairan
dalam tubuh , menjaga level elektrolit seperti sodium, potassium dan fosfat tetap
stabil, serta memproduksi hormone enzim yang dapat membantu mengendalikan
dalam tekanan darah memproduksi sel darah merah serta menjaga susunan tulang
menjadi lebih kuat. Setiap hari kedua ginjal menyaring sekitar 120-150 liter darah dan
menghasilkan sekitar 1-2 liter urin.Ginjal tersusun atas unit penyaring yang
dinamakan nefron.Nefron terdiri dari glomerulus dan tubulus.Glomelurus menyaring
cairan dan limbah untuk dikeluarkan serta mencegah keluarnya sel darah dan molekul
besar yang sebagian besar berupa protein.Selanjutnya melewati tubulus yang
mengambil kembali mineral yang dibutuhkan tubuh dan membuang limbahnya. Ginjal
juga menghasilkan enzim renin yang menjaga tekanan darah dan kadar garam serta
hormon erythropoietin(Fadilla, 2018).
CKD (Chronic Kidney Disease) atau gagal ginjal kronis (GGK) didefinisikan
sebagai kondisi dimana ginjal mengalami penurunan fungsi secara lambat, progresif,
irreversibel, dan samar (insidius) dimana kemampuan tubuh gagal dalam
mempertahankan metabolisme, cairan, dan keseimbangan elektrolit, sehingga terjadi
uremia atau azotemia (Smeltzer, 2009 dalam Rahayu, 2019).
Gambar 1. Anatomi Ginjal (http://p2ptm.kemkes.go.id)

2. Etiologi
Penyebab gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis di Indonesia tahun
2000 menunjukkan glomerulonefritis menjadi etiologi dengan prosentase tertinggi
dengan 46,39%, disusul dengan diabetes melitus dengan 18,65%, obstruksi dan
infeksi dengan 12,85%, hipertensi dengan 8,46%, dan sebab lain dengan 13,65%
(Sudoyo, 2006 dalam Rahayu, 2019).
Penyebab yang paling sering muncul adalah:
1. Diabetes Melitus Kadar gula darah yang tinggi dapat menyebabkan diabetes
melitus.
Jika kadar gula darah mengalami kenaikan selama beberapa tahun, hal ini dapat
menyebabkan penurunan fungsi ginjal (WebMD, 2015).
2. Hipertensi Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol dapat menjadi penyebab
penurunan fungsi ginjal dan tekanan darah sering menjadi penyebab utama
terjadinya CKD (WebMD, 2015).

Kondisi lain yang dapat merusak ginjal dan menjadi penyebab CKD antara lain:
1. Penyakit ginjal dan infeksi, seperti penyakit ginjal yang disebabkan oleh kista
2. Memiliki arteri renal yang sempit.
3. Penggunaan obat dalam jangka waktu yang lama dapat merusak ginjal. Seperti
obat Non Steroid Anti Inflamation Drugs (NSAID), seperti Celecoxib dan
Ibuprofen dan juga penggunaan antibiotik (WebMD, 2015).

3. Tanda Gejala
1. Hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivasi sistem renin-
angiotensin-aldosteron), pitting edema (kaki, tangan, sakrum), edema periorbital,
Friction rub perikardial, pembesaran vena leher.
2. Warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering, bersisik, pruritus, ekimosis, kuku
tipis dan rapuh, rambut tipis dan kasar.
3. Krekels, sputum kental dan liat, napas dangkal, pernapasan Kussmaul
4. Napas berbau amonia, ulserasi dan pendarahan pada mulut, anoreksia,
mual,muntah, konstipasi dan diare, pendarahan saluran gastrointestinal
5. Kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi, kejang, kelemahan tungkai, panas
pada telapak kaki, perubahan perilaku
6. Kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang, foot drop
7. Amenore dan atrofi testikuler

Pada gagal ginjal kronik akan terjadi rangkaian perubahan. Bila GFR menurun 5-10%
dari keadaan normal dan terus mendekati nol, maka pasien akan menderita syndrome
uremik, yaitu suatu kompleks gejala yang diakibatkan atau berkaitan dengan retensi
metabolik nitrogen akibat gagal ginjal. Dua kelompok gejala klinis dapat terjadi pada
sindrom uremik, yaitu :
1. Gangguan fungsi pengaturan dan ekskresi; kelainan volume cairan dan elektrolit,
ketidakseimbangan asam basa, retensi metabolit nitrogen serta metabolit lainya,
serta anemia akibat defisiensi sekresi ginjal (eritropoeitin).
2. Gabungan kelainan kardiovaskuler, neuromuskuler, saluran cerna, dan kelainan
lainya (dasar kelainan system ini belum banyak diketahui).

Manifestasi klinis menurut (Smeltzer, 2001; 1449) di dalam (Oktaviani, 2017) antara
lain hipertensi, (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivitas system
reninangiotensi-aldosteron), gagal jantung kongestif dan udem pulmoner (akibat
cairan berlebihan) dan perikarditis (akibat iritasi pada lapisan pericardial oleh toksik,
pruritis, anoreksia, mual, muntah, cegukan, kedutan otot, kejang, perubahan tingkat
kesadaran, tidak mampu berkonsentrasi.

4. Klasifikasi
Menurut Kidney Disease Outcome Quality Initiative merekomendasikan
pembagian CKD berdasarkan stadium dari tingkat penurunan LFG (Laju Filtrasi
Glomerolus):
Stadium 1: kelainan ginjal yang ditandai dengan albuminaria persisten dan LFG yang
masih normal (> 90 ml / menit / 1,73 m2)
Stadium 2: Kelainan ginjal dengan albuminaria persisten dan LFG antara 60 -89
mL/menit/1,73 m2),
Stadium 3: kelainan ginjal dengan LFG antara 30-59 mL/menit/1,73 m2),
Stadium 4: kelainan ginjal dengan LFG antara 15-29mL/menit/1,73 m2)
Stadium 5: kelainan ginjal dengan LFG < 15 mL/menit/1,73 m2 atau gagal ginjal
terminal (Pebriyana, 2015 dalam Rustandi, 2018).

Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan penyakit ginjal yang ditandai


dengan penurunan nilai laju filtrasi glomerulus atau Glomerular Filtration Rate (GFR)
selama tiga bulan atau lebih. Menurut (Derebail, et al., 2011), klasifikasi CKD dapat
diklarifikasi CKD Berdasarkan Nilai GFR Stage Deskripsi GFR (ml/min per 1.73m2 )
1. Kerusakan ginjal dengan GFR normal >90
2. Kerusakan ginjal dengan penurunan GFR ringan 60 – 89
3. Penurunan GFR sedang 30 – 59
4. Penurunan GFR berat 15 – 29
5. Gagal ginjal<15
Perhitungan nilai GFR menggunakan formula persamaan Cockcroft and Gault (1976)
dalam (Veronika & Hartono, 2019) dengan rumus:
GFR laki-laki =(140-usia ) xBerat Badan (kg)
72 x Scr (mg/dl)
GFR perempuan = (140-usia ) xBerat Badan (kg) x 0,85
72 x Scr (mg/dl)
5. Penatalaksanaan Medis
1. Terapi spesifik terhadap penyakit dasarnya.
2. Pencegahan dan terapi terhadap kondisi komorbid (comorbid condition).
3. Memperlambat perburukkan fungsi ginjal.
4. Pencegahan dan terapi terhadap penyakit kardiovaskular.
5. Pencegahan dan terapi terhadap komplikasi.
6. Terapi pengganti ginjal berupa dialysis atau transplantasi ginjal.
Menurut Sunarya, penatalaksanaan dari CKD berdasarkan derajat LFG nya, yaitu:
Tabel 1. Penatalaksanaan CKD berdasarkan LFG
LFG
Derajat Perencanaan Penatalaksanaan Terapi
(ml/mnt/1.73 m2)
Dilakukan terapi pada penyakit dasarnya, kondisi
1 >90 komorbid, evaluasi pemburukan (progresional)
fungsi ginjal, memperkecil resiko kardiovaskuler
Menghambat pemburukan (progresional) fungsi
2 60-89
ginjal
Mengevaluasi dan melakukan terapi pada
3 30-59
komplikasi
4 15-29 Persiapan untuk pengganti ginjal (dialisis)
Dialisis dan mempersiapkan terapi penggantian
5 <15
ginjal (transplantasi ginjal)

Pedoman Untuk Gaya Hidup Pasien Dengan Gagal Ginjal Kronik


1. Berhenti merokok
2. Mengurangi berat badan
3. Kontrol protein diet
4. Asupan alkohol
5. Olahraga
6. Asupan garam

6. Patofisiologi Pathway (WOC)


Pada awalnya, ginjal yang normal mempunyai kemampuan untuk
mempertahankan nilai Glomerulus Filtration Rate (GFR). Namun, karena beberapa
faktor, ginjal mengalami penurunan jumlah nefron. Karena penurunan jumlah nefron,
glomerulus mengalami hiperfiltrasi yaitu peningkatan tekanan glomerular yang dapat
menyebabkan hipertensi sistemik di dalam glomerulus. Peningkatan tekanan
glomerulus ini akan menyebabkan hipertrofi pada nefron yang sehat sebagai
mekanisme kompensasi. Pada tahap ini akan terjadi poliuria, yang bisa menyebabkan
dehidrasi dan hiponatremia akibat eksresi natrium melalui urin meningkat.
Peningkatan tekanan glomerulus ini akan menyebabkanproteinuria. Derajat
proteinuria sebanding dengan tingkat perkembangan dari gagal ginjal.
Infeksi Vaskuler Zat toksik Obstruksi saluran
(Hipertensi, DM) kemih
Tertimbun dalam
Reaksi antigen
Aterosklerosis ginjal Refluks
antibodi

Suplai darah Vaskularisasi


Hidronefrosis
ginjal turun ginjal

Peningkatan
Iskemia
tekanan
ginjal

Nefron rusak

GFR turun

CKD
Penurunan fungsi Peningkatan Tidak mampu Sekresi
ekskresi ginjal retensi Na & H2O mengekskresi asam (H) eritropoitin turun

Sindrom uremia CES meningkat Edema jaringan Asidosis Produksi Hb turun

Pruritus Tekanan kapiler Hiperventilasi Oksihemoglobin


Hipervolemia
naik turun

Gangguan integritas Pola nafas tidak


kulit/jaringan Volume efektif
Gangguan
interstisial naik
perfusi jaringan

Anoreksia mual
Edema paru Suplai O2 jaringan
muntah
turun

Gangguan
Intake turun pertukaran gas Kelelahan otot Kelelahan otot
kandung kemih
Defisit nutrisi
Intoleransi
Retensi Urine aktivitas

Bagan 1. Pathway Chronic Kidney Disease (CKD) (Rahayu, 2019)


