Anda di halaman 1dari 136

APLIKASI PROSES MANAJEMEN KEPERAWATAN

MANAJEMEN KEPERAWATAN RUANG SAFIR RSU AVISENA

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Manajemen


Keperawatan

Disusun Oleh :

Ade Tri Krismonika 4121017 Reza Amelia 4121018

Ai Hasanah 4121004 Saniya 4121015

Atep Kurnia 4121014 Tevi Fitriani 4121019

Fuji Pratiwi.A 4121016 Weby Nurjaman 4121013

Lisa Sri Ulina 4121020

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI

BANDUNG

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
segala anugerah dan karunia, serta salam dan salawat kepada Rasulullah SAW,
sehingga kelompok dapat menyelesaikan analisa Manajemen Keperawatan di
ruang Safir Rumah Sakit Umum Avisena yang diajukan sebagai salah satu syarat
untuk menyelesaikan stase manajemen keperawatan.
Analisis makalah ini hanya merupakan sebagian kecil dari keseluruhan
proses belajar, akan tetapi dalam penyelesaiannya membutuhkan waktu dan
proses. Banyak hal yang dapat kami pelajari selama proses praktik di Rumah
Sakit Umum Avisena, semua itu telah mampu membawa kami kedalam berbagai
suasana yang akhirnya menuntun kearah kematangan dalam berpikir dan
bertindak.
Dalam penyusunan makalah ini kami juga mengucapkan terimakasih
kepada semua pihak atas bantuan, bimbingan, motivasi, dan saran yang telah
diberikan. Maka dalam kesempatan ini, kami mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ibu Tonika Tohri, S.Kp., M.Kes. selaku Rektor Institut Kesehatan Rajawali
Bandung.
2. Bapak dr. dr. Antiono H. Ishak. selaku Direktur RSU Avisena yang telah
memberikan kesempatan kepada kami untuk melakukan praktik Stase
Manajemen di RSU Avisena terutama di ruangan Safir.
3. Ibu Rosdiana Megasanti, S.Kep., Ners. selaku Manager Ranap dan Rajal RSU
Avisena yang telah mengatur dan mengelola kami dalam proses praktik di
RSU Avisena.
4. Ibu Intan Frasasti N, A. Md. Kep. selaku Kepala Ruangan Safir, Emerald, dan
Berlian yang membantu serta membimbing kami dalam proses pengkajian
serta praktik.
5. Bapak Budi Rustandi, S.Kep., Ners, M.Kep. selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Profesi Ners.

i
6. Moch Sandi Haryanto, S.Kep.,Ners, M.Kep. selaku koordinator pada stase
Manajemen Keperawatan Profesi Ners yang selalu memberikan motivasi dan
dukungan kepada kami.
7. Tintin, S.Kep., Ners., M.Kep. selaku pembimbing akademik yang selalu
memberikan motivasi dan dukungan kepada kami.
8. Rahayu, A.Md., Kep., S.KM., MH.Kes. selaku pembimbing akademik yang
selalu memberikan motivasi dan dukungan kepada kami.
9. Kepada seluruh perawat ruang Safir yang telah berpartisipasi dan memberi
masukan kepada kami.
Kami telah berusaha mengumpulkan data untuk menyusun makalah ini
sesuai dengan sistematika yang benar, namun dengan segala kerendahan hati kami
juga menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan masukan tentang analisis data
yang benar.
Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami
khususnya bagi semua pihak pada umumnya. Semoga ketulusan do’a dan seluruh
bantuan yang telah diberikan untuk terselesaikan makalah ini kepada kami akan
mendapatkan balasan dari Allah SWT.

Cimahi, 16 Januari 2022

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Tujuan...............................................................................................................3
C. Manfaat.............................................................................................................4
D. Sistematika Penulisan.......................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................6
A. Konsep Manajemen Dalam Keperawatan........................................................6
B. Manajemen Asuhan Keperawatan..................................................................12
C. Pengorganisasian Dalam Manajemen Keperawatan.......................................18
D. Pengarahan Dalam Manajemen Keperawatan................................................27
E. Standar Asuhan Keperawatan.........................................................................31
F. Pendokumentasian Asuhan Keperawatan.......................................................33
G. Konsep Supervisi............................................................................................36
H. Metode Perhitungan Kebutuhan Tenaga Keperawatan..................................40
I. Cara Menghitung BOR, ALOS, BTO, TOI, NDR, GDR...............................47
J. Konsep Ronde Keperawatan (Nursing Rounds).............................................49
K. Konsep Sentralisasi Obat................................................................................53
L. Konsep Timbang Terima (Hand Over)...........................................................59
M. Konsep Perencanaan Pulang (Discharge Planning)...................................63
N. Konsep Kepuasan Perawat.............................................................................68
O. Konsep Kepuasan Pasien................................................................................78
P. Konsep Ruang Anak.......................................................................................81
BAB III KAJIAN SITUASI MANAJEMEN KEPERAWATAN.........................89
A. Profil Rumah Sakit Umum Avisena...............................................................89
B. Fasilitas-Fasilitas Rumah Sakit Umum Avisena............................................90

i
C. Tinjauan Ruangan Safir RSU Avisena Cimahi..............................................92
D. Hasil Kajian Situasional di Ruang Safir RSU Avisena Cimahi.....................93
E. Perhitungan Tenaga Keperawatan..................................................................95
F. Berdasarkan Tingkat Ketergantungan Pasien.................................................96
G. Hasil Perhitungan Jumlah Tenaga Keperawatan............................................97
H. Jumlah Pasien dan Kasus Terbanyak..............................................................97
I. Alur Pasien Masuk..........................................................................................98

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Undang-undang No.44 Tahun 2009 menyatakan bahwa rumah
sakit adalah sebuah institusi pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan
kesehatan secara perorangan. Tenaga kesehatan harus bekerja sesuai dengan
standar yang berlaku dan mengutamakan keselamatan pasien. Dalam pelayanan
kesehatan, salah satu dari petugas kesehatan adalah Perawat. Perawat menurut
UU 38 tahun 2014 tentang Keperawatanadalah seseorang yang telah lulus
pendidikan tinggi Keperawatan, baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui
oleh Pemerintah sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

Tujuan profesi keperawatan adalah memberikan pelayanan kepada klien


dan juga mempertahankan kehidupan profesi itu sendiri (Keyzer, 1992 dikutip
dalam Draper 1996). Untuk mencapai tujuan tersebut perawat perlu memiliki
ketrampilan intelektual, teknikal, interpersonal, dan etik. Semua ketrampilan ini
harus tampak dalam pemberian asuhan keperawatan kepada klien. Dengan kata
lain, praktek keperawatan profesional adalah praktek yang didasari dengan
keterampilan intelektual, teknikal, interpersonal dengan menerapkan suatu metode
asuhan yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Metode asuhan
keperawatan untuk melaksanakan praktek profesional adalah dengan
menggunakan proses keperawatan. Proses keperawatan adalah suatu rangkaian
asuhan yang terdiri dari pengkajian, menyusun diagnosa keperawatan,
perencanaan tindakan, implementasi, dan evaluasi (Mugianti).

Kualitas pelayanan yang diberikan perawat yang diberikan oleh perawat


akan terlihat dari asuhan keperawatan yang telah diberikan kepada klien.
Pengetahuan perawat memegang peranan penting dalam pendokumentasian proses
keperawatan. Perawat perlu memperoleh pengetahuan tentang aplikasi proses
keperawatan yang digunakan untuk menginterpretasi data pasien. Asuhan
keperawatan yang baik adalah tergangtung pada kemampuan seorang perawat

62
dalam membina hubungan saling percaya diantara pasien dan keluarga, mengkaji
kondisi kesehatan pasien, menetapkan diagnose keperawatan dan memberikan
tindakan yang dibutuhkan oleh pasien, mengevaluasi tindakan yang sudah
dilakukan. Perawat memiliki peran yang penting untuk pasien yaitu sebagai
caregiver (pengasuh), client advocate (advokat klien), counselor,
educator(pendidik), coordinator (coordinator), collaborator (kolaborasi),
consultan (Rifiani, 2013).
Dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien, perawat
menerapkan manajemen keperawatan dalam bentuk manajemen asuhan
keperawatan. Manajemen asuhan keperawatan yang baik sangat dibutuhkan dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada klien secara sistematis dan terorganisir.

Manajemen adalah proses untuk melaksanakan kegiatan melalui orang lain.


Kegiatan manajemen keperawatan mengacu pada konsep manajemen secara
umum, dengan menggunakan pendekatan fungsi-fungsi manajemen meliputi
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan (pengawasan dan
Evaluasi). Manajemen pelayanan keperawatan berfokus pada komponen 5 M
(Man, Money, Material, Method, Machine). Dalam setiap kegiatan manajemen
selalu diawali dari Perencanaan dan diakhiri dengan Pengontrolan yang
merupakan suatu siklus yang berulang (Mugianti).

Perencanaan merupakan fungsi manajemen pertama yang sangat


menentukan dan mempengaruhi keberhasilan dari fungsi-fungsi manajemen
lainnya. Perencanaan harus dikerjakan lebih dahulu sebelum mengerjakan fungsi
manajemen yang lainnya. Perencanaan yang baik akan mengarahkan pada
pencapaian tujuan, sehingga sistem kontrol diharapkan berjalan dengan baik yang
pada akhirnya akan memudahkan pencapaian tujuan organisasi. Fungsi
manajemen selanjutnya adalah pengorganisasian, merupakan fungsi manajemen
yang memiliki peranan penting seperti halnya perencanaan. Melalui fungsi
pengorganisasian seluruh sumber daya baik manusia maupun bukan manusia yang
dimiliki oleh suatu organisasi atau institusi diatur penggunaannya agar efektif
dan efisien sehingga tujuan organisasi tercapai (Mugianti). Pengendalian adalah

2
proses untuk memastikan bahwa aktivitas yang dilakukan adalah sesuai dengan
aktivitas yang direncanakan dan berfungsi untuk menjamin mutu serta evaluasi
kinerja. Tujuan pengontrolan adalah untuk mengidentifikasi kekurangan dan
kesalahan agar dapat dilakukan perbaikan. Pengontrolan penting dilakukan
untuk mengetahui fakta yang ada, sehingga jika muncul isue dapat segera
direspons dengan cepat dengan cara duduk bersama (Mugianti).

RSU Avisena RSU Avisena yakni salah satu RS milik Perusahaan Kota
Cimahi yang bermodel RSU, dinaungi oleh  Lainnya  Perusahaan dan tergolong
kedalam RS Kelas D. Visi RSU Avisena mewujudkan rumah sakit yang unggul
dan terpercaya. Sedangkan Misi RSU Avisena adalah memberikan pelayanan
yang profesional, kekeluargaan, dan amanah, Mendukung program pemerintah
untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Setelah dilakukan pengkajian secara singkat, kami tertarik untuk


melakukan pengkajian secara mendalam setelah didapatkan beberapa data yang
menunjukan bahwa masih terdapat kekurangan yang ada diruangan mulai dari
man, method, material, money, dan market, data tersebut akan dianalisis
menggunakan analisis SWOT.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah melakukan praktik keperawatan manajemen selama 27 hari
mulai dari tanggal 4 Januari-30 Januari 2021, mahasiswa mampu melakukan
observasi pengkajian ruangan, praktisi keperawatan dan mampu membuat
rencana dan implementasi dari hasil kajian terhadap instalasi rawat inap
diruang Safir, Emerald dan Berlian yang menerapkan Model Keperawatan
Tim, sesuai dengan konsep dan langkah-langkah manajerial keperawatan,
selain itu juga mahasiswa mampu melakukan pengelolaan unit keperawatan
tertentu sesuai dengan konsep dan langkah-langkah manajemen keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti kegiatan praktik ini diharapkan mahasiswa dapat :

3
1) Melakukan kajian unit pelayanan keperawatan di ruangan Safir, Emerald
dan Berlian.
2) Mendiagnosa masalah-masalah terkait 5 M dalam proses pemberian
pelayanan keperawatan diruangan.
3) Membuat plan of action untuk menjawab masalah-masalah yang
ditemukan.
4) Mengimplementasikan rencana tindakan untuk mengatasi masalah yang
ditemukan.
5) Melakukan pengelolaan staf (kelompok dan pendukung) dibawah
supervisi penanggung jawab.
6) Memberikan pengarahan organisasional pada kelompok kerja, melakukan
fungsi kontrol dan evaluasi program.
7) Mengimplementasikan model pengorganisasian pelayanan keperawatan.

C. Manfaat
1. Bagi Rumah Sakit
Membantu meningkatkan kualitas manajemen instalasi rawat inap RSU
Avisena di ruang Safir, Emerald dan Berlian untuk dapat mencapai tujuan
organisasi dibidang peningkatan pelayanan kepada masyarakat yang
paripurna dan sebagai lahan pendidikan, pelatihan tenaga kesehatan,
penelitian dan pengembangan ilmu kesehatan klinis dan perawatan dalam
rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
2. Bagi Ruang Safir
Manfaat bagi ruang Safir, Emerald dan Berlian yaitu sebagai bahan
masukan dalam tatalaksana manajemen pelayanan keperawatan di Ruang
Safir, Emerald dan Berlian Rumah Sakit Umum Avisena sehingga dapat
membantu meningkatkan mutu pelayanan keperawatan yang professional.
3. Bagi Mahasiswa
Secara langsung menerapkan konsep, teori dan prinsip manajemen
keperawatan dalam pengelolaan pelayanan keperawatan pada instalasi rawat
inap ruang Safir, Emerald dan Berlian disuatu tatanan pelayanan kesehatan

4
dan dapat berperan sebagai agen pembaharu dan model peran dalam
kepemimpinan dan pengelolaan pelayanan keperawatan profesional di tingkat
dasar.

D. Sistematika Penulisan
BAB I Pendahuluan berisi mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan,
manfaat dan sistematika penulisan.
BAB II Tinjauan Pustaka berisi mengenai teori Manajemen Keperawatan
BAB III Kajian Situasi Manajemen Keperawatan berisi mengenai Pengkajian 5 M
BAB IV Implementasi Analisis Pengkajian 5M berisi mengenai implementasi
yang sudah dilaksanakan
BAB V Kesimpulan dan Saran berisi mengenai kesimpulan dan saran

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Manajemen Dalam Keperawatan


1. Definisi Manajemen Keperawatan

Manajemen adalah proses untuk melaksanakan pekerjaan melalui


orang lain (Gillies,1989). Menurut Siagian (1999), manajemen berfungsi
untuk melakukan semua kegiatan yang perlu dilakukan dalam rangka
mencapai tujuan dalam batas-batas yang telah ditentukan pada tingkat
administrasi. Sedangkan Liang Lie mengatakan bahwa manajemen adalah
suatu ilmu dan seni perencanaan, pengarahan, pengorganisasian dan
pengontrolan dari benda dan manusia untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan sebelumnya. Selanjutnya Swanburg (2000) mendefinisikan
manajemen sebagai ilmu atau seni tentang bagaimana menggunakan
sumber daya secara efisien, efektif dan rasional untuk mencapai tujuan
organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya (Mugianti).

Dari beberapa pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa manajemen


adalah proses yang dinamis, yang senantiasa berubah sesuai dengan
tuntutan perkembangan. Manajemen merupakan proses mengorganisir
sumber-sumber untuk mencapai tujuan dimana arah tujuan yang akan
dicapai ditetapkan berdasarkan visi, misi, filosofi organisasi. Manajemen
keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan
untuk memberikan asuhan, pengobatan dan bantuan terhadap para pasien
(Gillies, 1989) (Mugianti).

2. Prinsip-Prinsip yang Mendasari Manajemen Keperawatan

62
Dalam prinsip-prinsip yang mendasari manajemen keperawatan
adalah :
1) Manajemen keperawatan seyogianya berlandaskan perencanaan
karena melalui fungsi perencanaan, pimpinan dapat menurunkan
resiko pengambilan keputusan, pemecahan masalah yang afektif
dan terencana.
2) Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu
yang efektif. Manajer keperawatan menghargai waktu akan
menyusun perencanaan yang terprogram dengan baik dan
melaksanakan kegiatan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan
sebelumnya.
3) Manajemen keperawatan akan melibatkan pengambilan keputusan
berbagai situasi maupun permasalahan yang terjadi dalam
pengelolaan kegiatan keperawatan memerlukan pengambilan
keputusan di berbagai tingkat manajerial.
4) Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien merupakan fokus
perhatian manajer keperawatan dengan mempertimbangkan apa
yang pasien lihat, fikir, yakini dan ingini. Kepuasan pasien
merupakan point utama dari seluruh tujuan keperawatan.
5) Manajemen keperawatan harus terorganisir. Pengorganisasian
dilakukan sesuai dengan kebutuhan organisasi untuk mencapai
tujuan.
6) Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen keperawatan
yang meliputi proses pendelegasian, supervisi, koordinasi dan
pengendalian pelaksanaan rencana yang telah diorganisasikan.
7) Manejer keperawatan yang baik adalah manajer yang dapat
memotivasi staf untuk memperlihatkan penampilan kerja yang
baik.
8) Manajemen keperawatan menggunakan komunikasi yang efektif.
Komunikasi yang efektif akan mengurangi kesalahpahaman dan

7
memberikan persamaan pandangan arah dan pengertian diantara
bawahan.
9) Pengembangan staf penting untuk dilaksanakan sebagai upaya
mempersiapkan perawat pelaksana untuk menduduki posisi yang
lebih tinggi ataupun upaya manajer untuk meningkatkan
pengetahuan karyawan.
10) Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan yang
meliputi penilaian tentang pelaksanaan rencana yang telah dibuat,
pemberian instruksi dan menetapkan prinsip-prinsip melalui
penetapan standar, membandingkan penampilan dengan standar
dan memperbaiki kekurangan.
3. Lingkup Manajemen Keperawatan

Mempertahankan kesehatan telah menjadi sebuah industri besar


yang melibatkan berbagai aspek upaya kesehatan. Pelayanan kesehatan
sudah menjadi hak yang paling mendasar bagi semua orang dan
memberikan pelayanan kesehatan yang memadai akan membutuhkan
upaya perbaikan menyeluruh dari sistem yang ada. Pelayanan kesehatan
yang memadai sangat dipengaruhi oleh pelayanan keperawatan yang ada
didalamnya. Keperawatan merupakan disiplin praktek klinis. Manajer
keperawatan yang efektif seyogianya memahami hal ini dan mampu
memfasilitasi pekerjaan perawat pelaksana meliputi: menggunaan proses
keperawatan dalam setiap aktivitas asuhan keperawatannya, melaksanakan
intervensi keperawatan berdasarkan diagnosa keperawatan yang
ditetapkan, menerima akuntabilitas kegiatan keperawatan dan hasil-hasil
keperawatan yang dilaksanakan oleh perawat, serta mampu mengendalikan
lingkungan praktek keperawatan. Seluruh pelaksanaan kegiatan ini
senantiasa di inisiasi oleh para manajer keperawatan melalui partisipasi
dalam proses manajemen keperawatan dengan melibatkan para perawat
pelaksana. Berdasarkan gambaran diatas maka lingkup manajemen
keperawatan terdiri dari: Manajemen operasional/ menajemen layanan dan
manajemen asuhan keperawatan (Mugianti).

8
a. Manajemen Layanan/Operasional
Dalam Mugianti, pelayanan keperawatan di rumah sakit dikelola
oleh bidang perawatan yang terdiri dari tiga tingkatan menajerial dan
setiap tingkatan dipimpin oleh seseorang yang mempunyai
kompetensi yang relevan. Tingkat manajerial tersebut yaitu :

Agar mencapai hasil yang baik, ada beberapa faktor yang perlu
dimiliki oleh orangorang yang memimpin dalam tiap level manajerial
tersebut. Faktor-faktor tersebut adalah: kemampuan menerapkan
pengetahuan, ketrampilan kepemimpinan, kemampuan menjalankan
peran sebagai pemimpin, dan kemampuan melaksanakan fungsi
manajemen.

b. Manajemen Asuhan Keperawatan


Manajemen Asuhan Keperawatan adalah suatu proses
keperawatan yang menggunakan konsep-konsep manajemen di
dalamnya seperti : perencanaan, pengorganisasan, implementasi,
pengendalian dan evaluasi. Manajemen asuhan keperawatan ini
menekankan pada penggunaan proses keperawatan dan hal ini melekat
pada diri seorang perawat. Setiap perawat dalam melaksanakan
tugasnya harus menggunakan proses keperawatan untuk mencapai
tujuan asuhan keperawatan pasien. Proses Keperawatan merupakan
proses pemecahan masalah yg menekankan pada pengambilan
keputusan tentang keterlibatan perawat sesuai yang dibutuhkan pasien.
Proses keperawatan terdiri dari 5 tahapan yaitu : pengkajian,
penentuan diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan,

9
implementasi dan evaluasi. Selanjutnya mari Anda pahami tentang
tujuan manajemen keperawatan (Mugianti).
4. Tujuan Manajemen Keperawatan
Dalam Mugianti, tujuan manajemen keperawatan adalah sebagai berikut:
1) Mengarahkan seluruh kegiatan yang direncanakan.
2) Mencegah/mengatasi permasalahan manajerial.
3) Pencapaian tujuan organisasi secara efektif dan efisien dengan
melibatkan seluruh komponen yang ada.
4) Meningkatkan metode kerja keperawatan sehingga staf perawatan
bekerja lebih efektif dan efisien, mengurangi waktu kerja yang sia-
sia, mengurangi duplikasi tenaga dan upaya.
Hasil akhir (outcome) yang diharapkan dari manajemen keperawatan
adalah:
1) Terselenggaranya pelayanan/Asuhan keperawatan yang berkualitas.
2) Pengembangan staf.
3) Budaya riset bidang keperawatan.
5. Prinsip-Prinsip Manajemen Keperawatan
Ada tujuh prinsip manajemen yang harus diketahui, yaitu:
perencanaan, penggunaan waktu yang efektif, pengambilan keputusan,
pengelola/pemimpin, tujuan sosial, pengorganisasian dan perubahan.
Berikut dibawah ini akan dijelaskan maksud dari prinsip-prinsip
manajemen tersebut (Mugianti).
1) Perencanaan (Planning). Perencanaan adalah fungsi dasar dan
pertama dalam manajemen (the first function of management).
Semua fungsi manajemen tergantung dari perencanaan.
Perencanaan adalah suatu proses berpikir atau proses mental untuk
membuat keputusan dan peramalan (forecasting). Perencanaan
harus berorientasi ke masa depan dan memastikan kemungkinan
hasil yang diharapkan (Swansburg & Swansburg, 1999). Dalam
perencanaan, salah satu hal penting yang menjadi pusat perhatian
adalah rencana pengaturan sumber daya manusia (SDM) dan

10
sumber daya yang lain yang relevan. Perencanaan yang baikakan
meningkatkan capaian tujuan dan pembiayaan yang efektif.
2) Penggunaan Waktu Efektif (Effective utilization of time).
Penggunaan waktu efektif berhubungan dengan pola pengaturan
dan pemanfaatan waktu yang tepat dan memungkinkan berjalannya
roda organisasi dan tercapaianya tujuan organisasi. Waktu
pelayanan dihitung, dan kegiatan perawat dikendalikan.
3) Pengambilan keputusan (Decision making). Pengambilan
keputusan adalah suatu hasil atau keluaran dari proses mental atau
kognitif yang membawa pada pemilihan di antara beberapa
alternatif yang tersedia yang dilakukan oleh seorang pembuat
keputusan. Keputusan dibuat untuk mencapai tujuan melalui
pelaksanaan/ implementasi dari pilihan keputusan yang diambil.
4) Pengelola/Pemimpin (Manager/leader). Manajer yang bertugas
mengatur manajemen memerlukan keahlian dan tindakan nyata
agar para anggota menjalankan tugas dan wewenang dengan baik.
Adanya manajer yang mampu memberikan semangat, mengontrol
dan mengajak mencapai tujuan merupakan sumber daya yang
sangat menentukan.
5) Tujuan sosial (Social goal). Manajemen yang baik harus memiliki
tujuan yang jelas dan ditetapkan dalam bentuk visi, misi dan tujuan
organisasi.
6) Pengorganisasian (Organizing). Pengorganisasian adalah
pengelompokan sejumlah aktivitas untuk mencapai tujuan yang
diharapkan. Penugasan pada masing-masing kelompok dilakukan
berdasarkan supervisi, ada koordinasi dengan unit lain baik secara
horizontal maupun secara vertikal (Swansburg & Swansburg,
1999).
7) Perubahan (Change) adalah proses penggantian dari suatu hal
dengan yang lainnya yang berbeda dari sebelumnya (Douglas,
1988). Perubahan, di dalam manajemen keperawatan perubahan

11
dijadikan prinsip karena sifat layanan yang dinamis mengikuti
karakteristik pasien yang akan dilayani.

B. Manajemen Asuhan Keperawatan


1. Pengertian Asuhan Keperawatan
Proses keperawatan adalah suatu rangkaian asuhan yang terdiri
dari pengkajian, menyusun diagnosa keperawatan, perencanaan tindakan,
implementasi, dan evaluasi (Mugianti).

