Anda di halaman 1dari 104

PENGKAJIAN M1-M5

DI RUANG RAWAT INAP DEWASA NERS 1

RS ‘AISYIYAH SITI FATIMAH TULANGAN SIDOARJO

PERIODE 23-30 SEPTEMBER 2021

Dosen Pembimbing:
Dr. Eka Mishbahatul, S.Kep., Ns., M.Kep

Disusun Oleh: Kelompok 1


Manajemen M15
Silvia Farhanidiah 132114153005
Martha Oktavia Setyaningrum 132114153006
Hendra Nasrija 132114153047
Kritis Ardiansyah Safitri 132114153051

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN UVIVERSITAS
AIRLANGGA SURABAYA
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kehadapan Allah SWT karena atas berkat dan
rahmat-Nya lah penyusun dapat menyelesaikan laporan pengkajian M1-M5 di Ruang
Rawat Inap Dewasa Ners 1 RS ‘Aisyiyah Siti Fatimah Tulangan Sidoarjo tepat pada
waktunya. Penyusun menyadari bahwa tanpa bantuan, dukungan, serta bimbingan dari
berbagai pihak, sulit bagi penyusun untuk menyelesaikan tugas ini. Oleh karena itu,
penyu Puji syukur penyusun ucapkan kehadapan Allah SWT karena atas berkat dan
rahmat-Nya lah penyusun dapat menyelesaikan laporan pengkajian M1-M5 di Ruang
Rawat Inap Dewasa Ners 1 RS ‘Aisyiyah Siti Fatimah Tulangan Sidoarjo tepat pada
waktunya. Penyusun menyadari bahwa tanpa bantuan, dukungan, serta bimbingan dari
berbagai pihak, sulit bagi penyusun untuk menyelesaikan tugas ini. Oleh karena itu,
penyusun megucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. AH. Yusuf S. S.Kp., M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Airlangga Surabaya yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas
kepada kami untuk melaksanakan Praktik Profesi Ners Manajemen Keperawatan.
2. Ibu Dr. Rizki Fitriyasari PK, S.Kep., Ns., M.Kep selaku penanggung jawab mata
ajar Manajemen Pelayanan dan Sistem Asuhan, bimbingan dan fasilitas kepada
kami untuk melaksanakan kuliah Manajemen Pelayanan dan Sistem Asuhan.
3. Ibu Dr. Eka Mishbahatul, S.Kep., Ns., M.Kep selaku dosen pengajar pada mata ajar
Manajemen Pelayanan dan Sistem Asuhan pada TM 3. yang telah banyak
mendukung sehingga laporan pengkajian ini dapat terselesaikan.

Surabaya, 06 Oktober 2021

TIM Peminatan Manajemen

Magister Keperawatan

Kelompok 1
DAFTAR ISI

1.1 Latar Belakang ...................................................................................................... 4


1.2 Tujuan ................................................................................................................... 5
1.3 Manfaat ................................................................................................................. 5

2.1 Visi dan Misi......................................................................................................... 6


2.1.1 Visi 1 RS ‘Aisyiyah Siti Fatimah Tulangan................................................... 6
2.1.2 Misi 1 RS ‘Aisyiyah Siti Fatimah Tulangan .................................................. 6
2.1.3 Visi Instalasi Rawat Inap Dewasa Ruang Ners 1........................................... 6
2.1.4 Misi Instalasi Rawat Inap Dewasa Ruang Ners 1 .......................................... 6
2.2 Pengumpulan Data ............................................................................................... 6
2.2.1 Ketenagaan (M1-Man) ................................................................................... 6
2.2.2 Sarana Dan Prasarana (M2-Material) .......................................................... 22
2.2.3 Metode (M3-Methode) ................................................................................. 29
2.2.4 Pembiayaan dan Billing (M4-Money) .......................................................... 36
2.2.5 Kualitas Pelayanan Keperawatan (M5-Mutu).............................................. 40

