Anda di halaman 1dari 118

MENGIDENTIFIKASI PERMASALAHAN FUNGSI

MANAJEMEN RUANG RAWAT SAFIR RUMAH


SAKIT UMUM AVISENA

Diajukan untuk memenuhi tugas stase Manajemen Keperawatan

Koordinator: Moch. Sandi Haryanto, S.Kep., Ners., M.Kep

Oleh :

Dimas Satrio 4120018


Dewi Noviantini 4120019
Aulia Septiani 4120021
Wahyu Lala 4120022
Siska Nur Ajri Azizah 4120033
Eko Alfianto K 4120055
Euis Siti Rodiyyah 4120068
Eka Yuliana 4120069

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI
BANDUNG
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
‫بسم هللا ال ّر حمن ال ّر حيم‬

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
segala anugerah dan karunia, serta salam dan salawat kepada Rasulullah SAW,
sehingga kelompok dapat menyelesaikan analisa Manajemen Keperawatan di
ruang Safir Rumah Sakit Umum Avisena yang diajukan sebagai salah satu syarat
untuk menyelesaikan stase manajemen keperawatan.
Analisis makalah ini hanya merupakan sebagian kecil dari keseluruhan
proses belajar, akan tetapi dalam penyelesaiannya membutuhkan waktu dan
proses. Banyak hal yang dapat kami pelajari selama proses praktik di Rumah Sakit
Umum Avisena, semua itu telah mampu membawa kami kedalam berbagai
suasana yang akhirnya menuntun kearah kematangan dalam berpikir dan
bertindak.
Dalam penyusunan makalah ini kami juga mengucapkan terimakasih
kepada semua pihak atas bantuan, bimbingan, motivasi, dan saran yang telah
diberikan. Maka dalam kesempatan ini, kami mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ibu Tonika Tohri, S.Kp., M.Kes. selaku Rektor Institut Kesehatan Rajawali
Bandung.
2. Bapak dr. dr. Antiono H. Ishak. selaku Direktur RSU Avisena yang telah
memberikan kesempatan kepada kami untuk melakukan praktik Stase
Manajemen di RSU Avisena terutama di ruangan Safir.
3. Ibu Rosdiana Megasanti, S.Kep., Ners. selaku Manager Ranap dan Rajal RSU
Avisena yang telah mengatur dan mengelola kami dalam proses praktik di
RSU Avisena.
4. Ibu Intan Frasasti N, A. Md. Kep. selaku Kepala Ruangan Safir yang
membantu serta membimbing kami dalam proses pengkajian serta praktik.
5. Bapak Budi Rustandi, S.Kep., Ners, M.Kep. selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Profesi Ners.

ii
6. Moch Sandi Haryanto, S.Kep.,Ners, M.Kep. selaku koordinator pada stase
Manajemen Keperawatan Profesi Ners yang selalu memberikan motivasi dan
dukungan kepada kami.
7. Budi Somantri, S.Kep., Ners., M.Kep. selaku pembimbing akademik yang
selalu memberikan motivasi dan dukungan kepada kami.
8. Rahayu, A.Md., Kep., S.KM., MH.Kes. selaku pembimbing akademik yang
selalu memberikan motivasi dan dukungan kepada kami.
9. Kepada seluruh perawat ruang Safir yang telah berpartisipasi dan memberi
masukan kepada kami.
Kami telah berusaha mengumpulkan data untuk menyusun makalah ini
sesuai dengan sistematika yang benar, namun dengan segala kerendahan hati kami
juga menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan masukan tentang analisis data
yang benar.
Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami
khususnya bagi semua pihak pada umumnya. Semoga ketulusan do’a dan seluruh
bantuan yang telah diberikan untuk terselesaikan makalah ini kepada kami akan
mendapatkan balasan dari Allah SWT.

Cimahi, Januari 2021

Kelompok 2 Ruang Safir

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii


DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................5
1.1 Latar Belakang..................................................................................5
1.2 Tujuan ...............................................................................................7
1.3 Manfaat .............................................................................................8
1.4 Sistematika Penulisan .......................................................................9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................10
2.1 Konsep Manajemen Dalam Keperawatan ......................................10
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan ..................................................15
2.3 Pengorganisasian Dalam Asuhan Keperawatan .............................21
2.4 Pengarahan Dalam Manajemen Keperawatan ................................29
2.5 Standar Asuhan Keperawatan.........................................................33
2.6 Pendokumentasian Asuhan Keperawatan.......................................35
2.7 Konsep Supervisi ............................................................................40
2.8 Metode Perhitungan Kebutuhan Tenaga Keperawatan ..................45
2.9 Cara Menghitung BOR, ALOS, BTO, TOL, NDR, GDR ..............52
2.10 Konsep Ronde Keperawatan (Nursing Rounds) .............................53
2.11 Konsep Sentralisasi Obat ................................................................57
2.12 Konsep Timbang Terima (Hand Over) ..........................................63
2.13 Konsep Perencanaan Pulang (Discharge Planning).......................67
2.14 Konsep Kepuasaan Perawat ...........................................................71
2.15 Konsep Kepuasaan Pasien ..............................................................82
2.16 Konsep Ruang Anak .......................................................................85
BAB III KAJIAN KASUS ...................................................................................92
3.1 Profil Rumah Sakit .........................................................................92
3.2 Pengumpulan Data 5M ...................................................................95
3.3 Prioritas Masalah ..........................................................................114
3.4 Planning Of Action .......................................................................116
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................118
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut Undang-undang No.44 Tahun 2009 menyatakan bahwa rumah
sakit adalah sebuah institusi pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan
kesehatan secara perorangan. Tenaga kesehatan harus bekerja sesuai dengan
standar yang berlaku dan mengutamakan keselamatan pasien. Dalam pelayanan
kesehatan, salah satu dari petugas kesehatan adalah Perawat. Perawat menurut
UU 38 tahun 2014 tentang Keperawatanadalah seseorang yang telah lulus
pendidikan tinggi Keperawatan, baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui
oleh Pemerintah sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
Tujuan profesi keperawatan adalah memberikan pelayanan kepada klien
dan juga mempertahankan kehidupan profesi itu sendiri (Keyzer, 1992 dikutip
dalam Draper 1996). Untuk mencapai tujuan tersebut perawat perlu memiliki
ketrampilan intelektual, teknikal, interpersonal, dan etik. Semua ketrampilan ini
harus tampak dalam pemberian asuhan keperawatan kepada klien. Dengan kata
lain, praktek keperawatan profesional adalah praktek yang didasari dengan
keterampilan intelektual, teknikal, interpersonal dengan menerapkan suatu metode
asuhan yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Metode asuhan
keperawatan untuk melaksanakan praktek profesional adalah dengan
menggunakan proses keperawatan. Proses keperawatan adalah suatu rangkaian
asuhan yang terdiri dari pengkajian, menyusun diagnosa keperawatan,
perencanaan tindakan, implementasi, dan evaluasi (Mugianti).
Kualitas pelayanan yang diberikan perawat yang diberikan oleh perawat
akan terlihat dari asuhan keperawatan yang telah diberikan kepada klien.
Pengetahuan perawat memegang peranan penting dalam pendokumentasian
proses keperawatan. Perawat perlu memperoleh pengetahuan tentang aplikasi
proses keperawatan yang digunakan untuk menginterpretasi data pasien. Asuhan
keperawatan yang baik adalah tergangtung pada kemampuan seorang perawat
dalam membina hubungan saling percaya diantara pasien dan keluarga, mengkaji

5
kondisi kesehatan pasien, menetapkan diagnose keperawatan dan memberikan
tindakan yang dibutuhkan oleh pasien, mengevaluasi tindakan yang sudah
dilakukan. Perawat memiliki peran yang penting untuk pasien yaitu sebagai
caregiver (pengasuh), client advocate (advokat klien), counselor,
educator(pendidik), coordinator (coordinator), collaborator (kolaborasi),
consultan (Rifiani, 2013).
Dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien, perawat
menerapkan manajemen keperawatan dalam bentuk manajemen asuhan
keperawatan. Manajemen asuhan keperawatan yang baik sangat dibutuhkan dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada klien secara sistematis dan terorganisir.
Manajemen adalah proses untuk melaksanakan kegiatan melalui orang lain.
Kegiatan manajemen keperawatan mengacu pada konsep manajemen secara
umum, dengan menggunakan pendekatan fungsi-fungsi manajemen meliputi
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan (pengawasan dan
Evaluasi). Manajemen pelayanan keperawatan berfokus pada komponen 5 M
(Man, Money, Material, Method, Machine). Dalam setiap kegiatan manajemen
selalu diawali dari Perencanaan dan diakhiri dengan Pengontrolan yang
merupakan suatu siklus yang berulang (Mugianti).
Perencanaan merupakan fungsi manajemen pertama yang sangat
menentukan dan mempengaruhi keberhasilan dari fungsi-fungsi manajemen
lainnya. Perencanaan harus dikerjakan lebih dahulu sebelum mengerjakan fungsi
manajemen yang lainnya. Perencanaan yang baik akan mengarahkan pada
pencapaian tujuan, sehingga sistem kontrol diharapkan berjalan dengan baik yang
pada akhirnya akan memudahkan pencapaian tujuan organisasi. Fungsi
manajemen selanjutnya adalah pengorganisasian, merupakan fungsi manajemen
yang memiliki peranan penting seperti halnya perencanaan. Melalui fungsi
pengorganisasian seluruh sumber daya baik manusia maupun bukan manusia yang
dimiliki oleh suatu organisasi atau institusi diatur penggunaannya agar efektif
dan efisien sehingga tujuan organisasi tercapai (Mugianti). Pengendalian adalah
proses untuk memastikan bahwa aktivitas yang dilakukan adalah sesuai dengan
aktivitas yang direncanakan dan berfungsi untuk menjamin mutu serta evaluasi

6
kinerja. Tujuan pengontrolan adalah untuk mengidentifikasi kekurangan dan
kesalahan agar dapat dilakukan perbaikan. Pengontrolan penting dilakukan
untuk mengetahui fakta yang ada, sehingga jika muncul isue dapat segera
direspons dengan cepat dengan cara duduk bersama (Mugianti).
RSU Avisena RSU Avisena yakni salah satu RS milik Perusahaan Kota
Cimahi yang bermodel RSU, dinaungi oleh Lainnya Perusahaan dan tergolong
kedalam RS Kelas D. Visi RSU Avisena mewujudkan rumah sakit yang unggul
dan terpercaya. Sedangkan Misi RSU Avisena adalah memberikan pelayanan
yang profesional, kekeluargaan, dan amanah, Mendukung program pemerintah
untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Setelah dilakukan pengkajian secara singkat, kami tertarik untuk
melakukan pengkajian secara mendalam setelah didapatkan beberapa data yang
menunjukan bahwa masih terdapat kekurangan yang ada diruangan mulai dari
man, method, material, money, dan market, data tersebut akan dianalisis
menggunakan analisis SWOT.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah melakukan praktik keperawatan manajemen selama 27 hari mulai
dari tanggal 4 Januari-30 Januari 2021, mahasiswa mampu melakukan observasi
pengkajian ruangan, praktisi keperawatan dan mampu membuat rencana dan
implementasi dari hasil kajian terhadap instalasi rawat inap diruang Safir yang
menerapkan Model Keperawatan Tim, sesuai dengan konsep dan langkah-langkah
manajerial keperawatan, selain itu juga mahasiswa mampu melakukan
pengelolaan unit keperawatan tertentu sesuai dengan konsep dan langkah-langkah
manajemen keperawatan.
1.2.2 Tujuan Khusus
Setelah mengikuti kegiatan praktik ini diharapkan mahasiswa dapat :
1) Melakukan kajian unit pelayanan keperawatan di ruangan Safir.
2) Mendiagnosa masalah-masalah terkait 5 M dalam proses pemberian pelayanan
keperawatan diruangan.

7
3) Membuat plan of action untuk menjawab masalah-masalah yang ditemukan.
4) Mengimplementasikan rencana tindakan untuk mengatasi masalah yang
ditemukan.
5) Melakukan pengelolaan staf (kelompok dan pendukung) dibawah supervisi
penanggung jawab.
6) Memberikan pengarahan organisasional pada kelompok kerja, melakukan
fungsi kontrol dan evaluasi program.
7) Mengimplementasikan model pengorganisasian pelayanan keperawatan.

1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Rumah Sakit
Membantu meningkatkan kualitas manajemen instalasi rawat inap RSU
Avisena di ruang Safir untuk dapat mencapai tujuan organisasi dibidang
peningkatan pelayanan kepada masyarakat yang paripurna dan sebagai lahan
pendidikan, pelatihan tenaga kesehatan, penelitian dan pengembangan ilmu
kesehatan klinis dan perawatan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.
1.3.2 Bagi Ruang Safir
Manfaat bagi ruang Safir yaitu sebagai bahan masukan dalam tatalaksana
manajemen pelayanan keperawatan di Ruang Safir Rumah Sakit Umum Avisena
sehingga dapat membantu meningkatkan mutu pelayanan keperawatan yang
professional.
1.3.3 Bagi Mahasiswa
Secara langsung menerapkan konsep, teori dan prinsip manajemen
keperawatan dalam pengelolaan pelayanan keperawatan pada instalasi rawat inap
ruang Safir disuatu tatanan pelayanan kesehatan dan dapat berperan sebagai agen
pembaharu dan model peran dalam kepemimpinan dan pengelolaan pelayanan
keperawatan profesional di tingkat dasar.

8
1.4 Sistematika Penulisan
BAB I Pendahuluan berisi mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan,
manfaat dan sistematika penulisan.
BAB II Tinjauan Pustaka berisi mengenai teori Manajemen Keperawatan
BAB III Kajian Situasi Manajemen Keperawatan berisi mengenai Pengkajian 5 M

9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Manajemen Dalam Keperawatan


2.1.1 Definisi Manajemen Keperawatan
Manajemen adalah proses untuk melaksanakan pekerjaan melalui orang
lain (Gillies,1989). Menurut Siagian (1999), manajemen berfungsi untuk
melakukan semua kegiatan yang perlu dilakukan dalam rangka mencapai tujuan
dalam batas-batas yang telah ditentukan pada tingkat administrasi. Sedangkan
Liang Lie mengatakan bahwa manajemen adalah suatu ilmu dan seni perencanaan,
pengarahan, pengorganisasian dan pengontrolan dari benda dan manusia untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Selanjutnya Swanburg (2000)
mendefinisikan manajemen sebagai ilmu atau seni tentang bagaimana
menggunakan sumber daya secara efisien, efektif dan rasional untuk mencapai
tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya (Mugianti).
Dari beberapa pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa manajemen
adalah proses yang dinamis, yang senantiasa berubah sesuai dengan tuntutan
perkembangan. Manajemen merupakan proses mengorganisir sumber-sumber
untuk mencapai tujuan dimana arah tujuan yang akan dicapai ditetapkan
berdasarkan visi, misi, filosofi organisasi. Manajemen keperawatan adalah suatu
proses bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan,
pengobatan dan bantuan terhadap para pasien (Gillies, 1989) (Mugianti).
2.1.2 Prinsip-Prinsip yang Mendasari Manajemen Keperawatan
Dalam Mugianti, prinsip-prinsip yang mendasari manajemen
keperawatan adalah :
1) Manajemen keperawatan seyogianya berlandaskan perencanaan karena
melalui fungsi perencanaan, pimpinan dapat menurunkan resiko pengambilan
keputusan, pemecahan masalah yang afektif dan terencana.
2) Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu yang
efektif. Manajer keperawatan menghargai waktu akan menyusun perencanaan

10
yang terprogram dengan baik dan melaksanakan kegiatan sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan sebelumnya.
3) Manajemen keperawatan akan melibatkan pengambilan keputusan berbagai
situasi maupun permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan kegiatan
keperawatan memerlukan pengambilan keputusan di berbagai tingkat
manajerial.
4) Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien merupakan fokus perhatian
manajer keperawatan dengan mempertimbangkan apa yang pasien lihat, fikir,
yakini dan ingini. Kepuasan pasien merupakan point utama dari seluruh
tujuan keperawatan.
5) Manajemen keperawatan harus terorganisir. Pengorganisasian dilakukan
sesuai dengan kebutuhan organisasi untuk mencapai tujuan.
6) Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen keperawatan yang
meliputi proses pendelegasian, supervisi, koordinasi dan pengendalian
pelaksanaan rencana yang telah diorganisasikan.
7) Manejer keperawatan yang baik adalah manajer yang dapat memotivasi staf
untuk memperlihatkan penampilan kerja yang baik.
8) Manajemen keperawatan menggunakan komunikasi yang efektif. Komunikasi
yang efektif akan mengurangi kesalahpahaman dan memberikan persamaan
pandangan arah dan pengertian diantara bawahan.
9) Pengembangan staf penting untuk dilaksanakan sebagai upaya
mempersiapkan perawat pelaksana untuk menduduki posisi yang lebih tinggi
ataupun upaya manajer untuk meningkatkan pengetahuan karyawan.
10) Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan yang meliputi
penilaian tentang pelaksanaan rencana yang telah dibuat, pemberian instruksi
dan menetapkan prinsip-prinsip melalui penetapan standar, membandingkan
penampilan dengan standar dan memperbaiki kekurangan.
2.1.3 Lingkup Manajemen Keperawatan
Mempertahankan kesehatan telah menjadi sebuah industri besar yang
melibatkan berbagai aspek upaya kesehatan. Pelayanan kesehatan sudah menjadi
hak yang paling mendasar bagi semua orang dan memberikan pelayanan

11
kesehatan yang memadai akan membutuhkan upaya perbaikan menyeluruh dari
sistem yang ada. Pelayanan kesehatan yang memadai sangat dipengaruhi oleh
pelayanan keperawatan yang ada didalamnya. Keperawatan merupakan disiplin
praktek klinis. Manajer keperawatan yang efektif seyogianya memahami hal ini
dan mampu memfasilitasi pekerjaan perawat pelaksana meliputi: menggunaan
proses keperawatan dalam setiap aktivitas asuhan keperawatannya, melaksanakan
intervensi keperawatan berdasarkan diagnosa keperawatan yang ditetapkan,
menerima akuntabilitas kegiatan keperawatan dan hasil-hasil keperawatan yang
dilaksanakan oleh perawat, serta mampu mengendalikan lingkungan praktek
keperawatan. Seluruh pelaksanaan kegiatan ini senantiasa di inisiasi oleh para
manajer keperawatan melalui partisipasi dalam proses manajemen keperawatan
dengan melibatkan para perawat pelaksana. Berdasarkan gambaran diatas maka
lingkup manajemen keperawatan terdiri dari: Manajemen operasional/ menajemen
layanan dan manajemen asuhan keperawatan (Mugianti).
2.1.3.1 Manajemen Layanan/Operasional
Dalam Mugianti, pelayanan keperawatan di rumah sakit dikelola oleh
bidang perawatan yang terdiri dari tiga tingkatan menajerial dan setiap tingkatan
dipimpin oleh seseorang yang mempunyai kompetensi yang relevan. Tingkat
manajerial tersebut yaitu :

Agar mencapai hasil yang baik, ada beberapa faktor yang perlu dimiliki oleh
orangorang yang memimpin dalam tiap level manajerial tersebut. Faktor-faktor
tersebut adalah: kemampuan menerapkan pengetahuan, ketrampilan
kepemimpinan, kemampuan menjalankan peran sebagai pemimpin, dan
kemampuan melaksanakan fungsi manajemen.

12
2.1.3.2 Manajemen Asuhan Keperawatan
Manajemen Asuhan Keperawatan adalah suatu proses keperawatan yg
menggunakan konsep-konsep manajemen di dalamnya seperti : perencanaan,
pengorganisasan, implementasi, pengendalian dan evaluasi. Manajemen asuhan
keperawatan ini menekankan pada penggunaan proses keperawatan dan hal ini
melekat pada diri seorang perawat. Setiap perawat dalam melaksanakan tugasnya
harus menggunakan proses keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan
keperawatan pasien. Proses Keperawatan merupakan proses pemecahan masalah
yg menekankan pada pengambilan keputusan tentang keterlibatan perawat sesuai
yang dibutuhkan pasien. Proses keperawatan terdiri dari 5 tahapan yaitu :
pengkajian, penentuan diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan,
implementasi dan evaluasi. Selanjutnya mari Anda pahami tentang tujuan
manajemen keperawatan (Mugianti).
2.1.4 Tujuan Manajemen Keperawatan
Dalam Mugianti, tujuan manajemen keperawatan adalah sebagai berikut:
1) Mengarahkan seluruh kegiatan yang direncanakan.
2) Mencegah/mengatasi permasalahan manajerial.
3) Pencapaian tujuan organisasi secara efektif dan efisien dengan melibatkan
seluruh komponen yang ada.
4) Meningkatkan metode kerja keperawatan sehingga staf perawatan bekerja
lebih efektif dan efisien, mengurangi waktu kerja yang sia-sia, mengurangi
duplikasi tenaga dan upaya.
Hasil akhir (outcome) yang diharapkan dari manajemen keperawatan
adalah:
1) Terselenggaranya pelayanan/Asuhan keperawatan yang berkualitas.
2) Pengembangan staf.
3) Budaya riset bidang keperawatan.
2.1.5 Prinsip-Prinsip Manajemen Keperawatan
Ada tujuh prinsip manajemen yang harus diketahui, yaitu: perencanaan,
penggunaan waktu yang efektif, pengambilan keputusan, pengelola/pemimpin,

13
tujuan sosial, pengorganisasian dan perubahan. Berikut dibawah ini akan
dijelaskan maksud dari prinsip-prinsip manajemen tersebut (Mugianti).
1) Perencanaan (Planning). Perencanaan adalah fungsi dasar dan pertama dalam
manajemen (the first function of management). Semua fungsi manajemen
tergantung dari perencanaan. Perencanaan adalah suatu proses berpikir atau
proses mental untuk membuat keputusan dan peramalan (forecasting).
Perencanaan harus berorientasi ke masa depan dan memastikan kemungkinan
hasil yang diharapkan (Swansburg & Swansburg, 1999). Dalam perencanaan,
salah satu hal penting yang menjadi pusat perhatian adalah rencana
pengaturan sumber daya manusia (SDM) dan sumber daya yang lain yang
relevan. Perencanaan yang baikakan meningkatkan capaian tujuan dan
pembiayaan yang efektif.
2) Penggunaan Waktu Efektif (Effective utilization of time). Penggunaan waktu
efektif berhubungan dengan pola pengaturan dan pemanfaatan waktu yang
tepat dan memungkinkan berjalannya roda organisasi dan tercapaianya tujuan
organisasi. Waktu pelayanan dihitung, dan kegiatan perawat dikendalikan.
3) Pengambilan keputusan (Decision making). Pengambilan keputusan adalah
suatu hasil atau keluaran dari proses mental atau kognitif yang membawa
pada pemilihan di antara beberapa alternatif yang tersedia yang dilakukan
oleh seorang pembuat keputusan. Keputusan dibuat untuk mencapai tujuan
melalui pelaksanaan/ implementasi dari pilihan keputusan yang diambil.
4) Pengelola/Pemimpin (Manager/leader). Manajer yang bertugas mengatur
manajemen memerlukan keahlian dan tindakan nyata agar para anggota
menjalankan tugas dan wewenang dengan baik. Adanya manajer yang
mampu memberikan semangat, mengontrol dan mengajak mencapai tujuan
merupakan sumber daya yang sangat menentukan.
5) Tujuan sosial (Social goal). Manajemen yang baik harus memiliki tujuan
yang jelas dan ditetapkan dalam bentuk visi, misi dan tujuan organisasi.
6) Pengorganisasian (Organizing). Pengorganisasian adalah pengelompokan
sejumlah aktivitas untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Penugasan pada
masing-masing kelompok dilakukan berdasarkan supervisi, ada koordinasi

14
dengan unit lain baik secara horizontal maupun secara vertikal (Swansburg &
Swansburg, 1999).
7) Perubahan (Change) adalah proses penggantian dari suatu hal dengan yang
lainnya yang berbeda dari sebelumnya (Douglas, 1988). Perubahan, di dalam
manajemen keperawatan perubahan dijadikan prinsip karena sifat layanan
yang dinamis mengikuti karakteristik pasien yang akan dilayani.

2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan


2.2.1 Pengertian Asuhan Keperawatan
Proses keperawatan adalah suatu rangkaian asuhan yang terdiri dari
pengkajian, menyusun diagnosa keperawatan, perencanaan tindakan,
implementasi, dan evaluasi (Mugianti).
2.2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan
Manajemen asuhan keperawatan merupakan pengaturan sumber daya
dalam menjalankan kegiatan keperawatan dengan menggunakan metoda proses
keperawatan untuk memenuhi kebutuhan klien atau menyelesaikan masalah
klien (Keliat, 2000). Tiga komponen penting dalam manajemen asuhan
keperawatan yaitu manajemen sumber daya manusia (perawat) dengan
menggunakan sistem pengorganisasian pekerjaan perawat (asuhan keperawatan)
dan sistem klasifikasi kebutuhan klien dalam metoda pemberian asuhan
keperawatan yaitu proses keperawatan (Mugianti).
2.2.3 Proses Keperawatan
Proses keperawatan adalah suatu pendekatan penyelesaian masalah yang
sistematis dalam pemberian asuhan keperawatan. Kebutuhan dan masalah klien
merupakan titik sentral dalam proses penyelesaian masalah. Menurut Craven dan
Hirnle (2000) proses keperawatan merupakan suatu panduan untuk memberikan
asuhan keperawatan professional, baik untuk individu, kelompok, keluarga dan
komunitas. Proses Keperawatan dijadikan sebagai dasar hukum praktik
keperawatan ( ANA, 1973), serta untuk Pengembangan Standar Praktik
Keperawatan (Mugianti).

