Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara umum angka kematian berhubungan erat dengan angka

kesakitan karena biasanya berasal dari akumulasi akhir dari berbagai

penyebab kematian. Peristiwa kematian yang terjadi dalam suatu wilayah

dapat menggambarkan derajat kesehatan di wilayah tersebut. (Dinkes, 2016)

Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 59 Tahun 2017 tentang

Pelaksanaan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan yang diterbitkan pada 4 Juli

2017 menunjukkan konsistensi pemerintah untuk melembagakan agenda

SDGs ke dalam program pembangunan nasional. Perpres tersebut

menekankan keterlibatan seluruh pemangku kepentingan, melalui empat

platform partisipasi, yaitu pemerintah dan parlemen, filantropi dan bisnis,

ormas, akademisi dan pakar dalam rangka menyukseskan pelaksanaan agenda

SDGs. SDGs berisi 17 tujuan dan 169 sasaran pembangunan yang diharapkan

dapat menjawab ketertinggalan pembangunan negara–negara di seluruh

dunia, baik di negara maju dan negara berkembang. Sektor kesehatan pada

SDGs terdapat 4 Goals, 19 Target dan 31 Indikator salah satu isi dari goals

tersebut yaitu untuk mengurangi AKI hingga di bawah 70 per 100.000 KH.

(Anggraini, 2017)

Menurut data dari Dinas Kesehatan Provinsi Jabar dan Profil

Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2014, Angka Kematian Ibu (AKI) terdapat

1
2

748 kasus kematian ibu dari 951.319 kelahiran hidup. Melengkapi hal

tersebut, data laporan dari kota Bandung terdapat 30 kasus kematian ibu dari

42.181 kelahiran hidup, sedangkan untuk kabupaten Bandung terdapat 48

kasus kematian ibu dari 64.849 kelahiran hidup. (DinKes, 2014)

Penyebab kematian ibu yang utama adalah perdarahan 28.5% dan

dapat terjadi dalam saat persalinan maupun periode post partum. Kejadian

perdarahan pada saat persalinan menunjukkan manajemen proses persalinan

tahap ketiga kurang baik dan pelayanan emergensi obstertrik serta perawatan

neonatal tidak tepat waktu. Sedangkan penyebab perdarahan pada periode

post partum biasanya disebabkan oleh retensio placenta dan atonia uteri.

Penyebab kematian ibu yang kedua adalah eklansi yaitu sebesar 13%.

Sedangkan penyebab kematian ibu yang lain adalah aborsi yang tidak aman

11%, partus lama 5% serta sepsis 10%. Sedangkan penyebab kematian tidak

langsung dan menyebabkan resiko kematian ibu makin besar adalah karena

anemia, KEK dan penyakit menular (DinKes, 2016)

Perdarahan postpartum yang terjadi dalam 24 jam pertama setelah

selesainya kala III persalinan, sedangkan sekunder (tertunda) perdarahan

postpartum terjadi setelah >24 jam. Diakui oleh ahli patologi bedah umum,

subinvolusi dari situs plasenta (plasenta vaskular subinvolusi atau subinvolusi

arteri uteroplasenta) merupakan konstributor penting untuk perdarahan

postpartum sekunder. Perdarahan postpartum akhir dapat terjadi akibat

subinvolusi uterus. Penyebab-penyebab yang diketahui dapat menyebabkan

subinvolusi meliputi fragmen plasenta yang tertahan dan infeksi panggul.


3

Tanda dan gejala meliputi pengeluaran lokia yang memanjang, perdarahan

ireguler atau dalam jumlah banyak, dan terkadang hemoragik.

