Anda di halaman 1dari 48

i

GAMBARAN INVOLUSI UTERUS BERDASARKAN STATUS GIZI


DAN PARITAS PADA IBU POSTPARTUM DI PUSKESMAS
CIMAHI SELATAN KOTA CIMAHI
TAHUN 2020

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh


Gelar Ahli Madya Kebidanan

INDRI AYU WULANDARI


2117099
ii

PROGRAM STUDI DIII ILMU KEBIDANAN


INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI
BANDUNG
2020
iii
iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
rahmat dan karunia-Nya serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan
proposal Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “gambaran involusi uterus
berdasarkan status gizi dan paritas pada ibu postpartum di Puskesmas Cimahi
Selatan Kota Cimahi Tahun 2020”.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih yang
setulus-tulus nya dan rasa hormat yang sedalam-dalam nya kepada semua pihak
yang membantu, membimbing, memotivasi, dan memberikan saran dalam
menyelesaikan proposal tugas akhir ini, untuk itu penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Tonika Tohri, S.Kp., M.Kes., selaku Rektor Institut Kesehatan Rajawali.
2. Istianah S.Kep., Ners., M.Kep, selalu Dekan Fakultas Keperawatan dan
Kebidanan
3. Erni Hernawati, S.S.T.,M.M.,M.Keb, selaku wakil dekan fakultas
keperawatan dan kebidanan
4. Lia Kamila, S.S.T., M.Keb., selaku ketua Program Studi Kebidanan Institut
Kesehatan Rajawali Bandung.
5. Intan Karlina, S.S.T., M.Keb. Selaku Pembimbing utama Karya Tulis Ilmiah
yang telah memberikan ilmu yang tak terhingga dalam setiap bimbingan
Proposal Karya Tulis Ilmiah.
6. Fitri Puspita Sari, S.S.T.,M.Kes Selaku Pembimbing pendamping Karya Tulis
Ilmiah, yang selalu meluangkan waktu dan penuh sabar dalam memberikan
bimbingan selama proses penyusunan proposal Karya Tulis Ilmiah.
7. Puskesmas Cimahi Selatan Kota Cimahi, selaku tempat penelitian.
8. Rekan-rekan seperjuangan mahasiswa DIII Kebidanan tingkat III Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Rajawali Bandung yang senantiasa selalu memberikan
doa, dukungan dan semangatnya
v

9. Orangtua dan keluarga tercinta yang telah mendukung dan mendoakan selama
proses penyelesaian proposal karya tulis ilmiah ini.
Mengingat masih terbatasnya pengetahuan, kemampuan, dan pengalaman
yang penulis miliki, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak. Semoga proposal karya tulis ilmiah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Bandung, Juli 2020

Penulis
vi

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN.......................................................................... ii
KATA PENGANTAR....................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ vii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang.................................................................................... 1
1.2. Identifikasi Masalah ........................................................................... 4
1.3. Rumusan Masalah .............................................................................. 6
1.4. Tujuan Penelitian ............................................................................... 6
1.5. Manfaat Penelitian ............................................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 8
2.1. Konsep Postpartum.............................................................................. 8
2.2. Nifas..................................................................................................... 11
2.3. Involusi Uterus .................................................................................... 15
2.4. Status Gizi ........................................................................................... 19
2.5. Paritas................................................................................................... 21
2.6. Kerangka Teori.................................................................................... 24
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 26
3.1. Rancangan Penelitian .......................................................................... 26
3.2. Keragka Penelitian .............................................................................. 26
3.3. Variabel Penelitian .............................................................................. 27
3.4. Definisi Operasional............................................................................ 28
3.5. Populasi , Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel.......................... 29
3.6. Tehnik Pengumpulan Data dan Prosedur Penelitian............................ 30
3.7. Rancangan Pengolahan dan Analisis Penelitian.................................. 30
3.8. Tempat dan Waktu Penelitian.............................................................. 31

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii

DAFTAR TABEL
Halaman
3.1 Definisi Operasional……………………………………………………..…24
viii

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Bagan 2.1. Kerangka Teori .............................................................................. 23
Bagan 3.1. Kerangka Penelitian ....................................................................... 25
ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Ceklis


Lampiran 3 Lembar Konsul
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


WHO tentang AKI (Maternal Mortality Ratio/MMR per 100.000
kelahiran hidup) penyebab kematian salah satunya akbibat perdarahan yang
disebabkan kontraksi uterus dari 11.530 kasus kematian, kegagalan kontraksi
uterus menempati urutan tertinggi yaitu sebanyak 3.114 kasus disamping
penyebab lainnya seperti eklampsia, infeksi, komplikasi puerperium, dan lain-
lain (WHO, 2017)
Di Indonesia Penyebab kematian ibu melahirkan menurut Kementerian
Kesehatan RepublikIndonesia(2018) mencakup tiga faktor utamayaitu Tiga
penyebab utama dalam bidang obstetric adalah perdarahan (45%), infeksi
(15%) dan pre eklampsi (13%).Penyebab terbanyak perdarahan setelah
persalinan 50%-60% karena kelemahan atau tidak adanya kontraksi uterus
atau involusi uterus (Kemenkes, 2018)
Di Provinsi Jawa Barat tahun 2018 sebesar 146 kasus kematian ibu
Penyebab kematian ibu maternal dalam masa nifas yaitu sebanyak 38 (26%)
kasus disebabkan oleh gagalnya kontraksi uteus atau yang disebut dengan
gagalnya involusi uterus pada ibu nifas, sedangkan angka kejadian untuk kota
Cimahi sebanyak 8 (88,9%) kasus kematian ibu pada saat nifas, yang
disebabkan oleh gagalnya involusi uterus hingga menyebabkan perdarahan
(Dinkes Propinsi Jawa Barat, 2018)
Involusi uterus adalah suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi
sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini dimulai segera setelah
plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Intensitas kontraksi
uterus meningkat secara bermakna segera setelah lahir, Setelah bayi
dilahirkan, uterus yang selama persalinan mengalami kontraksi dan retraksi
akan menjadi keras sehingga dapat menutup pembuluh darah besar yang
bermuara pada bekas implantasi plasenta. Pada hari pertama ibu post partum

1
2

tinggi fundus uteri kira-kira satu jari bawah pusat (1 cm). Pada hari kelima
post partum uterus menjadi 1/3 jarak antara symphisis ke pusat. Dan hari ke
10 fundus sukar diraba di atas symphisis. tinggi fundus uteri menurun 1 cm
tiap hari. Secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) hingga akhirnya
kembali seperti sebelum hamil, juika involusi uterus yang tidak normal adalah
terlambatnya pengembalian uterus yang dapat disebabkan karena adanya
infeksi endometrium, adanya sisa plasenta, adanya bekuan darah, atau karena
mioma uteri sehingga menyebabkan perdarahan post partum, jika tidak
mendapatkan penanganan segera maka akan berdampak pada kematian ibu
(Bobak, 2015)
Dampak dari involusi uterus yang tidak normal adalah terlambatnya
pengembalian uterus yang dapat disebabkan karena adanya infeksi
endometrium, adanya sisa plasenta, adanya bekuan darah, atau karena mioma
uteri. Uterus ibu yang baru melahirkan jika diraba dari luar tinggi fundus uteri
kira-kira 1 jari dibawah pusat, sedangkan beratnya kira-kira 1 kilogram. Hal
ini disebabkan oleh banyaknya darah dari dinding rahim mengalir dalam
pembuluh-pembuluh darah yang membesar.Sampai hari ke-2 uterus masih
membesar dan setelah itu berangsur (Ambarwati, 2016)
Upaya pencegahan perdarahan post partum dapat dilakukan semenjak
persalinan kala 3 dan kala 4 dengan pemberian oksitosin. Hormon oksitosin
ini san gat berperan dalam proses involusi uterus. Proses involusi akan
berjalan dengan baik jika kontraksi uterus kuat, sehingga harus dilakukan
tindakan untuk memperbaiki kontraksi uterus (Cuningham, 2016)
Proses involusi uterus yang tidak normal merupakan salah satu jenis
komplikasi persalinan yang penyebab kematian ibu, yang merupakan
gangguan sebagai akibat langsung dari kehamilan dan persalinan yang
merupakan salah satu penyebab terjadinya perdarahan post partum. Untuk
mengatasi kejadian ini diperlukan langkah yang tepat dalam upaya
pencegahan, pengenalan secara dini gejala perdarahan serta menangani
perdarahan secara tepat (Hamranani. C, 2015
3

