Anda di halaman 1dari 41

PROPOSAL

PRAKTIK KLINIK MANAJEMEN KEPERAWATAN


DI RUANG ALI BIN ABU THALIB RUMAH SAKIT ISLAM PURWODADI

Disusun Oleh :
Kelompok 4
1. Poerwo Prih Utami 5. Indah Dwi Lestari
2. Nurul Khoirul N. A 6. Tri Mulyani
3. Army Narica F.R 7. Yolania Mintra
4. Suwarningsih 8. Mahareni Meita W.

PROGAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS SAIN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS AN NUUR
TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Pengkajian Praktik
Klinik Manajemen Keperawatan Di Ruang Ali Bin Abu Thalib - Rumah Sakit Islam
Purwodadi.
Proposal ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat tugas stase
manajemen keperawatan. Penyusunan proposal ini terselesaikan berkat bantuan
dan dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis
sampaikan rasa terima kasih kepada :
1. Dr. Erlina Septiyani, SH selaku Direktur RS Islam Purwodadi
2. Ns. Sujadi Utomo, S. Kep selaku Kepala Bidang Keperawatan sekaligus
pembimbing klinik
3. Zulaikah, AMK selaku kepala ruang Ali Bin Abu Thalib
4. Ns. Purhadi,S.Kep., M.Kep selaku Plt. Rektor Universitas An Nuur
5. Ns. Meity Mulya Susanti, S.Kep., M. Kes selaku pembimbing akademik
Beserta semua pihak yang terkait dalam penyusunan proposal ini. Penulis
menyadari dalam penyusunan proposal ini masih banyak kekurangan, oleh karena
itu penulis mengharapkan kritik dan masukan guna perbaikan proposal ini
kedepannya, sehingga bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.

Purwodadii, Agustus 2022

Penulis
LEMBAR PENGESAHAN

Proposal pengkajian praktik klinik manajemen keperawatan di ruang Ali Bin Abu

Thalib Rumah Sakit Islam Purwodadi ini telah disetujui dan disahkan pada:

Hari, tanggal : ......................................

Tempat : ......................................

Mengetahui,

Dosen Pembimbing Akademik Clinical Instructur (CI) Rumah Sakit


Universitas An Nuur Islam Purwodadi

Ns. Meity Mulya Susanti, S.Kep., M. Kes Ns. Sujadi Utomo, S. Kep
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................01

DAFTAR ISI....................................................................................................02

DAFTAR TABEL............................................................................................04

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG..........................................................................05

B. TUJUAN ..............................................................................................08

C. RUMUSAN MASALAH......................................................................08

D. MANFAAT...........................................................................................08

BAB II TINJAUAN LAHAN

A. GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT DAN RUANG PRAKTIK............10

B. PENGUMPULAN DATA........................................................................12

C. ANALISA SWOT...................................................................................16

D. IDENTIFIKASI MASALAH....................................................................21

E. PRIORITAS MASALAH.........................................................................21

F. RENCANA STRATEGIS........................................................................21

BAB IIIPENUTUP ............................................................................................................................

Lampiran
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sekitar 40%-60% pelayanan Rumah Sakit adalah pelayanan
keperawatan, oleh karena itu pengelolaan keperawatan harus mendapatkan
perhatian yang lebih dan menyeluruh karena pelayanan keperawatan sangat
menentukan baik buruknya citra rumah sakit (Gillies, 2012).
Guna mewujudkan pelayanan kegawatan yang berkualitas sesuai dengan
visi dan misi rumah sakit tidak terlepas dari proses manajemen, yang
merupakan suatu pendekatan dinamis dan pro aktif dalam menjalankan suatu
kegiatan organisasi. Manajemen tersebut mencakup planning, organizing,
actuating, controlling (POAC) terhadap staff sarana dan prasarana dalam
mencapai tujuan organisasi (Nursalam, 2011).
Manajemen keperawatan merupakan suatu bentuk koordinasi dan
intregasi sumber-sumber keperawatan dengan menerapkan proses manajemen
untuk mencapai tujuan dan obyektifitas asuhan keperawatan dan pelayanan
keperawatan. Manajemen keperawatan dapat didefinisikan sebagai proses
dari perencanaan, pengorganisasisan, kepemimpinan dan pengawasan untuk
mencapai tujuan. Proses manajemen keperawatan memahami dan
memfasilitasi pekerjaan perawat pelaksanaan serta mengelola kegiatan
keperawatan. Sebagaimana proses keperawatan terdiri atas pengumpulan
data, identifikasi masalah, perencanaan pelaksanaan dan evaluasi
(Nursalam,2011).
Karena manajemen keperawatan mempunyai kekhususan terhadap
mayoritas tenaga daripada sebagai pegawai, maka setiap tahapan didalam
proses manajemen lebih rumit dibandingkan dengan proses keperawatan.
Konsep yang harus dikuasai adalah konsep tentang penglolaan bahan, konsep
manajemen keperawatan, perencanaan, pelaksanaan secara operasional,
khususnya dalam pelaksanaan model asuhan keperawatan (Nusalam, 2015).
Berdasarkan hasil pengkajian awal di ruang Ali Bin Abu Thalib RS Islam
Purwodadi, didapatkan bahwa sistem manajemen keperawatan operasional
sudah dilaksanankan namun masih belum optimal. Pelayanan asuhan
keperawatan yang optimal akan terus sebagai suatu tuntutan bagi organisasi
pelayanan kesehatan. Kualitas pelayanan keperawatan pada saat ini
melibatkan pengetahuan, keterampilan dan perilaku dari para praktisi, klien,
keluarga dan dokter. Saat mendefinisikan kualitas keperawatan, perlu
diperhitungkan nilai-nilai dasar keyakinan pada perawat serta cara
mengorganisasikan asuhan keperawatan tersebut.
Salah satu cara untuk mendapatkan ketrampilan manajemen keperawatan
yang handal selain didapatkan dibangku perkuliahan juga harus melalui
pembelajaran ditempat praktek majanemen di RS Islam Purwodadi dengan
arahan pembimbing rumah sakit dan pembimbing institusi. Dengan adanya
praktek tersebut diharapkan mahasiswa mampu menerapkan ilmu yang
didapatkan dan mengelola ruang perawatan dengan pendekatan proses
manajemen.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti proses pembelajaran klinik manejemen keperawatan,
diharapkan mahasiswa mampu meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman dalam mengaplikasikan prinsip-prinsip manejemen
keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti proses pembelajaran klinik manejemen keperawatan
diharapkan mahasiswa mampu:
a. Menjelaskan sistem pengorganisasian .
b. Melakukan pengkajian data, identifikasi dan analisa data dengan
menggunakan pendekatan analisa SWOT (Strenght, Weakness,
Opportunity, Threat).
c. Merumuskan masalah berdasarkan hasil analisa yang di dapatkan.
d. Menentukan rencana strategi yang akan dilakukan untuk
menyelesaikan masalah yang di temukan.
e. Melakukan evaluasi (struktur, proses, hasil)
C. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Sebagai sumber informasi khususnya bagi mahasiswa program Profesi
Ners dalam aplikasi konsep kepemimpinan dan manajemen keperawatan
secara langsung.
2. Manfaat Praktis
Sebagai bahan masukan bagi perawat khususnya di ruang Ali Bin Abi
Thalib RS Islam Purwodadi untuk meningkatkan kualitas pelayanan
asuhan keperawatan yang mengacu kepada Model Praktek Keperawatan
Profesional (MPKP).
3. Rumah Sakit
Data yang diperoleh dari hasil pengkajian diharapkan dapat bermanfaat
sebagai bahan dalam meningkatkan mutu manajerial bagi Rumah Sakit.
BAB II
TINJAUAN LAHAN