3.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 91


PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat
inap, rawat jalan, dan gawat darurat (UU No. 44 tahun 2009). Namun, rumah sakit
sering kali mengalami permasalahan yang menyangkut tentang ketidakpuasan
masyarakat terhadap pelayanan rumah sakit yang dianggap kurang memadai. Pelayanan
keperawatan merupakan salah satu aspek yang perlu mendapat perhatian dalam rangka
menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit (Hidayah, 2014).
Manajemen keperawatan menjadi suatu kebutuhan dalam meningkatkan pelayanan
rumah sakit. Manajemen keperawatan berkaitan dengan konsep pengelolaan bahan,
konsep manajemen keperawatan, perencanaan, yang berupa rencana strategis melalui
pendekatan pengumpulan data, pelaksanaan secara operasional, khususnya dalam
pelaksanaan Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) dan melakukan
pengawasan dan pengendalian. Sistem MAKP adalah suatu kerangka kerja yang
mendefinisikan empat unsur, yakni: standar, proses keperawatan, pendidikan
keperawatan, dan sistem MAKP (Nursalam, 2018). Berdasarkan hasil pengkajian pada
tanggal 23 - 30 Agustus 2021 di Instalasi Rawat Inap Dewasa Ruang Ners 1 RS
‘Aisyiyah Siti Fatimah Tulangan didapatkan bahwa Model Asuhan Keperawatan
Profesional (MAKP) yang dilaksanakan adalah MAKP Tim. MAKP Tim merupakan
gabungan dari MAKP primer dan model tim yang melibatkan tenaga professional.
Dalam model MAKP Tim tenaga professional dan non professional berkerjasama, dan
2 sampai 3 orang perawat bertanggung jawab terhadap asuhan keperawatan beberapa
pasien mulai dari pasien masuk, selama perawatan hingga pasien dipulangkan. Tugas
yang dilakukan oleh perawat dengan model ini adalah tugas bergilir yaitu satu perawat
dengan perawat lainnya bekerja sama dengan fokus pada beberapa pasien, dengan kata
lain pekerjaan yang dilaksanakan harus bersifat kontinuitas dan komprehensif
(Nursalam, 2014). Akan tetapi, pelaksanaan model MAKP Tim diruangan ini belum
sempurna, dikarenakan saat dilapangan pembagian tugas antara perawat primer dengan
perawat pelaksana tidak jelas, hasil observasi didapatkan perawat primer selain
melakukan tugasnya sebagai perawat primer juga melakukan tugas perawat pelaksana
dan sebaliknya perawat pelaksana juga
merangkap tugas perawat primer. Selain itu, timbang terima yang dilakukan di Instalasi
Rawat Inap Dewasa Ruang Ners 1 RS ‘Aisyiyah Siti Fatimah Tulangan belum
dilakukan secara optimal, ruangan tidak menggunakan buku timbang terima,
penyampaian informasi terkait pasien saat timbang terima belum semua perawat
menyampaikan dengan metode komunikasi SBAR. Saat penerimaan pasien baru,
timbang terima dengan perawat yang mengantar pasien ke ruangan tidak dilakukan
didepan pasien, akan tetapi dilakukan di ruangan. Berdasarkan data-data tersebut dapat
disimpulkan bahwa pelaksanaan MAKP, sebagai bagian dari pelayanan kesehatan untuk
mencapai kepuasan pasien di Instalasi Rawat Inap Dewasa Ruang Ners 1 RS ‘Aisyiyah
Siti Fatimah Tulangan , belum maksimal.
Perawat sebagai ujung tombak dari pelayanan kesehatan diharapkan mampu
memberikan konstribusi yang optimal sesuai dengan ilmu pengetahuan yang dimiliki.
Hal ini dapat terwujud bila sistem dari pemberi asuhan keperawatan pada klien
menunjang. Oleh karena itu, praktik keperawatan manajemen dilaksanakan kepada
mahasiswa magister keperawatan untuk dapat menganalisa, mencari solusi dari
permasalahan yang ada serta untuk belajar langsung mengenai penerapan manajemen
keperawatan yang baik dan benar.
1.2 Tujuan
Setelah melaksanakan pengkajian M1-M5, mahasiswa diharapkan mampu
mengetahui masalah yang dialami oleh ruangan.
1.3 Manfaat
Setelah dilakukan pengkajian M1-M5, mahasiswa diharapkan mampu mengetahui
masalah yang dialami oleh ruangan dan dapat memberikan alternative solusi untuk
memecahkan masalah yang dialami oleh ruangan.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Visi dan Misi
2.1.1 Visi 1 RS ‘Aisyiyah Siti Fatimah Tulangan
Menjadikan Rumah Sakit yang Islami,Profesioanal Dan Sinergis