Status gizi akan mempengaruhi sistem pertahanan tubuh akan lemah


sehingga menghambat proses involusi uteri. Status gizi adalah tingkat
kecukupan gizi seseorang yang sesuai dengan jenis kelamin dan usia. Status
gizi yang kurang pada ibu post partum maka pertahanan pada dasar
ligamentum latum yang terdiri dari kelompok infiltrasi sel-sel bulat yang
disamping mengadakan pertahanan terhadap penyembuhan kuman
bermanfaat pula untuk menghilangkan jaringan nefrotik, pada ibu post partum
dengan status gizi yang baik akan mampu menghindari serangan kuman
sehingga tidak terjadi infeksi dalam masa nifas dan mempercepat proses
involusi uterus (Mochtar, 2012)
Upaya yang dilakukan untuk mempercepat proses involusi uterus
diantaranya, ibu melakukan senam nifas guna mempercepat pemulihan
kondisi tubuh ibu setelah melahirkan, mencegah komplikasi yang mungkin
terjadi selama masa nifas, memperkuat otot perut, otot dasar panggul, dan
mem memperlancar sirkulasi pembuluh darah , membantu memperlancar
terjadinya proses involusi uteri, Mobilisasi dini ibu post partum mempercepat
involusi, melancarkan fungsi organ gastrointestinal dan organ perkemihan,
memperlancar peredaran sirkulasi darah, Menyusui dini, status gizi atau
keadaan gizi iu yang akan membatu proses involusi uterus ( (Hanifa, 2012)
Hasil penilitian Bagas (2011) di RSUD Klaten, didapatkan sebagian
besar responden (53,3%) mempunyai status gizi yang baik dan (46,7%)
memiliki status gizi kurang dan hampir seluruhnya (73,3%) mengalami
proses involusi uteri yang normal dan (26,7%) megalami proses Involusi
uterus yang tidak normal. didapatkan hasil ρ = 0,012 yang artinya ada
hubungan antara status gizi dengan proses involusi uteri di BPS (Bagas,
2011)
Penelitian Ferdina (2014) di BPM Sri Semarang mendapatkan
sebagian besar responden yang melakukan mobilisasi dini sebesar (63,3%).
Status gizi responden sebesar (76,7%) termasuk status gizi normal/ LILA
tidak KEK. Mayoritas (66,7%) paritas responden primi dan multipara dengan
mobilisasi dini (p value 0,023), umur (p-value 0,000), paritas (p-value 0,000),
4

ststus gizi (p-value 0.021) sehingga terdapat hubungan antara paritas,


mobilisasi dini, status gizi terhadap involusi uterus (Ferdina, 2014)
Penelitian Anita Liliana (2011) di Semarang didapatkan dari 70
responden mayoritas responden yang dilakukan IMD 57,1% dan mengalami
penurunan tinggi fundus uteri yang normal 95,7%. dan dari hasil penelitian
didapatkan responden memiliki paritas multipara 46% dengan p-value =
0,028 (<0,05) sehingga terdapat hubungan antara Paritas dengan kejadian
Involusi uterus (Liliana, 2011)
Berdasarkan studi pendahuluan di Puskesmas Cimahi Selatan Kota
Cimahi jumlah persalinan selama Tahun 2019 sebanyak 115 orang,
wawancara yang dilakukan kepada bidan desa setempat bagaimana riwayat
kejadian involusi uterus pada ibu bersalin yang melakukan persalinan di
wilayah kerjannya, bahwa dari 10 persalinan terahir yang di tolong oleh bidan
tersebut 3 diantanya proses involusi uterus tidak berjalan sebagaimana
mestinya. Sehingga proses pengecilannya terlambat, menyebabkan kasus
rujukan meningkat salah satunya disebabkan oleh komplikasi dari involusi
uterus yang berjalan tidak normal yang sehingga kasus perdarahan pada ibu
nifas dapat terjadi. Penyebabnya diantarannya terdapat sisa plasenta sehingga
terkadang bidan harus melakukan manual plasenta agar dapat membantu
proses involusi uterus berjalan sebagaimana mestinya. studi pendahuluan nya
di jelaskan pada identifikasi masalah, dan diperbaiki kalimat nya
.
1.2 Identifikasi Masalah
Upaya pencegahan agar tidak terjadi perdarahan post partum dapat
dilakukan semenjak persalinan kala 3 dan 4 dengan pemberian oksitosin.
Hormon oksitosin ini sangat berperan dalam proses involusi uterus. Proses
involusi akan berjalan dengan bagus jika kontraksi uterus kuat sehingga harus
dilakukan tindakan untuk memperbaiki kontraksi uterus (Obstetri Willian,
Cuningham, 2016).
Prevalensi kejadian perdarahan post partum baik di negara maju
maupun di negara berkembang adalah berkisar antara 5% sampai 15%. Dari
5

angka tersebut, diperoleh penyebabnya antara lain karena atonia uteri (50–
60%), sisa plasenta (23–24%), retensio plasenta (16-17%), laserasi jalan lahir
(4–5%), kelainan darah (0,5–0,8%). Di Indonesia perdarahan postpartum
menduduki tingkat teratas sebagai penyebab kematian ibu, yaitu sebesar 40%-
60% (Yeyeh, 2011).
WHO tentang AKI (Maternal Mortality Ratio/MMR per 100.000
kelahiran hidup) penyebab kematian salah satunya akbibat perdarahan yang
disebabkan kontraksi uterus dari 11.530 kasus kematian, kegagalan kontraksi
uterus menempati urutan tertinggi yaitu sebanyak 3.114 kasus disamping
penyebab lainnya seperti eklampsia, infeksi, komplikasi puerperium, dan lain-
lain (WHO, 2017). Di Indonesia Penyebab terbanyak perdarahan setelah
persalinan 50%-60% karena kelemahan atau tidak adanya kontraksi uterus
atau involusi uterus (Kemenkes, 2018). Di Provinsi Jawa Barat tahun 2018
sebesar 146 kasus kematian ibu Penyebab kematian ibu maternal dalam masa
nifas yaitu sebanyak 38 (26%) kasus disebabkan oleh gagalnya kontraksi
uteus atau yang disebut dengan gagalnya involusi uterus pada ibu nifas.
Berbagai faktor yang dapat menyebabkan atonia uteri, penelitian ini
sesuai dengan pernyataan teori Varney (2012) yang menyebutkan bahwa
penurunan tinggi fundus uteri dengan usia pada post partum suatu pengaruh
yang baik terhadap proses penyembuhan dan proses pemulihan kesehatan
sebelum hamil. Oleh karena itu sangat penting pula perhatikan pengawasan
terhadap tinggi fundus uteri, ibu yang paritasnya tinggi proses involusinya
lebih lambat karena semakin sering hamil uterus juga sering kali mengalami
regangan (Varney , 2012)
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan April 2020,
di Puskesmas Cimahi Selatan Kota Cimahi jumlah persalinan selama Tahun
2019 sebanyak 115 orang, didapatkan rujukan pasien ke Rumah sakit cukup
tiggi yang diakibatkan oleh kasus-kasus perdarahan yang diakibatkan oleh
involusi uterus sehigga menyebabkan masalah seperti sisa plasenta yang
mejadi salah satu penghampat proses involusi uterus.
6

Wawancara yang dilakukan kepada bidan desa setempat bagaimana


riwayat kejadian involusi uterus pada ibu bersalin yang melakukan persalinan
di wilayah kerjannya maka dari 2 bidan yang ditanyakan menebutkan bahwa
dari 10 persalinan terahir yang di tolong oleh bidan tersebut 3 diantanya
proses involusi uterus tidak berjalan sebagaimana mestinya yaitu penurunan
TFU tidak kembali seperti sebelum kehamilan pada hari ke 7 pasca salin.