15
Tujuan proses keperawatan secara umum adalah membuat suatu
kerangka konsep berdasarkan kebutuhan individu, keluarga dan masyarakat
seperti yang disampaikan oleh Yura dan Walsh (1983) bahwa Proses
keperawatan adalah suatu tahapan desain tindakan yang ditujukan untuk
memenuhi tujuan keperawatan meliputi: mempertahankan kesehatan optimal,
kembali ke keadaan normal, dan memfasilitasi kualitas hidup. Jadi apabila kita
menggunakan proses keperawatan harus dipastikan bahwa pasien kelolaan akan
menjadi lebih berkualitas, dalam kehidupannya melalui upaya kesehatan yang
kita lakukan (Mugianti).
Teori yang mendasari Proses Keperawatan :
1) Teori sistem, didasarkan pada input, proses dan keluaran/output
2) Teori kebutuhan manusia, berdasarkan tahapan pemenuhan kebutuhan
dasar, biasanya digunakan teori Maslow
3) Teori pengambilan keputusan dan penyelesaian masalah
2.2.3.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal proses keperawatan, proses sistematis
dalam pengumpulan data dari berbagai sumber, mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan.
1) Data bisa kita kelompokkan menjadi data dasar dan data fokus.
a. Data dasar adalah kumpulan data tentang status kesehatan klien,
kemampuan klien mengelola kesehatan dan keperawatan terhadap dirinya
sendiri, hasil konsultasi dari medis atau profesi kesehatan lain. Contoh:
Biodata pasien, diagnosa medis, riwayat kesehatan, pola pemenuhan

16
kebutuhan dasar, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang.
b. Data Fokus adalah data tentang perubahan atau respon klien terhadap
kesehatan dan masalah kesehatan dan hal-hal yang mencakup tindakan
yang dilaksanakan kepada klien. Contoh Fokus Pengkajian Keperawatan
a) Respon klien terhadap masalah kesehatan yang berhubungan dengan
kebutuhan dasar manusia
b) Penyusunan data sebagai indikator untuk mendukung diagnosa
keperawatan
2) Data yang kita peroleh bisa kita bedakan menjadi 2 type.
a. Data obyektif : adalah data yang kita dapatkan dari pasien yang terukur
bisa didapat berdasar observasi dan pemeriksaan langsung maupun
menggunakan alat. Contoh hasil pemeriksaan Tensi : 120/80 mmHg,
hasil Laboratorium Hb : 8 gr%. Konjungtiva : anemis.
b. Data subyektif : adalah data yang didapatkan berdasarkan keluhan pasien
dan bersifat subyektif contoh : pasien mengeluh pusing, mata berkunang
kunang.
Demi ketepatan diagnosa keperawatan pada tahap berikutnya maka
karakteristik data harus : lengkap, akurat, nyata dan relevan. Sumber data
adalah klien, orang terdekat, catatan klien, riwayat penyakit, konsultasi, hasil
pemeriksaan diagnostik, catatan medis dan anggota tim kesehatan lain,
perawat lain.
3) Metode Pengumpulan Data
Untuk melakukan pengumpulan data perawatan, perawat dapat
melakukan beberapa metode, yaitu: wawancara melalui komunikasi efektif,
observasi, dan pemeriksaan fisik. Pengkajian merupakan pengumpulan data
subyektif dan obyektif secara sistematis dengan tujuan untuk menentukan
diagnosa keperawatan yang tepat untuk menyusun rencana tindakan
keperawatan yang tepat, baik bagi individu, keluarga dan komunitas (Craven
& Hirnle, 2000). Oleh karena itu dibutuhkan suatu format pengkajian yang
dapat menjadi alat bantu perawat dalam pengumpulan data.

17
2.2.3.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan tentang gangguan status
kesehatan baik aktual maupun potensial. Secara implisit dalam diagnosa ini
terdapat pernyataan tentang respon klien yang secara legal dan berdasarkan ilmu
perawat. Diagnosa keperawatan dapat berupa aktual, resiko, wellness atau
sindroma
1) Aktual : Diagnosa actual merupakan pernyataan klinis dimana perawat telah
memfalidasikannya karena adanya ciri-ciri atau tanda-tanda utama yang
mendukung diagnose tersebut. Contoh : Fokus data : Tensi : 100/60
mmHg, Mata cowong, turgor berkurang, terdapat penurunan BeratBadan,
Total Body Water turun 8 % BB, ada riwayat muntah dan buang air besar
cair. Diagnosa keperawatannya adalah Gangguan keseimbangan cairan:
Defisit sehubungan dengan output berlebih.
2) Risiko : Diagnosa keperawatan risiko menjelaskan pernyataan klinis dimana
individu atau kelompok rentan mengalami masalah dan pada orang lain
dalam situasi yang sama atau mirip. Contoh Data fokus: Pasien dengan
riwayat mulai kemarin tidak makan atau tidak ada nafsu makan, kondisi
sekarang lemah, mual, porsi makan yang disediakan habis ¼ porsi, Hb 11
gr%.
3) Wellness : Diagnose keperawatan “wellness” adalah pernyataan klinis
tentang individu atau masyarakat yang berada pada transisi dari tingkat
kesejahteraan tertentu ketingkat kesejahteraan yang lebih tinggi.
2.2.3.3 Rencana (Intervensi) Keperawatan
Tahap perencanaan melibatkan serangkaian tahap dimana perawat dan
pasien menyusun prioritas, menulis tujuan dan hasil yang diharapkan, dan
menulis rencana tindakan guna menyelesaikan masalah klien. Jenis rencana
keperawatan meliputi : intervensi mandiri, intervensi kerja sama (interdependensi)
dan intervensi tergantung.
1) Intervensi mandiri melibatkan aspek-aspek praktek keperawatan profesional
yang secara hukum dilakukan perawat dan tidak membutuhkan supervisi atau
arahan dari profesi lain.

18
2) Intervensi interdependensi dilakukan oleh perawat dengan berkolaborasi
dengan tenaga kesehatan yang lain.
2.2.3.4 Implementasi
Pada tahap ini perawat melakukan tindakan sesuai dengan rencana.
Selama tahap ini perawat melanjutkan mengumpulkan data, melakukan tindakan
keperawatan atau mendelegasikan tindakan keperawatan, dan memvalidasi
rencana keperawatan. Tindakan keperawatan atau implementasi merupakan suatu
tindakan yang dilakukan langsung kepada klien, keluarga, dan komunitas
berdasarkan rencana keperawatan yang dibuat. Berdasarkan manajemen asuhan
keperawatan maka perlu dilakukan sistem klasifikasi pasien dalam pemberian
asuhan keperawatan. Sistem ini dikembangkan untuk meyakinkan adanya
pelayanan prima yang berfokus pada pelayanan pelanggan. Dengan sistem ini
dikaji kebutuhan pasien terhadap pelayanan keperawatan dan dirancang
pemenuhan kebutuhannya melalui standar pelayanan dan asuhan keperawatan. Di
ruang perawatan, klien diklasifikasikan berdasarkan tingkat kebutuhannya
terhadap tindakan keperawatan. Klasifikasi ini terdiri dari: perawatan total,
parsial, dan mandiri. Menurut Gillies (1995) rata-rata pasien membutuhkan
perawatan sehari selama empat jam dengan rincian sebagai berikut:

Berdasarlan rincian tersebut maka ditetapkan tindakan keperawatan


diruangan perawatan untuk pasien dibagi dalam tiga kategori:

19
Jumlah jam untuk tindakan keperawatan diatas dialokasikan untuk
tindakan bagi individu pasien selama 24 jam, tidak termasuk tindakan
keperawatan dalam bentuk kelompok dan ADL pasien. Semua rincian waktu dan
tindakan keperawatan diatas dibuatkan pedoman tindakan dan jadwal aktivitas
per masalah keperawatan per sistem klasifikasi pasien. Diharapkan untuk
selanjutnya perawat di ruang perawatan memiliki panduan yang jelas dalam
pemberian tindakan keperawatan untuk setiap pasien sesuai masalah keperawatan
dan tingkat kebutuhan tindakan keperawatannya. Pedoman tindakan keperawatan
dibuat untuk tindakan kepada pasien baik secara individual, kelompok, maupun
yang terkait dengan aktivitas kehidupan sehari-hari (ADL). Dengan adanya
rincian kebutuhan waktu, diharapkan setiap perawat memiliki jadwal kegiatan
harian untuk pasien masing-masing sehingga waktu kerja perawat menjadi lebih
efektif dan efisien.
2.2.3.5 Evaluasi
Pada tahap ini perawat mengkaji respon klien terhadap intervensi
keperawatan dan kemudian membandingkan respon tersebut dengan standar.
Standar ini sering disebut sebagai “outcome criteria” perawat menilai sejauh
mana tujuan atau hasil keperawatan telah tercapai. Selanjutnya semua tindakan
keperawatan yang telah dilakukan oleh perawat didokumentasikan dalam format
implementasi dan dievaluasi dengan menggunakan pendekatan SOAP (subjective,
objective, analyses, planning). Disamping itu terkait dengan pendekatan SOAP
setiap kali selesai berinteraksi dengan pasien, perawat memberikan penugasan
atau kegiatan yang terkait dengan tindakan keperawatan yang telah dilakukan
sebagai tindak lanjut. Penugasan atau kegiatan ini dimasukkan kedalam jadwal
aktivitas pasien dan diklasifikasikan apakah tugas tersebut dilakukan secara
mandiri (M), dengan bantuan sebagian (B), atau dengan bantuan total (T). Setiap
hari kemampuan melakukan tugas atau aktivitas ini dievaluasi.

20
2.3 Pengorganisasian Dalam Manajemen Keperawatan
2.3.1 Pengertian dan Hakekat Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah pengelompokan/pengaturan kegiatan yang
dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi, melalui supervisi, komunikasi dan
koordinasi dengan unit kerja lain secara vertikal/atasan dan horizontal/bawahan
(Depkes RI, 2001). Menurut Hersey dan Blanchard (1997) dalam La Monica
(1998) pengorganisasian adalah kegiatan mendesain tujuan dan wewenang tiap
pekerjaan individu, menetapkan mana pekerjaan yang masuk dalam kelompok
manajer mencari metode dan proses agar pekerjaan dapat terintegrasi dengan baik
Pengorganisasian pelayanan keperawatan adalah proses pengelompokan kegiatan
terhadap tugas, wewenang, tanggung jawab dan koordinasi kegiatan baik vertikal
maupun horizontal yang dilakukan oleh tenaga keperawatan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Fungsi ini mencakup penetapan tugas-tugas yang
harus dilakukan, siapa yang harus melakukan, seperti apa tugas-tugas
dikelompokkan, siapa yang melaporkan ke siapa, dan di mana serta kapan
keputusan harus diambil oleh seorang perawat (Mugianti).
2.3.2 Tipe-Tipe Organisasi
Secara umum struktur organisasi dibagi menjadi tiga macam yaitu :
1) Organisasi Lini
Bentuk organisasi lini merupakan yang tertua di dunia, organisasi
lini mencirikan bahwa pembagian tugas dan wewenang terdapat perbedaan
yang nyata antara satuan organisasi pimpinan dan satuan organisasi
pelaksana. Peran pimpinan sangat dominan, segala kendali ada di tangan
pimpinan, dan dalam melaksanakan kegiatan yang diutamakan adalah
wewenang dan perintah. Organisasi lini lebih cocok digunakan untuk
organisasi dengan jumlah karyawan sedikit, sarana dan prasarana terbatas,
serta tujuan dan kegiatan organisasi yang sederhana. Bentuk organisasi lini
mempunyai keuntungan pengambilan keputusan dapat dilaksanakan dengan
cepat, kesatuan arah dan perintah lebih terjamin, serta koordinasi dan
pengawasan lebih mudah. Kelemahannya adalah keputusan sering kurang

21
sempurna, dibutuhkan pemimpin yang benar benar dapat memegang kendali
dan berwibawa, dan unsur manusiawi sering terabaikan.
2) Organisasi staf
Organisasi staf merupakan pengembangan dari organisasi lini.
Organisasi staf dicirikan bahwa dalam organisasi dikembangkan satuan
organisasi sataf yang berperan sebagai pembantu pimpinan. Orang yang
duduk dalam organisasi staf adalah individu ahli sesuai dengan kebutuhan
organisasi. Pimpinan membutuhkan orang yang mampu membantu
memecahkan masalah organisasi. Pengambilan keputusan berada di tangan
pimpinan. Keuntungannya adalah pengambilan keputusan akan lebih baik,
kerugiannya pengambilan keputusan membutuhkan waktu yang lebih lama.
3) Organisasi lini dan staf
Merupakan pengembangan dari organisasi staf. Pada bentuk
organisasi ini, staf tidak hanya diberi job sebagai penasiaht, tetapi staf juga
diberikan tanggung jawab untuk melaksanakan nasihat tersebut. Organisasi
lini staf diterapkan jika permasalahan organisasi sangat kompleks sehingga
staf tidak hanya memberikan ide tetapi juga harus melaksanakan. Keuntungan
organisasi lini staf adalah pengambilan keputusan telah dipikirkan oleh
sejumlah orang, tanggung jawab pimpinan berkurang karena pimpinan dapat
lebih memusatkan perhatian pada masalah yang lebih penting serta
pengembangan bakat dan kemampuan dapat dilakukan sehingga mendorong
tanggung jawab kerja yang baik. Kelemahannya adalah pengambilan
keputusan memakan waktu lebih lama, dapat menimbulkan kebingungan
pelaksana jika staf tidak mengetahui batas batas wewenangnya.
2.3.3 Tujuan Pengorganisasian
Menurut Mugianti, berikut ini akan diuraikan tentang tujuan
pengorganisasian dalam manajemen keperawatan sebagai berikut:
1) Pencapaian tujuan organisasi.
2) Pengorganisasian sumber daya secara efektif dan efisien.
3) Melakukan pembagian tugas dan pertanggungjawaban yang efektif antara
perorangan dan kelompok.

22
4) Menentukan jalur komunikasi dan koordinasi yang efektif melaui penyusunan
struktur organisasi yang baik.
5) Melakukan pengambilan keputusan secara tepat.
6) Melakukan pengawasan kegiatan-kegiatan organisasi secara efektif melalui
supervisi.
7) Melakukan antisipasi terhadap berbagai perubahan yang mungkin terjadi
dengan melalui penyesuaian-penyesuaian yang penting. (Swansburg &
Swansburg, 1999).
2.3.4 Prinsip-prinsip Pengorganisasian Manajemen
1) Pembagian kerja dimaksudkan bahwa semua pekerjaan dibagi habis kepada
semua staf. Setiap staf memiliki tugas yang jelas untuk mengerjakan
pekerjaan tertentu. Untuk menghindari kesalahan maka manajer perawat
hendaknya mengerti karakteristik tugas, tanggung jawab dan wewenang
stafnya. Job description, pengembangan prosedur dan deskripsi hasil kerja
diperlukan sebagai rambu-rambu pembagian kerja.
2) Pendelegasian, menurut ANA (2005) adalah penyerahan tanggung jawab
kinerja atas suatu tugas dari satu individu kepada individu lain sedangkan
pertanggung jawaban tetap tergantung hasilnya. Pendelegasian tugas
merupakan pelimpahan wewenang dan tanggung jawab kepada staf untuk
melakukan tindakan dengan batas kewenangan tertentu, Dalam pendelegasian
mengandung unsur mentoring dan regenerasi yang baik atau alami serta
memiliki nilai bagaimana mengelola sumber daya yang efektif dan efisien
dengan kemampuan terbatas, Menurut Rose K.N (2008) dalam Kurniadi,
2013 pendelegasian yang baik harus melihat The five right of delegation
meliputi : tugas/pekerjaan, lingkungan sekitarnya, orang yang ditunjuk,
adanya pengarahan/ komunikasi yang baik dan dilakukan supervisi atau
evaluasi.
3) Koordinasi, adalah suatu kegiatan melakukan komunikasi dan hubungan
dengan pihak yang terlibat dalam melancarkan kegiatan agar terjadi nada atau
irama yang sama sehingga terjadi keselarasan tindakan, usaha, sikap dan
penyesuaian antar tenaga yang ada di tempat kerja. Koordinasi efektif bisa

23
dilakukan dengan cara : 1) membangun komunikasi dua arah baik dengan
atasan maupun bawahan, 2) membiasakan melakukan rapat formal ( rapat
resmi, pre dan post conferent), 3) melakukan pelaporan dan pencatatan
yang teratur dan berkelanjutan, 4) membuat pembakuan formulir–formulir
yang dipakai dalam semua kegiatan sebagai bukti tanggung jawab dan
tanggung gugat.
4) Manajemen waktu biasanya digunakan oleh setiap orang untuk melakukan
aktivitas apa saja. Kemampuan mengelola waktu merupakan capaian
keberhasilan seseorang. Agar dapat berhasil dalam mengelola waktu maka
diperlukan pemanfaatan waktu yang efektif dengan cara : 1) Analisa waktu
yang dipakai dengan membuat jadwal dan kategori kegiatan, 2) memeriksa
kembali tiap porsi kategori sesuai waktu yang ada, 3) menentukan prioritas
pekerjaan menurut kegawatan, mendesak, dan tidak mendesak/rutin, 4)
mendelegasikan kepada bawahan, sesuai dengan sifat pekerjaan
2.3.5 Metode Pelayanan Keperawatan
Pengeorganisasian pelayanan di bangsal perawatan mengacu pada
metode asuhan keperawatan yang digunakan. Berikut ini akan dijelaskan beberapa
metode yang digunakan dan bentuk struktur pengorganisasian kerja yang
digunakan supaya efektif dan efisien.
1) Model Asuhan Keperawatan Fungsional
Yaitu pengorganisasian tugas keperawatan yang didasarkan kepada
pembagian tugas menurut jenis pekerjaan yang dilakukan. Seorang perawat
dapat melakukan dua jenis atau lebih untuk semua klien yang ada di unit
tersebut. Metode ini berkembang ketika perang dunia II, akibat kurangnya
perawat profesional, maka banyak direkrut tenaga pembantu perawat. Mereka
dilatih minimal cara merawat, diajarkan tugas yang sederhana dan berulang
seperti menyuntik, ukur tekanan darah, mengukur suhu, merawat luka dan
sebagainya. Awalnya hal tersebut bersifat sementara, karena keterbatasan
tenaga perawat yang ada, namun dalam kenyataannya hal tersebut tetap
bertahan sampai saat ini , khususnya di Indonesia. Contoh: Perawat A
tugasnya menyuntik, dan perawat B melakukan pemeriksaan tanda-tanda

24
vital serta penyuapi pasien.dan Perawat C bertugas untuk merawat luka dan
sebagainya.
Keuntungan :
a. Perawat trampil untuk tugas dan pekerjaan tertentu
b. Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat setelah selesai tugas
c. Kekurangan tenaga yang ahli dapat diganti dengan tenaga yang kurang
berpengalaman untuk satu tugas sederhana.
d. Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staf atau peserta didik
yang praktek untuk ketrampilan tertentu.
Kerugian :
a. Pelayanan keperawatan terpilah-pilah atau tidak memungkinkan untuk
melakukan keperawatan secara holistik.
b. Apabila pekerjaan selesai cenderung perawat meninggalkan klien dan
melaksanakan pekerjaan non keperawatan.
c. Kepuasan kerja secara keseluruhan sulit dicapai dan sulit diidentifikasi
kontribusi terhadap pelayanan.
d. Perawat hanya melihat asuhan keperawatan sebagai ketrampilan saja.

2) Model Asuhan Keperawatan Tim


Yaitu pengorganisasian pelayanan keperawatan oleh sekelompok
perawat kepada sekelompok klien yang dipimpin oleh perawat teregistrasi
dan berpengalaman serta memiliki pengetahuan dalam bidangnya. Pembagian
tugas dalam kelompok dilakukan oleh pimpinan kelompok/Ketua Tim. Selain
itu Ketua Tim bertanggung jawab dalam mengarahkan anggotanya sebelum

25
tugas dan menerima laporan kemajuan pelayanan keperawatan klien serta
membantu anggota tim dalam menyelesaikan tugas apabila mengalami
kesulitan.

Berikut ini bentuk pengorganisasian manajemen keperawatan


dengan metode tim di ruang perawatan.

Dalam Struktur pengorganisasian kerja dengan model Tim tergambar


bahwa sekelompok pasien diasuh oleh 1 tim perawat. Setiap tim akan
memiliki anggota tim yang terdiri dari beberapa perawat untuk mengasuh

26
beberapa pasien yang menjadi kelolaan yang konsisten mulai masuk sampai
keluar RS.
3) Model Asuhan Keperawatan Alokasi Klien
Yaitu pengorganisasian pelayanan/asuhan keperawatan untuk satu
atau beberapa klien oleh satu perawat pada saat tugas/jaga selama periode
waktu tertentu sampai klien pulang. Kepala ruangan bertanggung jawab
dalam pembagian tugas dan menerima laporan tentang pelayanan
keperawatan klien. Berikut ini keuntungan dengan kerugian metode tim
dalam pengelolaan pelayanan/ asuhan keperawatan.

Dalam gambar terlihat bahwa satu perawat bertanggung jawab


mengasuh beberapa pasien, contoh perawat B mengelola 3 pasien dan
bertanggung jawab kepada Kepala Ruang demikian juga perawat A dan C
akan mempunyai pasien kelolaan. Sedikit berbeda dengan tim, perawat
anggota mempertanggungjawabkan asuhan keperawatan kepada ketua tim.

27
Model alokasi memungkinkan perawat bertanggungn jawab langsung kepada
kepala ruang.
4) Model Asuhan Keperawatan Primer
Keperawatan primer adalah suatu metode pemberian asuhan
keperawatan dimana perawat profesional bertanggung jawab dan bertanggung
gugat terhadap asuhan keperawatan pasien selama 24 jam/hari. Metode ini
dikembangkan sejak tahun 1970'an. Tanggung jawab meliputi pengkajian
pasien, perencanaan, Implementasi dan evaluasi asuhan keperawatan dari
sejak pasien masuk rumah sakit hingga pasien dinyatakan pulang, ini
merupakan tugas utama perawat primer yang dibantu oleh perawat asosiet.
Keperawatan primer ini akan menciptakan kesempatan untuk
memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, dimana asuhan
keperawatan berorientasi kepada pasien. Pengkajian dan menyusun rencana
asuhan keperawatan pasien dibawah tanggung jawab perawat primer, dan
perawat assosiet yang akan melaksanakan rencana asuhan keperawatan
dalam tindakan keperawatan.

28
Pada Model Asuhan Keperawatan Primer membutuhkan kualifikasi
tertentu karena perawat primer harus tenaga perawat profesional (Register
Nurse) yang mengasuh pasien mulai pengkajian, penentuan diagnosa,
membuat rencana, melakukan implementasi dan evaluasi. Dalam kegiatan
implementasi perawat primer dibantu oleh perawat assosiete. Jadi peran
perawat assosiate adalah membantu saat pelaksanaan tindakan. Perawat
primer akan mengasuh 4 – 6 klien/pasien selama 24 jam.
5) Model Asuhan Keperawatan Moduler (Gabungan model asuhan keperawatan
primar dan Tim)
Yaitu pengorganisasian pelayanan atau asuhan keperawatan yang
dilakukan oleh perawat profesional dan non profesional (perawat trampil)
untuk sekelompok klien dari mulai masuk rumah sakit sampai pulang,
disebut tanggung jawab total atau keseluruhan. Untuk metode ini diperlukan
perawat yang berpengetahuan, trampil dan memiliki kemampuan memimpin.
Idealnya 2 - 3 perawat untuk 8 - 12 klien. Semua model di atas dapat
digunakan untuk mengorganisasikan pelayanan/asuhan keperawatan sesuai
situasi dan kondisi ruangan, jumlah perawat serta kemampuan perawat
yang ada. Jumlah perawat yang ada harus seimbang sesuai dengan jumlah
klien. Selain itu kategori pendidikan tenaga keperawatan yang ada perlu
diperhatikan sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang akan
dibebankan.

2.4 Pengarahan Dalam Manajemen Keperawatan


2.4.1 Pengertian Pengarahan Dalam Manajemen Keperawatan
Sumber daya manusia menjadi modal utama dalam terselenggaranya roda
organisasi pelayanan kesehatan. Seorang manajer keperawatan harus dapat
mengelola SDM agar dapat bekerja efektif dan efisien dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan melalui fungsi penggerakan.
Henry Fayol dalam Siagian (2007) menyebut penggerakan sebagai
commanding atau directing, sedangkan George R Terry (1993) menggunakan
istilah actuating yaitu sebagai upaya atasan untuk menggerakkan bawahan.