7. Fokus Pengkajian
1. Pengumpulan Data Awal
1) Identitas klien Terdiri dari nama, no.rekam medis, tanggal lahir, umur, agama,
jenis kelamin, pekerjaan, status perkawinan, alamat, tanggal masuk, diagnosa
medis dan nama identitas penanggung jawab meliputi : nama, umur, hubungan
dengan pasien, pekerjaan dan alamat.
2. Pengumpulan Data Dasar
1) Keluhan utama Biasanya Klien datang dengan keluhan utama yang didapat
bervariasi, mulai dari urine output sedikit sampai tidak dapat BAK, gelisah
sampai penurunan kesadaran, tidak selera makan (anoreksi), mual, muntah,
mulut terasa kering, rasa lelah, napas berbau (ureum), dan gatal pada kulit.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang Biasanya terjadi penurunan urine output,
penurunan kesadaran, perubahan pola napas, kelemahan fisik, adanya
perubahan kulit, adanya napas berbau ammonia, dan perubahan pemenuhan
nutrisi. Kemana saja klien meminta pertolongan untuk mengatasi masalah dan
mendapat pengobatan apa.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu Biasanya ada riwayat penyakit gagal ginjal gagal
akut, infeksi saluran kemih, payah jantung, pengguanaan obat-obat
nefrotoksik. Benign Prostatic Hyperplasia, dan prostatektomi. Dan biasanya
adanya riwayat penyakit batu saluran kemih, infeksi system perkemihan yang
berulang, penyakit diabetes mellitus, dan penyakit hipertensi pada masa
sebelumnya yang menjadi presdiposisi penyebab. Penting untuk dikaji
mengenai riwayat pemakaian obatobatan masa lalu dan adanya riwayat alergi
terhadap jenis obat kemudian dokumentasikan.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga Biasanya klien mempunyai anggota keluarga
yang pernah menderita penyakit yang sama dengan klien yaitu CKD, maupun
penyakit diabetes mellitus dan hipertensi yang bisa menjadi faktor pencetus
terjadinya penyakit CKD.
3. Pola-Pola Aktivitas Sehari-Hari
1) Pola aktivitas / istirahat
Gejala : kelelahan ekstrem, kelemahan, malaise. Gangguan tidur
(insomnia/gelisah atau samnolen). Tanda : kelemahan otot, kehilangan tonus,
penurunan rentang gerak.
2) Pola nutrisi Makan / cairan
Gejala : peningkatan berat badan cepat (edema), penurunan berat badan
(malnutrisi). Anoreksia, nyeri ulu hati, mual/muntah, rasa tidak sedap pada
mulut (pernafasan ammonia). Tanda : distensi abdomen, pembesaran hati,
perubahan turgor kulit edema, ulserasi gusi, perdarahan gusi/lidah, penurunan
otot, penurunan lemak sub kutan, penampilan tidak bertenaga.
3) Pola eliminasi
Gejala : penurunan frekuensi urin, oliguria, anuria (gagal tahap lanjut,
abdomen kembung, diare atau konstipasi. Tanda : perubahan warna urin,
contoh : kuning pekat, merah, coklat berawan, oliguria , dapat menjadi anuria.
4) Pola sirkulasi
Gejala : riwayat hipertensi lama atau berat, palpitasi, nyeri dada (angina).
Tanda : hipertensi, nadi kuat, edema jaringan umumdan pitting pada kaki,
telapak tangan, disritmia jantung, nadi lemah halus, hipotensi, ortostatik
menunjukkan hipovolemia, yang jarang pada penyakit tahap akhir, pucat,kulit
coklat kehijauan, kuning, kecendrungan perdarahan. Integritas ego
Gejala : faktor stress, contoh : financial, hubungan, persaan tidak berdaya,
tidak ada kekuatan. Tanda : menolak, ansietas, takut, marah, mudah
tersinggung, perubahan kepribadian.
5) Neurosensori
Gejala : sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot/ kejang sindrom “kaki
gelisah”, rasa terbakar pada telapak kaki. Tanda : gangguan status mental,
contoh : penurunan lapang perhatian , ketidakmampuan berkonsentrasi,
kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran, kejang, rambut tipis,
kuku rapuh dan tipis.
6) Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri panggul, sakit kepala, kram otot/ nyeri kaku (memburuk saat
malam hari) Tanda : perlu berhati-hati, distraksi, gelisah.
8) Pernafasan Gejala : nafas pendek, dyspenia, nocturnal paroksimal, batuk
dengan atau tampa sputum kental dan banyak.
9) Keamanan Gejala : kulit gatal, ada/berulangnya infeksi. Tanda : pruritus,
demam (sepsis, dehidrasi), normotemia dapat secara actual terjadi peningkatan
pada pasien yang mengalami suhu tubuh lebih rendah dari normal (depresi
respons imun), petekie, area ekimosis pada kulit.
10) Seksualitas Gejala : penurunan libido, amenorea, infertilitas.
11) Interaksi Sosial Gejala : kesulitan menentukan kondisi, contoh tidak mampu
bekerja, mempertahankan fungsi peran biasanya dalam keluarga.
12) Penyuluhan/ pembelajaran Gejala : riwayat DM keluarga (risiko tinggi untuk
gagal ginjal), penyakit polikistik, nefitis herediter, kulkulus urinaria,
malignansi. Riwayat terpajan pada toksin, contoh obat, rancun lingkungan.
Penggunaan antibiotic nefrotoksik saat ini/berulang.
4. Pemeriksaan Fisik
1). Keadaan Umum dan TTV
a) Keadaan umum klien lemah, letih dan terlihat sakit berat
b) Tingakat kesadaran klien menurun sesuai dengan tingkat uremia dimana
dapat mempengaruhi system saraf pusat
c) TTV : RR meningkat, tekanan darah didapati adanya hipertensi
2. Kepala
a) Rambut : Biasanya klien berambut tipis dan kasar, klien sering sakit, kepala,
kuku rapuh dan tipis.
b) Wajah : Biasanya klien berwajah pucat
c) Mata : Biasanya mata klien memerah, penglihatan kabur, konjungtiva
anemis, dan sclera tidak ikterik.
d) Hidung : Biasanya tidak ada pembengkakkan polip dan klien bernafas
pendek dan kusmaul
e) Bibir:Biasanya terdapat peradangan mukosa mulut, ulserasi gusi,
perdarahan gusi, dan napas berbau
f) Gigi : Biasanya tidak terdapat karies pada gigi.
g) Lidah : Biasanya tidak terjadi perdarahan
3. Leher Biasanya tidak terjadi pembesaran kelenjar tyroid atau kelenjar getah
bening
4. Dada / Thorak
Inspeksi : Biasanya klien dengan napas pendek, pernapasan kusmaul
(cepat/dalam)
Palpasi : Biasanya fremitus kiri dan kanan
Perkusi : Biasanya Sonor
Auskultasi : Biasanya vesicular
5. Jantung
Inspeksi : Biasanya ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Biasanya ictus Cordis teraba di ruang inter costal 2 linea dekstra
sinistra
Perkusi : Biasanya ada nyeri
Auskultasi : Biasanya terdapat irama jantung yang cepat
6. Abdomen
Inspeksi :Biasanya terjadi distensi abdomen, acites atau penumpukan cairan,
klien tampak mual dan muntah
Auskultasi : Biasanya bising usus normal, berkisar antara 5-35 kali/menit
Palpasi : Biasanya acites, nyeri tekan pada bagian pinggang, dan adanya
pembesaran hepar pada stadium akhir.
Perkusi : Biasanya terdengar pekak karena terjadinya acites.
7. Genitourinaria
Biasanya terjadi penurunan frekuensi urine, anuria distensi abdomen, diare atau
konstipasi, perubahan warna urine menjadi kuning pekat, merah coklat dan
berwarna.
8. Ekstremitas
Biasanya diadapatkan adanya nyeri panggul, oedema pada ekstermitas, kram
otot, kelemahan pada tungkai, rasa panas pada telapak kaki, keterbatasan gerak
sendi.
9. Sistem Integumen
Biasanya warna kulit abu-abu, kulit gatal, kering dan bersisik adanya area
ekimosis pada kulit.
10. Sistem Neurologi
Biasanya terjadi gangguan status mental seperti penurunan lapang perhatian,
ketidakmampuan konsentrasi, kehilangan memori, penurunan tingkat kesadaran,
disfungsi serebral, seperti perubahan proses piker dan disorientasi. Klien sering
didapati kejang, dan adanya neuropati perifer.
H. Test Diagnostik
1. Radiologi : Menilai keadaan ginjal dan derajat komplikasi ginjal.
a. Ultrasonografi ginjal digunakan untuk menentukan ukuran ginjal dan adanya
massa kista, obtruksi pada saluran perkemihan bagian atas.
b. Biopsi Ginjal dilakukan secara endoskopik untuk menentukan sel jaringan untuk
diagnosis histologis.
c. Endoskopi ginjal dilakukan untuk menentukan pelvis ginjal.
d. EKG mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit dan asam
basa.
2. Foto Polos Abdomen : Menilai besar dan bentuk ginjal serta adakah batu atau
obstruksi lain.
3. Pielografi Intravena : Menilai sistem pelviokalises dan ureter, beresiko terjadi
penurunan faal ginjal pada usia lanjut, diabetes melitus dan nefropati asam urat.
4. USG : Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkin ginjal , anatomi sistem
pelviokalises, dan ureter proksimal, kepadatan parenkim ginjal, anatomi sistem
pelviokalises dan ureter proksimal, kandung kemih dan prostat.
5. Renogram : Menilai fungsi ginjal kanan dan kiri , lokasi gangguan (vaskuler,
parenkhim) serta sisa fungsi ginjal.
6. Pemeriksaan Radiologi Jantung : Mencari adanya kardiomegali, efusi perikarditis.
7. Pemeriksaan radiologi Tulang : Mencari osteodistrofi (terutama pada falangks /jari)
kalsifikasi metatastik.
8. Pemeriksaan radiologi Paru : Mencari uremik lung yang disebabkan karena
bendungan.
9. Pemeriksaan Pielografi Retrograde : Dilakukan bila dicurigai adanya obstruksi yang
reversible.
10. EKG : Untuk melihat kemungkinan adanya hipertrofi ventrikel kiri, tanda-tanda
perikarditis, aritmia karena gangguan elektrolit (hiperkalemia).
11. Biopsi Ginjal : Dilakukan bila terdapat keraguan dalam diagnostik gagal ginjal
kronis atau perlu untuk mengetahui etiologinya.
12. Pemeriksaan laboratorium menunjang untuk diagnosis gagal ginjal
a. Laju endap darah
b. Urin
- Volume : Biasanya kurang dari 400 ml/jam (oliguria atau urine tidak ada
(anuria).
- Warna : Secara normal perubahan urine mungkin disebabkan oleh pus / nanah,
bakteri, lemak, partikel koloid,fosfat, sedimen kotor, warna kecoklatan
menunjukkan adanya darah, miglobin, dan porfirin.
- Berat Jenis : Kurang dari 1,015 (menetap pada 1,010 menunjukkan kerusakan
ginjal berat).
- Osmolalitas : Kurang dari 350 mOsm/kg menunjukkan kerusakan tubular,
amrasio urine / ureum sering 1:1.
c. Ureum dan Kreatinin
- Ureum
- Kreatinin: Biasanya meningkat dalam proporsi. Kadar kreatinin 10 mg/dL
diduga tahap akhir (mungkin rendah yaitu 5).

8. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada CKD adalah sebagai berikut:
1. Hipervolemia berhubungan dengan penurunan haluran urin dan retensi cairan dan
natrium.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan alveolus sekunder
terhadap adanya edema pulmoner.
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi paru.
4. Defisit nutrisi dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia mual muntah.
5. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai O2 dan nutrisi
ke jaringan sekunder.
6. Retensi urin berhubungan dengan kerusakan arkus reflex.
7. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan anemia, retensi produk sampah
dan prosedur dialysis.
9. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
Hipervolemia b.d penurunan Volume cairan pasien menurun setelah Observasi:
haluaran urin dan retensi cairan dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Kaji status cairan ; timbang berat badan,
dan natrium. 3x24 jam. keseimbangan masukan dan haluaran, turgor
kulit dan adanya edema
Kriteria Hasil: 2. Identifikasi sumber potensial cairan
1. Terbebas dari edema, efusi, 3. Rekam tanda vital: berat badan, denyut nadi,
anasarka pernapasan, dan tekanan darah untuk
2. Bunyi nafas bersih,tidak adanya mengevaluasi respon terhadap terapi.
dipsnea Terapeutik:
3. Memilihara tekanan vena sentral, 1. Batasi masukan cairan
tekanan kapiler paru, output 2. Ambil sampel darah dan meninjau kimia
jantung dan vital sign normal. darah (misalnya BUN, kreatinin, natrium,
pottasium, tingkat phospor) sebelum
perawatan untuk mengevaluasi respon
terhadap terapi.
3. Sesuaikan tekanan filtrasi untuk
menghilangkan jumlah yang tepat dari
cairan berlebih di tubuh pasien.
Edukasi:
1. Jelaskan pada pasien dan keluarga rasional
pembatasan cairan
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian cairan sesuai terapi.

Gangguan pertukaran gas b.d Pertukaran gas pasien meningkat setelah Observasi:
kerusakan alveolus sekunder dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Identifikasi pasien perlunya pemasangan
terhadap adanya edema pulmoner. 3x24 jam. alat jalan nafas buatan.
2. Monitor respirasi dan status O2
Kriteria Hasil : 3. Monitor rata – rata, kedalaman, irama dan
1. Mendemonstrasikan peningkatan usaha respirasi.
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
ventilasi dan oksigenasi yang 4. Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan,
adekuat. penggunaan otot tambahan, retraksi otot
2. Memelihara kebersihan paru paru supraclavicular danintercostal
dan bebas dari tanda tanda 5. Monitor suara nafas, seperti dengkur
distress pernafasan. 6. Monitor pola nafas : bradipena, takipenia,
3. Mendemonstrasikan batuk efektif kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes, biot
dan suara nafas yang bersih, tidak 7. Catat lokasi trakea.
ada sianosis dan dyspneu (mampu 8. Monitor kelelahan otot diagfragma (gerakan
mengeluarkan sputum, mampu paradoksis )
bernafas dengan mudah, tidak ada Terapeutik:
pursed lips). 1. Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift
4. Tanda tanda vital dalam rentang atau jaw thrust bila perlu.
normal 2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
ventilasi
3. Pasang mayo bila perlu.
4. Lakukan fisioterapi dada jika perlu.
5. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction.
6. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
tambahan.
7. Berikan pelembab udara.
8. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
keseimbangan.
Kolaborasi:
1. Berikan bronkodilator bial perlu.
2. Monitor AGD, tingkat elektrolit

Pola nafas tidak efektif Pola nafas pasien meningkat setelah Observasi:
berhubungan dengan hiperventilasi dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Monitor rata – rata, kedalaman, irama dan
paru 3x24 jam. usaha respirasi
2. Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan,
penggunaan otot tambahan, retraksi otot
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
Kriteria Hasil: supraclavicular dan intercostal
1. Peningkatan ventilasi dan 3. Monitor pola nafas : bradipena, takipenia,
oksigenasi yang adekuat kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes
2. Bebas dari tanda tanda distress Terapeutik:
pernafasan 1. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya crakles
3. Suara nafas yang bersih, tidak ada 2. Ajarkan pasien nafas dalam
sianosis dan dyspneu (mampu 3. Atur posisi senyaman mungkin
mengeluarkan sputum, mampu

Defisit nutrisi kurang dari Nutrisi pasien meningkat setelah Observasi:


kebutuhan tubuh b.d anoreksia dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Monitor adanya mual dan muntah
mual muntah 3x24 jam. 2. Monitor adanya kehilangan berat badan dan
perubahan status nutrisi.
Kriteria Hasil: 3. Monitor albumin, total protein, hemoglobin,
1. Nafsu makan meningkat dan hematocrit level yang menindikasikan
2. Tidak terjadi penurunan BB status nutrisi dan untuk perencanaan
3. Masukan nutrisi adekuat treatment selanjutnya.
4. Menghabiskan porsi makan 4. Monitor intake nutrisi dan kalori klien.
5. Hasil lab normal (albumin, Terapeutik:
kalium) 1. Tingkatkan intake makan melalui :
2. Sajikan makanan dalam kondisi hangat.
3. Selingi makan dengan minum.
4. Yakinkan diet yang dimakan mengandung
tinggi serat untuk mencegah konstipasi.
5. Berikan makanan sering tapi sedikit pada
pasien
6. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak
selama jam makan.
7. Berikan semangat dan pujian positif untuk
mendorong kepatuhan.
8. Berikan makanan sedikit tapi sering
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
9. Berikan perawatan mulut sering
Edukasi:
1. Informasikan pada pasien dan keluraga
tentang manfaat nutrisi
Kolaborasi:
1. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam
pemberian diet sesuai terapi

Gangguan perfusi jaringan Perfusi jaringan pasien meningkat setelah Observasi:


penurunan suplai O2 dan nutrisi ke dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Kaji nyeri
jaringan sekunder 3x24 jam. 2. Inspeksi kulit dan Palpasi anggota badan
berhubungan dengan 3. Monitor status cairan intake dan output
Kriteria Hasil: Terapeutik:
1. Membran mukosa merah muda 1. Lakukan penilaian secara komprehensif
2. Conjunctiva tidak anemis fungsi sirkulasi periper. (cek nadi
3. Akral hangat priper,oedema, kapiler refil, temperatur
4. TTV dalam batas normal. ekstremitas).
5. Tidak ada edema 2. Atur posisi pasien, ekstremitas bawah lebih
rendah untuk memperbaiki sirkulasi.
3. Evaluasi nadi, oedema
Kolaborasi:
1. Berikan therapi antikoagulan.