1.3 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah “ Bagaimana
gambaran involusi uterus berdasarkan status gizi dan paritas pada ibu
postpartum di Puskesmas Cimahi Selatan Kota Cimahi Tahun 2020 “.

1.4 Tujuan
1.4.1 Tujuan Umum
Mengetahui gambaran involusi uterus pada ibu post partum berdasarkan
status gizi dan paritas di Puskesmas Cimahi Selatan Kota Cimahi Tahun
2020.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui gambaran involusi uterus pada ibu post partum di
Puskesmas Cimahi Selatan Kota Cimahi Tahun 2020
2. Mengetahui gambaran involusi uterus pada ibu post partum
berdasarkan status gizi di Puskesmas Cimahi Selatan Kota Cimahi
Tahun 2020
3. Mengetahui gambaran involusi uterus pada ibu post partum
berdasarkan paritas di Puskesmas Cimahi Selatan Kota Cimahi Tahun
2020.

1.5 Manfaat Penelitian


1.5.1 Manfaat Teoritis
Memberikan kontribusi bagi pengembangan keilmuan secara umum dan
menambah pengetahuan dan keterampilan khususnya dibidang ilmu
7

kebidanan tentang gambaran proses involusi uterus pada ibu post partum
berdasarkan status gizi dan paritas di Puskesmas Cimahi
1.5.2 Manfaat Praktis
a. Manfaat Bagi Peneliti
Sebagai Penerapan Ilmu Pengetahuan dan meningkatkan keterampilan
khususnya dibidang ilmu kebidanan tentang involusi uterus pada ibu
post partum berdasarkan status gizi dan paritas.
b. Manfaat Bagi Institusi
Menambah bahan bacaan dan sumber kepustakaan dalam meningkatkan
pengetahuan, keterampilan, serta wawasan mahasiswa tentang
gambaran proses involusi uterus pada ibu post partum berdasarkan
status gizi dan paritas di Puskesmas Cimahi
c. Manfaat Bagi Puskesmas Cimahi Selatan
Menambah pengetahuan ibu nifas tentang gambaran proses involusi
uterus pada ibu post partum berdasarkan status gizi dan paritas.
8

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Postpartum


2.1.1 Pengertian
Menurut Saleha (2012) periode masa postpartum (puerperium)
adalah periode waktu selama 6-8 minggu setelah persalinan. Menurut
Departemen Kesehatan RI dalam Padila (2014), Postpartumatau masa
postpartum adalah masa sesudahnya persalinan terhitung dari saat selesai
persalinan sampai pulihnya kembali alat kandungan ke keadaan sebelum
hamil dan lamanya mas postpartum kurang lebih 6 minggu.
Menurut Marmi (2012),postpartumadalahmasabeberapa jam
sesudahlahirnya plasenta sampai minggu keenam setelah melahirkan.
Masa post pertumdimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhirketika
alat-alat kandungankembali pada masa sebelum hamil yang berlangsung
kira-kira enamminggu.Pendapat lain mengatakan postpartum adalah masa
setelah kelahiran yangmeliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu
saluran reproduksi kembalikekeadaanyangnormal padasaat sebelum hamil

2.1.2 Tujuan Perawatan Masa Postpartum


a. Mencegah hemoragi (Padila, 2014).
b. Memberikan kenyamanan fisik, nutrisi, hidrasi, keamanan, dan
eliminasi (Padila, 2014)
c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,
nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui, pemberian imunisasi serta
perawatan bayi sehari-hari (Marni, 2011)

2.1.3 Perubahan Fisiologis Periode Postpartum


Bobak, Lowdermik dan Jensen (2014),menyatakan bahwa
periodepostpartumadalah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai
organ-organreproduksi kembali ke keadaan sebelum hamil. Pada masa

8
9

postpartum terjadiperubahan-perubahan pada sistem reproduksi, yaitu


meliputi adanya pengerutanrahim (involusi), lokea, perubahan
padaserviks, vulva dan vagina danperinium.
Padasistem pencernaan,pembatasanasupan nutrisi dancairan
dapatmenyebabkan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit serta
keterlambatanpemulihan fungsi tubuh ( Bobak dkk., 2004; Derek & Jones
2015)
Sementara ituuretra, kandung kemih dan jaringan sekitar meatus
urinariusdapat mengalami trauma mekanik akibat desakan oleh bagian
yang berpresentasiselama persalinan kala II, Hal ini dapat menyebabkan
kehilangan sensasi untukbuang air kecil (Ambarwati & Wulandari,
2009).Pada masa postpartum,estrogendan progesteronakanmenurun
setelah ekspulsi plasenta.Jika ibu tidak menyusui,estrogen akan kembali
meningkat sekitar tiga minggu setelah kelahiran yangdiikuti dengan
kembalinya menstruasi(Derek & Jones, 2005 ; Ambarwati &Wulandari,
2009).
Suhu badantidak lebih dari 37,2oC. Sesudah 12 jam pertama
melahirkan,umumnyasuhu badan akan kembali normal.Pada masa nifas
umumnya denyutnadi lebih labil dibandingkan dengan suhu badan
(Winkjosastroet al, 2002).Fungsipernapasanakankembali pada rentang
normal dalam jam pertamapostpartum. Napaspendek, cepat, atau
perubahan lain memerlukan evaluasiadanya kondisi-kondisi abnormal
(Verney, 2012)

2.1.4 Tahapan postpartum


Tahapan postpartum menurut Padila (2014) adalah immediate
postpartum(24 jam pertama), early postpartum(1 minggu pertama), dan
laten pospartum( minggu ke-2 sampai minggu ke-6)
10

2.1.5 Komplikasi postpartum


a. Perdarahan
Perdarahan yaitu darah yang keluar lebih dari 500-600 ml dalam
masa 24 jam setelah anak lahir menurut Eny dan Diah (2009). perdarahan
dibagi menjadi dua yaitu:
- Perdarahan post partum primer yaitu pada 24 jam pertama akibat
antonia uteri, retensio plaseta, sisa plasenta, laserasi jalan lahir dan
involusio uteri
- Perdarahan post partum sekunder yaitu terjadi setelah 24 jam.
Penyebab perdarahan sekunder adalah sub involusio uteri, retensio sisa
plasenta, infeksi postpartum
Pada trauma atau laserasi jalan lahir bisa terjadi robekan perineum,
vagina serviks, forniks dan rahim. Keadaan ini dapat menimbulkan
perdarahan yang banyak apabila tidak segera diatasi (Cunningham,
2016).Menurut Prawirohardjo (2006) robekan jalan lahir atau ruptur
perineum sekitar klitoris dan uretra dapat menimbulkan perdarahan hebat
dan mungkin sangat sulit untuk diperbaiki. Episiotomi dapat menyebabkan
perdarahan yang berlebihan jika mengenai arteri atau vena yang besar,
episitomi luas, ada penundaan antara episitomi dan persalinan, atau ada
penundaan antara persalinan dan perbaikan episitomi (Cunningham, 2016)
b. Infeksi
Infeksi masa postpartum (puerpuralis) adalah infeksi pada genitalia
setelah persalinan, ditandai dengan kenaikan suhu hingga mencapai 38ºC
atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan dengan
mengecualikan 24 jam pertama. Infeksi postpartum mencakup semua
peradangan yang disebabkan oleh masuk kuman-kuman atau bakteri ke
dalam alat genetalia pada waktu persalinan dan postpartum.
Infeksi postpartum dapat disebabkan oleh adanya alat yang tidak
steril, luka robekan jalan lahir, perdarahan, pre-eklamsia, dan kebersihan
daerah perineum yang kurang terjaga. Infeksi masa postpartum dapat
11

terjadi karena beberapa faktor pemungkin, antara lain pengetahuan yang


kurang, gizi, pendidikan, dan usia. (Cunningham, 2016)

2.2 Nifas
2.2.1 Pengertian Nifas
(Menurut Saifudin, 2015) Masa nifas dimulai setelah 2 jam
postpartum dan berakhir ketiak alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
sebelum hamil, biasanya berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari, namun
secara keseluruhan baik secara fisiologis maupun psikologis akan pulih
dalam waktu 3 bulan. Jiga secara fisiologis sudah terjadi perubahan pada
bentuk semula (sebelum hamil), tapi secara psikologis masih terganggu
maka dikatakan masa nifas tersebut belum berjalan dengan normal atau
sempurna.
Pada masa pascapersalinan, seorang ibu memerlukan :
1. Informasi dan konseling tentang:
a. Perawatan bayi dan pemberian ASI
b. Apa yang terjadi termasuk gejala adanya masalah yang
mungkin timbul
c. Kesehatan pribadi, hygiene, dan masa penyembuhan
d. Kehidupan seksual
e. Kontrasepsi
f. Nutrisi
2. Dukungan dari :
a. Petugas kesehatan
b. Kondisi ekonomi dan psikologis suami serta keluarganya
3. Pelayanan kesehatan untuk kecurigaan dan munculnya tanda
terjadinya komplikasi.