2.1.2 Misi 1 RS ‘Aisyiyah Siti Fatimah Tulangan


1. Memberikan pelayanan kesehatan Paripurna dan Berkualitas dengan nilai
islam berorientasi pada kepuasan pelanggan..
2. Memberikan Pelayanan Kesehatan secara Profesional dengan penuh empati.
3. Meningkatkan Kompetensi dan Profesionalisme Sumber Daya Insani Rumah
Sakit
4. Mengembangkan program pendidikan dan pelatihan secara berkesinambungan
5. Melakukan sinergi yang harmonis dengan pemerintah swasta maupun
perorangan dalam mengembangkan Rumah Sakit
2.1.3 Visi Instalasi Rawat Inap Dewasa Ruang Ners 1
Memberikan pelayanan keperawatan yang professional dan islami.
2.1.4 Misi Instalasi Rawat Inap Dewasa Ruang Ners 1
1. Memberikan pelayanan prima dan islami kepada pasien .
2. Meningkatkan pengembangan ketrampilan dan pendidikan Sumber Daya
Manusia (SDM) dengan mengikutkan pelatihan dan pendidikan formal yang
diadakan oleh rumah sakit.
3. Memberikan komunikasi terapeutik secara asah, asih dan asuh kepada pasien
dengan tetap memperhatikan bio, psiko, sosial.
4. Meningkatkan komunikasi dan kerjasama dengan profesi ahli kesehatan lain.
2.2 Pengumpulan Data
2.2.1 Ketenagaan (M1-Man)
1. Struktur Organisasi
Instalasi Rawat Inap Dewasa Ruang Ners 1 RS ‘Aisyiyah Siti Fatimah Tulangan
terdiri dari satu ruang rawat yaitu ruang ners 1 yang dipimpin oleh seorang Kepala
Ruang, dengan jumlah perawat perempuan 12 orang dan jumlah perawat laki-laki 1
orang (S1 Sebanyak 4 orang, D3 sebanyak 9 orang, 2 orang pramu bakti rumah
tangga dan Tata Usaha 2 orang (Administrasi Umum). MAKP yang diterapkan di
Ruang Ners 1 adalah MAKP Tim .
MAKP Tim ini memerlukan perawat primer sebagai ketua tim dengan kualifikasi
Ners, disamping seorang kepala ruang yang juga Ners. Perawat pelaksana sebagai
anggota tim dengan kualifikasi D3. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala
Ruang Ners 1 , saat ini di Ruang Rawat Ners 1 terdapat 4 perawat primer, 4 Katim
dan 8 perawat associate (perawat pelaksana yang terbagi dalam 2 orang dinas pagi,
2 orang dinas siang dan 2 orang dinas malam.
Pemilihan penanggung jawab dilakukan oleh kepala ruangan yang ditentukan
secara tetap dan tidak diubah-ubah sedangkan untuk masing-masing anggota tim
dipilih secara berkala setiap bulan. Penempatan anggota tim di setiap ruangan
ditentukan oleh kepala ruangan sehingga tidak bisa dipastikan siapa saja perawat
yang bertugas disetiap ruangan. Penanggungjawab ditentukan dengan kualifikasi
lama kerja dan profesionalitas, sedangkan tiap 2-3 perawat bertanggung jawab atas
sekelompok pasien sejak masuk hingga pulang ditentukan menggunakan MAKP
Tim, sehingga pembagian tenaga perawat belum dibagi setiap pasien namun semua
perawat merawat satu ruangan. Oleh karena itu, di Ruang Ners 1 belum dapat
dilaksanakan MAKP perawat primer Jumlah pegawai dan status pendidikan yang
ada. Adapun struktur organisasi adalah sebagai berikut:

KEPALA RUANGAN
Eviatus Sholikhah, Ns., S.Kep

KATIM KATIM KATIM KATIM


Ema Retiya Ningsih, Amd.Kep Dwi Puweni, Amd.Kep Riza Nur H S.Kep.,Ns Nurus Sadiyah, S.Kep.,Ns

Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana


Erlinda Nur Shofiyah, Amd.Kep Chintya Eka, Amd.Kep Mudrikah, Amd.Kep Ima M, Amd Kep

Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana


Fatmawati, Amd Kep Anis Faradillah, Amd. Kep Avian, S.Kep.,Ns Lita Dwi S S.Kep.,Ns

4- 6 Pasien 4-6 Pasien 4-6 Pasien 4-6 Pasien

Gambar 1 Bagan Struktur yang diterapkan Instalasi Rawat Inap Dewasa Ruang Ners 1 RS ‘Aisyiyah
Siti Fatimah Tulangan

7
2. Jumlah Tenaga
Berdasarkan hasil identifikasi komponen perawat yang ada di Instalasi Rawat
Inap Dewasa Ruang Ners 1 RS ‘Aisyiyah Siti Fatimah Tulangan , perawat terdiri
dari jenjang pendidikan S1 Keperawatan sejumlah 3 orang dan sisanya 10 orang
jenjang pendidikan D3 Keperawatan.
Tabel 1 Tenaga Keperawatan di Instalasi Rawat Inap Dewasa Ruang Ners 1 RS ‘Aisyiyah Siti Fatimah
Tulangan per Agustus 2021

Tingkat Masa Status Jabatan


No Nama
Pendidikan Kerja Kepegawaian Saat ini
1 Eviatus Sholikhah, Sarjana 7 Pegawai Tetap Kepala
Ns,S.Kep tahun Ruangan
2 Ema Retiya Ningsih, Sarjana 7 Pegawai Tetap Perawat
Ns,S.Kep tahun Katim
3 Yenti Umrul Sarjana 7 Pegawai Tetap Perawat
Mudrikah,Amd.Kep tahun Katim
4 Zuliyanti,Ns,S.Kep Sarjana 7 Pegawai Tetap Perawat
tahun Katim
5 Mila Ayu,Amd Kep DIII 5 Pegawai Tetap Perawat
tahun Katim
6 Maya Sabrina,Amd kep DIII 5 Pegawai Tetap Perawat
tahun Pelaksana
7 Chintya Eka ,Amd Kep DIII 4 Pegawai Tetap Perawat
tahun Pelaksana

8 Nur Salam,Amd Kep DIII 3 Pegawai Tetap Perawat


tahun Pelaksana
9 Intan Andriana,Amd DIII 3 Pegawai Tetap Perawat
Kep tahun Pelaksana
10 Imroatul Fathiyah,Amd DIII 3 Pegawai Tetap Perawat
Kep tahun Pelaksana
11 Anis Sukma, Amd.Kep DIII 14 Kontrak Perawat
Tahun Pelaksana
12 Eka Putri, Amd.Kep DIII 11 Kontrak Perawat
tahun Pelaksana
13 Wina Sukmawati, DIII 10 Kontrak Perawat
Amd.Kep tahun Pelaksana

Tabel 2 Jumlah Tenaga Keperawatan di Instalasi Rawat Inap Dewasa Ruang Ners 1 RS ‘Aisyiyah Siti
Fatimah Tulangan