29
Pengarahan merupakan hubungan manusia dalam kepemimpinan yang mengikat.
Para bawahan digerakkan supaya mereka bersedia menyumbangkan tenaganya
untuk secara bersama-sama mencapai tujuan suatu organisasi. Pengarahan dalam
organisasi bersifat sangat komplek karena menyangkut manusia dengan berbagai
tingkah lakunya yang berbeda-beda (Muninjaya, 1999).
2.4.2 Makna Pengarahan
Pengarahan yang baik akan terlihat dalam bentuk (5 W dan I H), yaitu:
1) (What) Apa yang harus dilakukan oleh staf perawat/perawat pelaksana
2) (Who) Siapa yang melaksanakan suatu pekerjaan
3) (When) Jam berapa seharusnya dilakukan (mulai jam masuk sampai jam
pulang)
4) (How) Bagaimana caranya mengerjakan dan berapa frequensi seharusnya
dikerjakan
5) (Why) Kenapa pekerjaan itu harus dilakukan
6) (Where) dimana? Tentunya di ruang atau tempat masing masing
Pengarahan yang dilakukan pimpinan keperawatan dapat dikatakan
efektif bila bawahan atau staf atau perawat pelaksana dapat melaksanakan semua
pekerjaan yang ditunjukkan atau diberikan kepadanya secara konsistensi dengan
kebijakan unit dan dapat melaksanakan kegiatan dengan aman dan nyaman.
2.4.3 Tujuan Pengarahan Dalam Manajemen Keperawatan
Muninjaya (1999) menyebut tujuan fungsi pengarahan ada lima yaitu :
1) Menciptakan kerja sama yang lebih efisien
2) Komunikasi antara atasan dan bawahan berpotensi menjadi lebih baik,
efisiensi kerja dapat tercapai dengan kontribusi kepala ruang dalam
menggerakkan bawahannya, misalnya melalui supervisi tindakan
keperawatan yang dilakukan kepala ruang berdampak pada minimalnya
kesalahan tindakan yang pada akhirnya dapat menghemat bahan, alat dan
waktu dibandingkan jika terjadi kesalahan akibat dari tidak dilakukan
supervisi tindakan keperawatan oleh kepala ruang.
3) Mengembangkan kemampuan dan ketrampilan staf

30
Supervisi, pendelegasian merupakan sebagian kegiatan terkait dengan fungsi
pengarahan. Kegiatan tersebut memberikan peluang bagi bawahan untuk
mengerjakan tugas sesuai dengan tanggung jawabnya secara mandiri
4) Menumbuhkan rasa memiliki dan menyukai pekerjaan
Pengarahan yang dilakukan kepala ruang ketika perawat melakukan
kesalahan, memberi motivasi saat motivasi menurun, memberi apresiasi saat
kinerja baik akan dapat meningkatkan rasa memiliki dan menyukai pekerjaan
5) Mengusahakan suasana lingkungan kerja yang dapat meningkatkan motivasi
dan prestasi kerja staf. Pemimpin yang baik adalah yang mampu menciptakan
suasana lingkungan yang kondusif dan menciptakan hubungan interpersonal
yang harmonis, kepemimpinan yang adil merupakan kunci sukses dalam
memberikan motivasi kerja dan meningkatkan prestasi kerja perawat
pelaksana
6) Pengarahan bertujuan membuat organisasi berkembang lebih dinamis
Pengarahan yang dilakukan oleh kepala ruang akan menjadikan hal yang
bermanfaat bagi semua perawat sehingga akan mempermudah semua
perawat untuk mengembangkan diri yang pada gilirannya akan membuat
organisasi berkembang lebih dinamis.
2.4.4 Unsur Unsur Pengarahan
Pengarahan atau disebut juga penggerakan merupakan upaya
mempengaruhi staf agar melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan, agar dapat mengarahkan dan menggerakan bawahan maka ada
beberapa unsur yang perlu dipahami dan diperhatikan oleh manajer keperawatan.
Unsur-unsur tersebut adalah:
1) Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah kemampuan membuat seseorang mengerjakan
apa yang tidak ingin mereka lakukan dan menyukainya (Truman dalam
Gillies, 1996). Kepemimpinan merupakan penggunaan keterampilan
mempengaruhi orang lain untuk melaksanakan sesuatu dengan sebaik-
baiknya sesuai dengan kemampuannya (Sullivan & Decleur, 1989).
Kepemimpinan adalah serangkaian kegiatan untuk mempengaruhi anggota

31
kelompok bergerak menuju pencapaian tujuan yang ditentukan (Baily,
Lancoster & Lancoster, 1989). Fungsi kepemimpinan :
a. Memandu, menuntun, membimbing, memotivasi
b. Menjalin komunikasi yang baik
c. Mengorganisasi, mengawasi dan membawa organisasinya pada tujuan
yang telah ditetapkan
2) Motivasi
Motivasi menjadi unsur penting fungsi pengarahan dalam
keperawatan, karena kita tahu bahwa pelayanan keperawatan memiliki
kontribusi yang besar terhadap mutu layanan kesehatan. Rendahnya kinerja
perawatan akan mempengaruhi mutu pelayanan keperawatan, sebaliknya
bila kinerja perawat baik maka akan dapat meningkatkan mutu layanan.
Kinerja perawat baik, bukan hanya karena perawat bersedia melakukan dan
menyelesaikan tindakan keperawatan secara rutin saja, tetapi yang terpenting
adalah perawat melakukan tindakan didasari dorongan atau motivasi diri.
Motivasi internal yang kuat akan memberikan dampak yang langgeng bagi
seorang perawat dalam melaksanakan kegiatan secara efektif dan efisien. Hal
ini didukung oleh Hasibuan (2005) yang menyatakan bahwa motivasi adalah
hal yang menyebabkan, menyalurkan, dan mendukung perilaku manusia
supaya mau bekerja giat dan antusias untuk mencapai hasil yang optimal.
Lebih lanjut Wlodkowski (1985) menyatakan bahwa motivasi merupakan
kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu, dan yang
memberi arah serta ketahanan (persistence) pada tingkah laku tertentu.
Seorang manajer perawat harus mengenali motivasi dan kebutuhan staf
supaya dapat memicu kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan
keperawatan yang efisien dan efektif.
3) Komunikasi
Komunikasi merupakan unsur penting dalam menggerakkan atau
mengarahkan bawahan. Penerapan komunikasi yang baik antara manajer dan
pelaksana keperawatan dapat menghindari persepsi salah (missperception).
Komunikasi bisa dilakukan secara vertikal (atas–bawah) maupun horisontal

32
(samping). Komunikasi yang baik adalah komunikasi yang dilakukan
secara terbuka antar dua orang atau lebih untuk menyampaikan dan
meneruskan pesan yang berharga dari dan keluar organisasi. Komunikasi bisa
dilakukan secara verbal maupun non verbal. Seorang manajer perawat
diharapkan dapat mengikuti perkembangan teknologi informasi dengan
menggunakan berbagai media modern sebagai sarana mendapatkan informasi
dan melakukan komunikasi secara efektif, walaupun pada saat pimpinan
tidak berada di tempat. Implementasi komunikasi di dalam ruang rawat inap
dilakukan melalui kegiatan operan/timbang terima, conference (pre, middle,
post), diskusi kasus, ronde keperawatan, rapat-rapat dan aktivitas lainnya.

2.5 Standar Asuhan Keperawatan


Standar Asuhan Keperawatan (SAK) telah ditetapkan oleh PPNI
(Nursalam, 2014), yang mengacu kepada tahapan proses keperawatan yang
meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan
evaluasi, sebagai berikut :
1) Standar 1 : Pengkajian keperawatan
Merupakan tahap pengumpulan data tentang status kesehatan pasien
secara sistematis, menyeluruh, akurat, singkat dan berkesinambungan. Data
dapat diperoleh melalui anamnese, observasi dan pemeriksaan penunjang dan
kemudian didokumentasikan. Kriteria Pengkajian meliputi :
a. Pengumpulan data dilakukan dengan cara anamnese, observasi,
pemeriksaan fisik, serta dari pemeriksaan penunjang
b. Sumber data adalah pasien, keluarga atau orang yang terkait, tim
kesehatan, rekam medis dan catatan lain.
Data yang dikumpulkan difokuskan untuk mengidentifikasi :
a. Status kesehatan pasien masa lalu
b. Status kesehatan pasien saat ini
c. Status biologis-psikologis-sosial-spritual
d. Respon terhadap terapi
e. Harapan terhadap tingkat kesehatan yang optimal

33
f. Risiko tinggi masalah
2) Standar 2 : Diagnosa Keperawatan
Tahap ini perawat menganalisa data pengkajian untuk merumuskan
diagnosa keperawatan, adapun kriteria proses yaitu:
a. Proses diagnosa terdiri dari analisis, interpretasi data, identifikasi masalah,
perumusan diagnosa keperawatan.
b. Diagnosa keperawatan terdiri dari masalah (P), penyebab (E), dan
tanda/gejala (S), atau terdiri dari masalah dan penyebab (P, E).
c. Bekerjasama dengan pasien dan petugas kesehatan lainnya untuk
memvalidasi diagnosa keperawatan.
d. Melakukan pengkajian ulang dan merevisi diagnosa berdasarkan data
terbaru.
3) Standar 3 : Perencanaan keperawatan
Perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi
masalah dan meningkatkan kesehatan pasien. Kriteria proses, meliputi :
a. Perencanaan terdiri dari penetapan prioritas masalah, tujuan dan rencana
tindakan keperawatan
b. Bekerjasama dengan pasien dalam menyusun rencana tindakan
keperawatan
c. Perencanaan bersifat individual sesuai dengan kondisi dan kebutuhan
pasien Mendokumentasikan rencana keperawatan
4) Standar 4 : Implementasi
Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah diidentifikasi
dalam proses Asuhan Keperawatan. Kriteria proses, meliputi :
a. Bekerjasama dengan pasien dalam pelaksanaan tindakan keperawatan
b. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain
c. Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi kesehatan pasien.
d. Memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga mengenai
konsep, keterampilan asuhan diri, serta membantu pasien memodifikasi
lingkungan yang digunakan

34
e. Mengkaji ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan keperawatan
berdasarkan respon pasien.
5) Standar 5 :Evaluasi
Perawat mengevaluasi kemajuan pasien terhadap tindakan
keperawatan dalam pencapaian tujuan dan merevisi data dasar dan
perencanaan. Adapun kriteria prosesnya:
a. Menyusun perencanaan evaluasi hasil dari intervensi secara komprehensif,
tepat waktu dan terus-menerus
b. Menggunakan data dasar dan respon pasien dalam mengukur ke arah
pencapaian tujuan
c. Memvalidasi dan menganalisa data baru dengan teman sejawat
d. Bekerja sama dengan pasien dan keluarga untuk memodifikasi
perencanaan keperawatan
e. Mendokumentasikan hasil evaluasi dan memodifikasi perencanaan

2.6 Pendokumentasian Asuhan Keperawatan


2.6.1 Definisi Pendokumentasian Asuhan Keperawatan
Menurut Kozier (2004), dokumentasi keperawatan adalah laporan baik
komunikasi secara lisan, tertulis maupun melalui komputer untuk menyampaikan
informasi kepada orang lain. Merupakan informasi tertulis tentang status dan
perkembangan kondisi klien serta semua kegiatan asuhan keperawatan yang
dilakukan oleh perawat (Nursalam, 2014).
Dokumentasi asuhan dalam pelayanan keperawatan adalah bagian dari
kegiatan yang harus dikerjakan oleh perawat setelah memberi asuhan kepada
pasien. Dokumentasi merupakan suatu informasi lengkap meliputi status
kesehatan pasien, kebutuhan pasien, kegiatan asuhan keperawatan serta respons
pasien terhadap asuhan yang diterimanya. Demikian dokumentasi keperawatan
mempunyai porsi yang besar dari catatan klinis pasen yang menginformasikan
faktor tertentu atau situasi yang terjadi selama asuhan dilaksanakan. Disamping
itu catatan juga dapat sebagai wahana komunikasi dankoordinasi antar profesi
(Interdisipliner) yang dapat dipergunakan untuk mengungkap suatu fakta aktual

35
untuk dipertanggung jawabkan. Dokumentasi keperawatan merupakan suatu bukti
otentik respon pasien dan perubahan yang terjadi dari tindakan yang dilakukan
oleh perawat baik secara mandiri maupun kolaborasi yang merupakan bagian
permanen dari rekam medis lain.
2.6.2 Tujuan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan
Tujuan dokumentasi keperawatan adalah sebagai berikut:
1) Sebagai Sarana Komunikasi. Dokumentasi yang dikomunikasikan secara
akurat dan lengkap dapat berguna untuk:
a. Membantu koordinasi asuhan keperawatan/kebidanan yang diberikan oleh
tim kesehatan.
b. Mencegah informasi yang berulang terhadap pasien atau anggota tim
kesehatan atau mencegah tumpang tindih, bahkan sama sekali tidak
dilakukan untuk mengurangi kesalahan dan meningkatkan ketelitian dalam
memberikan asuhan keperawatan/kebidanan pada pasien.
c. Membantu tim perawat/bidan dalam menggunakan waktu sebaik-baiknya.
2) Sebagai Tanggung Jawab dan Tanggung Gugat
Sebagai upaya untuk melindungi pasen terhadap kualitas pelayanan
keperawatan yang diterima dan perlindungan terhadap keamanan perawat
dalam melaksanakan tugasnya, maka perawat/bidan diharuskan mencatat
segala tindakan yang dilakukan terhadap pasen. Hal ini penting berkaitan
dengan langkah antisipasi terhadap ketidakpuasan pasen terhadap pelayanan
yang diberikan dan kaitannya dengan aspek hukum yang dapat dijadikan
settle concern, artinya dokumentasi dapat digunakan untuk menjawab
ketidakpuasan terhadap pelayanan yang diterima secara hukum.
3) Sebagai Informasi statistik. Data statistik dari dokumentasi
keperawatan/kebidanan dapat membantu merencanakan kebutuhan di masa
mendatang, baik SDM, sarana, prasarana dan teknis.
4) Sebagai Sarana Pendidikan. Dokumentasi asuhan keperawatan/kebidanan
yang dilaksanakan secara baik dan benar akan membantu para siswa
keperawatan/kebidanan maupun siswa kesehatan lainnya dalam proses belajar

36
mengajar untuk mendapatkan pengetahuan dan membandingkannya, baik
teori maupun praktek lapangan.
2.6.3 Manfaat Pendokumentasian
Manfaat dan pentingnya dokumentasi keperawatan dokumentasi
keperawatan mempunyai makna yang penting bila dilihat dari berbagai aspek :
1) Hukum. Bila terjadi suatu masalah yang berhubungan dengan profesi
kepoerawatan, dimana perawat sebagai pemberi jasa dan klien sebagai
pengguna jasa, maka dokumentasi diperlukan sewaktu-waktu. Dokumentasi
tersebut dapat dipergunakan sebagai barang bukti di pengadilan.
2) Jaminan mutu (kualitas pelayanan). Pencatatan data klien yang lengkap dan
akurat, akan memberikan kemudahan bagi perawat dalam membantu
menyelesaikan masalah klien. Untuk mengetahui sejauh mana masalah klien
dapat teratasi dan seberapa jauh masalah baru dapat diidentifikasi dan
dimonitor melalui catatan yang akurat. Hal ini akan membantu meningkatkan
mutu pelayanan keperawatan.
3) Komunikasi. Dokumentasi keadaan klien merupakan alat perekam terhadap
masalah yang berkaitan dengan klien. Perawat atau tenaga kesehatan lain
akan bisa melihat catatan yang ada dan sebagai alat komunikasi yang
dijadikan pedoman dalam memberikan asuhan keperawatan.
4) Keuangan. Semua tindakan keperawatann yang belum, sedang, dan telah
diberikan dicatat dengan lengkap dan dapat digumakan sebagai acuan atau
pertimbangan dalam biaya keperawatan.
5) Pendidikan. Isi pendokumentasian menyangkut kronologis dari kegiatan
asuhan keperawatan yang dapat dipergunakan sebagai bahan atau referensi
pembelajaran bagi siswa atau profesi keperawatan.
6) Penelitian. Data yang terdapat di dalam dokumentasi keperawatan
mengandung informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan atau objek riset
dan pengembangan profesi keperawatan.
7) Akreditasi. Melalui dokumentasi keperawatan dapat dilihat sejauh mana
peran dan fungsi keperawatan dalam memberikan askep pada klien. Dengan

37
demikian dapat diambil kesimpulan tingkat keberhasilan pemberian askep
yang diberikan, guna pembinaan lebih lanjut.
2.6.4 Standar Dokumentasi
Standar dokumentasi merupakan standar yang dapat digunakan untuk
memberikan pengarahan dan panduan dalam melakukan dokumentasi proses
keperawatan. Katagori informasi yang biasanya masuk dalam status (chart) pasien
adalah :
1) Data demografik
2) Riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik
3) Formulir persetujuan
4) Diagnosa
5) Pengobatan
6) Catatan perkembangan /kemajuan
7) Catatan secara berkesinambungan (flow sheet)
8) Catatan perawat
9) Keberadaan dokumentasi baik berbentuk catatan maupun laporan akan sangat
membantu dalam berkomunikasi baik antara sesame perawat/bidan maupun
lembaran tindakan (treatment)
10) Catatan laboratorium
11) Laporan rontgen ( X – ray )
12) Ringkasan pasien pulang
2.6.5 Metode Pendokumentasian
Metode pendokumentasian meliputi : data dasar, masalah kesehatan,
rencana pelayanan/asuhan termasuk catatan perkembangan kesehatan pasien.
Kesalahan dalam pendokumentasian :
1) Tulisan tangan yang berbeda dan tidak terbaca dengan jelas.
2) Tanggal, bulan, dan jam tidak konsisten.
3) Tidak ada tanda tangan perawat yang melakukan tindakan keperawatan.
4) Merubah instruksi tanpa izin dan tidak melalui prosedur yang benar.

38
2.6.6 Format Dokumentasi Asuhan Keperawatan
1) Pengkajian. Pencatatan data pengkajian mengikuti prinsip tahapan
pengkajian. Format sistematis, akurat dan valid sangat penting untuk
membandingkan perubahan kesehatan pasien.
2) Perencanaan. Sesuai dengan standar perencanaan: identifikasi masalah,
merumuskan diagnosa, menetapkan tujuan dan hasil yang diharapkan.
3) Implementasi. Implementasi adalah tindakan yang dilakukan terhadap pasien,
baik tindakan keperawatan mandiri maupun tindakan kolaborasi.
4) Evaluasi. Evaluasi dapat dilakukan pada setiap tahapan proses keperawatan :
pengkajian, perencanaan, dan implementasi.
5) Catatan perkembangan. Formatnya bervariasi dan dapat disesuaikan dengan
sistem yang ada. Prinsipnya adalah untuk menilai perkembangan status
kesehatan pasien, apakah sesuai dengan tujuan dan hasil yang diharapkan.
6) Informasi kesehatan lain. Berbentuk dalam tabel dan grafik selama 24 jam
antara lain : berat badan, tinggi badan, kurva tanda-tanda vital, intake-output
cairan dalam 24 jam, daftar pemberian obat-obatan, kurva pemberian obat
(kemoterapi, terapi hormon).
7) Ringkasan perpindahan pasien. Format ini harus spesifik sesuai dengan
kebutuhan pasien dan memenuhi ketentuan administrasi dan legalitas
perpindahan antar unit dan perpindahan antar institusi rumah sakit. Ringkasan
format pelaporan meliputi lembaran : data dasar demografi, orientasi ruangan,
laporan klinis.
8) Perencanaan pulang. Format mencakup personal data pasien, data kesehatan
secara umum dan khusus, surat diizinkan pulang dari dokter yang merawat
berikut ringkasan laporan klinis sesuai kondisi pasien, penyuluhan kesehatan.
9) Perawatan di rumah. Format pendokumentasian pasien yang akan
melanjutkan perawatan di rumah bertujuan untuk memberikan
ringkasan/informasi perkembangan kesehatan pasien selama di rumah sakit,
agar dokter/perawat/tim professional lainnya yang terlibat melanjutkan
pengobatan/perawatan pasien di rumah yang memenuhi syarat medicare.
(Mugianti, S. 2016).

39
2.7 Konsep Supervisi
2.7.1 Pengertian Supervisi
Supervisi merupakan bagian dari fungsi pengarahan dalam fungsi
manajemen, sebagai satu cara efektif untuk mencapai tujuan pelayanan di suatu
tatanan rumah sakit termasuk tatanan pelayanan keperawatan. Supervisi adalah
kegiatan yang terencana seorang manajer yang dilakukan dalam bentuk
bimbingan, pengarahan, observasi, dan evaluasi pada stafnya dalam melaksanakan
kegiatan atau tugas sehari-hari. Supervisi keperawatan merupakan proses
pemberian bantuan yang dibutuhkan perawat agar mereka dapat menyelesaikan
tugas dengan baik. Dengan supervisi seorang manajer keperawatan dapat
menemukan berbagai kendala dalam melaksanakan asuhan keperawatan dan dapat
menghargai potensi setiap aggotanya (Arwani, 2006).
Swansburg (1990) melihat dimensi supervisi sebagai suatu sumber-
sumber yang diperlukan untuk melaksanakan suatu tugas. Kron dan Gray (1987)
mengartikan supervisi sebagai kegiatan yang merencanakan, mengarahkan,
membimbing, mengajar, mengobservasi, mendorong, memperbaiki, mempercayai
dan mengevaluasi secara berkesinambungan anggota secara menyeluruh sesuai
dengan kemampuan dan keterbatasan yang dimiliki anggota. Mc Farland, Leonard
dan Morris (1984) mengaitkan supervisi dalam konteks keperawatan sebagai
suatu proses kegiatan pemberian dukungan sumber-sumber (resources) yang
dibutuhkan perawat dalam rangka untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dapat disimpulkan bahwa supervisi adalah kegiatan-kegiatan yang
terencana seorang manajer melalui aktifitas bimbingan, pengarahan, observasi,
motivasi dan evaluasi pada stafnya dalam melaksanakan kegiatan atau tugas
sehari-hari. Supervisi terhadap kinerja perawat pelaksana dalam
pendokumentasian asuhan keperawatan dapat dilakukan dengan memberikan
bimbingan, pengarahan, observasi dan pemberian motivasi serta evaluasi terhadap
pendokumentasian tiap-tiap tahap proses keperawatan. Kelengkapan dan
kesesuaian dengan standar merupakan variable yang harus disupervisi.

40
2.7.2 Tujuan Supervisi
Kegiatan supervisi mengusahakan seoptimal mungkin kondisi kerja yang
kondusif dan nyaman yang mencakup lingkungan fisik, atmosfir kerja, dan jumlah
sumber-sumber yang dibutuhkan untuk memudahkan pelaksanaan tugas. Tujuan
supervisi adalah diarahkan pada kegiatan untuk mengorientasikan staf dan
pelaksana keperawatan, melatih staf dan pelaksana keperawatan, memberikan
arahan dalam pelaksanaan kegiatan sebagai upaya untuk menimbulkan kesadaran
dan mengerti peran dan fungsinya sebagai staf, dan difokuskan kepada pemberian
pelayanan kemampuan pelaksana keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan (Arwani, 2004).
Tujuan supervisi kinerja perawat dalam pendokumentasian adalah
meningkatkan ketrampilan dalam pendokumentasian asuhan keperawatan. Hasil
akhir yang dicapai adalah meningkatnya kepuasan kerja perawat dan kualitas
layanan
2.7.3 Fungsi Supervisi
Supervisi berfungsi untuk mengatur dan mengorganisasir kegiatan yang
terjadwal yang menjamin bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan
kebijakan dan standar kerja (Ilyas, 1995). Selain itu supervisi juga berfungsi untuk
membimbing, memberikan contoh, mengarahkan dan menilai atau mengevaluasi.
Menurut Marquis dan Houston (2000) agar fungsi supervisi dapat dicapai optimal,
maka seorang supervisor harus mempunyai kompetensi seperti berikut ini :
1) Mampu menumbuhkan dan meningkatkan motivasi staf dalam bekerja.
Supervisor dapat menumbuhkan dan meningkatkan motivasi dengan selalu
mengingatkan pada perawat pelaksana untuk melengkapi dokumentasi asuhan
keperawatan setiap operan.
2) Mengembangkan rasa percaya dan keterbukaan staf.
a. Supervisor secara terbuka menjelaskan tujuan supervisi bukan untuk
mencari kesalahan dan siap memberikan masukan dan arahan pada
kegiatan supervisi pendokumentasian asuhan keperawatan.
b. Memberikan kesempatan pada staf mengungkapkan ide-ide dan
permasalahan yang dihadapi dalam pendokumentasian.