Retensi urine berhubungan dengan Retensi urine pasien menurun setelah Observasi:
kerusakan arkus reflex. dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Periksa kondisi pasien (kesadaran, TTV,
3x24 jam. distensi kandung kemih, inkontinensia urine,
reflex berkemih)
Kriteria Hasil: 2. Identifikasi tanda dan gejala retensi urin
1. Adanya sensasi berkemih 3. dentifikasi faktor yang menyebabkan retensi
2. Tidak ada distensi kandung kemih urin
3. Jumlah urine 24 jam normal 4. Monitor eliminasi urine (frekuensi,
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
4. Anuria / olguria menurun konsistensi, aroma, volume, dan warna)
Terapeutik:
1. Batasi asupan cairan, jika perlu
2. Ambil sampel urine tengah (midstream) atau
kultur
3. Pemasangan selang kateter urine ke dalam
kandung kemih
Edukasi:
1. Ajarkan mengukur asupan cairan dan
haluaran urine
2. Ajarkan mengenali tanda berkemih dan
waktu yang tepat untuk berkemih
3. Anjurkan minum yang cukup,jika tidak ada
kontraindikasi
4. Ajarkan terapi modalitas penguatan otot-otot
panggul/perkemihan
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian obat supositoria
uretra, jika perlu

Intoleransi aktivitas berhubungan Intoleransi aktivitas pasien menurun Observasi:


dengan keletihan, anemia, retensi setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Observasi adanya pembatasan klien dalam
produk. selama 3x24 jam. melakukan aktivitas.
2. Kaji adanya factor yang menyebabkan
Kriteria Hasil : kelelahan.
1. Berpartisipasi dalam aktivitas 3. Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik
fisik tanpa disertai peningkatan dan emosi secara berlebihan.
tekanan darah, nadi dan RR 4. Monitor respon kardivaskuler terhadap
2. Mampu melakukan aktivitas aktivitas.
sehari hari (ADLs) secara mandiri 5. Monitor pola tidur dan lamanya
tidur/istirahat pasien
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
Terapeutik:
1. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas
yang mampu dilakukan.
2. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten
yang sesuai dengan kemampuan fisik,
psikologi dan social.
3. Bantu untuk mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber yang diperlukan untuk
aktivitas yang diinginkan.
4. Bantu untuk mendpatkan alat bantuan
aktivitas seperti kursi roda, krek.
5. Bantu klien untuk membuat jadwal latihan
diwaktu luang.
6. Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan dalam
beraktivitas.
7. Sediakan penguatan positif bagi yang aktif
beraktivitas.
8. Bantu pasien untuk mengembangkan
motivasi diri dan penguatan.
Kolaborasi:
1. Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi
Medik dalam merencanakan progran terapi
yang tepat.
Daftar Pustaka

Fadilla, Ivan, Dkk. 2018. Klasifikasi Penyakit Chronic Kidney Disease (Ckd) Dengan
Menggunakan Metode Extreme Learning Machine (ELM). Jurnal Pengembangan
Teknologi Informasi Dan Ilmu Komputer, Volume 2 No 10.

Oktaviani, Marianne Lusi. 2017. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Chronic
Kidney Disease (Ckd) Di Irna Non Bedah Penyakit Dalam Wanita Rsup Dr. M.
Djamil Padang. Padang: Program Studi D Iii Keperawatan Padang.

Rahayu, Oktaviani. 2019.Laporan Pendahuluan Chronic Kidney Disease


(CKD).Bandung:Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Bale Bandung.

Repository.Usu.Ac.Id › Bitstream › Handle.Chronic Kidney Disease (Ckd) - Usu


Repository.

Rustandi, Handi, Dkk. 2018.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Hidup Pasien


Chronic Kidney Disease (Ckd) Yang Menjalani Hemodialisa.Jurnal Keperawatan
Silampari, Volume 1, Nomor 2.

Veronika, Erna & Hartono, Budi. 2019. Nilai Estimasi Glomerulus Filtration Rate (GFR)
Menggunakan Persamaan Cockcroft And Gault Pada Masyarakat Terpajan
Merkuri Di Area Pertambangan Emas Skala Kecil (PESK) Desa Lebaksitu
Kabupaten Lebak Banten. Forum Ilmiah, Volume 16 Nomor 2.
FORM KEP MEDIKAL BEDAH

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI NERS
Jl. Karimata No. 49 Telp.(0331) 336728 Fax. 337957 Kotak Pos 104 Jember
68121

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M


DENGAN KASUS CKD, HIPERTENSI, ANEMIA DI RUANG ANTURIUM
RSD dr. SOEBANDI JEMBER

Tgl / jam MRS : 26-04-2021 Ruang : Anturium


Tgl. Pengkajian : 27-04-2021 No. Register : 276339
Diagnosa Medis : Ckd, Hipertensi, Anemia

A. Identitas Klien
Nama : Tn. M Suami / Istri / Orang tua :
Umur : 46 tahun Nama : Ny. S
Jenis Kelamin : laki-laki Pekerjaan : Petani
Agama : Islam Alamat : Pontang Utara Ambulu
Suku / Bangsa : Jawa/ Indonesia
Bahasa : Jawa, Indonesia Penanggung jawab :
Pendidikan : SMA Nama : Ny. S
Pekerjaan : Petani Alamat : Pontang Utara Ambulu
Status : Menikah Sumber
Alamat : Pontang Utara Ambulu Biaya : BPJS NonPBI

B. Keluhan Utama
Badan lemas
C. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien terjadwal Hemodialisis regular dua kali seminggu, saat datang ke RSD dr Soebandi
tanggal 26 April 2021 jam 11.00 wib pasien mengeluh sesak, nyeri ulu hati dan badan
terasa lemas, terapi yang diberikan di RSD dr Soebandi adalah dilakukan Hemodialis
kemudian pasien dipindahkan di ruang Anturium. Pada saat dirawat klien mengeluh badan
terasa lemas, mual, muntah dan tidak selera makan, sering haus
D. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mempunyai riwayat penyakit Diabetes mellitus sejak tahun 2012, riwayat penyakit TB
paru tahun 2015 dan penyakit gagal ginjal sejak 2019, pasien menjalani program Hemodialis
rutin 2 x/minggu di RSD dr. Soebandi. Klien sudah melakukan HD selama 1 setengah tahun.
Riwayat Alergi : tidak ada
Riwayat Sakit : tidak ada
Riwayat Pemakaian Obat : obat-obatan dari dokter
Lain-lain: tidak ada
E. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak ada keluarga yang memilki riwayat DM, HT sebelumnya

Dok Prodi Ners Kep


FIKes UNMUH Jember
FORM KEP MEDIKAL BEDAH

Genogram :

Keterangan :
X = meninggal
= Perempuan

= Laki-laki

= pasien

F. Perilaku dan Lingkungan Yang Mempengaruhi Kesehatan


Klien sering makan-makanan manis sebelum sakit
G. Riwayat Psikososial dan Spiritual
1. Adakah orang yang terdekat dengan pasien : ada
2. Interaksi dalam keluarga?
 Pola Komunikasi : sebelum dan sesadah sakit klien tidak memilki
masalah dalam berkomunikasi dengan orang lain
 Pembuatan keputusan : kepala keluarga
 Kegiatan kemasyarakatan : tidak ada
3. Dampak penyakit pasien terhadap keluarga : perubahan peran dalam keluarga
4. Masalah yang mempengaruhi pasien? : masalah penyakit yang diderita saat ini
5. Mekanisme koping terhadap stress?
() Pemecahan masalah () Minum Obat
() Makan () Cari pertolongan
() Tidur (√) lain-lain : nonton TV dan liburan
6. Persepsi pasien terhadap keluarga
 Hal yang sangat dipikirkan saat ini : klien merasa putus asa karena penyakit yang diderita
saat ini tidak sembuh-sembuh, klien merasa lelah dengan pengobatan yang dijalani
 Harapan setelah menjalani perawatan : dapat sehat kembali
 Perubahan yang dirasakan setelah jatuh sakit : tidak bisa beraktivitas seperti sebelum sakit
7. Sistem nilai Kepercayaan?
 Nilai-nilai yang bertentangan dengan kesehatan: tidak ada
 Aktivitas agama/kepercayaan yang dilakukan : tidak ada
 Klien tidak melaksanakan ibadah dengan rutin karena merasa putus asa teradap
penyakitnya

H. Pola Kebiasaan
1. Pola nutrisi dan metabolism
Skreening Gizi (MST)
1. Adakah penurunan berat badan 6 bulan 2. Asupan makan menurun/tidak nafsu
terakhir makan
√ Tidak ada (Skor 0) √ Tidak (Skor 0) □ Ya (Skor 1)
□ Tidak yakin/tahu (Skor 1)
/baju longgar Hasil
□ Ada, berapa Penurunannya □ < 2 = tidak beresiko mal nutrisi
□ 1-5 Kg (Skor 1) □ 11-15 Kg (Skor 3) □ ≥ 2 = beresiko mal nutrisi
Dok Prodi Ners Ke6p-10 Kg (Skor 2) □ >15 Kg (Skor 4)

FIKes UNMUH Jember
FORM KEP MEDIKAL BEDAH

Hal Yang Dikaji Sebelum Sakit Di RS/Saat ini


 Frekuensi makan : ...x/hari Makan 3x / hari Sempat mual, muntah dan
 Porsi makan yang dihabiskan Porsi makan habis tidak bisa makan, hanya ¼
 Makanan yang tidak disukai porsi
 Makanan yang membuat alergi tidak, ada, semua suka Porsi makan tidak habis
 Makanan pantangan tidak ada alergi Tidak ada
 Makanan diet makanan Tidak ada
 Penggunaan obat sebelum makanan makanan manis Makanan manis, makanan
tidak ada tinggi natrium ,diet
 Penggunaan alat bantu (NGT, dll)
tidak ada mengurangi asupan air
tidak Tidak

2. Pola eliminasi
BAK
Frekuensi : pasien jarang BAK, 1 x sehari
Jumlah : hanya 2 tetes
Karakteristik : warna seperti teh
Alat Bantu : tidak ada
BAB
Frekuensi : 2x sehari
Jumlah :
Karakteristik :
3. Pola aktifitas
Aktivity Daily Living (Mandiri, dibantu sebagian, dibantu total)
Makan/minum : sebelum sakit Mandiri dan sesudah sakit dibantu sebagian
Berpakain : sebelum sakit Mandiri dan sesudah sakit dibantu sebagian
Toileting : sebelum sakit Mandiri dan sesudah sakit dibantu sebagian
Mobilisasi di tempat tidur : sebelum sakit Mandiri dan sesudah sakit dibantu sebagian
Berpindah : sebelum sakit Mandiri dan sesudah sakit dibantu sebagian
Ambulasi : sebelum sakit Mandiri dan sesudah sakit dibantu sebagian
Respon tubuh terhadap aktifitas (-)
4. Pola istirahat – tidur
Sebelum sakit tidak ada gangguan tidur, durasi tidur + 8 jam, sesudah sakit pasien tidak ada
gangguan tidur
5. Pola kognitif dan persepsi sensori
Tidak ada gangguan pada pola kognitif dan persepsi sensori
6. Pola konsep diri
Citra Tubuh : tidak ada gangguan
Identitas Diri : tidak ada gangguan
Harga diri : klien kurang percaya diri
Ideal Diri : tidak ada gangguan
Peran Diri : klien tidak bisa mencari nafkah untuk keluarganya
7. Pola fungsi seksual – seksualitas
Tidak ada kelainan
I. Pemeriksaan Fisik
1. Status kesehatan umum Keadaan / penampilan umum : cukup
Kesadaran : CM G C S : 456
BB sebelum sakit : 70 kg T B : 170 cm
Tanda– tanda Vital :
TD : 140/80mmHg Suhu : C
N : 88 x/mnt RR : 22 x/mnt
Pasien tampak malas makan, Pasien tampak lemah

Dok Prodi Ners Kep


FIKes UNMUH Jember
FORM KEP MEDIKAL BEDAH

Input:
- Makan dan minum: 250
- Parenteral : 581
- IWM = 350 x 1,81 x 5 = 131
24 jam
ouput
- BAK: 1 cc
- IWL = 700 x 1,81 x 5 = 263
24 jam
Balance cairan :
962- 264 = + 698

Dok Prodi Ners Kep


FIKes UNMUH Jember
FORM KEP MEDIKAL BEDAH

2. Kepala & Leher


Bentuk kepala simetris, tidak ada benjolan, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,
mukosa bibir pucat, konjungtiva pucat, bibir tampak pucat dan kering dan pecah-pecah.

3. Thorax (dada)
Pemeriksaan Paru Pemeriksaan Jantung
Inspeksi: simetris, tidak ada retraksi otot dada Inspeksi: ictus cordis tidak terlihat
Perkusi : sonor Palpasi: ictus cordis teraba di ICS ke 4 mid
clavicula sinistra
Palpasi: tidak ada benjolan yang abnormal
Perkusi : pekak
Auskultasi: vesikuler, ronki (-), wheezhing (-) Auskultasi: S1 S2 tunggal

4. Abdomen
Inspeksi: tidak ada luka
Auskultasi: bising usus 10 x/menit
Palpasi: tidak ada massa pada ke-empat kuadran abdomen
Perkusi: suara timpani, asites (+)
5. Tulang belakang
Tidak ada kelainan, lesi (-), bentuk simetris
6. Ekstrimitas
Terdapat odema pada kedua kaki, pergerakan bebas, akral teraba dingin
7. Integumen
Kulit tampak pucat dan kering, turgor 3 detik
8. Genetalia dan anus
Tidak ada lesi, pendarahan (-)

9. Pemeriksaan neurologis
No PemeriksaanSyaraf Hasil
1. Syaraf Olfaktorius Klien dapat mencium bau
2. Syaraf Optikus Klien dapat melihat dengan baik
3. Syaraf N.Okulomotor, N.Troklearis, Reflek Cahaya +/+, Pupil 3/3
N.Abdusen
4. Syaraf Trigeminus Klien tidak ada paralisis
5. Syaraf Facialis Tidak ada perubahan motorik/
kelumpuhan
6. Syaraf Vestibulo-Koklearis Klien tidak ada tuli
7. Syaraf Glosofaringeus dan Vagus Klien tidak ada mual muntah
8. Syaraf Aksesorius Klien tidak ada kaku kuduk
9. Syaraf Hipoglosus Lidah klien simteris
FORM KEP MEDIKAL BEDAH

F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Darah lengkap
Hb 5,4 gr/dl
Leukosit 5,8 109/L
Hitung jenis -/-/-/71/20/9
Hematocrit 16,1 %
Trombosit 149 109/L
2. Faal Hati
Bilirubin direk 0,20 mg/dl
Bilirubin total 0,57 mg/dl
SGOT 63 U/L
SGPT 169 U/L
Albumin 3,3 gr/dl
3. Gula darah sewaktu 176 mg/dl
4. Elektrolit
Natrium 140,1 mmol/L
Kalium 3,52 mmol/L
Clorida 100,6 mmol/L
Calcium 2,76 mmol/L
5. Faal Ginjal
Kreatinin Serum 5,2 mg/dl
BUN 35 mg/dl
Urea 74 mg/dl
Asam Urat 1,9 mg/dl