2.2.2 Tujuan asuhan masa nifas


Menurut (Nanny, 2011) Tujuan asuhan masa nifas adalah:
1. Mendeteksi adanya perdarahan masa nifas
12

Tujuan perawatan masa nifas adalah untuk menghindarkan/mendeteksi


kemungkinan adanya perdarahan postpartum dan infeksi. Oleh karena
itu, penolong persalinan sebaiknya tetap waspada, sekurang-kurangnya
satu jam postpartum untuk mengatasi kemungkinan terjadinya
komplikasi persalinan. Umumnya wanita sangat lemah setelah
melahirkan, terlebih bila partus berlangsung lama.
2. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya
Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologis harus
diberikan oleh penolong persalinan. Ibu dianjurkan untuk menjaga
kebersihan seluruh tubuh. Bidan mengajarkan kepada ibu bersalin
bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air.
Pastikan bahwa ia mengerti untuk membersihkan daerah di sekitar
vulva terlebih dahulu. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan
sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
Jika ibu mempunyai luka episiotomy atau laserasi sarankan ibu untuk
menghindar/tidak menyentuh daerah luka.
3. Melaksanakan skrining secara komprehensif (Nanny, 2011)
Melaksanakan skrining yang komprehensif dengan mendeteksi
masalah, mengobati, dan merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu
maupun bayinya. Padahal ini seorang bidan bertugas untuk melakukan
pengawasan kala IV yang meliputi pemeriksaan plasenta, pengawasan
TFU, pengwasan konsistensi rahim dan pengawasan keadaan umum
ibu, bila ditemukan permasalahan, maka harus segera melakukan
tindakan sesuai dengan standar pelayanan pada penatalaksanaan masa
nifas.
4. Memberikan pendidikan kesehatan diri
Memberikan pelayanan kesehatan tentang perawatan diri, nutrisi, KB,
menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya, dan perawatan bayi
sehat. Ibu-ibu postpartum harus diberikan pendidikan mengenai
pentingnya gizi antara lain kebutuhan gizi ibu menyusui, yaitu sebagai
berikut :
13

a. Mengonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.


b. Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein,
mineral, dan vitamin yang cukup.
c. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk minum
sebelum menyusui).

2.2.3 Tahapan Masa Nifas


Menurut (Saifudin, 2015) Masa nifas di bagi dalam 3 tahap, yaitu
puerperium dini (immediate puerperium), puerperium intermedial (early
puerperium) dan remote puerperium (later puerperium). Adapun
penjelasannya sebagai berikut:
1. Puerperium dini (immediate puerperium), yaitu pemulihan di mana ibu
telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan (waktu 0-24 jam
postpartum). Dalam agama Islam dianggap telah bersih dan boleh
bekerja setelah 40 hari.
2. Puerperium intermedial (early puerperium), suatu masa di mana
pemulihan dari oragn-organ reproduksi secara menyeluruh selama
kurang lebih 6-8 minggu.
3. Remote puerperium (later puerperium), waktu yang diperlukan untuk
pulih dan sehat kembali dalm keadaan yang sempurna secara bertahap
terutama jika selama masa kehamilan dan persalinan ibu mengalami
komplikasi, waktu untuk sehat bisa berminggu-minggu, bualn bahkan
tahun.

2.2.4 Kebijakan program nasional masa nifas


(Saifudin, 2015), Pada kebijakan program nasional masa nifas paling
sedikit 4 kali kunjungan yang dilakukan. Hal ini untuk menilai status ibu
dan bayi yang baru lahir serta untuk mencegah, mendeteksi, dan menangani
masalah-masalah yang terjadi antara lain sebagai berikut :
1. 6-8 jam setelah persalinan.
a. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
14

b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk


apabila perdarahan berlangsung.
c. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota
keluarga bagaimana mevegah peradarahan masa nifas
karena atonia uteri.
d. Pemberian ASI awal.
e. Melakukan hubungan antara ibu dengan bayi baru lahir.
f. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi.
Catatan : jika petugas kesehtan menolong persalinan ia harus
tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama
setelah kelahiran atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan
stabil.
2. 6 hari setelah persalinan.
a. Memastikan involusi uiterus berjalan normal, uterus
berkontraksi, fumdus di bawah umbilicus, tidak ada
pendarahan abnormal, tidak ada bau.
b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan
perdarahan abnormal.
c. Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan, dan
istirahat.
d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak
memperlihatkan tanda-tanda penyulit.
e. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada
bayi dan tali pusat, serta menjaga bayi tetap hangat dan
merawat bayi-sehari-hari.
3. 2 minggu setelah persalinan.
Memastikan rahim sudah kembali normal dengan mengukur
dan meraba bagian rahim.
4. 6 minggu setelah persalinan.
a. Menanyakan kepada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia
atau bayi alami.
15

b. Memberikan konseling untuk KB secara dini. (Nanny,


2011)

2.3 Involusi Uterus


2.3.1 Pengertian Involusi Uterus
Menurut (Lowdermik, 2013) Pengertian Involusi Uterus adalah
Kembalinya uterus ke keadaan normal setelah melahirkan disebut involusi,
proses ini dimulai segera setelah ekspulsi plasenta dengan kontraksi otot
polos uterus. Involusi uterus meliputi reorganisasi dan pengeluaran
desidua/endometrium dan eksfoliasi tempat perlekatan plasenta yang
ditandai dengan penurunan ukuran dan berat serta perubahan pada lokasi
uterus juga ditandai dengan warna dan jumlah lokia. Banyaknya lokia dan
kecepatan involusi tidak dipengaruhi oleh pemberian serangkaian praparat
ergot (Ergotrate, Methergine), yang hanya mempunyai jangka pendek
Menurut (Varney’s, 2014) Pengertian Involusi Uterus adalah ,
Setelah pelepasan dan ekspulsi plasenta dan membrane terdiri dari lapisan
zona basalis dan bagian lapisan zona spongiosa desidua basalis (pada tempat
perlekatan plasenta) dan desidua parietalis (melapisi bagian uterus, yang lain
uterus). Desidua sisa ini mengalami reorganisasi menjadi dua lapisan
sebagai akibat invasi leukosit: lapisan superficial degenerative dan nekrotik,
yang akan terlepas sebagai bagian dari rabas lokia, dan lapisan dalam yang
fungsional serta sehat di dekat miometrium. Lapisan dalam terdiri dari sisa
kelenjar endometrium basilar dalam lapisan zona basalis. Endometrium
mengalami regenerasi melalui proliferasi epitel kelenjar ini. Regenerasi
endometrium lengkap pada pertengahan atau akhir minggu ketiga
pascapartum kecuali pada sisi plasenta.
Involusi uteri adalah perubahan retrogreaf pada uterus yang
menyebabkan berkurangnya ukuran uterus, involusi puerperium dibatasi
pada uterus dan apa yang terjadi pada organ dan struktur lain hanya
dianggap sebagai perubahan puerperium.
16

Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana


uterus kembalike kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram.
Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot
polos uterus. Periksa tinggi fundus uteri setiap 15 menit selama satu jam
pertama kemudian setiap 30 menit. Pada hari ke-0 postpartum fundus
setinggi umbilikus dengan berat 1000 gram. Hari ke-2 fundus berada 1 cm
atau lebih dibawah umbilikus, dan hari ke-3 fundus 2 cm dibawah umbilikus
dan padat. Hari ke-7 fundus setinggi pertengahan simpisis pusat. Pada
harike-14 fundus tidak teraba. (Bobak, Lowdemilk &Jansen, 2014)