41
c. Manggunakan teknik wawancara agar terjalin komunikasi dua arah.
Supervisor melakukan supervisi dengan mengedepankan teknik diskusi.
Artinya supervisor siap memberikan arahan dan siap mendengarkan
umpan balik dari staf yang disupervisi.
d. Mengumpulkana data secara terbuka dan obyektif (berdasarkan standar).
Supervisor menjelaskan setiap kegiatan supervisi pendokumentasian yang
dilakukan dan menggunakan format yang baku sehingga lebih obyektif.
e. Menilai secara obyektif. Supervisor memberikan penilaian hasil supervisi
berdasarkan format yang sudah disosialisasikan dan memberikan
kesempatan pada staf yang disupervisi memberikan umpan balik terhadap
hasil penilaian.
2.7.4 Peran Supervisor
Menurut Kron (1987) peran supervisor adalah sebagai perencana,
pengarah, pelatih, dan penilai. Peran supervisor sebagai perencana adalah seorang
supervisor dituntut untuk mampu membuat perencanaan sebelum melaksanakan
supervisi. Dalam perancanaan, seorang supervisor merencanakan pemberian
arahan untuk memperjelas tugasnya untuk siapa, kapan waktunya, bagaimana,
kenapa, dan termasuk memberi instruksi. Cakupan supervisi meliputi siapa yang
disupervisi, apa tugasnya, kapan waktunya disupervisi, kenapa dilakukan
supervisi dan bagaimana masalah tersebut sering terjadi.
Peran supervisor sebagai pengarah adalah kemampuan seorang
supervisor dalam memberikan arahan yang baik yang sangat diperlukan untuk
supervisi. Pengarahan harus lengkap sesuai dengan kebutuhannya, dapat
dimengerti, pengarahan menunjukkan indikasi yang penting, bicara pelan dan
jelas, pesannya logis, hindari pengarahan dalam satu waktu, pastikan arahan dapat
dimengerti dan pengarahan harus dapat ditindaklanjuti. Pengarahan diberikan
untuk menjamin agar mutu asuhan keperawatan berkualitas, supervisor
mengarahkan perawat pelaksana untuk melaksanakan tugasnya ditentukan rumah
sakit. Pengarahan bertujuan untuk mencegah karyawan melakukan penyimpangan
yang tidak sesuai standar (Gillies, 1994; Azwar, 1996).

42
Peran supervisor sebagai penilai adalah seorang supervisor dalam
melakukan supervisi dapat memberikan penilaian yang baik. Penilaian akan
berarti dan dapat dikerjakan apabila tujuannya spesifik dan jelas, terdapat standar
penilaian kinerja dan observasinya akurat (Kron, 1987). Dalam melaksanakan
supervisi, penilaian hasil kerja perawat pelaksana dilakukan pada saat
melaksanakan asuhan keperawatan selama periode tertentu. Hal ini dilakukan
secara terus menerus selama supervisi berlangsung dan tidak memerlukan tempat
khusus. Penilaian merupakan pengukuran terhadap akibat yang timbul dari
dilaksanakan suatu program dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan
(Azwar, 1996).
Peran supervisor dalam supervisi kinerja pendokumentasian asuhan
keperawatan adalah merencanakan pelaksanaan supervisi, mengarahkan perawat
dalam pendokumentasian yang benar, melatih perawat mendokumentasikan
asuhan keperawatan, dan penilai secara obyektif kualitas pendokumentasian
asuhan keperawatan.
2.7.5 Tugas dan Tanggung jawab Supervisor
Menurut Brown (1994) tugas penting yang harus dilakukan sebelum
melakukan supervisi adalah:
1) Merencanakan tugas sehari-hari
a. Pembagian tugas kerja
b. Perincian pengunaan waktu dam batas wewenang
2) Menggunakan wewenang dengan tepat
a. Bertindak efektif dan efisien dan mampu menganalisa masalah berkaitan
dengan kinerja pendokumentasian.
b. Memimpin kelompok dengan kegiatan dan tujuan tertentu.
c. Transformasi informasi baik dari atasan ke bawahan maupun dari bawahan
keatasan yang meliputi: melaksanakan petunjuk, menyaring dan
menyampaikan informasi bawahan keatasan, merumuskan informasi
atasan, mengusahakan hasil kerja maksimal sehingga kegiatan
pendokumentasian asuhan keperawatan meningkat.
Contoh perencanaan supervisi:

43
Tabel 1 Rencana Supervisi Dokumentasi Asuhan Keperawatan
No Waktu Supervisor Yang Materi Supervisi
Disupervisi
1 1/4-16 Karu Rahman Dok Asuhan
Keperawatan
2 2/4-16 Karu Arin Dok Asuhan
Keperawatan
3 3/4-16 Katim 1 Praha Dok Asuhan
Keperawatan
4 4/4-16 Katim II Arya Dok Asuhan
Keperawatan

Tabel 2 Pembagian Tugas


No Perawat Tugas perawatan Uraian
1 Rahman Tempat tidur 1-4 Asuhan keperawatan
dan pendokumentasian
2 Arin Tempat tidur 5-8 Asuhan keperawatan
dan pendokumentasian
3 Praha Tempat tidur 9-12 Asuhan keperawatan
dan pendokumentasian
4 Arya Tempat tidur 12-16 Asuhan keperawatan
dan pendokumentasian

2.7.6 Kompetensi Supervisor


Untuk menjadi supervisor yang baik diperlukan kompetensi yang harus
dimiliki dalam melaksanakan supervisi (Bittel, 1987, Dharma, 2004). Kompetensi
tersebut meliputi:
1) Knowledge Competencies, adalah kemampuan pengetahuan yang merupakan
pintu masuk seseorang untuk bekerja dengan baik. Seorang manager akan
lebih sukses apabila dilandasi dengan ilmu pengetahuan yang cukup.

44
2) Enterpreneurial Competencies, adalah kompetensi yang meliputi 2 bagian
yaitu orientasi efisiensi dan produktivitas. Orientasi efisiensi adalah
keinginan untuk mendapatkan dan melakukan pekerjaan yang lebih baik
dengan menggunakan dan menggabungkan semua sumber daya yang ada.
Produktif artinya memiliki inisiatif, menuliskan laporan, menyapa atau
menghubungi klien, memulai melakukan sesuatu.
3) Intelectual Competencies, meliputi 3 bagian penting yaitu: berfikir logis
dengan mencari penyebab dari suatu kejadian; konseptual yaitu mampu untuk
mengumpulkan informasi dan dapat membedakan hal-hal di luar konsep;
keterampilan mendiagnosis yaitu mampu untuk mengaplikasikan konsep dan
teori ke dalam situasi dan kondisi kehidupan yang nyata.
4) Sosio-emotional Competencies. Kompetensi ini meliputi 5 bagian penting
yaitu: 4. kepercayaan diri, pengembangan, persepsi objektif, pengkajian diri
akurat dan adaptasi stamina.
5) Interpersonal Competencies meliputi delapan bagian yaitu selain memiliki
kepercayaan diri yang kuat dan pengembangan lain, juga memiliki perhatian
kepada dampak, kekuasaan satu sisi, kekuasaan sosial, berpandangan positif
dan mengelola proses kelompok.
Dengan demikian kompetensi yang harus dimiliki supervisor dalam
melakukan supervisi terkait dengan kinerja perawat dalam pendokumentasian
asuhan keperawatan adalah mempunyai pengetahuan tentang pendokumentasian
asuhan keperawatan berdasarkan proses keperawatan. Kemampuan lain yang
harus dipunyai adalah kemampuan menyampaikan atau pengarahan, penilaian
kualitas dokumentasi dan penerapan pendokumentasian.

2.8 Metode Perhitungan Kebutuhan Tenaga Keperawatan


Pedoman dalam perhitungan kebutuhan tenaga keperawatan diruang
rawat inap yaitu diantaranya :
2.8.1 Metode Rasio
Penghitungan dengan cara rasio menggunakan jumlah tempat tidur
sebagai pembanding dari kebutuhan perawat yang diperlukan. Metode ini paling

45
sering digunakan karena sederhana dan mudah. Kelemahan dari metode ini adalah
hanya mengetahui jumlah perawat secara kuantitas tetapi tidak bisa mengetahui
peoduktivitas perawat di ruamh sakit dan kapan tenaga perawat tersebut
dibutuhkan oleh setiap unit di rumah sakit. Metode ini bisa digunakan jika
kemampuan dan sumber daya untuk perencanaan tenaga terbatas sedangkan jenis,
tipe, dan volume pelayanan kesehatan realtif stabil.
Rumah Sakit Perbandingan
Kelas A dan B TT : Tenaga medis = (4-7) : 1
TT : Tenaga keperawatan = 1:1
TT : Non keperawatan = 3:1
TT : Tenaga non medis = 1:1
Kelas C TT : Tenaga medis = 9:1
TT : Tenaga keperawatan = (3-4) : 2
TT : Non keperawatan = 5:1
TT : Tenaga non medis = 3:4
Kelas D TT : Tenaga medis = 15:1
TT : Tenaga keperawatan = 2:1
TT : Tenaga non medis = 6:1
Khusus Disesuaikan

2.8.2 Metode Need


Metode ini dihitung berdasarkan kebutuhan menurut beban kerja. Untuk
menghitung kebutuhan tenaga, diperlukan gambaran tentang jenis pelayanan yang
diberikan kepada pasien. Sebagai contoh untuk pasien yang menjalani rawat jalan,
ia akan mendapatkan pelayanan pembelian karcis, pemeriksaan perawat atau
dokter, penyuluhan, pemeriksaan laboratorium, apotek dan sebagainya. Kemudian
dihitung standar waktu yang diperlukan agar palayanan berjalan dengan baik.
1) Hudgins. Penghitungan kebutuhan tenaga keperawatan diruang rawat jalan
menggunakan metode dari Hudgins, yaitu menetapkan standar waktu
pelayanan pasien rawat jalan, yaitu dalam Tabel berikut.

46
Tabel standar waktu pelayanan pasien rawat jalan
Kegiatan Lama waktu (menit) untuk pasien
Baru Lama
Pendaftaran 3 4
Pemeriksaan dokter 15 11
Pemeriksaan asisten dokter 18 11
Penyuluhan 51 0
Labolatorium 5 7

Penghitungan menggunakan rumus :


Rata-rata jam perawatan/hari x jumlah rata-rata pasien/hari
Jumlah jam kerja/hari
2) Douglas. Untuk pasien rawat inap standar waktu pelayanan pasien rawat inap
sebagai berikut.
a. Perawatan minimal memerlukan waktu : 1-2 jam/24 jam.
b. Perawatan intermediet memerlukan waktu 3-4 jam/24 jam.
c. Perawatan maksimal/total memerlukan waktu 5-6 jam/24 jam.
Penerapan system klasifikasi pasien dengan tiga kategori tersebut adalah
sebagai berikut.
a. Kategori I : Perawatan mandiri
a) Dapat melakukan kebersihan diri sendiri, seperti mandi dang ganti
pakaian
b) Makan dan minum dilakukan sendiri
c) Pengawasan dalam ambulasi atau gerakan
d) Observasi tanda vital setiap shift
e) Pengobatan minimal, status psikologi stabil
f) Persiapan prosedur pengobatan
b. Kategori II : Perwatan intermediate
a) Dibantu dalam kebersihan diri, makan dan minum, ambulasi.
b) Observasi tanda vital setiap 4 jam.
c) Pengobatan lebih dari satu kali

47
d) Pakai kateter foley.
e) Pasang infus intake-output dicatat
f) Pengobatan perlu prosedur
c. Kategori III : Perawatan total
a) Dibantu segala sesuatunya, posisi diatur.
b) Observasi tanda vital setiap 2 jam.
c) Pemakaian slang NGT.
d) Terapi Intravena
e) Pemakaian suction
f) Kondisi gelisah/disorientasi/tidak sadar
Catatan :
a. Dilakukan satu kali sehari pada waktu yang sama dan sebaiknya dilakukan
oleh perawat yang sama selama 22 hari.
b. Setiap pasien minimal memenuhi 3 kriteria berdasarkan klsifikasi pasien;
c. Bila hanya memenuhi satu kriteria maka pasien dikelompokan pada
klasifikasi di atasnya.
Douglas menetapkan jumlah perawat yang dibutuhkan dalam suatu
unit perawatan berdasarkan klasifikasi pasien, dimana masing-masing
kategori mempunyai nilai standar per shift, yaitu dalam table berikut.

Jumlah Klasifikasi Pasien


pasien Minimal Parsial Total
P S M P S M P S M
1 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20
2 0,34 0,28 0,20 0,54 0,30 0,14 0,72 0,60 0,40
3 0,51 0,42 0,30 0,81 0,45 0,21 1,08 0,90 0,60
Dst

48
2.8.3 Metode Demand
Cara demand adalah perhitungan jumlah tenaga menurut kegiatan yang
memang nayat dilakukan oeh perawat. Setiap pasien yang masuk ruang gawat
darurat dibutuhkan waktu sebagai berikut:
1) Untuk kasus gawat darurat : 86,31 menit.
2) Untuk kasus mendesak : 71,28 menit.
3) Untuk kasus tidak mendesak : 33,09 menit.
2.8.4 Metode Gilles
1) Rumus kebutuhan tenaga keperawatan di satu unit perawatan adalah:
AxBxC = F = H
(C-D) x E G
Keterangan :
A = rata-rata jumlah perawatan/pasien/hari
B = rata-rata jumah pasien/hari
C = jumlah hari/tahun
D = jumlah hari libur masing-masing perawat
E = jumlah kerja masing-masing pearawat
F = jumlah jam perawatan yang diberikan perawat per tahun
G = jumlah jam perawatan yang diberikan per tahun
H = jumlah pearawt yang dibutuhkan untuk unit tersebut
2) Jumlah tenaga yang bertugas setiap hari:
Rata-rata jam perawatan x rata-rata jumlah perawatan/hari
Jumlah jam kerja efektif/hari
3) Asumsi jumlah cuti hamil 5% (usia subur) dari tenaga yang dibutuhkan maka
jumlah jam kerja yang hilang karena cuti hamil = 5% x jumlah hari cuti x
jumlah jam kerja/hari
5% x jumlah tenaga x jumlah jam kerja cuti hamil
Jumlah jam kerja efektif/hari
Catatan:
a. Jumlah hari tak kerja/tahun

49
Hari minggu (52 hari) + cuti tahunan (2 hari) + hari besar (12 hari) +cuti
izin sakit/izin (10 hari) = 86 hari
b. Jumlah hari kerja efektif/tahunan
Jumlah hari dalam 1 tahun – jumlah hari tak kerja = 365 – 86 = 279 hari.
c. Jumlah hari efektif/minggu = 279 : 7 = 40 minggu
Jumlah jam kerja perawat perminggu = 40 jam.Cuti hamil = 12 x 6 = 72
hari.
d. Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan disatu unit harus ditambah
20% (untuk antisipasi kekurangan/cadangan)
e. Jumlah tenaga keperawatan yang dubutuhkan pe shift, yaitu dengan
ketentuan. Proporsi dinas pagi 47%, sore 36%, dan malam 17%.
f. Kombinasi jumlah tenaga menurut Abdellah dan Levinne adalah 55%
tenaga professional dan 45% tenaga nonprofessional.
Prinsip perhitungan rumus Gillies.
Dalam memberikan pelayanan keperawatan ada tiga jenis bentuk
prlayanan, yaitu sebagai berikut.
1) Perawatan langsung, adalah perawatan yang berhubungan dengan pemenuhan
kebutuhan pasien baik fisik, psikologis, sosial, spiritual. Berdasarkan tingkat
ketergantungan pasien padaperawat dapat diklasifikasikan dalam empat
kelompok, yaitu: self care, partial care, total care. Rata-rata kebutuhan
perawatan langsung setiap pasien adalah empat jam perhari. Adapun waktu
perawatan berdasarkan tingkat ketergantungan pasien adalah:
a. Self care dibutuhkan ½ x 4 jam : 2 jam
b. Partial care dibutuhkan ¼ x 4 ja : 3 jam
c. Total care dibutuhkan 1 – ½ x 4 jam : 4 – 6 jam
d. Intensive care dibutuhkan 2 x 4 jam : 8 jam
2) Perawatan tak langsung, meliputi kegiatan-kegiatan membuat rencana
perawatan, memasang/menyiapkan alat, konsultasi dengan anggota tim,
menulis dan membaca catatan kesehatan, melaporkan kondisi pasien. Dari
hasil penelitian RS Graha Detroit = 38 menit/pasien/hari, sedangkan menurut

50
Wolfe dan Young = 60 menit/pasien/hari dan penelitian di Rumah Sakit John
Hopkins dibutuhkan 60 menit/pasien _Gillies, 1996).
3) Pendidikan kesehatan yang deiberikan kepada pasien meliputi: aktivitas,
pengobatan serta tindak lanjut pengobatan. Menurut Mayer dan Gillies
(1996), waktu yang dibutuhkan untuk pendidikan kesehatan ialah 15
menit/pasien/hari.
2.8.5 Metode Hasil Lokakarya Keperawatan
Penentuan kebutuhan tenaga perawat menurut likakarya keperawatan
dengan megubah satuan hari dengan minggu. Rumus untuk penghitungan
kebutuhan tenaga keperawatan adalah sebagai berikut
( )

2.8.6 Menghitung berdasarkan Full Time Equivalent (FTE)


Keputusan untuk penentuan jumlah dan jenis perawat adalah berdasarkan
pada populasi pasien yang mendapatkan perawatan, tingkat pendidikan dan
keterampilan perawat serta filosofi organisasi tentang perawat dan perawatan
pasien. Penentuan jumlah dan jenis perawat dilakukan berdasarkan Full Time
Equivalent (FTE). Konsep FTE didasarkan bahwa seorang perawat bekerja penuh
waktu dalam setahun, artinya bekerja selama 40 jam/minggu atau 2.080 jam
dalam periode 52 minggu. Jumlah waktu tersebut meliputi waktu produktif
maupun nonproduktif, sedangkan yang dipertimbangkan hanya waktu produktif
yang digunakan untuk perawatan pasien. Cara ini juga mempertimbangkan hari
perawatan dan klasifikasi pasien berdasarkan tingkat ketergantungannya karena
akan memengaruhi jumlah jam perawatan yang dibutuhkan.

( )

Keterangan:
W = Beban Kerja (Workload)
PD = Hari perawatan pasien (Patient Days)
ACH = Rerata jumlah jam kerja perawat (Average Care Hours per 24 hours)
∑ = jumlah tingkat klasifikasi pasien

51
5 = konstanta sesuai tingkat klasifikasi pasien (Nursalam, 2014).

2.9 Cara Menghitung BOR, ALOS, BTO, TOI, NDR, GDR


2.9.1 BOR (Bed Occupancy Rasio) = Angka penggunaan tempat tidur
BOR adalah presentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu
tertentu (Depkes RI 2005, Kementerian Kesehatan 2011). Indikator ini
memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah
sakit. Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85% (Depkes RI. 2005,
Kementerian Kesehatan 2011).
Rumus : BOR: Jumlah hari perawatan RS dalam waktu tertentu x 100%
Jumlah TT x Jumlah hari dalam suatu satuan waktu
2.9.2 ALOS (Average Length of Stay) = Rata-rat1.a lamanya pasien
dirawat
ALOS adalah rata-rata lama rawat seorang pasien (Depkes RI. 2005,
Kementerian kesehatan 2011). Indikator ini disamping memberikan gambaran
tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila
diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan
yang lebih lanjut. Secara umum nilai ALOS yang ideal antara 6-9 hari (Depkes RI
2005, Kementerian Kesehatan 2011).
ALOS: Jumlah hari perawatan pasien keluar RS
Jumlah pasien keluar RS (hidup + mati)
2.9.3 BTO ( Bed Turn Over) = Angka Perputaran tempat tidur)
BTO adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode, berapa
kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu (Depkes RI 2005,
Kementerian Kesehatan 2011). Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-
rata dipakai 40-50 kali (Depkes RI 2005, Kementerian Kesehatan 2011).
BTO: Jumlah pasien keluar RS
Jumlah TT

52
2.9.4 TOI (Turn Over Interval) = Tenggang perputaran tempat tidur
TOI adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari setelah
diisi ke saat terisi berikutnya (Depkes RI 2005, Kementerian Kesehatan 2011).
Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur.
Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari (Depkes RI 2005,
Kementerian Kesehatan 2011).
TOI: (Jumlah TT x hari) – Hari perawatan RS
Jumlah pasien keluar
2.9.5 NDR (Net Death Rate)
NDR adalah angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk tiap-tiap 1000
penderita keluar. Nilai NDR yang dianggap masih dapat ditolerir adalah kurang
dari 25 per 1000 (Kementerian Kesehatan 2011)
NDR: Jumlah pasien mati diatas 48 jam dirawat x 100%
Jumlah pasien RS – Kematian dibawah 48 jam
2.9.6 GDR (Gross Death Rate)
GDR adalah angka kematian umum untuk setiap 1000 penderita keluar.
Nilai GDR seyogyanya tidak lebih dari 45 per 1000 penderita keluar
(Kementerian Kesehatan 2011)
Rumus :
GDR: Jumlah pasien mati seluruhnya dirawat x 100%
Jumlah pasien keluar RS

2.10 Konsep Ronde Keperawatan (Nursing Rounds)


2.10.1 Ronde Keperawatan (Nursing Rounds)
Ronde keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi
masalah keperawatan pasien yang dilaksanakan oleh perawat di samping
melibatkan pasien untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan. Pada
kasus tertentu harus dilakukan oleh perawat primer dan/atau konselor, kepala
ruangan, dan perawat associate yang perlu juga melibatkan seluruh anggota tim
kesehatan (Nursalam, 2014). Karakteristik antara lain sebagai berikut :
1) Pasien dilibatkan secara langsung.

53
2) Pasien merupakan fokus kegiatan.
3) PA, PP, dan konselor melakukan diskusi bersama.
4) Konselor memfasilitasi kreativitas.
5) Konselor membantu mengembangkan kemampuan PA, PP dalam
meningkatkan kemampuan mengatasi masalah.
2.10.2 Tujuan Ronde Keperawatan (Nursing Rounds)
1) Tujuan Umum. Menyelesaikan masalah pasien melalui pendekatan berpikir
kritis dan diskusi.
2) Tujuan Khusus
a. Menumbuhkan cara berpikir kritis dan sistematis.
b. Meningkatkan kemampuan validasi data pasien.
c. Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan.
d. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berorientasi
pada masalah pasien.
e. Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan keperawatan.
f. Meningkatkan kemampuan justifikasi.
g. Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja.
2.10.3 Manfaat Ronde Keperawatan (Nursing Rounds)
1) Masalah pasien dapat teratasi.
2) Kebutuhan pasien dapat terpenuhi.
3) Terciptanya komunitas keperawatan yang profesional.
4) Terjalinnya kerja sama antartim kesehatan.
5) Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan dengan tepat dan
benar.
2.10.4 Krieria Pasien Ronde Keperawatan (Nursing Rounds)
Pasien yang dipilih untuk dilakukan ronde keperawatan adalah pasien
yang memiliki kriteria sebagai berikut :
1) Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun sudah
dilakukan tindakan keperawatan.
2) Pasien dengan kasus baru atau langka.

54
2.10.5 Langkah-langkah Kegiatan Ronde Keperawatan (Nursing Rounds)

Keterangan :
1) Praronde
a Menentukan kasus dan topik (masalah yang tidak teratasi dan masalah
yang langka).
b Menentukan tim ronde.
c Mencari sumber atau literatur.
d Membuat proposal.
e Mempersiapkan pasien: imformed consent dan pengkajian.
f Diskusi: Apa diagnosis keperawatan? Apa data yg mendukung?
Bagaimana intervensi yang sudah dilakukan? Apa hambatan yang
ditemukan selama perawatan?

55
2) Pelaksanaan Ronde
a. Penjelasan tentang pasien oleh perawat primer yang difokuskan pada
masalah keperawatan dan rencana tindakan yang akan dilaksanakan dan
atau telah dilaksanakan serta memilih prioritas yang perlu didiskusikan.
b. Diskusi antaranggota tim tentang kasus tersebut.
c. Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau konselor atau kepala
ruangan tentang masalah pasien serta rencana tindakan yang akan
dilakukan.
3) Pascaronde
a. Evaluasi, revisi, dan perbaikan.
b. Kesimpulan dan rekomendasi penegakkan diagnosis; intervensi
keperawatan selanjutnya.
2.10.6 Peran Masing-masing Anggota Tim Ronde Keperawatan (Nursing
Rounds)
1) Peran Perawat Primer dan Perawat Associate
a. Menjelaskan data pasien yang mendukung masalah pasien.
b. Menjelaskan diagnosis keperawatan.
c. Menjelaskan intervensi yang dilakukan.
d. Menjelasakan hasil yang didapat.
e. Menjelaskan rasional (alasan ilmiah) tindakan yang diambil.
f. Menggali masalah-masalah pasien yang belum terkaji.
2) Peran Perawat Konselor dan Tenaga Kesehatan Lainnya
a. Memberikan justifikasi.
b. Memberikan reinforcement.
c. Memvalidasi kebenaran dari masalah dan intervensi keperawatan serta
rasional tindakan.
d. Mengarahkan dan koreksi.
e. Mengintegrasikan konsep dan teori yang telah di pelajari.
2.10.7 Kriteria Evaluasi Ronde Keperawatan (Nursing Rounds)
1) Struktur
a. Persyaratan administratif (informed consent, alat, dan lainnya).

56
b. Tim ronde keperawatan hadir di tempat pelaksanaan ronde keperawatan.
c. Persiapan dilakukan sebelumnya.
2) Proses
a. Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir.
b. Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran yang
telah ditentukan.
3) Hasil
a. Pasien merasa puas dengan hasil pelayanan.
b. Masalah pasien dapat teratasi.
c. Perawat dapat :
a) Menumbuhkan cara berpikir yang kritis.
b) Meningkatkan cara berpikir yang sistematis.
c) Meningkatkan kemampuan validitas data pasien.
d) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan.
e) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
berorientasi pada masalah pasien.
f) Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan keperawatan.
g) Meningkatkan kemampuan justifikasi.
h) Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja.

