KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
rahmat dan karunia-Nya serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan
proposal Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “gambaran involusi uterus
berdasarkan status gizi dan paritas pada ibu postpartum di Puskesmas Cimahi
Selatan Kota Cimahi Tahun 2020”.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih yang
setulus-tulus nya dan rasa hormat yang sedalam-dalam nya kepada semua pihak
yang membantu, membimbing, memotivasi, dan memberikan saran dalam
menyelesaikan proposal tugas akhir ini, untuk itu penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Tonika Tohri, S.Kp., M.Kes., selaku Rektor Institut Kesehatan Rajawali.
2. Istianah S.Kep., Ners., M.Kep, selalu Dekan Fakultas Keperawatan dan
Kebidanan
3. Erni Hernawati, S.S.T.,M.M.,M.Keb, selaku wakil dekan fakultas
keperawatan dan kebidanan
4. Lia Kamila, S.S.T., M.Keb., selaku ketua Program Studi Kebidanan Institut
Kesehatan Rajawali Bandung.
5. Intan Karlina, S.S.T., M.Keb. Selaku Pembimbing utama Karya Tulis Ilmiah
yang telah memberikan ilmu yang tak terhingga dalam setiap bimbingan
Proposal Karya Tulis Ilmiah.
6. Fitri Puspita Sari, S.S.T.,M.Kes Selaku Pembimbing pendamping Karya Tulis
Ilmiah, yang selalu meluangkan waktu dan penuh sabar dalam memberikan
bimbingan selama proses penyusunan proposal Karya Tulis Ilmiah.
7. Puskesmas Cimahi Selatan Kota Cimahi, selaku tempat penelitian.
8. Rekan-rekan seperjuangan mahasiswa DIII Kebidanan tingkat III Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Rajawali Bandung yang senantiasa selalu memberikan
doa, dukungan dan semangatnya
v
9. Orangtua dan keluarga tercinta yang telah mendukung dan mendoakan selama
proses penyelesaian proposal karya tulis ilmiah ini.
Mengingat masih terbatasnya pengetahuan, kemampuan, dan pengalaman
yang penulis miliki, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak. Semoga proposal karya tulis ilmiah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN.......................................................................... ii
KATA PENGANTAR....................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ vii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang.................................................................................... 1
1.2. Identifikasi Masalah ........................................................................... 4
1.3. Rumusan Masalah .............................................................................. 6
1.4. Tujuan Penelitian ............................................................................... 6
1.5. Manfaat Penelitian ............................................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 8
2.1. Konsep Postpartum.............................................................................. 8
2.2. Nifas..................................................................................................... 11
2.3. Involusi Uterus .................................................................................... 15
2.4. Status Gizi ........................................................................................... 19
2.5. Paritas................................................................................................... 21
2.6. Kerangka Teori.................................................................................... 24
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 26
3.1. Rancangan Penelitian .......................................................................... 26
3.2. Keragka Penelitian .............................................................................. 26
3.3. Variabel Penelitian .............................................................................. 27
3.4. Definisi Operasional............................................................................ 28
3.5. Populasi , Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel.......................... 29
3.6. Tehnik Pengumpulan Data dan Prosedur Penelitian............................ 30
3.7. Rancangan Pengolahan dan Analisis Penelitian.................................. 30
3.8. Tempat dan Waktu Penelitian.............................................................. 31
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
3.1 Definisi Operasional……………………………………………………..…24