TERAPI
1. Infus PZ 7 tpm
2. Injeksi Ceftriaxone 1x1 gram
3. Injeksi Antrain 3 x 1 ampul
4. Peroral Amlodipin 5 mg 1 x 1
5. Tranfusi PRC 1 kolf/hari pre Lasix 1 ampul
6. HD regular setiap hari Senin dan Kamis jam 10.00 wib
FORM KEP MEDIKAL BEDAH

ANALISA DATA
NO Tanggal/jam DATA FOKUS ETIOLOGI MASALAH
1. 27-4-21 DS: Penurunan Perfusi perifer tidak
08.00 Pasien mengatakan Kosentrasi
efektif
badan terasa lemas Hemoglobin
DO:
 Kulit dan
konjungtiva tampak
anemis
 CRT 3 detik
 Akral dingin
 Kadar Hb 5,4 gr/dl
 Edema kaki (+)
 TD 140/90 mmhg
 Nadi 88 x/menit
 Suhu 36,7ºC
 RR 22 x/menit

DS:
2. 27-4-21 Risiko defisit nutrisi
Pasien mengatakan Faktor
08.00
sering mual, muntah dan psikologis
tidak selera makan (Keengganan
DO: untuk
 Pasien tampak makan)
malas makan
 Hanya mampu
menghabiskan ¼
porsi makan
yang disajikan
 Pasien tampak
lemah
 Muntah (+)
 Bising usus 10
x/menit
 Membrane
mukosa tampak
pucat
 Bibir kering dan
pecah-pecah
 Kadar albumin
3,3 gram %
FORM KEP MEDIKAL BEDAH

3. 27-4-21 DS: Gangguan Hipervolemia


08.00 Pasien mengatakan mekanisme
sering haus regulasi
DO :
- Bibir kering
pecah-pecah
- Odem bagian
ekstermitas
bawah
- Asites minimalis
- Kulit kering
- Turgor kulit
3detik

4 27-4-21 DS: klien merasa putus asa Kondisi penyakit Distres spiritual
08.00 karena penyakit yang kronis
diderita saat ini tidak
sembuh-sembuh, klien
merasa lelah dengan
pengobatan yang dijalani
DO:
- Klien tidak
melaksanakan
ibadah dengan
rutin karena
merasa putus asa
teradap
penyakitnya

PRIORITAS DIAGNOSA

No Diagnosa Keperawatan
1 Perfusi perifer tidakefektif b.d Penurunan Kosentrasi Hemoglobin
2 Hipervolemia b.d Gangguan mekanisme regulasi
3 Distres spiritual b.d Kondisi penyakit kronis
4 Risiko defisit nutrisi b.d Faktor psikologis (Keengganan untuk makan)
FORM KEP MEDIKAL BEDAH

INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
Perfusi perifer tidak efektif yang Perfusi perifer pasien meningkat setelah . Observasi:
berhubungan dengan Penurunan dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Monitor TTV dan kadar HB
Kosentrasi Hemoglobin 3x24 jam. 2. Inspeksi kulit dan Palpasi anggota badan
3. Monitor status cairan intake dan output
Kriteria Hasil: Terapeutik:
1. Membran mukosa merah muda 4. Lakukan penilaian secara komprehensif
2. Kulit dan Conjunctiva tidak fungsi sirkulasi periper. (cek nadi
anemis priper,oedema, kapiler refil, temperatur
3. Akral hangat ekstremitas).
4. TTV dalam batas normal. 5. Atur posisi pasien, ekstremitas bawah lebih
5. Tidak ada edema rendah untuk memperbaiki sirkulasi.
6. Hemoglobin dalam batas normal 6. Evaluasi nadi, oedema
Edukasi:
7. Memberikan informasi kepada keluarga
tentang efek transfusi
Kolaborasi:
8. Berikan therapi tranfusi PRC 1 kolf/hari .
Risiko Defisit nutrisi kurang Nutrisi pasien meningkat setelah Observasi:
dari kebutuhan tubuh b.d d dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Monitor adanya mual dan muntah
Faktor psikologis (Keengganan 3x24 jam. 2. Monitor adanya kehilangan berat badan dan
untuk makan) perubahan status nutrisi.
Kriteria Hasil: 3. Monitor kadar albumin
1. Nafsu makan meningkat 4. Monitor intake nutrisi dan kalori klien.
2. Tidak terjadi penurunan BB
3. Masukan nutrisi adekuat Terapeutik:
4. Menghabiskan porsi makan 5. Tingkatkan intake makanan tinggi kalori
5. Hasil lab normal (albumin, 6. Sajikan makanan dalam kondisi hangat.
kalium) 7. Berikan diet yang mengandung
tinggi serat untuk mencegah konstipasi.
8. Anjurkan makan sedikit tapi sering
FORM KEP MEDIKAL BEDAH

Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan


9. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak
selama jam makan.
10. Berikan semangat dan pujian positif untuk
mendorong kepatuhan.
11. Lakukan oral hygiene secara teratur

Edukasi:
12. Informasikan pada pasien dan keluraga
tentang manfaat nutrisi
Kolaborasi:
13. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam
pemberian diet sesuai terapi

Hipervolemia b.d Gangguan Volume cairan pasien menurun setelah Observasi:


mekanisme regulasi dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Kaji status cairan ; timbang berat badan,
3x24 jam. keseimbangan masukan dan haluaran, turgor
kulit dan adanya edema
Kriteria Hasil: 2. Identifikasi sumber potensial cairan
1. Terbebas dari edema, efusi, 3. Rekam tanda vital: berat badan, denyut nadi,
anasarka pernapasan, dan tekanan darah untuk
2. Bunyi nafas bersih,tidak adanya mengevaluasi respon terhadap terapi.
dipsnea Terapeutik:
3. Memilihara tekanan vena sentral, 4. Batasi masukan cairan
tekanan kapiler paru, output 5. Ambil sampel darah dan meninjau kimia
jantung dan vital sign normal. darah (misalnya BUN, kreatinin, natrium,
pottasium, tingkat phospor) sebelum
perawatan untuk mengevaluasi respon
terhadap terapi.
6. Sesuaikan tekanan filtrasi untuk
menghilangkan jumlah yang tepat dari
cairan berlebih di tubuh pasien.
7. berikan terapi permen karet xylitol
untuk menjaga kesehtan mulut pasien
FORM KEP MEDIKAL BEDAH

Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan


Edukasi:
8. Jelaskan pada pasien dan keluarga rasional
pembatasan cairan
Kolaborasi:
9. Kolaborasi pemberian cairan sesuai terapi.

Distres spiritual b.d Kondisi penyakit Tujuan: distres spiritual pasien teratasi Observasi:
kronis setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. perasaan yang dialami pasien
selama3x24 jam. 2. klien dapat menerima atau tidak terhadap
Kriteria hasil: penyakitnya
- klien dapat megungkapkan 3. klien dapat melakukan ibadah secara rutin
perasaan tenang Terapeutik:
- klien dapat menerima penyakitnya 4. berikan kesempatan klien utuk
- klien dapat melakukan ibadah mengepresikan perasaannya terhadap
secara rutin penyakitnya saat ii
5. sedikan privasi dan waktu tenang untuk
aktivitas spiritual
6. fasilitasi untuk melakukan ibadah
Edukasi:
7. Ajarkan pasien untuk berzikir
Kolaborasi:
8. Atur kunjungan dengan rohaniawan
jika diperlukan
FORM KEP MEDIKAL BEDAH

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
TANGGAL TINDAKAN CATATAN PERKEMBANGAN
/ JAM
27/04/2021 DX 1
1. Melakukan pemeriksaan S:
08.00 WIB TTV Pasien mengeluh badan masih terasa
2. Melakukan Injeksi lemas
Ceftriaxone 1 x 1 gram O:
3. Melakukan injeksi Antrain - Kulit dan konjuntiva anemis
3 x 1 ampul berkurang
12.00 WIB 4. Melakukan pemeriksaan - Akral hangat
TTV - CRT 2 detik
5. Mengobservasi keadaan - TTV : TD: 150/80 mmHg
umum klien N: 84x/menit
6. Melakukan peghitungan RR: 20x/menit
urine yang keluar S : 370C
7. Memberi posisi semifowler A : Masalah teratasi sebagian
15.00 WIB
8. Menganjurkan klien untuk P : Intervensi dilanjutkan
meningkatkan porsi makan
9. Menganjurkan klien untuk DX 2
makan sedikit-sedikit tapi S:
sering Pasien mengatakan masih merasa mual
10. Melakukan Pemeriksaan dan tidak nafsu makan
TTV O:
11. Melakukan injeksi Antrain 3 - Porsi makan hanya ¼ porsi
x 1 ampul - Tampak tidak nafsu makan
12. Memberikan tranfusi darah - Intake nutrisi belum adekuat
PRC 1 kolf - TTV : TD: 150/80 mmHg
13. Melakukan edukasi terkait N: 84x/menit
efek transfusi RR: 20x/menit
16.00 WIB 14. Mengobservasi reaksi S : 370C
tranfusi A : Masalah belum teratasi
15. Kaji status cairan ; timbang P : Intervensi dilanjutkan
berat badan, keseimbangan
masukan dan haluaran, DX 3
turgor kulit dan adanya S: Pasien mengatakan sering haus
edema O:
16. Identifikasi sumber - Bibir kering pecah-pecah
potensial cairan - Odem bagian ekstermitas bawah
17. Rekam tanda vital: berat - Asites minimalis
badan, denyut nadi, - Kulit kering
pernapasan, dan tekanan - Turgor kulit 3detik
darah untuk mengevaluasi - TTV : TD: 150/80 mmHg
respon terhadap terapi. N: 84x/menit
18. Batasi asupan cairan RR: 20x/menit
19.Memberikan terapi permet S : 370C
karet xylitol A : Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
FORM KEP MEDIKAL BEDAH

16.30 WIB 20. berikan kesempatan klien DX 4


utuk mengepresikan S: klien mengatakan setelah berzikir klien
perasaannya terhadap merasa sedikit tenang, tetapi klien masih
penyakitnya saat ii memikirkan tentang penyakitnya
21. sedikan privasi dan O:
waktu tenang untuk Klien masih belum melaksanakan ibadah
aktivitas spiritual secara rutin
22. fasilitasi untuk melakukan A: masalah belum teratasi
ibadah P: lanjutkan intervensi 4-7
23. Ajarkan pasien untuk
berzikir
24. Observasi terhadap perasaan
yang dialami pasien, klien
dapat menerima atau tidak
terhadap penyakitnya, klien
dapat melakukan ibadah
secara rutin
FORM KEP MEDIKAL BEDAH

28/04/2021 1. Mengobservasi TTV DX 1


08.30 WIB 2. Mengobservasi KU pasien S:
3. Melakukan injeksi Pasien mengeluh lemas berkurang
Ceftriaxon 1x1 gram O:
4. Melakukan injeksi antrain 3 - Kulit dan konjuntiva anemis
x 1 ampul berkurang
5. Melakukan penghitungan - Akral hangat
urine yang keluar - CRT 2 detik
12.00 WIB 6. Observasi ttv - TTV : TD: 150/90 mmHg
7. Memberikan posisi N: 80x/menit
semifowler RR: 23x/menit
8. Menciptakan lingkungan S : 370C
terapetik A : Masalah teratasi sebagian
9. Memberikan diet rendah P : Intervensi dilanjutkan
protein tinggi kalori dari
tim gizi DX 2
10.Menganjurkan klien makan S:
sedikit tapi sering Pasien mengatakan masih merasa mual
11.Menjelaskan pentingnya dan tidak nafsu makan
nutrisi untuk kesehatan O:
klien - Porsi makan hanya ¼ porsi
12.Melakukan penghitungan - Tampak tidak nafsu makan
urine yang keluar - Intake nutrisi belum adekuat
13.Observasi TTV - TTV : TD: 150/90 mmHg
16.00 WIB 14.Memberikan injeksi Antrain N: 80x/menit
3x 1 ampul RR: 23x/menit
15.Memasukan tranfusi darah S : 370C
PRC 1 kolf/hari A : Masalah belum teratasi
16.Mengobservasi reaksi P : Intervensi dilanjutkan
tranfusi
17. Kaji status cairan ; timbang DX 3
berat badan, keseimbangan S:
masukan dan haluaran, Pasien mengatakan rasa haus
turgor kulit dan adanya berkurang
edema O:
18. Identifikasi sumber - Bibir kering pecah-pecah
potensial cairan - Odem bagian ekstermitas bawah
19. Rekam tanda vital: berat - Asites minimalis
badan, denyut nadi, - Kulit kering
pernapasan, dan tekanan - Turgor kulit 3detik
darah untuk mengevaluasi - TTV : TD: 150/90 mmHg
respon terhadap terapi. N: 80x/menit
20. Batasi asupan cairan RR: 23x/menit
21. Memberikan terapi S : 370C
permen karet xylitol A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan

21. berikan kesempatan klien DX 4


16.30 WIB utuk mengepresikan S: klien mengatakan setelah berzikir klien
perasaannya terhadap merasa sudah tenang, klien mulai
penyakitnya saat ii menerima penyakitnya, klien berpikir jika
22. Ajarkan pasien untuk ini adalah ujian dari tuhan untuk dirinya
FORM KEP MEDIKAL BEDAH

berzikir O:
23. Observasi terhadap Klien sudah mulai mencoba melaksanakan
perasaan yang dialami ibadah secara rutin
pasien, klien dapat A: masalah teratasi
menerima atau tidak P: hentikan intervensi
terhadap penyakitnya, klien
dapat melakukan ibadah
secara rutin
Jurnal Keperawatan Silampari
Volume 3, Nomor 1, Desember 2019
e-ISSN: 2581-1975
p-ISSN: 2597-7482
DOI: https://doi.org/10.31539/jks.v3i1.820

PENGARUH PEMBERIAN PERMEN KARET XYLITOL TERHADAP


KESEHATAN MULUT (XEROSTOMIA) PADA PASIEN
CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)

Peri Zuliani1, Busjra M. Nur2, Rohman Azzam3


Program Studi Keperawatan, STIKES Bhakti Husada Bengkulu1
Program Studi Magister Keperawatan, Universitas Muhammadiyah Jakarta2,3
perizuliani1@gmail.com1

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh pemberian
permen karet xylitol pada pasien CKD. Jenis penelitian ini adalah eksperimen
kuantitatif dengan desain pre post test design dengan jumlah sampel yang diambil
sebanyak 20 responden. Kesehatan Mulut responden diukur dengan menggunakan
kuesioner OHIP dengan skala likert dan skoring. Hasil penelitian didapatkan ada
perbedaan kesehatan mulut sebelum dan setelah diberikan permen karet xylitol dengan
nilai ρ value < 0.05. Simpulan, pemberian permen karet Xylitol berpengaruh terhadap
kesehatan mulut (xerostomia) pasien CKD.