A. Gambaran Umum
1. Sejarah Singkat
Gagasan didirikannya Rumah Sakit Islam Purwodadi adalah
bermula dari dirasakannya kebutuhan akan pelayanan Rumah Sakit yang
bernafaskan Islam. Rumah Sakit Islam Purwodadi, merupakan satu-
satunya rumah sakit Islam yang berada di Purwodadi. Rumah Sakit Islam
Purwodadi didirikan oleh Yayasan Waqaf Ukhuwah Islamiyah
Kabupaten Grobogan pada tahun 2002 di Kecamatan Purwodadi sebagai
bentuk partisipasi dari Yayasan Waqaf Islamiyah untuk mengatasi
problem sosial, keagamaan, dan kesehatan bagi masyarakat.
Dari tahun pertamanya didirikannya Rumah Sakit Islam Purwodadi
sampai dengan saat ini Rumah Sakit Islam Purwodadi sudah
mengalami perubahan yang signifikan baik sektor fisik maupun non fisik,
serta peningkatan kualitas perusahaan. Bahkan Rumah Sakit Islam ini
dalam memberikan pelayanan kesehatan terhadap pelanggan dibantu oleh
para tenaga kerja medis spesialis bedah, penyakit dalam, kandungan,
anak, syaraf, THT, dan mata. Rumah Sakit Islam Purwodadi juga
memiliki pelayanan kesehatan unggulan yaitu Obgyn dan bedah tulang
yang sampai saat ini belum dimiliki oleh rumah sakit lain yang ada di
Purwodadi.
Pada saat ini Rumah Sakit Islam Purwodadi memiliki 77 tempat
tidur untuk pelayanan pasien rawat inap. Secara bertahap Rumah Sakit
Islam Purwodadi berusaha untuk melakukan pengembangan dan
peningkatan mutu pelayanan kesehatan agar menghasilkan pelayanan
kesehatan yang optimal.Yayasan Waqaf Ukhuwah Islamiyah berusaha
melakukan pengembangan atau peningkatan pelayanan kesehatan
masyarakat dengan jalan menambah sarana dan prasarana serta fasilitas
pelayanan Rumah Sakit Islam sesuai dengan Maket Rumah Sakit Islam
yang telah direncanakan.
2. Falsafah, Motto, Visi, Misi, dan Tujuan
a. Falsafah
Filosofi Rumah Sakit Islam Purwodadi adalah Rumah Sakit
yang beretika Islami dan nirlaba dalam melaksanakan kegiatan
dengan tetap memberikan pelayanan kesehatan paripurna yang
berkualitas dan mengutamakan keselamatan pasien serta
meningkatkan kesejahteraan pegawainya.
Nilai yang diterapkan di RSI Purwodadi adlah “I S L A M I”
yang memiliki makna :
1) Integritas
2) Sopan santun
3) Lugas
4) Musyawarah
5) Informatif
Budaya kerja dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat
dengan “B E R T A K W A”
1) Bekerja merupakan ibadah kita
2) Empati kepada pasien
3) Ramah dalam pelayanan
4) Transparan dalam bekerja
5) Amanah jika diberi kepercayaan
6) Qualitas dalm memberikan pelayanan
7) Wajib menyimpan rahasia pasien
8) Akuntabilitas dalam pelayanan
b. Motto
Melayani dengan hati, profesional , paripurna dan Islami
c. Visi
Menjadi Rumah Sakit pilihan masyarakat dengan pelayanan
kesehatan yang terbaik dan berdasarkan pada etika Islami.
d. Misi
1) Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu, cepat, tepat,
ramah dan informatif kepada masyarakat dengan biaya yang
terjangkau.
2) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang terbaik pada semua
kalangan masyarakat dengan mengutamakan keselamatan pasien.
3) Meningkatkan sarana dan prasarana untuk pengembangan
pelayanan kesehatan yang berkualitas.
4) Meningkatkan pendidikan dan keterampilan sumber daya
manusia yang berkualitas dan berkompeten.
e. Tujuan
Membantu pemerintah dalam pelayanan kesehatan paripurna dalam
rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dengan
pengembangan dakwah Islami.
3. Kedudukan, Tugas dan Fungsi

4. Jenis – Jenis Pelayanan Kesehatan


a. Pelayanan Rawat Jalan
1) Poliklinik Rawat Jalan dr. Umum
2) Poliklinik Rawat Jalan dr. Spesialis
a) Poli Kandungan dan Kebidanan
b) Poli Penyakit Dalam
c) Poli Bedah
d) Poli Anak
e) Poli Orthopedi (Tulang)
f) Poli Rehabilitasi Medik (Fisioterapi)
g) Poli Kesehatan Jiwa
h) Poli Jantung dan Pembuluh Darah
3) Poliklinik dr. Gigi
b. Pelayanan Rawat Inap
Jumlah
Jumlah
Setara Tempat
Tempat
No Nama Ruangan Kelas Tidur Bagi
Tidur
(VIP,I,II,II) Peserta
Keseluruhan
JKN-KIS

1 Ruang Usman VIP 3 3


I 2 2
II 2 2
III 2 2
2 Ruang Ali VIP 3 3
I 4 4
II 3 3
III 4 4
3 Ruang Umar VIP 4 4
I 8 8
II 9 9
III 16 16
4 Perinatalogi 8 8
c. Pelayanan Gawat Darurat
d. Pelayanan Kamar Operasi
e. Pelayanan Kamar Bersalin
f. Pelayanan Perinatologi
g. Pelayanan Laboratorium
h. Pelayanan Farmasi/Apotek
i. Pelayanan Radiologi (Rontgen)
j. USG 2, 3 dan 4 Dimensi
k. Terapi Bio E (Terapi Alergi)
l. Teknik Akupuntur (Prana/Tradisional)
m. Baby Spa dan Senam Hamil
n. Pelayanan Akta Kelahiran (bayi) dan Kartu Keluarga Baru
o. Pelayanan Ruang Isolasi Pasien Covid-19
p. Pelayanan Pemeriksaan Swab PCR dan Antigen
q. Pemulasaran Jenazah
B. Pengumpulan Data
1. Data Umum
a. Tenaga dan Pasien (M1 - MAN)
1) Tenaga Medis / Perawat
a) Ketenagaan diruang Ali Bin Abu Thalib
No Nama Pendidikan Pelatihan Jabatan
Ahli Madya Kep.
1. Zulaikah, AMK BTCLS
Keperawatan Ruang
Dwi Nurtanti, DIII Ketua Tim
2. BTCLS
Amd.Kep Keperawatan A
Mega Putri C.S, DIII Ketua Tim
3. BTCLS
Amd.Kep Keperawatan B
Bagus Ridwan A, Perawat
4. Ners BTCLS
S.Kep.Ners pelaksana
Kusdianto Aji W, Perawat
5. Ners BTCLS
S.Kep.Ners pelaksana
Yoga Wahyu U, DII Perawat
6. BTCLS
Amd.Kep Keperawatan pelaksana
Dina Septyani I, Ahli Madya Perawat
7. BTCLS
AMK Keperawatan pelaksana
Yeni Fajar R.A, DIII Perawat
8. BTCLS
Amd.Kep Keperawatan pelaksana
Ratna Sri R, S.Kep. Perawat
9. Profesi BTCLS
Ners pelaksana
Disca Pramudiastuti DIII Perawat
10. BTCLS
A.W, Amd.Kep Keperawatan pelaksana
Novita Ayu F, DIII Perawat
11. BTCLS
Amd.Kep Keperawatan pelaksana