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Bagan 2.1. Kerangka Teori .............................................................................. 23
Bagan 3.1. Kerangka Penelitian ....................................................................... 25
ix
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
tinggi fundus uteri kira-kira satu jari bawah pusat (1 cm). Pada hari kelima
post partum uterus menjadi 1/3 jarak antara symphisis ke pusat. Dan hari ke
10 fundus sukar diraba di atas symphisis. tinggi fundus uteri menurun 1 cm
tiap hari. Secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) hingga akhirnya
kembali seperti sebelum hamil, juika involusi uterus yang tidak normal adalah
terlambatnya pengembalian uterus yang dapat disebabkan karena adanya
infeksi endometrium, adanya sisa plasenta, adanya bekuan darah, atau karena
mioma uteri sehingga menyebabkan perdarahan post partum, jika tidak
mendapatkan penanganan segera maka akan berdampak pada kematian ibu
(Bobak, 2015)
Dampak dari involusi uterus yang tidak normal adalah terlambatnya
pengembalian uterus yang dapat disebabkan karena adanya infeksi
endometrium, adanya sisa plasenta, adanya bekuan darah, atau karena mioma
uteri. Uterus ibu yang baru melahirkan jika diraba dari luar tinggi fundus uteri
kira-kira 1 jari dibawah pusat, sedangkan beratnya kira-kira 1 kilogram. Hal
ini disebabkan oleh banyaknya darah dari dinding rahim mengalir dalam
pembuluh-pembuluh darah yang membesar.Sampai hari ke-2 uterus masih
membesar dan setelah itu berangsur (Ambarwati, 2016)
Upaya pencegahan perdarahan post partum dapat dilakukan semenjak
persalinan kala 3 dan kala 4 dengan pemberian oksitosin. Hormon oksitosin
ini san gat berperan dalam proses involusi uterus. Proses involusi akan
berjalan dengan baik jika kontraksi uterus kuat, sehingga harus dilakukan
tindakan untuk memperbaiki kontraksi uterus (Cuningham, 2016)
Proses involusi uterus yang tidak normal merupakan salah satu jenis
komplikasi persalinan yang penyebab kematian ibu, yang merupakan
gangguan sebagai akibat langsung dari kehamilan dan persalinan yang
merupakan salah satu penyebab terjadinya perdarahan post partum. Untuk
mengatasi kejadian ini diperlukan langkah yang tepat dalam upaya
pencegahan, pengenalan secara dini gejala perdarahan serta menangani
perdarahan secara tepat (Hamranani. C, 2015
3
angka tersebut, diperoleh penyebabnya antara lain karena atonia uteri (50–
60%), sisa plasenta (23–24%), retensio plasenta (16-17%), laserasi jalan lahir
(4–5%), kelainan darah (0,5–0,8%). Di Indonesia perdarahan postpartum
menduduki tingkat teratas sebagai penyebab kematian ibu, yaitu sebesar 40%-
60% (Yeyeh, 2011).
WHO tentang AKI (Maternal Mortality Ratio/MMR per 100.000
kelahiran hidup) penyebab kematian salah satunya akbibat perdarahan yang
disebabkan kontraksi uterus dari 11.530 kasus kematian, kegagalan kontraksi
uterus menempati urutan tertinggi yaitu sebanyak 3.114 kasus disamping
penyebab lainnya seperti eklampsia, infeksi, komplikasi puerperium, dan lain-
lain (WHO, 2017). Di Indonesia Penyebab terbanyak perdarahan setelah
persalinan 50%-60% karena kelemahan atau tidak adanya kontraksi uterus
atau involusi uterus (Kemenkes, 2018). Di Provinsi Jawa Barat tahun 2018
sebesar 146 kasus kematian ibu Penyebab kematian ibu maternal dalam masa
nifas yaitu sebanyak 38 (26%) kasus disebabkan oleh gagalnya kontraksi
uteus atau yang disebut dengan gagalnya involusi uterus pada ibu nifas.
Berbagai faktor yang dapat menyebabkan atonia uteri, penelitian ini
sesuai dengan pernyataan teori Varney (2012) yang menyebutkan bahwa
penurunan tinggi fundus uteri dengan usia pada post partum suatu pengaruh
yang baik terhadap proses penyembuhan dan proses pemulihan kesehatan
sebelum hamil. Oleh karena itu sangat penting pula perhatikan pengawasan
terhadap tinggi fundus uteri, ibu yang paritasnya tinggi proses involusinya
lebih lambat karena semakin sering hamil uterus juga sering kali mengalami
regangan (Varney , 2012)
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan April 2020,
di Puskesmas Cimahi Selatan Kota Cimahi jumlah persalinan selama Tahun
2019 sebanyak 115 orang, didapatkan rujukan pasien ke Rumah sakit cukup
tiggi yang diakibatkan oleh kasus-kasus perdarahan yang diakibatkan oleh
involusi uterus sehigga menyebabkan masalah seperti sisa plasenta yang
mejadi salah satu penghampat proses involusi uterus.