Kata Kunci: CKD, Kesehatan Mulut (Xerostomia), Xylitol

ABSTRACT

The purpose of this study was to determine whether there is an influence of xylitol gum
administration in CKD patients. This type of research is a quantitative experiment with
a pre post test design with a total sample of 20 respondents. Oral health of respondents
was measured using the OHIP questionnaire with a Likert scale and scoring. The
results showed there were differences in oral health before and after being given xylitol
gum with a value of ρ value <0.05. Conclusion, administration of Xylitol gum affects the
oral health (xerostomia) of CKD patients.

Keywords: CKD, Oral Health (Xerostomia), Xylitol

PENDAHULUAN
World Health Oranization (WHO) memperkirakan bahwa lebih dari 346 juta
orang di seluruh dunia mengidap diabetes. Jumlah ini kemungkinan akan lebih dari dua
kali lipat pada tahun 2030 tanpa intervensi. Hampir 80% kematian diabetes terjadi di
Negara berpenghasilan rendah dan menengah. Menurut laporan WHO, India saat ini
mempunyai jumlah terbesar didunia dengan lebih dari 32 juta klien dengan diabetes
mellitus dan jumlah ini diprediksikan meningkat menjasi 79,4 juta pada tahun 2030
(WHO, 2016). Diabetes mellitus kini tumbuh menjadi masalah kesehatan dunia,
International Diabetes Federation (IDF) menunjukkan prevalensi DM didunia dari 371
juta kasus pada 2012 meningkat 55% menjadi 592 juta pada 2035 (IDF, 2015).

302
2019. Jurnal Keperawatan Silampari 3 (1) 302-311

Kenaikan insiden DM juga terjadi di Asia tenggara. Total populasi di Asia


tenggara pada rentang usia 20-79 tahun sebanyak 838 juta jiwa pada tahun 2010. Dari
total populasi tersebut terdapat 58,7 juta jiwa (7,6%) pasien DM tipe 2. Jumlah tersebut
meningkat pada tahun 2030, yaitu total populasi pada rentang usia 20-79 tahun
sebanyak 1,2 miliar, terdapat 101 juta (9,1)% DM tipe 2. Angka kejadian DM tipe 2
pada usia dewasa antara 20-70 th diseluruh dunia pada tahun 2015 meningkat menjadi
415 juta dan akan diperkirakan mencapai 642 juta orang pada tahun 2040. Berdasarkan
IDF, diketahui terjadi kenaikan prevalensi DM di dunia tahun 2-13 sebesar 8,3%
menjadi 8,8% pada tahun 2015 (IDF, 2015).
American Diabetes Association (ADA) pada tahun 2018 mengemukakan bahwa
diabetes mellitus merupakan sindrom metabolik dengan karakteristik hiperglikemi yang
terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya yang ditandai
dengan pulyuria, polydipsia, polyphagia disertai kehilangan berat badab yang tidak jelas
penyebabnya. Diabetes mellitus diklasifikasikan menjadi 4 tipe, yaitu diabetes mellitus
tipe 1, diabetes mellitus tipe 2, diabetes mellitus tipe lain, dan diabetes mellitus
gestasional pada kehamilan (ADA, 2018).
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki angka
kejadian DM tipe 2 yang cukup tinggi. Jumlah penderita DM tipe 2 di Indonesia pada
tahun 2010 mencapai 8,4 juta jiwa dan diperkirakan pada tahun 2030 akan mengalami
peningkatan menjadi 21,3 juta jiwa (ADA, 2017).
Pada pasien yang menderita DM tipe 2 akan mengalami penurunan fungsi organ
baik karena faktor alamiah maupun penyakit. Salah satu hal yang terkait dengan itu
yaitu keluhan mulut kering (xerostomia). Keadaan ini disebabkan karena terjadi atropi
pada kelenjar saliva yang akan menurunkan produksi saliva dan mengubah
komposisinya (Amelia, 2012). Xerostomia dapat terjadi pada berbagai penyakit antara
lain, gagal ginjal kronis, Kelainan saraf yang diikuti gejala degenerasi, seperti Sklerosis
multiple, penderita AIDS, Rematoid arthritis, termasuk Diabetes mellitus.
Prevalensi xerostomia pada populasi umum masih belum jelas karena terbatasnya
jumlah studi. Prevalensi yang dilaporkan bervariasi, mulai dari 0,9% hingga 64,8%.
Insiden xerostomia meningkat dari 6% pada usia 50 tahun dan 15% pada usia 65 tahun
(Kusuma, 2012). Salah satu temuan memperkirakan terjadinya xerostomia pada usia 65
tahun menjadi sekitar 30% pasien yang hidup dengan pengobatan jangka panjang,
seperti pada psien yang menggunakan obat psikiatri, anti hipertensi atau kelianan ginjal
(Rizqi, 2013).
Mulut kering (Xerostomia) diindikasikan sebagai penurunan produksi saliva.
Beberapa faktor penyebab antara lain yaitu efek samping obat dan tingkat stress pada
penderita DM tipe 2. Efek samping obat tersebut akan menurunkan produksi saliva
sehingga kadar asam di dalam mulut meningkat. Dengan jumlah yang sedikit dan
konsistensi yang kental, saliva akan kehilangan fungsinya sebagai pembersih alami
rongga mulut. Keadaan emosial seperti stress, putus asa dan rasa takut yang dialami
penderita DM tipe 2 dapat merangsang system saraf simpatis dan menghalangi sistem
saraf parasimpatis sehingga sekresi saliva menurun dan menyebabkan mulut menjadi
kering (Amelia, 2012). Xerostomia pada DM tipe 2 terjadi karena gangguan neuropati
atau karena adanya kerusakan pada nervus kranial VII (nervus fasialis) dan nervus
kranialis IX (nervus glosofaringeal) yaitu nervus yang menginervasi kelenjar parotis
sumber penghasil saliva.

303
2019. Jurnal Keperawatan Silampari 3 (1) 302-311

Xerostomia akan terjadi ketika aliran saliva menurun hingga 50% dari sekresi
normal. Penurunan curah saliva menyebabkan berubahnya komposisi pada saliva seperti
bikarnonat, fosfat dan urea yang berkurang sehingga menyebabkan penurunan kapasitas
bufferI saliva yang menghasilkan menurunnya pH (Pinna, Campus, Cumbo, Mura &
Milia, 2015). Apabila terjadi peningkatan ataupun penurunan volume saliva, maka akan
diikuti dengan peningkatan atau penurunan pH saliva sebesar 78,5%. Meningkatnya
sekresi saliva menyebabkan meningkatnya volume dan mengencerkan saliva yang
diperlukan untuk proses penelanan dan lubrikasi. Peningkatan sekresi saliva juga
meningkatkan jumlah dan kandungan saliva, seperti bikarbonat yang dapat
meningkatkan pH. Sebaliknya menurunnya sekresi saliva akan menurunkan jumlah dan
susunan kandungan saliva yang dapat menyebabkan menurunnya pH saliva
(Marasabessy, 2013).
Peranan saliva dalam rongga mulut sangat penting, maka perlu diupayakan
penanggulangan terhadap penurunan curah saliva pada penderita diabetes mellitus yang
dapat dilakukan dengan merangsang mastikasi, terutama dengan menggunakan permen
karet xylitol. Salah satu bahan kimia yang telah diteliti dan terbukti efektif dalam
menginduksi produksi saliva dan aman bagi penderita diabetes mellitus tipe 2 adalah
xylitol. Xylitol telah dibuktikan dalam berbagai study klinis sebagai suatu stabilizer
insulin alami yang sangat lambat dimetabolisme dan tidak menyebabkan perubahan
glukosa secara drastis, sehingga permen karet yang mengandung xylitol baik digunakan
sebagai pembersih rongga mulut (Rara Astria, 2014).
Saliva berperan penting bagi kesehatan rongga mulut. Fungsi saliva yang penting
dan sangat jelas yaitu saat makan, untuk mengecap dan menjadi pelumas bagi makanan
dan melindungi mukosa dan gigi, air, dan glikoprotein menjadi pelumas bagi makanan
dan membantu proses menelan. Saliva juga penting untuk persepsi rasa yang normal.
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi komposisi saliva adalah laju aliran saliva.
Sekresi saliva yang menurun akan menyebabkan rasa ketidaknyamanan pada rongga
mulut, nyeri, peningkatan tingkat karies gigi dan infeksi mulut, serta kesulitan berbicara
dan menelan makanan, sehingga asupan gizi pun menurun diikuti dengan penurunan
berat badan. Keluhan-keluhan yang muncul akibat xerostomia ini dapat mempengaruhi
kesehatan mulut yang nantinya akan mempengaruhi tingkat kualitas hidup pula (Rizky,
2013).
Salah satu bahan kimia yang telah diteliti dan terbukti efektif dalam menginduksi
produksi saliva adalah xylitol yang digunakan dalam bentuk produk permen karet. Pada
penelitian sebelumnya, terbukti bahwa permen karet yang mengandung Xylitol dapat
bermanfaat untuk merangsang produksi saliva, meningkatkan pH plak dan saliva,
sehingga sangat baik digunakan sebagai pembersih rongga mulut (Rizky, 2013).
Mengonsumsi produk yang mengandung xylitol adalah salah satu alternatif untuk
memelihara kesehatan gigi dan mulut. Xylitol adalah pemanis alami yang bermanfaat
dalam menekan jumlah bakteri mulut, menghambat pertumbuhan plak, mencegah
keasaman plak, dan mempercepat proses pembentukan kembali mineral gigi. Xylitol
telah terbukti mampu menjaga kesehatan mulut dengan cara menekan jumlah bakteri
yang dapat menyebabkan gigi berlubang. Sehubungan dengan pernyataan tersebut, kini
xylitol telah banyak diaplikasikan dalam banyak produk kesehatan seperti permen karet,
obat kumur, dan pasta gigi (Agrianthy, 2014).
Pada tahun 1983, JFCFA (suatu komite gabungan antara WHO dan FAO)
memutuskan bahwa xylitol merupakan pemanis yang aman untuk dikonsumsi, sehingga
xylitol banyak diproduksi dalam bentuk permen karet. Xylitol merupakan pemanis yang

304
2019. Jurnal Keperawatan Silampari 3 (1) 302-311

aman bagi penderita Diabetes Mellitus dan hiperglikemia, sehingga banyak digunakan
dan xylitol diabsorsi lebih lambat daripada gula biasa karena memiliki indeks glikemik
yang sangat rendah yaitu 7, sedangkan gula biasa memiliki indeks glikemik sampai 90
dan dilepaskan ke dalam darah 13 kali lebih cepat dibanding xylitol (Sari, 2011).
Pemberian permen karet yang mengandung xylitol mempunyai efek menstimulasi
produksi saliva. Permen karet bebas gula adalah cara yang sangat praktis untuk
merangsang saliva. Banyak penelitian didunia yang mendukung tentang efek
mengunyah permen karet bebas gula. Pemberian permen karet yang mengandung xylitol
sesudah makan makanan yang mengandung karbohidrat, mempunyai efek
meningkatkan buffer saliva dan mempunyai efek menurunkan akumulasi plak,
mengurangi pertumbuhan bakteri, meningatkan kesehatan gusi dan gigi, dan mencegah
bau mulut (Dewi, 2008).
Kesehatan mulut menurut World Health Organization (WHO) memiliki arti bebas
dari nyeri kronik pada rongga mulut dan wajah, kanker rongga mulut dan tenggorokan,
luka pada rongga mulut, kelainan kengenital seperti bibir atau palatum sumbing,
penyakit periodontal, kerusakan dan kehilangan gigi, dan penyakit atau gangguan
lainnya yang mempengaruhi rongga mulut (Amelia, 2012).
Berdasarkan uraian diatas, xerostomia dapat menimbulkan berbagai keluhan yaitu
mukosa mulut kering, nyeri serta kesulitan mengunyah dan menelan. Pada penelitian
sebelumnya hanya melihat kesehatan mulut terhadap kualitas hidup orang yang
menderita xerostomia.

METODE PENELITIAN
Rancangan penelitian yang digunakan adalah one group pretest postest, rancangan
ini tidak ada kelompok pembanding (kontrol), tetapi dilakukan pretest sebelum diberi
perlakuan yang memungkinkan menguji perubahan- perubahan yang terjadi setelah
adanya eksperimen. Sampel pada penelitian ini berjumlah 20 orang.
Variabel Kesehatan Mulut diukur menggunakan kuesioner Oral Health Impac
Profile (OHIP) menggunakan kuesioner oral health impac profile-14 (OHIP-14) yang
dikembangkan menjadi 15 pertanyaan. Oral health impac profile dikembangkan
bertujuan untuk memberikan ukuran komprehensif tentang disfungsi, ketidak nyamanan
dan kecacatan yang disebabkan oleh kondisi mulut. Oral health impac profile
dikembangkan bertujuan untuk memberikan ukuran komprehensif tentang disfungsi,
ketidak nyamanan dan kecacatan yang disebabkan oleh kondisi mulut. Pertanyaan untuk
menilai kesehatan mulut pada penelitian ini diukur dengan skala likert yang terdiri dari
15 pertanyaan meliputi kesulitan dalam mengucapkan kata/kalimat (berbicara) karena
permasalahan pada rongga mulut; tidak dapat mengecap rasa dengan baik; pernah
merasakan sakit pada rongga mulut; merasa tidak nyaman saat mengunyah makanan;
merasa tegang karena permasalahan pada rongga mulut; merasa tidak puas dengan
makanan yang dikonsumsi; harus berhenti secara tiba-tiba saat sedang mengunyah
makanan; mengalami kesulitan untuk merasa rileks/santai; merasa malu karena
permasalahan pada rongga mulut; Apakah Anda pernah menjadi mudah tersinggung
karena permasalahan mulut kering; merasa hidup kurang memuaskan; merasa susah
untuk melakukan apapun; merasa kurang percaya diri karena mengalami permasalahan
mulut kering saat kumpul bersama; pernah menggunakan obat untuk menghilangkan
mulut kering; merasa kekeringan mulut yang di alami sekarang mengganggu aktivitas.