2. Manajemen Asuhan Keperawatan


Manajemen asuhan keperawatan merupakan pengaturan sumber
daya dalam menjalankan kegiatan keperawatan dengan menggunakan
metoda proses keperawatan untuk memenuhi kebutuhan klien atau
menyelesaikan masalah klien (Keliat, 2000). Tiga komponen penting
dalam manajemen asuhan keperawatan yaitu manajemen sumber daya
manusia (perawat) dengan menggunakan sistem pengorganisasian
pekerjaan perawat (asuhan keperawatan) dan sistem klasifikasi
kebutuhan klien dalam metoda pemberian asuhan keperawatan yaitu
proses keperawatan (Mugianti).

3. Proses Keperawatan
Proses keperawatan adalah suatu pendekatan penyelesaian masalah
yang sistematis dalam pemberian asuhan keperawatan. Kebutuhan dan
masalah klien merupakan titik sentral dalam proses penyelesaian
masalah. Menurut Craven dan Hirnle (2000) proses keperawatan
merupakan suatu panduan untuk memberikan asuhan keperawatan
professional, baik untuk individu, kelompok, keluarga dan komunitas.
Proses Keperawatan dijadikan sebagai dasar hukum praktik keperawatan
( ANA, 1973), serta untuk Pengembangan Standar Praktik
Keperawatan (Mugianti).

12
Tujuan proses keperawatan secara umum adalah membuat suatu
kerangka konsep berdasarkan kebutuhan individu, keluarga dan
masyarakat seperti yang disampaikan oleh Yura dan Walsh (1983) bahwa
Proses keperawatan adalah suatu tahapan desain tindakan yang ditujukan
untuk memenuhi tujuan keperawatan meliputi: mempertahankan kesehatan
optimal, kembali ke keadaan normal, dan memfasilitasi kualitas hidup.
Jadi apabila kita menggunakan proses keperawatan harus dipastikan bahwa
pasien kelolaan akan menjadi lebih berkualitas, dalam kehidupannya
melalui upaya kesehatan yang kita lakukan (Mugianti).

Teori yang mendasari Proses Keperawatan :

1) Teori sistem, didasarkan pada input, proses dan keluaran/output


2) Teori kebutuhan manusia, berdasarkan tahapan pemenuhan
kebutuhan dasar, biasanya digunakan teori Maslow
3) Teori pengambilan keputusan dan penyelesaian masalah
a. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal proses keperawatan,
proses sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber,
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan.
1) Data bisa kita kelompokkan menjadi data dasar dan data fokus.
a. Data dasar adalah kumpulan data tentang status kesehatan
klien, kemampuan klien mengelola kesehatan dan
keperawatan terhadap dirinya sendiri, hasil konsultasi dari
medis atau profesi kesehatan lain. Contoh: Biodata pasien,

13
diagnosa medis, riwayat kesehatan, pola pemenuhan
kebutuhan dasar, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang.
b. Data Fokus adalah data tentang perubahan atau respon klien
terhadap kesehatan dan masalah kesehatan dan hal-hal yang
mencakup tindakan yang dilaksanakan kepada klien.
Contoh Fokus Pengkajian Keperawatan
a) Respon klien terhadap masalah kesehatan yang
berhubungan dengan kebutuhan dasar manusia
b) Penyusunan data sebagai indikator untuk mendukung
diagnosa keperawatan
2) Data yang kita peroleh bisa kita bedakan menjadi 2 type.
a. Data obyektif : adalah data yang kita dapatkan dari pasien
yang terukur bisa didapat berdasar observasi dan
pemeriksaan langsung maupun menggunakan alat. Contoh
hasil pemeriksaan Tensi : 120/80 mmHg, hasil Laboratorium
Hb : 8 gr%. Konjungtiva : anemis.
b. Data subyektif : adalah data yang didapatkan berdasarkan
keluhan pasien dan bersifat subyektif contoh : pasien
mengeluh pusing, mata berkunang kunang.
Demi ketepatan diagnosa keperawatan pada tahap
berikutnya maka karakteristik data harus : lengkap, akurat,
nyata dan relevan. Sumber data adalah klien, orang terdekat,
catatan klien, riwayat penyakit, konsultasi, hasil pemeriksaan
diagnostik, catatan medis dan anggota tim kesehatan lain,
perawat lain.
3) Metode Pengumpulan Data
Untuk melakukan pengumpulan data perawatan, perawat
dapat melakukan beberapa metode, yaitu: wawancara melalui
komunikasi efektif, observasi, dan pemeriksaan fisik.
Pengkajian merupakan pengumpulan data subyektif dan

14
obyektif secara sistematis dengan tujuan untuk menentukan
diagnosa keperawatan yang tepat untuk menyusun rencana
tindakan keperawatan yang tepat, baik bagi individu, keluarga
dan komunitas (Craven & Hirnle, 2000). Oleh karena itu
dibutuhkan suatu format pengkajian yang dapat menjadi alat
bantu perawat dalam pengumpulan data.

b. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan tentang gangguan
status kesehatan baik aktual maupun potensial. Secara implisit dalam
diagnosa ini terdapat pernyataan tentang respon klien yang secara
legal dan berdasarkan ilmu perawat. Diagnosa keperawatan dapat
berupa aktual, resiko, wellness atau sindroma

1) Aktual : Diagnosa actual merupakan pernyataan klinis


dimana perawat telah memfalidasikannya karena adanya ciri-
ciri atau tanda-tanda utama yang mendukung diagnose
tersebut. Contoh : Fokus data : Tensi : 100/60 mmHg,
Mata cowong, turgor berkurang, terdapat penurunan
BeratBadan, Total Body Water turun 8 % BB, ada riwayat
muntah dan buang air besar cair. Diagnosa keperawatannya
adalah Gangguan keseimbangan cairan: Defisit sehubungan
dengan output berlebih.

2) Risiko : Diagnosa keperawatan risiko menjelaskan


pernyataan klinis dimana individu atau kelompok rentan
mengalami masalah dan pada orang lain dalam situasi
yang sama atau mirip. Contoh Data fokus: Pasien dengan
riwayat mulai kemarin tidak makan atau tidak ada nafsu
makan, kondisi sekarang lemah, mual, porsi makan yang
disediakan habis ¼ porsi, Hb 11 gr%.

15
3) Wellness : Diagnose keperawatan “wellness” adalah
pernyataan klinis tentang individu atau masyarakat yang
berada pada transisi dari tingkat kesejahteraan tertentu
ketingkat kesejahteraan yang lebih tinggi.

c. Rencana (Intervensi) Keperawatan


Tahap perencanaan melibatkan serangkaian tahap dimana
perawat dan pasien menyusun prioritas, menulis tujuan dan hasil
yang diharapkan dan menulis rencana tindakan guna menyelesaikan
masalah klien. Jenis rencana keperawatan meliputi : intervensi
mandiri, intervensi kerja sama (interdependensi) dan intervensi
tergantung.
1) Intervensi mandiri melibatkan aspek-aspek praktek keperawatan
profesional yang secara hukum dilakukan perawat dan tidak
membutuhkan supervisi atau arahan dari profesi lain.
2) Intervensi interdependensi dilakukan oleh perawat dengan
berkolaborasi dengan tenaga kesehatan yang lain.
d. Implementasi
Pada tahap ini perawat melakukan tindakan sesuai dengan
rencana. Selama tahap ini perawat melanjutkan mengumpulkan data,
melakukan tindakan keperawatan atau mendelegasikan tindakan
keperawatan, dan memvalidasi rencana keperawatan. Tindakan
keperawatan atau implementasi merupakan suatu tindakan yang
dilakukan langsung kepada klien, keluarga, dan komunitas
berdasarkan rencana keperawatan yang dibuat. Berdasarkan
manajemen asuhan keperawatan maka perlu dilakukan sistem
klasifikasi pasien dalam pemberian asuhan keperawatan. Sistem ini
dikembangkan untuk meyakinkan adanya pelayanan prima yang
berfokus pada pelayanan pelanggan. Dengan sistem ini dikaji
kebutuhan pasien terhadap pelayanan keperawatan dan dirancang
pemenuhan kebutuhannya melalui standar pelayanan dan asuhan

16
keperawatan. Di ruang perawatan, klien diklasifikasikan berdasarkan
tingkat kebutuhannya terhadap tindakan keperawatan. Klasifikasi ini
terdiri dari: perawatan total, parsial, dan mandiri. Menurut Gillies
(1995) rata-rata pasien membutuhkan perawatan sehari selama empat
jam dengan rincian sebagai berikut:

Berdasarlan rincian tersebut maka ditetapkan tindakan


keperawatan diruangan perawatan untuk pasien dibagi dalam tiga
kategori:

Jumlah jam untuk tindakan keperawatan diatas dialokasikan


untuk tindakan bagi individu pasien selama 24 jam, tidak termasuk
tindakan keperawatan dalam bentuk kelompok dan ADL pasien.
Semua rincian waktu dan tindakan keperawatan diatas dibuatkan
pedoman tindakan dan jadwal aktivitas per masalah keperawatan per
sistem klasifikasi pasien. Diharapkan untuk selanjutnya perawat di
ruang perawatan memiliki panduan yang jelas dalam pemberian
tindakan keperawatan untuk setiap pasien sesuai masalah keperawatan
dan tingkat kebutuhan tindakan keperawatannya. Pedoman tindakan
keperawatan dibuat untuk tindakan kepada pasien baik secara
individual, kelompok, maupun yang terkait dengan aktivitas

17
kehidupan sehari-hari (ADL). Dengan adanya rincian kebutuhan
waktu, diharapkan setiap perawat memiliki jadwal kegiatan harian
untuk pasien masing-masing sehingga waktu kerja perawat menjadi
lebih efektif dan efisien.

e. Evaluasi
Pada tahap ini perawat mengkaji respon klien terhadap
intervensi keperawatan dan kemudian membandingkan respon
tersebut dengan standar. Standar ini sering disebut sebagai “outcome
criteria” perawat menilai sejauh mana tujuan atau hasil keperawatan
telah tercapai. Selanjutnya semua tindakan keperawatan yang telah
dilakukan oleh perawat didokumentasikan dalam format implementasi
dan dievaluasi dengan menggunakan pendekatan SOAP (subjective,
objective, analyses, planning). Disamping itu terkait dengan
pendekatan SOAP setiap kali selesai berinteraksi dengan pasien,
perawat memberikan penugasan atau kegiatan yang terkait dengan
tindakan keperawatan yang telah dilakukan sebagai tindak lanjut.
Penugasan atau kegiatan ini dimasukkan kedalam jadwal aktivitas
pasien dan diklasifikasikan apakah tugas tersebut dilakukan secara
mandiri (M), dengan bantuan sebagian (B), atau dengan bantuan total
(T). Setiap hari kemampuan melakukan tugas atau aktivitas ini
dievaluasi.

C. Pengorganisasian Dalam Manajemen Keperawatan


1. Pengertian dan Hakekat Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah pengelompokan/pengaturan kegiatan
yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi, melalui supervisi,
komunikasi dan koordinasi dengan unit kerja lain secara vertikal/atasan
dan horizontal/bawahan (Depkes RI, 2001). Menurut Hersey dan
Blanchard (1997) dalam La Monica (1998) pengorganisasian adalah
kegiatan mendesain tujuan dan wewenang tiap pekerjaan individu,

18
menetapkan mana pekerjaan yang masuk dalam kelompok manajer
mencari metode dan proses agar pekerjaan dapat terintegrasi dengan baik
Pengorganisasian pelayanan keperawatan adalah proses
pengelompokan kegiatan terhadap tugas, wewenang, tanggung jawab dan
koordinasi kegiatan baik vertikal maupun horizontal yang dilakukan oleh
tenaga keperawatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Fungsi
ini mencakup penetapan tugas-tugas yang harus dilakukan, siapa yang
harus melakukan, seperti apa tugas-tugas dikelompokkan, siapa yang
melaporkan ke siapa, dan di mana serta kapan keputusan harus diambil
oleh seorang perawat (Mugianti).
2. Tipe-Tipe Organisasi
Secara umum struktur organisasi dibagi menjadi tiga macam yaitu :
1) Organisasi Lini
Bentuk organisasi lini merupakan yang tertua di dunia,
organisasi lini mencirikan bahwa pembagian tugas dan wewenang
terdapat perbedaan yang nyata antara satuan organisasi pimpinan dan
satuan organisasi pelaksana. Peran pimpinan sangat dominan,
segala kendali ada di tangan pimpinan, dan dalam melaksanakan
kegiatan yang diutamakan adalah wewenang dan perintah.
Organisasi lini lebih cocok digunakan untuk organisasi dengan
jumlah karyawan sedikit, sarana dan prasarana terbatas, serta tujuan
dan kegiatan organisasi yang sederhana. Bentuk organisasi lini
mempunyai keuntungan pengambilan keputusan dapat dilaksanakan
dengan cepat, kesatuan arah dan perintah lebih terjamin, serta
koordinasi dan pengawasan lebih mudah. Kelemahannya adalah
keputusan sering kurang sempurna, dibutuhkan pemimpin yang
benar benar dapat memegang kendali dan berwibawa, dan unsur
manusiawi sering terabaikan.
2) Organisasi staf
Organisasi staf merupakan pengembangan dari organisasi
lini. Organisasi staf dicirikan bahwa dalam organisasi dikembangkan

19
satuan organisasi sataf yang berperan sebagai pembantu pimpinan.
Orang yang duduk dalam organisasi staf adalah individu ahli sesuai
dengan kebutuhan organisasi. Pimpinan membutuhkan orang yang
mampu membantu memecahkan masalah organisasi. Pengambilan
keputusan berada di tangan pimpinan. Keuntungannya adalah
pengambilan keputusan akan lebih baik, kerugiannya pengambilan
keputusan membutuhkan waktu yang lebih lama.
3) Organisasi lini dan staf
Merupakan pengembangan dari organisasi staf. Pada bentuk
organisasi ini, staf tidak hanya diberi job sebagai penasiaht, tetapi
staf juga diberikan tanggung jawab untuk melaksanakan nasihat
tersebut. Organisasi lini staf diterapkan jika permasalahan organisasi
sangat kompleks sehingga staf tidak hanya memberikan ide tetapi
juga harus melaksanakan. Keuntungan organisasi lini staf adalah
pengambilan keputusan telah dipikirkan oleh sejumlah orang,
tanggung jawab pimpinan berkurang karena pimpinan dapat lebih
memusatkan perhatian pada masalah yang lebih penting serta
pengembangan bakat dan kemampuan dapat dilakukan sehingga
mendorong tanggung jawab kerja yang baik. Kelemahannya adalah
pengambilan keputusan memakan waktu lebih lama, dapat
menimbulkan kebingungan pelaksana jika staf tidak mengetahui
batas batas wewenangnya.

3. Tujuan Pengorganisasian
Menurut Mugianti, berikut ini akan diuraikan tentang
tujuan pengorganisasian dalam manajemen keperawatan
sebagai berikut:

1) Pencapaian tujuan organisasi.


2) Pengorganisasian sumber daya secara efektif dan efisien.
3) Melakukan pembagian tugas dan pertanggungjawaban yang

20
efektif antara perorangan dan kelompok.
4) Menentukan jalur komunikasi dan koordinasi yang efektif melaui
penyusunan struktur organisasi yang baik.
5) Melakukan pengambilan keputusan secara tepat.
6) Melakukan pengawasan kegiatan-kegiatan organisasi secara
efektif melalui supervisi.
7) Melakukan antisipasi terhadap berbagai perubahan yang mungkin
terjadi dengan melalui penyesuaian-penyesuaian yang penting.
(Swansburg & Swansburg, 1999).

4. Prinsip-prinsip Pengorganisasian Manajemen


1) Pembagian kerja dimaksudkan bahwa semua pekerjaan dibagi
habis kepada semua staf. Setiap staf memiliki tugas yang jelas
untuk mengerjakan pekerjaan tertentu. Untuk menghindari
kesalahan maka manajer perawat hendaknya mengerti
karakteristik tugas, tanggung jawab dan wewenang stafnya. Job
description, pengembangan prosedur dan deskripsi hasil kerja
diperlukan sebagai rambu-rambu pembagian kerja.
2) Pendelegasian, menurut ANA (2005) adalah penyerahan
tanggung jawab kinerja atas suatu tugas dari satu individu kepada
individu lain sedangkan pertanggung jawaban tetap tergantung
hasilnya. Pendelegasian tugas merupakan pelimpahan
wewenang dan tanggung jawab kepada staf untuk melakukan
tindakan dengan batas kewenangan tertentu, Dalam pendelegasian
mengandung unsur mentoring dan regenerasi yang baik atau
alami serta memiliki nilai bagaimana mengelola sumber daya
yang efektif dan efisien dengan kemampuan terbatas, Menurut
Rose K.N (2008)
3) Koordinasi, adalah suatu kegiatan melakukan komunikasi dan
hubungan dengan pihak yang terlibat dalam melancarkan kegiatan
agar terjadi nada atau irama yang sama sehingga terjadi

21
keselarasan tindakan, usaha, sikap dan penyesuaian antar tenaga
yang ada di tempat kerja. Koordinasi efektif bisa dilakukan
dengan cara : 1) membangun komunikasi dua arah baik dengan
atasan maupun bawahan, 2) membiasakan melakukan rapat
formal ( rapat resmi, pre dan post conferent), 3) melakukan
pelaporan dan pencatatan yang teratur dan berkelanjutan, 4)
membuat pembakuan formulir–formulir yang dipakai dalam
semua kegiatan sebagai bukti tanggung jawab dan tanggung
gugat.
4) Manajemen waktu biasanya digunakan oleh setiap orang untuk
melakukan aktivitas apa saja. Kemampuan mengelola waktu
merupakan capaian keberhasilan seseorang. Agar dapat berhasil
dalam mengelola waktu maka diperlukan pemanfaatan waktu
yang efektif dengan cara : 1) Analisa waktu yang dipakai dengan
membuat jadwal dan kategori kegiatan, 2) memeriksa kembali
tiap porsi kategori sesuai waktu yang ada, 3) menentukan prioritas
pekerjaan menurut kegawatan, mendesak, dan tidak
mendesak/rutin, 4) mendelegasikan kepada bawahan, sesuai
dengan sifat pekerjaan

5. Metode Pelayanan Keperawatan


Pengeorganisasian pelayanan di bangsal perawatan mengacu
pada metode asuhan keperawatan yang digunakan. Berikut ini akan
dijelaskan beberapa metode yang digunakan dan bentuk struktur
pengorganisasian kerja yang digunakan supaya efektif dan efisien.
1) Model Asuhan Keperawatan Fungsional
Yaitu pengorganisasian tugas keperawatan yang
didasarkan kepada pembagian tugas menurut jenis pekerjaan yang
dilakukan. Seorang perawat dapat melakukan dua jenis atau lebih
untuk semua klien yang ada di unit tersebut. Metode ini
berkembang ketika perang dunia II, akibat kurangnya perawat

22
profesional, maka banyak direkrut tenaga pembantu perawat.
Mereka dilatih minimal cara merawat, diajarkan tugas yang
sederhana dan berulang seperti menyuntik, ukur tekanan darah,
mengukur suhu, merawat luka dan sebagainya. Awalnya hal
tersebut bersifat sementara, karena keterbatasan tenaga perawat
yang ada, namun dalam kenyataannya hal tersebut tetap bertahan
sampai saat ini, khususnya di Indonesia.
Keuntungan :
a. Perawat trampil untuk tugas dan pekerjaan tertentu
b. Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat setelah
selesai tugas
c. Kekurangan tenaga yang ahli dapat diganti dengan tenaga
yang kurang berpengalaman untuk satu tugas sederhana.
d. Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staf atau
peserta didik yang praktek untuk ketrampilan tertentu.
Kerugian :
a. Pelayanan keperawatan terpilah-pilah atau tidak
memungkinkan untuk melakukan keperawatan secara
holistik.
b. Apabila pekerjaan selesai cenderung perawat meninggalkan
klien dan melaksanakan pekerjaan non keperawatan.
c. Kepuasan kerja secara keseluruhan sulit dicapai dan sulit
diidentifikasi kontribusi terhadap pelayanan.
d. Perawat hanya melihat asuhan keperawatan sebagai
ketrampilan saja.

23
2) Model Asuhan Keperawatan Tim
Yaitu pengorganisasian pelayanan keperawatan oleh
sekelompok perawat kepada sekelompok klien yang dipimpin
oleh perawat teregistrasi dan berpengalaman serta memiliki
pengetahuan dalam bidangnya. Pembagian tugas dalam kelompok
dilakukan oleh pimpinan kelompok/Ketua Tim. Selain itu Ketua
Tim bertanggung jawab dalam mengarahkan anggotanya sebelum
tugas dan menerima laporan kemajuan pelayanan keperawatan
klien serta membantu anggota tim dalam menyelesaikan tugas
apabila mengalami kesulitan.

Berikut ini bentuk pengorganisasian manajemen keperawatan


dengan metode tim di ruang perawatan.

24
Dalam Struktur pengorganisasian kerja dengan model Tim
tergambar bahwa sekelompok pasien diasuh oleh 1 tim perawat.
Setiap tim akan memiliki anggota tim yang terdiri dari beberapa
perawat untuk mengasuh beberapa pasien yang menjadi kelolaan
yang konsisten mulai masuk sampai keluar RS.
3) Model Asuhan Keperawatan Alokasi Klien
Yaitu pengorganisasian pelayanan/asuhan keperawatan
untuk satu atau beberapa klien oleh satu perawat pada saat
tugas/jaga selama periode waktu tertentu sampai klien pulang.
Kepala ruangan bertanggung jawab dalam pembagian tugas dan
menerima laporan tentang pelayanan keperawatan klien. Berikut ini
keuntungan dengan kerugian metode tim dalam pengelolaan
pelayanan/ asuhan keperawatan.

25
Dalam gambar terlihat bahwa satu perawat bertanggung
jawab mengasuh beberapa pasien, contoh perawat B mengelola 3
pasien dan bertanggung jawab kepada Kepala Ruang demikian juga
perawat A dan C akan mempunyai pasien kelolaan. Sedikit berbeda
dengan tim, perawat anggota mempertanggungjawabkan asuhan
keperawatan kepada ketua tim. Model alokasi memungkinkan
perawat bertanggungn jawab langsung kepada kepala ruang.

4) Model Asuhan Keperawatan Primer


Keperawatan primer adalah suatu metode pemberian asuhan
keperawatan dimana perawat profesional bertanggung jawab dan
bertanggung gugat terhadap asuhan keperawatan pasien selama 24
jam/hari. Metode ini dikembangkan sejak tahun 1970'an. Tanggung
jawab meliputi pengkajian pasien, perencanaan, Implementasi dan
evaluasi asuhan keperawatan dari sejak pasien masuk rumah sakit
hingga pasien dinyatakan pulang, ini merupakan tugas utama
perawat primer yang dibantu oleh perawat asosiet.
Keperawatan primer ini akan menciptakan kesempatan
untuk memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, dimana
asuhan keperawatan berorientasi kepada pasien. Pengkajian dan
menyusun rencana asuhan keperawatan pasien dibawah tanggung
jawab perawat primer, dan perawat assosiet yang akan melaksanakan
rencana asuhan keperawatan dalam tindakan keperawatan.

26
Pada Model Asuhan Keperawatan Primer membutuhkan
kualifikasi tertentu karena perawat primer harus tenaga perawat
profesional (Register Nurse) yang mengasuh pasien mulai
pengkajian, penentuan diagnosa, membuat rencana, melakukan
implementasi dan evaluasi. Dalam kegiatan implementasi perawat
primer dibantu oleh perawat assosiete. Jadi peran perawat assosiate
adalah membantu saat pelaksanaan tindakan. Perawat primer akan
mengasuh 4 – 6 klien/pasien selama 24 jam.
5) Model Asuhan Keperawatan Moduler (Gabungan model asuhan
keperawatan primar dan Tim)
Yaitu pengorganisasian pelayanan atau asuhan keperawatan
yang dilakukan oleh perawat profesional dan non profesional
(perawat trampil) untuk sekelompok klien dari mulai masuk rumah
sakit sampai pulang, disebut tanggung jawab total atau keseluruhan.
Untuk metode ini diperlukan perawat yang berpengetahuan, trampil
dan memiliki kemampuan memimpin. Idealnya 2 - 3 perawat untuk 8
- 12 klien. Semua model di atas dapat digunakan untuk

27
mengorganisasikan pelayanan/asuhan keperawatan sesuai situasi dan
kondisi ruangan, jumlah perawat serta kemampuan perawat yang
ada. Jumlah perawat yang ada harus seimbang sesuai dengan jumlah
klien. Selain itu kategori pendidikan tenaga keperawatan yang ada
perlu diperhatikan sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang
akan dibebankan.