No Kualifikasi Jml Masa Kerja Status Laki- Perempuan


Laki
1 S1 4 5 -15 tahun : 4 4 Pegawai - 4
Keperawatan orang Tetap
No Kualifikasi Jml Masa Kerja Status Laki-Laki Perempuan
2 D3 9 < 5 tahun : - 6 1 8
Keperawatan 1 Pegawai
5-15 ahun Tetap
:8

TOTAL 13 1 12
Tabel 3 Tenaga Keperawatan Yang Pernah Mengikuti Latihan di Instalasi Rawat Inap Dewasa Ruang
Ners 1 RS ‘Aisyiyah Siti Fatimah Tulangan bulan September 2019

No Nama Pelatihan Tahun


1 Siti Nur shofiyah, 1. PPGD 2018
Ns.S.Kep 2. BLS 2019
3. Pelatihan CI 2019
4. EWSS 2020
5. PPI sebagai pecegahan Infeksi 2020
6. MPP 2020
7. Pengelolahan Sdm Saat pandemic 2020
8. Ketaguhan perawat saat covid 2021
9. Etikolegal hokum praktik di masa 2021
pandemi 2021
10. Standart diagnose KEP Indonesia 2021
11. Persiapan pemberian vaksin 2021
12. Askep pasien jantung 2021
2 Ema Retiya Ningsih, Amd 1. PPGD 2018
Kep 2. BLS 2019
3. Pelatihan CI 2019
4. Pemberi dukungan pasien 2020
comorbid di era Covid
5. Askep pasien dengan terapi 2020
oksigen
6. Etika perawat di RS 2021
7. Askep pasien jantung 2021
3. Yenti Umrul Mudrikah 1. PPGD 2018
Amd Kep 2. BLS 2019
3. Komunikasi Efektif 2020
4. PPI 2020
5. Ketangguhan perawat saat covid 2020
6. Askep pasien jantung 2021

4 Riza Nur H,Ns.S.Kep 1. PPGD 2018


2. BLS 2019
3. Komunikasi Efektif 2020
4. PPI 2020
5. Ketangguhan perawat saat covid 2020
6. Stres dan Psikologis saat Covid 2021
7. Wound care 2021
8. EWS 2021
No Nama Pelatihan Tahun
5 Lita Dwi S,Amd Kep 1. PPGD 2018
2. BLS 2019
3. Komunikasi Efektif 2020
4. PPI 2020
5. Ketangguhan perawat saat covid 2020
6. Stres dan Psikologis saat Covid 2021
7. Wound care 2021
8. Askep pasien jantung 2021
6 Fatmawati,Amd kep 1. PPGD 2018
2. BLS 2019
3. Komunikasi Efektif 2020
4. Askep Perawatn pasien jantung 2021
7 Chintya Eka ,Amd Kep 1. PPGD 2018
2. BLS 2019
3. Pemberi dukungan pasien 2020
comorbid di era Covid
4. Askep pasien dengan terapi 2020
oksigen
8 Ima M,Amd Kep 1. PPGD 2018
2. BLS 2019
3. Pemberi dukungan pasien 2020
comorbid di era Covid
4. Askep pasien dengan terapi 2020
oksigen
5. Askep pasien jantung 2021
9 Nurus sadiyah ,S Kep Ns 1. PPGD 2018
2. BLS 2019
3. Askep pasien dengan terapi 2020
oksigen
4. Askep pasien jantung 2020
10 Anis Faradilah ,Amd Kep 1. PPGD 2018
2. BLS 2019
3. Komunikasi efektif 2020
11 Avian, Amd.S.Kep Ns 1. PPGD 2018
2. BLS 2019
3. Askep pasien dengan terapi 2020
oksigen
4. Askep pasien jantung 2021
12 Dwi Purweni, Amd.Kep 1. PPGD 2018
2. BLS 2019
3. Askep pasien dengan terapi 2020
oksigen
4. Askep pasien jantung 2021
5. Wound Care 2021
13 Erlinda shofiyah , S.Kep 1. PPGD 2018
2. BLS 2019
3. Komunikasi efektif 2020
No Nama Pelatihan Tahun
4. Perawat tangguh di era pandemi 2020
5. Vaksinasi 2021

Keterangan :
BLS : Basic Life Support
PPGD : Penanggulangan Penderita Gawat Darurat
Pelatihan CI : Clinical Instruktur
Menurut standart Joint Commission International (JCI) 2011 pelatihan
minimal yang dimiliki perawat ruangan adalah Basic Life Support (BLS), dan
semua perawat ruang ners 1 sudah mendapatkan pelatihan Basic Live Support
(BLS).
3. Penyakit Terbanyak
Daftar diagnosa penyakit terbanyak di Ruang Ners 1 RS ‘Aisyiyah Siti
Fatimah Tulangan bulan September 2021
Tabel 4 Diagnosa Penyakit Terbanyak

No Diagnosa Penyakit Jumlah

1 Infeksi Saluran Kemih (ISK) 5 pasien


2 Tifoid 5 pasien
3 Congestive Heart Failure (CHF) 4 pasien
4 Gastritis 8 pasien
5 Hypertensive Heart Failure (HHF) 2 pasien
6 Infeksi Bakteri 3 pasien
TOTAL 33 pasien