Diska Imam P, Perawat


12. Ners BTCLS
S.Kep.Ners pelaksana
Septa Dwi R, Perawat
13. Ners BTCLS
S.Kep.Ners pelaksana
Feri Indah R, Perawat
14. Ners BTCLS
S,Kep.Ners pelaksana
Jumlah total 14
Kepala Ruang 1
Ketua Tim A 1
Ketua Tim B 1
Perawat pelaksana 11

i) Karakteristik tenaga keperawatan berdasarkan masa kerja


No Masa Kerja Jumlah %
1 < 5 tahun 10 71 %
2 >5 tahun 4 29 %
Jumlah 14 100 %

2) Pasien
Ruang Ali Bin Abu Thalib adalah ruang rawat inap yang
disediakan untuk pasien anak, obgyn, bedah, penyakit dalam,
orthopaedi.
a. Rekapitulasi kunjungan rawat inap di Ruang Ali Bin Abu Thalib
Tabel 3.1 Rekapitulasi Kunjungan Rawat Inap di
RuangAli Bin Abu Thalib Mei, Juni, Juli tahun 2022
No Uraian Bulan Total
Mei Juni Juli
1 Total dirawat 87 78 75 240
2 Hari dirawat 219 213 223 665
Lama
3 271 265 304 840
dirawat
Pasien keluar
4 a. Hidup 83 73 81 237
b. Mati 0 0 0 0
5 Rujuk 4 1 1 6
6 Pindah ruang 1
3 1 5
lain
Sumber : Data sekunder dari manajemen Rumah Sakit
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa total pasien
yang dirawat di ruangAli Bin Abu Thalib pada bulan Mei,
Juni, Juli adalah 240, dengan total hari rawat 665, serta total
lama rawat sebanyak 840,pasien yang keluar dalam kondisi
hidup sebanyak 237 pasien, serta pasien yang keluar dalam
keadaan meninggal tidak ada.
b) Efisiensi pelayanan di Ruang Ali Bin Abu Thalib
(1) BOR (Bed Occupancy Rate)
Gambar 3.2 BOR RuangAli Bin Abu ThalibMei, Juni, Juli
tahun 2022
BOR (Bed Occupancy Rate)
No Bulan Total
1 Mei 50%
2 Juni 51%
3 Juli 51%
Sumber : Data Sekunder dari manajemen Rumah sakit
Berdasarkan gambar 3.2 di atas dapat disampaikan
bahwa rata-rata persentase pemakaian tempat tidur (BOR)
RuangAli Bin Abu Thalib dengan jumlah tempat tidur 15
bed pada bulan Mei diketahui sebanyak 50%, pada bulan
Juni diketahui sebanyak 51%, sedangkan pada bulan
Meidiketahui sebanyak 51%. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa data BOR pada bulan Mei, Juni, Juli belum sesuai
standar nasional yakni 60%-85% (Depkes RI. 2017,
Kementrian Kesehatan 2019).
(2) LOS (Length Of Stay)
Gambar 3.3 LOS RuangAli Bin Abu ThalibMei, Juni, Juli
tahun 2022
LOS (Length Of Stay)
No Bulan Total
1 Mei 3
2 Juni 4
3 Juli 4
Sumber : Data Sekunder dari manajemen Rumah Sakit
Berdasarkan gambar 3.3 di atas dapat disampaikan
bahwa rata-rata lamanya perawatan seorang pasien (LOS)
di Ruang Ali Bin Abu Thalib Pada bulan Mei diketahui
LOS sebanyak 3 hari, pada bulan Juni diketahui LOS
sebanyak 4 hari, sedangkan pada bulan Juli diketahui LOS
sebanyak 4 hari, sehingga dapat diambil kesimpulan
bahwa data LOS yang terdapat di ruang Ali Bin Abu
Thalib pada bulan Mei, Juni, Juli belum sesuai dengan
standar Nasional yakni 6-9 hari (Depkes RI. 2017,
Kementrian Kesehatan 2019).
(3) TOI (Turn Over Interval)
Gambar 3.4 TOIAli Bin Abu Thalib Mei, Juni, Juli tahun
2022
TOI (Turn Over Interval)
No Bulan Total
1 Mei 3
2 Juni 3
3 Juli 3
Sumber : Data Sekunder dari manajemen Rumah Sakit
Berdasarkan gambar 3.4 di atas dapat disampaikan
bahwa rata-rata tempat tidur tidak ditempati (TOI) Ruang
Ali Bin Abu Thalib pada bulan Mei diketahui sebanyak 3
hari, pada bulan Juni diketahui sebanyak 3hari, sedangkan
pada bulan Juli diketahui sebanyak 3 hari. Dapat
disimpulkan TOI pada bulan Mei-Juli sesuai dengan
standar nasional yakni 1-3 hari (Depkes RI. 2017,
Kementrian Kesehatan 2019).
(4) BTO (Bed Turn Over)
Gambar 3.5 BTO RuangAli Bin Abu ThalibMei, Juni, Juli
tahun 2022
BTO (Bed Turn Over)
No Bulan Total
1 Mei 6
2 Juni 5
3 Juli 6
Sumber : Data Sekunder dari manajemen Rumah Sakit
Berdasarkan gambar 3.4 di atas dapat disampaikan
bahwa rata-rata frekuensi pemakaian tempat tidur (BTO
Ruang Ali Bin Abu Thalib pada bulan Mei sebanyak 6 kali,
sedangkan pada bulanJuni sebanyak 5 kali dan pada bulan
Juli sebanyak 6 kali. Sehingga dapat disimpulkan tidak
sesuai dengan standar nasional yaitu 40-50 kali (Depkes RI.
2017, Kementrian Kesehatan 2019).
b. Bangunan, Sarana dan Prasarana (M2 – Material)
1) Denah ruang

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 7 Tahun 2019 Tentang Kesehatan Lingkungan Rumah
Sakit. Pengaturan kesehatan lingkungan rumah sakit bertujuan
untuk: a. mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat bagi rumah
sakit baik dari aspek fisik, kimia, biologi, radioaktivitas maupun
sosial; b. melindungi sumber daya manusia rumah sakit, pasien,
pengunjung dan masyarakat di sekitar rumah sakit dari
faktorrisiko lingkungan; dan c. mewujudkan rumah sakit ramah
lingkungan.Berdasarkan hasil observasi terhadap situasi
lingkungan Ruang Ali Bin Abu Thalib dapat diketahui :
a) Pencahayaan :Terang di semua ruang bisa untuk membaca,
cukup sinar matahari
b) Ventilasi : Segar, banyak udara masuk melalui lubang angin
dan jendela.
c) Lantai : Lantai keramik, bersih, tidak licin dan kering.
d) Atap : Rapat/tidak bocor, bagian dalam bersih
e) Dinding : Kuat, tidak retak, bersih
f) Sarana air bersih : Tersedia
g) Pembuangan air limbah : Lancar
h) Handrub tersedia hampir disetiap depan ruangan
i) Tempat sampah medis dan non medis terpisah serta tertutup
2) Kapasitas
Ruang Ali Bin Abu Thalib memiliki kapasitas 15 tempat tidur
dengan klasifikasi :
a) Kamar ruang VIP 1,2, 3 : untuk pasien anak dan obgyn
b) Kamar ruang4 -11 : untuk pasien dalam, bedah, orthopaedi
3) Sarana Prasarana
a) Peralatan medis
Standar
No Nama Barang Jumlah Keadaan Ket
Min
1 : 6 TT
sesuai
1. Stetoskop 3 baik Terpenuhi
ruang
rawat
Spyghmano 2/
2. 1 baik Kurang
meter bangsal
2 baik
3. Termometer 1/kamar 3 Kurang
1 rusak
Alat cek gula 1/
4. 1 baik Terpenuhi
darah bangsal
5. Oxymetri 1 1 baik Terpenuhi
6. Pinset 1 2 baik Terpenuhi
Gunting
7. 1 3 baik Terpenuhi
plester
8. Kom kecil 1 1 baik Terpenuhi
Bak
9. instrumen 1 2 baik Terpenuhi
sedang
10. Tromol kecil 1 1 baik Terpenuhi
11. Tourniquet 1 2 baik Terpenuhi
12. Gunting klem 1 1 baik Terpenuhi
Trolley
13. 1 1 baik Terpenuhi
Emergency
14. BVM anak 1 1 baik Terpenuhi
15. BVM dewasa 1 1 baik Terpenuhi
Bed side
16. 1 1 baik Terpenuhi
monitor
X-ray film
17. 1 1 baik Terpenuhi
viewer
18. Safety box 1 1 baik Terpenuhi
Tabung
19. 1 8 baik Terpenuhi
oksigen
Sumber : data sekunder
b) Linen
Nama
No Standard Jumlah Keadaan Ket
Barang
1. Bad Cover 3/TT 5 Baik Kurang
2. Sprei 3/TT 30 Baik Kurang
3. Selimut 3/TT 22 Baik Kurang
4. Sarung 3/TT 23 Baik Kurang
Bantal
5. Sarung 3/TT 14 Baik Kurang
Guling