Hari ke-42 tinggi fundus seperti hamil dua bulan dan pada hari ke-56
tinggi fundus kembali normal. Curigai keabnormalitasan bila kondisi fundus
lembek dan berada diatas ketinggian fundus saat masa postpartum. (Bobak,
Lowdemilk &Jansen, 2014)

2.3.2 Proses Involusi Uterus


Menurut (Nanny, 2011), Proses Involusi Uterus melibatkan reorganisasi dan
penanggalan deci dua/endometrium dan pengelupasan lapisan pada tempat
implantasi plasenta sebagai tanda penurunan ukuran dan berat serta
perubahan tempat uterus, warna dan jumlah lochea. Proses involusi uterus
adalah sebagai berikut :
17

1. Iskemia miometrium
Disebabkan oleh kintraksi dan retraksi yang terus-menerus dari uterus
setelah pengeluaran plasenta membuat uterus relative anemia dan
menyebabkan serat otot atrofi.
2. Autolysis
Autolysis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi
didalam otot uterus. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot
yang telah sempat mengendur hingga panjangnya 10 kali dari semula dan
leher lima kali dari semula selama kehamilan atau dapat juga dikatakan
sebagai perusakan secara langsung jaringan hipertrofi secara berlebihan.
Hal ini disebabkan karena adanya penurunan hormone estrogen dan
progesterone.
3. Efek oksitosin
Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterin
sehingga akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan
berkurangnya suplai darah ke uterus, proses ini membantu untuk
mengurangi situs atau tempat implantasi plasenta serta mengurangi
perdarahan. Penurunan ukuran uterus yang cepat itu dicerminkan oleh
perubahan lokasi uterus ketika turun keluar dari abdomen dan kembali
menjadi organ pelvis.
Segera setelah proses persalinan puncak fundus kira-kira dua pertiga
hingga tiga perempat dari jalan atas diatara simfisis pubis dan umbilicus.
Kemudian naik ke tingkat umbilicus dalam beberapa jam dan bertahan
hingga satu dua hari dan kemudian secara berangsur-angsur turun ke
pelviks yang secara abdominal tidak dapat terpalpasi di atas simfisis
setelah sepuluh hari
Tabel 2.1 Perubahan Uterus Selama Masa Nifas
Involusi Tinggi Fundus Berat Uterus Diameter Keadaan
Uteri (gr) Bekas Serviks
Melekat
Plasenta (cm)
Bayi Lahir Setinggi pusat 1000
18

Uri Lahir 2 jari di bawah 750 12,5 Lembek


pusat
Satu minggu Pertengahan 500 7,5 Beberapa hari
pusat-simfisis setelah
Dua minggu Tak teraba di 350 3-4 postpartum
atas simfisis dapat dilalui 2
Enam minggu Bertambah 50-60 1-2 jari
kecil Akhir minggu
Delapan Sebesar normal 30 pertama dapat
minggu dimasuki 1 jari

2.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Involusi Uterus


Menurut (Cunigham, 2016), Faktor-faktor yang Mempengaruhi Involusi
Uterus diantaranya adalah sebagai berikut:
a.  Laktasi/IMD
Rangsangan psikis merupakan refleks dari mata ibu ke otak,
mengakibatkan oksitosin dihasilkan, sehingga ASI dapat dikeluarkan dan
sebagai efek samping rahim menjadi semakin keras berkontraksi.
Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterin
sehingga akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan
berkurangnya suplai darah ke uterus. Ini membantu untuk mengurangi
situs atau tempat implantasi palsenta serta mengurangi perdarahan.
b.  Mobilisasi Dini
Dengan mobilisasi dini kontraksi uterus akan baik sehingga fundus uteri
keras, maka resiko perdarahan yang abnormal dapat dihindarkan, karena
kontraksi membentuk penyempitan pembuluh darah yang terbuka.
c. Gizi
Pada masa nifas dibutuhkan tambahan energi sebesar 500 Kkal perhari,
kebutuhan tambahan energy ini adalah untuk menunjang proses kontraksi
uterus pada proses involusi menuju normal. Kekurangan energi pada ibu
nifas dapat menyebabkan proses kontraksi tidak maksimal, sehingga
involusi uterus terus berjalan lambat. (Cunigham, 2016)
19

d. Paritas
Oxytocin, estrogen dan prostaglandin bekerja sebagai simutan dalam
memberikan rangasangan kuat myometrium umtuk berkontraksi sehigga
menyebabkan runtuhnya sel-sel endometrium dan bercampur dengan
sekresi cairan uterus yang dihasilkan oleh sel-sel kelenjar endometrium.
Berlangsungnya proses kontraksi ritmik yang diikuti pengeluaran runtuhan
sel-sel endometrium dan sekresi cairan uterus pasca partus menyebabkan
pengeluaran lochea. Volume dan kondisi pori-pori pembuluh darah uterus
nulipara lebih besar sehingga proses pengeluaran lochea lebih cepat
dibandingkan primipara. Hasil penellitian mengungkapkan bahwa paritas
ibu memengaruhi lamanya pengeluaran lochea, semakin tinggi paritas
semakin cepat proses pengeluaran lochea. Akan tetapi karena kondisi otot
rahim pada ibu bersalin multipara cenderung sudah tidak terlalu kuat maka
proses involusi berjalan lebih lambat.)

2.4 Status Gizi


2.4.1 Pengertian Status Gizi
Status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi
makanan dan penggunaan zat gizi, dimana zat gizi sangat dibutuhkan oleh
tubuh sebagai sumber energi, pertumbuhan dan pemeliharaaan jaringan
tubuh, serta pengatur proses tubuh (Auliya et. Al., 2015).. Zat-zat yang tidak
digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi
normal dan organ-organ, serta menghasilkan energi. Energi digunakan
sebagai bahan untuk melakukan kegiatan. Energi memiliki peranan penting
bagi keberlangsungan hidup makluk hidup
Selama minggu ke-2 pertama setelah kelahiran, pedoman nutrisi
berfokus pada penyembuhan fisik dan stabilitas setelah kelahiran dan
persiapan laktasi. Ibu menyusui memiliki nutrisi tambahan. Asupan kalori
harian sedikitnya 1800 kcal, pada umumnya laktasi memerlukan 500 kcal di
atas asupan ibu sebelum hamil. Selama minggu pertama pasca partum ibu
dapat dianjurkan untuk minum 3000 ml per 24 jam. ibu menyusui harus
20

menghindari minum-minuman yang menganndung kafein, alcohol dan


makanan yang mengandung gula pengganti (Walsh L, 2018: h.387-388)
Berdasarkan penelitian Veny (2012) diperoleh kebutuhan gizi ibu
nifas. Jumlah energi yang dibutuhkan 2500 kalori meliputi protein sebanyak
64 gram, Vitamin A 6000 UI, Vitamin D 400 IU, Vitamin E 16 IU, Vitamin
K 100 mg, Tiamin 1,6 mg, Riboflafin 1,7,Niasin 18 gram, Vitamin B6 2,5
mg, Folasin 0,5 mg, Biotin 0,3 mg, Vitamin B12 4,0 mg dan Asam
pantotenat 4- 7 mg. Makanan gizi seimbang bagi ibu memiliki reaksi positif.
Nutrisi pada ibu menyusui dibutuhkan pada tiap komponen zat gizi yang
terkandung
Pada masa nifas dibutuhkan tambahan energi sebesar 500 kkal perhari,
kebutuhan tambahan energi ini adalah untuk menunjang proses kontraksi
uterus pada proses involusi menuju normal. Kekurangan energi pada ibu
nifas dapat menyebabkan proses kontraksi tidak maksimal, sehingga
involusi uterus terus berjalan lambat. Status gizi masyarakat di pengaruhi
oleh :
KEK adalah akibat dari suatu keadaan akibat kekurangan energi atau
ketidakseimbangan asupan energi dalam waktu lama sehingga tidak dapat di
evaluasi dalam waktu singkat (Supariasa, Bakrie, dan Fajar, 2012)
Pada masa nifas dibutuhkan tambahan energi sebesar 500 Kkal
perhari, kebutuhan tambahan energy ini adalah untuk menunjang proses
kontraksi uterus pada proses involusi menuju normal. Kekurangan energi
pada ibu nifas dapat menyebabkan proses kontraksi tidak maksimal,
sehingga involusi uterus terus berjalan lambat.
Penelitian yang dilakukan Bagas tentang hubungan antara status gizi
dengan proses Involusi uterus pada ibu post partum di BPS Artin Basuki
Surabaya Tahun 2018 dengan sampel 30 orang. Hasil dianalisis dengan uji
chi-square dengan tingkat kemaknaan α = 0,05. sebagian besar responden
(53,3%) mempunyai status gizi yang baik dan hampir seluruhnya (73,3%)
mengalami proses involusi uteri yang normal. Hasil uji statistik chi-square,
21

hasil P=0,012, ada hubungan antara status gizi dengan proses involusi uteri
di BPS. ArtinBasuki Surabaya.