4. Beban Kerja Perawat


Perhitungan beban kerja menggunakan Time and Motion Study, teknik ini
mengamati dan mengikuti dengan cermat kegiatan personel yang diamati, teknik ini
didapatkan beban kerja personel dan kualitas kerjanya.
Tabel 5 Tindakan Produktif Keperawatan per Shift di Instalasi Rawat Inap Dewasa Ruang Ners 1

30 September 2021
Kegiatan Pagi Siang Malam
(Menit)
Tindakan Keperawatan Langsung
Merapikan tempat tidur 10 10 10
Persiapan dan pemberian obat kepada pasien 15 15 15
(injeksi)
Penggantian cairan infus 5 5 5
Evaluasi kepatenan aliran infuse 3 3 3
Mengikuti visite dokter 15 - -

30 September
Kegiatan Pagi Siang Malam
(Menit)
Menerima pasien baru 30 30 30
Mengukur TTV/vital sign 25 25 25
Pemberian tranfusi 45 45 45
Pemberian nutrisi melalui NGT 15 15 0
Memberikan nebul 10 10 10
Pemasangan IV line 60 60 60
Mengambil darah (vena) 10 10 10
Mengambil darah (BGA) 10 10 10

Jumlah 253 238 238


Tindakan Keperawatan Tidak Langsung
Operan dinas 15 15 15
Timbang terima ke pasien 10 10 10
Menulis laporan antar shift 5 5 5
Pembuatan dokumentasi tindakan di RM 15 15 15
Melengkapi RM 10 10 10
Jumlah 55 55 55
Tindakan Keperawatan Non Produktif
Absensi 5 6 5
Duduk di ners stasion 90 90 90
Mengoperasikan HP 30 30 60
Sholat 15 15 15
Berganti pakaian dan berhias 15 15 15
Toilet 10 10 10
Jumlah 165 165 195

Tabel 6 Beban Kerja perawat di Instalasi Rawat Inap Dewasa Ruang Ners 1 RS ‘Aisyiyah Siti
Fatimah Tulangan

Kegiatan Pagi Sore Malam


(Menit)
Tindakan Keperawatan Langsung 253 238 238
Tindakan Keperawatan Tidak 55 55 55
Langsung
Tindakan Keperawatan Non 165 165 195
Produktif
Total 473 458 488
Presentase produktifitas kerja 65,2% 63,9% 60,1 %
Rata-rata beban kerja perawat 63,1%
Keterangan: tinggi = >80%, sedang = 60-80%, rendah = <60%
Berdasarkan metode time and motion study, beban kerja di Ruang Rawat Inap
Dewasa Ners 1 RS “Aisyiyah Siti Fatimah yaitu 63,1% (kategori sedang).
5. Pengaturan Ketenagaan
Berikut akan dipaparkan perhitungan kebutuhan tenaga keperawatan di ruang
rawat inap dengan menggunakan metode Douglas.
Bagi klien rawat inap, standar waktu pelayanan klien antara lain:
a) Perawatan minimal memerlukan waktu 1 s/d 2 jam / 24 jam
b) Perawatan intermediette memerlukan waktu 3 s/d 4 jam / 24 jam
c) Perawatan maksimal/total memerlukan waktu 5 s/d 6 jam / 24 jam
Menurut Douglas (1984) dalam Nursalam (2018) penerapan sistem klasifikasi
klien dengan tiga kategori tersebut adalah sebagai berikut:
a) Kategori I: perawatan mandiri
Kriteria klien pada klasifikasi ini adalah klien masih dapat melakukan sendiri
kebersihan diri, mandi, ganti pakaian, makan, minum, penampilan secara umum
baik, tidak ada reaksi emosional. Klien perlu dilakukan diawasi ketika melakukan
ambulasi atau gerakan. Klien perlu dilakukan observasi setiap shift, pengobatan
minimal, dan persiapan prosedur memerlukan pengobatan.
b) Kategori II: Perawatan intermediette
Kriteria klien pada klasifikasi ini adalah memerlukan bantuan untuk melakukan
kegiatan sehari-hari seperti makan, mengatur posisi waktu makan, memberi
dorongan agar makan, bantuan dalam eliminasi dan kebersihan diri, tindakan
keperawatan untuk memonitor tanda-tanda vital, fungsi fisiologis, statud
emosional, kelancaran drainase, bantuan dalam pendidikan kesehatan serta
kesiapan pengobatan memerlukan prosedur.
c) Kategori III: Perawatan total
Kriteria klien pada klasifikasi ini adalah tidak dapat melakukan sendiri kebutuhan
sehari-harinya, semua kebutuhan dibantu oleh perawat, penampilan klien sakit
berat, klien memerlukan observasi tanda vital setiap dua jam, menggunakan selang
nasogastrik (NGT), menggunakan terapi intravena, pemakaian alat penghisap
(suction) dan kadang klien dalam kondisi gelisah/ disoriented.
Menurut Douglas (1984) dalam Nursalam (2018) menetapkan jumlah perawat
yang dibutuhkan dalam suatu unit perawatan berdasarkan klasifikasi klien, dimana
masing-masing kategori mempunyai nilai standar per shift.
Tabel 7 Nilai Standar Jumlah Perawat Per Shift Berdasarkan Klasifikasi Klien
Klasifikasi Klien
Jumlah
Minimal Parsial Total
Klien
P S M P S M P S M
1 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20
2 0,34 0,28 0,20 0,54 0,30 0,14 0,72 0,60 0,40
3 0,51 0,42 0,30 0,81 0,45 0,21 1,08 0,90 0,60
dst.
Tingkat ketergantungan klien dan kebutuhan tenaga keperawatan dengan
metode Douglas di Instalasi Rawat Inap Dewasa Ruang Ners 1 RS ‘Aisyiyah Siti
Fatimah Tulangan tanggal 23-30 September 2021.
Tabel 8 Tingkat ketergantungan klien dan kebutuhan tenaga keperawatan dengan metode Douglas di
Instalasi Rawat Inap Dewasa Ruang Ners 1 RS ‘Aisyiyah Siti Fatimah Tulangan hari Selasa,
28 September 2021