6
1.4 Tujuan
1.4.1 Tujuan Umum
Mengetahui gambaran involusi uterus pada ibu post partum berdasarkan
status gizi dan paritas di Puskesmas Cimahi Selatan Kota Cimahi Tahun
2020.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui gambaran involusi uterus pada ibu post partum di
Puskesmas Cimahi Selatan Kota Cimahi Tahun 2020
2. Mengetahui gambaran involusi uterus pada ibu post partum
berdasarkan status gizi di Puskesmas Cimahi Selatan Kota Cimahi
Tahun 2020
3. Mengetahui gambaran involusi uterus pada ibu post partum
berdasarkan paritas di Puskesmas Cimahi Selatan Kota Cimahi Tahun
2020.
kebidanan tentang gambaran proses involusi uterus pada ibu post partum
berdasarkan status gizi dan paritas di Puskesmas Cimahi
1.5.2 Manfaat Praktis
a. Manfaat Bagi Peneliti
Sebagai Penerapan Ilmu Pengetahuan dan meningkatkan keterampilan
khususnya dibidang ilmu kebidanan tentang involusi uterus pada ibu
post partum berdasarkan status gizi dan paritas.
b. Manfaat Bagi Institusi
Menambah bahan bacaan dan sumber kepustakaan dalam meningkatkan
pengetahuan, keterampilan, serta wawasan mahasiswa tentang
gambaran proses involusi uterus pada ibu post partum berdasarkan
status gizi dan paritas di Puskesmas Cimahi
c. Manfaat Bagi Puskesmas Cimahi Selatan
Menambah pengetahuan ibu nifas tentang gambaran proses involusi
uterus pada ibu post partum berdasarkan status gizi dan paritas.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
8
9
2.2 Nifas
2.2.1 Pengertian Nifas
(Menurut Saifudin, 2015) Masa nifas dimulai setelah 2 jam
postpartum dan berakhir ketiak alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
sebelum hamil, biasanya berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari, namun
secara keseluruhan baik secara fisiologis maupun psikologis akan pulih
dalam waktu 3 bulan. Jiga secara fisiologis sudah terjadi perubahan pada
bentuk semula (sebelum hamil), tapi secara psikologis masih terganggu
maka dikatakan masa nifas tersebut belum berjalan dengan normal atau
sempurna.
Pada masa pascapersalinan, seorang ibu memerlukan :
1. Informasi dan konseling tentang:
a. Perawatan bayi dan pemberian ASI
b. Apa yang terjadi termasuk gejala adanya masalah yang
mungkin timbul
c. Kesehatan pribadi, hygiene, dan masa penyembuhan
d. Kehidupan seksual
e. Kontrasepsi
f. Nutrisi
2. Dukungan dari :
a. Petugas kesehatan
b. Kondisi ekonomi dan psikologis suami serta keluarganya
3. Pelayanan kesehatan untuk kecurigaan dan munculnya tanda
terjadinya komplikasi.
Hari ke-42 tinggi fundus seperti hamil dua bulan dan pada hari ke-56
tinggi fundus kembali normal. Curigai keabnormalitasan bila kondisi fundus
lembek dan berada diatas ketinggian fundus saat masa postpartum. (Bobak,
Lowdemilk &Jansen, 2014)
1. Iskemia miometrium
Disebabkan oleh kintraksi dan retraksi yang terus-menerus dari uterus
setelah pengeluaran plasenta membuat uterus relative anemia dan
menyebabkan serat otot atrofi.
2. Autolysis
Autolysis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi
didalam otot uterus. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot
yang telah sempat mengendur hingga panjangnya 10 kali dari semula dan
leher lima kali dari semula selama kehamilan atau dapat juga dikatakan
sebagai perusakan secara langsung jaringan hipertrofi secara berlebihan.
Hal ini disebabkan karena adanya penurunan hormone estrogen dan
progesterone.
3. Efek oksitosin
Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterin
sehingga akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan
berkurangnya suplai darah ke uterus, proses ini membantu untuk
mengurangi situs atau tempat implantasi plasenta serta mengurangi
perdarahan. Penurunan ukuran uterus yang cepat itu dicerminkan oleh
perubahan lokasi uterus ketika turun keluar dari abdomen dan kembali
menjadi organ pelvis.
Segera setelah proses persalinan puncak fundus kira-kira dua pertiga
hingga tiga perempat dari jalan atas diatara simfisis pubis dan umbilicus.
Kemudian naik ke tingkat umbilicus dalam beberapa jam dan bertahan
hingga satu dua hari dan kemudian secara berangsur-angsur turun ke
pelviks yang secara abdominal tidak dapat terpalpasi di atas simfisis
setelah sepuluh hari
Tabel 2.1 Perubahan Uterus Selama Masa Nifas
Involusi Tinggi Fundus Berat Uterus Diameter Keadaan
Uteri (gr) Bekas Serviks
Melekat
Plasenta (cm)
Bayi Lahir Setinggi pusat 1000
18
d. Paritas
Oxytocin, estrogen dan prostaglandin bekerja sebagai simutan dalam
memberikan rangasangan kuat myometrium umtuk berkontraksi sehigga
menyebabkan runtuhnya sel-sel endometrium dan bercampur dengan
sekresi cairan uterus yang dihasilkan oleh sel-sel kelenjar endometrium.