305
2019. Jurnal Keperawatan Silampari 3 (1) 302-311

Kuesioner ini menggunakan skala likert yaitu skor 0 untuk pilihan pernyataan
tidak pernah (TP), skor 1 untuk pilihan pernyataan sangat jarang (SJ), skor 2 untuk
pilihan pernyataan kadang-kadang (KK), skor 3 untuk pilihan pernyataan sering (S), dan
4 untuk pilihan pernyataan sangat sering (SS). Skor yang diperoleh kemudian
dijumlahkan dan dibandingkan dengan skor maksimal sehingga didapat nilai kesehatan
mulut responden yaitu untuk kesehatan mulut baik dengan skor (0-30) dan skor (31-60)
untuk kesehatan mulut rendah. Pemberian permen karet xylitol diberikan kepada
responden sebanyak 38 buah untuk dikunyah 15 menit setelah makan pagi pukul 08:00,
makan siang pukul 13:00 dan makan malam pukul 19:00 selama 7 hari dengan waktu
pengunyahan 5 menit.

HASIL PENELITIAN
Analisis Univariat
Tabel. 1
Karakteristik Pasien CKD dengan Xerostomia
Berdasarakan Usia (n = 20)

Mean SD Min-Max 95%CI


52,80 6,795 (36-63) 49,62- 55,98

Berdasarkan tabel di atas diketahui rata-rata usia responden adalah 52 tahun


dengan standar deviasi 6,795, usia terendah adalah 36 tahun dan usia tertinggi 63
tahun dan hasil estimasi interval dapat disimpulkan 95% diyakini bahwa rata-rata
usia responden adalah 49,62 sampai 55,98.
Tabel. 2
Karakteristik Pasien CKD dengan Xerostomia
Berdasarakan Jenis Kelamin (n = 20)

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase


Laki-laki 8 40 %
Perempuan 12 60 %
Total 20 100 %

Berdasarkan tabel 2 di atas diketahui bahwa terdapat 20 orang responden, dimana


jumlah responden perempuan lebih banyak jumlahnya dari pada responden laki-laki
yaitu 12 orang (60%) perempuan dan 8 orang (40%) laki-laki.

Tabel. 3
Skor Kesehatan Mulut Sebelum dan Setelah Intervensi
Pemberian Permen Karet Xylitol

Kesehatan Mean Median SD Min –Max 95% CI


Mulut
Sebelum 50,20 50,50 4,060 41 – 55 48,30 - 52,10
Setelah 26,65 26,50 1,531 24 – 29 25,93 –27,37

306
2019. Jurnal Keperawatan Silampari 3 (1) 302-311

Hasil analisis data pada tabel 3 di atas didapatkan bahwa rata-rata skor kesehatan
mulut responden sebelum intervensi pemberian permen karet xylitol adalah
50,20,sedangkan setelah intervensi meannya menurun menjadi 26,65. Rentang
kepercayaan diyakini 95% (CI 95%) pada tabel diatas menunjukkan rata-rata skor
kesehatan mulut responden sebelum intervensi pemberian permen karet xylitol berada
pada rentang 48,30-52,10, sedangkan skor kesehatan mulut setelah intervensi berada
pada rentang 25,93 – 27,37. Hasil analisis menunjukkan bahwa terjadi perbedaaan rata-
rata skor kesehatan antara sebelum dan setelah intervensi pemberian permen karet
xylitol, yaitu terjadi penurunan skor yang menunjukkan bahwa kesehatan mulutnya
dalam rentang kategori baik

Analisis bivariat

Tabel. 4
Analisis Rata-Rata Kesehatan Mulut Sebelum dan Setelah Intervensi
Pemberian Permen Karet Xylitol

Variabel Mean SD SE P Value N


Skor pre 50,20 4,060 0,91 0,000 20
Skor post 26,65 1,531 0,34

Berdasarkan hasil tabel 4 diatas menunjukkan rata-rata nilai kesehatan mulut


sebelum dan setelah mengalami penurunan skor dari 50,20 menjadi 26,65 dengan
hasil uji statistik didapatkan nilai P value adalah (0.000) sehingga nilai P value >
0.05. Berarti ada perbedaan signifikan kesehatan mulut sebelum dan sesudah
diberikan permen karet xylitol dengan keyakinan 95%.

PEMBAHASAN
Karakteristik Usia
Hasil penelitian diketahui diketahui karakteristik usia responden sebagian besar
kategori, usia 46-55 tahun (lansia awal) lebih banyak mengalami CKD dengan
Xerostomia yang berjumlah 12 orang (60%). Seiring dengan bertambahnya usia, organ
tubuh mengalami penurunan fungsi atau bahkan kegagalan dalam menjalankan
fungsinya.
Hal ini sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa proses menua yang
berlangsung setelah usia 30 tahun mengakibatkan perubahan anatomis, fisiologis dan
biokimia. Perubahan dimulai dari tingkat sel, belanjut pada tingkat jaringan dan
akhirnya pada tingkat organ yang dapat mempengaruhi fungsi homeostatis (Setiati,
2014).
Menurut Smeltzer, Bare & Hinkle (2008) pada kasus penyakit ginjal kronis
cenderung meningkat pada usia dewasa karena proses perjalanan penyakitnya yang
bersifat kronis dan progresif. Semakin bertambahnya usia secara bersamaan fungsi
renal dan traktus urinarius serta fungsi tubulus termasuk kemampuan reabsorbsi akan
berkurang. Setelah usia 40 tahun laju filtrasi glomerulus akan mengalami penurunan
secara progresif kurang dari 50% dari normalnya hingga usia 70 tahun (Arfany,
Armiyati & Kusuma, 2014).
Pertambahan usia akan memengaruhi anatomi, fisiologi dan sitologi pada ginjal
(Tjekyan, 2014; Prakash, 2009). Setelah usia 30 tahun, ginjal akan mengalami atrofi
dan ketebalan kortek ginjal akan berkurang sekitar 20% setiap dekade. Perubahan lain

307
2019. Jurnal Keperawatan Silampari 3 (1) 302-311

yang akan terjadi seiring dengan bertambahnya usia berupa penebalan membran basal
glomerulus, ekspansi mesangium glomerular dan terjadinya deposit protein matriks
ekstraselular sehingga menyebabkan glomerulosklerosis (Tjekyan, 2014; Hsieh, 2009).
Meningkatnya usia seseorang tentu saja akan memberikan dampak pada
penurunan fungsi-fungsi tubuh sehingga semakin rentan terhadap penyakit. Usia juga
berpengaruh pada prognosis suatu penyakit dan harapan hidup, usia responden
penderita gagal ginjal kronik yang lebih dari 50 tahun tentunya lebih mudah untuk
terjadi komplikasi dibandingkan dengan dengan penderita yang usianya dibawah 40
tahun (Putri, 2014; Bosniawan, 2018).

Jenis Kelamin
Hasil penelitian diketahui bahwa jumlah responden perempuan lebih banyak
jumlahnya dari pada responden laki-laki yaitu 12 orang (60%) perempuan dan 8 orang
(40%) laki-laki. Penelitian yang dilakukan oleh Arida, Azam & Handayani (2017)
menjelaskna bahwa secara statistik terdapat hubungan yang bermakna antara jenis
kelamin dengan kejadian PGK pada pasien hipertensi. Tapi pasien yang lebih banyak
mengalami PGK adalah laki-laki.
Secara klinik laki-laki mempunyai risiko mengalami penyakit ginjal kronik 2 kali
lebih besar dari pada perempuan. Hal ini dimungkinkan karena perempuan lebih
memperhatikan kesehatan dan menjaga pola hidup sehat dibandingkan laki-laki,
sehingga laki-laki lebih mudah terkena penyakit ginjal kronik dibandingkan perempuan.
Perempuan lebih patuh dibandingkan laki-laki dalam menggunakan obat karena
perempuan lebih dapat menjaga diri mereka sendiri serta bisa mengatur tentang
pemakaian obat (Pranandari, Supadmi, 2015).

Pengaruh Pemberian Permen Karet Xylitol terhadap Kesehatan Mulut


(Xerostomia) Pasien CKD
Pengaruh permen karet xylitol sangat baik terhadap kesehatan mulut, beberapa
negara telah merekomendasi kan penggunaan xylitol sebagai pengganti gula pada
produk- produk makanan dan obat-obatan yang diproduksi, seperti permen karet,
kembang gula, obat kumur, obat kunyah, dan pasta gigi.
Xylitol sejatinya adalah senyawa gula alkohol yang memiliki rumus kimia C-
5H12O5 dengan berat molekul sebesar 152,1. Xylitol memiliki rasa yang lebih manis
dan lebih nikmat daripada gula lain, contohnya sorbitol. Kalori yang dikandung xylitol
per gramnya 40% lebih rendah yaitu 2,4 kalori, dibandingkan dengan gula lain seperti
sukrosa yang memiliki 4 kalori per gramnya. Dan apabila dilarutkan, panas pelarutan
xylitol adalah negatif sepuluh kali lebih besar daripada sukrosa, sehingga xylitol akan
menimbulkan sensasi dingin di dalam mulut.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nimat
(2016) tentang “analisa praktek klinik pada pasien Gagal Ginjal Kronik dengan
intervensi inovasi mengunyah permen karet xylitol terhadap kerusakan membran
mukosa oral akibat xerostomia” dengan hasil yaitu terdapat perbaikan mukosa oral
yang menunjukkan mukosa lembab, pengurangan rasa haus. Sejalan dengan penelitian
Prasetya (2018) tentang “permen karet xylitol xerostomia pada pasien penyakit ginjal
kronis” menunjukkan hasil yaitu pengunyahan permen karet xylitol memiliki efek
menurunkan keluhan xerostomia pada pasien penyakit ginjal kronis.

308
2019. Jurnal Keperawatan Silampari 3 (1) 302-311

Pasien dengan Xerostomia menurut teori self-care Orem dipandang sebagai


individu yang memiliki kemampuan untuk merawat dirinya sendiri untuk memenuhi
kebutuhan hidup, memelihara kesehatan dan mencapai kesejahteraan.
Pasien dengan Xerostomia dapat mencapai sejahtera/kesehatan yang optimal
dengan mengetahui perawatan yang tepat sesuai dengan kondisi dirinya sendiri.
Peradangan pada rongga mulut dapat memicu respon sel dan kekebalan tubuh,
yang akan ditransmisikan oleh aliran darah ke komponen lain dari sistem individu.
Penyakit Parkinson berakibat pada rongga mulut, tidak hanya oleh disfungsi motorik,
tetapi juga dengan pemberian obat-obatan yang dapat menyebabkan xerostomia.
Mengenai gangguan ginjal, profesional gigi harus memberikan perhatian khusus
terutama pada obat yang diresepkan untuk pasien, agar tidak meningkatkan risiko
nefrotoksisitas. Terlepas dari fakta ini, studi ilmiah menunjukkan hubungan yang kuat
antara gangguan metabolisme dan perkembangan penyakit mulut (Veiga, 2016).

SIMPULAN
Pemberian permen karet Xylitol berpengaruh terhadap kesehatan mulut
(xerostomia) pasien CKD.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa intervensi menggunakan permen
karet xylitol dalam upaya untuk meningkatkan kesehatan mulut pada pasien yang
menjalani Hemodialisa. Hal ini bisa dijadikan pertimbangan alternative pada saat
melakukan intervensi keperawatan yang dapat dilakukan oleh perawat.

SARAN
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai evidance based
practice dan menambah wawasan baru baik untuk pengajar maupun mahasiswa
sehingga menjadi bahan pengembangan materi dan bisa diterapkan dalam aplikasi
bagian dari intervensi mandiri keperawatan dan memasukkan dalam sub pokok
bahasan Keperawatan Medikal Bedah khususnya materi intervensi pemberian
permen karet xylitol dalam peningkatan kesehatan mulut (xerostomia) pada pasien
CKD.
Penelitian ini diharapkan menjadi data dasar untuk penelitian berikutnya
khususnya mengenai intervensi pada pasien CKD dan penelitian selanjutnya tidak
hanya menggunakan metode kuantitatif tetapi juga kualitatif untuk mendapatkan
informasi yang mendalam dengan mix methods. Selain itu diharapkan penelitian
selanjutnya menggunakan sampel yang lebih besar dan menggunakan kelompok
kontrol sebagai pembanding.