Jumlah Kebutuhan
Kualifikasi Pasien
Tenaga
Jumlah Pagi Sore Malam
Tingkat Ketergantungan
pasien
8x0,17 8x0,4 8x0,07
Minimal 8
= 1,36 = 3,2 = 0,56
15x0,2 15x0,15 15x0,1
Parsial 15
=3 = 2,25 0 =1,5
1x0,36 1 x 0,30 1x0,20
Total 1
= 0,36 = 0,3 =0,2
Jumlah 24 4,72 5,75 2,26

Total tenaga perawat


Pagi : 4 orang
Sore : 5 orang
Malam : 2 orang +
Total : 11 orang
Jumlah tenaga yang lepas dinas per hari:
86 x 11 = 946 =4,16 = 4 orang
297 297
Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan untuk per hari bertugas di Instalasi
Rawat Inap Dewasa Ruang Ners 1 RS ‘Aisyiyah Siti Fatimah Tulangan adalah 11
orang + 1 struktural (kepala ruang) + 4 orang lepas dinas = 16 orang.
Tabel 9 Tingkat ketergantungan klien dan kebutuhan tenaga keperawatan dengan metode Douglas di
Instalasi Rawat Inap Dewasa Ruang Ners 1 RS ‘Aisyiyah Siti Fatimah Tulangan hari Rabu, 29
September 2021

Jumlah Kebutuhan
Kualifikasi Pasien
Tenaga
Tingkat Jumlah Pagi Sore Malam
Ketergantungan pasien
8x0,17 8x0,4 8x0,07
Minimal 8 = 1,36 = 3,2 = 0,56
15x0,2 15x0,15 15x0,10
Parsial 15 =3 = 2,25 =1,5
1x0,36 1 x 0,30 1x0,20
Total 1 = 0,36 = 0,3 =0,2
Jumlah 24 4,72 5,75 2,26

Total tenaga perawat


Pagi : 4 orang
Sore : 5 orang
Malam : 2 orang +
Total : 11 orang
Jumlah tenaga yang lepas dinas per hari:
86 x 11 = 946 =4,16 = 4 orang
297 297
Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan untuk per hari bertugas di Instalasi
Rawat Inap Dewasa Ruang Ners 1 RS ‘Aisyiyah Siti Fatimah Tulangan adalah 11
orang + 1 struktural (kepala ruang) + 4 orang lepas dinas = 16 orang.
Tabel 10 Tingkat ketergantungan klien dan kebutuhan tenaga keperawatan dengan metode
Douglas di Instalasi Rawat Inap Dewasa Ruang Ners 1 RS ‘Aisyiyah Siti
Fatimah Tulangan hari Rabu, 30 September 2021

Kualifikasi Pasien Jumlah Kebutuhan Tenaga


Jumlah
Tingkat Ketergantungan Pagi Sore Malam
pasien
Minimal 5 5x0,17 = 0,85 5x0,4 = 2 5x0,07 = 0,35
Parsial 18 18x0,2 = 3,6 18x0,15 = 2,7 18x0,10 =1,8
Total 1 1x0,36 = 0,36 1 x 0,30 = 0,3 1x0,20 =0,2
Jumlah 24 4,81 5 2,35
Total tenaga perawat
Pagi : 4 orang
Sore : 5 orang
Malam : 2 orang +
Total : 11 orang
Jumlah tenaga yang lepas dinas per hari:
86 x 11 = 946 =4,16 = 4 orang
297 297
Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan untuk per hari bertugas di Instalasi
Rawat Inap Dewasa Ruang Ners 1 RS ‘Aisyiyah Siti Fatimah Tulangan adalah 11
orang + 1 struktural (kepala ruang) + 4 orang lepas dinas = 16 orang.
Dari perhitungan tingkat ketergantungan klien dan kebutuhan tenaga
perawat metode douglas, kebutuhan tenaga perawat yang dibutuhkan dibutuhkan
setiap shift sebanyak sebanyak 4-5 orang. Berdasarkan data di lapangan, jumlah
perawat setiap shift sebanyak 3 orang. Maka kebutuhan ketenagaan perawat pada
Ruang Ners 1 belum sesuai dengan jumlah ketenagaan perawat yang
dibutuhkan.masih ada kekurangan 1 orang tenaga perawat setiap shiftnya.
6. Tingkat Mandirian Pasien
Penilaian perawatan diri setelah dilakukan penilaian pada tanggal 23-30
September 2021 didapatkan bahwa rata-rata ruangan NERS 1 memiliki pasien
dengan tingkat kemandirian parsial.
Tabel 11 Penilaian Tingkat Kemandirian Pasien di Ruang NERS 1 tanggal 23-30 September 2021