2.5 Paritas
2.5.1 Pengertian Paritas
Menurut (Sarwono, 2016) Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup
yang dipunyai oleh seorang perempuan (BKKBN, 2016) Menurut
(Sarwono, 2016), Paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan ibu. Proses
pemulihan uterus pasca persalinan atau involusi sedikit berbeda antara
primipara dengan multipara. Pada primipara ditunjukkan dengan kekuatan
kontraksi uterus lebih tinggi dan uterus teraba keras. Sedangkan pada
multipara kontraksi dan relaksasi uterus berlangsung lebih lama sehingga
lebih di intensifkan untuk menyusui
Menurut (Sarwono, 2016), sampai dengan paritas tiga rahim ibu bisa
kembali seperti sebelum hamil. Setiap kehamilan rahim mengalami
pembesaran, terjadi peregangan otot-otot rahim selama 9 bulan kehamilan.
Akibat regangan tersebut elastisitas otot-otot rahim tidak kembali seperti
sebelum hamil setelah persalinan. Semakin sering ibu hamil dan
melahirkan, semakin dekat jarak kehamiilan dan kelahiran, elastisitas
uterus semakin terganggu, akibatnya uterus tidak berkontraksi secara
sempurna dan mengakibatkan lamanya proses pemulihan organ reproduksi
(involusi uterus) pasca salin
2.5.2 Klasifikasi Paritas
Berdasarkan jumlahnya, maka paritas seorang perempuan dapat
dibedakan menjadi:
1) Nullipara
Nullipara adalah perempuan yang belum pernah melahirkan anak
sama sekali (Manuaba, 2015)
2) Primipara
Primipara adalah perempuan yang telah melahirkan seorang anak,
yang cukup besar untuk hidup didunia luar (Verney, 2016)
22

3) Multipara
Multipara adalah perempuan yang telah melahirkan seorang anak
lebih dari satu kali (Prawirohardjo, 2016)
Multipara adalah perempuan yang telah melahirkan dua hingga
empat kali (Manuaba, 2015)
4) Grandemultipara
Grandemultipara adalah perempuan yang telah melahirkan 5 orang
anak atau lebih dan biasanya mengalami penyulit dalam kehamilan
dan persalinan (Manuaba, 2015)
Grandemultipara adalah perempuan yang telah melahirkan lebih dari
lima kali (Verney, 2016)
Grandemultipara adalah perempuan yang telah melahirkan bayi 6
kali atau lebih, hidup atau mati (Rustam, 2015)
Paritas mempengaruhi involusi uterus, otot-otot yang terlalu sering
terenggang memerlukan waktu yang lama. Paritas pada ibu yang
mempunyai anak lebih dari satu (multigravida) cenderung menurun
kecepatannya dibandingkan ibu yang primigravida, dikarenakan otot
uterus ibu multigravida lebih lemah tonus ototnya dibandingkan dengan
primigravida, begitu juga ukuran uterusnya pada ibu primi ataupun
multi, memliki perbedaan sehingga ini juga memberikan pengaruh
terhadap proses involusi.
Paritas mempengaruhi proses involusi uterus. Paritas pada ibu yang
mempunyai anak lebih dari satu (multigravida) cenderung menurun
kecepatannya dibandingkan ibu yang primigravida, dikarenakan otot
uterus ibu multigravida lebih lemah tonus ototnya dibandingkan dengan
primi gravida, begitu juga ukuran uterus pada ibu primi ataupun multi
memiliki perbedaan sehingga ini juga memberikan pengaruh terhadap
proses involusi. (Reeder, 2017)
Menurut (Maryunani, 2012).Salah satu perubahan yg terjadi di
masa nifas (post partum) pada alat reproduksi yaitu terjadi involusi.
Involusi uterus atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana
23

uterus kembali ke kondisi sebelum hamil. Involusi uteri dapat juga


dikatakan sebagai proses kembalinya uterus pada keadaan semula atau
keadaan sebelum hamil. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
involusi uterus antara lain,usia, mobilitas dini ibu post partum, jumlah
anak yang dilahirkan (paritas), menyusui ekslusif, inisiasi menyusui
dini. IMD merupakan titik awal yang penting untuk proses menyusui,
serta untuk membantu memperscepat pengembalian rahim ke bentuk
semula dan mengurangi perdarahan setelah kelahiran
Menurut Cunningham (2016) korpus uteri merupakan bagian atas
rahim yang mempunyai otot paling tebal, sehingga dalam keadaan
normal, plasenta berimplantasi pada daerah korpus uteri. Pada
multipara, keadaan endometrium didaerah korpus uteri sudah
mengalami kemunduran fungsi dan berkurangnya vaskularisasi, hal ini
terjadi karena degenerasi di dinding endometrium. Hemoragi post
partum merupakan satu dari tiga penyebab yang paling umum pada
kematian maternal (Hamilton, 1995). Salah satu faktor predisposisi
hemoragi postpartum yaitu kelemahan kelelahan otot rahim salah
satunya terdapat pada multipara Kelelahan otot uterus yang
memperlambat kontraksi uterus sehingga mempengaruhi proses
involusi.
Oxytocin, estrogen dan prostaglandin bekerja sebagai simutan
dalam memberikan rangasangan kuat myometrium umtuk berkontraksi
sehigga menyebabkan runtuhnya sel-sel endometrium dan bercampur
dengan sekresi cairan uterus yang dihasilkan oleh sel-sel kelenjar
endometrium. Berlangsungnya proses kontraksi ritmik yang diikuti
pengeluaran runtuhan sel-sel endometrium dan sekresi cairan uterus
pasca partus menyebabkan pengeluaran lochea. Volume dan kondisi
pori-pori pembuluh darah uterus nulipara lebih besar sehingga proses
pengeluaran lochea lebih cepat dibandingkan primipara. Hasil
penellitian mengungkapkan bahwa paritas ibu memengaruhi lamanya
pengeluaran lochea, semakin tinggi paritas semakin cepat proses
24

pengeluaran lochea. Akan tetapi karena kondisi otot rahim pada ibu
bersalin multipara cenderung sudah tidak terlalu kuat maka proses
involusi berjalan lebih lambat. (Cunigham, 2012)
Penelitian yang dilakukan Anita Liliana Tahun 2018 tentang
hubungan antara perilaku IMD dan paritas dengan involusi uteri pada
ibu postpartum, jumlah sampel sebanyak 70 responden. Analisa bivariat
menggunakan Fisher’s Exact Test dengan taraf signifikan 0,05.
Mayoritas responden yang dilakukan IMD 57,1% dan mengalami
penurunan tinggi fundus uteri yang normal 95,7%. Hasil paritas
multipara 46% dengan p-value = 0,028 (>0,05). Kesimpulan penelitian
ini adalah ada hubungan antara perilaku IMD dan paritas dengan
involusi uteri pada ibu postpartum di RSUD Panembahan Senopati
Bantul