6. Perlak 3/TT 25 Baik Kurang


7. Stik Laken 3/TT 16 Baik Kurang
8. Baju OK 3/TT 7 Baik Kurang
9. Gown 3/TT 10 Baik Kurang
perawat
Sumber : data sekunder
Inventaris alat tenun yang berada di RuangAli Bin Abu
Thalibbelum sesuai dengan Standar yang ada di ruangan dan
Rumah Sakit yaitu 3:1 per peralatan, ruang Ali Bin Abu Thalib
memiliki15 bad maka minimum harus terdapat45alat tenun untuk
masing-masing bad, semua alat tenun yang masih masuk dalam
indikator kurang.
c) Peralatan penunjang
Nama
No Standard Jumlah Keadaan Ket
Barang
1. Komputer 1 1 Baik Terpenuhi
2. Kulkas 1 1 Baik Terpenuhi
3. Trolley 3 1 Baik Kurang
c. Metode Pemberian Asuhan Keperawatan (M3 – Method)
1) Metode pelayanan asuhan keperawatan
Metode tim merupakan metode pemberian asuhan
keperawatan, yaitu seorang perawat profesional memimpin
sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan pada sekelompok klien melalui upaya kooperatif
dan kolaboratif. Metode tim di dasarkan pada keyakinan bahwa
setiap anggota kelompok mempunyai kontribusi dalam
merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan sehingga
menimbulkan rasa tanggung jawab yang tinggi. (Situros, 2006).
Pelaksanaan metode tim berlandaskan konsep berikut: Ketua
tim, sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan
berbagai tehnik kepemimpinan. Ketua tim harus dapat membuat
keputusan tentang prioritas perencanaan, supervisi, dan evaluasi
asuhan keperawatan. Tanggung jawab ketua tim adalah :
a) Mengkaji setiap klien dan menetapkan renpra
b) Mengkoordinasikan renpra dengan tindakan medis
c) Membagi tugas yang harus dilaksanakan oleh setiap anggota
kelompok dan memberikan bimbingan melalui konferensi
d) Mengevaluasi pemberian askep dan hasil yang dicapai serta
mendokumentasikannya
e) Komunikasi yang efektif penting agar kontinuitas terjamin
f) Komunikasi yang terbuka dapat dilakukan melalui berbagai
cara, terutama melalui renpra tertulis yang merupakan
pedoma pelaksanaan asuhan, supervisi dan evaluasi
g) Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim
Peran kepala ruangan penting dalam metode tim. Metode tim
akan berhasil baik apabila di dukung oleh kepala ruangan, untuk
itu kepala ruangan diharapkan telah :
a) Menetapkan standar kinerja yang diharapkan dari staf
b) Membantu staf menetapkan sasaran dari unit/ ruangan
c) Memberi kesempatan kepada ketua tim untuk pengembangan
kepemimpinan
d) Mengorientasikan tenaga yang baru tentang fungsi metode
tim keperawatan
e) Menjadi narasumber bagi ketua tim
f) Mendorong staf untuk meningkatkan kemampun melalui riset
keperawatan
g) Menciptakan iklim komunikasi yang terbuka
Metode pelayanan asuhan keperawatan di RS Islam
Purwodadi di Ruang Ali menggunakan metode tim, dalam
pelaksanannya sudah sesuai dengan metode yang diterapkan.
Pembagian tugas di ruang Ali jelas sesuai dengan struktur
organisasi yang ada di ruangan. Kepala ruang bertugas untuk
mengatur operan jaga, membagi tugas dan menyusun rencana
askep.
2) Operan
Operan merupakan suatu teknik atau cara untuk
menyampaikan dan menerima suatu laporan yang berkaitan
dengan pasien (Nursalam, 2011). Operan jaga merupakan
komunikasi yang dilakukan antar perawat dalam menyampaikan
kondisi pasien secara jelas dan lengkap dalam pergantian shift
saat penyerahan tanggung jawab dari perawatan kesatu ahli
perawatan kesehatan kelainnya (JCAHO, 2007).
Operan jaga sebaiknya dilakukan secara efektif, dengan cara
menjelaskan secara singkat, jelas dan lengkap mengenai
tindakan mandiri yang sudah dilakukan perawat. Tidak hanya
tindakan yang sudah dilakukan namun juga tindakan yang
belum dilakukan dan juga disertakan perkembangan dari kondisi
pasien. Informasi yang diberikan harus disampaikan dengan
akurat sesuai dengan asuhan keperawatan agar dapat berjalan
dengan baik. Operan jaga dilakukan oleh perawat primer
(perawat penanggung jawab) dan disertakan perawat assosiet
(perawat pelaksanana) pada dinas sore atau dinas malam secara
tertulis dan lisan. Informasi yang disampaikan saat pertukaran
dinas yang dilakukan dua atau tiga kali sesuai dengan shift yang
digunakan dirumah sakit pada setiap ruang (Nursalam,2008).
Laporan tersebut merupakan komunikasi yang bertujuan untuk
memindahkan informasi untuk menunjang keselamatan pasien
sesuai dengan pelaksanaan asuhan keperawatan, laopran tersebut
berisi biodata pasien, jenis penyakit, TTV, keadaan umum,
rencana tindakam, tindakan yang telah dan akan dilakukan
(Nursalam, 2008).
Operan jaga memiliki 3 aspek yaitu Operan, preconference,
dan postconference. Berdasarkan hasil observasi, operan jaga
dilakukan sebanyak 3 kali dalam satu hari, yaitu pagi, siang,
malam. Semua perawat jaga mengikuti operan jaga dengan baik.
Perawat yang berjaga membuka operan jaga dan penjelasan
terkait pasien serta tugas lainnya yang harus di siapkan. Hal-hal
yang di sampaikan dalam operan adalah kondisi pasien saat itu,
tindakan yang sudah dilakukan, rencana program jika ada, dosis
pemberian obat apakah ada perubahan atau tidak dan kendala-
kendala dalam tugas. Selain itu, pelaksanaan preconference dan
postconference juga sudah dilaksanakan dengan baik dimana
setelah operan jaga pergantian shift, tim langsung melakukan
komunikasi baik sebelum dan sesudah conference yang
dipimpin oleh ketua tim.
3) Jadwal
Waktu kerja normal menurut Keputusan Menteri Tenaga
kerja dan Transmigrasi, No. Kep. 102/MEN/VI/2004. Untuk 6
hari kerja: Waktu Kerja 7 jam/hari (hari ke1-5), 5 jam/hari (hari
ke-6), 40 jam/minggu. Untuk 5 hari kerja: Waktu Kerja 8
jam/hari, 40 jam/minggu. Perawat jaga di rumah sakit termasuk
pekerja yang bekerja terus menerus termasuk pada hari libur
resmi, hal ini kemudian diatur dalam Kepmenakertrans No.
Kep-233/Men/2003 Tahun 2003 tentang Jenis dan Sifat
Pekerjaan yang Dijalankan Secara Terus Menerus. Dan dalam
penerapannya tentu pekerjaan yang dijalankan terus-menerus ini
dijalankan dengan pembagian waktu kerja ke dalam shift-shift
Pembagian jadwal kerja di Ruang Ali Bin Abu Thalib
dibuat oleh kepala ruang. Jadwal kerja di bagi menjadi 2 tim dan
masing-masing tim di bagi menjadi 3 shift yaitu pagi, siang,
malam dengan jumlah jam rata-rata pada pagi hari 7 jam, siang
7 jam, malam 10 jam yang sesuai dengan peraturan Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
4) Ronde keperawatan
Ronde keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan untuk
mengatasi masalah keperawatan pasien yang dilaksankan oleh
perawat disamping melibatkan pasien untuk membahas dan
melakukan asuhan keperawatan serta meningkatkan tenaga
dalam menangani masalah.
Ronde keperawatan dilakukan perawat kepada pasien
disamping pasien dan diperlukan agar masalah pasien dapat
teratasi dengan baik, sehingga semua kebutuhan dasar dapat
terpenuhi, dan juga dapat meningkatkan otonomi perawat
sehingga kepuasan kerja perawat akan meningkat. Waktu
pelaksanaan ronde bermacam-macam tergantung kondisi dan
situasi ruangan. Waktu pelaksanaan ronde keperawatan adalah
setiap hari selama kurang lebih satu jam, ketika intensitas
kegiatan di ruangan sudah relative tenang. Ronde keperawatan
adalah prosedur dimana 2 orang atau lebih perawat mengunjungi
pasien untuk mendapatkan informasi yang akan membantu
dalam merencanakan pelayanan keperawatan dan memberikan
kesempatan kepada pasien untuk mendiskusikan masalah
keperawatannya serta mengevaluasi pelayanan keperawatan
yang telah diterima oleh pasien, sehingga dalam ronde
keperawatan terjadi komunikasi yang intens antara perawat dan
pasien dan kolaborasi untuk mengurangi kesalahan dalam
perawatan.
Dari hasil observasi yang kami lakukan di Ruang Ali Bin
Abu Thalib tahapan-tahapan ronde keperawatan tidak selalu
dilaksanakan oleh perawat, akan tetapi pada kasus kasus tertentu
seperti yang membutuhkan penanganan extra ronde keperawatan
dilakukan di Ruang Ali Bin Abu Thalib. Jika ada masalah atau
kasus yang belum terselesaikan dengan kondisi pasein
diruangan, perawat ruang melakukan diskusi dengan sesama
perawat, bidan, ahli gizi, dan Dokter dengan persetujuan dari
keluarga pasien untuk dilakukan tindakan.
5) Pendokumentasian Keperawatan
Menurut Lokakarya Nasional (1983) Keperawatan adalah
suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian
intergal dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan
kiat, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang
komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga dan
masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencangkup
kehidupan manusia.
Standar adalah suatu pernyataan diskritif yang menguraikan
penampilan kerja yang dapat diukur melalui kualitas struktur,
proses dan hasil (Gillies 1989).
Asuhan Keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian
kegiatan pada praktek keperawatan yang langsung diberikan
kepada klien pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan, dalam
pemenuhan kebutuhan dasar manusia, dengan menggunakan
metodoligi proses keperawatan, berpedoman pada standar
keperawatan, dilandasi etik dan etika keperawatan, dalam
lingkup wewenang serta tanggung jawab keperawatan
dilaksanakan dalam bentuk proses keperawatan yang meliputi
tahap :
(1) Pengkajian
(2) Diagnosa keperawatan
(3) Perencanaan (intervensi)
(4) Pelaksanaan(implementasi)
(5) Evaluasi
Data yang didapatkan secara observasi, sistem
pendokumentasian yang ada diruang Ruang Ali Bin Abu Thalib
berorientasi dari berbagai sumber tenaga kesehatan, misalnya:
perawat, dokter, rehabilitasi, laboratorium, gizi, radiologi,
apotek dan fisioterapi
Hasil evaluasi dokumentasi asuhan keperawatan dilakukan
terhadap 15 rekam media status pasien, yaitu sebagai berikut :
Tabel 3.10 Hasil Evaluasi Dokumentasi Asuhan
Keperawatan di Ruang Ali Bin Abu Thalib 2022 ( rekam
media status pasien)
No Aspek Yang Dinilai Nilai (%)
1 Pengkajian 100%
2 Diagnosa Keperawatan 100%
3 Perencanaan 100%
4 Implementasi 100%
5 Evaluasi 100%
Berdasarkan tabel di atas, dari status pasien pulang
didapatkan dokumentasi keperawatan dengan rata-rata 100%,
sehingga dapat disimpulkan bahwa pendokumentasian asuhan
keperawatan di Ruang Ali Bin Abu Thalib sudah sesuai dengan
standar yang digunakan.
d. Pembiayaan (M4/Money)
Penyediaan kebutuhan bahan habis pakai di ruangan dapat
langsung diperoleh melalui amprahan permintaan barang ke depo
farmasi. Penyediaan alat/fasilitas ruangan dapat dilakukan melalui
prosedur permintaan barang yang diajukan ke bagian administasi rumah
sakit. Tidak terdapat permasalahan mengenai pembayaran rawat inap di
ruang Ali, hal ini dikarenakan semua pasien menggunakan BPJS PBI,
BPJS non PBI/ Mandiri/IUR, dan bayar sendiri sehingga tidak ada
penunggakan pembayaran.