D. Pengarahan Dalam Manajemen Keperawatan


1. Pengertian Pengarahan Dalam Manajemen Keperawatan
Sumber daya manusia menjadi modal utama dalam
terselenggaranya roda organisasi pelayanan kesehatan. Seorang manajer
keperawatan harus dapat mengelola SDM agar dapat bekerja efektif
dan efisien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan melalui fungsi
penggerakan.
Henry Fayol dalam Siagian (2007) menyebut penggerakan sebagai
commanding atau directing, sedangkan George R Terry (1993)
menggunakan istilah actuating yaitu sebagai upaya atasan untuk
menggerakkan bawahan. Pengarahan merupakan hubungan manusia dalam
kepemimpinan yang mengikat. Para bawahan digerakkan supaya mereka
bersedia menyumbangkan tenaganya untuk secara bersama-sama
mencapai tujuan suatu organisasi. Pengarahan dalam organisasi bersifat
sangat komplek karena menyangkut manusia dengan berbagai tingkah
lakunya yang berbeda-beda (Muninjaya, 1999).
2. Makna Pengarahan
Pengarahan yang baik akan terlihat dalam bentuk (5 W dan I H), yaitu:
1) (What) Apa yang harus dilakukan oleh staf perawat/perawat pelaksana
2) (Who) Siapa yang melaksanakan suatu pekerjaan
3) (When) Jam berapa seharusnya dilakukan (mulai jam masuk sampai
jam pulang)
4) (How) Bagaimana caranya mengerjakan dan berapa frequensi
seharusnya dikerjakan

28
5) (Why) Kenapa pekerjaan itu harus dilakukan
6) (Where) dimana? Tentunya di ruang atau tempat masing masing
Pengarahan yang dilakukan pimpinan keperawatan dapat dikatakan
efektif bila bawahan atau staf atau perawat pelaksana dapat
melaksanakan semua pekerjaan yang ditunjukkan atau diberikan
kepadanya secara konsistensi dengan kebijakan unit dan dapat
melaksanakan kegiatan dengan aman dan nyaman.
3. Tujuan Pengarahan Dalam Manajemen Keperawatan
Muninjaya (1999) menyebut tujuan fungsi pengarahan ada lima yaitu :
1) Menciptakan kerja sama yang lebih efisien
2) Komunikasi antara atasan dan bawahan berpotensi menjadi lebih baik,
efisiensi kerja dapat tercapai dengan kontribusi kepala ruang dalam
menggerakkan bawahannya, misalnya melalui supervisi tindakan
keperawatan yang dilakukan kepala ruang berdampak pada
minimalnya kesalahan tindakan yang pada akhirnya dapat menghemat
bahan, alat dan waktu dibandingkan jika terjadi kesalahan akibat
dari tidak dilakukan supervisi tindakan keperawatan oleh kepala
ruang.
3) Mengembangkan kemampuan dan ketrampilan staf
Supervisi, pendelegasian merupakan sebagian kegiatan terkait dengan
fungsi pengarahan. Kegiatan tersebut memberikan peluang bagi
bawahan untuk mengerjakan tugas sesuai dengan tanggung
jawabnya secara mandiri
4) Menumbuhkan rasa memiliki dan menyukai pekerjaan
Pengarahan yang dilakukan kepala ruang ketika perawat melakukan
kesalahan, memberi motivasi saat motivasi menurun, memberi
apresiasi saat kinerja baik akan dapat meningkatkan rasa memiliki dan
menyukai pekerjaan
5) Mengusahakan suasana lingkungan kerja yang dapat meningkatkan
motivasi dan prestasi kerja staf. Pemimpin yang baik adalah yang
mampu menciptakan suasana lingkungan yang kondusif dan

29
menciptakan hubungan interpersonal yang harmonis, kepemimpinan
yang adil merupakan kunci sukses dalam memberikan motivasi kerja
dan meningkatkan prestasi kerja perawat pelaksana
6) Pengarahan bertujuan membuat organisasi berkembang lebih dinamis
Pengarahan yang dilakukan oleh kepala ruang akan menjadikan hal
yang bermanfaat bagi semua perawat sehingga akan mempermudah
semua perawat untuk mengembangkan diri yang pada gilirannya akan
membuat organisasi berkembang lebih dinamis.
4. Unsur Unsur Pengarahan
Pengarahan atau disebut juga penggerakan merupakan upaya
mempengaruhi staf agar melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan, agar dapat mengarahkan dan menggerakan bawahan
maka ada beberapa unsur yang perlu dipahami dan diperhatikan oleh
manajer keperawatan. Unsur-unsur tersebut adalah:
1) Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah kemampuan membuat seseorang
mengerjakan apa yang tidak ingin mereka lakukan dan menyukainya
(Truman dalam Gillies, 1996). Kepemimpinan merupakan
penggunaan keterampilan mempengaruhi orang lain untuk
melaksanakan sesuatu dengan sebaik-baiknya sesuai dengan
kemampuannya (Sullivan & Decleur, 1989). Kepemimpinan adalah
serangkaian kegiatan untuk mempengaruhi anggota kelompok
bergerak menuju pencapaian tujuan yang ditentukan (Baily,
Lancoster & Lancoster, 1989). Fungsi kepemimpinan :
a. Memandu, menuntun, membimbing, memotivasi
b. Menjalin komunikasi yang baik
c. Mengorganisasi, mengawasi dan membawa organisasinya pada
tujuan yang telah ditetapkan
2) Motivasi
Motivasi menjadi unsur penting fungsi pengarahan dalam
keperawatan, karena kita tahu bahwa pelayanan keperawatan

30
memiliki kontribusi yang besar terhadap mutu layanan kesehatan.
Rendahnya kinerja perawatan akan mempengaruhi mutu pelayanan
keperawatan, sebaliknya bila kinerja perawat baik maka akan dapat
meningkatkan mutu layanan.
Kinerja perawat baik, bukan hanya karena perawat bersedia
melakukan dan menyelesaikan tindakan keperawatan secara rutin
saja, tetapi yang terpenting adalah perawat melakukan tindakan
didasari dorongan atau motivasi diri. Motivasi internal yang kuat
akan memberikan dampak yang langgeng bagi seorang perawat
dalam melaksanakan kegiatan secara efektif dan efisien. Hal ini
didukung oleh Hasibuan (2005) yang menyatakan bahwa motivasi
adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan, dan mendukung
perilaku manusia supaya mau bekerja giat dan antusias untuk
mencapai hasil yang optimal. Lebih lanjut Wlodkowski (1985)
menyatakan bahwa motivasi merupakan kondisi yang
menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu, dan yang
memberi arah serta ketahanan (persistence) pada tingkah laku
tertentu. Seorang manajer perawat harus mengenali motivasi dan
kebutuhan staf supaya dapat memicu kinerja perawat dalam
melaksanakan asuhan keperawatan yang efisien dan efektif.
3) Komunikasi
Komunikasi merupakan unsur penting dalam menggerakkan
atau mengarahkan bawahan. Penerapan komunikasi yang baik antara
manajer dan pelaksana keperawatan dapat menghindari persepsi
salah (missperception). Komunikasi bisa dilakukan secara vertikal
(atas–bawah) maupun horisontal (samping). Komunikasi yang baik
adalah komunikasi yang dilakukan secara terbuka antar dua orang
atau lebih untuk menyampaikan dan meneruskan pesan yang
berharga dari dan keluar organisasi. Komunikasi bisa dilakukan
secara verbal maupun non verbal. Seorang manajer perawat
diharapkan dapat mengikuti perkembangan teknologi informasi

31
dengan menggunakan berbagai media modern sebagai sarana
mendapatkan informasi dan melakukan komunikasi secara efektif,
walaupun pada saat pimpinan tidak berada di tempat. Implementasi
komunikasi di dalam ruang rawat inap dilakukan melalui kegiatan
operan/timbang terima, conference (pre, middle, post), diskusi kasus,
ronde keperawatan, rapat-rapat dan aktivitas lainnya.

E. Standar Asuhan Keperawatan


Standar Asuhan Keperawatan (SAK) telah ditetapkan oleh PPNI
(Nursalam, 2014), yang mengacu kepada tahapan proses keperawatan
yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
implementasi, dan evaluasi, sebagai berikut :
1) Standar 1 : Pengkajian keperawatan
Merupakan tahap pengumpulan data tentang status kesehatan
pasien secara sistematis, menyeluruh, akurat, singkat dan
berkesinambungan. Data dapat diperoleh melalui anamnese, observasi
dan pemeriksaan penunjang dan kemudian didokumentasikan. Kriteria
Pengkajian meliputi :
a. Pengumpulan data dilakukan dengan cara anamnese, observasi,
pemeriksaan fisik, serta dari pemeriksaan penunjang
b. Sumber data adalah pasien, keluarga atau orang yang terkait, tim
kesehatan, rekam medis dan catatan lain.
2) Standar 2 : Diagnosa Keperawatan
Tahap ini perawat menganalisa data pengkajian untuk merumuskan
diagnosa keperawatan, adapun kriteria proses yaitu:
a. Proses diagnosa terdiri dari analisis, interpretasi data, identifikasi
masalah, perumusan diagnosa keperawatan.
b. Diagnosa keperawatan terdiri dari masalah (P), penyebab (E), dan
tanda/gejala (S), atau terdiri dari masalah dan penyebab (P, E).

32
3) Standar 3 : Perencanaan keperawatan
Perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi
masalah dan meningkatkan kesehatan pasien. Kriteria proses,
meliputi:
a. Perencanaan terdiri dari penetapan prioritas masalah, tujuan dan
rencana tindakan keperawatan
b. Perencanaan bersifat individual sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan pasien Mendokumentasikan rencana keperawatan
4) Standar 4 : Implementasi
Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah diidentifikasi
dalam proses Asuhan Keperawatan. Kriteria proses, meliputi :
a. Bekerjasama dengan pasien dalam pelaksanaan tindakan
keperawatan
b. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain
c. Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi kesehatan
pasien.
5) Standar 5 :Evaluasi
Perawat mengevaluasi kemajuan pasien terhadap tindakan
keperawatan dalam pencapaian tujuan dan merevisi data dasar dan
perencanaan. Adapun kriteria prosesnya:
a. Menyusun perencanaan evaluasi hasil dari intervensi secara
komprehensif, tepat waktu dan terus-menerus
b. Menggunakan data dasar dan respon pasien dalam mengukur ke
arah pencapaian tujuan
c. Memvalidasi dan menganalisa data baru dengan teman sejawat
d. Mendokumentasikan hasil evaluasi dan memodifikasi perencanaan

F. Pendokumentasian Asuhan Keperawatan


1. Definisi Pendokumentasian Asuhan Keperawatan
Menurut Kozier (2004), dokumentasi keperawatan adalah laporan
baik komunikasi secara lisan, tertulis maupun melalui komputer untuk

33
menyampaikan informasi kepada orang lain. Merupakan informasi
tertulis tentang status dan perkembangan kondisi klien serta semua
kegiatan asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat (Nursalam,
2014).
Dokumentasi merupakan suatu informasi lengkap meliputi status
kesehatan pasien, kebutuhan pasien, kegiatan asuhan keperawatan
serta respons pasien terhadap asuhan yang diterimanya. Demikian
dokumentasi keperawatan mempunyai porsi yang besar dari catatan
klinis pasien yang menginformasikan faktor tertentu atau situasi yang
terjadi selama asuhan dilaksanakan. Disamping itu catatan juga dapat
sebagai wahana komunikasi dankoordinasi antar profesi
(Interdisipliner) yang dapat dipergunakan untuk mengungkap suatu
fakta aktual untuk dipertanggung jawabkan

2. Manfaat Pendokumentasian
Manfaat dan pentingnya dokumentasi keperawatan dokumentasi
keperawatan mempunyai makna yang penting bila dilihat dari
berbagai aspek :
1) Hukum. Bila terjadi suatu masalah yang berhubungan dengan
profesi kepoerawatan, dimana perawat sebagai pemberi jasa dan
klien sebagai penggna jasa, maka dokumentasi diperlukan
sewaktu-waktu. Dokumentasi tersebut dapat dipergunakan
sebagai barang bukti di pengadilan.
2) Jaminan mutu (kualitas pelayanan). Pencatatan data klien yang
lengkap dan akurat, akan memberikan kemudahan bagi perawat
dalam membantu menyelesaikan masalah klien. Untuk
mengetahui sejauh mana masalah klien dapat teratasi dan
seberapa jauh masalah baru dapat diidentifikasi dan dimonitor
melalui catatan yang akurat. Hal ini akan membantu
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.

34
3) Komunikasi. Dokumentasi keadaan klien merupakan alat
perekam terhadap masalah yang berkaitan dengan klien. Perawat
atau tenaga kesehatan lain akan bisa melihat catatan yang ada dan
sebagai alat komunikasi yang dijadikan pedoman dalam
memberikan asuhan keperawatan.
4) Keuangan. Semua tindakan keperawatann yang belum, sedang,
dan telah diberikan dicatat dengan lengkap dan dapat digumakan
sebagai acuan atau pertimbangan dalam biaya keperawatan.
5) Pendidikan. Isi pendokumentasian menyangkut kronologis dari
kegiatan asuhan keperawatan yang dapat dipergunakan sebagai
bahan atau referensi pembelajaran bagi siswa atau profesi
keperawatan.
6) Penelitian. Data yang terdapat di dalam dokumentasi keperawatan
mengandung informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan atau
objek riset dan pengembangan profesi keperawatan.
7) Akreditasi. Melalui dokumentasi keperawatan dapat dilihat sejauh
mana peran dan fungsi keperawatan dalam memberikan askep
pada klien. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan tingkat
keberhasilan pemberian askep yang diberikan, guna pembinaan
lebih lanjut.

3. Metode Pendokumentasian
Metode pendokumentasian meliputi : data dasar, masalah
kesehatan, rencana pelayanan/asuhan termasuk catatan perkembangan
kesehatan pasien. Kesalahan dalam pendokumentasian :
1) Tulisan tangan yang berbeda dan tidak terbaca dengan jelas.
2) Tanggal, bulan, dan jam tidak konsisten.
3) Tidak ada tanda tangan perawat yang melakukan tindakan
keperawatan.
4) Merubah instruksi tanpa izin dan tidak melalui prosedur yang
benar.

35
4. Format Dokumentasi Asuhan Keperawatan
1) Pengkajian. Pencatatan data pengkajian mengikuti prinsip tahapan
pengkajian. Format sistematis, akurat dan valid sangat penting
untuk membandingkan perubahan kesehatan pasien.
2) Perencanaan. Sesuai dengan standar perencanaan: identifikasi
masalah, merumuskan diagnosa, menetapkan tujuan dan hasil
yang diharapkan.
3) Implementasi. Implementasi adalah tindakan yang dilakukan
terhadap pasien, baik tindakan keperawatan mandiri maupun
tindakan kolaborasi.
4) Evaluasi. Evaluasi dapat dilakukan pada setiap tahapan proses
keperawatan : pengkajian, perencanaan, dan implementasi.
5) Catatan perkembangan. Formatnya bervariasi dan dapat
disesuaikan dengan sistem yang ada. Prinsipnya adalah untuk
menilai perkembangan status kesehatan pasien, apakah sesuai
dengan tujuan dan hasil yang diharapkan.
6) Informasi kesehatan lain. Berbentuk dalam tabel dan grafik
selama 24 jam antara lain : berat badan, tinggi badan, kurva
tanda-tanda vital, intake-output cairan dalam 24 jam, daftar
pemberian obat-obatan, kurva pemberian obat (kemoterapi, terapi
hormon).
7) Ringkasan perpindahan pasien. Format ini harus spesifik sesuai
dengan kebutuhan pasien dan memenuhi ketentuan administrasi
dan legalitas perpindahan antar unit dan perpindahan antar
institusi rumah sakit. Ringkasan format pelaporan meliputi
lembaran : data dasar demografi, orientasi ruangan, laporan klinis.
8) Perencanaan pulang. Format mencakup personal data pasien, data
kesehatan secara umum dan khusus, surat diizinkan pulang dari
dokter yang merawat berikut ringkasan laporan klinis sesuai
kondisi pasien, penyuluhan kesehatan.

36
9) Perawatan di rumah. Format pendokumentasian pasien yang akan
melanjutkan perawatan di rumah bertujuan untuk memberikan
ringkasan/informasi perkembangan kesehatan pasien selama di
rumah sakit, agar dokter/perawat/tim professional lainnya yang
terlibat melanjutkan pengobatan/perawatan pasien di rumah yang
memenuhi syarat medicare. (Mugianti, S. 2016).

G. Konsep Supervisi
1. Pengertian Supervisi
Supervisi merupakan bagian dari fungsi pengarahan dalam fungsi
manajemen, sebagai satu cara efektif untuk mencapai tujuan
pelayanan di suatu tatanan rumah sakit termasuk tatanan pelayanan
keperawatan. Supervisi adalah kegiatan yang terencana seorang
manajer yang dilakukan dalam bentuk bimbingan, pengarahan,
observasi, dan evaluasi pada stafnya dalam melaksanakan kegiatan
atau tugas sehari-hari. Supervisi keperawatan merupakan proses
pemberian bantuan yang dibutuhkan perawat agar mereka dapat
menyelesaikan tugas dengan baik. Dengan supervisi seorang manajer
keperawatan dapat menemukan berbagai kendala dalam melaksanakan
asuhan keperawatan dan dapat menghargai potensi setiap aggotanya
(Arwani, 2006).
Dapat disimpulkan bahwa supervisi adalah kegiatan-kegiatan yang
terencana seorang manajer melalui aktifitas bimbingan, pengarahan,
observasi, motivasi dan evaluasi pada stafnya dalam melaksanakan
kegiatan atau tugas sehari-hari. Supervisi terhadap kinerja perawat
pelaksana dalam pendokumentasian asuhan keperawatan dapat
dilakukan dengan memberikan bimbingan, pengarahan, observasi dan
pemberian motivasi serta evaluasi terhadap pendokumentasian tiap-
tiap tahap proses keperawatan. Kelengkapan dan kesesuaian dengan
standar merupakan variable yang harus disupervisi.

37
2. Tujuan Supervisi
Kegiatan supervisi mengusahakan seoptimal mungkin kondisi
kerja yang kondusif dan nyaman yang mencakup lingkungan fisik,
atmosfir kerja, dan jumlah sumber-sumber yang dibutuhkan untuk
memudahkan pelaksanaan tugas. Tujuan supervisi adalah diarahkan
pada kegiatan untuk mengorientasikan staf dan pelaksana
keperawatan, melatih staf dan pelaksana keperawatan, memberikan
arahan dalam pelaksanaan kegiatan sebagai upaya untuk
menimbulkan kesadaran dan mengerti peran dan fungsinya sebagai
staf, dan difokuskan kepada pemberian pelayanan kemampuan
pelaksana keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan
(Arwani, 2004).
Tujuan supervisi kinerja perawat dalam pendokumentasian
adalah meningkatkan ketrampilan dalam pendokumentasian asuhan
keperawatan. Hasil akhir yang dicapai adalah meningkatnya
kepuasan kerja perawat dan kualitas layanan

3. Fungsi Supervisi
Supervisi berfungsi untuk mengatur dan mengorganisasir
kegiatan yang terjadwal yang menjamin bahwa kegiatan telah
dilaksanakan sesuai dengan kebijakan dan standar kerja (Ilyas,
1995). Selain itu supervisi juga berfungsi untuk membimbing,
memberikan contoh, mengarahkan dan menilai atau mengevaluasi.
Menurut Marquis dan Houston (2000) agar fungsi supervisi dapat
dicapai optimal, maka seorang supervisor harus mempunyai
kompetensi seperti berikut ini :
1) Mampu menumbuhkan dan meningkatkan motivasi staf
dalam bekerja. Supervisor dapat menumbuhkan dan
meningkatkan motivasi dengan selalu mengingatkan pada perawat
pelaksana untuk melengkapi dokumentasi asuhan keperawatan
setiap operan.

38
2) Mengembangkan rasa percaya dan keterbukaan staf.
a. Supervisor secara terbuka menjelaskan tujuan supervisi bukan
untuk mencari kesalahan dan siap memberikan masukan dan
arahan pada kegiatan supervisi pendokumentasian asuhan
keperawatan.
b. Memberikan kesempatan pada staf mengungkapkan ide-ide
dan permasalahan yang dihadapi dalam pendokumentasian.
c. Manggunakan teknik wawancara agar terjalin komunikasi dua
arah. Supervisor melakukan supervisi dengan mengedepankan
teknik diskusi. Artinya supervisor siap memberikan arahan dan
siap mendengarkan umpan balik dari staf yang disupervisi.
d. Mengumpulkana data secara terbuka dan obyektif (berdasarkan
standar). Supervisor menjelaskan setiap kegiatan supervisi
pendokumentasian yang dilakukan dan menggunakan format
yang baku sehingga lebih obyektif.
e. Menilai secara obyektif. Supervisor memberikan penilaian
hasil supervisi berdasarkan format yang sudah disosialisasikan
dan memberikan kesempatan pada staf yang disupervisi
memberikan umpan balik terhadap hasil penilaian.
4. Tugas dan Tanggung jawab Supervisor
Menurut Brown (1994) tugas penting yang harus dilakukan sebelum
melakukan supervisi adalah:
1) Merencanakan tugas sehari-hari
a. Pembagian tugas kerja
b. Perincian pengunaan waktu dam batas wewenang
2) Menggunakan wewenang dengan tepat
a. Bertindak efektif dan efisien dan mampu menganalisa masalah
berkaitan dengan kinerja pendokumentasian.
b. Memimpin kelompok dengan kegiatan dan tujuan tertentu.
c. Transformasi informasi baik dari atasan ke bawahan maupun
dari bawahan keatasan yang meliputi: melaksanakan petunjuk,

39
menyaring dan menyampaikan informasi bawahan keatasan,
merumuskan informasi atasan, mengusahakan hasil kerja
maksimal sehingga kegiatan pendokumentasian asuhan
keperawatan meningkat.

5. Kompetensi Supervisor
Untuk menjadi supervisor yang baik diperlukan kompetensi yang
harus dimiliki dalam melaksanakan supervisi (Bittel, 1987, Dharma,
2004). Kompetensi tersebut meliputi:
1) Knowledge Competencies, adalah kemampuan pengetahuan yang
merupakan pintu masuk seseorang untuk bekerja dengan baik.
Seorang manager akan lebih sukses apabila dilandasi dengan ilmu
pengetahuan yang cukup.
2) Enterpreneurial Competencies, adalah kompetensi yang meliputi
2 bagian yaitu orientasi efisiensi dan produktivitas. Orientasi
efisiensi adalah keinginan untuk mendapatkan dan melakukan
pekerjaan yang lebih baik dengan menggunakan dan
menggabungkan semua sumber daya yang ada. Produktif artinya
memiliki inisiatif, menuliskan laporan, menyapa atau
menghubungi klien, memulai melakukan sesuatu.
3) Intelectual Competencies, meliputi 3 bagian penting yaitu:
berfikir logis dengan mencari penyebab dari suatu kejadian;
konseptual yaitu mampu untuk mengumpulkan informasi dan
dapat membedakan hal-hal di luar konsep; keterampilan
mendiagnosis yaitu mampu untuk mengaplikasikan konsep dan
teori ke dalam situasi dan kondisi kehidupan yang nyata.
4) Sosio-emotional Competencies. Kompetensi ini meliputi 5 bagian
penting yaitu: 4. kepercayaan diri, pengembangan, persepsi
objektif, pengkajian diri akurat dan adaptasi stamina.

40
5) Interpersonal Competencies meliputi delapan bagian yaitu selain
memiliki kepercayaan diri yang kuat dan pengembangan lain,
juga memiliki perhatian kepada dampak, kekuasaan satu sisi,
kekuasaan sosial, berpandangan positif dan mengelola proses
kelompok.
Dengan demikian kompetensi yang harus dimiliki supervisor
dalam melakukan supervisi terkait dengan kinerja perawat dalam
pendokumentasian asuhan keperawatan adalah mempunyai
pengetahuan tentang pendokumentasian asuhan keperawatan
berdasarkan proses keperawatan. Kemampuan lain yang harus
dipunyai adalah kemampuan menyampaikan atau pengarahan,
penilaian kualitas dokumentasi dan penerapan pendokumentasian.