DAFTAR PUSTAKA
Agrianthy, Erlinda. (2014). Pengaruh Permen Karet Xylitol terhadap Plak Gigi:
Fakultas Kedokteran Gigi. Universitas Sumatera Utara
Amelia. E. (2012). Hubungan Faktor Sosial Ekonomi & Faktor yang Tidak Bisa
Dimodifikasi Terhadap Diabtes Melitus Pada Lansia dan Prelansia di Kelurahan
Depok Jaya, Depok, Jawa Barat Pada Tahun 2012. Skripsi. Depok: Universitas
Indonesia
American Diabetes Association (ADA). (2018). American Diabetes Association
Standards Of Medical Care In Diabetes—2018. https://diabetesed.net
American Diabetes Association. (2017). “Standards of Medical Care in Diabetes 2017”.
Vol. 40. USA: ADA

309
2019. Jurnal Keperawatan Silampari 3 (1) 302-311

Arfany, N. W., Armiyati, Y., Kusuma, M. A. B. (2014). Efektifitas Mengunyah Permen


Karet Rendah Gula dan Mengulum Es Batu terhadap Penurunan Rasa Haus pada
Pasien Gagal Ginjal Kronis yang Menjalani Hemodialisis di RSUD Tugurejo
Semarang. Jurnal Keperawatan dan Kebidanan (JIKK), 1-9
Arida, S. I., Azam, M., Handayani, O. W. K. (2017). Faktor yang Berhubungan dengan
Kejadian Penyakit Ginjal Kronik pada Penderita Hipertensi di Indonesia. Jurnal
MKMI, 13(4), 319-328
Bosniawan, A. M. A. (2018). Faktor-Faktor Determinan yang Berpengaruh pada
Kualitas Hidup Penderita Gagal Ginjal Kronik di RSUD Sukoharjo. Naskah
Publikasi. Universitas Muhammadiyah Surakarta
Dewi, P. F. (2008). Pengaruh Konsumsi Permen Karet yang Mengandung Xylitol
Terhadap Pembentukan Plak Gigi. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro, hal. 6
Hsieh, M. D. A. P. (2009). Abnormal Renal Function and Elecrolyte Disturbance in
Older People. J Pharm Pract Res, 230-234
IDF. (2015). Atlas Diabetes Seventh. Vancouver, International Diabetes Federation.
Website:http://www.diabetesatlas.org/
Kusuma. H & Nurarif. A. H. (2012). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
NANDA (North American Nursing Diagnosis Association) NIC-NOC.
Yogyakarta: Media Hardy
Marasabessy, F. A. (2013). Hubungan Volume dan pH Saliva pada Lansia. D, 55-60
Nimat, Y. (2016). Analisa Praktek Klinik Keperawatan pada Pasien Gagal Ginjal
Kronik dengan Intervensi Inovasi Mengunyah Permen Karet Xylitol terhadap
Perbaikan Membran Mukosa Oral akibat Xerostomia. STIK Muhammadiyah
Samarinda
Prakash, S., Hare, A. M. (2009). Interaction of Aging and CKD. Senim Nephrol, 497-
503
Pranandari, R., Supadmi, W. (2015). Faktor Risiko Gagal Ginjal Kronik di Unit
Hemodialisis RSUD Wates Kulon Progo. Majalah Farmaseutik, 11(2), 316-320
Prasetya, H. A., Istioningsih. (2018). Permen Karet Xylitol untuk Xerostomia pada
Pasien Penyakit Ginjal Kronis. STIKK
Putri, R., Sembiring, L. P., & Babasari, E. (2014). Gambaran Kualitas Hidup Pasien
Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Terapi Contionuous Ambulatory Peritoneal
Dialysis do RSUD 11 Arifin Achmad Provinsi Riau dengan Menggunakal
Kuesioner KDQOL SF. Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Kedokteran,
1(2)
Rizky. (2013). Pengaruh Pemberian Permen Karet yang Mengandung Xylitol terhadap
Penurunan Keluhan pada Lansia Penderita Xerostomia. Elsevier
Sari, N. N. G. (2011). Permen Karet Xylitol yang Dikunyah Selama 5 Menit
Meningkatkan dan Mempertahankan pH Saliva Perokok Selama 3 Jam. Tesis.
Universitas Udayana, hal. 53-54
Setiati, S., Sudoyo, A. W., Alwi, I., Simadibrata, M., Setiyohadi, B., Syam, F. A.
(2014). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 6. Jakarta: Interna, 2192-96
Smeltzer, S. C., Bare, B. G., Hinkle, J. L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah, Brunner & Suddarth. Jakarta: EGC
Tjekyan, S. R. M. (2014). Prevalensi dan Faktor Risiko Penyakit Ginjal Kronik di
RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2012. (4), 275-282

310
2019. Jurnal Keperawatan Silampari 3 (1) 302-311

Veiga, N. (2016). The Influence of Chronic Disease in the Oral Health of the Elderly.
Health Sciences Departemen Portuguesecatholic University
World Health Organization. (2016). Diabetes Fakta dan Angka. Diabetes di Dunia.
Retrieved from
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rj
a&uact=8&ved=0ahUKEwi8gs2Cv4LZAhXMs48KHQCuA9oQFggwMAA&url
=http%3A%2F%2Fwww.searo.who.int%2Findonesia%2Ftopics%2F8-whd2016-
diabetes-facts-and-numbers-indonesian.pdf&usg=AOvVaw0k4OGXSwGUF
Yuswir, A. R. R & Rahayu, S. Y. (2014). Pengaruh Pemberian Permen Karet yang
Mengandung Xylitol terhadap Curah dan pH Saliva pada Lansia Penderita
Diabetes Mellitus Tipe 2. Jurnal Media Medika Muda

311
STRATEGI KOPING DENGAN PENDEKATAN SPIRITUAL PADA PASIEN
CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) YANG MENJALANI HEMODIALIS : STUDI
FENOMENOLOGI

Coping Strategies with Spiritual Approaches in Chronic Kidney Disease (CKD) Patients
Undergoing Hemodialysis: Phenomenology

Supriyono*1, Kusnanto2, Zaenal Abidin1


1. Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga
2. Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga

Abstrak
Pendahuluan: Stress yang dihadapi oleh pasien dengan CKD yang menjalani
hemodialisis dapat berakibat pada pemburukan kondisi pasien sehingga penting
adanya upaya dalam mengatasi stress yang dialami atau mekanisme koping.
Tujuan penelitian ini adalah mengeksplorasi mekanisme koping dengan
pendekatan spiritual pasien CKD yang menjalani hemodialisis. Penelitian ini
Riwayat artikel merupakan studi fenomenologi deskriptif. Metode: Metode pengumpulan data
Diajukan: 5 Agustus 2019 dilakukan dengan wawancara mendalam. Partisipan dalam penelitian ini
Diterima: 28 Maret 2020 berjumlah 15 orang yang berasal dari unit hemodialisis dengan kriteria partisipan
berusia lebih dari 25 tahun, menjalani hemodialisis lebih dari 3 bulan, kesadaran
compos mentis dan reguler menjalani hemodialisa 2-3 kali seminggu. Data yang
diperoleh dianalisis dengan pendekatan Colaizzi. Hasil: Dari hasil analisis
Penulis Korespondensi: penelitian di temukan 2 tema yang mencerminkan fenomena yang diteliti. Tema-
- Supriyono tema tersebut antara lain adalah pendekatan sipritual dan pendekatan medis.
- Fakultas Keperawatan, Diskusi: Pendekatan spiritual lebih dominan dilakukan oleh partisipan dan
Universitas Airlangga merasakan manfaat dari pendekatan tersebut sehingga penting dilakukan
supriyonorsuhaji70@gm intervensi berbasis spiritual untuk mengatasi stress yang dialami oleh pasien CKD
ail.com yang menjalani hemodialisis.

Kata Kunci: Abstract


Introduction Stress faced by patients with CKD undergoing hemodialysis can
Mekanisme koping, CKD, result in worsening the patient's condition so it is important that efforts are made
Hemodialisis, Fenomenologi, to deal with stress experienced or coping mechanisms. The purpose of this study
Pendekatan Spiritualitas was to explore coping mechanisms with the spiritual approach of CKD patients
undergoing hemodialysis. This research is a descriptive phenomenology study.
Method: The method of data collection is done by in-depth interviews.
Participants in this study were 15 people who came from the hemodialysis unit
with the criteria of participants aged more than 25 years, undergoing
hemodialysis for more than 3 months, compos mentis and regular consciousness
undergoing hemodialysis 2-3 times a week. The data obtained were analyzed using
the Colaizzi approach. Result: From the results of the research analysis found 2
themes that reflect the phenomenon under study. These themes include a spiritual
approach and a medical approach. Discussion: The spiritual approach is more
dominant for the participants and feels the benefits of the approach so it is
important to do a spiritual-based intervention to overcome the stress experienced
by CKD patients undergoing hemodialysis..

PENDAHULUAN ginjal kronik yang dialaminya yaitu masalah


Hemodialisis (HD) merupakan suatu hematologi, nutrisi, endokrin,
proses terapi pengganti ginjal yang berfungsi muskuloskeletal, dan respon imun yang
mengoreksi gangguan keseimbangan cairan abnormal. Penyebab utama hemodialisa
dan elektrolit pada pasien gagal ginjal, adalah penyekit ginjal kronik
meskipun begitu pasien gagal ginjal tetap akan (PGK)(Shahgholian and Yousefi, 2018).
merasakan berbagai keluhan akibat gagal Prevalensi penyakit ginjal kronik (PGK) di

(Supriyono,et al 2020)
Jurnal Ilmiah Keperawatan (Scientific Journal of Nursing), Vol 6, No 1, Tahun 2020

Indonesia sebesar (0,2%) dari penduduk perlu dilakukan pendekatan secara spiritual
indonesia. Jika saat ini penduduk Indonesia dalam meningkatkan kualitas hidup pasien
sebesar 252.124.458 jiwa maka terdapat penyakit ginjal kronik yang menjalani
504.248 jiwa yang menderita penyakit ginjal hemodialisis baik dari keluarga maupun
kronik. Hanya (60%) dari pasien penyakit tenaga medis yang mendampingi pasien dalam
ginjal kronik stadium V tersebut yang menjalani proses hemodialisis (Ottaviani et
menjalani terapi dialisis. Di provinsi Sumatera al., 2014). Penelitian ini dilakukan dengan
Barat prevalensi penyakit ginjal kronik yaitu pendekatan fenomenologi karena ingin
(0,2%) dari pasien penyakit ginjal kronik di mengeksplorasi mekanisme koping dengan
Indonesia mencakup pasien yang yang pendekatan spiritual pasien yang menjalani
menjalani pengobatan terapi pengganti ginjal, hemodialisis. Selain itu, dengan menggunakan
dialisis peritoneal, dan hemodialisis. pendekatan fenomenologi akan diperoleh
Hemodialisis adalah terapi yang paling sering informasi baru yang lebih banyak dan
dilakukan pada pasien penyakit ginjal kronik komprehensif serta mendalam terkait
diseluruh dunia, termasuk di Pasien dengan spiritualitas pada pasien.
PGK seringkali mengalami stress akibat
proses penyakit yang dialami sehingga METODE
dibutuhkan mekanisme koping yang baik Penelitian ini kualitatif fenomenologi,
dalam mengatasinya. Mekanisme koping sampel dalam penelitian ini sebanyak 15
seringkali identik dengan spiritualitas orang partisipan yang dipilih secara
seseorang. Model holistik mengatakan bahwa purposive sampling sesuai dengan kriteria
semua penyakit yang memiliki komponen inklusi kriteria partisipan berusia lebih dari 25
psikosomatik, dan biologis, faktor psikologis, tahun, menjalani hemodialisis lebih dari 3
sosial, dan spiritual selalu berkontribusi dalam bulan, kesadaran compos mentis dan reguler
gejala- gejala penyakitnya (Arafah et al., menjalani hemodialisa 2-3 kali seminggu.
2017). Dimensi spiritual dalam model bio- Saturasi data telah tercapai pada 10
psiko-sosial-spiritual menggabungkan partisipan namun untuk memperoleh variasi
spiritual dalam konteks yang lebih luas yaitu mendalam peneliti mengambil 15 partisipan.
nilai-nilai, makna dan tujuan hidup. Sebagai Pengumpulan data dilakukan melalui
perawat yang bertugas di ruang hemodialisa wawancara mendalam (in depth inteview)
diharapkan mampu memanfaatkan kekuatan secara tatap muka sebanyak 1-2 kali
spiritualitas, merawat kesehatan fisik, dilaksanakan selama 30-60 menit di ruang
pikiran, dan jiwa, serta berusaha untuk hemodialisa. Proses wawancara
menciptakan kondisi budaya organisasi yang menggunakan panduan berisi pertanyaan
menumbuhkan spiritualitas. Sebagai langkah terbuka, alat perekam suara dan catatan
utama mengupayakan penyembuhan adalah lapangan. Analisis data menggunakan
menciptakan lingkungan yang berusaha tahapan langka dari Colaizzi (1978) sebagai
memahami spiritualitas yang nantinya akan berikut hasil wawancara ditranskripkan
mempengaruhi kehidupan pasien yang verbatim, kemudian dianalisis secara
menjalani hemodialisis (E. C. Fradelos et al., bersamaan. Selanjutnya menentukan
2015). Spiritualitas mengandung pengertian kategori dan pengkodean dan menyusun
hubungan manusia dengan Tuhannya dengan secara terstruktur membentuk subsub tema
menggunakan medium sholat, puasa, zakat, dan tema utama yang berkaitan dengan
haji, doa dan sebagainya. Selain itu, tujuan penelitian. Mengkonfirmasi kategori
komponen spiritualitas juga terdiri dari yang teridentifikasi pada rekan peneliti yang
hubungan manusia dengan alam, hubungan lain kemudian mengklarifikasi deskripsi
dengan dirinya sendiri dan hubungan dengan tema kepada partisipan untuk divalidasi.
orang lain. Banyak peneliti juga berpendapat
bahwa masalah spiritual merupakan masalah
yang sangat penting bagi pasien yang HASIL
menderita penyakit kronik yang mengancam Sebagian besar partisipan merupakan
jiwa, untuk itu perlu pendekatan dengan suku jawa dan menikah. Nilai URR partisipan
model biopsikososial-spiritual dalam merawat bervariasi mulai 65.07%-84.09%. tingat
pasien gangguan spiritualitas akan pendidikan bervariasi dan yang terbanyak
menyebabkan gangguan berat secara yaitu SMA 8 partisipan. Berdasarkan
psikologis termasuk keinginan bunuh diri pekerjaan partisipan terbanyak adalah tidak
(Mailani and Cholina, no date). Untuk itu

(Supriyono,et al 2020)
Jurnal Ilmiah Keperawatan (Scientific Journal of Nursing), Vol 6, No 1, Tahun 2020

bekerja dan banyak yang berjenis kelamin


perempuan.