e. Pemasaran (M5/Marketing)
Pemasaran rumah sakit adalah suatu perencanaan, implementasi
dan kontrol terhadap program yang telah dirancang guna meningkatkan
penjualan jasa kesehatan yang di sediakan oleh rumah sakit yang
nantinya menghasilkan keuntungan atau laba sesuai harapan
manajemen rumah sakit. Pemasaran rumah sakit dilakukan manajemen
rumah sakit untuk mengetahui kebutuhan pelanggan, sasaran pelanggan
sehingga nantinya terciptalah kepuasan pelanggan.
Menurut para ahli, kegiatan pemasaran rumah sakit dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
1) Riset konsumen
2) Pengembangan produk
3) Komunikasi konsumen
4) Distribusi produk
5) Penetapan harga produk
6) Layanan berkelanjutan
Tidak ada pemasaran khusus yang dilakukan oleh ruang Ali Bin Abu
Thalib. Pemasaran mengikuti kebijakan dari Rumah Sakit
2. Data Khusus (Fungsi Manajemen Keperawatan diruangan)
a. Fungsi Perencanaan
1) Visi ruangan
Belum terdapat visi di ruang Ali Bin Abu Thalib
2) Misi ruangan
Belum terdapat Misi di ruangAli Bin Abu Thalib
3) Standar Operasional Prosedur (SOP)
Menurut Laksmi (2008) Standar Operasional Prosedur (SOP)
adalah dokumen yang berkaitan dengan prosedur yang dilakukan
secara kronologis untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang
bertujuan untuk memperoleh hasil kerja yang paling efektif dari
pekerja dengan biaya serendah-rendahnya. Salah satu contoh standar
oprasionl prosedur di ruang Ali Bin Abu Thalib yakni :
Menurut WHO, 5 momen cuci tangan :
1. Sebelum kontak dengan pasien
2. Sebelum tindakan aseptik
3. Setelah terkena cairan tubuh
4. Setelah kontak dengan pasien
5. Setelah kontak dengan lingkungan pasien
Observasi di ruang Ali Bin Abu Thalib didapatkan hasil
terdapat SOP dalam menjalankan tindakan keperawatan, serta
perawat dalam melaksanakan prosedur keperawatan selalu
berpedoman pada SOP.
Untuk pelaksanaan SOP cuci tangan sendiri dari hasil
pengamatan sudah dirasa cukup baik, dari hasil observasi yang kami
lakukan yakni di dapatkan hasil perawat selalu melakukan cuci
tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan serta melakukan
cuci tangan sesuai 5 momen cuci tangan.
4) Standar Asuhan Keperawatan (SAK)
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian
kegiatan pada praktek keperawatan yang langsung diberikan kepada
klien pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan, dalam pemenuhan
kebutuhan dasar manusia, dengan menggunakan metodologi proses
keperawatan, berpedoman pada standar keperawatan, dilandasi etik
dan etika keperawatan, dalam lingkup wewenang serta tanggung
jawab keperawatan dilaksanakan dalam bentuk proses keperawatan
yang meliputi tahap :
(1) Pengkajian
(2) Diagnosa keperawatan
(3) Perencanaan (intervensi)
(4) Pelaksanaan(implementasi)
(5) Evaluasi
Standar asuhan keperawatan merupakan pernyataan kualitas
yang diinginkan dan dapat juga dinilai sebagai pemberian asuhan
keperawatan.
Dari data hasil observasi dalam penyusunan SAK perawat
menyusun sesuai dengan ketentuan dengan lengkap yang
berpedoman pada NANDA NIC NOC dan belum menggunakan
SAK yang ada dalam 3S (SDKI, SLKI dan SIKI).
5) Standar Kinerja
Untuk menunjang pelayanan di Ruang Ali Bin Abu Thalib
memiliki sumber daya manusia yang professional sehingga
menghasilkan pelayanan yang bermutu, petugas di ruang Ali Bin
Abu Thalib terdiri dari: perawat dengan kualifikasi pendidikan
profesi ners maupun DIII Keperawatan dengan memiliki STR aktif
dan bekerja sesuai dengan pembagian tim.
b. Fungsi Pengorganisasian
1) Struktur Organisasi