2.6 Kerangka Teori


Faktor-faktor yang mempengaruhi involusi uterus diantaranya
Laktasi/IMD Rangsangan psikis merupakan refleks dari mata ibu ke otak,
mengakibatkan oksitosin dihasilkan, sehingga ASI dapat dikeluarkan dan
sebagai efek samping rahim menjadi semakin keras berkontraksi. Oksitosin
menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterin sehingga akan
menekan pembuluh darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai darah
ke uterus. Ini membantu untuk mengurangi situs atau tempat implantasi
palsenta serta mengurangi perdarahan
Gizi , Pada masa nifas dibutuhkan tambahan energi sebesar 500 Kkal
perhari, kebutuhan tambahan energy ini adalah untuk menunjang proses
kontraksi uterus pada proses involusi menuju normal. Kekurangan energi
pada ibu nifas dapat menyebabkan proses kontraksi tidak maksimal,
sehingga involusi uterus terus berjalan lambat.
Paritas ibu memengaruhi lamanya pengeluaran lochea, semakin
tinggi paritas semakin cepat proses pengeluaran lochea. Akan tetapi karena
25

kondisi otot rahim pada ibu bersalin multipara cenderung sudah tidak terlalu
kuat maka proses involusi berjalan lebih lambat. (Cunigham, 2012)
KEK adalah akibat dari suatu keadaan akibat kekurangan energi atau
ketidakseimbangan asupan energi dalam waktu lama sehingga tidak dapat di
evaluasi dalam waktu singkat (Supariasa, Bakrie, dan Fajar, 2012)
Bagan 2.1
Sumber: (Cunigham, 2012 dan Supariasa 2014)

Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Proses Involusi
Uterus:

1. Faktor Internal
a. Umur
b. Paritas
c. Gizi (KEK) Normal
INVOLUSI
2. Faktor Eksternal UTERUS
d. Pelasanaan IMD Tidak Normal
e. Pelaksanaan
Mobilisasi dini
f. Pijat Oksitosin
26

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis
penelitian deskriptif, yaitu jenis penelitian yang dilakukan terhadap variabel
yang diteliti tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan variabel
yang lain (Sugiyono, 2015) Alasan memilih jenis penelitian deskriptif ini
adalah untuk mengetahui suatu keadaan didalam suatu populasi dalam hal ini
adalah mengenai gambaran involusi uterus berdasarkan status gizi dan paritas
pada ibu postpartum di Puskesmas Cimahi Selatan Kota Cimahi Tahun 2020.

3.2 Kerangka Penelitian


Konsep adalah suatu abstrak yang dibentuk dengan menggeneralisasi
suatu pengertian. Oleh sebab itu, konsep tidak dapat diukur dan diamati
secara langsung. Kerangka konseptual adalah suatu hubungan atau kaitan
antara konsep-konsep atau variabel-variabel yang akan diamati (diukur)
melalui penelitian yang dimaksud.
Berdasarkan dengan tujuan penelitian, maka kerangka konsep dalam
penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran involusi uterus berdasarkan
status gizi dan paritas pada ibu postpartum di Puskesmas Cimahi Selatan
Kota Cimahi Tahun 2020. Bedasarkan kerangka teori yang ada maka
kerangka konsep yang dapat di gambarkan adalah sebagai berikut:

26
27

Gambar 3.1 Kerangka Penelitian

Gambaran involusi uterus berdasarkan status gizi dan paritas pada ibu postpartum
di Puskesmas Cimahi Selatan Kota Cimahi Tahun 2020

Status Gizi

Involusi Uterus

Paritas

Keterangan :

: Variabel yang diteliti


: Variabel yang tidak diteliti

3.3 Variabel Penelitian

Variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang di


tetapkan oleh peneliti untuk di pelajari sehingga dapat memperoleh informasi
tentang hal tersebut yang kemudian ditarik kesimpulannya. Secara teoritis
variabel adalah sebagai atribut seseorang atau objek yang mempunyai variasi
anatar satu dan dengan yang lainnya atau satu objek dengan objek lainnya
(Hatch dan Farhady, 1981 dalam Sugiyono 2019).
Variabel juga dapat berupa atribut dari bidang keilmuan atau kegiatan
tertentu. Tinggi, berat badan, sikap, motivasi, kepemimpinan, disiplin kerja,
merupakan atribut-atribut dari sekelompok orang. Berat, ukuran, bentuk, dan
warna merupakan atribut dari objek (Sugiyono, 2019). Variabel dalam
penelitian ini adalah involusi uterus pada ibu post partum, status gizi dan
paritas.
28

3.4 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Hasil Ukur Skala


Ukur Ukur
1 Involusi Involusi Uterus Lembar Observasi 1. Normal Ordinal
Uterus adalah Kembalinya Checklist (Tidak Teraba)
uterus ke keadaan 2. Tidak Normal
normal setelah (Teraba)
melahirkan disebut
involusi, proses ini
dimulai segera
setelah ekspulsi
plasenta dengan
kontraksi otot polos
uterus (Lowdermik,
2013)
2 Status Gizi Status gizi LILA Observasi 1. Tidak KEK Ordinal
merupakan keadaan ( ≥23,5cm )
tubuh sebagai akibat 2. KEK (<23,5cm)
konsumsi makanan
dan penggunaan zat
gizi, dimana zat gizi
sangat dibutuhkan
oleh tubuh sebagai
sumber energi,
pertumbuhan dan
pemeliharaaan
jaringan tubuh, serta
pengatur proses tubuh
(Auliya et. Al., 2015)
3 Paritas Paritas adalah Lembar Checklist 1. Primipara (1) Ordinal
kelahiran bayi yang Ceklis 2.Multipara (2-5)
mampu bertahan 3.Grandemultipara (> 5
hidup. (Varney,
2016)

3.5 Populasi , Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel


3.5.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian bisa ditarik
kesimpulannya. (Sugiyono, 2016)
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. (Arikunto, 2013)
Populasi dari penelitian ini adalah semua Ibu Post Partum Di Puskesmas
29

Cimahi Selatan Kota Cimahi Periode Januari-Juni Tahun 2020 sebanyak


154 orang.

3.5.2 Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki
populasi (Sugiyono, 2011:55). yaitu semua Ibu Post Partum Di Puskesmas
Cimahi Selatan Kota Cimahi Periode Januari-Juni Tahun 2020 sebanyak
115 orang

N
n=
1+ N (d )2
Ket:
N = Besar populasi
n = Besar sample
(d) = Tingkat kepercayaan/ ketepatan yang dimiringkan
115
n =
1 + 115 ( 0.15) 2
115
n =
1 + 115 ( 0.0225)
115
n = 2,587
1 + 5
115
n =
3,5875
n = 32,055 33 orang

3.5.3 Teknik Pengambilan Sempel


Teknik pengambilan sampel merupakan teknik yang digunakan untuk
menentukan sampel yang digunakan dalam penelitian. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
Purposive Sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan
tertentu. (Sugiyono, 2011)
3.5.4 Kriteria Inklusi dan Kriteria Eksklusi
1. Kriteria Inklusi
30

Kriteria Inklusi adalah karakteristik umum dari suatu populasi target


dan terjangkau yang akan diteliti/ karakteristik yang layak diteliti.
Dalam penelitian ini kriteria inklusi adalah :
a. Ibu Post Partum Di Puskesmas Cimahi Selatan
b. Post Partum 2 hari (Diukur TFU pada hari ke 2 dan ke 7)
c. Memiliki Buku KIA
2. Kriteria Ekslusi
a. Ibu Post Partum memiliki riwayat gangguan kesehatan dan penyakit
kronik sebelum dan selama kehamilan
b. Ibu post partum dengan Perdarahan.