2.11 Konsep Sentralisasi Obat


2.11.1 Sentralisasi Obat
Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat di mana seluruh obat yang akan
diberikan kepada pasien diserahkan pengelolaan sepenuhnya oleh perawat
(Nursalam, 2014).
2.11.2 Tujuan Sentralisasi Obat
Tujuan pengelolaan obat adalah menggunakan obat secara bijaksana dan
menghindarkan pemborosan, sehingga kebutuhan asuhan keperawatan pasien
dapat terpenuhi. Hal-hal berikut ini adalah beberapa alasan yang paling sering
mengapa obat perlu di sentralisasi :
1) Memberikan bermacam-macam obat untuk satu pasien.

57
2) Menggunakan obat yang mahal dan bermerek, padahal obat standar yang
lebih murah dengan mutu yang terjamin memiliki efektivitas dan keamanan
yang sama.
3) Meresepkan obat sebelum diagnosis pasti dibuat “hanya untuk mencoba”.
4) Menggunakan dosis yang lebih besar daripada yang diperlukan.
5) Memberikan obat kepada pasien yang tidak mempercayainya, dan yang akan
membuang atau lupa untuk minum.
6) Memesan obat lebih daripada yang dibutuhkan, sehingga banyak yang tersisa
sesudah batas kadaluarsa.
7) Tidak menyediakan lemari es, sehingga vaksin dan obat menjadi tidak efektif.
8) Meletakkan obat di tempat yang lembap, terkena cahaya, atau panas
9) Mengeluarkan obat (dari tempat penyimpanan) terlalu banyak pada suatu
waktu sehingga dipakai berlebihhan atau dicuri.
2.11.3 Teknik Pengelolaan Obat (Sentralisasi)
Pengeluaran dan pembagian obat sepenuhnya dilakukan oleh perawat.
1) Penanggung jawab pengelolaan obat adalah kepala ruangan yang secara
operasional dapat didelegasikan kepada staf yang ditunjuk.
2) Keluarga wajib mengetahui dan ikut serta mengontrol penggunaan obat.
3) Penerimaan obat
a. Obat yang telah diresepkan ditunjukkan kepada perawat dan obat yang
telah diambil oleh keluarga diserahkan kepada perawat dengan menerima
lembar terima obat.
b. Perawat menuliskan nama pasien, register, jenis obat, jumlah dan sediaan
(bila perlu) dalam kartu kontrol, serta diketahui (ditandatangani) oleh
keluarga atau pasien dalam buku masuk obat. Keluarga atau pasien
selanjutnya mendapatkan penjelasan kapan atau bilaman obat tersebut
akan habis, serta penjelasan tentang 5T (jenis, dosis, waktu, pasien, dan
cara pemberian).
c. Pasien atau keluarga selanjutnya mendapatkan salinan obat yang harus
diminum beserta kartu sediaan obat.

58
d. Obat yang telah diserahkan selanjutnya disimpan oleh perawat dalam
kotak obat (Nursalam, 2007).
4) Pembagian obat
a. Obat yang telah diterima untuk selanjutnya disalin dalam buku daftar
pemberian obat.
b. Obat yang telah disimpan untuk selanjutnya diberikan oleh perawat
dengan memperhatikan alur yang tercantum dalam buku daftar pemberian
obat; dengan terlebih dahulu dicocokkan dengan terapi yang diinstruksi
dokter dan kartu obat yang ada pada pasien.
c. Pada saat pemberian obat, perawat menjelaskan macam obat, kegunaan
obat, jumlah obat, dan efek samping. Usahakan tempat/wadah obat
kembali ke perawat setelah obat dikonsumsi. Pantau efek samping pada
pasien.
d. Sediaan obat yang ada selanjutnya diperiksa setiap pagi oleh kepala ruang
atau petugas yang ditunjuk dan didokumentasikan dalam buku masuk obat.
e. Obat-obatan yang hampir habis akan diinformasikan kepada keluarga dan
kemudian dimintakan resep (jika masih perlu dilanjutkan) kepada dokter
penanggung jawab pasien (Nursalam, 2007).
5) Penambahan obat baru
a. Bilamana terdapat penambahan atau perubahan jenis, dosis atau perubahan
alur pemberian obat, maka informasi ini akan dimasukkan dalam buku
masuk obat dan sekaligus dilakukan perubahan dalam kartu sediaan obat.
b. Pada pemberian obat yang bersifat tidak rutin (sewaktu saja) maka
dokumentasi hanya dilakukan pada buku masuk obat dan selanjutnya
diinformasikan kepada keluarga dengan kartu khusus obat (Nursalam,
2007).
6) Obat khusus
a. Obat dikategorikan khusus apabila sediaan memiliki harga yang cukup
mahal, menggunakan alur pemberian yang cukup sulit, memiliki efek
samping yang cukup besar atau hanya diberikan dalam waktu
tertentu/sewaktu saja.

59
b. Pemberian obat khusus dilakukan menggunakan kartu khusus obat,
dilaksanakan oleh perawat primer.
c. Informasi yang diberikan kepada pasien atau keluarga; nama obat,
kegunaan obat, waktu pemberian, efek samping, penanggung jawab
pemberian, dan wadah obat sebaiknya diserahkan atau ditunjukkan kepada
keluarga setelah pemberian. Usahakan terdapat saksi dari keluarga saat
pemberian obat (Nursalam, 2007).
Seorang manajer keperawatan kesehatan dapat mendidik staf mengenai
obat dengan cara-cara berikut ini :
a) Membuat catatan mengenai obat-obatan yang sering dipakai, jelaskan
penggunaan, dan efek samping, kemudian berikan salinan kepada
semua staf.
b) Tuliskan dosis yang tepat obat-obatan yang sering digunakan dan
gantungkan di dinding.
c) Adakan pertemuan staf untuk membahas penyebab pemborosan obat.
d) Beritahu kepada semua staf mengenai harga bermacam-macam obat.
e) Aturlah kuliah atau program diskusi dan bahaslah mengenai satu jenis
obat setiap minggu pada waktu pertemuan staf.
f) Taruhlah satu atau lebih eksemplar buku farmakologi sederhana di
perpustakaan (Mc Mahon, 1999).
2.11.4 Diagram Alur Pelaksaan Sentralisasi Obat

60
2.11.5 Menyimpan Persediaan Obat
1) Memeriksa ulang atas kebenaran obat dan jenis obat, jumlah obat, serta
menulis etiket dan alamat pasien. Penyimpanan stok (persediaan) yang teratur
dengan baik merupakan bagian penting dari manajemen obat. Obat yangg
diterima dicatat dalam buku besar persediaan atau dalam kartu persediaan
(Mc Mahon, 1999).
2) Sistem kartu persediaan. Sebuah kartu persediaan (kartu stok) kadang-kadang
digunakan untuk menggantikan buku besar persediaan. Kartu ini berfungsi
seperti buku besar persediaan, yakni neraca diseimbangkan dengan
menambahkan barang yang diterima dan mengurangi dengan jumlah barang
yang dikeluarkan. Dalam buku besar persediaan, masing-masing barang
ditempatkan pada halaman yang terpisah, tetapi dalam sistem kartu
persediaan, masing-masing barang dituliskan dalam kertu yang terpisah.
3) Lemari obat. Periksa keamanan mekanisme kunci dan penerangan lemari obat
serta lemari pendingin. Periksa persediaan obat, pemisahan antara obat untuk
penggunaan oral (untuk diminum), dan obat luar. Perlu disediakan tempat
khusus untuk obat-obatan yang mempunyai risiko salah, misalnya 1) LASA
(look alike sound alike); 2) elektrolit konsentrasi tinggi, dan 3) obat sejenis
narkotika.
2.11.6 Peran Sentralisasi Obat
1) Perawat Primer dan Perawat Associate
a. Menjelaskan tujuan dilaksanakannya sentralisasi obat.
b. Menjelaskan manfaat dilaksanakannya sentralisasi obat.
c. Memfasilitasi surat persetujuan pengelolaan dan pencatatan obat.
d. Melakukan pencatatan dan kontrol terhadap pemakaian obat selama pasien
dirawat.
e. Melakukan tindakan kolaboratif dalam pelaksanaan program terapi.
2) Perawat Primer Lain dan Supervisor
a. Memberikan perlindungan terhadap pasien terhadap tindakan kelalaian
(negligence) dan malpraktik.
b. Menilai kepatuhan pasien terhadap program terapi.

61
c. Memotivasi pasien untuk mematuhi program terapi.
2.11.7 Pelaksanaan Sentralisasi Obat
Kegiatan sentralisasi obat akan dilaksanakan pada minggu pertama dan
kedua untuk uji coba dan aplikasi pada minggu ketiga sampai dengan minggu
keempat selama mahasiswa praktik di ruang paru wanita. Metode yang digunakan
adalah pendekatan secara langsung dengan pasien dengan komunikasi terapeutik
untuk meyakinkan pasien agar bersedia mengikuti pengelolaan sentralisasi obat
dan menggunakan format pengelolaan sentralisasi obat.
2.11.8 Metode Sentralisasi Obat
1) Pengawasan nama obat, jumlah, rencana pemakaian, penerima dan pemberi
obat sesuai dengan identitas pasien dan dicatat dalam buku serah terima obat.
2) Pengawasan dan pencatatan nama obat, dosis, frekuensi, jadwal dan jam
pemberian obat, jenis pemberian obat oral atau injeksi, serta sesuai dengan
identitas pasien pada format kontrol dan pemakaian obat.
2.11.9 Instrumen Sentralisasi Obat
1) Informed consent pengelolaan sentralisasi obat.
2) Format kontrol dan pemakaian obat.
3) Buku sentralisasi obat (buku serah terima obat).
4) Lemari obat dan kotak sentralisasi obat.
5) Leaflet.
2.11.10 Kriteria Evaluasi Sentralisasi Obat
1) Struktur (Input)
a. Pelaksanaan sentralisasi obat dilaksanakan di Ruang Paru.
b. Persiapan dilakukan sebelumnya.
c. Perawat yang bertugas.
2) Proses
a. Pelaksanaan sentralisasi obat dilakukan sesuai dengan ruangan yang telah
ditentukan dan pasien yang telah menyetujui informed consent untuk
dilakukan sentralisasi obat.
b. Pelaksanaan sentralisasi obat sesuai dengan alur yang telah ditentukan.
3) Hasil

62
a. Pasien puas dengan hasil pelaksanaan sentralisasi obat.
b. Obat dapat diberikan secara tepat dan benar 6T dan 1W.
c. Perawat mudah mengontrol pemberian obat.
d. Pendokumentasian pemberian obat dapat dilakukan dengan benar.

2.12 Konsep Timbang Terima (Hand Over)


2.12.1 Timbang Terima (Hand Over)
Timbang terima pasien (operan) merupakan teknik atau cara untuk
menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan
pasien. Timbang terima pasien harus dilakukan seefektif mungkin dengan
menjelaskan secara singkat, jelas, dan lengkap tentang tindakan mandiri perawat,
tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan/belum, dan perkembangan pasien saat
itu. Informasi yang disampaikan harus akurat sehingga kesinambungan asuhan
keperawatan dapat berjalan dengan sempurna. Timbang terima dilakukan oleh
perawat primer keperawatan kepada perawat primer (penanggung jawab) dinas
sore atau dinas malam secara tertulis dan lisan (Nursalam, 2014).
2.12.2 Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan
1) Dilaksanakan tepat pada waktu pergantian sif.
2) Dipimpin oleh kepala ruang atau penanggung jawab pasien (PP).
3) Diikuti oleh semua perawat yang telah dan yang akan dinas.
4) Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematis, dan
menggambarkan kondisi pasien saat ini serta menjaga kerahasiaan pasien.
5) Timbang terima harus berorientasi pada permasalahan pasien.
6) Pada saat timbang terima di kamar pasien, menggunakan volume suara yang
cukup sehingga pasien di sebelahnya tidak mendengar sesuatu yang rahasia
bagi pasien. Sesuatu yang dianggap rahasia sebaiknya tidak dibicarakan
secara langsung di dekat pasien.
7) Sesuatu yang mungkin membuat pasien terkejut dan shock sebaiknya
dibicarakan di nurse station.

63
2.12.3 Alur Timbang Terima (Hand Over)

64
2.12.4 Prosedur Timbang Terima (Hand Over)
Tahap Kegiatan Waktu Tempat Pelaksanaan
Persiapan 1. Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian sif/ operan. ---Menit Nurse PP, PA
2. Prinsip timbang terima, semua pasien baru masuk dan pasien yang Station
dilakukan timbang terima khususnya pasien yang memiliki permasalahan
yang belum/dapat teratasi serta yang membutuhkan observasi lebih lanjut.
3. PA/PP menyampaikan timbang terima kepada PP (yang menerima
pendelagasian) berikutnya, hal yang perlu disampaikan dalam timbang
terima :
a. Aspek umum yang meliputi: M1 s/d M5;
b. Jumlah pasien;
c. Identitas pasien dan diagnosis medis;
d. Data (keluhan/subjektif dan objektif);
e. Masalah keperawatan yang masih muncul;
f. Intervensi keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan (secara
umum);
g. Intervensi kolaboratif dan dependen;
h. Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan (persiapan operasi,
pemeriksaan penunjang, dan program lainnya).
Pelaksanaan Nurse Station ---Menit Nurse KARU, PP,
1. Kedua kelompok dinas sudah siap (sif jaga). Station PA
2. Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan.
3. Kepala ruang membuka acara timbang terima.
4. Penyampaian yang jelas, singkat dan padat oleh perawat jaga (NIC).

65
5. Perawat jaga sif selanjutnya dapat melakukan klarifikasi, tanya jawab dan
melakukan validasi terhadap hal-hal yang telah ditimbang terimakan dan
berhak menanyakan mengenai hal-hal yang kurang jelas.

Bed Pasien
6. Kepala ruang menyampaikan salam dan PP menanyakan kebutuhan dasar RUANG
pasien. / BED
7. Perawat jaga selanjutnya mengkaji secara penuh terhadap masalah PASIEN
keperawatan, kebutuhan, dan tindakan yang telah/belum dilaksanakan,
serta hal-hal penting lainnya selama masa perawatan.
8. Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang matang
sebaiknya dicatat secara khusus untuk kemudian diserahterimakan kepada
petugas berikutnya.
Post 1. Diskusi. ---Menit Nurse KARU, PP,
Timbang 2. Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara langsung pada format Station PA
Terima timbang terima yang ditandatangani oleh PP yang jaga saat itu dan PP yang
jaga berikutnya diketahui oleh Kepala Ruang
3. Ditutup oleh KARU.

66
2.13 Konsep Perencanaan Pulang (Discharge Planning)
2.13.1 Perencanaan Pulang (Discharge Planning)
Perencanaan pulang (discharge planning) merupakan suatu proses yang
dinamis dan sistematis dari penilaian, persiapan, serta koordinasi yang dilakukan
untuk memberikan kemudahan pengawasan pelayanan kesehatan dan pelayanan
sosial sebelum dan sesudah pulang. Perencanaan pulang merupakan proses yang
dinamis, agar tim kesehatan mendapatkan kesempatan yang cukup untuk
menyiapkan pasien melakukan keperawatan mandiri di rumah. Perencanaan
pulang didapatkan dari proses interaksi ketika keperawatan profesional, pasien,
dan keluarga berkolaborasi untuk memberikan dan mengatur kontinuitas
keperawatan yang diperlukan oleh pasien saat perencanaan harus berpusat pada
masalah pasien yaitu pencegahan, terapeutik, rehabilitatif, serta keperawatan rutin
yang sebenarnya (Swenberg, 2000 dalam Nursalam, 2014).
2.13.2 Tujuan Perencanaan Pulang (Discharge Planning)
Tujuan perencanaan pulang adalah :
1) Menyiapkan pasien dan keluarga secara fisik, psikologis, dan sosial;
2) Meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga;
3) Meningkatkan keperawatan yang berkelanjutan pada pasien;
4) Membantu rujukan pasien pada sistem pelayanan yang lain;
5) Membantu pasien dan keluarga memiliki pengetahuan dan keterampilan serta
sikap dalam memperbaiki serta mempertahankan status kesehatan pasien;
6) Melaksanakan rentang keperawatan antara rumah sakit dan masyarakat.
Rorden dan Nursalam (2014) mengungkapkan bahwa perencanan pulang
bertujuan untuk:
1) Membantu pasien dan keluarga untuk dapat memahami permasalahan,
pencegahan yang harus ditempuh sehingga dapat mengurangi angka kambuh
dan penerimaan kembali di rumah sakit; dan
2) Terjadi pertukaran informasi antara pasien sebagai penerima pelayanan
dengan keperawatan dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit.

67
2.13.3 Manfaat Perencanaan Pulang (Discharge Planning)
Perencanaan pulang mempunyai manfaat antara lain sebagai berikut
(Nursalam, 2014) :
1) Memberi kesempatan kepada pasien untuk mendapat penjaran selama di
rumah sakit sehingga bisa dimanfaatkan sewaktu di rumah.
2) Tindak lanjut yang sistematis yang digunakan untuk menjamin kontinuitas
keperawatan pasien.
3) Mengevaluasi pengaruh dari intervensi yang terencana pada penyembuhan
pasien dan mengidentifikasi kekambuhan atau kebutuhan keperawatan baru.
4) Membantu kemandirian pasien dalam kesiapan melakukan keperawatan
rumah.
2.13.4 Prinsip-prinsip Perencanaan Pulang (Discharge Planning)
1) Pasien merupakan fokus dalam perencanan pulang. Nilai keinginan dan
kebutuhan dari pasien perlu dikaji dan dievaluasi.
2) Kebutuhan dari pasien diidentifikasi. Kebutuhan ini dikaitkan dengan
masalah yang mungkin timbul pada saat pasien pulang nanti, sehingga
kemungkinan masalah yang timbul di rumah dapat segera diantisipasi.
3) Perencanaan pulang dilakukan secara kolaboratif. Perencanaan pulang
merupakan pelayanan multidisiplin dan setiap tim harus saling bekerja sama.
4) Perencanaan pulang disesuaikan dengan sumber daya dan fasilitas yang ada.
Tindakan atau rencana yang akan dilakukan setelah pulang disesuaikan
dengan pengetahuan dari tenaga yang tersedia atau fasilitas yang tersedia di
masyarakat.
5) Perencanaan pulang dilakukan pada setiap sistem pelayanan kesehatan. Setiap
pasien masuk tatanan pelayanan maka perencanaan pulang harus dilakukan.
2.13.5 Jenis-jenis Perencanaan Pulang (Discharge Planning)
Chesca (1982) mengklasifikasikan jenis pemulangan pasien sebagai
berikut :
1) Conditioning discharge (pulang sementara atau cuti), keadaan pulang ini
dilakukan apabila kondisi pasien baik dan tidak terdapat komplikasi. Pasien

68
untuk sementara dirawat di rumah namun harus ada pengawasan dari pihak
rumah sakit atau puskesmas terdekat.
2) Absolute discharge (pulang mutlak atau selamanya), cara ini merupakan akhir
dari hubungan pasien dengan rumah sakit. Namun apabila pasien perlu
dirawat kembali maka prosedur keperawatan dapat dilakukan kembali.
3) Judicial discharge (pulang paksa), kondisi ini pasien diperbolehkan pulang
walaupun kondisi kesehatan tidak memungkinkan untuk pulang, tetapi pasien
harus dipantau dengan melakukan kerja sama dengan keperawatan puskesmas
terdekat.
2.13.6 Hal-Hal Yang Harus Diketahui Pasien Sebelum Pulang
1) Instruksi tentang penyakit yang diderita, pengobatan yang harus dijalankan,
serta masalah-masalah atau komplikasi yang dapat terjadi.
2) Informasi tertulis tentang keperawatan yang harus dilakukan di rumah.
3) Pengaturan diet khusus dan bertahap yang harus dijalankan.
4) Jelaskan masalah yang mungkin timbul dan cara mengantisipasi.
5) Pendidikan kesehatan yang ditujukan kepada keluarga maupun pasien sendiri
dapat digunakan metode ceramah, demonstrasi, dan lain-lain.
6) Informasi tentang nomor telepon layanan keperawatan, medis, dan kunjungan
rumah apabila pasien memerlukan.
2.13.7 Faktor-faktor Yang Perlu Dikaji Dalam Perencanaan Pulang
(Discharge Planning)
Beberapa tindakan keperawatan yang dapat diberikan pada pasien
sebelum pasien diperbolehkan pulang antara lain sebagai berikut :
1) Pendidikan kesehatan. Diharapkan bisa mengurangi angka kambuh atau
komplikasi dan meningkatkan pengetahuan pasien serta keluarga tentang
keperawatan postlaparatomi. Pendidikan kesehatan terkait dengan
keperawatan postoperatif yang perlu diberikan pada pasien dengan
postlaparatomi meliputi (Long, 1996):
a. Kontrol (waktu dan tempat);
b. Lanjutan keperawatan(luka operasi, pemasangan gift, dan tindakan
lainnya);

69
c. Diet/nutrisi yang harus dikonsumsi;
d. Aktivitas dan istirahat, kontrol;
e. Keperawatan diri (kebersihan dan mandi).
2) Program pulang bertahap. Bertujuan untuk melatih pasien untuk kembali ke
lingkungan keluarga dan masyarakat antara lain apa yang harus dilakukan
pasien di rumah sakit dan apa yang harus dilakukan oleh keluarga.
3) Rujukan. Integritas pelayanan kesehatan harus mempunyai hubungan
langsung antara keperawatan komunitas atau praktik mandiri keperawatan
dengan rumah sakit, sehingga dapat mengetahui perkembangan pasien di
rumah.
2.13.8 Alur Perencanaan Pulang (Discharge Planning)

Keterangan :
1) Tugas Keperawatan Primer
a. Membuat rencana discharge planning.
b. Membuat leaflet.
c. Memberikan konseling.
d. Memberikan pendidikan kesehatan.

70
e. Menyediakan format discharge planning.
f. Mendokumentasikan discharge planning.
2) Tugas Keperawatan Associate
Melaksanakan agenda discharge planning (pada saat keperawatan dan
diakhiri ners).