KA.RUANG ALI BIN ABU THALIB


Zulaikah, AMK

KA. TIM AKASIE KEPERAWATAN KA. TIM A


Dwi Nurtanti, Amd. Kep Sujadi Utomo, S.Kep.NsMega Putri C S, Amd. Kep

PERAWAT PELAKSANA PERAWAT PELAKSANA


Bagus Ridwan A, S. Kep,Ns Kusdianto A W, S. Kep, Ns

PERAWAT PELAKSANA
PERAWAT PELAKSANA
Yoga Wahyu U, Amd. Kep
Dina Septiyani I, AMK

PERAWAT PELAKSANA
PERAWAT PELAKSANA
Yeni Fajar R A, Amd. Kep
Ratna Sri R, S. Kep, Ns
PERAWAT PELAKSANA
PERAWAT PELAKSANA
Disca P A W, Amd. Kep Novita Ayu F, Amd. Kep

PERAWAT PELAKSANA PERAWAT PELAKSANA


Septa Dwi R T U, S. Kep, Ns Diska Imam P, S. Kep, Ns

PERAWAT PELAKSANA

Feri Indah R, S. Kep, Ns

Struktur organisasi yang digunakan Ruang Ali Bin Abu Thalib di RS


Islam Purwodadi menggunakan metode tim.
2) Uraian tugas
a) Tugas Kepala Ruang
(1) Merencanakan dan menentukan jenis kegiatan pelayanan
instalasi rawat inap sesuai kebutuhan pasien
(2) Merencanakan dan mengusulkan jumlah dan kategori tenaga
instalasi rawat inap serta tenaga lain sesuai kebutuhan
(3) Mengusulkan jumlah jenis sarana dan prasarana instalasi
rawat inap yang diperlukan sesuai kebutuhan
(4) Mengatur dan mengkoordinasi seluruh kegiatan pelayanan
instalasi rawat inap
(5) Menyusun dan mengatur daftar dinas tenaga keperawatan dan
tenaga tenaga lain sesuai kebutuhan dan ketentuan atau
peraturan yang berlaku
(6) Memimpin breefing harian sebelum pelayanan instalasi rawat
inap dilaksanakan
(7) Memberikan serah terima operan jaga dinas
(8) Melaksanakan koordinasi ketenagaan dan asuhan
keperawatan kepada Kabid keperawatan
(9) Melaksanakan program dan motivasi kepada perawatan untuk
melaksanakan asuhan keperawatan sesuai ketentuan atau
standart
(10) Mengkoordinasi seluruh kegiatan yang ada dengan cara
bekerja sama dengan berbagai pihak yang terlibat dalam
pelayanan di instalasi rawat inap
(11) Mengadakan pertemuan berkala dan insidentil dengan
pelaksana perawatan dan tenaga lain yang berada di wilayah
tanggung jawabnya
(12) Menyusun permintaan rutin meliputi kebutuhan alat, obat dan
bahan lain yang diperlukan diruang instalasi rawat inap
b) Ketua Tim
(1) Membantu kepala ruangan untuk melaksanakan pelayanan
agar semua berjalan dengan baik
(2) Memastikan ketersediaan obat amergency di ruang rawat
inap
(3) Memastikan alat-alat di ruang rawat inap dalam keadaan siap
pakai
(4) Membagi tugas kepada anggota TIM (Perawat pelasana)
(5) Membantu anggota TIM memahami dan melaksanakan tugas
sesuia dengan kemampuan
(6) Melaporkan asuhan keperawatan kepada kepala ruang
(7) Melaksanakan preconference dengan perawat pelaksana
(8) Melakukan diskusi khusus dengan TIM kesehatan lain
apabila diperlukan
(9) Melaksanakan post conference pada setiap akhir dinas.
c) Perawat pelaksana
Memberikan asuhan keperawatan secara langsung kepada pasien
berdasarkan proses keperawatan
(1) Melaksanakan pengkajian / assesment kepada pasien dan atau
keluarga
(2) Menentukan diagnosa keperawatan
(3) Membuat rencana tindakan keperawatan
(4) Melaksanakan tindakan keperawatan yang telah direncanakan
(5) Mengevaluasi tindakan keperawatan yang dilaksanakan
(6) Mendokumentasikan/ mencatat dan melaporkan semua
tindakan perawatan dan respons klien pada catatan
perawatan.
(7) Melaksanakan Program Medik Dengan Penuh Tanggung
Jawab
(8) Pemberian obat
(9) Pemeriksaan laboratorium
(10) Persiapan klien yang akan dioperasi
(11) Memperhatikan keseimbangan kebutuhan fisik, mental, dan
spiritual dari klien
(12) Menciptakan dan memelihara kebersihan, keamanan,
kenyamanan dan keindahan ruangan
(13) Melaksanakan tugas dinas sesuai jadwal
(14) Memberikan penyuluhan kesehatan kepada klien sehubungan
dengan penyakitnya
(15) Melaporkan segala sesuatu mengenai keadaan klien baik
lisan maupun tertulis
(16) Membuat laporan harian
(17) Mengikuti timbang terima jaga
(18) Melaksanakan tugas-tugas lain atas perintah menager/ kepala
ruang.
3) Pengaturan jadwal dinas
Pembagian jadwal di Ruang Ali Bin Abu Thalib dibuat oleh
kepala ruang, dan di buat selama satu bulan sekali dibagi menjadi 2
tim, masing – masing tim dibagi menjadi 3 shift yauitu pagi, siang,
dan malam dengan jumlah shift rata-rata pagi 7 jam, siang 7 jam dan
malam 10 jam.
4) Pengaturan daftar pasien
Ruang Ali Bin Abu Thalib terdapat 11 ruangan yang masing-
masing ruangan diperuntukan untuk kamar VIP 1, 2, 3 untuk anak,
dalam dan obgyn, kamar 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 dan 11 untuk pasien
dalam, bedah dan orthopaedi.
5) Pengorganisasian perawatan klien
Seluruh pasien yang dirawat di ruamg Ali Bin Abu Thalib
merupakan tanggungjawab seluruh tim, sehingga tidak ada
pengaturan/ pembagian daftar pasien secara khusus.
6) Sistem perhitungan tenaga
Rumus kebutuhan tenaga keperawatan berdasarkan Gillies di
suatu unit perawatan adalah sebagai berikut :
Jumlah bed ruang Ali Bin Abu Thalib = 15 bed
Jumlah Rata-rata pasien tiap hari = 6 pasien
Selfcare : 3 orang
Partialcare : 2 orang
Total care : 1 orang
Perawat Langsung
 Self care : 3 orang x 1 jam = 3 jam
 Partial care : 2 orang x 3 jam = 6 jam
 Total care : 1 orang x 4 jam = 4 jam
Perawatan Tidak Langsung :
6 orang x 1 jam =6 jam
Pendidikan Kesehatan = 6 orang klien x 0,25 = 1,5 jam
Sehingga Jumlah total jam keperawatan /klien/hari :
13 jam + 6 jam + 1,5 jam
6 orang
=3,4 jam

Rumus jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan menurut


metode Gillies :
A x B x 365
¿
( 365−C ) x jam kerja/hari
3,4 x 6 x 365
¿
( 365−73 ) x 7
7446
¿
292 x 7
7446
¿
2044
tp=4
ditamba h20 %=5 orang
jumlah perawat Ali=14