Berlangsungnya proses kontraksi ritmik yang diikuti pengeluaran runtuhan
sel-sel endometrium dan sekresi cairan uterus pasca partus menyebabkan
pengeluaran lochea. Volume dan kondisi pori-pori pembuluh darah uterus
nulipara lebih besar sehingga proses pengeluaran lochea lebih cepat
dibandingkan primipara. Hasil penellitian mengungkapkan bahwa paritas
ibu memengaruhi lamanya pengeluaran lochea, semakin tinggi paritas
semakin cepat proses pengeluaran lochea. Akan tetapi karena kondisi otot
rahim pada ibu bersalin multipara cenderung sudah tidak terlalu kuat maka
proses involusi berjalan lebih lambat.)
hasil P=0,012, ada hubungan antara status gizi dengan proses involusi uteri
di BPS. ArtinBasuki Surabaya.
2.5 Paritas
2.5.1 Pengertian Paritas
Menurut (Sarwono, 2016) Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup
yang dipunyai oleh seorang perempuan (BKKBN, 2016) Menurut
(Sarwono, 2016), Paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan ibu. Proses
pemulihan uterus pasca persalinan atau involusi sedikit berbeda antara
primipara dengan multipara. Pada primipara ditunjukkan dengan kekuatan
kontraksi uterus lebih tinggi dan uterus teraba keras. Sedangkan pada
multipara kontraksi dan relaksasi uterus berlangsung lebih lama sehingga
lebih di intensifkan untuk menyusui
Menurut (Sarwono, 2016), sampai dengan paritas tiga rahim ibu bisa
kembali seperti sebelum hamil. Setiap kehamilan rahim mengalami
pembesaran, terjadi peregangan otot-otot rahim selama 9 bulan kehamilan.
Akibat regangan tersebut elastisitas otot-otot rahim tidak kembali seperti
sebelum hamil setelah persalinan. Semakin sering ibu hamil dan
melahirkan, semakin dekat jarak kehamiilan dan kelahiran, elastisitas
uterus semakin terganggu, akibatnya uterus tidak berkontraksi secara
sempurna dan mengakibatkan lamanya proses pemulihan organ reproduksi
(involusi uterus) pasca salin
2.5.2 Klasifikasi Paritas
Berdasarkan jumlahnya, maka paritas seorang perempuan dapat
dibedakan menjadi:
1) Nullipara
Nullipara adalah perempuan yang belum pernah melahirkan anak
sama sekali (Manuaba, 2015)
2) Primipara
Primipara adalah perempuan yang telah melahirkan seorang anak,
yang cukup besar untuk hidup didunia luar (Verney, 2016)
22
3) Multipara
Multipara adalah perempuan yang telah melahirkan seorang anak
lebih dari satu kali (Prawirohardjo, 2016)
Multipara adalah perempuan yang telah melahirkan dua hingga
empat kali (Manuaba, 2015)
4) Grandemultipara
Grandemultipara adalah perempuan yang telah melahirkan 5 orang
anak atau lebih dan biasanya mengalami penyulit dalam kehamilan
dan persalinan (Manuaba, 2015)
Grandemultipara adalah perempuan yang telah melahirkan lebih dari
lima kali (Verney, 2016)
Grandemultipara adalah perempuan yang telah melahirkan bayi 6
kali atau lebih, hidup atau mati (Rustam, 2015)
Paritas mempengaruhi involusi uterus, otot-otot yang terlalu sering
terenggang memerlukan waktu yang lama. Paritas pada ibu yang
mempunyai anak lebih dari satu (multigravida) cenderung menurun
kecepatannya dibandingkan ibu yang primigravida, dikarenakan otot
uterus ibu multigravida lebih lemah tonus ototnya dibandingkan dengan
primigravida, begitu juga ukuran uterusnya pada ibu primi ataupun
multi, memliki perbedaan sehingga ini juga memberikan pengaruh
terhadap proses involusi.
Paritas mempengaruhi proses involusi uterus. Paritas pada ibu yang
mempunyai anak lebih dari satu (multigravida) cenderung menurun
kecepatannya dibandingkan ibu yang primigravida, dikarenakan otot
uterus ibu multigravida lebih lemah tonus ototnya dibandingkan dengan
primi gravida, begitu juga ukuran uterus pada ibu primi ataupun multi
memiliki perbedaan sehingga ini juga memberikan pengaruh terhadap
proses involusi. (Reeder, 2017)
Menurut (Maryunani, 2012).Salah satu perubahan yg terjadi di
masa nifas (post partum) pada alat reproduksi yaitu terjadi involusi.