H. Metode Perhitungan Kebutuhan Tenaga Keperawatan


Pedoman dalam perhitungan kebutuhan tenaga keperawatan diruang rawat
inap yaitu diantaranya :
1. Metode Rasio
Penghitungan dengan cara rasio menggunakan jumlah tempat tidur
sebagai pembanding dari kebutuhan perawat yang diperlukan. Metode
ini paling sering digunakan karena sederhana dan mudah. Kelemahan
dari metode ini adalah hanya mengetahui jumlah perawat secara
kuantitas tetapi tidak bisa mengetahui peoduktivitas perawat di ruamh
sakit dan kapan tenaga perawat tersebut dibutuhkan oleh setiap unit di
rumah sakit. Metode ini bisa digunakan jika kemampuan dan sumber
daya untuk perencanaan tenaga terbatas sedangkan jenis, tipe, dan
volume pelayanan kesehatan realtif stabil.
Rumah Sakit Perbandingan
Kelas A dan B TT : Tenaga medis = (4-7) : 1
TT : Tenaga keperawatan = 1:1
TT : Non keperawatan = 3:1

41
TT : Tenaga non medis = 1:1
Kelas C TT : Tenaga medis = 9:1
TT : Tenaga keperawatan = (3-4) : 2
TT : Non keperawatan = 5:1
TT : Tenaga non medis = 3:4
Kelas D TT : Tenaga medis = 15:1
TT : Tenaga keperawatan = 2:1
TT : Tenaga non medis = 6:1
Khusus Disesuaikan

2. Metode Need
Metode ini dihitung berdasarkan kebutuhan menurut beban kerja.
Untuk menghitung kebutuhan tenaga, diperlukan gambaran tentang
jenis pelayanan yang diberikan kepada pasien. Sebagai contoh untuk
pasien yang menjalani rawat jalan, ia akan mendapatkan pelayanan
pembelian karcis, pemeriksaan perawat atau dokter, penyuluhan,
pemeriksaan laboratorium, apotek dan sebagainya. Kemudian dihitung
standar waktu yang diperlukan agar palayanan berjalan dengan baik.
1) Hudgins. Penghitungan kebutuhan tenaga keperawatan diruang
rawat jalan menggunakan metode dari Hudgins, yaitu menetapkan
standar waktu pelayanan pasien rawat jalan, yaitu dalam Tabel
berikut.
Tabel standar waktu pelayanan pasien rawat jalan
Kegiatan Lama waktu (menit) untuk pasien
Baru Lama
Pendaftaran 3 4
Pemeriksaan dokter 15 11
Pemeriksaan asisten dokter 18 11
Penyuluhan 51 0
Labolatorium 5 7

42
Penghitungan menggunakan rumus :
Rata-rata jam perawatan/hari x jumlah rata-rata pasien/hari
Jumlah jam kerja/hari

2) Douglas. Untuk pasien rawat inap standar waktu pelayanan pasien


rawat inap sebagai berikut.
a. Perawatan minimal memerlukan waktu : 1-2 jam/24 jam.
b. Perawatan intermediet memerlukan waktu 3-4 jam/24 jam.
c. Perawatan maksimal/total memerlukan waktu 5-6 jam/24 jam.
Penerapan system klasifikasi pasien dengan tiga kategori tersebut
adalah sebagai berikut.
a. Kategori I : Perawatan mandiri
a) Dapat melakukan kebersihan diri sendiri, seperti mandi
dang ganti pakaian
b) Makan dan minum dilakukan sendiri
c) Pengawasan dalam ambulasi atau gerakan
d) Observasi tanda vital setiap shift
e) Pengobatan minimal, status psikologi stabil
f) Persiapan prosedur pengobatan
b. Kategori II : Perwatan intermediate
a) Dibantu dalam kebersihan diri, makan dan minum,
ambulasi.
b) Observasi tanda vital setiap 4 jam.
c) Pengobatan lebih dari satu kali
d) Pakai kateter foley.
e) Pasang infus intake-output dicatat
f) Pengobatan perlu prosedur
c. Kategori III : Perawatan total
a) Dibantu segala sesuatunya, posisi diatur.

43
b) Observasi tanda vital setiap 2 jam.
c) Pemakaian slang NGT.
d) Terapi Intravena
e) Pemakaian suction
f) Kondisi gelisah/disorientasi/tidak sadar
Catatan :
a. Dilakukan satu kali sehari pada waktu yang sama dan
sebaiknya dilakukan oleh perawat yang sama selama 22 hari.
b. Setiap pasien minimal memenuhi 3 kriteria berdasarkan
klsifikasi pasien;
c. Bila hanya memenuhi satu kriteria maka pasien dikelompokan
pada klasifikasi di atasnya.
Douglas menetapkan jumlah perawat yang dibutuhkan
dalam suatu unit perawatan berdasarkan klasifikasi pasien,
dimana masing-masing kategori mempunyai nilai standar per
shift, yaitu dalam table berikut.

Jumlah Klasifikasi Pasien


pasien Minimal Parsial Total
P S M P S M P S M
1 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20
2 0,34 0,28 0,20 0,54 0,30 0,14 0,72 0,60 0,40
3 0,51 0,42 0,30 0,81 0,45 0,21 1,08 0,90 0,60
Dst

3. Metode Demand
Cara demand adalah perhitungan jumlah tenaga menurut kegiatan
yang memang nayat dilakukan oeh perawat. Setiap pasien yang masuk
ruang gawat darurat dibutuhkan waktu sebagai berikut:

44
1) Untuk kasus gawat darurat : 86,31 menit.
2) Untuk kasus mendesak : 71,28 menit.
3) Untuk kasus tidak mendesak : 33,09 menit.

4. Metode Gilles
1) Rumus kebutuhan tenaga keperawatan di satu unit perawatan
adalah:
AxBxC = F = H
(C-D) x E G
Keterangan :
A = rata-rata jumlah perawatan/pasien/hari
B = rata-rata jumah pasien/hari
C = jumlah hari/tahun
D = jumlah hari libur masing-masing perawat
E = jumlah kerja masing-masing pearawat
F = jumlah jam perawatan yang diberikan perawat per tahun
G = jumlah jam perawatan yang diberikan per tahun
H = jumlah pearawt yang dibutuhkan untuk unit tersebut
2) Jumlah tenaga yang bertugas setiap hari:
Rata-rata jam perawatan x rata-rata jumlah perawatan/hari
Jumlah jam kerja efektif/hari
3) Asumsi jumlah cuti hamil 5% (usia subur) dari tenaga yang
dibutuhkan maka jumlah jam kerja yang hilang karena cuti hamil
= 5% x jumlah hari cuti x jumlah jam kerja/hari

5% x jumlah tenaga x jumlah jam kerja cuti hamil


Jumlah jam kerja efektif/hari

Catatan:
a. Jumlah hari tak kerja/tahun

45
Hari minggu (52 hari) + cuti tahunan (2 hari) + hari besar (12
hari) +cuti izin sakit/izin (10 hari) = 86 hari
b. Jumlah hari kerja efektif/tahunan
Jumlah hari dalam 1 tahun – jumlah hari tak kerja = 365 – 86 =
279 hari.
c. Jumlah hari efektif/minggu = 279 : 7 = 40 minggu
Jumlah jam kerja perawat perminggu = 40 jam.Cuti hamil = 12
x 6 = 72 hari.
d. Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan disatu unit harus
ditambah 20% (untuk antisipasi kekurangan/cadangan)
e. Jumlah tenaga keperawatan yang dubutuhkan pe shift, yaitu
dengan ketentuan. Proporsi dinas pagi 47%, sore 36%, dan
malam 17%.
f. Kombinasi jumlah tenaga menurut Abdellah dan Levinne
adalah 55% tenaga professional dan 45% tenaga
nonprofessional.
Prinsip perhitungan rumus Gillies.
Dalam memberikan pelayanan keperawatan ada tiga jenis bentuk
prlayanan, yaitu sebagai berikut.
1) Perawatan langsung, adalah perawatan yang berhubungan dengan
pemenuhan kebutuhan pasien baik fisik, psikologis, sosial,
spiritual. Berdasarkan tingkat ketergantungan pasien padaperawat
dapat diklasifikasikan dalam empat kelompok, yaitu: self care,
partial care, total care. Rata-rata kebutuhan perawatan langsung
setiap pasien adalah empat jam perhari. Adapun waktu perawatan
berdasarkan tingkat ketergantungan pasien adalah:
a. Self care dibutuhkan ½ x 4 jam : 2 jam
b. Partial care dibutuhkan ¼ x 4 ja : 3 jam
c. Total care dibutuhkan 1 – ½ x 4 jam : 4 – 6 jam
d. Intensive care dibutuhkan 2 x 4 jam : 8 jam

46
2) Perawatan tak langsung, meliputi kegiatan-kegiatan membuat
rencana perawatan, memasang/menyiapkan alat, konsultasi
dengan anggota tim, menulis dan membaca catatan kesehatan,
melaporkan kondisi pasien. Dari hasil penelitian RS Graha
Detroit = 38 menit/pasien/hari, sedangkan menurut Wolfe dan
Young = 60 menit/pasien/hari dan penelitian di Rumah Sakit John
Hopkins dibutuhkan 60 menit/pasien _Gillies, 1996).
3) Pendidikan kesehatan yang deiberikan kepada pasien meliputi:
aktivitas, pengobatan serta tindak lanjut pengobatan. Menurut
Mayer dan Gillies (1996), waktu yang dibutuhkan untuk
pendidikan kesehatan ialah 15 menit/pasien/hari.
5. Metode Hasil Lokakarya Keperawatan
Penentuan kebutuhan tenaga perawat menurut likakarya
keperawatan dengan megubah satuan hari dengan minggu. Rumus
untuk penghitungan kebutuhan tenaga keperawatan adalah sebagai
berikut
jam perawatan 24 jam x 7 ( tempat tidur x BOR ) + ¿ +25 % ¿
harikerja efektif x 40 jam

6. Menghitung berdasarkan Full Time Equivalent (FTE)


Keputusan untuk penentuan jumlah dan jenis perawat adalah
berdasarkan pada populasi pasien yang mendapatkan perawatan,
tingkat pendidikan dan keterampilan perawat serta filosofi organisasi
tentang perawat dan perawatan pasien. Penentuan jumlah dan jenis
perawat dilakukan berdasarkan Full Time Equivalent (FTE). Konsep
FTE didasarkan bahwa seorang perawat bekerja penuh waktu dalam
setahun, artinya bekerja selama 40 jam/minggu atau 2.080 jam dalam
periode 52 minggu. Jumlah waktu tersebut meliputi waktu produktif
maupun nonproduktif, sedangkan yang dipertimbangkan hanya waktu
produktif yang digunakan untuk perawatan pasien. Cara ini juga
mempertimbangkan hari perawatan dan klasifikasi pasien berdasarkan

47
tingkat ketergantungannya karena akan memengaruhi jumlah jam
perawatan yang dibutuhkan.
5
W= ( PDi x ACHi )
∑❑
Keterangan:
W = Beban Kerja (Workload)
PD = Hari perawatan pasien (Patient Days)
ACH = Rerata jumlah jam kerja perawat (Average Care Hours
per 24 hours)
∑ = jumlah tingkat klasifikasi pasien
5 = konstanta sesuai tingkat klasifikasi pasien (Nursalam, 2014).

I. Cara Menghitung BOR, ALOS, BTO, TOI, NDR, GDR


1. BOR (Bed Occupancy Rasio) = Angka penggunaan tempat tidur
BOR adalah presentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu
tertentu (Depkes RI 2005, Kementerian Kesehatan 2011). Indikator ini
memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat
tidur rumah sakit. Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60-
85% (Depkes RI. 2005, Kementerian Kesehatan 2011).
Rumus : BOR: Jumlah hari perawatan RS dalam waktu tertentu x 100%
Jumlah TT x Jumlah hari dalam suatu satuan waktu
2. ALOS (Average Length of Stay) = Rata-rat1.a lamanya pasien
dirawat
ALOS adalah rata-rata lama rawat seorang pasien (Depkes RI.
2005, Kementerian kesehatan 2011). Indikator ini disamping
memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan
gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu
dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih lanjut. Secara
umum nilai ALOS yang ideal antara 6-9 hari (Depkes RI 2005,
Kementerian Kesehatan 2011).

48
ALOS: Jumlah hari perawatan pasien keluar RS
Jumlah pasien keluar RS (hidup + mati)

3. BTO ( Bed Turn Over) = Angka Perputaran tempat tidur)


BTO adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode,
berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu
(Depkes RI 2005, Kementerian Kesehatan 2011). Idealnya dalam satu
tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali (Depkes RI 2005,
Kementerian Kesehatan 2011).
BTO: Jumlah pasien keluar RS
Jumlah TT
4. TOI (Turn Over Interval) = Tenggang perputaran tempat tidur
TOI adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari
setelah diisi ke saat terisi berikutnya (Depkes RI 2005, Kementerian
Kesehatan 2011). Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi
penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi
pada kisaran 1-3 hari (Depkes RI 2005, Kementerian Kesehatan
2011).
TOI: (Jumlah TT x hari) – Hari perawatan RS
Jumlah pasien keluar
5. NDR (Net Death Rate)
NDR adalah angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk tiap-tiap
1000 penderita keluar. Nilai NDR yang dianggap masih dapat ditolerir
adalah kurang dari 25 per 1000 (Kementerian Kesehatan 2011)
NDR: Jumlah pasien mati diatas 48 jam dirawat x 100%
Jumlah pasien RS – Kematian dibawah 48 jam
6. GDR (Gross Death Rate)
GDR adalah angka kematian umum untuk setiap 1000 penderita
keluar. Nilai GDR seyogyanya tidak lebih dari 45 per 1000 penderita
keluar (Kementerian Kesehatan 2011)
Rumus :

49
GDR: Jumlah pasien mati seluruhnya dirawat x 100%
Jumlah pasien keluar RS

J. Konsep Ronde Keperawatan (Nursing Rounds)


1. Ronde Keperawatan (Nursing Rounds)
Ronde keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan untuk
mengatasi masalah keperawatan pasien yang dilaksanakan oleh
perawat di samping melibatkan pasien untuk membahas dan
melaksanakan asuhan keperawatan. Pada kasus tertentu harus
dilakukan oleh perawat primer dan/atau konselor, kepala ruangan, dan
perawat associate yang perlu juga melibatkan seluruh anggota tim
kesehatan (Nursalam, 2014). Karakteristik antara lain sebagai berikut :
1) Pasien dilibatkan secara langsung.
2) Pasien merupakan fokus kegiatan.
3) PA, PP, dan konselor melakukan diskusi bersama.
4) Konselor memfasilitasi kreativitas.
5) Konselor membantu mengembangkan kemampuan PA, PP dalam
meningkatkan kemampuan mengatasi masalah.
2. Tujuan Ronde Keperawatan (Nursing Rounds)
1) Tujuan Umum. Menyelesaikan masalah pasien melalui
pendekatan berpikir kritis dan diskusi.
2) Tujuan Khusus
a. Menumbuhkan cara berpikir kritis dan sistematis.
b. Meningkatkan kemampuan validasi data pasien.
c. Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis
keperawatan.
d. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
berorientasi pada masalah pasien.
e. Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan
keperawatan.
f. Meningkatkan kemampuan justifikasi.

50
g. Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja
3. Manfaat Ronde Keperawatan (Nursing Rounds)
1) Masalah pasien dapat teratasi.
2) Kebutuhan pasien dapat terpenuhi.
3) Terciptanya komunitas keperawatan yang profesional.
4) Terjalinnya kerja sama antartim kesehatan.
5) Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan dengan
tepat dan benar.
4. Krieria Pasien Ronde Keperawatan (Nursing Rounds)
Pasien yang dipilih untuk dilakukan ronde keperawatan adalah pasien
yang memiliki kriteria sebagai berikut :
1) Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun
sudah dilakukan tindakan keperawatan.
2) Pasien dengan kasus baru atau langka.
5. Langkah-langkah Kegiatan Ronde Keperawatan (Nursing

Rounds)

Keterangan :
1) Praronde

51
a Menentukan kasus dan topik (masalah yang tidak teratasi dan
masalah yang langka).
b Menentukan tim ronde.
c Mencari sumber atau literatur.
d Membuat proposal.
e Mempersiapkan pasien: imformed consent dan pengkajian.
f Diskusi: Apa diagnosis keperawatan? Apa data yg
mendukung? Bagaimana intervensi yang sudah dilakukan?
Apa hambatan yang ditemukan selama perawatan?
2) Pelaksanaan Ronde
a. Penjelasan tentang pasien oleh perawat primer yang
difokuskan pada masalah keperawatan dan rencana tindakan
yang akan dilaksanakan dan atau telah dilaksanakan serta
memilih prioritas yang perlu didiskusikan.
b. Diskusi antaranggota tim tentang kasus tersebut.
c. Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau konselor atau
kepala ruangan tentang masalah pasien serta rencana tindakan
yang akan dilakukan.
3) Pascaronde
a. Evaluasi, revisi, dan perbaikan.
b. Kesimpulan dan rekomendasi penegakkan diagnosis;
intervensi keperawatan selanjutnya.
6. Peran Masing-masing Anggota Tim Ronde Keperawatan (Nursing
Rounds)
1) Peran Perawat Primer dan Perawat Associate
a. Menjelaskan data pasien yang mendukung masalah pasien.
b. Menjelaskan diagnosis keperawatan.
c. Menjelaskan intervensi yang dilakukan.
d. Menjelasakan hasil yang didapat.
e. Menjelaskan rasional (alasan ilmiah) tindakan yang diambil.
f. Menggali masalah-masalah pasien yang belum terkaji.

52
2) Peran Perawat Konselor dan Tenaga Kesehatan Lainnya
a. Memberikan justifikasi.
b. Memberikan reinforcement.
c. Memvalidasi kebenaran dari masalah dan intervensi
keperawatan serta rasional tindakan.
d. Mengarahkan dan koreksi.
e. Mengintegrasikan konsep dan teori yang telah di pelajari.
7. Kriteria Evaluasi Ronde Keperawatan (Nursing Rounds)
1) Struktur
a. Persyaratan administratif (informed consent, alat, dan lainnya).
b. Tim ronde keperawatan hadir di tempat pelaksanaan ronde
keperawatan.
c. Persiapan dilakukan sebelumnya.
2) Proses
a. Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir.
b. Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai
peran yang telah ditentukan.
3) Hasil
a. Pasien merasa puas dengan hasil pelayanan.
b. Masalah pasien dapat teratasi.
c. Perawat dapat :
a) Menumbuhkan cara berpikir yang kritis.
b) Meningkatkan cara berpikir yang sistematis.
c) Meningkatkan kemampuan validitas data pasien.
d) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis
keperawatan.
e) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan
yang berorientasi pada masalah pasien.
f) Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan
keperawatan.
g) Meningkatkan kemampuan justifikasi.

53
h) Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja.

K. Konsep Sentralisasi Obat


1. Sentralisasi Obat
Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat di mana seluruh obat
yang akan diberikan kepada pasien diserahkan pengelolaan
sepenuhnya oleh perawat (Nursalam, 2014).
2. Tujuan Sentralisasi Obat
Tujuan pengelolaan obat adalah menggunakan obat secara bijaksana
dan menghindarkan pemborosan, sehingga kebutuhan asuhan
keperawatan pasien dapat terpenuhi. Hal-hal berikut ini adalah
beberapa alasan yang paling sering mengapa obat perlu di
sentralisasi :
1) Memberikan bermacam-macam obat untuk satu pasien.
2) Menggunakan obat yang mahal dan bermerek, padahal obat
standar yang lebih murah dengan mutu yang terjamin memiliki
efektivitas dan keamanan yang sama.
3) Meresepkan obat sebelum diagnosis pasti dibuat “hanya untuk
mencoba”.
4) Menggunakan dosis yang lebih besar daripada yang diperlukan.
5) Memberikan obat kepada pasien yang tidak mempercayainya, dan
yang akan membuang atau lupa untuk minum.
6) Memesan obat lebih daripada yang dibutuhkan, sehingga banyak
yang tersisa sesudah batas kadaluarsa.
7) Tidak menyediakan lemari es, sehingga vaksin dan obat menjadi
tidak efektif.
8) Meletakkan obat di tempat yang lembap, terkena cahaya, atau
panas
9) Mengeluarkan obat (dari tempat penyimpanan) terlalu banyak
pada suatu waktu sehingga dipakai berlebihhan atau dicuri.
3. Teknik Pengelolaan Obat (Sentralisasi)

54
Pengeluaran dan pembagian obat sepenuhnya dilakukan oleh perawat.
1) Penanggung jawab pengelolaan obat adalah kepala ruangan yang
secara operasional dapat didelegasikan kepada staf yang ditunjuk.
2) Keluarga wajib mengetahui dan ikut serta mengontrol
penggunaan obat.
3) Penerimaan obat
a. Obat yang telah diresepkan ditunjukkan kepada perawat dan
obat yang telah diambil oleh keluarga diserahkan kepada
perawat dengan menerima lembar terima obat.
b. Perawat menuliskan nama pasien, register, jenis obat, jumlah
dan sediaan (bila perlu) dalam kartu kontrol, serta diketahui
(ditandatangani) oleh keluarga atau pasien dalam buku masuk
obat. Keluarga atau pasien selanjutnya mendapatkan
penjelasan kapan atau bilaman obat tersebut akan habis, serta
penjelasan tentang 5T (jenis, dosis, waktu, pasien, dan cara
pemberian).
c. Pasien atau keluarga selanjutnya mendapatkan salinan obat
yang harus diminum beserta kartu sediaan obat.
d. Obat yang telah diserahkan selanjutnya disimpan oleh perawat
dalam kotak obat (Nursalam, 2007).
4) Pembagian obat
a. Obat yang telah diterima untuk selanjutnya disalin dalam buku
daftar pemberian obat.
b. Obat yang telah disimpan untuk selanjutnya diberikan oleh
perawat dengan memperhatikan alur yang tercantum dalam
buku daftar pemberian obat; dengan terlebih dahulu
dicocokkan dengan terapi yang diinstruksi dokter dan kartu
obat yang ada pada pasien.
c. Pada saat pemberian obat, perawat menjelaskan macam obat,
kegunaan obat, jumlah obat, dan efek samping. Usahakan

55
tempat/wadah obat kembali ke perawat setelah obat
dikonsumsi. Pantau efek samping pada pasien.
d. Sediaan obat yang ada selanjutnya diperiksa setiap pagi oleh
kepala ruang atau petugas yang ditunjuk dan
didokumentasikan dalam buku masuk obat.
e. Obat-obatan yang hampir habis akan diinformasikan kepada
keluarga dan kemudian dimintakan resep (jika masih perlu
dilanjutkan) kepada dokter penanggung jawab pasien
(Nursalam, 2007).
5) Penambahan obat baru
a. Bilamana terdapat penambahan atau perubahan jenis, dosis
atau perubahan alur pemberian obat, maka informasi ini akan
dimasukkan dalam buku masuk obat dan sekaligus dilakukan
perubahan dalam kartu sediaan obat.
b. Pada pemberian obat yang bersifat tidak rutin (sewaktu saja)
maka dokumentasi hanya dilakukan pada buku masuk obat dan
selanjutnya diinformasikan kepada keluarga dengan kartu
khusus obat (Nursalam, 2007).
6) Obat khusus
a. Obat dikategorikan khusus apabila sediaan memiliki harga
yang cukup mahal, menggunakan alur pemberian yang cukup
sulit, memiliki efek samping yang cukup besar atau hanya
diberikan dalam waktu tertentu/sewaktu saja.
b. Pemberian obat khusus dilakukan menggunakan kartu khusus
obat, dilaksanakan oleh perawat primer.
c. Informasi yang diberikan kepada pasien atau keluarga; nama
obat, kegunaan obat, waktu pemberian, efek samping,
penanggung jawab pemberian, dan wadah obat sebaiknya
diserahkan atau ditunjukkan kepada keluarga setelah
pemberian. Usahakan terdapat saksi dari keluarga saat
pemberian obat (Nursalam, 2007).

56
Seorang manajer keperawatan kesehatan dapat mendidik staf
mengenai obat dengan cara-cara berikut ini :
a) Membuat catatan mengenai obat-obatan yang sering
dipakai, jelaskan penggunaan, dan efek samping, kemudian
berikan salinan kepada semua staf.
b) Tuliskan dosis yang tepat obat-obatan yang sering
digunakan dan gantungkan di dinding.
c) Adakan pertemuan staf untuk membahas penyebab
pemborosan obat.
d) Beritahu kepada semua staf mengenai harga bermacam-
macam obat.
e) Aturlah kuliah atau program diskusi dan bahaslah mengenai
satu jenis obat setiap minggu pada waktu pertemuan staf.
f) Taruhlah satu atau lebih eksemplar buku farmakologi
sederhana di perpustakaan (Mc Mahon, 1999).
4. Diagram Alur Pelaksaan Sentralisasi Obat

5. Menyimpan Persediaan Obat


1) Memeriksa ulang atas kebenaran obat dan jenis obat, jumlah obat,
serta menulis etiket dan alamat pasien. Penyimpanan stok
(persediaan) yang teratur dengan baik merupakan bagian penting

57
dari manajemen obat. Obat yangg diterima dicatat dalam buku
besar persediaan atau dalam kartu persediaan (Mc Mahon, 1999).
2) Sistem kartu persediaan. Sebuah kartu persediaan (kartu stok)
kadang-kadang digunakan untuk menggantikan buku besar
persediaan. Kartu ini berfungsi seperti buku besar persediaan,
yakni neraca diseimbangkan dengan menambahkan barang yang
diterima dan mengurangi dengan jumlah barang yang
dikeluarkan. Dalam buku besar persediaan, masing-masing
barang ditempatkan pada halaman yang terpisah, tetapi dalam
sistem kartu persediaan, masing-masing barang dituliskan dalam
kertu yang terpisah.
3) Lemari obat. Periksa keamanan mekanisme kunci dan penerangan
lemari obat serta lemari pendingin. Periksa persediaan obat,
pemisahan antara obat untuk penggunaan oral (untuk diminum),
dan obat luar. Perlu disediakan tempat khusus untuk obat-obatan
yang mempunyai risiko salah, misalnya 1) LASA (look alike
sound alike); 2) elektrolit konsentrasi tinggi, dan 3) obat sejenis
narkotika.
6. Peran Sentralisasi Obat
1) Perawat Primer dan Perawat Associate
a. Menjelaskan tujuan dilaksanakannya sentralisasi obat.
b. Menjelaskan manfaat dilaksanakannya sentralisasi obat.
c. Memfasilitasi surat persetujuan pengelolaan dan pencatatan
obat.
d. Melakukan pencatatan dan kontrol terhadap pemakaian obat
selama pasien dirawat.
e. Melakukan tindakan kolaboratif dalam pelaksanaan program
terapi.
2) Perawat Primer Lain dan Supervisor
a. Memberikan perlindungan terhadap pasien terhadap tindakan
kelalaian (negligence) dan malpraktik.