Pelayanan kesehatan bagi ibu nifas sebagaimana dimaksud pada

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 97 Tahun 2014,

dilakukan paling sedikit 3 (tiga) kali selama masa nifas. Pada pasal 3 (tigas),

pelayanan kesehatan bagi ibu dilakukan dengan ketentuan waktu pemeriksaan

meliputi: 1 (Satu) kali pada periode 6 (enam) jam sampai dengan 3 (tiga) hari

pascapersalinan; 1 (Satu) kali pada periode 4 (empat) hari sampai dengan 28

(dua puluh delapan) hari pascapersalinan; dan 1 (Satu) kali pada periode 29

(dua puluh sembilan) hari sampai dengan 42 (empat puluh dua) hari

pascapersalinan. (MenKes, 2014)

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Dasuki, Rumekti, et all

(2008) tentang penatalaksanaan perdarahan post partum pada persalinan lama.

Dari hasil penelitian disimbulkan bahwa upaya untuk mencegah terjadinya

perdarahan post partum adalah dengan memperbaiki kontraksi uterus yaitu

melalui pemijatan oksitosin maupun dengan pemberian oksitosin.

(Hamranani, 2015)

Menurut penelitian Stanton et al, upaya penanganan perdarahan

postpartum adalah dengan pemberian oksitosin, dimana oksitosin mempunyai

peranan penting dalam merangsang kontraksi otot polos uterus sehingga

perdarahan dapat teratasi. Hasil dari penelitiannya menunjukkan rata-rata

jumlah perdarahan setelah plasenta lahir yang diberikan injeksi oksitosin


4

lebih sedikit dibandingkan tanpa diberikan injeksi oksitosin. (Sarli et al.,

2015)

Hormon oksitosin berguna untuk memperkuat dan mengatur kontraksi

uterus, mengompresi pembuluh darah dan membantu hemostasis ibu sehingga

mengurangi kejadian atonia uteri terutama pada persalinan lama. Kontraksi

uterus yang kuat akan mengakibatkan proses involusi menjadi lebih bagus.

(Cuningham, 2016)

Pijat oksitosin adalah suatu tindakan pemijatan tulang belakang mulai

dari nervus ke 5-6 sampai scapula yang akan mempercepat kerja saraf

parasimpatis untuk menyampaikan perintah ke otak bagian belakang sehingga

oksitosin keluar. Efek fisiologis dari pijat oksitosin ini adalah merangsang

kontraksi otot polos uterus baik pada proses saat persalinan maupun setelah

persalinan sehingga bisa mempercepat proses involusi uterus (Hamranani,

2015)

Catatan Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat menyatakan bahwa

penyebab kematian ibu terbesar yaitu perdarahan (26,96%), eklamsia

(26,96%), infeksi jalan lahir (6,09), dan lain-lain (26,9%) (Dinas Kesehatan

Propinsi Jawa Barat, 2017).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka dapat di ambil rumusan masalah yaitu

“ Bagaimana Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Involusi Uterus Pada Ibu

Post Partum Di Puskesmas Cimahi Selatan Kota Cimahi Tahun 2020 “.


5

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Involusi Uterus Pada Ibu

Post Partum Di Puskesmas Cimahi Selatan Kota Cimahi Tahun 2020.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui pelaksanaan Pijat Oksitosin Di Puskesmas Cimahi

Selatan Kota Cimahi Tahun 2020

2. Mengetahui Involusi Uterus Pada Ibu Post Partum Di Puskesmas

Cimahi Selatan Kota Cimahi Tahun 2020.

3. Mengetahui Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Involusi Uterus Pada

Ibu Post Partum Di Puskesmas Cimahi Selatan Kota Cimahi Tahun

2020

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan dan keterampilan khususnya dibidang ilmu

kebidanan tentang pijat pengaruh pijat oksitosin terhadap involusi uteri.

1.4.2 Manfaat Bagi Institusi

Menambah bahan bacaan dan sumber kepustakaan dalam meningkatkan

pengetahuan, keterampilan, serta wawasan mahasiswa.

1.4.3 Manfaat Bagi Lahan Penelitian

Menambah pengetahuan ibu nifas tentang pengaruh pijat oksitosin terhadap

involusi uterus pada ibu nifas.

Anda mungkin juga menyukai