Dari perhitungan menurut metode Gillies tersebut, didapatkan


hasil tenaga keperawatan berjumlah 5 orang/hari sedangkan diruang
Ali jumalah tenaga keperawatan 14, jadi dapat disimpulkan bahwa
jumlah tenaga keperatawan diruang Alitelah memenuhi syarat sesuai
dengan standar dalam pemberian pelayanan kesehatan.
c. Fungsi Pengarahan
1) Operan
Berdasarkan hasil observasi, operan jaga dilakukan sebanyak 3
kali dalam satu hari yaitu pagi, siang , dan malam. Semua perawat
jaga mengikuti operan jaga. Kepala ruang yang membuka operan
jaga dan penjelasan terkait pasien serta tugas lainnya di jelaskan oleh
jaga sift yang harus di siapkan pada saat operan jaga yaitu buku
catatan medis. Hal-hal yang di sampaikan dalam operan adalah
kondisi pasien saat itu, rencana program jika ada dosis pemberian
obat apakah ada perubahan atau tidak dan kendala-kendala dalam
tugas.
Teknik operan jaga yang pertama dilakukan di nurse station.
Lama waktu operan tidak lebih dari 15 menit karena kondisi pasien
sudah dijelaskan sebelumnya di nurse station. Tidak ada
permasalahan lain yang kelompok temukan mengenai operan shift
tepat waktu dalam operan. Di Ruang Ali Bin Abu Thalib terdapat
jadwal shift yang dibagi dalam tiga waktu yakni shift pagi sejak
pukul 07.00 WIB-14.00 WIB, shift siang mulai pukul 14.00 WIB
sampai pukul 21.00 WIB dan Shift malam mulai jam 21.00 WIB
sampai 07.00 WIB. Berdasarkan jadwal tersebut, maka kelompok
mengobservasi jalannya sistem operan khususnya waktu berjalannya
operan.
2) Pre dan Post Conferent
Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi masalah-masalah
pasien merencanakan asuhan dan evaluasi hasil, mempersiapkan hal-
hal yang akan di temui di lapangan, memberikan kesempatan untuk
berdiskusi tentang keadaan pasien. Di Ruang Ali Bin Abu Thalib,
pre dan post conference sudah dilakukan bersama dengan kegiatan
operan jaga.
3) Motivasi kepada perawat
Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan motivasi adalah
menggerakkan staf mengunggah seseorang agar timbul keinginan
dan kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat
memperoleh hasil atau tujuan tertentu (Purwanto, 2009). Tujuan-
tujuan dari motivasi adalah sebagai berikut:
a. Meningkatkan moral dan kepuasan pekerjaan
b. Meningkatkan produktifitas
c. Mempertahankan kestabilan pekerjaan
d. Meningkatkan kedisiplinan
e. Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik
f. Mempertinggi rasa tanggung jawab terhadap tugas-tugasnya.
Di ruang Ali Bin Abu Thalib Kepala Ruang memberikan
motivasi dengan cara melakukan komunikasi secara pribadi ketika
ada yang melakukan kesalahan dan memberikan pujian secara
langsung ketika ada yang melaksanakan tugas dengan baik dan
benar.
4) Pendelegasian
Perawat kepala ruang melakukan pendelegasian keperawatan
sebagai salah satu kegiatan dalam melaksanakan fungsi manajemen
keperawatan. Model Delegasi Keperawatan Relactor (MDK‟R‟)
(Pohan, 2017) merupakan suatu model delegasi keperawatan yang
telah terbukti efektif dan berkualitas dalam pemberian pelayanan
keperawatan. MDK‟R‟ adalah suatu model delegasi keperawatan
yang dapat membantu perawat kepala ruang dalam melaksanakan
salah satu kegiatan fungsi manajemen. Perubahan dalam suatu sistem
memerlukan komitmen dan konsistensi dari para pelaksaan sistem
tersebut. Selain itu, faktor kedisiplinan dari perawat kepala ruang
juga merupakan hal yang penting dalam melaksanakan MDK‟R‟.
Kegiatan pendelegasian menjadikan perawat memiliki otonomi
untuk bertindak, terdapat variasi, memberi sumbangan penting
dalam keberhasilan organisasi dan memperoleh umpan balik yang
berakibat pada tingkat kepuasan kerja yang tinggi (Siagian, 2004).
Di ruang Ali Bin Abu Thalib pendelegasian tugas dilakukan
oleh kepala ruang kepada kepala tim jika kepala ruang sedang tidak
bertugas atau rapat. Dalam prodes pendelegasian di ruang Ali Bin
Abu Thalib disesuaikan dengan SPO yang berada di RS Islam
Purwodadi.
5) Supervisi
Memberikan bantuan kepada bawahan secara langsung
sehingga dengan bantuan tersebut bawahan akan memiliki bekal
yang cukup untuk dapat melaksanakan tugas atau pekerjaan dengan
hasil yang baik (Suarli, 2009). Dari hasil observasi di ruang Ali Bin
Abu Thalib didapatkan hasil bahwa kegiatan supervisi tidak selalu
dilakukan.
6) Ronde keperawatan
Ronde keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan untuk
mengatasimasalah keperawatan pasien yang dilaksankan oleh
perawatdisamping melibatkan pasien untuk membahas dan
melakukan asuhan keperawatan serta meningkatkan tenaga dalam
menangani masalah.
Di ruang Ali Bin Abu Thalib tidak selalu dilakukan, hanya
dilaksanakan jika ada masalah tertentu. Jika ada masalah atau kasus
yang belum terselesaikan atau yang belum teratasi, perawat ruangAli
Bin Abu Thalib melakukan diskusi dengan sesama perawat, bidan,
ahli gizi, dan Dokter dan melibatkan keluarga pasien.
d. Pengendalian
1) Indikator Mutu
Mutu pelayanan kesehatan perlu dilakukan pengukuran, dengan
cara mengetahui tentang pengertian indikator, kriteria, dan standar.
Indikator adalah petunjuk atau tolak ukur. Indikator mutu asuhan
kesehatan atau pelayanan kesehatan dapat mengacu pada indikator
yang relevan berkaitan dengan struktur, proses, dan
outcomes. Indikator terdiri dari indikator proses, indikator outcome.
Indikator proses memberikan petunjuk tentang pelaksanaan
kegiatan pelayanan kesehatan, prosedur asuhan yang ditempuh oleh
tenaga kesehatan dalam menjalankan tugasnya. Indikator outcomes
merupakan indikator hasil daripada keadaan sebelumnya, yaitu
Input dan Proses seperti BOR, LOS, dan Indikator klinis lain seperti
: Angka Kesembuhan Penyakit, Angka Kematian 48 jam, Angka
Infeksi Nosokomial, Komplikasi Perawatan, dan
sebagainya.Indikator dispesifikasikan dalam berbagai kriteria.
Untuk pelayanan kesehatan, kriteria ini adalah fenomena yang dapat
dihitung. Selanjutnya setelah kriteria ditentukan dibuat standar-
standar yang eksak dan dapat dihitung kuantitatif, yang biasanya
mencakup hal-hal yang standar baik (Wijono, 1999).
Prinsip dasar upaya peningkatan mutu pelayanan yang dapat
mengukur mutu pelayanan kesehatan menurut Dep. Kes 2006 yaitu
melalui indikator, kriteria, dan standar. Indikator adalah ukuran atau
cara mengukur sehingga menunjukkan suatu indikasi. Indikator
merupakan suatu variabel yang digunakan untuk dapat melihat
perubahan. Kriteria adalah spesifikasi dari indikator. Standar adalah
tingkatan performance atau keadaan yang dapat diterima
olehseseorang yang berwenang an dan merupakan suatu norma atau
persetujuan mengenai keadaan atau prestasi yang sangat baik.
Indikator mutu diruang Ali Bin Abu Thalib yaitu:
No. Judul indikator Unit Jenis Target
Angka dilakukannya
1. konfirmasi pada the read Ali ISKP 100%
back proses oleh DPJP
Kepatuhan identifikasi
2. Ali Nasional 100%
pasien
Kepatuhan upaya
3. pencegahan risiko pasien Ali Nasional 100%
jatuh
ISKP/
4. Kepatuhan cuci tangan 85%
Nasional
5. Kejadian tidak Ali ISKP 0
dilakukannya proses sign
in, time out dan sign out
Kepatuhan jam visite
6. Ali Nasional 80%
Dokter spesialis