3.6 Teknik Pengumpulan Data dan Prosedur Penelitian


3.6.1 Teknik Pengumpulan Data
Menurut (Budiarto, 2015, p.82) Teknik pengumpulan data
merupakan yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama
dari penelitian ini menggunakan data primer, Teknik pengumpulan data
dalam penelitian menggunakan data Primer dimana proses involusi
diambil secara langsung dengan observasi.
3.6.2 Prosedur Penelitian
Langkah-langkah yang akan ditempuh oleh penulis dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Pengumpulan data, sebelumnya peneliti terlebih dahulu memberikan
informasi mengenai tujuan dan bagaimana proses berlangsungnya
dilakukan penelitian.
2. Setelah responden memahami maksud dan tujuan serta proses
berlangsungnya penelitian, responden menandatangani surat
persetujuan (informed concdent) serta bersedia menjadi responden
selama penelitian dimulai sampai dengan berakhirnya penelitian.
3. Data yang dikumpulkan adalah, data primer yang diperoleh
langsung dari subjek penelitian berupa kuesioner
31

3.7 Analisis Data


Data yang telah diolah baik pengolahan secara manual maupun
menggunakan bantuan computer. Dalam menganalisa data penulis
menggunakan analisa secara Univariat.
Analisa dalam penelitian ini menggunakan Analisis Univariat, yang
dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya dalam
hasil analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan presentase dari tiap
variabel. análisis data dalam penelitian ini adalah analisis univariat dalam
bentuk persentase.
a
P= x 100 %
b
Keterangan:
P = Prosentase
a = Jumlah observasi
b = Jumlah responden (Arikunto, 2016)

3.8 Waktu dan Tempat Penelitian


a. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Cimahi Selatan Kota Cimahi
b. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari- Juli Tahun 2020
32

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2014. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta :


Aneka Cipta

Ambarwati. Eni Retna dan Diah wulandari. 2010. Asuhan Kebidanan


Yogyakarta :Nuha Medika

Buku Bobak.(2010) Buku Ajaran Keperawatan.Maternitas Edisi 4. Jakarta :ECG

Budiarto Eko., 2014, Biostatistik Untuk kedokteran dan kesehatan Masyarakat,


Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Bahiyatun. 2018. Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Penurunan Tinggi Fundus


Uteri Pada Ibu Post Partum Normal. http://ejournalpoltekkes-
smgacid/ojs/indexphp/jrk. 2018

BKKBN. Panduan Antenatal Care. Jakarta: BKKBN; 2016

Cuningham, 2016. Obsetri Williams. 21 E, editor. Jakarta: EGC

DinKes. Profil Kesehatan 2014 Di Provinsi Jawa Barat. In: Barat DKPJ, editor.
2014

Departemen Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia 2015. Jakarta: Departemen


Kesehatan RI; 2018

Hamranani, Cameron, 2015. Hamranani SST. Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap


Involusi Uterus Pada Ibu Post Partum Yang Mengalami Persalinan Lama Di
Rumah Sakit Wilayah Kabupaten

Kementrian Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2018. Jakarta

MenKes. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 97 Tahun


2014. In: Indonesia MKR, editor. 2014

Manuaba. 2010. Ilmu Kebidanan Kandungan dan KB. Jakarta : EGC

Martini. 2012. Hubungan Inisiasi Menyusui Dini Dengan Tinggi Fundus Uteri
Pada Ibu Post Partum Hari Ke Tujuh di Wilayah Kerja Puskesmas
Kotabumi II Lampung Utara, FKM UI, Jakarta. Tersedia
33

(http://digital_20313701-t31318-Hubungan Inisiasi.pdf/html [10 Februari


2014])

Mochtar, Rustam. 2015. Asuhan Ibu Hamil. Yogjakarta Sinopsis Obstetri.

Mitayani. (2009). Asuhan keperawatan maternitas. Salemba Medika Jakarta.

Maryunani A. Asuhan pada Ibu dalam Masa Nifas (postpartum). Jakarta: Trans
Info Media. 2015

Maritalia, Dewi. 2012. Asuhan Kebidanan Nifas dan menyusui. Yogyakarta


:Pustaka pelajar

Marmmi. 2011. Asuhan Kebidanan pada Msa Nifas “Perperium care”.


Yogyakarta : pustaka pelajaran

Notoatmodjo, S. 2015. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Nanny,Dkk.2011 Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Jakarta : Salemba Medika

Palupi, Indriana Fitria H. 2011. Hubungan Inisiasi Menyusui Dini Dengan


Perubahan Involusi Uteri Pada Ibu Nifas Di BPS ANIK S, Amd.Keb
Di Mojosongo Surakarta, Akbid Mitra Surakarta, Surakarta. Tersedia

Padila.(2015). Asuhan Keperawatan Marternitas II Yogyakarta : Nuha Medika

Rahayu, Y. (2012), Masa nifas dan menyusui , Jakarta, Mitra Wacana Medika

Sugiono, 2017 Statistika Untuk Penelitian, CV Alfabeta, Bandung

Saifuddin.2006. Buku Asuhan nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal. Jakarta: Yasyasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Sugiyono (2015). Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods). Bandung:


Alfabeta

Supriasa, Dkk . 2012 Penilaian Status Gizi (Edisi revisi ). Jakarta : penerbit Buku
Kedokteran ECG

Setiadi. (2008). Konsep & Proses Keperawatan Keluarga. Graha Ilmu.


Yogyakarta

Varney H KM, Gregor LC. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC; 2009

WHO. Maternal Mortality: World Health Organization; 2016


34

LAMPIRAN
35

SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth.
Calon Responden
Di tempat
 
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama Mahasiswa : INDRI AYU WULANDARI
NPM : 2117099
Program Studi : D III Kebidanan Institut Kesehatan Rajawali

Bermaksud  untuk membuat penelitian “gambaran involusi


uterus berdasarkan status gizi dan paritas pada ibu postpartum di
Puskesmas Cimahi Selatan Kota Cimahi Tahun 2020”.
Penelitian ini sama sekali tidak akan menimbulkan merugikan
bagi responden. Semua informasi dari hasil penelitian hanya akan
digunakan untuk kepentingan penelitian dan akan dijaga
kerahasiaannya. Jika saudara/I berkenan, maka saya mohon Anda
untuk menandatangani lembar persetujuan yang sudah saya lampirkan.
Atas perhatian dan kesediaannya menjadi responden saya ucapkan
terima kasih.
 
Hormat saya,
 
Indri Ayu Wulandari
36

Lembar Inform Consent Menjadi Responden

Saya yang bertandatangan dibawah ini


Nama :
Umur :
Alamat :
Dengan ini menyatakan kesediaan untuk menjadi responden untuk penelitian
dengan judul gambaran involusi uterus berdasarkan status gizi dan paritas pada
ibu postpartum di Puskesmas Cimahi Selatan Kota Cimahi Tahun 2020
Demikianlah pernyataan ini saya isi dengan sebenar-benarnya agar dapat
digunakan sebagaimana mestinya.

Bandung, 2020
Responden

 
(                                 )
37

KUESIONER

GAMBARAN INVOLUSI UTERUS BERDASARKAN STATUS GIZI DAN


PARITAS PADA IBU POSTPARTUM DI PUSKESMAS CIMAHI
SELATAN KOTA CIMAHI
TAHUN 2020

Petunjuk untuk wawancara :


1. Kuesioner yang diisi tentang gambaran involusi uterus berdasarkan status
gizi dan paritas pada ibu postpartum
2. Terlebih dahulu memberi tanda Ceklis pada pilihan yang tersedia sesuai
dengan jawaban responden dan bagian tindakan.

I. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama :
2. Umur :
3. Alamat :
4. Pendidikan :
5. Pekerjaan :
6. RT /RW :
II. Jumlah Paritas : .......... Orang
Primipara (Anak ke 1)

MultiPrimipara (Anak ke 2-5)

Grandemultipara (Anak > 5)

III. Lingkar Lengan Atas (LILA) : ........... Cm


KEK

Tidak KEK
38

IV. Involusi Uterus : Normal (Tidak Teraba Pada hari ke (10-12


hari)
Tidak Normal (Teraba Pada hari ke (10-12 hari)
1

LEMBAR CEKLIS PENELITIAN

Involusi Uterus Status Gizi PARITAS


(LILA)
NORMAL TIDAK Tidak KEK Primipara Multipara Grandemultipara
NO NAMA PASIEN Tidak Teraba NORMAL KEK (<23,5cm) (Memiliki (Memiliki (Memiliki Anak ≥5)
Pada hari ke Teraba (Pada hari ( ≥23,5cm )
(10-12 hari) ke (10-12 hari)
Anak 1) Anak 2-4)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
1010

Anda mungkin juga menyukai