Involusi uterus atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana
23
pengeluaran lochea. Akan tetapi karena kondisi otot rahim pada ibu
bersalin multipara cenderung sudah tidak terlalu kuat maka proses
involusi berjalan lebih lambat. (Cunigham, 2012)
Penelitian yang dilakukan Anita Liliana Tahun 2018 tentang
hubungan antara perilaku IMD dan paritas dengan involusi uteri pada
ibu postpartum, jumlah sampel sebanyak 70 responden. Analisa bivariat
menggunakan Fisher’s Exact Test dengan taraf signifikan 0,05.
Mayoritas responden yang dilakukan IMD 57,1% dan mengalami
penurunan tinggi fundus uteri yang normal 95,7%. Hasil paritas
multipara 46% dengan p-value = 0,028 (>0,05). Kesimpulan penelitian
ini adalah ada hubungan antara perilaku IMD dan paritas dengan
involusi uteri pada ibu postpartum di RSUD Panembahan Senopati
Bantul
kondisi otot rahim pada ibu bersalin multipara cenderung sudah tidak terlalu
kuat maka proses involusi berjalan lebih lambat. (Cunigham, 2012)
KEK adalah akibat dari suatu keadaan akibat kekurangan energi atau
ketidakseimbangan asupan energi dalam waktu lama sehingga tidak dapat di
evaluasi dalam waktu singkat (Supariasa, Bakrie, dan Fajar, 2012)
Bagan 2.1
Sumber: (Cunigham, 2012 dan Supariasa 2014)
Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Proses Involusi
Uterus:
1. Faktor Internal
a. Umur
b. Paritas
c. Gizi (KEK) Normal
INVOLUSI
2. Faktor Eksternal UTERUS
d. Pelasanaan IMD Tidak Normal
e. Pelaksanaan
Mobilisasi dini
f. Pijat Oksitosin
26
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
26
27
Gambaran involusi uterus berdasarkan status gizi dan paritas pada ibu postpartum
di Puskesmas Cimahi Selatan Kota Cimahi Tahun 2020
Status Gizi
Involusi Uterus
Paritas
Keterangan :
3.5.2 Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki
populasi (Sugiyono, 2011:55). yaitu semua Ibu Post Partum Di Puskesmas
Cimahi Selatan Kota Cimahi Periode Januari-Juni Tahun 2020 sebanyak
115 orang
N
n=
1+ N (d )2
Ket:
N = Besar populasi
n = Besar sample
(d) = Tingkat kepercayaan/ ketepatan yang dimiringkan
115
n =
1 + 115 ( 0.15) 2
115
n =
1 + 115 ( 0.0225)
115
n = 2,587
1 + 5
115
n =
3,5875
n = 32,055 33 orang
DAFTAR PUSTAKA
DinKes. Profil Kesehatan 2014 Di Provinsi Jawa Barat. In: Barat DKPJ, editor.
2014
Martini. 2012. Hubungan Inisiasi Menyusui Dini Dengan Tinggi Fundus Uteri
Pada Ibu Post Partum Hari Ke Tujuh di Wilayah Kerja Puskesmas
Kotabumi II Lampung Utara, FKM UI, Jakarta. Tersedia
33
Maryunani A. Asuhan pada Ibu dalam Masa Nifas (postpartum). Jakarta: Trans
Info Media. 2015
Rahayu, Y. (2012), Masa nifas dan menyusui , Jakarta, Mitra Wacana Medika
Supriasa, Dkk . 2012 Penilaian Status Gizi (Edisi revisi ). Jakarta : penerbit Buku
Kedokteran ECG
Varney H KM, Gregor LC. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC; 2009
LAMPIRAN
35
Kepada Yth.
Calon Responden
Di tempat
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama Mahasiswa : INDRI AYU WULANDARI
NPM : 2117099
Program Studi : D III Kebidanan Institut Kesehatan Rajawali
Bandung, 2020
Responden
( )
37
KUESIONER
I. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama :
2. Umur :
3. Alamat :
4. Pendidikan :
5. Pekerjaan :
6. RT /RW :
II. Jumlah Paritas : .......... Orang
Primipara (Anak ke 1)
Tidak KEK
38
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1010