2) Audit Dokumentasi Asuhan Keperawatan


 Dokumentasi tahap pengkajian keperawatan
Pendokumentasian data yang meliputi pencatatan dan
pelaporan merupakan tahap akhir dari proses pengkajian.
Dokumentasi pengkajian keperawatan dapat mengacu pada
beberapa prinsip antara lain memutuskan apa yang akan
dilaporkan, memutuskan apakah data yang dikategorikan normal
atau abnormal, dan menerima serta melaporkan informasi tentang
kondisi klien (Deswani, 2009). Standar dokumentasi pengkajian
keperawatan adalah perawat mendokumentasikan data pengkajian
keperawatan dengan cara yang sistematis, komprehensif, akurat,
dan terus menerus (Nursalam, 2008& Hutahaean, 2010). Metode
pendokumentasian pengkajian keperawatan menurut Hutahaean
(2010) adalah:
 Gunakan format pengkajian.
 Kelompokkan data-data berdasarkan metode pendekatan
yang digunakan.
 Tuliskan data objektif dan data subjektif.
 Sertakan pernyataan yang mendukung interpretasi data.
 Ikuti aturan atau prosedur yang dipakai oleh instasnsi.
 Tuliskan secara ringkas dan jelas.
 Dokumentasi Tahap Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu bentuk pernyataan dari
perawat yang bertujuan untuk mengidentifikasi respon klien
terhadap masalah yang dialami. Respon tersebut dapat berbentuk
negatif maupun positif. Diagnosa ditegakkan berdasarkan rumus
yang telah ditentukan dan atas hasil pengkajian data yang
diperoleh dari klien. Rumusan diagnosa keperawatan dapat
berbentuk diagnosa aktual, risiko, sindrom, potensial, dan
kemungkinan(Deswani, 2009). Metode dalam pendokumentasian
diagnosa keperawatan menurut Hutahaean (2010) adalah :
 Tuliskan masalah/problem klien atau perubahan status
kesehatan klien.
 Masalah yang dialami klien didahului adanya penyebab dan
keduanya dihubungkan dengan kata-kata “sehubungan
dengan” atau “berhubungan dengan”
 Setelah masalah (problem) dan penyebab (etiologi) kemudian
diikuti dengan tanda dan gejala (symptom) yang dihubungkan
dengan kata “ditandai dengan”
 Tulis istilah atau kata-kata yang umum digunakan
 Gunakan bahasa yang tidak memvonis.
 Dokumentasi Tahap Perencanaan Keperawatan
Dokumentasi tahap perencanaan keperawatan harus
mencakup masalahyang paling penting pada klien (apakah telah
teratasi atau membaik saat klien pulang dari rumah sakit) dan
intervensi yang direncanakan untuk memenuhi kebutuhan klien,
termasuk pengajaran dan perencanaan pulang (Deswani, 2009).
Komponen penting dalam dokumentasi rencana keperawatan
adalah diagnosa keperawatan, tujuan dan Kriteria yang diharapkan,
dan rencana intervensi dilakukan kepada klien yang ditulis secara
spesifik dan dapat diukur (Nursalam, 2008 & Hutahaean, 2010).
 Dokumentasi Tahap Implementasi Keperawatan
Catatan menunjukkan bahwa standar dokumentasi,
“perawat mencatat semua intervensi keperawatan” telah dicapai
bila mencakup hal-hal:
 Deskripsi intervensi yang menyatakan apa yang telah
dilakukan untuk klien, mengapa intervensi dikerjakan,
bagaimana intervensi dikerjakan, lama prosedur dikerjakan,
siapa yang melakukan dan bagaimana klien berrespon.
 Catat tindakan-tindakan untuk keselamatan klien,
kenyamanan dan pengontrolan infeksi, pendidikan kesehatan
yang berhubungan dengan intervensi.
 Lembar alur digunakan untuk menunjukkan intervensi
keperawatan yang telah ditetapkan dan observasi,
penanganan yang sifatnya repetitif atau teknologi tinggi.
 Catatan perkembangan yang menjabarkan instruksi perawat
dan instruksi dokter dan cara melakukannya.
 Intervensi dikoordinasikan dengan komponen lain dari proses
keperawatan (Muhlisin, 2011).
 Dokumentasi Tahap Evaluasi Keperawatan
Standar dokumentasi evaluasi keperawatan adalah terus
mendokumentasikanpernyataan evaluasi asuhan keperawatan
yang merefleksikan efektivitas dari asuhan keperawatan, respon
klien untuk intervensi keperawatan, dan revisi rencana asuhan
keperawatan (Nursalam, 2008). Pernyataan evaluasi formatif dan
sumatif dimasukkan ke dalam catatan kesehatan
 Korelasi yang dapat dipercaya ada diantara data klinis yang
ditampilkan dan kesimpulan yang dicapai perawat.
 Data pengkajian dan hasil yang diharapkan digunakan untuk
mengukur perkembangan klien.
 Ringkasan pindah, keluar, kematian dan atau ringkasan
evaluasi periodic mingguan dan bulanan menunjukkan
perhatian untuk klien dan meringkas semua aspek utama dari
perawatan klien.
 Revisi perencanaan keperawatan didokumentasikan bila
masalah baru muncul, bila ada perubahan kondisi klien, jika
hasil yang diharapkan telah dicapai dan bila intervensi tidak
efektif.
 Catatan perkembangan dan formulir khusus seperti checklist,
flowsheetdan formulir pindah memberikan data bagi revisi
rencana asuhan keperawatan.
3) Survey Kepuasan
Menurut Parasun (2008) terdapat 10 indikator untuk
mengukur kepuasan pasien. Dalam perkembangan selanjutnya
kesepuluh faktor tersebut dirangkum menjadi lima dimensi mutu
pelayanan sebagai penentu kualitas jasa, yaitu:
a) Bukti langsung adalah segala sesuatu yang termasuk seperti
fasilitas, peralatan, kenyamanan ruang, dan sifat petugas.
b) Keandalan adalah elemen yang berkaitan dengan kemampuan
untuk mewujudkan pelayanan yang dapat diandalkan.
c) Daya tanggap adalah elemen yang berkaitan dengan kesediaan
petugas dalam membantu dan memberikan pelayanan yang
terbaik bagi pasien, petugas dapat memberikan informasi yang
jelas, petugas dapat memberikan layanan dengan segera dan
tepat waktu, petugas memberikan pelayanan dengan baik.
d) Jaminan adalah hal yang mencangkup pengetahuan,
kemampuan, kesopanan dan sifat dapat dipercaya petugas.
Selain itu, bebas dari bahaya saat pelayanan merupakan
jaminan juga.
e) Empati meliputi perhatian pribadi dalam memahami kebutuhan
para pasien.
f) Survey kepuasan di Ruang Ali dilakukan setiap pasien pulang
dengan cara membagikan angket kepada pasien yang
dilakukan oleh perawat pelaksana. Kemudian hasilnya akan di
tabulasi dan didapkan hasil dalam jumlah persen. Hasil
kepuasan pelanggan ruang Ali Bin Abu Thalib di dapatkan
hasil puas.
4) Survey Masalah Pasien
Di ruang Ali Bin Abu Thalib survey pasien dilakukan dengan
cara auto anamnesa dan alloanamnesa. Hal ini dilakukan untuk
menegakkan diagnose serta menentukan intervensi yang harus
dilakukan. Mayoritas diagnosa yang ada di ruang Ali meliputi :
 Vomitus
 Febris
 DM
 ISK
 Dyspepsia
 Colic abdomen
 DHF
 ISPA
 BRPN
 Anemia

Anda mungkin juga menyukai