Tingkat
23/09/21 24/09/21 25/09/21 26/09/21 27/09/21 28/09/21 29/09/21 30/09/21
kemandirian
Minimal care 8 7 5 1 4 9 8 5
(26,6%) (22,6%) (16,1%) (3,4%) (13,8%) (19,1%) (26,1%) (16,1%)
Partial care 20 22 25 27 24 20 20 25
(66,6%) (70,9%) (80,6%) (93,1%) (82,8%) (80,6%) (80,6%) (80,6%)
Total care 2 2 1 1 1 1 2 1
(6,6%) (6,5%) (3,2%) (3,4%) (3,4%) (1,2%) (6,5%) (3,2%)
Jumlah 30 31 31 29 29 31 31 31
(100%) (100%) (100%) (100%) (100%) (100%) (100%) (100%)
Sumber: Data Primer (2021)
7. Kepuasan Kerja Perawat
Tabel 12 Persentase Kepuasan Perawat terhadap Pendapatan (n=13) Instalasi Rawat Inap Dewasa
Ruang Ners 1 RS ‘Aisyiyah Siti Fatimah Tulangan

No. Kategori Jumlah Persentase


1 Puas 10 76,92%
2 Cukup Puas 3 23,08%
3 Tidak Puas 0 0%
Keterangan: 76,92 % perawat menyatakan puas terhadap pendapatan
Tabel 13 Persentase Kepuasan Perawat terhadap Fasilitias (n=13) Instalasi Rawat Inap Dewasa
Ruang
Ners 1 RS ‘Aisyiyah Siti Fatimah Tulangan

No. Kategori Jumlah Persentase


1 Puas 10 76,92%
2 Cukup Puas 3 23,08%
3 Tidak Puas 0 0%
Keterangan : 76,92% perawat menyatakan puas dengan fasilitas yang ada
Tabel 14 Persentase Kepuasan Perawat terhadap Lingkungan Kerja (Teman Sejawat, Institusi)
(n=13) Instalasi Rawat Inap Dewasa Ruang Ners 1 RS ‘Aisyiyah Siti Fatimah Tulangan

No. Kategori Jumlah Persentase


1 Puas 8 61,3%
2 Cukup Puas 5 38,47 %
3 Tidak Puas 0 0%
Keterangan : 61,3% perawat menyatakan puas dengan lingkungan kerja
Tabel 15 Persentase Kepuasan Perawat terhadap Jobdisk (n=13) Instalasi Rawat Inap Dewasa
Ruang Ners 1 RS ‘Aisyiyah Siti Fatimah Tulangan

No. Kategori Jumlah Persentase


1 Puas 10 76,92%
2 Cukup Puas 3 23,08%
3 Tidak Puas 0 0%
Keterangan : 76,92% perawat puas dengan jobdisk yang ada
Tabel 16 Persentase Kepuasan Perawat terhadap Supervisor dan Atasan (n=13) Instalasi Rawat
Inap Dewasa Ruang Ners 1 RS ‘Aisyiyah Siti Fatimah Tulangan

No. Kategori Jumlah Persentase


1 Puas 9 69,23%
2 Cukup Puas 4 30,77%
3 Tidak Puas 0 0%
Keterangan : 69,23% perawat menyatakan puas dengan supervisor dan atasan.
Tabel 17 Persentase Kepuasan Perawat terhadap Fasilitas untuk Pengembangan diri yang
diberikan Rumah Sakit (Beasiswa, Pelatihan, Pendidikan, Kebebasan Bekerja,
Jenjang Karir, Prestasi Kerja) (n=13) Instalasi Rawat Inap Dewasa Ruang Ners 1 RS
‘Aisyiyah Siti Fatimah Tulangan

No. Kategori Jumlah Persentase


1 Puas 11 84,61%
2 Cukup Puas 2 15,39%
3 Tidak Puas 0 0%
Keterangan : 84,61% perawat menyatakan puas dengan fasilitas untuk
pengembangan diri yang diberikan rumah sakit.

8. Quality Nurse Work Life (QNWL)


Quality Nurse Work Life atau kualitas kehidupan kerja merupakan kualitas
kerja yang dirasakan perawat yang terdiri dari aspek kepuasan lingkungan kerja,
atasan kerja, kepuasan pelaksanaan kerja dan pengembangan diri perawat.
Tabel 18 Hasil kuesioner Quality Nurse Work Life (n=13) Instalasi Rawat Inap Dewasa Ruang Ners
1 RS ‘Aisyiyah Siti Fatimah Tulangan