2.14 Konsep Kepuasan Perawat


2.14.1 Kepuasan Perawat
Kepuasan kerja berhubungan dengan sikap dari karyawan terhadap
pekerjaan itu sendiri, situasi kerja, kerjasama antara pimpinan dan sesama
karyawan. Kepuasan kerja menurut Blum merupakan sikap umum yang
merupakan hasil dari beberapa sikap khusus terhadap faktor-faktor pekerjaan,
penyesuaian diri dan hubungan sosial individu diluar kerja (Muninjaya, 2007).
Pelayanan terhadap pelanggan perawat adalah mengarah atau mempengaruhi
kepuasan pasien. Layanan pelanggan perawat merupakan jasa layanan yang
diberikan atau disediakan oleh karyawan dan bagian lain didalam organisasinya,
seperti halnya seseorang pengusaha dengan para penyalurnya (supplier) (Sari,
2009).
2.14.2 Indikator Kepuasaan Kerja Perawat
Indikator kepuasan kerja perawat antara lain (Morgan, 2007) :
1) Perawat yang puas cenderung bekerja dengan kualitas yang lebih tinggi
Perawat yang menghasilkan kinerja baik, mempunyai sifat-sifat antara lain:
a. Merasa senang
b. Rasional
c. Punya harga diri sebagai manusia
d. Punya visi dan cita-cita
2) Perawat yang puas cenderung bekerja dengan lebih produktif. Perawat yang
mempunyai motivasi tinggi akan menyenangi pekerjaannya sehingga akan
lebih produktif daripada mereka yang kurang menyenangi pekerjaannya.
Perawat tersebut mempunyai sifat aktualisasi diri:
a. Realistis

71
b. Dapat menerima dirinya sendiri
c. Spontanitas, praktis, sederhana dan alamiah
d. Fokus pada inti masalah
e. Otonom, bebas dari pengaruh budaya dan lingkungan
f. Hubungan baik antar manusia
g. Memiliki nilai dan sifat-sifat demokratis
h. Mampu membedakan antara cara dan tujuan
i. Filosofis dan mempunyai rasa humor yang tinggi
j. Mempunyai nilai-nilai (values) dan harga diri (self esteem)
3) Perawat yang puas cenderung bertahan lebih lama dalam perusahaan. Banyak
kejadian tentang kepindahan seorang perawat dari perusahaan yang
memberikan gaji lebih besar ke perusahaan lain yang memberikan gaji lebih
sedikit. Hal ini disebabkan karena penyebab kepuasan bukan hanya
menyangkut gaji atau pendapatan, tetapi terpenuhinya lain sesuai dengan
kebutuhan Maslow. Terpenuhinya kebutuhan ini akan menyebabkan perawat
menjadi betah bekerja di rumah sakit tempat kerjanya.
4) Perawat yang puas cenderung dapat menciptakan pelanggan/ pasien yang
puas Kepuasan pasien berarti pengakuan/ penghargaan pasien atas kinerja
yang telah dilakukan oleh perawat. Pengakuan prestasi kerja ini dapat dilihat
dari ungkapan yang paling sederhana dari pasien yaitu ucapan terima kasih.
5) Aspek-Aspek Kepuasan Kerja
a. Menurut Mobley (2006) aspek-aspek kepuasan kerja antara lain:
a) Aspek pekerjaan meliputi jenis pekerjaan, bobot pekerjaan dan
melibatkan ketrampilan serta kemampuan individu dalam mengerjakan
pekerjaan tersebut. Aspek imbalan merupakan faktor utama untuk
mencapai kepuasan kerja sehingga banyak pihak manajemen dalam
upaya meningkatkan kerja karyawan dengan meningkatkan imbalan
kerja.
b) Aspek kepangkatan, kurang atau sedikitnya kesempatan untuk
memperoleh jabatan dan kepangkatan sering dikaitkan dengan

72
ketidakpuasan karyawan terhadap promosi jabatan atau kepangkatan
yang ada.
c) Aspek pimpinan atau atasan menyangkut hubungan dengan bawahan
atas kebijaksanaannya yang dikaitkan dengan kepuasan kerja.
d) Aspek rekan kerja, hubungan antara pekerja satu dengan yang lain
berkaitan erat dengan kepuasan kerja. Pekerja yang mengalami
ketidakpuasan kerja karena memiliki rekan kerja yang tidak bisa diajak
kerjasama, tidak menyenangkan dan tidak memuaskan.
2.14.3 Tujuan Pengukuran Kepuasan Kerja
Tujuan pengukuran kepuasan kerja bagi para karyawan antara lain:
1) Mengidentifikasi kepuasan karyawan secara keseluruhan, termasuk kaitannya
dengan tingkat urutan prioritasnya (urutan faktor atau atribut tolak ukur
kepuasan yang dianggap penting bagi karyawan). Prioritas yang dimaksud
dapat berbeda antara para karyawan dari berbagai bidang dalam organisasi
yang sama dan antara organisasi yang satu dengan yang lainnya.
2) Mengetahui persepsi setiap karyawan terhadap organisasi atau perusahaan.
Sampai seberapa dekat persepsi tersebut sesuai dengan harapan mereka dan
bagaimana perbandingannya dengan karyawan lain.
3) Mengetahui atribut-atribut mana yang termasuk dalam kategori kritis (critical
perfoment attributes) yang berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan
karyawan. Atribut yang bersifat kritis tersebut merupakan prioritas untuk
diadakannya peningkatan kepuasan karyawan.
4) Apabila memungkinkan, perusahaan atau instansi dapat membandingkannya
dengan indeks milik perusahaan atau instansi saingan atau yang lainnya.
2.14.4 Dampak Kepuasan dan Ketidakpuasan Kerja
1) Terhadap Produktivitas Kerja
a. Banyak pendapat yang menyatakan bahwa produktivitas dapat dinaikkan
dengan menaikkan kepuasan kerja, namun hasil penelitian tidak
mendukung pandangan ini, karena hubungan antara produktivitas kerja
dengan kepuasan kerja sangat kecil. Produktivitas kerja dipengaruhi oleh
banyak faktor-faktor.

73
b. Moderator disamping kepuasan kerja. Lawler dan Porter berpendapat
produktivitas yang tinggi menyebabkan peningkatan dari kepuasan kerja
jika tenaga kerja mempresepsikan bahwa ganjaran intrinsik (misalnya rasa
telah mencapai sesuatu) dan ganjaran intrinsik (misalnya gaji) yang
diterima kedua-duanya adil dan wajar dibuktikan dengan unjuk kerja yang
unggul (Ashar, 2011).
2) Terhadap Kemangkiran dan Keluarnya Tenaga Kerja
Ketidakhadiran lebih bersifat spontan dan kurang mencerminkan
ketidakpuasan kerja, berbeda dengan berhenti atau keluar dari pekerjaan.
Steers dan Rhodes mengembangkan model pengaruh dari kehadiran. Ada dua
faktor pada perilaku hadir yaitu motivasi untuk hadir dan kemampuan untuk
hadir. Mereka percaya bahwa motivasi untuk hadir dipengaruhi oleh
kepuasan kerja. Model meninggalkan pekerjaan dari Mobley, Horner, dan
Hollingworth menunjukkan bahwa setelah tenaga kerja menjadi tidak puas
terjadi beberapa (misalnya berfikir untuk meninggalkan pekerjaan) sebelum
keputusan untuk meninggalkan pekerjaan diambil. Menurut Robbins (2001)
ketidakpuasan kerja pada karyawan dapat diungkapkan melalui berbagai cara
misalkan selain meninggalkan pekerjaan, karyawan dapat mengeluh,
membangkang, mencuri barang milik organisasi, menghindar dari tanggung
jawab (Ashar, 2011).
2.14.5 Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja Perawat
1) Karakteristik Individu
Karakteristik individu merupakan sifat atau ciri seseorang yang
menggambarkan keadaan individu tersebut yang sebenarnya dan
membedakannya dari individu lain (Poerwodarminto (1990) dalam Wuryanto
(2010). Secara umum karakteristik individu memiliki hubungan bermakna
dengan kepuasan kerja, seperti penelitian Dewi (2004) yang menemukan
bahwa karakteristik individu seperti umur, jenis kelamin, lama kerja dan
status pernikahan berhubungan bermakna dengan kepuasan kerja.
Karakteristik individu meliputi :

74
a. Umur
Berdasarkan penelitian-penelitian yang mempelajari hubungan
antara usia dengan kepuasan kerja ditemukan bahwa terdapat hubungan
positif antara usia dengan kepuasan kerja, sekurang-kurangnya sampai
usia 60 tahun (Robbins, 2001). Tetapi penelitian lain menemukan
hubungan yang tidak konsisten antara usia dengan kepuasan kerja. Hal
tersebut karena pada karyawan profesional semakin meningkatnya usia,
semakin berpengalaman dan semakin meningkat kemampuan
profesionalnya, sedangkan pada non profesional cenderung menurun
kemampuannya (Robbins, 2001). McCarthy (2007) menemukan bahwa
usia muda memiliki kepuasan yang lebih tinggi. Dinyatakan bahwa ada
hubungan antara umur dengan kepuasan kerja, dimana umur antara 25-34
tahun dan umur 40- 45 tahun adalah merupakan umur yang bisa
menimbulkan perasaan kurang puas terhadap pekerjaan.
Usia merupakan salah satu faktor yang cukup dominan terhadap
pembentukan kerja seseorang. Menurut Gibson (1996), usia sebagai sub
variable demografik mempunyai efek tidak langsung pada perilaku kerja
individu. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap kemampuan dan
keterampilannya. Menurut Siagian (2002), terdapat korelasi antara
kinerja dan kepuasan kerja dengan umur seorang karyawan, artinya
kecenderungan yang sering terlihat ialah bahwa semakin lanjut 15 umur
karyawan, kinerja dan tingkat kepuasan kerjanya pun biasanya semakin
tinggi. Berbagai alasan yang sering dikemukakan menjelaskan fenomena
ini, antara lain adalah:
a) Bagi karyawan yang sudah lanjut usia, makin sulit memulai karir baru
di tempat lain.
b) Sikap yang dewasa dan matang mengenai tujuan hidup, harapan,
keinginan, dan cita-cita.
c) Gaya hidup yang sudah mapan.
d) Sumber penghasilan yang relatif terjamin.

75
e) Adanya ikatan batin dan tali persahabatan antara yang bersangkutan
dengan rekan-rekannya dalam organisasi.
b. Jenis Kelamin
Penelitian tentang variabel jenis kelamin pada penelitian-
penelitian psikologis telah menemukan bahwa pria lebih agresif dan lebih
besar kemungkinannya dalam memiliki pengharapan untuk sukses,
sehingga pria cenderung lebih tidak puas dengan pekerjaannya dibanding
wanita. Hubungan antara jenis kelamin dengan perilaku kerja ditemukan
bahwa secara konsisten wanita mempunyai tingkat kemangkiran yang
lebih tinggi dibanding pria. Penjelasan yang paling logis adalah bahwa
secara historis kondisi telah menempatkan wanita pada tanggung jawab
terhadap rumah tangga dan keluarga (Robbins, 2001). Penelitian lain oleh
McCarty (2007) menemukan bahwa perawat wanita memiliki kepuasan
yang lebih tinggi.
Tidak ada perbedaan yang konsisten antara pria dan wanita
dalam kemampuan memecahkan masalah, ketrampilan analisis, dorongan
kompetitif, motivasi, sosiabilitas, atau kemampuan belajar. Namun studi-
studi psikologi telah menemukan bahwa wanita lebih bersedia untuk
mematuhi 17 wewenang, dan pria lebih agresif dan lebih besar
kemungkinannya daripada wanita dalam memiliki pengharapan untuk
sukses. Bukti yang konsisten juga menyatakan bahwa wanita mempunyai
tingkat kemangkiran yang lebih tinggi daripada pria (Robbins & Judge,
2008).
Tetapi terdapat teori lain yang berpendapat bahwa perbedaan
jenis kelamin berpengaruh terhadap tinggi rendahnya kepuasan kerja,
teori ini diungkapkan oleh Glenn, Taylor, dan Wlaver (1977) yang
menyatakan bahwa ada perbedaan tingkat kepuasan kerja antara pria
dengan wanita, dimana kebutuhan wanita untuk merasa puas dalam
bekerja ternyata lebih rendah dibandingkan pria (As’ad, 1995).

76
c. Status perkawinan
Studi tentang status perkawinan secara konsisten menunjukkan
bahwa karyawan yang menikah lebih puas dengan pekerjaannya
dibanding dengan rekan sekerjanya yang tidak menikah (Robbins, 2001).
Tampaknya perkawinan memaksakan peningkatan tanggungjawab yang
dapat membuat suatu pekerjaan yang tetap menjadi lebih berharga dan
penting (Robbins, 2001).
d. Masa Kerja
Penelitian untuk mengidentifikasi hubungan antara masa kerja
dan kepuasan menunjukkan adanya hubungan yang positif antara
keduanya. Semakin meningkat masa kerja seseorang semakin meningkat
kepuasan kerjanya. Bila usia dan masa kerja diperlakukan secara
terpisah, tampaknya masa kerja akan merupakan peramal yang lebih
konsisten dan mantap dari kepuasan kerja daripada usia kronologis
(Robbins, 2001). Studi oleh Blegen (1993) dalam Chen (2008)
menunjukkan bahwa kepuasan kerja perawat rumah sakit memiliki
hubungan yang lemah dengan pengalaman kerja dalam tahun.
Masa kerja ternyata konsisten berhubungan secara negatif
dengan keluar masuknya karyawan dan kemangkiran, namun memiliki
hubungan yang positif terhadap produktivitas kerja (Robbins & Judge,
2008). Masa kerja yang lama akan cenderung membuat seorang
karyawan atau perawat lebih merasa betah dalam suatu organisasi, hal ini
disebabkan diantaranya karena telah beradaptasi dengan lingkungannya
yang cukup lama sehingga seorang karyawan akan merasa nyaman
dengan pekerjaannya. Penyebab lain juga dikarenakan adanya kebijakan
dari instansi atau perusahaan mengenai jaminan hidup dihari tua
(Kreitner & Kinicki, 2013).
e. Pendidikan
Penelitian menunjukkan bahwa terdapat suatu hubungan positif
antara taraf pendidikan dengan kepuasan. Latar belakang pendidikan
yang tinggi merasa kurang puas dengan pekerjannya, dan pendapatnya

77
berbanding terbalik dengan mereka yang berpendidikan rendah
(Giwangkara, 2002). Studi oleh Blegen (1993) dalam Chen (2008)
menunjukkan bahwa kepuasan kerja perawat di rumah sakit memiliki
hubungan dengan pendidikan. McCarthy (2007) menemukan bahwa
perawat lulusan akademi memiliki kepuasan lebih tinggi. Sedangkan
penelitian Suyoto (2003) menunjukkan bahwa perawat berpendidikan
SPK merasa lebih puas terhadap gaji/ insentif, kebijakan organisasi,
tuntutan tugas dan status profesional dibanding DIII/ DIV.
f. Tingkat kepuasan perawat
Menurut Morgan (2007), tingkat kepuasan pelanggan perawat
sangat tergantung pada harapan dan mutu yang dirasakan secara
subyektif, dimana harapan tersebut tergantung pada beberapa hal sebagai
berikut:
a) Persyaratan dari pelayanan, persyaratan ini kurang lebih merupakan
hasil dari kebutuhan dan keinginan pelanggan perawat.
b) Kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh pemberi pelayanan dan
citra pemberi pelayanan tersebut yang sangat mempengaruhi harapan
dan persepsi pelanggan pada saat yang bersamaan. Komunikasi dan
citra para pemberi pelayanan ini membangun profil dari bentuk
pelayanan yang dihasilkan dan hal inilah yang akan dibandingkan
dengan nilai aktual yang diterima.
c) Pengalaman dengan produk layanan dan jasa yang pernah diterima
oleh pelanggan perawat di masa yang lalu.
Menurut Sari (2009), terdapat empat faktor yang berperan dalam
pembentukan kepuasan kerja atau kepuasan perawat antara lain:
a) Pekerjaan yang penuh tantangan
Dewasa ini telah umum diakui bahwa sebagian besar pekerja,
pekerjaan yang tidak menarik, misalnya karena sangat teknis dan
repetitif sehingga tidak lagi menuntut imajinasi, inovasi dan
kreativitas dalam pelaksanaannya sehingga memunculkan tingkat
kebosanan yang tinggi. Suatu pekerjaan yang mengandung tantangan

78
apabila terselesaikan dengan baik merupakan salah satu sumber
kepuasan kerja (kepuasan perawat). Sebaliknya, sifat pekerjaan yang
harus diselesaikan oleh seseorang hendaknya jangan demikian
sukarnya sehingga kemungkinan berhasil kecil meskipun sudah
dengan pengerahan kemampuan, ketrampilan, waktu dan tenaga yang
dimiliki oleh seseorang. Hal demikian biasanya akan menimbulkan
frustasi yang berlangsung secara terus menerus dan apabila
berlangsung dalam jangka waktu yang lama akan mengakibatkan
tingkat kepuasan yang rendah.
b) Penerapan sistem penghargaan yang adil
Dalam kehidupan organisasional, masalah keadilan
sesungguhnya adalah masalah persepsi. Secara sederhana dinyatakan
bahwa biasanya seseorang akan merasa diperlakukan secara adil
apabila perlakuan itu menguntungkannya dan sebaliknya merasa
diperlakukan tidak adil apabila perlakuan itu dilihatnya sebagai suatu
hal yang sangat merugikan. Dalam kehidupan berkarya, persepsi itu
dikaitkan dengan berbagai hal antara lain:
c) Pengupahan atau penggajian
Upah atau gaji adalah imbalan yang diterima oleh seseorang
dari organisasi atas jasa yang telah diberikannya, 25 baik berupa
waktu, tenaga, keahlian atau ketrampilan. Biasanya seseorang melihat
upah atau gaji itu dengan “kaca mata” perbandingan. Perbandingan
pertama dikaitkan dengan harapan seseorang berdasarkan tingkat
pendidikan, pengalaman, masa kerja, jumlah tanggung jawab, status
sosial dan kebutuhan ekonominya. Perbandingan kedua dikaitkan
dengan orang lain dalam organisasi terutama mereka yang memiliki
karakteristik yang serupa dengan diri pembanding seperti
dikemukakan diatas, yaitu pendidikan, pengalaman, masa kerja,
jumlah tanggungan, status sosial dan kebutuhan ekonominya dan
melakukan pekerjaan yang sejenis, serta memikul tanggung jawab
professional yang relatif sama. Insentif adalah penghargaan di luar

79
gaji pokok yang diberikan kepada karyawan atas segala jerih
payahnya dalam meningkatkan tugas dalam memberikan pelayanan
kepada pelanggan yang diterima setiap bulan dengan jumlah yang
berubah-ubah sesuai dengan hasil kinerja, insentif ini dapat
memberikan motivasi karyawan untuk meningkatkan produktivitas
kerjanya.
d) Sistem promosi
Dalam pengelolaan sumber daya manusia, salah satu
kebutuhan nyata seseorang ialah memenuhi kebutuhan untuk maju
dalam karier. Sulit bagi pegawai akan merasa puas apabila berada
pada tangga karir yang sama dari sejak mulai masuk dalam organisasi
sampai dia meninggalkan organisasi tersebut. Dalam sebuah
organisasi memerlukan kejelasan tentang berbagai “anak tangga”
karier yang mungkin dinaiki oleh seseorang apabila berbagai kriteria
persyaratan yang telah ditetapkan terpenuhi dengan baik. Apabila
menurut persepsi seseorang promosi dalam sebuah organisasi
berdasarkan pada berbagai pertimbangan yang tidak didasarkan pada
kriteria yang objektif, melainkan berdasarkan pertimbangan yang
subjektif, seperti “personal likes an dislikes, nepotisme, kesukuan, asal
daerah dan lain sebagainya, akan sering menimbulkan perasaan
diperlakukan tidak adil yang pada gilirannya akan berakibat pada
tingkat kepuasan yang rendah yang mustahil akan bermuara kepada
perilaku yang negatif.
e) Kondisi kerja
Kondisi kerja tidak hanya terbatas pada kondisi kerja di
tempat pekerjaan masing-masing, seperti nyamannya tempat kerja,
ventilasi yang cukup, penerangan lampu yang memadai, kebersihan
tempat pekerjaan, keamanan dan hal lain sejenis, tetapi juga misalnya
lokasi pekerjaan. Faktor lain yang tidak kecil artinya dalam
menentukan kepuasan kerja adalah sejauh mana seseorang dilibatkan
dalam menentukan isi pekerjaannya maupun dalam pengaturan jam

80
kerjanya. Penerapan jam kerja sistem “flexitime” memungkinkan para
pekerja dapat menentukan jam kerjanya secara bebas (masuk jam
berapa dan jam berapa ia pulang) dengan ketentuan bahwa kelancaran
penyelesaian tugas organisasi sebagai keseluruhan tidak terganggu
dan jumlah jam kerja, misalnya delapan jam sehari tetap terpenuhi.
f) Kondisi yang sifatnya mendukung
Kondisi kerja yang mendukung secara relevan untuk
menekankan bahwa meskipun benar bahwa efisiensi, efektivitas dan
produktivitas kerja pada analisis terakhir tergantung pada unsur
manusia dalam organisasi, tetap diperlukan kondisi kerja yang
mendukung, hal ini termasuk dalam tersedianya prasarana dan sarana
kerja yang memadai sesuai dengan sifat tugas yang harus diselesaikan.
Bagaimanapun positifnya perilaku manusia seperti tercermin dalam
kesetiaan yang besar, disiplin yang tinggi dan dedikasi yang tidak
diragukan, tanpa prasarana dan sarana kerja ia tidak akan dapat
berbuat banyak, apalagi meningkatkan efisiensi, efektivitas dan
produktivitas kerjanya.
g) Sikap rekan kerja dan atasan
Seseorang dalam organisasi mau tidak mau harus melakukan
interaksi dengan orang lain, apakah itu rekan kerja, atasannya, dan
bagi mereka yang menduduki jabatan manajerial harus berinteraksi
dengan para bawahan. Keharusan melakukan interaksi itu timbul
karena adanya saling ketergantungan dan keterkaitan antara satu tugas
dengan tugas lainnya. Kebenaran berpendapat dewasa ini semakin
disadari karena satuan-satuan kerja yang terdapat dalam suatu
organisasi. Keberhasilan penyelesaian suatu pekerjaan ditentukan oleh
interaksi antara orang-orang yang terdapat dalam suatu satuan kerja.
Hubungan dan keterbukaan antara bawahan dan atasan juga sangat
menentukan terselesaikannya suatu pekerjaan, gaya kepemimpinan
yang demokratis akan lebih memberikan kepuasan bagi pekerja
dibandingkan dengan gaya kepemimpinan yang otoriter. Kepuasan

81
kerja bawahan (pekerja) ditentukan oleh sifat mendukung atasan
terhadap pelaksanaan pekerjaan yang menggunakan gaya manajerial
yang demokratik. Menurut Nursalam (2008), gaya kepemimpinan
dapat mempengaruhi moral, kepuasan kerja, keamanan dan kualitas
kehidupan pekerja dan terutama tingkat prestasi suatu organisasi, gaya
kepemimpinan ini sangat mempengaruhi kinerja pegawai dan dapat
berbentuk antara lain: the autocratic leader, the participate leader, the
free rein leader. Kepemimpinan seorang pemimpin sangat penting
atau berpengaruh dalam menciptakan kesatuan arah dan tujuan
organisasi, menciptakan dan mempertahankan lingkungan internal
sehingga personel terlibat secara penuh untuk mencapai tujuan
organisasi dan dihasilkan sebuah pencapaian organisasi yang sesuai
dengan harapan. Menurut Suarli dan Bahtiar (2009), kepemimpinan
adalah kemampuan memberi inspirasi kepada orang lain untuk bekerja
sama sebagai suatu kelompok, agar dapat mencapai tujuan umum.
Kemampuan memimpin diperoleh melalui pengalaman hidup sehari-
hari. Pengertian lain tentang kepemimpinan ialah segala hal yang
bersangkutan dengan pemimpin dalam menggerakkan, membimbing
dan mengarahkan orang lain agar melaksanakan tugas dan
mewujudkan sasaran yang ditetapkan.

2.15 Konsep Kepuasan Pasien


2.15.1 Kepuasan Pasien
Kepuasan pelanggan terjadi apabila apa yang menjadi kebutuhan,
keinginan, harapan pelanggan dapat Anda penuhi, maka pelanggan akan puas.
Kepuasan pelanggan adalah perasaan senang atau puas bahwa produk atau jasa
yang diterima telah sesuai atau melebihi harapan pelanggan. kepuasan pasien
adalah karena kepuasan pasien merupakan salah satu indikator kualitas pelayanan
yang kita berikan dan kepuasan pasien adalah suatu modal untuk mendapatkan
pasien lebih banyak lagi dan untuk mendapatkan pasien yang loyal (setia). Pasien
yang loyal akan menggunakan kembali pelayanan kesehatan yang sama bila

82
mereka membutuhkan lagi. Bahkan telah diketahui bahwa pasien loyal akan
mengajak orang lain untuk menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang sama
(Nursalam, 2014).
2.15.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan
Ada beberapa faktor yang memengaruhi kepuasan pasien, yaitu sebagai
berikut :
1) Kualitas produk atau jasa. Pasien akan merasa puas bila hasil evaluasi mereka
menunjukkan bahwa produk atau jasa yang digunakan berkualitas.
2) Harga. Harga, yang termasuk di dalamnya adalah harga produk atau jasa.
Harga merupakan aspek penting, namun yang terpenting dalam penentuan
kualitas guna mencapai kepuasan pasien. Meskipun demikian elemen ini
memengaruhi pasien dari segi biaya yang dikeluarkan, biasanya semakin
mahal harga perawatan maka pasien mempunyai harapan yang lebih besar.
3) Emosional. Pasien yang merasa bangga dan yakin bahwa orang lain kagum
terhadap konsumen bila dalam hal ini pasien memilih institusi pelayanan
kesehatan yang sudah mempunyai pandangan, cenderung memiliki tingkat
kepuasan yang lebih tinggi.
4) Kinerja. Wujud dari kinerja ini misalnya: kecepatan, kemudahan, dan
kenyamanan bagaimana perawat dalam memberikan jasa pengobatan
terutama keperawatan pada waktu penyembuhan yang relatif cepat,
kemudahan dalam memenuhi kebutuhan pasien dan kenyamanan yang
diberikan yaitu dengan memperhatikan kebersihan, keramahan dan
kelengkapan peralatan rumah sakit.
5) Estetika. Estetika merupakan daya tarik rumah sakit yang dapat ditangkap
oleh pancaindra. Misalnya: keramahan perawat, peralatan yang lengkap dan
sebagainya.
6) Karakteristik produk. Produk ini merupakan kepemilikan yang bersifat fisik
antara lain gedung dan dekorasi. Karakteristik produk meliputi penampilan
bangunan, kebersihan dan tipe kelas kamar yang disediakan beserta
kelengkapannya.