58
b. Menilai kepatuhan pasien terhadap program terapi.
c. Memotivasi pasien untuk mematuhi program terapi.
7. Pelaksanaan Sentralisasi Obat
Kegiatan sentralisasi obat akan dilaksanakan pada minggu pertama
dan kedua untuk uji coba dan aplikasi pada minggu ketiga sampai
dengan minggu keempat selama mahasiswa praktik di ruang paru
wanita. Metode yang digunakan adalah pendekatan secara langsung
dengan pasien dengan komunikasi terapeutik untuk meyakinkan
pasien agar bersedia mengikuti pengelolaan sentralisasi obat dan
menggunakan format pengelolaan sentralisasi obat.
8. Metode Sentralisasi Obat
1) Pengawasan nama obat, jumlah, rencana pemakaian, penerima
dan pemberi obat sesuai dengan identitas pasien dan dicatat dalam
buku serah terima obat.
2) Pengawasan dan pencatatan nama obat, dosis, frekuensi, jadwal
dan jam pemberian obat, jenis pemberian obat oral atau injeksi,
serta sesuai dengan identitas pasien pada format kontrol dan
pemakaian obat.
9. Instrumen Sentralisasi Obat
1) Informed consent pengelolaan sentralisasi obat.
2) Format kontrol dan pemakaian obat.
3) Buku sentralisasi obat (buku serah terima obat).
4) Lemari obat dan kotak sentralisasi obat.
5) Leaflet.
10. Kriteria Evaluasi Sentralisasi Obat
1) Struktur (Input)
a. Pelaksanaan sentralisasi obat dilaksanakan di Ruang Paru.
b. Persiapan dilakukan sebelumnya.
c. Perawat yang bertugas.
2) Proses

59
a. Pelaksanaan sentralisasi obat dilakukan sesuai dengan ruangan
yang telah ditentukan dan pasien yang telah menyetujui
informed consent untuk dilakukan sentralisasi obat.
b. Pelaksanaan sentralisasi obat sesuai dengan alur yang telah
ditentukan.
3) Hasil
a. Pasien puas dengan hasil pelaksanaan sentralisasi obat.
b. Obat dapat diberikan secara tepat dan benar 6T dan 1W.
c. Perawat mudah mengontrol pemberian obat.
d. Pendokumentasian pemberian obat dapat dilakukan dengan
benar.

L. Konsep Timbang Terima (Hand Over)


1. Timbang Terima (Hand Over)
Timbang terima pasien (operan) merupakan teknik atau cara untuk
menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan
dengan keadaan pasien. Timbang terima pasien harus dilakukan
seefektif mungkin dengan menjelaskan secara singkat, jelas, dan
lengkap tentang tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang
sudah dilakukan/belum, dan perkembangan pasien saat itu. Informasi
yang disampaikan harus akurat sehingga kesinambungan asuhan
keperawatan dapat berjalan dengan sempurna. Timbang terima
dilakukan oleh perawat primer keperawatan kepada perawat primer
(penanggung jawab) dinas sore atau dinas malam secara tertulis dan
lisan (Nursalam, 2014).
2. Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan
1) Dilaksanakan tepat pada waktu pergantian sif.
2) Dipimpin oleh kepala ruang atau penanggung jawab pasien (PP).
3) Diikuti oleh semua perawat yang telah dan yang akan dinas.

60
4) Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematis, dan
menggambarkan kondisi pasien saat ini serta menjaga kerahasiaan
pasien.
5) Timbang terima harus berorientasi pada permasalahan pasien.
6) Pada saat timbang terima di kamar pasien, menggunakan volume
suara yang cukup sehingga pasien di sebelahnya tidak mendengar
sesuatu yang rahasia bagi pasien. Sesuatu yang dianggap rahasia
sebaiknya tidak dibicarakan secara langsung di dekat pasien.
7) Sesuatu yang mungkin membuat pasien terkejut dan shock
sebaiknya dibicarakan di nurse station.
8)
3. Alur Timbang Terima (Hand Over)

61
4. Prosedur Timbang Terima (Hand Over)
Tahap Kegiatan Waktu Tempat Pelaksanaan
Persiapan 1. Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian sif/ operan. ---Menit Nurse PP, PA
2. Prinsip timbang terima, semua pasien baru masuk dan pasien yang Station
dilakukan timbang terima khususnya pasien yang memiliki permasalahan
yang belum/dapat teratasi serta yang membutuhkan observasi lebih lanjut.
3. PA/PP menyampaikan timbang terima kepada PP (yang menerima
pendelagasian) berikutnya, hal yang perlu disampaikan dalam timbang
terima :
a. Aspek umum yang meliputi: M1 s/d M5;
b. Jumlah pasien;
c. Identitas pasien dan diagnosis medis;
d. Data (keluhan/subjektif dan objektif);
e. Masalah keperawatan yang masih muncul;
f. Intervensi keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan (secara
umum);
g. Intervensi kolaboratif dan dependen;
h. Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan (persiapan
operasi, pemeriksaan penunjang, dan program lainnya).
Pelaksanaan Nurse Station ---Menit Nurse KARU, PP,
1. Kedua kelompok dinas sudah siap (sif jaga). Station PA
2. Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan.
3. Kepala ruang membuka acara timbang terima.
4. Penyampaian yang jelas, singkat dan padat oleh perawat jaga (NIC).

62
5. Perawat jaga sif selanjutnya dapat melakukan klarifikasi, tanya jawab dan
melakukan validasi terhadap hal-hal yang telah ditimbang terimakan dan
berhak menanyakan mengenai hal-hal yang kurang jelas.

Bed Pasien
RUANG
6. Kepala ruang menyampaikan salam dan PP menanyakan kebutuhan dasar / BED
pasien. PASIEN
7. Perawat jaga selanjutnya mengkaji secara penuh terhadap masalah
keperawatan, kebutuhan, dan tindakan yang telah/belum dilaksanakan,
serta hal-hal penting lainnya selama masa perawatan.
8. Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang matang
sebaiknya dicatat secara khusus untuk kemudian diserahterimakan kepada
petugas berikutnya.
Post 1. Diskusi. ---Menit Nurse KARU, PP,
Timbang 2. Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara langsung pada format Station PA
Terima timbang terima yang ditandatangani oleh PP yang jaga saat itu dan PP
yang jaga berikutnya diketahui oleh Kepala Ruang
3. Ditutup oleh KARU.

63
M. Konsep Perencanaan Pulang (Discharge Planning)
1. Perencanaan Pulang (Discharge Planning)
Perencanaan pulang (discharge planning) merupakan suatu proses
yang dinamis dan sistematis dari penilaian, persiapan, serta koordinasi
yang dilakukan untuk memberikan kemudahan pengawasan pelayanan
kesehatan dan pelayanan sosial sebelum dan sesudah pulang.
Perencanaan pulang merupakan proses yang dinamis, agar tim
kesehatan mendapatkan kesempatan yang cukup untuk menyiapkan
pasien melakukan keperawatan mandiri di rumah. Perencanaan pulang
didapatkan dari proses interaksi ketika keperawatan profesional,
pasien, dan keluarga berkolaborasi untuk memberikan dan mengatur
kontinuitas keperawatan yang diperlukan oleh pasien saat perencanaan
harus berpusat pada masalah pasien yaitu pencegahan, terapeutik,
rehabilitatif, serta keperawatan rutin yang sebenarnya (Swenberg,
2000 dalam Nursalam, 2014).
2. Tujuan Perencanaan Pulang (Discharge Planning)
Tujuan perencanaan pulang adalah :
1) Menyiapkan pasien dan keluarga secara fisik, psikologis, dan
sosial;
2) Meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga;
3) Meningkatkan keperawatan yang berkelanjutan pada pasien;
4) Membantu rujukan pasien pada sistem pelayanan yang lain;
5) Membantu pasien dan keluarga memiliki pengetahuan dan
keterampilan serta sikap dalam memperbaiki serta
mempertahankan status kesehatan pasien;
6) Melaksanakan rentang keperawatan antara rumah sakit dan
masyarakat.
Rorden dan Nursalam (2014) mengungkapkan bahwa perencanan
pulang bertujuan untuk:
1) Membantu pasien dan keluarga untuk dapat memahami
permasalahan, pencegahan yang harus ditempuh sehingga dapat
mengurangi angka kambuh dan penerimaan kembali di rumah
sakit; dan
2) Terjadi pertukaran informasi antara pasien sebagai penerima
pelayanan dengan keperawatan dari pasien masuk sampai keluar
rumah sakit.
3. Manfaat Perencanaan Pulang (Discharge Planning)
Perencanaan pulang mempunyai manfaat antara lain sebagai
berikut (Nursalam, 2014) :
1) Memberi kesempatan kepada pasien untuk mendapat penjaran
selama di rumah sakit sehingga bisa dimanfaatkan sewaktu di
rumah.
2) Tindak lanjut yang sistematis yang digunakan untuk menjamin
kontinuitas keperawatan pasien.
3) Mengevaluasi pengaruh dari intervensi yang terencana pada
penyembuhan pasien dan mengidentifikasi kekambuhan atau
kebutuhan keperawatan baru.
4) Membantu kemandirian pasien dalam kesiapan melakukan
keperawatan rumah.
4. Prinsip-prinsip Perencanaan Pulang (Discharge Planning)
1) Pasien merupakan fokus dalam perencanan pulang. Nilai
keinginan dan kebutuhan dari pasien perlu dikaji dan dievaluasi.
2) Kebutuhan dari pasien diidentifikasi. Kebutuhan ini dikaitkan
dengan masalah yang mungkin timbul pada saat pasien pulang
nanti, sehingga kemungkinan masalah yang timbul di rumah
dapat segera diantisipasi.
3) Perencanaan pulang dilakukan secara kolaboratif. Perencanaan
pulang merupakan pelayanan multidisiplin dan setiap tim harus
saling bekerja sama.

65
4) Perencanaan pulang disesuaikan dengan sumber daya dan fasilitas
yang ada. Tindakan atau rencana yang akan dilakukan setelah
pulang disesuaikan dengan pengetahuan dari tenaga yang tersedia
atau fasilitas yang tersedia di masyarakat.
5) Perencanaan pulang dilakukan pada setiap sistem pelayanan
kesehatan. Setiap pasien masuk tatanan pelayanan maka
perencanaan pulang harus dilakukan.
5. Jenis-jenis Perencanaan Pulang (Discharge Planning)
Chesca (1982) mengklasifikasikan jenis pemulangan pasien sebagai
berikut :
1) Conditioning discharge (pulang sementara atau cuti), keadaan
pulang ini dilakukan apabila kondisi pasien baik dan tidak
terdapat komplikasi. Pasien untuk sementara dirawat di rumah
namun harus ada pengawasan dari pihak rumah sakit atau
puskesmas terdekat.
2) Absolute discharge (pulang mutlak atau selamanya), cara ini
merupakan akhir dari hubungan pasien dengan rumah sakit.
Namun apabila pasien perlu dirawat kembali maka prosedur
keperawatan dapat dilakukan kembali.
3) Judicial discharge (pulang paksa), kondisi ini pasien
diperbolehkan pulang walaupun kondisi kesehatan tidak
memungkinkan untuk pulang, tetapi pasien harus dipantau dengan
melakukan kerja sama dengan keperawatan puskesmas terdekat.
6. Hal-Hal Yang Harus Diketahui Pasien Sebelum Pulang
1) Instruksi tentang penyakit yang diderita, pengobatan yang harus
dijalankan, serta masalah-masalah atau komplikasi yang dapat
terjadi.
2) Informasi tertulis tentang keperawatan yang harus dilakukan di
rumah.
3) Pengaturan diet khusus dan bertahap yang harus dijalankan.
4) Jelaskan masalah yang mungkin timbul dan cara mengantisipasi.

66
5) Pendidikan kesehatan yang ditujukan kepada keluarga maupun
pasien sendiri dapat digunakan metode ceramah, demonstrasi, dan
lain-lain.
6) Informasi tentang nomor telepon layanan keperawatan, medis,
dan kunjungan rumah apabila pasien memerlukan.
7. Faktor-faktor Yang Perlu Dikaji Dalam Perencanaan Pulang
(Discharge Planning)
Beberapa tindakan keperawatan yang dapat diberikan pada pasien
sebelum pasien diperbolehkan pulang antara lain sebagai berikut :
1) Pendidikan kesehatan. Diharapkan bisa mengurangi angka
kambuh atau komplikasi dan meningkatkan pengetahuan pasien
serta keluarga tentang keperawatan postlaparatomi. Pendidikan
kesehatan terkait dengan keperawatan postoperatif yang perlu
diberikan pada pasien dengan postlaparatomi meliputi (Long,
1996):
a. Kontrol (waktu dan tempat);
b. Lanjutan keperawatan(luka operasi, pemasangan gift, dan
tindakan lainnya);
c. Diet/nutrisi yang harus dikonsumsi;
d. Aktivitas dan istirahat, kontrol;
e. Keperawatan diri (kebersihan dan mandi).
2) Program pulang bertahap. Bertujuan untuk melatih pasien untuk
kembali ke lingkungan keluarga dan masyarakat antara lain apa
yang harus dilakukan pasien di rumah sakit dan apa yang harus
dilakukan oleh keluarga.
3) Rujukan. Integritas pelayanan kesehatan harus mempunyai
hubungan langsung antara keperawatan komunitas atau praktik
mandiri keperawatan dengan rumah sakit, sehingga dapat
mengetahui perkembangan pasien di rumah.

67
8. Alur Perencanaan Pulang (Discharge Planning)

Keterangan :
1) Tugas Keperawatan Primer
a. Membuat rencana discharge planning.
b. Membuat leaflet.
c. Memberikan konseling.
d. Memberikan pendidikan kesehatan.
e. Menyediakan format discharge planning.
f. Mendokumentasikan discharge planning.
2) Tugas Keperawatan Associate
Melaksanakan agenda discharge planning (pada saat keperawatan dan
diakhiri ners).

68
N. Konsep Kepuasan Perawat
1. Kepuasan Perawat
Kepuasan kerja berhubungan dengan sikap dari karyawan terhadap
pekerjaan itu sendiri, situasi kerja, kerjasama antara pimpinan dan
sesama karyawan. Kepuasan kerja menurut Blum merupakan sikap
umum yang merupakan hasil dari beberapa sikap khusus terhadap
faktor-faktor pekerjaan, penyesuaian diri dan hubungan sosial individu
diluar kerja (Muninjaya, 2007). Pelayanan terhadap pelanggan
perawat adalah mengarah atau mempengaruhi kepuasan pasien.
Layanan pelanggan perawat merupakan jasa layanan yang diberikan
atau disediakan oleh karyawan dan bagian lain didalam organisasinya,
seperti halnya seseorang pengusaha dengan para penyalurnya
(supplier) (Sari, 2009).
2. Indikator Kepuasaan Kerja Perawat
Indikator kepuasan kerja perawat antara lain (Morgan, 2007) :
1) Perawat yang puas cenderung bekerja dengan kualitas yang lebih
tinggi Perawat yang menghasilkan kinerja baik, mempunyai sifat-
sifat antara lain:
a. Merasa senang
b. Rasional
c. Punya harga diri sebagai manusia
d. Punya visi dan cita-cita
2) Perawat yang puas cenderung bekerja dengan lebih produktif.
Perawat yang mempunyai motivasi tinggi akan menyenangi
pekerjaannya sehingga akan lebih produktif daripada mereka
yang kurang menyenangi pekerjaannya. Perawat tersebut
mempunyai sifat aktualisasi diri:
a. Realistis
b. Dapat menerima dirinya sendiri
c. Spontanitas, praktis, sederhana dan alamiah
d. Fokus pada inti masalah

69
e. Otonom, bebas dari pengaruh budaya dan lingkungan
f. Hubungan baik antar manusia
g. Memiliki nilai dan sifat-sifat demokratis
h. Mampu membedakan antara cara dan tujuan
i. Filosofis dan mempunyai rasa humor yang tinggi
j. Mempunyai nilai-nilai (values) dan harga diri (self esteem)
3) Perawat yang puas cenderung bertahan lebih lama dalam
perusahaan. Banyak kejadian tentang kepindahan seorang perawat
dari perusahaan yang memberikan gaji lebih besar ke perusahaan
lain yang memberikan gaji lebih sedikit. Hal ini disebabkan
karena penyebab kepuasan bukan hanya menyangkut gaji atau
pendapatan, tetapi terpenuhinya lain sesuai dengan kebutuhan
Maslow. Terpenuhinya kebutuhan ini akan menyebabkan perawat
menjadi betah bekerja di rumah sakit tempat kerjanya.
4) Perawat yang puas cenderung dapat menciptakan pelanggan/
pasien yang puas Kepuasan pasien berarti pengakuan/
penghargaan pasien atas kinerja yang telah dilakukan oleh
perawat. Pengakuan prestasi kerja ini dapat dilihat dari ungkapan
yang paling sederhana dari pasien yaitu ucapan terima kasih.
5) Aspek-Aspek Kepuasan Kerja
a. Menurut Mobley (2006) aspek-aspek kepuasan kerja antara
lain:
a) Aspek pekerjaan meliputi jenis pekerjaan, bobot pekerjaan
dan melibatkan ketrampilan serta kemampuan individu
dalam mengerjakan pekerjaan tersebut. Aspek imbalan
merupakan faktor utama untuk mencapai kepuasan kerja
sehingga banyak pihak manajemen dalam upaya
meningkatkan kerja karyawan dengan meningkatkan
imbalan kerja.
b) Aspek kepangkatan, kurang atau sedikitnya kesempatan
untuk memperoleh jabatan dan kepangkatan sering

70
dikaitkan dengan ketidakpuasan karyawan terhadap promosi
jabatan atau kepangkatan yang ada.
c) Aspek pimpinan atau atasan menyangkut hubungan dengan
bawahan atas kebijaksanaannya yang dikaitkan dengan
kepuasan kerja.
d) Aspek rekan kerja, hubungan antara pekerja satu dengan
yang lain berkaitan erat dengan kepuasan kerja. Pekerja
yang mengalami ketidakpuasan kerja karena memiliki rekan
kerja yang tidak bisa diajak kerjasama, tidak menyenangkan
dan tidak memuaskan.
3. Tujuan Pengukuran Kepuasan Kerja
Tujuan pengukuran kepuasan kerja bagi para karyawan antara lain:

1) Mengidentifikasi kepuasan karyawan secara keseluruhan,


termasuk kaitannya dengan tingkat urutan prioritasnya (urutan
faktor atau atribut tolak ukur kepuasan yang dianggap penting
bagi karyawan). Prioritas yang dimaksud dapat berbeda antara
para karyawan dari berbagai bidang dalam organisasi yang sama
dan antara organisasi yang satu dengan yang lainnya.

2) Mengetahui persepsi setiap karyawan terhadap organisasi atau


perusahaan. Sampai seberapa dekat persepsi tersebut sesuai
dengan harapan mereka dan bagaimana perbandingannya dengan
karyawan lain.

3) Mengetahui atribut-atribut mana yang termasuk dalam kategori


kritis (critical perfoment attributes) yang berpengaruh secara
signifikan terhadap kepuasan karyawan. Atribut yang bersifat
kritis tersebut merupakan prioritas untuk diadakannya
peningkatan kepuasan karyawan.

71
4) Apabila memungkinkan, perusahaan atau instansi dapat
membandingkannya dengan indeks milik perusahaan atau instansi
saingan atau yang lainnya.

4. Dampak Kepuasan dan Ketidakpuasan Kerja

1) Terhadap Produktivitas Kerja

a. Banyak pendapat yang menyatakan bahwa produktivitas dapat


dinaikkan dengan menaikkan kepuasan kerja, namun hasil
penelitian tidak mendukung pandangan ini, karena hubungan antara
produktivitas kerja dengan kepuasan kerja sangat kecil.
Produktivitas kerja dipengaruhi oleh banyak faktor-faktor.
b. Moderator disamping kepuasan kerja. Lawler dan Porter
berpendapat produktivitas yang tinggi menyebabkan peningkatan
dari kepuasan kerja jika tenaga kerja mempresepsikan bahwa
ganjaran intrinsik (misalnya rasa telah mencapai sesuatu) dan
ganjaran intrinsik (misalnya gaji) yang diterima kedua-duanya adil
dan wajar dibuktikan dengan unjuk kerja yang unggul (Ashar,
2011).

2) Terhadap Kemangkiran dan Keluarnya Tenaga Kerja

Ketidakhadiran lebih bersifat spontan dan kurang


mencerminkan ketidakpuasan kerja, berbeda dengan berhenti atau
keluar dari pekerjaan. Steers dan Rhodes mengembangkan model
pengaruh dari kehadiran. Ada dua faktor pada perilaku hadir yaitu
motivasi untuk hadir dan kemampuan untuk hadir. Mereka percaya
bahwa motivasi untuk hadir dipengaruhi oleh kepuasan kerja. Model
meninggalkan pekerjaan dari Mobley, Horner, dan Hollingworth
menunjukkan bahwa setelah tenaga kerja menjadi tidak puas terjadi
beberapa (misalnya berfikir untuk meninggalkan pekerjaan) sebelum
keputusan untuk meninggalkan pekerjaan diambil. Menurut Robbins

72
(2001) ketidakpuasan kerja pada karyawan dapat diungkapkan melalui
berbagai cara misalkan selain meninggalkan pekerjaan, karyawan
dapat mengeluh, membangkang, mencuri barang milik organisasi,
menghindar dari tanggung jawab (Ashar, 2011).

5. Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja Perawat


1) Karakteristik Individu
Dalam Wuryanto (2010). Secara umum karakteristik individu
memiliki hubungan bermakna dengan kepuasan kerja, seperti
penelitian Dewi (2004) yang menemukan bahwa karakteristik
individu seperti umur, jenis kelamin, lama kerja dan status
pernikahan berhubungan bermakna dengan kepuasan kerja.
Karakteristik individu meliputi :
a. Umur
Berdasarkan penelitian-penelitian yang mempelajari
hubungan antara usia dengan kepuasan kerja ditemukan
bahwa terdapat hubungan positif antara usia dengan kepuasan
kerja, sekurang-kurangnya sampai usia 60 tahun (Robbins,
2001). McCarthy (2007) menemukan bahwa usia muda
memiliki kepuasan yang lebih tinggi. Dinyatakan bahwa ada
hubungan antara umur dengan kepuasan kerja, dimana umur
antara 25-34 tahun dan umur 40- 45 tahun adalah merupakan
umur yang bisa menimbulkan perasaan kurang puas terhadap
pekerjaan.
Usia merupakan salah satu faktor yang cukup dominan
terhadap pembentukan kerja seseorang. Menurut Siagian
(2002), terdapat korelasi antara kinerja dan kepuasan kerja
dengan umur seorang karyawan, artinya kecenderungan yang
sering terlihat ialah bahwa semakin lanjut 15 umur karyawan,
kinerja dan tingkat kepuasan kerjanya pun biasanya semakin
tinggi. Berbagai alasan yang sering dikemukakan
menjelaskan fenomena ini, antara lain adalah:

73
a) Bagi karyawan yang sudah lanjut usia, makin sulit
memulai karir baru di tempat lain.
b) Sikap yang dewasa dan matang mengenai tujuan hidup,
harapan, keinginan, dan cita-cita.
c) Gaya hidup yang sudah mapan.
d) Sumber penghasilan yang relatif terjamin.
e) Adanya ikatan batin dan tali persahabatan antara yang
bersangkutan dengan rekan-rekannya dalam organisasi.
b. Jenis Kelamin
Penelitian tentang variabel jenis kelamin pada penelitian-
penelitian psikologis telah menemukan bahwa pria lebih
agresif dan lebih besar kemungkinannya dalam memiliki
pengharapan untuk sukses, sehingga pria cenderung lebih
tidak puas dengan pekerjaannya dibanding wanita. Hubungan
antara jenis kelamin dengan perilaku kerja ditemukan bahwa
secara konsisten wanita mempunyai tingkat kemangkiran
yang lebih tinggi dibanding pria. Penjelasan yang paling logis
adalah bahwa secara historis kondisi telah menempatkan
wanita pada tanggung jawab terhadap rumah tangga dan
keluarga (Robbins, 2001).
Tetapi terdapat teori lain yang berpendapat bahwa
perbedaan jenis kelamin berpengaruh terhadap tinggi
rendahnya kepuasan kerja, teori ini diungkapkan oleh Glenn,
Taylor, dan Wlaver (1977) yang menyatakan bahwa ada
perbedaan tingkat kepuasan kerja antara pria dengan wanita,
dimana kebutuhan wanita untuk merasa puas dalam bekerja
ternyata lebih rendah dibandingkan pria (As’ad, 1995).
c. Status perkawinan
Studi tentang status perkawinan secara konsisten
menunjukkan bahwa karyawan yang menikah lebih puas
dengan pekerjaannya dibanding dengan rekan sekerjanya

74
yang tidak menikah (Robbins, 2001). Tampaknya perkawinan
memaksakan peningkatan tanggungjawab yang dapat
membuat suatu pekerjaan yang tetap menjadi lebih berharga
dan penting (Robbins, 2001).
d. Masa Kerja
Penelitian untuk mengidentifikasi hubungan antara masa
kerja dan kepuasan menunjukkan adanya hubungan yang
positif antara keduanya. Semakin meningkat masa kerja
seseorang semakin meningkat kepuasan kerjanya. Bila usia
dan masa kerja diperlakukan secara terpisah, tampaknya
masa kerja akan merupakan peramal yang lebih konsisten dan
mantap dari kepuasan kerja daripada usia kronologis
(Robbins, 2001). Studi oleh Blegen (1993) dalam Chen
(2008) menunjukkan bahwa kepuasan kerja perawat rumah
sakit memiliki hubungan yang lemah dengan pengalaman
kerja dalam tahun.
Masa kerja yang lama akan cenderung membuat seorang
karyawan atau perawat lebih merasa betah dalam suatu
organisasi, hal ini disebabkan diantaranya karena telah
beradaptasi dengan lingkungannya yang cukup lama sehingga
seorang karyawan akan merasa nyaman dengan
pekerjaannya. Penyebab lain juga dikarenakan adanya
kebijakan dari instansi atau perusahaan mengenai jaminan
hidup dihari tua (Kreitner & Kinicki, 2013).
e. Pendidikan
Penelitian menunjukkan bahwa terdapat suatu hubungan
positif antara taraf pendidikan dengan kepuasan. Latar
belakang pendidikan yang tinggi merasa kurang puas dengan
pekerjannya, dan pendapatnya berbanding terbalik dengan
mereka yang berpendidikan rendah (Giwangkara, 2002).
Studi oleh Blegen (1993) dalam Chen (2008) menunjukkan

75
bahwa kepuasan kerja perawat di rumah sakit memiliki
hubungan dengan pendidikan. McCarthy (2007) menemukan
bahwa perawat lulusan akademi memiliki kepuasan lebih
tinggi. Sedangkan penelitian Suyoto (2003) menunjukkan
bahwa perawat berpendidikan SPK merasa lebih puas
terhadap gaji/ insentif, kebijakan organisasi, tuntutan tugas
dan status profesional dibanding DIII/ DIV.
f. Tingkat kepuasan perawat
Menurut Morgan (2007), tingkat kepuasan pelanggan
perawat sangat tergantung pada harapan dan mutu yang
dirasakan secara subyektif, dimana harapan tersebut
tergantung pada beberapa hal sebagai berikut:
a) Persyaratan dari pelayanan, persyaratan ini kurang lebih
merupakan hasil dari kebutuhan dan keinginan pelanggan
perawat.
b) Kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh pemberi
pelayanan dan citra pemberi pelayanan tersebut yang
sangat mempengaruhi harapan dan persepsi pelanggan
pada saat yang bersamaan. Komunikasi dan citra para
pemberi pelayanan ini membangun profil dari bentuk
pelayanan yang dihasilkan dan hal inilah yang akan
dibandingkan dengan nilai aktual yang diterima.
c) Pengalaman dengan produk layanan dan jasa yang pernah
diterima oleh pelanggan perawat di masa yang lalu.
Menurut Sari (2009), terdapat empat faktor yang berperan
dalam pembentukan kepuasan kerja atau kepuasan perawat
antara lain:
a) Pekerjaan yang penuh tantangan
Suatu pekerjaan yang mengandung tantangan apabila
terselesaikan dengan baik merupakan salah satu sumber
kepuasan kerja (kepuasan perawat). Sebaliknya, sifat

76
pekerjaan yang harus diselesaikan oleh seseorang hendaknya
jangan demikian sukarnya sehingga kemungkinan berhasil
kecil meskipun sudah dengan pengerahan kemampuan,
ketrampilan, waktu dan tenaga yang dimiliki oleh seseorang.
b) Penerapan sistem penghargaan yang adil
Dalam kehidupan organisasional, masalah
keadilan sesungguhnya adalah masalah persepsi. Secara
sederhana dinyatakan bahwa biasanya seseorang akan
merasa diperlakukan secara adil apabila perlakuan itu
menguntungkannya dan sebaliknya merasa diperlakukan
tidak adil apabila perlakuan itu dilihatnya sebagai suatu
hal yang sangat merugikan. Dalam kehidupan berkarya,
persepsi itu dikaitkan dengan berbagai hal antara lain:
c) Pengupahan atau penggajian
Upah atau gaji adalah imbalan yang diterima oleh
seseorang dari organisasi atas jasa yang telah
diberikannya, 25 baik berupa waktu, tenaga, keahlian atau
ketrampilan. Biasanya seseorang melihat upah atau gaji itu
dengan “kaca mata” perbandingan. Perbandingan pertama
dikaitkan dengan harapan seseorang berdasarkan tingkat
pendidikan, pengalaman, masa kerja, jumlah tanggung
jawab, status sosial dan kebutuhan ekonominya.
Perbandingan kedua dikaitkan dengan orang lain dalam
organisasi terutama mereka yang memiliki karakteristik
yang serupa dengan diri pembanding seperti dikemukakan
diatas, yaitu pendidikan, pengalaman, masa kerja, jumlah
tanggungan, status sosial dan kebutuhan ekonominya dan
melakukan pekerjaan yang sejenis, serta memikul
tanggung jawab professional yang relatif sama. Insentif
adalah penghargaan di luar gaji pokok yang diberikan
kepada karyawan atas segala jerih payahnya dalam

77
meningkatkan tugas dalam memberikan pelayanan kepada
pelanggan yang diterima setiap bulan dengan jumlah yang
berubah-ubah sesuai dengan hasil kinerja, insentif ini
dapat memberikan motivasi karyawan untuk
meningkatkan produktivitas kerjanya.
d) Sistem promosi
Dalam pengelolaan sumber daya manusia, salah
satu kebutuhan nyata seseorang ialah memenuhi
kebutuhan untuk maju dalam karier. Sulit bagi pegawai
akan merasa puas apabila berada pada tangga karir yang
sama dari sejak mulai masuk dalam organisasi sampai dia
meninggalkan organisasi tersebut. Dalam sebuah
organisasi memerlukan kejelasan tentang berbagai “anak
tangga” karier yang mungkin dinaiki oleh seseorang
apabila berbagai kriteria persyaratan yang telah ditetapkan
terpenuhi dengan baik. Apabila menurut persepsi
seseorang promosi dalam sebuah organisasi berdasarkan
pada berbagai pertimbangan yang tidak didasarkan pada
kriteria yang objektif, melainkan berdasarkan
pertimbangan yang subjektif, seperti “personal likes an
dislikes, nepotisme, kesukuan, asal daerah dan lain
sebagainya, akan sering menimbulkan perasaan
diperlakukan tidak adil yang pada gilirannya akan
berakibat pada tingkat kepuasan yang rendah yang
mustahil akan bermuara kepada perilaku yang negatif.
e) Kondisi kerja
Kondisi kerja tidak hanya terbatas pada kondisi
kerja di tempat pekerjaan masing-masing, seperti
nyamannya tempat kerja, ventilasi yang cukup,
penerangan lampu yang memadai, kebersihan tempat
pekerjaan, keamanan dan hal lain sejenis, tetapi juga

78
misalnya lokasi pekerjaan. Faktor lain yang tidak kecil
artinya dalam menentukan kepuasan kerja adalah sejauh
mana seseorang dilibatkan dalam menentukan isi
pekerjaannya maupun dalam pengaturan jam kerjanya.
Penerapan jam kerja sistem “flexitime” memungkinkan
para pekerja dapat menentukan jam kerjanya secara bebas
(masuk jam berapa dan jam berapa ia pulang) dengan
ketentuan bahwa kelancaran penyelesaian tugas organisasi
sebagai keseluruhan tidak terganggu dan jumlah jam kerja,
misalnya delapan jam sehari tetap terpenuhi.

O. Konsep Kepuasan Pasien


1. Kepuasan Pasien
Kepuasan pelanggan terjadi apabila apa yang menjadi kebutuhan,
keinginan, harapan pelanggan dapat Anda penuhi, maka pelanggan
akan puas. Kepuasan pelanggan adalah perasaan senang atau puas
bahwa produk atau jasa yang diterima telah sesuai atau melebihi
harapan pelanggan. kepuasan pasien adalah karena kepuasan pasien
merupakan salah satu indikator kualitas pelayanan yang kita berikan
dan kepuasan pasien adalah suatu modal untuk mendapatkan pasien
lebih banyak lagi dan untuk mendapatkan pasien yang loyal (setia).
Pasien yang loyal akan menggunakan kembali pelayanan kesehatan
yang sama bila mereka membutuhkan lagi. Bahkan telah diketahui
bahwa pasien loyal akan mengajak orang lain untuk menggunakan
fasilitas pelayanan kesehatan yang sama (Nursalam, 2014).
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan
Ada beberapa faktor yang memengaruhi kepuasan pasien, yaitu
sebagai berikut :
1) Kualitas produk atau jasa. Pasien akan merasa puas bila hasil
evaluasi mereka menunjukkan bahwa produk atau jasa yang
digunakan berkualitas.

79
2) Harga. Harga, yang termasuk di dalamnya adalah harga produk
atau jasa. Harga merupakan aspek penting, namun yang
terpenting dalam penentuan kualitas guna mencapai kepuasan
pasien. Meskipun demikian elemen ini memengaruhi pasien dari
segi biaya yang dikeluarkan, biasanya semakin mahal harga
perawatan maka pasien mempunyai harapan yang lebih besar.
3) Emosional. Pasien yang merasa bangga dan yakin bahwa orang
lain kagum terhadap konsumen bila dalam hal ini pasien memilih
institusi pelayanan kesehatan yang sudah mempunyai pandangan,
cenderung memiliki tingkat kepuasan yang lebih tinggi.
4) Kinerja. Wujud dari kinerja ini misalnya: kecepatan, kemudahan,
dan kenyamanan bagaimana perawat dalam memberikan jasa
pengobatan terutama keperawatan pada waktu penyembuhan yang
relatif cepat, kemudahan dalam memenuhi kebutuhan pasien dan
kenyamanan yang diberikan yaitu dengan memperhatikan
kebersihan, keramahan dan kelengkapan peralatan rumah sakit.
5) Estetika. Estetika merupakan daya tarik rumah sakit yang dapat
ditangkap oleh pancaindra. Misalnya: keramahan perawat,
peralatan yang lengkap dan sebagainya.
6) Karakteristik produk. Produk ini merupakan kepemilikan yang
bersifat fisik antara lain gedung dan dekorasi. Karakteristik
produk meliputi penampilan bangunan, kebersihan dan tipe kelas
kamar yang disediakan beserta kelengkapannya.
7) Pelayanan. Pelayanan keramahan petugas rumah sakit, kecepatan
dalam pelayanan. Institusi pelayanan kesehatan dianggap baik
apabila dalam memberikan pelayanan lebih memperhatikan
kebutuhan pasien. kepuasan muncul dari kesan pertama masuk
pasien terhadap pelayanan keperawatan yang diberikan. Misalnya:
pelayanan yang cepat, tanggap dan keramahan dalam memberikan
pelayanan keperawatan.

80
8) Lokasi. Lokasi, meliputi, letak kamar dan lingkungannya.
Merupakan salah satu aspek yang menentukan pertimbangan
dalam memilih institusi pelayanan kesehatan. Umumnya semakin
dekat lokasi dengan pusat perkotaan atau yang mudah dijangkau,
mudahnya transportasi dan lingkungan yang baik akan semakin
menjadi pilihan bagi pasien.
9) Fasilitas. Kelengkapan fasilitas turut menentukan penilaian
kepuasan pasien, misalnya fasilitas kesehatan baik sarana dan
prasarana, tempat parkir, ruang tunggu yang nyaman dan ruang
kamar rawat inap. Walaupun hal ini tidak vital menentukan
penilaian kepuasan pasien, namun institusi pelayanan kesehatan
perlu memberikan perhatian pada fasilitas dalam penyusunan
strategi untuk menarik konsumen.
10) Komunikasi. Komunikasi, yaitu tata cara informasi yang
diberikan pihak penyedia jasa dan keluhan-keluhan dari pasien.
Bagaimana keluhan-keluhan dari pasien dengan cepat diterima
oleh penyedia jasa terutama perawat dalam memberikan bantuan
terhadap keluhan pasien.
11) Suasana. Suasana, meliputi keamanan dan keakraban. Suasana
yang tenang, nyaman, sejuk dan indah akan sangat memengaruhi
kepuasan pasien dalam proses penyembuhannya. Selain itu tidak
hanya bagi pasien saja yang menikmati itu akan tetapi orang lain
yang berkunjung akan sangat senang dan memberikan pendapat
yang positif sehingga akan terkesan bagi pengunjung institusi
pelayanan kesehatan tersebut.
12) Desain visual. Desain visual, meliputi dekorasi ruangan,
bangunan dan desain jalan yang tidak rumit. Tata ruang dan
dekorasi ikut menentukan suatu kenyamanan. (Klinis, 2007 dalam
Nursalam, 2014).

3. Indeks Kepuasan

81
Ada beberapa faktor yang berpengaruh pada kepuasan konsumen.
Secara garis besar dikategorikan dalam 5 kategori yaitu Producy
Quality, Service Quality, Price Emotional Factor, dan Cost of
Aquiring (Supriyanto dan Ratna, 2007 dalam Nursalam, 2014).
1) Product Quality. Bagaimana konsumen akan merasa puas atas
produk barang yang digunakan. Beberapa dimensi yang
membentuk kualitas produk barang adalah performance,
reliabillity, conformance, durability, feature dan lain-lain.
2) Service Aquality. Bagaimana konsumen akan puas dengan jasa
yang telah dikonsumsinya. Dimensi service qulity yang lebih
dikenal dengan servqual meliputi 5 dimensi yaitu tangible,
reliability, assurance, empathy, responsiveness. Skala nilai
dinyatakan dengan skala 1−5. Skala 1 adalah tidak puas dan skala
5 adalah puas. Nilai rerata skala adalah nilai skor (skor=jumlah n
pengukuran dikatakan skala).
3) Emotional Factor. Keyakinan dan rasa bangga terhadap produk,
jasa yang digunakan dibandingkan pesaing. Emotional factor
diukur dari preceived best score, artinya persepsi kualitas terbaik
dibandingkan pesaingnya.
4) Price. Harga dari produk, jasa yang di ukur dari value (nilai)
manfaat dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan konsumen.
Harga adalah harga pelayanan medis (medical care) yang harus
dibayar konsumen (Price is that which is given in an exchange to
aquire a good or service).
5) Cost of Aquaring. Biaya yang di keluarkan untuk mendapatkan
produk atau jasa.

P. Konsep Ruang Anak


1. Pengertian Ruang Anak
Rawat inap adalah pemeliharaan kesehatan rujukan rumah sakit
dimana penderita tinggal/mondok sedikitnya satu hari berdasarkan

82
rujukan dari pelaksana pelayanan kesehatan atau rumah sakit
pelaksana pelayanan kesehatan lain. Rawat inap adalah pelayanan
kesehatan perorangan yang meliputi observasi, diagnosa, pengobatan,
keperawatan, rehabilitasi medik, dengan menginap di ruang rawat inap
pada sarana kesehatan rumah sakit pemerintah dan swasta serta
puskesmas perawatan yang oleh karena penyakitnya penderita harus
menginap (American Hospital Association, 1978).
Ruang inap anak memberi pelayanan kepada masyarakat
dalam bidang kesehatan anak, salah satunya rawat inap meliputi
pelayanan :
1) Preventif (pencegahan penyakit anak)
2) Kuratif (pengobatan dan perawatan pasien)
3) Rehabilitatif (pemulihan kondisi penderita)
Fungsi pelayanan medis spesialis anak yaitu melaksanakan
penelitian terhadap kasus-kasus penyakit anak yang belum dapat
dituntaskan penyembuhannya untuk dapat diusahakan cara
penyembuhan yang tepat dan upaya peningkatan cara rehabilitasi
penyakit anak.
2. Filosofi Ruang Anak
Filosofi keperawatan anak merupakan keyakinan atau pandangan
yang dimiliki perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan
pada anak yang berfokus pada keluarga (family centerd care),
pencegahan terhadap trauma (atraumatic care) dan manjemen kasus.
1) Perawatan berfokus pada keluarga
Keluarga merupakan unsure penting dalam perawatan anak
mengingat anak bagian dari keluarga. Dalam pemberian askep
diperlukan keterlibatan keluarga karena anak selalu membutuhkan
orang tua di Rumah Sakit seperti aktivitas bermain atau program
perawatan lainnya. Pentingnya keterlibatan keluarga ini dapat
mempengaruhi proses kesembuhan anak. program terapi yang
telah direncanakan untuk anak bisa saja tidak terlaksana jika

83
perawat selalu membatasi keluarga dalam memberikan dukungan
terhadap anak yang dirawat, hal ini hanya akan meningkatkan
stress dan ketidak nyamanan pada anak. perawat dengan
menfasilitasi keluarga dapat membantu proses penyembuhan anak
yang sakit selama dirawat. Kebutuhan keamanan dan kenyamanan
bagi orang tua pada anaknya selama perawatan merupakan bagian
yang penting dalam mengurangi dampak psikologis anak
sehingga rencana keperawatan dengan berprinsip pada aspek
kesejahteraan anak akan tercapai.
2) Atrumatic care
Atrumatic care adalah perawatan yang tidak menimbulkan
trauma pada anak dan keluarga. Atrumatic care sebagai bentuk
perawatan terapeutik dapat diberikan kepada anak dan keluarga
dengan mengurangi dampak psikologis dari tindakan keperawatan
yang diberikan dengan, seperti memperhatikan dampak psikologis
dari tindakan keperawatan yang diberikan dengan melihat
prosedur tindakan atau aspek lain yang kemungkinan berdampak
adanya trauma. Untuk mencapai perawatan tersebut beberapa
prinsip yang dapat dilakukan oleh perawat antara lain :
a. Menurunkan atau mencegah dampak perpisahan dari keluarga.
Dampak perpisahan dari keluarga akan menyebabkan
kecemasan pada anak sehingga menghambat proses
penyembuhan dan dapat mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan anak
b. Meningkatkan kemampuan orang tua dalam mengontrol
perawatan pada anak. Kemampuan orang tua dalam
mengontrol perawatan pada anak dapat meningkatkan
kemandirian anak dan anak akan bersikap waspada dalam
segala hal
c. Mencegah atau mengurangi cedera (injuri) dan nyeri (dampak
psikologis). Proses pengurangan rasa nyeri sering tidak bisa

84
dihilangkan secara cepat akan tetapi dapat dikurangi melalui
berbagai teknik misalnya distraksi, relaksasi dan imaginary.
Apabila tindakan pencegahan tidak dilakukan maka cedera dan
nyeri akan berlangsung lama pada anak sehingga dapat
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak
d. Tidak melakukan kekerasan pada anak. Kekerasan pada anak
akan menimbulkan gangguan psikologis yang sangat berarti
dalam kehidupan anak, yang dapat menghambat proses
kematangan dan tumbuh kembang anak
e. Modifikasi lingkungan. Melalui modifikasi lingkungan yang
bernuansa anak dapat meningkatkan keceriaan dan nyaman
bagi lingkungan anak sehingga anak selalu berkembang dan
merasa nyaman dilingkungan
3) Manajemen Kasus
Pengolaan kasus secara komprehensif adalah bagian urtama
dalam pemberian asuhan keperawatan secara utuh, melalui upaya
pengkajian, penentuan diagnose, pencernaan, pelaksanaan dan
evaluasi dari berbagai kasus baik akan berdampak pada proses
penyembuhan. Pendidikan dan keterampilan mengelola kasus
pada anak selama di RS mampu memberikan keterlibatan secara
penuh bagi keluarga
3. Prinsip Ruang Anak
Terdapat prinsip atau dasar dalam keperawatan anak yang
dijadikan sebagai pedoman dalam memehami filosofi keperawatan
anak. prinsip dalam asuhan keperawatan anak adalah :
1) Anak bukan miniatur orang dewasa tetapi sebagai individu yang
unik, dimana tidak boleh memandang anak dari ukuran fisik saja
melainkan anak sebagai individu yang unik yang mempunyai pola
pertumbuhan dan perkembangan menuju proses kematangan
2) Anak adalah sebagai individu yang unik dan mempunyai
kebutuhan yang sesuai dengan tahap perkembangan. Kebutuhan

85
tersebut meliputi kebutuhan fisiologis (seperti nutrisi, dan cairan,
aktivitas, eleminasi istirahat, tidur dan lain-lain)
3) Pelayanan keperawatan anak berorientasi pada upaya pencegahan
dan peningkatan derajat kesehatan, bukan hanya mengobati anak
yang sakit
4) Keperawatan anak merupakan disiplin ilmu kesehatan yang
berfokus pada kesejahteraan anak sehingga perawat bertanggung
jawab secara komprehensif dalam memberikan asuhab
keperawatan anak. anak dikatakan sejahtera jika anak tidak
merasakan gangguan psikologis, seperti rasa cemas, takut atau
lainnya, dimana upaya ini tidak terlepas juga dari peran keluarga
5) Praktek keperawatan anak mencakup kontrak dengan anak dan
keluarga untuk mencegah, mengkaji, mengintervensi dan
meningkatkan kesejahteraan hidup, dengan menggunakan proses
keperawatan yang sesuia denga aspek moral (etik) dan aspek
hukum(legal). Sebagai bagian dari keluarga anak harus dilibatkan
dalam pelayanan keperawatan, dalam hal ini harus terjadi
kesepakatan antara keluarga, anak dan tim kesehatan
6) Tujuan keperawatan anak dan remaja adalah untuk meningkatkan
maturasi atau kematangan yang sehat bagi anak dan reamaja
sebagai makhluk biopsikososial dan spiritual dan kontek keluarga
dan masyarakat
7) Pada masa yang akan datang kecenderungan perawatan anak
berfokus pada ilmu tumbuh kembang, sebab ilmu tumbuh
kembang ini akan mempelajari aspek kehidupan anak
4. Standar Ruang Anak
Menurut Permenkes (2016), standar ruang rawat inap diantaranya :
1) Suhu ruangan 24±2 ºC
2) Kelembaban ruangan 55±5%
3) Pencahayaan 250 lux untuk penerangan dan 50 lux untuk tidur
4) Jarak antar tepi tempat tidur minimal 1,5 meter

86
5) Ruang perawatan memiliki 6 – 12 kali pergantian udara perjam
6) Tirai antar TT yang berbahan non porosif dan mudah di
dekontaminas, rel tirai harus dibenamkan /menempel di plafon
7) Dua kotak kontak listrik di setiap tempat tidur dan tidak ada
percabangan/sambungan langsung tanpa pengamanan arus
8) Outlet oksigen di setiap tempat tidur
9) Bukaan jendela yang aman untuk kebutuhan pencahayaan dan
ventilasi alami
10) Nurse call di setiap tempat tidur yang terhubung ke pos perawat
(nurse station)
11) Kamar mandi yang mengikuti persyaratan aksesibilitas
12) Rawat gabung
13) Perawatan anak usia 1 bulan18 tahun:
a. Usia 1 bulan- 2 tahun
b. 2 tahun- 6 tahun
c. 6 thn- 18 tahun
14) Jenis tempat tidur disesuaikan dengan usia anak
15) Khusus pada ruangan-ruangan yang berkaitan dengan aktivitas
pelayanan anak, pelapis dinding dapat berupa gambar untuk
merangsang aktivitas anak.
5. Model Proses Keperawatan Anak
Keperawatan anak merupakan keyakinan atau pandangan yang
dimiliki perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan pada
anak yang berfokus pada keluarga (family centered care), pencegahan
terhadap trauma (atrumatic care), dan manajemen kasus. Dalam dunia
keperawatan anak, perawat perlu memahami, menginggat adanya
beberapa prinsip yang berbeda dalam penerapan asuhan dikarenakan
anak bukan miniatur orang dewasa tetapi sebagai individu yang unik
(Hidayat, 2005).
Intervensi keperawatan dengan menggunakan pendekatan family
centered care menekankan bahwa pembuatan kebijakan, perencanaan

87
program perawatan, perancangan fasilitas kesehatan, dan interaksi
sehari-hari antara klien dengan tenaga kesehatan harus melibatkan
keluarga. Keluarga diberikan kewenangan untuk terlibat dalam
perawatan klien, yang berarti keluarga dengan latar belakang
pengalaman, keahlian dan kompetensi keluarga memberikan manfaat
positif dalam perawatan anak. Memberikan kewenangan kepada
keluarga berarti membuka jalan bagi keluarga untuk mengetahui
kekuatan, kemampuan keluarga dalam merawat anak.
Atraumatic Careatau asuhan atraumatik adalah penyediaan asuhan
terapeutik dalam lingkungan oleh seseorang (personal) dengan melalui
penggunaan intervensi yang menghilangkan atau memperkecil distres
psikologis dan fisik yang dialami oleh anak-anak dan keluarga mereka
dalam sistem pelayanan kesehatan.
Dalam memberikan pelayanan keperawatan anak selalu
diutamakan, mengingat kemampuan dalam mengatasi masalah masih
dalam proses kematangan yang berbeda dibanding orang dewasa
karena struktur fisik anak dan dewasa berbeda mulai dari besarnya
ukuran hingga aspek kematangan fisik. Proses fisiologis anak dengan
dewasa mempunyai perbedaan dalam hal fungsi tubuh dimana orang
dewasa cenderung sudah mencapai kematangan. Kemampuan berpikir
anak dengan dewasa berbeda dimana fungsi otak dewasa sudah
matang sedangkan anak masih dalam proses perkembangan. Demikian
pula dalam hal tanggapan terhadap pengalaman masa lalu berbeda,
pada anak cenderung kepada dampak psikologis yang apabila kurang
mendukung maka akan berdampak pada tumbuh kembang anak
sedangkan pada dewasa cenderung sudah mempunyai mekanisme
koping yang baik dan matang.
Komponen ini merupakan bentuk pelayanan keperawatan yang
diberikan kepada anak dalam mencapai pertumbuhan dan
perkembangan secara optimal dengan melibatkan keluarga. Upaya
tersebut dapat tercapai dengan keterlibatan langsung pada keluarga

88
mengingat keluarga merupakan sistem terbuka yang anggotanya dapat
dirawat secara efektif dan keluarga sangat berperan dalam
menentukan keberhasilan asuhan keperawatan, di samping keluarga
mempunyai peran sangat penting dalam perlindungan anak dan
mempunyai peran memenuhi kebutuhan anak. Peran lainnya adalah
mempertahankan kelangsungan hidup bagi anak dan keluarga,
menjaga keselamatan anak dan mensejahterakan anak untuk mencapai
masa depan anak yang lebih baik, melalui interaksi tersebut dalam
terwujud kesejahteraan anak (Wong, 2009).