Tabel 1. Karakteristik partisipan


No Jenis Usia Status Pekerjaan Pendidikan Suku URR Kode
kelamin (tahun) Perkawinan Bangsa ( ≥65%) partisipan
1 L 48 Menikah Wiraswasta SMA Jawa 67,10% P1
2 P 56 Menikah PNS S2 Jawa 65,67% P2
3 P 63 Menikah IRT SD Jawa 84,09% P3
4 P 53 Menikah IRT SMA Jawa 75,86% P4
5 L 40 Menikah Tidak bekerja D III Sunda 65,07% P5
6 P 31 Menikah Tidak bekerja SMP Madura 79,16% P6
7 P 58 Menikah Tidak bekerja SMP Jawa 79,41% P7
8 P 48 Menikah Tidak bekerja SMA Jawa 79,41% P8
9 L 57 Menikah Wiraswasta SMA Ambon 79,41% P9
10 L 51 Menikah Wiraswasta SMA China 72,30% P10
11 P 53 Menikah Tidak bekerja SMP Jawa 73,21% P11
12 P 53 Menikah Wiraswasta SMA Jawa 75,56% P12
13 P 51 Menikah Tidak bekerja SD Jawa 73,78% P13
14 L 58 Menikah Wiraswasta SMA Jawa 71,92% P14
15 P 55 Menikah Tidak bekerja SMA Jawa 68,83% P15

Temuan tema dalam penelitian ini adalah pasrah, berdoa dan berdzikir seperti dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 2. Temuan tema
No Tema Sub Tema
1 Kepasrahan 1. Menerima sakit
2. Ikhlas
2 Mendekatkan diri pada Tuhan 1. Berdoa
2. Berdzikir
3. Shalat

(Supriyono,et al 2020)
Jurnal Ilmiah Keperawatan (Scientific Journal of Nursing), Vol 6, No 1, Tahun 2020

Tema 1: Kepasrahan “shalat pak, kalo dah gitu rasanya


Kepasrahan yang dimaksudkan nyaman sekali gak mikir aneh-
partisipan adalah rasa pasrah atas apapun yang aneh”(P11)
berlaku terhadapnya baik secara spiritual “ setiap hari saya shalat sunnah dan
maupun emosional. Partisipan wajib, tahajud pun saya lakukan agar
mengungkapkan kepasrahan dengan menerima diberi ketentraman jiwa raga” (P07)
sakit sebagai ujian, ikhlas menghadapi 3) Berdzikir
sakitnya, dan berserah pada Tuhan. Partisiapan Sebanyak 12 partisipan melakukan
menganggap bahwa ujian yang diberikan kegiatan berdzikir untuk mengatasi stress
padanya adalah penggugur dosa dosa dimasa seperti penggalan transkip berikut :
lalu. “dzikir adalah cara terbaik mengatasi
1) Menerima sakit pikiran kacau dan saya selalu lakukan
Partisipan mengungkapkan penerimaan itu hasilnya pun hati terasa lebih
terhadap sakit dinyatakan oleh 10 tentram” (P15)
partisipan seperti penggalan transkip “berdzikir terus sampe ketiduran
berikut : biasanya dan akhirnya menjadi
“ mau gimana lagi pak, saya cuma kebiasaan” (P02)
bisa pasrah, toh sakit ini juga ujian
buat saya, saya harus tetap kuat PEMBAHASAN
mengahadapinya” (P09) Koping merupakan apa yang dilakukan
“ kita cuma manusia, serahkan oleh individu untuk menguasai situasi yang
segalanya sama Tuhan, maka tidak dinilai sebagai suatu
akan ada yang sia-sia, menerima tantangan/luka/kehilangan/ ancaman. Koping
segala cobaan termasuk sakit ini” lebih mengarah pada yang dilakukan orang
(P13) untuk mengatasi tuntutan-tuntutan yang
2) Ikhlas penuh tekanan atau yang membangkitkan
Partisipan mengungkapkan rasa ikhlas emosi . Reaksi individu terhadap stressor
yang dinyatakan oleh 11 partisipan seperti emosional yang dialaminya dapat menentukan
penggalan transkip berikut: koping strategi yang digunakannya. Berbagai
“ diikhlaskan saja pak, semuanya pasti sumber daya seperti keyakinan, religius, social
ada hikmahnya, sehat sakit adalah network, uang, energi personal dan rasa aman
rezeki” (P04) emosional mungkin dapat digunakan untuk
“ saya ikhlas pak diberi sakit ini, mengatasi stress yang dialami oleh lansia
ambil sisi positifnya saja, tetap (Rantakokko and Wilkie, 2017).
berusaha berobat sampai diberi Terdapat beberapa prilaku koping yang
kesembuhan atau kematian yang lebih digunakan dalam beradaptasi terhadap penyakit
dulu” (P06) kronis yaitu pengingkaran (denial),
penerimaan (acceptance), dan pemecahan
Tema 2 : Mendekatkan Diri pada Tuhan masalah (White , Richter & Fry C, 2012).
Mendekatkan diri pada Tuhan diartikan Ekspresi spiritual yang terjadi pada klien
sebagai pendekatan partisipan berupa kegiatan hemodialisis berupa kategori bersyukur, pasrah,
ibadah berdoa, berdzikir dan shalat. meningkatkan ibadah. Ekspresi ini dialami oleh
1) Berdoa seluruh partisipan. Pada saat wawancara
Secara keseluruhan partisipan menyatakan partisipan mengatakan bersyukur karena
berdoa seperti penggalan transkip berikut : dengan sakit merasa masih bisa menjalankan
“ saya berdoa terus minta kesembuhan ibadah, ada yang menganggap ini suatu
seperti sediakala karena masih banyak anugerah karena dengan kondisi saat ini
yang harus saya selesaikan dalam partisipan merasa grafik imannya meningkat,
hidup ini pak” (P01) dan dengan sakit ada juga partisipan yang
“ tiada lain selain berdoa agar menganggap bahwa sakit dapat mengurangi
diberikan yang terbaik dan bisa kayak dosa-dosa(Carlson et al., 2014). Partisipan lain
dulu lagi “ (P05) mengatakan bahwa ada sesuatu yang Allah
2) Shalat berikan kepada mereka, karena mereka tidak
Sebanyak 13 partisipan menyatakan meninggal dari dulu, dengan demikian
melakukan shalat dalam mengatasi stress partisipan bersyukur diberikan kesempatan
yang dialami seperti penggalan transkip untuk bertobat. Partisipan juga mengatakan
berikut : bahwa dulu Allah memberikan nikmat lebih

(Supriyono, et al, 2020)


Jurnal Ilmiah Keperawatan (Scientific Journal of Nursing), Vol 6, No 1, Tahun 2020

besar dari sekarang, namun partisipan tidak bisa bahwa selalu solat tepat waktu dan tidak pernah
mensyukurinya. meninggalkan solatnya. Selain menjalankan
Ekspresi spiritual lainnya berupa rasa solat partisipan juga meningkat kegiatan
pasrah. Partisipan pasrah dan ihlas menerima spiritual dengan terus memuja Tuhan dengan
kondisi apa adanya. Partisipan juga mengatakan berzikir, mengikuti kegiatan keagamaan di
sudah takdirnya cuci darah dan ihlas menjalani mesjid, yang mana sebelum dinyatakan gagal
karena sudah nasib partisipan. Hasil penelitian ginjal hal ini tidak pernah dilakukan. Partisipan
ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan juga menungkapkan bahwa sekarang ini lebih
oleh Gibson (1995) terhadap 20 orang klien memikirkan kehidupan untuk bekal akhirat dan
yang menjalani hemodialisis, dimana berusaha untuk berbuat baik sesama manusia
ditemukan kategori yang sama yaitu pasrah (E. Fradelos et al., 2015).
kepada Tuhan. Ungkapan lain dari partisipan Partisipan lain mengatakan bahwa
terkait dengan ekspresi spiritual adalah setelah dinyatakan gagal ginjal dan menjalani
partisipan mengatakan kondisi klien membuat hemodialisis, partisipan merasakan lebih
klien menjadi lebih meningkat dalam bersyukur, karena dengan kondisi saat ini
menjalankan ibadah. Dengan kondisi yang membuat partisipan lebih dekat dengan sang
dihadapi, partisipan merasa lebih meningkat pencipta, merasa Tuhan sayang padanya,
dalam hal kualitas ibadah. karena masih diberi kesempatan untuk
Hasil penelitian ini menemukan makna beribadah dan bertobat. Partisipan mengatakan
baru yang dirasakan oleh partisipan setelah di kalau seandainya tidak sakit seperti ini,
diagnosis gagal ginjal tahap akhir dan harus partisipan tidak tahu berapa banyak dosanya,
menjalani hemodialisis yaitu merasa kualitas karena saat sehat betapa banyak nikmat yang
spiritual meningkat. Taylor, Lilis & Lemone diberikan oleh Tuhan kepadanya tapi partisipan
mengatakan spiritualitas adalah segala sesuatu tidak mensyukurinya. Dengan kondisi saat ini
yang menyinggung tentang hubungan manusia partisipan menyadarinya dan bersyukur atas
dengan sumber kekuatan hidup atau yang maha nikmat yang diberikan oleh Tuhan kepadanya,
memiliki kekuatan; Spiritualitas adalah proses rasa syukur itu diwujudkan oleh partisipan
menjadi tahu, cinta dan melayani Tuhan; dengan lebih mendekatkan diri kepada
spiritualitas adalah suatu proses yang melewati Tuhan(Crockett et al., 2018).
batas tubuh atau fisik dan pengalaman energy Seseorang akan memperoleh manfaat
universal, dimana agama bisa merupakan yang besar ketika seseorang menggunakan
bagian dari spiritualitas (E. C. Fradelos et al., kepercayaannya sebagai kekuatan yang dapat
2015). Sedangkan Craven & Hirnle memberikan dukungan pada kesehatannya. Hal
mengatakan spiritualitas adalah kualitas atau ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh
kehadiran dari proses meresapi atau memaknai, salah seorang partisipan, dimana partisipan
integritas dan proses yang melebihi kebutuhan mengatakan bahwa dengan lebih mendekatkan
biopsikososial, sementara menurut Murray & diri kepada Tuhan yaitu dengan menjalankan
Zentner inti dari spiritual adalah kualitas dari solat tahajut ditengah malam, partisipan
suatu proses menjadi lebih religius, berusaha merasakan bahwa keluhan fisik (acites) akibat
mendapatkan inspirasi, penghormatan, dari penyakitnya menjadi berkurang, sehingga
perasaan kagum, memberi makna dan tujuan partisipan merasa bahwa semakin dekat dengan
yang dilakukan oleh individu yang percaya Tuhan membuat dirinya semakin yakin bahwa
maupun yang tidak percaya kepada Tuhan Tuhan sayang padanya (Ottaviani et al., 2014).
(Rohini and Ezhilarasu, 2016). Partisipan mengatakan bahwa kualitas
Pada penelitian ini didapatkan hasil hidup secara spiritual dirasakan lebih
bahwa semua partisipan mengatakan lebih meningkat dengan cara mendekatkan diri
mendekatkan diri kepada Tuhan dibandingkan kepada Tuhan dan berbuat baik. Meningkatnya
sebelum mengalami gagal ginjal dan kualitas spiritual dalam hal ini ketaatan
hemodialisis. Mendekatkan diri kepada Tuhan partisipan dalam menjalankan ibadah sangat
dilakukan oleh partisipan dengan menjalankan berpengaruh terhadap mekanisme coping dari
aturan agama dan tidak berbuat hal yang partisipan, sehingga partisipan lebih mudah
dilarang oleh agama yang diyakininya(Abbasi beradaptasi dan menerima penyakitnya . Hal ini
et al., 2017). Partisipan mengungkapkan didukung oleh hasil penelitian dimana dari hasil
dengan kondisinya saat ini merasa bahwa lebih penelitian dikatakan bahwa klien yang dirawat
sering beribadah, dimana sebelumnya partisian di rumah sakit berbasis agama memiliki
kadang sering meninggalkan solat, namun mekanisme coping lebih baik dibandingkan
dengan kondisi saat ini partisipan mengatakan

(Supriyono, et al, 2020)


Jurnal Ilmiah Keperawatan (Scientific Journal of Nursing), Vol 6, No 1, Tahun 2020

dengan pasien yang dirawat di rumah sakit 27(October), pp. 354–358. doi:
tentara (Roberti et al., 2018). 10.5455/msm.2015.27.354-358.
Mailani, F. and Cholina, T. S. (no date)
KESIMPULAN DAN SARAN ‘Pengalaman Spiritualitas pada Pasien
Kesimpulan Penyakit Ginjal Kronik yang
Mekanisme koping dengan pendekatan Menjalani Hemodialisis Spiritual
spiritual dirasakan oleh partisipan memberikan Experience of Chronic Renal Failure
dampak pada ketenangan jiwa dan raga Patient Undergoing Hemodialysis’,
sehingga tidak lagi dirasakan kecemasan yang 3(April 2015), pp. 11–17.
begitu mengganggu. Untuk itu sebagai langkah Ottaviani, A. C. et al. (2014) ‘Hope and
awal perawat dalam memberikan asuhan spirituality among patients with
keperawatan terkait kecemasan adalah dengan chronic kidney disease undergoing
pendekatan spiritual. hemodialysis : a correlational study 1’,
22(2), pp. 248–254. doi:
Saran 10.1590/0104-1169.3323.2409.
Pembekalan spiritual lebih banyak Rantakokko, M. and Wilkie, R. (2017) ‘The
dilakukan waktu awal pasien penyakit ginjal role of environmental factors for the
kronik menjalani hemodilisis melalui onset of restricted mobility outside the
bimbingan dari pembina rohani sehingga home among older adults with
meningkatkan koping dari pasien. osteoarthritis : a prospective cohort
study’, pp. 1–9. doi: 10.1136/bmjopen-
DAFTAR PUSTAKA 2016-012826.
Abbasi, M. et al. (2017) ‘Original Article’, Roberti, J. et al. (2018) ‘Work of being an
4(1), pp. 10–15. adult patient with chronic kidney
Arafah, M. et al. (2017) ‘PENGALAMAN disease : a systematic review of
SPRITUAL PASIEN KANKER qualitative studies’, pp. 1–29. doi:
KOLON DENGAN KOLOSTOMI 10.1136/bmjopen-2018-023507.
PERMANEN : STUDI Rohini, T. and Ezhilarasu, P. V (2016) ‘Lived
FENOMENOLOGI’, 2. Experience of Patients Undergoing
Carlson, L. E. et al. (2014) ‘Tailoring mind- Hemodialysis : Quality of Life
body therapies to individual needs: Perspective’, 3(2).
Patients’ program preference and Shahgholian, N. and Yousefi, H. (2018) ‘The
psychological traits as moderators of lived experiences of patients
the effects of mindfulness-based undergoing hemodialysis with the
cancer recovery and supportive- concept of care : a phenomenological
expressive therapy in distressed breast study’. BMC Nephrology, 4, pp. 1–7.
cancer survivors’, Journal of the
National Cancer Institute -
Monographs, 2014(50), pp. 308–314.
doi: 10.1093/jncimonographs/lgu034.
Crockett, J. E. et al. (2018) ‘A
Phenomenological Inquiry of Identity
Development, Same-Sex Attraction,
and Religious Upbringing’, 63(April),
pp. 91–109. doi: 10.1002/cvj.12075.
Fradelos, E. et al. (2015) ‘The Effect of
Spirituality on Quality of Life of
Patients with Chronic Kidney Disease
and Its Correlation with the Mental
Health Status and Cognitive
Perception for Their Illness . Study
Protocol’. doi: 10.4236/oalib.1101783.
Fradelos, E. C. et al. (2015) ‘INTEGRATING
CHRONIC KIDNEY DISEASE
PATIENT ’ S SPIRITUALITY IN
THEIR CARE : HEALTH BENEFITS
AND RESEARCH PERSPECTIVES’,

(Supriyono, et al, 2020)

Anda mungkin juga menyukai