83
7) Pelayanan. Pelayanan keramahan petugas rumah sakit, kecepatan dalam
pelayanan. Institusi pelayanan kesehatan dianggap baik apabila dalam
memberikan pelayanan lebih memperhatikan kebutuhan pasien. kepuasan
muncul dari kesan pertama masuk pasien terhadap pelayanan keperawatan
yang diberikan. Misalnya: pelayanan yang cepat, tanggap dan keramahan
dalam memberikan pelayanan keperawatan.
8) Lokasi. Lokasi, meliputi, letak kamar dan lingkungannya. Merupakan salah
satu aspek yang menentukan pertimbangan dalam memilih institusi pelayanan
kesehatan. Umumnya semakin dekat lokasi dengan pusat perkotaan atau yang
mudah dijangkau, mudahnya transportasi dan lingkungan yang baik akan
semakin menjadi pilihan bagi pasien.
9) Fasilitas. Kelengkapan fasilitas turut menentukan penilaian kepuasan pasien,
misalnya fasilitas kesehatan baik sarana dan prasarana, tempat parkir, ruang
tunggu yang nyaman dan ruang kamar rawat inap. Walaupun hal ini tidak
vital menentukan penilaian kepuasan pasien, namun institusi pelayanan
kesehatan perlu memberikan perhatian pada fasilitas dalam penyusunan
strategi untuk menarik konsumen.
10) Komunikasi. Komunikasi, yaitu tata cara informasi yang diberikan pihak
penyedia jasa dan keluhan-keluhan dari pasien. Bagaimana keluhan-keluhan
dari pasien dengan cepat diterima oleh penyedia jasa terutama perawat dalam
memberikan bantuan terhadap keluhan pasien.
11) Suasana. Suasana, meliputi keamanan dan keakraban. Suasana yang tenang,
nyaman, sejuk dan indah akan sangat memengaruhi kepuasan pasien dalam
proses penyembuhannya. Selain itu tidak hanya bagi pasien saja yang
menikmati itu akan tetapi orang lain yang berkunjung akan sangat senang dan
memberikan pendapat yang positif sehingga akan terkesan bagi pengunjung
institusi pelayanan kesehatan tersebut.
12) Desain visual. Desain visual, meliputi dekorasi ruangan, bangunan dan desain
jalan yang tidak rumit. Tata ruang dan dekorasi ikut menentukan suatu
kenyamanan. (Klinis, 2007 dalam Nursalam, 2014).

84
2.15.3 Indeks Kepuasan
Ada beberapa faktor yang berpengaruh pada kepuasan konsumen. Secara
garis besar dikategorikan dalam 5 kategori yaitu Producy Quality, Service
Quality, Price Emotional Factor, dan Cost of Aquiring (Supriyanto dan Ratna,
2007 dalam Nursalam, 2014).
1) Product Quality. Bagaimana konsumen akan merasa puas atas produk barang
yang digunakan. Beberapa dimensi yang membentuk kualitas produk barang
adalah performance, reliabillity, conformance, durability, feature dan lain-
lain.
2) Service Aquality. Bagaimana konsumen akan puas dengan jasa yang telah
dikonsumsinya. Dimensi service qulity yang lebih dikenal dengan servqual
meliputi 5 dimensi yaitu tangible, reliability, assurance, empathy,
responsiveness. Skala nilai dinyatakan dengan skala 1−5. Skala 1 adalah tidak
puas dan skala 5 adalah puas. Nilai rerata skala adalah nilai skor
(skor=jumlah n pengukuran dikatakan skala).
3) Emotional Factor. Keyakinan dan rasa bangga terhadap produk, jasa yang
digunakan dibandingkan pesaing. Emotional factor diukur dari preceived best
score, artinya persepsi kualitas terbaik dibandingkan pesaingnya.
4) Price. Harga dari produk, jasa yang di ukur dari value (nilai) manfaat
dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan konsumen. Harga adalah harga
pelayanan medis (medical care) yang harus dibayar konsumen (Price is that
which is given in an exchange to aquire a good or service).
5) Cost of Aquaring. Biaya yang di keluarkan untuk mendapatkan produk atau
jasa.

2.16 Konsep Ruang Anak


2.16.1 Pengertian Ruang Anak
Rawat inap adalah pemeliharaan kesehatan rujukan rumah sakit dimana
penderita tinggal/mondok sedikitnya satu hari berdasarkan rujukan dari pelaksana
pelayanan kesehatan atau rumah sakit pelaksana pelayanan kesehatan lain. Rawat
inap adalah pelayanan kesehatan perorangan yang meliputi observasi, diagnosa,

85
pengobatan, keperawatan, rehabilitasi medik, dengan menginap di ruang rawat
inap pada sarana kesehatan rumah sakit pemerintah dan swasta serta puskesmas
perawatan yang oleh karena penyakitnya penderita harus menginap (American
Hospital Association, 1978).
Ruang inap anak memberi pelayanan kepada masyarakat dalam bidang
kesehatan anak, salah satunya rawat inap meliputi pelayanan :
1) Preventif (pencegahan penyakit anak)
2) Kuratif (pengobatan dan perawatan pasien)
3) Rehabilitatif (pemulihan kondisi penderita)
Fungsi pelayanan medis spesialis anak yaitu melaksanakan penelitian
terhadap kasus-kasus penyakit anak yang belum dapat dituntaskan
penyembuhannya untuk dapat diusahakan cara penyembuhan yang tepat dan
upaya peningkatan cara rehabilitasi penyakit anak.
2.16.2 Filosofi Ruang Anak
Filosofi keperawatan anak merupakan keyakinan atau pandangan yang
dimiliki perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan pada anak yang
berfokus pada keluarga (family centerd care), pencegahan terhadap trauma
(atraumatic care) dan manjemen kasus.
1) Perawatan berfokus pada keluarga
Keluarga merupakan unsure penting dalam perawatan anak
mengingat anak bagian dari keluarga. Dalam pemberian askep diperlukan
keterlibatan keluarga karena anak selalu membutuhkan orang tua di Rumah
Sakit seperti aktivitas bermain atau program perawatan lainnya. Pentingnya
keterlibatan keluarga ini dapat mempengaruhi proses kesembuhan anak.
program terapi yang telah direncanakan untuk anak bisa saja tidak terlaksana
jika perawat selalu membatasi keluarga dalam memberikan dukungan
terhadap anak yang dirawat, hal ini hanya akan meningkatkan stress dan
ketidak nyamanan pada anak. perawat dengan menfasilitasi keluarga dapat
membantu proses penyembuhan anak yang sakit selama dirawat. Kebutuhan
keamanan dan kenyamanan bagi orang tua pada anaknya selama perawatan
merupakan bagian yang penting dalam mengurangi dampak psikologis anak

86
sehingga rencana keperawatan dengan berprinsip pada aspek kesejahteraan
anak akan tercapai.
2) Atrumatic care
Atrumatic care adalah perawatan yang tidak menimbulkan trauma
pada anak dan keluarga. Atrumatic care sebagai bentuk perawatan terapeutik
dapat diberikan kepada anak dan keluarga dengan mengurangi dampak
psikologis dari tindakan keperawatan yang diberikan dengan, seperti
memperhatikan dampak psikologis dari tindakan keperawatan yang diberikan
dengan melihat prosedur tindakan atau aspek lain yang kemungkinan
berdampak adanya trauma. Untuk mencapai perawatan tersebut beberapa
prinsip yang dapat dilakukan oleh perawat antara lain :
a. Menurunkan atau mencegah dampak perpisahan dari keluarga. Dampak
perpisahan dari keluarga akan menyebabkan kecemasan pada anak
sehingga menghambat proses penyembuhan dan dapat mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan anak
b. Meningkatkan kemampuan orang tua dalam mengontrol perawatan pada
anak. Kemampuan orang tua dalam mengontrol perawatan pada anak
dapat meningkatkan kemandirian anak dan anak akan bersikap waspada
dalam segala hal
c. Mencegah atau mengurangi cedera (injuri) dan nyeri (dampak psikologis).
Proses pengurangan rasa nyeri sering tidak bisa dihilangkan secara cepat
akan tetapi dapat dikurangi melalui berbagai teknik misalnya distraksi,
relaksasi dan imaginary. Apabila tindakan pencegahan tidak dilakukan
maka cedera dan nyeri akan berlangsung lama pada anak sehingga dapat
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak
d. Tidak melakukan kekerasan pada anak. Kekerasan pada anak akan
menimbulkan gangguan psikologis yang sangat berarti dalam kehidupan
anak, yang dapat menghambat proses kematangan dan tumbuh kembang
anak

87
e. Modifikasi lingkungan. Melalui modifikasi lingkungan yang bernuansa
anak dapat meningkatkan keceriaan dan nyaman bagi lingkungan anak
sehingga anak selalu berkembang dan merasa nyaman dilingkungan
3) Manajemen Kasus
Pengolaan kasus secara komprehensif adalah bagian urtama dalam
pemberian asuhan keperawatan secara utuh, melalui upaya pengkajian,
penentuan diagnose, pencernaan, pelaksanaan dan evaluasi dari berbagai
kasus baik akan berdampak pada proses penyembuhan. Pendidikan dan
keterampilan mengelola kasus pada anak selama di RS mampu memberikan
keterlibatan secara penuh bagi keluarga
2.16.3 Prinsip Ruang Anak
Terdapat prinsip atau dasar dalam keperawatan anak yang dijadikan
sebagai pedoman dalam memehami filosofi keperawatan anak. prinsip dalam
asuhan keperawatan anak adalah :
1) Anak bukan miniatur orang dewasa tetapi sebagai individu yang unik, dimana
tidak boleh memandang anak dari ukuran fisik saja melainkan anak sebagai
individu yang unik yang mempunyai pola pertumbuhan dan perkembangan
menuju proses kematangan
2) Anak adalah sebagai individu yang unik dan mempunyai kebutuhan yang
sesuai dengan tahap perkembangan. Kebutuhan tersebut meliputi kebutuhan
fisiologis (seperti nutrisi, dan cairan, aktivitas, eleminasi istirahat, tidur dan
lain-lain)
3) Pelayanan keperawatan anak berorientasi pada upaya pencegahan dan
peningkatan derajat kesehatan, bukan hanya mengobati anak yang sakit
4) Keperawatan anak merupakan disiplin ilmu kesehatan yang berfokus pada
kesejahteraan anak sehingga perawat bertanggung jawab secara komprehensif
dalam memberikan asuhab keperawatan anak. anak dikatakan sejahtera jika
anak tidak merasakan gangguan psikologis, seperti rasa cemas, takut atau
lainnya, dimana upaya ini tidak terlepas juga dari peran keluarga
5) Praktek keperawatan anak mencakup kontrak dengan anak dan keluarga
untuk mencegah, mengkaji, mengintervensi dan meningkatkan kesejahteraan

88
hidup, dengan menggunakan proses keperawatan yang sesuia denga aspek
moral (etik) dan aspek hukum(legal). Sebagai bagian dari keluarga anak harus
dilibatkan dalam pelayanan keperawatan, dalam hal ini harus terjadi
kesepakatan antara keluarga, anak dan tim kesehatan
6) Tujuan keperawatan anak dan remaja adalah untuk meningkatkan maturasi
atau kematangan yang sehat bagi anak dan reamaja sebagai makhluk
biopsikososial dan spiritual dan kontek keluarga dan masyarakat
7) Pada masa yang akan datang kecenderungan perawatan anak berfokus pada
ilmu tumbuh kembang, sebab ilmu tumbuh kembang ini akan mempelajari
aspek kehidupan anak
2.16.4 Standar Ruang Anak
Menurut Permenkes (2016), standar ruang rawat inap diantaranya :
1) Suhu ruangan 24±2 ºC
2) Kelembaban ruangan 55±5%
3) Pencahayaan 250 lux untuk penerangan dan 50 lux untuk tidur
4) Jarak antar tepi tempat tidur minimal 1,5 meter
5) Ruang perawatan memiliki 6 – 12 kali pergantian udara perjam
6) Tirai antar TT yang berbahan non porosif dan mudah di dekontaminas, rel
tirai harus dibenamkan /menempel di plafon
7) Dua kotak kontak listrik di setiap tempat tidur dan tidak ada
percabangan/sambungan langsung tanpa pengamanan arus
8) Outlet oksigen di setiap tempat tidur
9) Bukaan jendela yang aman untuk kebutuhan pencahayaan dan ventilasi alami
10) Nurse call di setiap tempat tidur yang terhubung ke pos perawat (nurse
station)
11) Kamar mandi yang mengikuti persyaratan aksesibilitas
12) Rawat gabung
13) Perawatan anak usia 1 bulan18 tahun:
a. Usia 1 bulan- 2 tahun
b. 2 tahun- 6 tahun
c. 6 thn- 18 tahun

89
14) Jenis tempat tidur disesuaikan dengan usia anak
15) Khusus pada ruangan-ruangan yang berkaitan dengan aktivitas pelayanan
anak, pelapis dinding dapat berupa gambar untuk merangsang aktivitas anak.
2.16.5 Model Proses Keperawatan Anak
Keperawatan anak merupakan keyakinan atau pandangan yang dimiliki
perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan pada anak yang berfokus pada
keluarga (family centered care), pencegahan terhadap trauma (atrumatic care),
dan manajemen kasus. Dalam dunia keperawatan anak, perawat perlu memahami,
menginggat adanya beberapa prinsip yang berbeda dalam penerapan asuhan
dikarenakan anak bukan miniatur orang dewasa tetapi sebagai individu yang unik
(Hidayat, 2005).
Intervensi keperawatan dengan menggunakan pendekatan family
centered care menekankan bahwa pembuatan kebijakan, perencanaan program
perawatan, perancangan fasilitas kesehatan, dan interaksi sehari-hari antara klien
dengan tenaga kesehatan harus melibatkan keluarga. Keluarga diberikan
kewenangan untuk terlibat dalam perawatan klien, yang berarti keluarga dengan
latar belakang pengalaman, keahlian dan kompetensi keluarga memberikan
manfaat positif dalam perawatan anak. Memberikan kewenangan kepada keluarga
berarti membuka jalan bagi keluarga untuk mengetahui kekuatan, kemampuan
keluarga dalam merawat anak.
Atraumatic Careatau asuhan atraumatik adalah penyediaan asuhan
terapeutik dalam lingkungan oleh seseorang (personal) dengan melalui
penggunaan intervensi yang menghilangkan atau memperkecil distres psikologis
dan fisik yang dialami oleh anak-anak dan keluarga mereka dalam sistem
pelayanan kesehatan.
Dalam memberikan pelayanan keperawatan anak selalu diutamakan,
mengingat kemampuan dalam mengatasi masalah masih dalam proses
kematangan yang berbeda dibanding orang dewasa karena struktur fisik anak dan
dewasa berbeda mulai dari besarnya ukuran hingga aspek kematangan fisik.
Proses fisiologis anak dengan dewasa mempunyai perbedaan dalam hal fungsi
tubuh dimana orang dewasa cenderung sudah mencapai kematangan. Kemampuan

90
berpikir anak dengan dewasa berbeda dimana fungsi otak dewasa sudah matang
sedangkan anak masih dalam proses perkembangan. Demikian pula dalam hal
tanggapan terhadap pengalaman masa lalu berbeda, pada anak cenderung kepada
dampak psikologis yang apabila kurang mendukung maka akan berdampak pada
tumbuh kembang anak sedangkan pada dewasa cenderung sudah mempunyai
mekanisme koping yang baik dan matang.
Komponen ini merupakan bentuk pelayanan keperawatan yang diberikan
kepada anak dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan secara optimal
dengan melibatkan keluarga. Upaya tersebut dapat tercapai dengan keterlibatan
langsung pada keluarga mengingat keluarga merupakan sistem terbuka yang
anggotanya dapat dirawat secara efektif dan keluarga sangat berperan dalam
menentukan keberhasilan asuhan keperawatan, di samping keluarga mempunyai
peran sangat penting dalam perlindungan anak dan mempunyai peran memenuhi
kebutuhan anak. Peran lainnya adalah mempertahankan kelangsungan hidup bagi
anak dan keluarga, menjaga keselamatan anak dan mensejahterakan anak untuk
mencapai masa depan anak yang lebih baik, melalui interaksi tersebut dalam
terwujud kesejahteraan anak (Wong, 2009).

91
BAB III
KAJIAN SITUASI MANAJEMEN KEPERAWATAN

3.1 Profil Rumah Sakit


3.1.1 Sejarah Rumah Sakit
RSU Avisena yakni salah satu RS milik Perusahaan Kota Cimahi yang
bermodel RSU, dinaungi oleh Lainnya Perusahaan dan tergolong kedalam RS
Kelas D. RS ini telah teregistrasi sejak 23/06/2015 dengan Nomor Surat
ijin 503.46/001/1162/KPPT/2013 dan Tanggal Surat ijin 30/04/2013 dari Kepala
Kantor Pelayanan Perizinan Terpad dengan Sifat Tetap, dan berlaku sampai 18
JUNI 2020. Setelah melakukan Proses AKREDITASI RS Seluruh Indonesia
dengan proses akhirnya diberikan status Akreditasi Rumah Sakit. RSU ini
berlokasi di Jl. Melong 170 Kelurahan. Melong Kecamatan. Cimahi Selatan, Kota
Cimahi, Indonesia. RSU Avisena Memiliki Layanan Unggulan di Bagian . RSU
Milik Perusahaan Kota Cimahi ini Memiliki Luas Tanah 1750 dengan Luas
Bangunan 3000. Fasilitas yang terdapat di RSU Avisena ini sebagai berikut :
a. Farmasi
b. Instalasi Bedah
c. Instalasi Rawat Inap
d. Instalasi Rawat Jalan
e. Area Parkir
f. Medical Check Up
g. Instalasi Laboratorium
h. Instalasi Radiologi
i. Ruang Tunggu
j. Instalasi Gawat Darurat (IGD)
k. High Care Unit (HCU)
Rumah sakit umum avisena dirintis sejak tahun 2007, dimana RSU
Avisena melihat masih ada peluang untuk meningkatan pelayanan kesehatan bagi
masyarakat di Melong dan sekitarnya.

92
Bermula dari sebuah apotik dengan praktik dokter bersama, pada bulan
Juni 2012 pihak pengelola sepakat untuk meningkatkan status apotik dan praktik
dokter bersama AVISENA menjadi rumah sakit tipe D. Dan terhitung tahun 2014,
RSU Avisena telah bekerjasama dengan BPJS Kesehatan.
3.1.2 Visi dan Misi
1) Visi : RSU Avisena mewujudkan rumah sakit yang unggul dan terpercaya.
2) Misi : Misi RSU Avisena adalah memberikan pelayanan yang profesional,
kekeluargaan, dan amanah, Mendukung program pemerintah untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
3.1.3 Fasilitas-Fasilitas RSU Avisena
1) Poliklinik
a. Poliklinik Spesialis Anak
b. Poliklinik Spesialis Penyakit Dalam
c. Poliklinik Spesialis Kebidanan dan Kandungan
d. Poliklinik Spesialis Bedah Umum
e. Poliklinik Spesialis Jantung
f. Poliklinik Spesialis Orthopedi
g. Poliklinik Spesialis Syaraf
h. Poliklinik Spesialis THT
i. Poliklinik Spesialis Mata
j. Poliklinik Spesialis Kulit dan kelamin
k. Poliklinik Spesialis Rehabilitasi Medik
l. Poliklinik Gigi
m. Poliklinik Spesialis Bedah Mulut
n. Poliklinik Spesialis Urologi
o. IGD 24 Jam
2) Rawat Inap
a. Rawat Inap VIP
b. Rawat Inap Anak (kelas 3, 2, 1)
c. Rawat Inap Dewasa Pria / Wanita (Kelas 3, 2 , 1)
d. Rawat Inap Isolasi

93
e. Rawat Bayi baru lahir
f. Total jumlah tempat tidur perawatan rawat inap 126
3) Pelayanan Medis dan Penunjang Lainnya
a. Laboratorium 24 jam
b. Radiografi 24 Jam
c. Farmasi 24 jam
d. Hemodialisa
e. Kamar Bedah / Operasi
f. Kamar Jenazah
3.1.4 Gambaran Ruang Safir

94
3.2 Pengumpulan Data 5M
3.2.1 MAN
3.2.1.1 Struktur Organisasi Ruangan Safir

Penanggung jawab
dr. Andriani

Manager Ranap dan Rajal


Rosdiana Megasanti, S.Kep., Ners

Kepala ruangan
Zr Intan Frasasti N, Amd.Kep

Nida

Ka. Shift Ka. Shift Ka. Shift Ka. Shift


Zr. Vina, Amd Zr. Candra, Amd Zr. Lina, Amd Zr. Anggi, Amd

PP PP PP PP
Zr. Tsurayya, Amd Zr. Novi, Amd Zr. Vini. Amd Br. Asep, Amd

PP PP
Zr. Ismi, S.Kep., Zr. Shinta, Amd
Ners

95
3.2.1.2 Pendidikan
Pendidikan di ruang safir dan emerald
No Nama Jenis Pendidikan Jabatan
kelamin
1 Intan Frasasti N P DIII Kepala ruangan
Keperawatan
2 Vina Regina P DIII Ketua shift
Keperawatan
3 Tsurayya P DIII Perawat pelaksana
Keperawatan
4 Ismi Apriliani P Sarjana Perawat pelaksana
keperawatan
5 Candra Devi P DIII Ketua shift
Keperawatan
6 Novi Amelia P DIII Perawat pelaksana
Keperawatan
7 Lina Karlina P DIII Ketua shift
Keperawatan
8 Vini Meina P DIII Perawat pelaksana
Keperawatan
9 Shinta P DIII Perawat pelaksana
Muspitasari Keperawatan
10 Anggi Eka P DIII Ketua shift
Keperawatan
11 Asep Nurjama L DIII Perawat pelaksana
Keperawatan
12 Nida P SMK
keperawatan

96
Hasil :
1) SMK Keperawatan = 1 orang
2) D3 Keperawatan = 10 orang
3) Sarjana keperawatan ners = 1 orang
3.2.1.3 Metode pembagian tugas dan beban kerja perawat
Berdasarkan hasil wawancara dan pembagian kuesioner kepada kepala
ruangan di ruang perawatan, diperoleh data bahwa saat ini metode pembagian
tugas perawat menggunakan sistem kerja tim yang terdiri dari 4 tim dimana 1 tim
terdiri dari 1 perawat pelaksana 1 kepala ruangan, dan 1 katim. Jadwal perawat
dibagi 3 shift, shift pagi dari jam 07.00-14.00, shift siang dari jam 14.00-21.00,
shift malam dari jam 21.00-07.00, sehingga dapat disimpulkan rata-rata jam kerja
efektif diruangan safir dan emerald yaitu 7 jam.
3.2.1.4 Jumlah tenaga
Jumlah tenaga di ruangan otje terdiri dari kepala ruangan 1 orang, kepala
shift 4 orang dan perawat pelaksana 7 orang, sehingga jumlah Perawat ada 12
orang. Menurut Gillies tahun 1994 menjelaskan rumus kebutuhan tenaga
keperawatan disuatu unit perawatan adalah sebagai berikut:
Jumlah jam keperawatan
yang dibutuhkan x Rata – rata klien/hari x Jumlah hari/tahun

Jumlah hari libur/tahun – hari libur perawat/bulan x Jumlah jam kerja tiap
perawat

Diketahui :
Jumlah jam keperawatan yang dibutuhkan = 4 jam (Partial Care).
Rata – rata klien/hari = 91 : 31 = 2,9 = 3 orang.
Jumlah hari/tahun = 365 hari.
Jumlah hari libur/tahun 2020 = 88 hari.
Hari libur perawat bulan desember = 5 hari.
Jumlah jam kerja = 7 jam.
Ditanyakan : Kebutuhan Tenaga Perawat ?

97
KTP =
Jumlah jam keperawatan
yang dibutuhkan x Rata – rata klien/hari x Jumlah hari/tahun
Jumlah hari libur/tahun – hari libur perawat/bulan x Jumlah jam kerja tiap
perawat
KTP = 4 X 3 X 365 = 12 X 365 = 4.380 = 8,5 = 8 orang

88 – 5 x 7 73 – 7 511
Metode lokakarya PPNI
Ket:
A = jumlah jam perawatan yang dibutuhkan oleh pasien per hari
52 minggu = 305 hari dalam setahun : 7
TT= Tempat tidur
BOR= persentase rata-rata jumlah tempat tidur yang digunakan selama periode
tertentu (1 periode tertentu)
Hari kerja efektif yang dihitung sebagai berikut:
= 365-(52 hari minggu+12 hari libur nasional+12 hari cuti tahunan)
= 289 hari : 7 hari 1 minggu
= 41 minggu
Total jam kerja perminggu = 48 jam
Komponen 25% yaitu tingkat penyesuaian terhadap produktivitas
Diketahui:
A = 12 jam
52 minggu
TT = 30
BOR = 24,68 = 24,7
Hari kerja = 41 minggu
Total jam kerja 1 minggu = 48 jam
Komponen 25 %
TP = (A x 52 minggu) x 7 hari ( TT x BOR) + 25 %
H kerja efektif x total jam kerja minggu

98
= (12 x 52) x 7 ( 30 x 24,7) + 25%
41 x 48
= ( 624) x 7 ( 741) + 25 %
4.968
= 624 x 5.187 + 25 %
4.968
= 3.236.688 + 25%
4968
= 651,5 + 25 %
= 651,5 + 25 = 6,7 = 7
100

3.2.1.5 Tingkat Ketergantungan Pasien dan Kebutuhan Tenaga Perawat


Tingkat ketergantungan pasien berdasarkan teori D.Orem Self Care
Deficit di ruang safir rumah sakit umum Avisena yaitu partial care memerlukan
bantuan perawat sebagian: membutuhkan bantuan 1 orang untuk naik turun
tempat tidur, membutuhkan bantuan untuk ambulasi atau berjalan, membutuhkan
bantuan dalam menyiapkan makanan, membutuhkan bantuan untuk makan
(disuap), membutuhkan bantuan untuk berpakaian dan berdandan, dan
membutuhkan bantuan untuk BAB dan BAK (tempat tidur atau kamar mandi)
serta observasi tanda-tanda vital setiap 6 jam.
3.2.1.6 Jumlah Pasien dan Kasus Terbanyak
Selama 3 bulan terakhir pada tahun 2020, Jumlah pasien sebanyak 2169
pasien dan jumlah kasus terbanyak di ruang Safir yaitu dengan total banyak
pasien Diare 45%, DHF 19%, tipoid 15%, GEA 11%, dan BP 10%.