89
BAB III
KAJIAN SITUASI MANAJEMEN KEPERAWATAN

A. Profil Rumah Sakit Umum Avisena


Rumah sakit umum avisena dirintis sejak tahun 2007, dimana RSU
Avisena melihat masih ada peluang untuk meningkatkan pelayanan
kesehatan bagi masyarakat di melong dan sekitarnya.
Bermula dari sebuah apotik dengan praktik dokter bersama, pada bulan
juni 2012 pihak pengelola sepakat untuk meningkatkan status apotik dan
praktik dokter bersama avisena menjadi rumah sakit.
Rumah Sakit Umum Avisena yakni salah satu Rumah Sakit milik
perusahaan kota Cimahi yang bermodel RSU, dinaungi oleh lainnya
perusahaan dan tergolong kedalam Rumah Sakit kelas D. RS ini telah
teregistrasi sejak 23 mei 2015 dengan nomor surat izin
503.46/001/1162/KPPT/2013 dan tanggal surat izin 30 april 2013 dari
kepala kantor pelayanan perizinan terpad dengan sifat tetap, dan berlaku
sampai 18 juni 2020. Setelah melakukan proses akteditasi Rumah Sakit
seluruh Indonesia dengan proses akhirnya diberikan status akreditasi
rumah sakit.
Akhirnya pada tahun … tepatnya tanggal…berdasarkan surat izin…
Rumah Sakit Umum Avisena resmi menjadi Rumah Sakit tipe C.
Terhitung tahun… RSU Avisena telah bekerjasama dengan BPJS
kesehatan.
Rumah Sakit Umum Avisena ini berlokasi di Jl. Melong 170
Kelurahan Melong Kecamatan Cimahi Selatan Kota Cimahi Indonesia.
Rumah sakit milik perusahaan kota cimahi ini memiliki luas tanah 1750
dengan luas bangunan 3000. Fasilitas yang terdapat di RSU Avisena ini
sebagai berikut:

90
a. Farmasi
b. Instalasi Bedah
c. Instalasi Rawat Inap
d. Instalasi Rawat Jalan
e. Area Parkir
f. Medical Check Up
g. Instalasi Laboratorium
h. Instalasi Radiologi
i. Ruang Tunggu
j. Instalasi Gawat Darurat (IGD)
k. High Care Unit (HCU)

VISI
menjadi rumah sakit swasta tipe C terbaik di cimahi, dalam hal pelayanan
dan kunjungan pasien.

MISI
1. Menjadikan rumah sakit avisena sebagai pusat pelayanan pasien, yang
mengutamakan kenyamanan pasien, sehingga merasa dirumah
2. Memberi pendidikan kepada karyawan untuk mempunyai jiwa yang
melayani, empati, ikhlas, jujur, amanah dan professional
3. Menjadikan rumah sakit avisena merupakan pilihan pertama pasien
untuk berobat di cimahi

91
B. Fasilitas-Fasilitas Rumah Sakit Umum Avisena
1. Poliklinik
a. Poliklinik Spesialis Anak
b. Poliklinik Spesialis Penyakit Dalam
c. Poliklinik Spesialis Kebidanan dan Kandungan
d. Poliklinik Spesialis Bedah Umum
e. Poliklinik Spesialis Jantung
f. Poliklinik Spesialis Orthopedi
g. Poliklinik Spesialis Syaraf
h. Poliklinik Spesialis THT
i. Poliklinik Spesialis Mata
j. Poliklinik Spesialis Kulit dan kelamin
k. Poliklinik Spesialis Rehabilitasi Medik
l. Poliklinik Gigi
m. Poliklinik Spesialis Bedah Mulut
n. Poliklinik Spesialis Urologi
o. IGD 24 Jam
2. Rawat Inap
a. Rawat Inap VIP
b. Rawat Inap Anak (kelas 3, 2, 1)
c. Rawat Inap Dewasa Pria / Wanita (Kelas 3, 2 , 1)
d. Rawat Inap Isolasi
e. Rawat Bayi baru lahir
Total jumlah tempat tidur perawatan rawat inap …
3. Pelayanan Medis dan Penunjang Lainnya
a. Laboratorium 24 jam
b. Radiografi 24 Jam
c. Farmasi 24 jam
d. Hemodialisa
e. Kamar Bedah / Operasi
f. Ruang Bersalin

92
g. Kamar Jenazah

Denah Rumah Sakit Umum Avisena Cimahi

93
94
9
Bagan Struktur Organisasi Ruang Safir RSU Avisena CImahi

Direktur

dr.Antiono Ishak H

Manager Ranap dan Rajal

Rosdiana Megasanti S.Kep.,Ners

Dokter Penanggung Jawab Ruangan

dr.Andriani

Kepala Ruangan

Zr. Intan Fraasasti N, Amd.Kep

Ka Shift Ka Shift
Ka Shift Ka Shift

Zr. Anggi eka . Amd.Kep Zr. Tsurraya. Amd.Kep


Zr. Lina k. Amd.Kep Zr. Novi A. Amd.Kep

PP PP PP PP

Zr. Angga Boy Amd.Kep Zr. Asep N Amd.Kep Zr. Adi T. Amd.Kep Zr. Teguh P Amd.Kep

Zr. Erwin Amd.Kep Zr. Ervina Amd.Kep Zr. Hamizan Amd.Kep Zr. Dewi N S.Kep.,Ners

Zr. Yuda Amd.Kep Zr. Vini Amd.Kep

Asper

Neng Nida

91
C. Tinjauan Ruangan Safir RSU Avisena Cimahi
Ruangan Safir RSU AVISENA CIMAHI merupakan ruangan rawat inap untuk
pasien umum laki – laki dan perempuan dewasa, serta rawat inap untuk pasien anak
dengan jumlah tempat tidur sebanyak 38 tempat tidur (TT), yang merupakan perawatan
kelas 1 dengan 4 tempat tidur, kelas 2 dengan 12 tempat tidur, kelas 3 dengan 15 tempat
tidur, ruangan isolasi dengan 2 tempat tidur dan ruangan VIP dengan 5 tempat tidur.
Meode MPKP yang di gunakan adalah metode primer. Jumlah sumber daya manusia
sebanyak 16 orang perawat yang terbagi menjadi 1 perawat primer dan dibantu dengan
perawat kolega sebanyak 14 orang perawat dan 1 orang asisten perawat.

Gambaran Spesifik Ruang Safir RSU Avisena Cimahi

a. Letak
Ruang Safir terletak di area utara Rumah Sakit Avisena yang dapat di tempuh dari
pintu utama/ lobi dengan jarah kurang lebih 100 meter.
b. Kapasitas Unit
Ruang Safir berkapasitas 38 tempat tidur terbagi menjadi 5 ruangan diantaranya
( kelas 1,2,3, ruang isolasi dan VIP )

92
D. Hasil Kajian Situasional di Ruang Safir RSU Avisena Cimahi
1. Man (manusia)
a. SDM perawat di ruang Safir RSU Avisena Cimahi Tahun 2022
Tabel 3.1
Jumlah Ketenagaan Perawat Di Ruang Safir RSU Avisena

No Nama Pendidikan Jabatan Pelatihan yang


pernah di ikuti
1 Intan Frasasti Nurfalah A.Md.Kep D3 Karu
2 Neng Nida SMK AP
3 Lina Karlina A.Md.Kep D3 PP
4 Angga boy A.Md.Kep D3 PP
5 Erwin A.Md.Kep D3 PP
6 Anggi Eka A.Md.Kep D3 PP
7 Asep Nurjamaludin A.Md.Kep D3 PP
8 Ervina A.Md.Kep D3 PP
9 Tsurayya Ulfahfauziyyah A.Md.Kep D3 PP
10 Vini Meinawati Putri A.Md.Kep D3 PP
11 Adi Trisna Putra A.Md.Kep D3 PP
12 Novi Amalia A.Md.Kep D3 PP
13 Yudha A.Md.Kep D3 PP
14 Teguh Pamungkas A.Md.Kep D3 PP
15 Hamzan Dwi Pratomo A.Md.Kep D3 PP
16 Dewi Noviantini S.Kep.Ners S1.Ners PP

Berdasarkan Tabel 3.1 di atas menunjukkan bahwa jumlah total tenaga keperawatan di
ruang Safir yaitu sebanyak 16 orang perawat yang terdiri atas 1 orang perawat primer
(karu), 14 orang Perawat kolega, 1 orang asisten perawat

93
Tabel 3.2
Jumlah Perawat Menurut Status
No Status Pegawai Januari 2022 %

1 Pegawai tetap 3 Orang 18.75%

2 Pegawai kontrak 13 Orang 81.25%

Jumlah 16 Orang 100%

Berdasarkan tabel 3.2 diatas menunjukan bahwa tedapat 3 perawat berstatus


pegawai tetap (18.75%) dan bersetatus pegawai kontrak 13 perawat (81.25 % ) di
RSU AVISENA Cimahi.

Tabel 3.3
Jumlah Perawat di Ruang Safir menurut Jenjang Pendidikan

No Jenis Pendidikan Januari 2022 Persentase

1 S1 Ners 1 10 %

2 D3 Keperawatan 14 80%

3 SMK 1 10 %

Jumlah 16 100

Berdasarkan tabel 3.3 diatas menunjukan bahwa terdapat 1 perawat yang


berpendidikan S1+Ners (10 %), dan 14 orang perawat berpendidikan D3
Keperawatan (80%). 1 perawat berpendidikan SMK (10%)

Tabel 3.4
Jumlah Perawat Safir Berdasarkan Jabatan

No Jabatan Januari 2022 Persentase

1 Perawat Primer 1 orang 10 %

1 Perawat Kolega 14 orang 80 %

94
1 Asisten Perawat 1 orang 10 %

Jumlah 16 orang 100 %

Berdasarkan tabel 3.4 diatas menunjukan bahwa didapatkan 1 orang perawat


dengan jabatan perawat primer (10%), dan 14 orang perawat yang menjabat
sebagai perawat pelaksana (kolega) (80%), dan 1 orang perawat dengan
jabatan asisten perawat (10%)

E. Perhitungan Tenaga Keperawatan


1. Berdasarkan Formula Gillies (1989)
Perhitungan jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan Formula Gilies
(1989) menggunakan rumus sebagai berikut :
∑Perawat

Rata−rata jam perawatan per hari x ( BOR x Jumlah TT ) x 365 Hari


¿
( 365 Hari−Jumlah Hari Libur ) x jam kerjaefekif per hari

Dimana Bed Occpancy rate/BOR Berdasarkan data jumlah pasien hari


perawatan pada bulan Desember 2021 adalah 96 %.

Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan di ruang Safir RSU Avisena Cimahi
yaitu :
5 jam x ( 0,96 x 38 ) x 365
perawat =
( 365−76 ) x 7
32,9(33)

Menurut Gillies (1989), rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk keperawatan


langsung pada pasien yang didasarkan tingkat ketergantungan pasien 4-5 jam per
pasien, jadi :

95
F. Berdasarkan Tingkat Ketergantungan Pasien
1. Douglas
Perhitungan laindari formula Douglas (1992), ini mengacu pada klasifikasi
pasien berdasarkan tingkat ketergantungan sebgai berikut:
Tabel 3.5
Rata-Rata Jam Perawatan Pasien Per Hari Berdasarkan Tingkat
Ketergantungan Douglas
Klasifikasi Pagi Sore Malam
pasien
Minimal Care Jml P x 0,17 Jml P x 0,14 Jml P x 0,07
Partial Care Jml P x 0,27 Jml P x 0,15 Jml P x 0,10
Total Care Jml P x 0,36 Jml P x 0,30 Jml P x 0,20
∑Perawat/Shift ∑ Perawat Shift Pagi ∑ Perawat Shift ∑ Perawat Shift
Siang Malam
Total jumlah perawat yang dibutuhkan dalam 24 jam adalah = ∑perawat shift pagi +
∑perawat shift sore +∑perawat shift malam

Tabel 3.6
Rata-Rata Jam Perawatan Pasien Per Hari Berdasarkan Tingkat
Ketergantungan

Klasifikasi Pagi Siang Malam


Pasien
Minimal Care 2 x 0,17 = 0,34 2 x 0,14 = 0,28 2 x 0,07 = 0,14
Partial Care 22 x 0,27 = 5,94 22 x 0,15 = 3,3 22 x 0,10 = 2,2

Total Care 4 x 0,36 = 1,44 4 x 0,30 = 1,2 4 x 0,20 = 0,8

∑Perawat/Shift 7,72 4,78 3,14

Total jumlah perawat yang dibutuhkan dalam 24 jam adalah =


∑perawat shift pagi + ∑perawat shift sore +∑perawat shift malam :

Jumlah perawat yang dibutuhkan diruang safir menurut metode douglas


sebanyak 22 orang perawat terdiri 16 perawat pelaksana 4 orang lepas dinas 2
orang structural (KARU+PP)

96
Jadi berdasarkan data pengkajian dan analisa data diatas, dapat kita analisa
sebagai berikut :

G. Hasil Perhitungan Jumlah Tenaga Keperawatan

Tabel 3.7
Hasil Perhitungan Jumlah Tenaga Keperawatan

No Rumus Hasil Jumlah Analisa


Tenaga
1. Douglasa 22 16 Jumlah tenaga kurang
dari kebutuhan (6
orang)
2. Formula 33 16 Jumlah tenaga kurang
Gillies dari kebutuhan (6
orang)

H. Jumlah Pasien dan Kasus Terbanyak

Selama bulan desember 2021, Jumlah pasien sebanyak 1228 pasien dan
jumlah kasus terbanyak di ruang safir, emerald dan berlian yaitu dengan total
banyak pasien Diare, DHF, tipoid, GEA, BP, Dispepsia, Hidoneftrosis, TB paru, dan
Post Op Appendicitis.

97
I. Alur Pasien Masuk

Pasien Datang

Skrinning Non
Medis

Poliklinik Rawat Instalasi gawat Klinik Utama


Jalan darurat/ponek

Administrasi di adminision rawat inap

Instalasi Rawat INAP


Kelas perawatan : kelas I, II, III
Ruang Perawatan Intensif

PASIEN DENGAN
JAMINAN
Pasien Umum (TUNAI)

PEMBAYARAN KASIR PENYELESAIAN

PULANG MENINGGAL RUJUK RUMAH SAKIT


LAIN

KAMAR JENAZAH PULANG

98
2. Metodhe
Bagan Struktur Organisasi Ruang Safir RSU Avisena CImahi

Direktur

dr.Antiono Ishak H

Manager Ranap dan Rajal

Rosdiana Megasanti S.Kep.,Ners

Dokter Penanggung Jawab Ruangan

dr.Andriani

Kepala Ruangan

Zr. Intan Fraasasti N, Amd.Kep

Ka Shift Ka Shift
Ka Shift Ka Shift

Zr. Anggi eka . Amd.Kep Zr. Tsurraya. Amd.Kep


Zr. Lina k. Amd.Kep Zr. Novi A. Amd.Kep

PP PP PP PP

Zr. Angga Boy Amd.Kep Zr. Asep N Amd.Kep Zr. Adi T. Amd.Kep Zr. Teguh P Amd.Kep

Zr. Erwin Amd.Kep Zr. Ervina Amd.Kep Zr. Hamizan Amd.Kep Zr. Dewi N S.Kep.,Ners
Zr. Yuda Amd.Kep Zr. Vini Amd.Kep

Asper

Neng Nida

99
a. Model MPKP
Model MPKP yang digunakan adalah metode modifikasi Model Praktek
Keperawatan Profesional Primer, dimana di ruang Safir dipimpin oleh 1 Head
Nurse yang membawahi 1 orang CCM (Clinical case manager), dan 1 orang
perawat primer, 14 orang Perawat Kolega (PK)/Perawat Pelaksana, dan 1 orang
asisten perawat dengan jumlah tempat tidur sebanyak 38 tempat tidur. Metode
modifikasi adalah penggunaan metode asuhan keperawatan dengan metode
primer. Menurut Nursalam (2015), MPKP dikembangkan beberapa jenis sesuai
dengan kondisi sumber daya manusia yang ada, dan salah satu diantaranya adalah
74 model Praktek Keperawatan Profesional Tingkat I dengan menggunakan
Model asuhan Keperawatan primer. Metode penugasan dimana satu orang perawat
bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien
mulai dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit. Metode ini mendorong
praktik kemandirian perawat dimana ada kejelasan antara pembuat rencana asuhan
dan pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan
terus menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan,
melakukan dan koordinasi asuhan keperawatan selama pasien dirawat.
Berdasarkan Hasil Observasi selama 1 minggu di ruang Safir, pelaksanaan Head
Nurse berdasarkan MPKP adalah sebagai berikut :

Observasi Pelaksanaan harian Head Nurse Berdasarkan MPKP

No Pertanyaan Ya Tidak
1 Mengikuti operan, pre comfren, post comfren. √
2 Menilai SDM, sarana dan pra sarana √
3 Menangani complain √
4 Melakukan bimbingan kepada CCM, PP √
5 Melakukan Supervisi PP, PK, tenaga √
6 administrasi dan pekarya rumah sakit √
7 Melakukan pengawasan pendokumentasian √
8 Membuat laporan pelaksanaan rencana harian √
Jumlah 8

100
Persentase Total 100%

Instrumen Penilaian Kinerja Perawat Pelaksana


No Pernyataan Ya Tidak
1 Memimpin pre conference √
2 Membagi pasien kepada petugas associate √
3 Melengkapi pengkajian pasien baru √
4 Membuat rencana asuhan keperawatan √
5 Mereview complain pasien √
6 Menangani complain √
7 Melaporkan ke head nurse mengenai complain √
8 Menilai sarana dan prasarana √
9 Melaporkan mengenai sarana dan prasarana √
10 Mengalokasi pasien √
11 Mengalokasi pasien untuk setiap PA dengan √
12 mempertimbangkan klasifikasi pasien √
13 Melakukan asuhan keperawatan √
14 Melakukan bimbingan atau supervise rutin √
15 Membantu melakukan pemeriksaan penunjang √
Jumlah 15
Persentase 100%

Lembar Observasi Pelaksanaan Tugas Perawat Kolega Berdasarkan MPKP

No Pertanyaan Ya Tidak
1 Memberikan ASKEP √
2 Mengikuti timbang terima √
3 Membuat Rencana Kerja harian √
4 Melaksanakan tugas yang didelegasikan √
5 Mendokumentasikan tindakan keperawatan √
6 Membuat laporan harian. √
7 Mengikuti kegiatan ronde keperawatan. √

101
8 Melaksanakan rencana keperawatan yang √

dibuat oleh ketua tim.


9 Melaporkan segala perubahan yang terjadi atas √

pasien kepada ketua tim.


Jumlah

Distribusi Frekuensi Hasil Observasi Pengedaan Kelengkapan Pada Perawat di


Ruang Safir
No Komponen Ya Tidak

1 Sarung tangan tersedia/mudah didapat √

2 Masker tersedia/mudah didapat √

3 Baju pelindung/baju kerja tersedia √

4 Tempat sampah medis tersedia √

5 Tempat sampah non medis tersedia √

6 Tempat sampah benda tajam √

7 Tempat plabot infuse √

8 Protap pembuangan sampah medis, non medis √

tersedia (mudah dibaca oleh setiap petugas)

9 Wadah tempat merendam instrument bekas √

pakai tersedia

10 Protap pencucian alat/instrument bekas pakai √

tersedia (mudah dibaca oleh setiap petugas)

11 Larutan klorin/desinfektan /sabun cuci tangan √

102
tersedia.

12 Tempat cuci tangan dengan air mengalir √

Tersedia

13 Protap mencuci tangan tersedia (mudah √

dibaca oleh setiap petugas)

14 Protap dari tindakan –tindakan keperawatan √

telah menggambarkan prinsip universal

precaution

Total 12 2

Persentase 86% 14%

Keterangan :
Tinggi : Jika Nilai ≥ 60
Rendah : Jika Nilai < 60

3. Material
a. Sarana dan prasarana

103
Sarana dan Prasarna yang tersedia di Ruang Safir
No Jenis sarana dan prasarana Ada Tidak ada Keterangan

1 Nurse Station √

2 Meja dan Kursi √

3 Alat Tulis Kerja √

4 Tempat Istrahat Perawat √

5 Tempat Istrahat Dokter √

6 Tempat Untuk Sholat √

7 Kamar Mandi √

8 Tempat Cuci tangan √

9 Ruang Ganti Perawat √

10 Telpon Ruangan √

11 Form Inventaris alat di tiap ruangan √

Hasil analisa: dari hasil observasi, meja dan kursi di nurse station sudah sesuai
dengan kuantitas perawat dalam satu shift.
b. Sarana dan Prasarana Untuk Pasien

No Jenis sarana dan prasarana Ada Tdk ada Keterangan


1 Tempat Tidur √
2 Alat Tenun √
3 Identitas pasien dalam kamar √

4 Master Daftar Pasien di ners station √

5 Identitas pasien di luar tempat tidur √

6 Standar infuse √
7 Kamar mandi √
8 Tutup sampiran per pasien √
9 Alat panggil perawat √
10 Pispot √
11 Kursi dan meja pasien √

104
12 Keranjang obat √
13 Gordyin √
14 Rak handuk √
15 Kesed √
16 Televisi √
17 Gambar anatomi tubuh √
18 Jam dinding √
(Standar Depkes RI tahun 2006)

Hasil analisa: Berdasarkan hasil observasi, tidak terdapat identitas pasien


pada setiap kamar tidur pasien. Identitas pasien menggunakan peneng
pasien, karena dapat meminimalkan terjadinya eror human, atau kesalahan
perawat dalam melakukan tindakan. Kamar mandi terdapat disetiap ruang
perawatan, ruang perawatan menggunakan AC, penerangan cukup.
c. Sarana dan prasarana alat Kesehatan
Alat Medis Keperawatan
No Nama barang Jumlah Kondisi
1 Ambu bag dewasa dan anak 1 dewasa 1
anak
2 Pispot 6
3 Urinal 2
4 Stetoskop 5
5 Tensimeter 2
6 Oral hygen set -
7 Set Gv 2
8 Nebulizer 2
9 Bedside monitor 1
10 Oximetri 1
11 Timbangan BB 1
12 Kursi roda 1
13 Penlight 1
14 Regulator O2 6
15 Blankar 38
16 Tabung O2 -

105
17 Standar infus 38
18 Tempat tidur 38
19 Lemari pasien 38
20 Kasur busa 38
21 Lemari instrument -

22 Instrumen trolley 2
23 ECG -
24 Instrumen trolley 2
25 Syring pump -
26 Suction pump 1

Berdasarkan data diatas disimpulkan alat kesehatan di ruang Safir


sudah sesuai dengan satandar dan layak pakai.