99
3.2.1.7 Alur Pasien Masuk

Pasien Datang

Skrinning Non
Medis

Poliklinik Rawat Instalasi gawat Klinik Utama


Jalan darurat/ponek

Administrasi di adminision rawat inap

Instalasi Rawat INAP


Kelas perawatan : kelas I, II, III
Ruang Perawatan Intensif

PASIEN DENGAN
JAMINAN
Pasien Umum (TUNAI)

PEMBAYARAN KASIR PENYELESAIAN

PULANG MENINGGAL RUJUK RUMAH SAKIT


LAIN

KAMAR JENAZAH PULANG

100
3.2.2 Money
1) Adanya tunjangan hari raya yang nilainya sesuai dengan kebijakan dari
Rumah Sakit.
2) Sumber dana berasal dari dana pribadi saham.
3) Kebutuhan bagi ruangan diajukan oleh Ka.ru
4) Biaya khusus untuk pemeliharaan alat kesehatan tidak disediakan, tetapi jika
ada alat rusak ka. ru akan mengajukannya kepada pihak rumah sakit.
5) Batasan gaji disesuaikan dengan UMR
6) Adanya jaminan kesehatan bagi karyawan tetap bekerjasama dengan asuransi
BPJS.
7) Pembagian gaji untuk karyawan tetap diberikan setiap awal bulan.
8) Tidak ada anggaran biaya keseluruhan pendidikan bagi karyawan untuk
melanjutkan pendidikan.
9) Adanya program insentif bagi karyawan per 3 bulan.
10) Adanya jaminan pelayanan kesehatan dari RS.
11) Adanya reward berupa Gathering untuk perawat yang penilaiannya bagus
12) Program unggulan rumah sakit yaitu di keperawatan anak dan obgyn
13) Terdapat pelatihan peningkatan SDM yang didanai oleh pihak rumah sakit
14) Jenis pembayaran pasien bisa umum dan BPJS
3.2.3 Method
1) Metode penugasan yang dilakukan di ruang safir emerald menggunakan
metode tim. Metode tim merupakan pemberian asuhan keperawatan yang
mencirikan sekelompok tenaga keperawatan yang memberikan asuhan
keperawatan yang di pimpin oleh seorang perawat profesional.
2) Model penugasan atau pemberian asuhan keperawatan yang digunakan telat
menggambarkan tentang tanggung jawab dan kewenangan perawat dalam
menyelesaikan asuhan.
3) Dalam melaksanakan asuhan keperawatan perawat telah menerapkan prinsif
etik.
4) Supervisi klinik asuhan keperawatan telah diterapkan diruangan secara umum

101
5) Ruangan telah memiliki format pengkajian keperawatan yang baku, daftar
masalah untuk diagnosa, perencanaan, catatan keperawatan dan implementasi
dan evaluasi. Juga ruangan sudah melakukan dokumentasi dengan konsisten.
6) Pelayanan yang diberikan di ruangan sesuai dengan perencanaan yang di buat
oleh perawat pelaksana.
7) Kebijakan RS memberikan kewenangan kepada kepala ruangan utnuk
mengatur jadwal dinas.
8) Bidang keperawatan memiliki memiliki program rapat koordinasi teknis
dengan staf dan kepala ruangan tiap bulan.
9) Penerapan model MAKP di ruang SAFIR DAN EMERALD Lt IV RSU
AVISENA dilaksanakan dengan menggunakan metoda Tim.
10) Prosedur timbang terima dilakukan pada setiap shift jaga.
11) MAKP dengan menggunakan metode tim.
12) Kebijakan RS memberikan kewenangan kepada Kepala ruangan untuk
mengatur jadwal dinas.
13) Ronde keperawatan sesuai dengan standar.
14) Discharge planning dilaksanakan pada saat pasien diperbolehkan pulang.
15) Dokumentasi keperawatan yang berlaku saat ini adalah berorientasi pada
diagnosa medis. Pendokumentasian keperawatan yang meliputi pengkajian
keperawatan, NCP (Nursing Care Plan), implementasi keperawatan, catatan
perkembangan dan evaluasi keperawatan. Dokumentasi belum menggunakan
system SIMRS yang terhubung melalui komputer di ruangan tetapi untuk data
penunjang sudah menggunakan system SIMRS.
16) Sudah ada supervisi keperawatan secara umum
17) Adanya timbang terima di tempat ners station pada setiap pergantian shif
serta dilakukan pengecekkan keliling ke setiap kamar pasien
3.2.4 Material
1) Sarana dan prasarana petugas Kesehatan
Fasilitas untuk petugas kesehatan terdiri atas ruang tindakan, ruang
penyimpanan dan menyiapkan obat, terdapat WC khusus petugas kesehatan,
ruang peenyimpanan alat tenun, meja tulis, nurse station dan kursi sudah

102
tersedia bagi petugas kesehatan. Sudah tersedianya komputer untuk melihat
data pasien dan dokumentasi perawat lainnya seperti SOP dan lain-lain.Untuk
fasilitas petugas kesehatan diruang SAFIR DAN EMERALD masih ada
ruangan-ruangan yang belum ada diantaranya, ruangan dokter dan ruangan
untuk mahasiswa.
2) Adanya persaingan mutu pelayanan antar Rumah Sakit yang secara langsung
maupun tidak langsung mempengaruhi aspek pelayanan kesehatan.
3) Semakin tinggi kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan
4) Sarana dan prasarana untuk pasien.
5) Peralatan dan bahan ruang safir dan emerald
No Nama Barang Jumlah Kondisi
1 Brankar 1 Baik
2 Kursi roda 1 Baik
3 Bak instrumen besar 1 Baik
4 Bak instrumen sedang - -
5 Bak instrumen kecil - -
6 Tromol besar 1 Baik
7 Tromol sedang 1 -
8 Tromol kecil - -
9 Gunting tajam lurus - -
10 Gunting verban 2 -
11 Gunting aff hecting - -
12 Gunting biasa 2 Baik
13 Gunting kecil - -
14 Tongue spatel/ sudip lidah - -
15 Koher - -
16 Skapel - -
17 Bisturi - -
18 Arteri klem - -
19 Korentang - -

103
20 Tempat korentang - -
21 Pincet cirurgis - -
22 Pincet anatomis - -
23 Bengkok 1 Baik
24 Kom kecil 1 Baik
25 Kom sedang 2 Baik
26 Gelas lidi waten - -
27 Gelas kapas alkohol - -
28 Tournoquet 3 Baik
29 Baskom besi 1 Baik
30 Baskom plastik 1 Baik
31 Troli 2 Baik
32 Baki 5 Baik

3.2.5 Marketing
1) Jumlah Pasien
Bulan Jumlah Pasien

September 2020 919

Oktober 2020 871

November 2020 665

Desember 2020 585

2) Bed Ocupancy Rate (BOR)


Bulan BOR

September 2020 76,25%

Oktober 2020 70,242%

November 2020 78,2%

Desember 2020 82,3 %

104
3) Average Length of Stay (AVLOS)
Bulan BOR

September 2020 3,6

Oktober 2020

November 2020 3,7

Desember 2020 3,6


Jumlah rata-rata rawat inap 3-4 hari
4) Kepuasan Pasien dan Kepuasan Perawat
a. Kepuasan Pasien
Dari hasil wawancara serta pengisian kuesionar mengenai kepuasan pasien
terdapat 15 pasien yang dikaji terdapat 11 diantaranya mengatakan puas
dan 4 diantaranya mengatakan tidak puas.
b. Kepuasan Perawat
Dari hasil kuesioner kepuasaan perawat didapatkan 8 perawat mengatakan
cukup puas.
5) Data Sasaran Kepuasan Pasien
a. Ketepatan identitas pasien
b. Peningkatan komunikasi yang efektif
c. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai
d. Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi
e. Pengurangan resiko infeksi teerkait pelayanan kesehatan
f. Pengurangan resiko pasien jatuh
6) Bor R. Safir Rumah Sakit Umum Avisena

Ket : BOR =

LOS =

TOI =

105
3.2.6 Matrix Tabel
M1 : MAN
NO UNSUR MENJAEMEN BOBOT NILAI RATING KET
YANG DIKAJI
STRENGTHS
1 Terdapat kerja tim yang 0,1 4 0,4 ANALISA
baik (S-W)
2 Pelayanan yang baik 0,1 4 0,4 (2,6-5= -2,4)
terhadap pasien
3 Pemberian informasi yang 0,2 4 0,8
lengkap
4 Perawat sudah mengikuti 0,1 3 0,3
pelatihan, workshop dan
seminar
5 Skill atau kemampuan 0,2 4 0,8
perawat sudah
berkompeten
6 Memiliki kepala ruangan, 0,1 3 0,3
ketua tim setiap shift dan
perawat pelaksana pada
setiap shif pagi, siang, dan
malam
7 Kepala ruangan mampu 0,1 3 0,3
memanage ruangan
8 Kepala ruangan dikepalai 0,1 3 0,3
oleh D3 keperawatan
TOTAL 1 31 2,6
WEAKNESS
1 Jenjang pendidikan yang 0,4 4 1,6
kurang
2 Tidak ada pembagian tugas 0,4 4 1,6
3 Kurangnya motivasi kerja 0,3 3 0,9
4 Kurangnya motivasi untuk 0,3 3 0,9
melanjutkan pendidikan
TOTAL 1,4 14 5
OPPORTUNITY
1 Adanya peluang untuk 0,3 3 0,9 ANALISA
menjadi PNS (O-T) (2,9-
2 Adanya kebebasan dari 0,3 2 0,6 3,2 = -0,3)
rumah sakit untuk
pengembangan karir
kejenjang lebih tinggi
3 Adanya kesempatan bagi 0,2 2 0,4
perawat untuk meningkatkan

106
kemampuan melalui program
pedidikan dan pelatihan
berkelanjutan
4 Kerja tim yang baik 0,1 4 0,4
membuat pekerjaan menjadi
lebih baik
5 Bisa bersaing mendapatkan 0,2 3 0,6
posisi yang lebih tinggi
TOTAL 1,1 14 2,9
THREATS
1 Banyak saingan kerja yang 0,4 2 0,8
pendidikannya lebih tinggi
2 Saingan yang lebih ketat 0,3 2 0,6
antar pekerja
3 Pendidikan dan wawasan 0,4 3 1,2
masyarakat terhadap
kesehatan semakin
meningkat
4 Tuntutan pasien dan 0,2 3 0,6
masyarakat untuk
memperoleh perawatan yang
profesional
TOTAL 1,3 10 3,2

M2 : METHOD
NO UNSUR MENJAEMEN BOBOT NILAI RATING KET
YANG DIKAJI
STRENGTHS
1 Metode asuhan 0,1 4 0,4 ANALISA
keperawatan menggunakan (S-W)
metode tim. (4,3-5,3= -1)
2 Operan shift dilakukan di 0,1 4 0,4
ners stasion
3 Pendokumentasian pasien 0,2 4 0,8
lengkap dan sesuai format
dan SPO yang berlaku
4 Terlaksananya komunikasi 0,1 4 0,4
yang baik dengan profesi
kesehatan lain
5 Penerimaan pasien baru 0,1 4 0,4
diruang safir emerald
melalui operan antara
perawat di IGD/Poli ke

107
perawat ruangan safir dan
emerald, lalu melakukan
obeservasi dan melakukan
tanda tanda vital
6 Adanya timbang terima di 0,1 3 0,3
ruang safir dan emerald,
alur timbang terima
dilakukan di nurse stasion.
7 Adanya rencana harian 0,1 4 0,4
perawat
8 Pemberian obat 0,2 3 0,6
berdasarkan 7B (benar
nama, benar obat, benar
pasien, benar dosis, benar
waktu, benar dokumentasi,
benar perawat)
9 Dokumentasi keperawatan 0,2 3 0,6
sebagai bukti otentik aspek
legal etik asuhan
keperawatan
TOTAL 1,2 33 4,3
WEAKNESS
1 Mekanisme penugasan untuk 0,4 4 1,6
meningkatkan pengetahuan
seperti jurnal, konsultasi,
ronde keperawatan kurang
2 Kurang adanya program 0,4 4 1,6
jenjang karir di ruangan
3 Dalam pemenuhan KDM 0,2 3 0,6
pasien belum dilakukan
secara maksimal
4 Dalam MPKP terdapat 0,3 3 0,9
kesejangan antara timbang
terima diruangan dengan
teori
5 Belum ada perawat yang 0,2 3 0,6
mingikuti pelatihan MPKP
TOTAL 1,5 17 5,3
OPPORTUNITY
1 Memberikan pemahan yang 1 3 3 ANALISA
baik dan berkomunikasi baik (O-T) (5-5 =
dengan pasien atau keluarga 0)
2 Rencana dan kegiatan 0,2 3 0,6
tersusun dengan baik

108
3 Memberikan pemahan yang 0,2 3 0,6
baik
4 Adanya mahasiswa yang 0,1 4 0,4
sedang praktik
5 Adanya pengembangan 0,2 2 0,4
kebijakan mengenai
dokumentasi askep menurut
SDKI(standar diagnose
keperawatan Indonesia
TOTAL 1,7 15 5
THREATS
1 Banyaknya metode yang 1 3 3
lebih efektif
2 Resiko tidak efetifnya 1 2 2
asuhan keperawatan
TOTAL 2 5 5

M3 : MATERIAL
NO UNSUR MENJAEMEN BOBOT NILAI RATING KET
YANG DIKAJI
STRENGTHS
1 Pasien bisa memilih 0,05 3 0,15 ANALISA
ruangan sesuai dengan (S-W)
kemampuan ekonomi yang (2,63-2,3=
dimiliki dan tidak ada 0,33)
pemberatan adaministrai
terhadap pasien.
2 Diruang safir dan emerald 0,06 3 0,18
tersedia ruang nurse
station, ruang ganti
perawat, ruang tenun,
ruang penyimpanan obat,
ruang tindakan, ruang
penyiapan obat, serta toilet
3 Ruang safir dan emerald 0,05 3 0,15
terdiri dari 4 kamar, kelas
1 dimana setiap kamarnya
terdiri dari 2 tempat tidur,
kelas 2 terdiri dari 5
tempat tidur, kelas 3 terdiri
dari 10 tempat tidur dan
ruang VIP terdiri 5 kamar
dan 5 tempat tidur.
4 Disetiap ruangan terdapat 0,05 2 0,1

109
toilet yang di lengkapi
closet duduk
5 Jenis tempat tidur di ruang 0,05 3 0,15
safir dan emerald
difasilitasi dengan tempat
tidur yang otomatis
6 Di setiap ruangan di 0,05 3 0,15
fasilitasi bel yang bisa
terhubung langsung ke
nurse station
7 Terdapat satu pesawat 0,05 3 0,15
telepon, papan struktur dan
tempat sampah infeksius
dan non infeksius di nurse
stasion
8 Alat-alat kesehatan 0,05 4 0,20
lengkap
9 Terdapat cuci tangan 0,05 3 0,15
kering pake (alcohol) di
setiap ruangan
10 Tempat sterilisator alat 0,05 3 0,15
berada di CSSD
11 Terdapat satu wastafel di 0,05 3 0,15
nurse station
12 Mempunyai tempat 0,05 4 0,20
sampah untuk infeksius
dan non infeksius
13 Mempunyai tempat 0,05 4 0,20
sentralisasi obat
14 Dengan tersedianya alat 0,05 4 0,20
yang cukup memfasilitasi
perawat untuk memberikan
pelayanan yang sesuai
dengan Standar
Operasional Prosedur
(SOP)
15 Terdapat ruang dispensing 0,05 3 0,15
obat
16 Terdapat ruang untuk 0,05 4 0,20
dekontaminasi
TOTAL 0,8 52 2,63
WEAKNESS
1 Tidak semua tempat tidur 0,2 4 0,8
terdapat oksigen central

110
2 Belum adanya leaflet kasus 5 0,1 4 0,4
besar di ruang safir
3 Tidak berjalannya labeling 0,1 3 0,3
resiko jatuh
4 Tidak mempunyai eskap 0,1 4 0,4
5 Tidak mempunyai troly 0,1 4 0,4
pispot
TOTAL 0,6 19 2,3
OPPORTUNITY
1 Mendapakan dukungan 0,5 3 1,5 ANALISA
logistic dari pemerintah (O-T) (5-3,5
Depkes = 1,5)
2 Menjadi salah satu rumah 0,5 4 2
sakit ssebagai lahan praktik
mahasiswa
3 Adanya harapan dari pihak 0,5 3 1.5
RS untuk menjadikan RSU
AVISENA sebagai RS
pendidikan
TOTAL 1,5 10 5
THREATS
1 Persaingan rumah sakit baik 0,5 2 1,0
luar negeri maupun dalam
negeri
2 Tidak ada peluang bagi 0,5 2 1,0
keluarga pasien untuk
memberikan saran
3 Rumah sakit bersaing dengan 0,5 3 1,5
rumah sakit lain yang
memiliki alat-alat kesehatan
yang lebih canggih.
TOTAL 1,5 7 3,5

111
M4 : MONEY
NO UNSUR MENJAEMEN BOBOT NILAI RATING KET
YANG DIKAJI
STRENGTHS
1 Terdapat reward bagi 0,4 4 1,6 ANALISA
karyawan (S-W)
2 Gaji karyawan ada dan 0,3 4 1,2 (10,8-4=
dibayarkan setiap bulannya 6,8)
3 Terdapat jaminan kesehatan 0,3 4 1,2
yaitu BPJS
4 Terdapat tunjangan hari 0,4 4 1,6
raya
5 Adanya insentif yang 0,3 4 1,2
diberikan kepada karyawan
6 Kebutuhan diruangan 0,3 4 1,2
dilaporkan terlebih dahulu
kepada KaNit
7 Terdapat Pelatihan 0,4 4 1,6
peningkatan SDM yang
didanai oleh pihak RS
8 Program unggulan rumah 0,3 4 1,2
sakit yaitu di keperawatan
anak dan obgyn
TOTAL 2,7 32 10,8
WEAKNESS
1 Belum terdapat penelitian di 0,3 2 0,6
dalam rumah sakit
2 Penghasilan pegawai tidak 0,3 3 0,9
semua disesuaikan dengan
UMR
3 Tidak terdapat perbedaan 0,3 3 0,9
pendapatan antara strata
pendidikan keperawatan ners
dan diploma
4 Tidak adanya biaya 0,4 4 1,6
pendidikan bagi karyawan
untuk meneruskan jenjang
sekolah
TOTAL 1,3 12 4
OPPORTUNITY
1 Adanya jaminan kesehatan 0,5 4 2 ANALISA
dibayar sebagian oleh rumah (O-T) (4-3 =
sakit untuk karyawan dan 1)
keluarga

112
2 Terdapat tunjangan hari raya 0,5 4 2
dan tunjangan akhir tahun
yang nilainya yaitu 100%
dari uang gaji pokok : diganti
gaji 13 dan 14
TOTAL 1 8 4
THREATS
1 Perawat merasa tidak puas 0,5 3 1,5
dengan pendapatan yang
diterima
2 Resiko resignnya perawat 0,5 3 1,5
TOTAL 1 6 3

M5 : MARKETING
NO UNSUR MENJAEMEN BOBOT NILAI RATING KET
YANG DIKAJI
STRENGTHS
1 Jumlah pasien 3 bulan 0,3 3 0,9 ANALISA
terakhir (S-W)
(4,7-2,15=
2 Adanya visi misi rumah 0,3 4 1,2
2,55)
sakit
3 Adanya program 0,3 4 1,2
pengembangan pelayanan
keperawatan sebagai bagian
pengembangan pelayanan
rumah sakit
4 Bidang keperawatan 0,1 2 0,2
memiliki strategi
keperawatan 5 tahun ke
depan
5 Dokumentasi keperawatan 0,3 4 1,2
sebagai bukti otentik aspek
legal etik asuhan
keperawatan
TOTAL 1,3 15 4,7
WEAKNESS
1 Belum adanya leaflet kasus 5 0,25 3 0,75
besar di ruang safir
2 Tidak berjalannya labeling 0,20 4 0,80
resiko jatuh

113
3 Kurang optimalnya 0,20 3 0,60
pengkajian resiko jatuh
diruangan
TOTAL 0,65 10 2,15
OPPORTUNITY
1 Adanya kerjasama dengan 1 4 4 ANALISA
institusi pendidikan. (O-T) (11-
2 Menjadi salah satu rumah 1 4 4 5,1 = 5,9)
sakit ssebagai lahan praktik
mahasiswa
3 Banyak masyarayat terdekat 1 3 3
yang datang utuk berobat
TOTAL 3 11 11
THREATS
1 Persaingan rumah sakit baik 0,6 4 2,4
luar negeri maupun dalam
negeri
2 Tidak ada peluang bagi 0,4 3 1,2
keluarga pasien untuk
memberikan saran
3 Resiko terjadinya pasien 0,5 3 1,5
jatuh
TOTAL 1,5 10 5,1

3.3 PRIORITAS MASALAH


Prioritas masalah secara umum di ruangan Safir dan Emerald RSU
Avisena.
No Masalah Skoring Analisa SWOT Jumlah
IFAS EFAS
1 MAN -2,4 -0,3 -24,3
2 METHODE -1 0 -1
3 MATERIAL 0,33 1,5 1,83
4 MONEY 6,8 1 7,8
5 MARKETING 2,55 5,9 8,45

114
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa masalah paling
menonjol dari ruang safir dan emerald Lt 3 RSU Avisena adalah pada marketing
sedangkan menurut prioritas masalah manajemen keperawatan di ruang safir dan
emerald Lt 3 RSU Avisena adalah material, man, methode, marketing dan money.

115
3.4 Planning Of Action (Poa)
Penanggun
No Masalah Tujuan Kegiatan Tgl Sasaran
g Jawab
1. MAN Untuk menambah Memberikan motivasi Senin, Ka.Ru, Ka Kelompok 2
Kurangnya pengetahuan dan dan berdiskusi mengenai 25/01/2021 Tim dan
motivasi untu motivasi terhadap para jenjang pendidikan perawat
melanjutkan pekerja untuk selanjutnya pelaksana
pendidikan melanjutkan kejenjang
pendidikan
selanjutnya
2. METODE untuk lebih efektik Mendiskusikan dan Selasa, Ka.Ru, Ka Kelompok 2
Kurangnya dan penting untuk membuat 26/01 2021 Tim dan
pendokumentasia perawat mengetahui pendekomentasiannya perawat
n cairan input dan cairan yang masuk pelaksana
output cairan dan keluar.
pada pasien
3. MONEY Untuk memanage Mendiskusikan dan Rabu, Ka.Ru, Ka Kelompok 2
Mengadakan uang keuangan dan bisa melaksanakan 27/01/ 2021 Tim dan
kas ruangan dipakai untuk penyimpanan uang kas perawat

116
keperluan ruangan dan perminggu atau perbulan pelaksana
perawat
4. MARKETING Agar dapat Meningkatkan kepatuhan Rabu, Ka.Ru, Ka Kelompok 2
Tidak berjalannya meminimalisir perawat dalam 27/01/ 2021 Tim dan
labeling resiko kejadian pasien jatuh pelaksanaan labeling perawat
jatuh resiko jatuh pelaksana
5. MATERIAL Agar terdapatnya Mengusulkan untuk Kamis,28/0 Ka.Ru, Ka Kelompok 2
Tidak tersedianya kenyamanan antara pembuatan ruang tunggu 1/2021 Tim dan
ruang pasien,keluarga,maup dan merapikan ruangan perawat
tunggu,kurang un perawat pelaksana
apinya ruangan
dan tempat
penyimpanan

117
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2004. Keputusan Mentri Kesehatan


Nomor 81 Tahun 2004 Tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan
Sumber Daya Manusia Kesehatan Di Tingkat Provinsi Kabupaten atau
Kota Serta Rumah Sakit. Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Perlengkapan Untuk
Pengembangan Indikator Beban Kerja Petugas (WISN) Untuk
Memperbaiki Perencanaan dan Manajemen Tenaga Kerja Kesehatan
Dalam Sistem Kesehatan Yang di Desentralisasi. Jakarta.
Kozier B, Berman A, Snyder S. Fundamental keperawatan konsep, Proses &
Praktik. Jakarta: EGC; 2010.
Mugianti, S. Manajemen dan kepemimpinan dalam praktik keperawatan. Jakarta:
Pusdik SDM Kesehatan; 2016.
Nursalam. Metodologi penelitian ilmu keperawatan: pendekatan praktis. Jakarta;
Salemba Medika; 2013.
Nursalam. Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan
Profesinal Edisi 4. Jakarta : Salemba medika; 2014.
Rifiani N, Sulihandri H. Prinsip-prinsip dasar keperawatan. Jakarta: Dunia cerdas;
2013.
Undang-Undang Republik Indonesia No 44 Tahun 2014 tentang Rumah Sakit.
[Serial Online]. [cited 2018 Desember 19]; Available from URL:
http://www.depkes.go.id/resources/download/peraturan/UU%20No.%20
44%20Th%202009%20ttg%20Rumah%20Sakit.PDF

118

Anda mungkin juga menyukai