Distribusi Jumlah Alat Tenun di Ruang Safir


No Nama barang Jumlah Kondisi
1 Kasur 38 Baik
2 Bantal 38 Baik
3 Seprai 38 Baik
4 Gorden 38 Baik
5 Selimut 38 Baik
6 Sarung bantal 38 Baik

Hasil analisa data: Berdasarkan data yang ada, diperoleh hasil bahwa
alat tenun di ruang Safir sudah sesuai dengan jumlah pasien 38., setelah
dilakukan observasi, semua pasien yang dirawat menggunakan sprei dan
selimut. Tidak ditemukan masalah dalam ketersediaan alat tenun bagi
kebutuhan pasien

4. Money

106
RSU Avisena merupakan rumah sakit umum daerah Jawa Barat. Berdasarkan
hasil wawancara bahwa dana rumah sakit diperoleh dari hasil pelayanan
rumah sakit.
Sumber dana tetap (gaji) untuk karyawan di dapatkan setiap bulan dirumah
sakit, dimana rumah sakit mendapatkan mendapatkan dana tersebut dari hasil
pelayanan rumah sakit yang dikelola sendiri. Kebutuhan disetiap ruangan
diajukan oleh karu, biaya khusus untuk pemeliharaan alat Kesehatan tidak
disediakan, tetapi jika ada alat rusak ka.ru akan mengajukan kepada pihak
rumah sakit. Terdapat tunjangan yaitu tunjangan hari raya, terdapat jaminan
Kesehatan yaitu BPJS. Dan untuk fasilitas Kesehatan pasien sendiri dikelola
oleh rumah sakit. Ruangan tidak melaksanakan manajemem keuangan,
karena untuk alat dan pendanaan dilakukan oleh pihak RS, serta ada jaminan
Kesehatan dibayar Sebagian oleh rumah sakit untuk karyawan dan
keluarga.jenis pembayaran pasien bisa umum
5. Market
a. Pengertian Marketing
Market atau pasar adalah tempat dimana organisasi menyebarluaskan
(memasarkan) produknya. Memasarkan produk sudah barang tentu
sangat penting sebab bila barang yang diproduksi tidak laku, makan
proses produksi barang akan berhenti. Artinya proses kerja tidak akan
berlangsung. Oleh sebab itu, penguasaan pasar dalam arti menyebarkan
hasil produksi merupakan factor menentukan dalam perusahaan. Agar
pasar dapat dikuasai maka kualitas dan harga barang harus sesuai dengan
selera konsumen dan daya beli (kemampuan) konsumen.

107
b. Jumlah BOR (Bed Occupancy Rate), LOS (Length of Stay), TOI (Turn Over Interval) dan BTO (Bed Turn Over) Ruang
Teratai Atas
Tabel
Jumlah Hari Rawat Inap Ruang Safir

108
Jml. Pasien AvLO
Lama Di Rawat TOI BTO
Jumla Jml. Tempat Jml. Hari Jml. Pasien BOR S
Bulan (HARI (KALI
h Hari Tidur Tersedia Perawatan Keluar (%) (HARI
) )
)
56,4
385 3,25 2,70 5,00
Januari 31 22 110 357 5
62,0
382 1,84 1,11 9,59
Februari 28 22 211 389 1
55,7
380 3,27 1,90 7,23
Maret 31 22 159 520 2
55,1
596 3,44 1,92 7,00
April 30 36 252 868 9
51,9
580 3,89 2,33 6,39
Mei 31 36 230 895 7
54,0
584 3,76 2,24 6,14
Juni 30 36 221 832 7
28,3
316 3,50 6,96 3,19
Juli 31 36 115 402 2
38,9
435 3,70 4,08 4,64
Agustus 31 36 167 618 8
Septembe 47,7
516 3,68 2,54 6,17
r 30 36 222 816 8
64,4
719 3,00 1,80 6,11
Oktober 31 36 220 661 3
Novembe 81,5
881 3,44 0,59 9,42
r 30 36 339 1166 7
Desembe 76,0
896 3,60 0,86 8,66
r 31 38 329 1186 6
61,1
3,34 2,56 6,44
RATA2 4

109
110
Menurut standar depkes nilai ideal BOR adalah 60 – 90%, Nilai LOS 6 –
9 hari, nilai TOI 1 – 3 hari, dan nilai BTO 40 -50x/tahun. Berdasarkan
tabel diatas didapatkan bahwa rata-rata penggunaan tempat tidur di
ruang safir adalah 61,14 %, dan jika disesuaikan dengan standar Depkes
maka penggunaan tempat tidur di ruang safir ideal Rata-rata hari rawat
di ruang safir yaitu 3-4 hari sesuai dengan standar, rata-rata hari tempat
tidur tidak ditempati (TOI) juga sudah sesuai dengan standar Depkes
yaitu 2 hari, dan frekuensi penggunaan tempat tidurnya yaitu setiap 4
kali.

c. Kepuasan Kerja Perawat


Pengukuran tingkat kepuasan kerja perawat dengan menggunakan
kuesioner yang berisi 20 pertanyaan, dengan pilihan jawaban “sangat
tidak puas”, yang diberi skor 1, jawaban “tidak puas”, yang diberi skor 2,
jawaban “cukup puas”, yang diberi skor 3, jawaban “puas”, yang diberi
skor 4, dan jawaban sangat puas yang diberi skor 5. Selanjutnya tingkat
kepuasan klien dikategorikan sebagai berikut:
0-20 = Sangat Rendah (Sangat tidak Puas)
21-40 = Rendah (Tidak Puas)
41-60 = cukup (Cukup Puas)
61-80 = tinggi (Puas)
81-100 = Sangat Tinggi (sangat puas).
Berdasarkan penyebaran angket pada perawat pada tanggal Januari
2022, didapatkan hasil bahwa tingkat kepuasan kerja perawat sebagian
besar berada pada kategori cukup puas (60%∿kategori 41- 60=cukup
puas)

d. Kepuasan Klien
Pengukuran tingkat kepuasan klien menggunakan kuesioner yang berisi
20 pertanyaan dengan pilihan jawaban “Ya”, dengan skor 2,“kadang-
kadang”, dengan skor 1dan “tidak”, dengan skor 0.
<56% = Kurang puas

111
56 – 75% = Cukup puas
>75% =Puas (Notoatmojo (2007) dalam Nursalam 2011)
Tingkat kepuasan pasien berdasarkan kuesioner dari 30 responden
yang disebar pada tanggal Januari 2022, didapatkan sebanyak 80%
mengatakan ya, yang berarti tingkat kepuasan pasien berada pada tingkat
puas (75% =Puas).

112
e. Hasil kajian daata
 Hubungan kerja antar prawat cukup kondusif
 Tingkat kepuasan kerja perawat sebagian besar berada pada kategori cukup puas
 Terdapat mahasiswa yang praktik
 Adanya kerjasama dengan institusi pendidikan seperti IKES Rajawali, SMK Bandung Selatan dan SMK Bhakti Kencana
 Persaingan rumah sakit maupun klinik terdekat

No 5M S W O T
Man a. Terjalinnya hubungan a. Belum meratanya a. Kerja tim yang baik a. Banyak saingan
komunikasi yang baik jenjang pendidikan membuat pekerjaan kerja yang
antara perawat dengan keperawatan menjadi lebih baik pendidikannya lebih
sesama perawat, b. Kurangnya motivasi b. Adanya kebebasan tinggi
perawat dengan dokter, untuk mengikuti rumah sakit untuk b. Pendidikan dan
dan perawat dengan tim pelatihan yang lain pengembangan karir wawasan
1. kesehatan lain. kejenjang lebih tinggi masyarakat terhadap
b. Skill atau kemampuan kesehatan semakin
perawat sudah meningkat
berkompeten
c. Perawat sudah
melaksanan pelatihan
BTCLS

113
Method a. Metode MPKP yang a. Struktur organisasi a. Memberikan pemahan a. Banyaknya MPKP
digunakan adalah ruangan belum yang baik dan yang lebih efektif
model perawat primer diperbaharui sesuai berkomunikasi baik b. Resiko tidak
modifikasi metode tim dengan MPKP dengan pasien atau efektifnya asuhan
b. Kepala ruangan b. Belum ada perawat keluarga keperawatan
memimpin dengan yang mengikuti b. Adanya mahasiswa
demokratis pelatihan MPKP yang sedang praktik
c. Terlaksananya a. Adanya
2. komunikasi yang baik pengembangan
dengan profesi kebijakan mengenai
kesehatan lain dan dokumentasi askep
perawat ruangan lain menurut
d. Universal precaution SDKI(standar
dilakukan dengan baik diagnose keperawatan
Indonesia

3. Material a. Jumlah tempat tidur a. Setiap tempat tidur a. Menjadi salah satu a. Rumah sakit
sebanyak 38 tempat tidak terpasang oksigen rumah sakit sebagai bersaing dengan
tidur diantaranya 4 b. Set GV dalam keadaan lahan praktik rumah sakit lain
tempat tidur kelas 1, 12 kurang baik dan protap mahasiswa yang memiliki alat-

114
tempat tidur kelas 2, 15 Protap pencucian b. Adanya peluang dari alat kesehatan yang
tempat tidur kelas 3, 2 alat/instrument bekas pihak RS untuk lebih canggih.
tempat tidur iso,dan 5 pakai tidak diterlihat menjadikan RSU b. Terdapat klinik-
tempat tidur VIP oleh petugas AVISENA sebagai klinik disekitar
b. Pengadaan RS pendidikan wilayah RS
kelengkapan universal
precation pada perawat
di ruang Safir memiliki
kategori tinggi
c. Terdapat 2 tempat
sampah infeksius dan
non infeksius di nurse
stasion
d. Terdapat ruang
dispensing obat
4. Money a. Keuangan dikelola a. Ruangan tidak a. Adanya jaminan a. Perawat merasa
sendiri oleh keuangan melaksanakan kesehatan dibayar tidak puas dengan
pribadi perusahaan manajemen keuangan, sebagian oleh rumah memilih resign
b. Gaji karyawan karena untuk alat dan sakit untuk karyawan
dibayarkan setiap pendanaan dilakukan dan keluarga
bulannya oleh pihak RS

115
c. Terdapat tunjangan b. Tidak adanya biaya
yaitu hari raya pendidikan bagi
d. Terdapat jaminan karyawan untuk
kesehatan yaitu BPJS meneruskan jenjang
sekolah
Market a. Memiliki sarana a. Belum adanya leaflet a. Adanya kerjasama a. Persaingan rumah
informasi dan iklan di kasus-kasus terbanyak dengan institusi sakit maupun klinik
beberapa media sosial pendidikan seperti terdekat
b. Adanya visi dan misi IKES Rajawali, SMK
RS Bandung Selatan dan
c. Tingkat BOR tinggi SMK Bhakti Kencana
5.
d. Tingkat kepuasan kerja b. Banyak masyarayat
perawat sebagian besar terdekat yang datang
berada pada kategori utuk berobat
cukup puas
e. Terdapat mahasiswa
yang praktik

116
Prioritas Masalah

Dari evaluasi kegiatan masih ada beberapa kegiatan yang belum optimal
pencapaian targetnya. Untuk optimalisasi pelayan kesehatan perlu digali masalah
di RSU AVISENA diantaranya:

1. Man : Kurang termotivasi untuk melakukan pelatihan-pelatihan


2. Method : Struktur organisasi ruangan belum diperbaharui sesuai dengan
MPKP
3. Material : Protap pencucian alat/instrument bekas pakai tidak diterlihat oleh
petugas
4. Money : belum adanya tunjangan pendidikan bagi karyawan
5. Market : Belum adanya leaflet kasus-kasus terbanyak

Selanjutnya dari masalah tersebut dilakukan pemilihan masalah aktual


yang memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Urgency (Mendesak), isu perlu dibahas dikaitkan waktu yang tersedia.
2. Seriousnesses (tingkat keseriusan), isu tersebut perlu dibahas berdasarkan
akibat yang timbul dari penundaan pemecahan masalah yang mengakibatkan
isu tersebut semakin berkembang
3. Growth (Kecenderungan Berkembang), masalah menjadi berkembang makin
memburuk kalau dibiarkan.
Keterangan:
o Nilai 5 : Sangat Mendesak/Gawat/Berdampak

o Nilai 4 : Mendesak/Gawat/Berdampak

o Nilai 3 : Cukup Mendesak/Cukup Gawat/Cukup Berdampak

o Nilai 2 : Kurang Mendesak/Kurang Gawat/Kurang Berdampak

o Nilai 1 : Sangat Kurang Mendesak/Kurang Gawat/Kurang Berdampak

117
Penetapan Prioritas Masalah dengan Teknis Analisis USG

No Masalah U S G Total Rangking


Man: Kurang termotivasi untuk
1 2 3 3 8 IV
melakukan pelatihan-pelatihan
Method: Struktur organisasi

2 ruangan belum diperbaharui sesuai 4 4 4 12 I


dengan MPKP
Material: Protap pencucian

3 alat/instrument bekas pakai tidak 4 3 4 11 II


diterlihat oleh petugas
Money: belum adanya tunjangan
4 2 3 2 7 V
pendidikan bagi karyawan
Market: Belum adanya leaflet
5 3 2 4 9 III
kasus-kasus terbanyak

Prioritas masalah:

1. Method : Struktur organisasi ruangan belum diperbaharui sesuai dengan


MPKP
2. Material : Protap pencucian alat/instrument bekas pakai tidak diterlihat oleh
petugas
3. Market : Belum adanya leaflet kasus-kasus terbanyak
4. Man : Kurang termotivasi untuk melakukan pelatihan-pelatihan
5. Money : belum adanya tunjangan pendidikan bagi karyawan

118
Planning Of Action (POA)

N Tangg Sasara Penanggu


Masalah Tujuan Kegiatan
o al n ng Jawab
1 Method: Untuk Mendiskusi Selasa Karu, Reza,
Struktur mengaplikasi kan dan , 17 Katim tevi, fuji
organisasi kan struktur membuat Januar ,
ruangan organisasi struktur i 2022 Peraw
belum sesuai organisasi at
diperbaharu dengan keanggotan
i sesuai Metode yang
dengan Praktik terbaru
MPKP Keperawatan
Profesional
2 Material: Untuk Mendiskusi Rabu, Karu, Weby,
Protap mengaplikan kan dan 18 Katim atep,
pencucian prosedur memberi Januar , Saniya
alat/instrum yang sesuai referensi i 2022 Peraw
ent bekas dan mudah protap at
pakai tidak terlihat dan sehingga
diterlihat dipahami dapat
oleh sehingga dijadikan
petugas tidak ada protap
kontaminasi ruangan
3 Market: Untuk Mendiskusi Kamis Karu, Ai, ade,
Belum menarik kan dan , 19 Katim lisa
adanya perhatian memberikan Januar ,
klien dengan referensi i 2022 Peraw
leaflet
informasi terkait at
kasus-kasus yang leaflet
terbanyak bermanfaat untuk
bagi dijadikan
kesehatan leaflet
masyarakat ruangan
untuk para
klien
4 Man: Untuk Memberika Rabu, Karu,
Kurang menambah n motivasi 18 Katim Kelompo
termotivasi pengetahuan dan Januar , k2
untuk dan berdiskusi i 2022 Peraw
melakukan motivasi mengenai at
pelatihan- terhadap para jenjang

119
pelatihan perawat pendidikan
untuk selanjutnya
melanjutkan dan
kejenjang pelatihan-
pendidikan pelatihan
selanjutnya
dan
mengikuti
pelatihan-
pelatihan
5 Money: Untuk Memberika Kamis Karu, Kelompo
belum menambah n motivasi , 19 Katim k2
adanya pengetahuan untuk Januar ,
tunjangan dan melanjutkan i 2022 Peraw
pendidikan motivasi jenjang at
bagi terhadap para pendidikan
karyawan pekerja untuk selanjutnya
melanjutkan
kejenjang
pendidikan
selanjutnya

120
BAB IV
IMPLEMENTASI ANALISIS PENGKAJIAN 5M

1. MAN
Motivasi Perawat untuk Melanjutkan Studi/Jenjang Karir
Setelah kami melakukan pengkajian pada sumber daya manusia
ketenagakerjaan perawat diruang safir, didapatkan bahwa kebanyakan
perawat adalah lulusan D3 dan mereka tidak mau melanjutkan pendidikan
karena ada beberapa alasan, sehingga kami memberikan motivasi serta
materi mengenai pengembangan sumber daya dan jenjang karir untuk para
perawat safir. Sehingga besar harapan kami para perawat dapat terbuka
wawasannya dan mempunyai niat untuk melanjutkan pendidikan
selanjutnya.
Maka kami memberikan implementasi pemberian materi serta motivasi
mengenai pengembangan sumber daya dan jenjang karir kepada para
perawat. Karena menurut kami, kinerja perawat yang rendah merupakan
masalah yang perlu diperhatikan oleh setiap rumah sakit, karena kinerja
perawat akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas rumah sakit dalam
menghadapi persaingan seiring dengan perkembangan zaman. Kegiatan
pelayanan dan asuhan keperawatan juga dapat dipengaruhi oleh kualitas dan
kuantitas tenaga keperawatan. Kualitas pelayanan yang diberikan ditentukan
oleh sumber daya manusia (SDM) keperawatan yang mampu melalui
tantangan teknologi yang semakin pesat, sehingga perencanaan sumber daya
manusia (SDM) harus tepat dan terukur.
Salah satu yang menyebabkan menurunnya kinerja perawat adalah
kurangnya apresiasi yang diberikan oleh rumah sakit untuk perawat-perawat
yang memiliki kinerja yang baik. Bentuk apresiasi yang dapat diberikan
oleh rumah sakit kepada perawat-perawat adalah dengan memberikan
program melanjutkan pendidikan dan pengembangan karir. Hasil dari
motivasi tersebut ditemukan bahwa :

121
1) Secara simultan, Motivasi, Jenjang Karir, berpengaruh terhadap
perawat untuk melanjutkan pendidikan selanjutnya.
2) Motivasi memiliki pengaruh terhadap pendidikan selanjutnya dimana
dapat mempengaruhi terhadap jenjang karir, dengan perawat
termotivasi yang tinggi maka perawat dapat meningkatkan kinerja dan
meningkatkan niat untuk melanjutkan pendidikan selanjutnya.
Kekurangan :
Harus lebih memotivasi lagi dan memberikan masukan supaya perawat
lebih mempunyai niat yang tinggi untuk melanjutkan pendidikan.

2. Marketing
Pemberian Leaflet dengan sasaran seluruh keluarga pasien yang
dirawat.

Memberikan leaflet dan pendidikan kesehatan merupakan suatu kegiatan


yang bertujuan untuk memberikan informasi terkait penyakit. Pasien dan
keluarga yang paham mengenai penyakit dapat melakukan pencegahan atau
mengurangi resiko agar tidak terjadi lagi penyakit yang berulang, selain itu
dengan memberikan wawasan yang lebih mengenai penyakit maka dapat
mudah untuk memahami penyakitnya sendiri.

122
Hasil : pasien dan keluarga memahami apa yang telah diberikan atau
dijelaskan mengenai penyakit tersebut, serta dapat memahami penyebab,
pencegahan serta perawatannya agar penyakit tersebut tidak terulang kembali.
Kekurangan : kurang banyaknya wawasan atau pendidikan yang diberikan
karena waktu yang terbatas dan kurangnya pembuatan leaflet untuk
dipublikasikan karena kurangnya biaya.

3. Method
Struktur Organisasi
Struktur organisasi sangat berperan penting juga dalam sebuah ruangan
karena dalam struktur organisasi memegang penting dalam setiap komponen
dan tugas maupun wewenangnya. Sehingga Struktur organisasi memegang
peran penting bagi kelancaran aktivitas sebuah rumah sakit maupun
ruangan, baik yang skala kecil maupun besar. Hal ini karena
pengorganisasian akan menjadikan pekerjaan lebih efektif dan tidak terpusat
dalam satu kendali. Struktur organisasi juga mempunyai fungsi untuk
memperjelas setiap fungsi dan hubungan antar bagian dalam sebuah rumah
sakit ataupun ruangan. Sehingga akan terlihat jelas siapa yang bertanggung
jawab atas sebuah pekerjaan dalam satu bidang.
Selain itu juga sebuah struktur organisasi bertujuan untuk mengatur posisi
pekerjaan sekaligus pembentukan garis komunikasi dan wewenang.
Hasil : orang sekitar dan perawat bisa melihat struktur organisasi dan bisa
mengetahui tugas dan wewenang setiap perawat menjadi lebih jelas dan
komponennyapun lebih jelas
Kekurangan :
Kurang besar dalam membuat struktur organisasi

123
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Manajemen merupakan proses mengorganisir sumber-sumber
untuk mencapai tujuan dimana arah tujuan yang akan dicapai ditetapkan
berdasarkan visi, misi, filosofi organisasi. Manajemen keperawatan
adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk
memberikan asuhan, pengobatan dan bantuan terhadap para pasien
(Gillies, 1989) (Mugianti). Menurut Siagian (1999), manajemen
berfungsi untuk melakukan semua kegiatan yang perlu dilakukan dalam
rangka mencapai tujuan dalam batas-batas yang telah ditentukan pada
tingkat administrasi.
Pendekatan manajemen diterapkan dalam bentuk fungsi
manajemen yang terdiri dari fungsi perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), pengarahan (directing), dan pengendalian
(controlling). Keempat fungsi manajemen ini merupakan suatu rangkaian
(proses) kegiatan yang berhubungan satu sama lain. Jika tujuan
organisasi belum tercapai atau masih ada kesenjangan pihak manajemen
harus mampu menganalisa kembali kelemahan pelaksanaan salah satu
atau beberapa fungsi manajemen. Untuk itu fungsi manajemen ini
memerlukan perumusan standar unjuk kerja yang jelas yang digunakan
untuk menilai hasil kegiatan staff atau unit kerja. Apakah ada
penyimpangan dan jika ada penyimpangan kegiatan manajerial ditujukan
untuk melakukan koreksi terhadap penyimpangan yang telah terjadi.
Kegiatan manajemen keperawatan mengacu pada konsep
manajemen secara umum, dengan menggunakan pendekatan fungsi-
fungsi manajemen meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
dan pengontrolan (pengawasan dan Evaluasi). Manajemen pelayanan

124
keperawatan berfokus pada komponen 5 M (Man, Money, Material,
Method, Machine). Menurut Nursalam, (2014) manajer memegang peran
penting dalam memotivasi staf untuk mencapai tujuan organisasi. Untuk
melaksanakan tugas tersebut, manajer harus mempertimbangkan
keunikan/karakteristik stafnya dan berusaha untuk memberikan tugas
sebagai suatu strategi dalam memotivasi staf.

B. Saran
1) Bagi Rumah Sakit
Membantu meningkatkan kualitas manajemen rumah sakit
khususnya ruang rawat inap RSU Avisena di ruang Safir, untuk
dapat mencapai tujuan organisasi dibidang peningkatan pelayanan
kepada masyarakat yang paripurna dan sebagai lahan pendidikan,
pelatihan tenaga kesehatan, penelitian dan pengembangan ilmu
kesehatan klinis dan perawatan dalam rangka meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat.
2) Bagi Ruangan
Menjadikan perawat ruangan lebih meningkatkan
penyusunan rencana yang strategi dan rencana operasional pelayanan
keperawatan di ruangan khususnya ruangan Safir dan meningkatkan
pengkajian unit pelayanan sesuai model praktik keperawatan
profesional (MPKP). Bagi kepala ruangan dan ketua tim diharapkan
dapat menjadi agen pembaharu dan menjadi model praktik
keperawatan profesional.
3) Bagi Mahasiswa
Secara langsung menerapkan konsep, teori dan prinsip
manajemen keperawatan dalam pengelolaan pelayanan keperawatan
pada instalasi rawat inap ruang Safir, disuatu tatanan pelayanan
kesehatan dan dapat berperan sebagai agen pembaharu dan model
peran dalam kepemimpinan dan pengelolaan pelayanan keperawatan
profesional di tingkat dasar.

125
DAFTAR PUSTAKA

1. Davis, K, dan John, W.N. (2012). Perilaku Organisasi, Edisi 7. Jakarta :


Gelora Aksara Pranata.
2. Depkes RI. (2010). Pedoman Uraian Tugas Perawatan Rumah Sakit.
Jakarta: Pusdinakes.
3. Luthans. (2009). Perilaku Organisasi Edisi Kesepuluh. Jogjakarta :
Penerbit Andi
4. Nursalam. (2011). Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam Keperawatan
Profesonal, Edisi ke-3. Jakarta : Salemba Medika.
5. Sitorus, R.Y. (2009). Model Praktek Keperawatan Profesional di Rumah
Sakit; Penataan Struktur dan Proses (Sistem) Pemberian Asuhan
Keperawatan di Ruang Rawat. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran.
6. Wong, D.L, dkk. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Vol. 1. Jakarta :
EGC
7. Sastrianegara, M. Fais. 2009. Buku Ajar Organisasi dan Manajemen
Pelayanan Kesehatan Serta Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika

126

Anda mungkin juga menyukai