Seberapa besar hal


Sangat
dibawah Anda rasakan Tidak Sangat
No Tidak Netral Setuju
dalam lingkungan Setuju Setuju
Setuju
pekerjaan Anda
1 Saya memiliki tujuan dan 10 3
sasaran yang jelas untuk (76,92%) (23,08%)
melaksanakan tugas-tugas
pekerjaan saya
2 Saya mampu untuk 12 1
mengungkapkan pendapat (92,30%) (7,70%)
saya dan mempengaruhi
perubahan dalam
lingkungan kerja saya
3 Saya memiliki kesempatan 10 3
untuk menggunakan (76,92%) (23,08%)
kemampuan saya dalam
bekerja
4 Saya merasa baik-baik saja 10 3
saat ini (76,92%) (23,08%)
5 Atasan saya memberikan 12 1
fasilitas dan fleksibilitas (92,30%) (7,70%)
yang cukup untuk saya
bekerja dan kehidupan
keluarga saya
6 Jam kerja atau jadwal kerja 12 1
saya sesuai dengan kondisi (92,30%) (7,70%)
saya saat ini
Seberapa besar hal
Sangat Sangat
dibawah Anda rasakan Tidak
No Tidak Netral Setuju Setuju
dalam lingkungan Setuju
Setuju
pekerjaan Anda
7 Saya sering merasa 13
tertekan saat bekerja (90%)
8 Ketika saya melakukan 12 1
keberhasilan dalam (92,30%) (7,70%)
pekerjaan saya, hal itu
diakui oleh atasan
langsung saya
9 Beberapa waktu yang lalu, 13
saya merasa kecewa dan (100%)
tertekan
10 Saya puas dengan 3 10
kehidupan saya saat ini (23,08%) (76,92%)

11 Saya ingin belajar 13


keterampilan baru (100%)
12 Saya merasa terlibat dalam 12
1 (7,70%)
pengambilan keputusan (92,30%)
yang berpengaruh terhadap
saya dalam lingkungan
kerja saya
13 Atasan saya memberikan 12 1
apa yang saya butuhkan (92,30%) (7,70%)
untuk melaksanakan
pekerjaan saya secara
efektif
14 Atasan langsung saya 3 10
memberikan jadwal atau (23,08%) (76,92%)
jam kerja yang fleksibel
15 Dalam banyak hal, hidup 12 1
saya mendekati ideal (92,30%) (7,70%)
16 Saya bekerja dalam 12
lingkungan yang aman (92,30%) 1
(7,70%)
17 Secara umum, semua 1 12
berjalan lancar bagi saya (7,70%) (92,30%)
18 Saya puas dengan 12 1
kesempatan karir yang (92,30%) (7,70%)
saya dapatkan
19 Saya sering merasakan 1 12
tekanan yang berlebihan (7,70%) (92,30%
saat bekerja
Seberapa besar hal
Sangat Sangat
dibawah Anda rasakan Tidak
No Tidak Netral Setuju Setuju
dalam lingkungan Setuju
Setuju
pekerjaan Anda
20 Saya puas dengan 12 1
pelatihan yang saya (92,30%) (7,70%)
dapatkan untuk dapat
melaksanakan pekerjaan
saya saat ini
21 Beberapa waktu yang lalu, 12 1
saya merasa bahagia atas (92,30%) (7,70%)
semua hal yang saya
dapatkan
22 Kondisi pekerjaan saya 12 1
memuaskan (7,70%) (92,30%)
23 Saya merasa terlibat dalam 1 (7,70%) 12
pengambilan keputusan (92,30%)
yang berpengaruh terhadap
orang lain dalam
lingkungan kerja saya 1
24 Saya puas terhadap 12 (7,70%)
kualitas kehidupan kerja (92,30%)
saya secara umum
Berdasarkan hasil kuesioner QNWL secara keseluruhan perawat merasa puas
dengan kualitas kehidupan kerja . Perawat mengungkapkan memiliki tujuan dan
sasaran yang jelas sebanyak 76,92%. Sebagian besar perawat sebanyak 12 (92,30%)
menyatakan setuju terkait kepuasan terhadap atasan terlihat pada pernyataan kuesioner
5, 8, 13. Sebagian besar perawat (92,30%) menyatakan tidak merasa tertekan dengan
kondisi kerja, dan menyatakan kondisi pekerjaan memuaskan. Pada pernyataan
kemampuan bekerja sebanyak 76,92% perawat menyatakan netral. Sebagian besar
perawat 76,92% menyatakan puas terhadap kesempatan karir yang didapatkan dan
menyatakan puas dengan pelatihan yang didapatkan. Berdasarkan hasil wawancara
Kepala Ruangan Ners 1 memberikan kesempatan kepada perawat untuk melanjutkan
pendidikan 2 orang setiap tahunnya, dengan syarat 1 orang tugas belajar dan satu
orang izin belajar, hal ini bertujuan untuk mengantisipasi kekurangan tenaga yang
dapat memberikan dampak terhadap beban kerja perawat.
9. BOR (Bed Occupancy Ratio = Angka Penggunaan Tempat Tidur)
BOR menurut Huffman (1994) adalah “the ratio of patient service days to
inpatient bed count days in a period under consideration”. Sedangkan menurut
Depkes RI (2005), BOR adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satuan
waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat
pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Nilai parameter BOR yang ideal adalah
antara 60-85% (Depkes RI, 2005).
Rumus :
BOR = (Jumlah hari perawatan rumah sakit / (Jumlah tempat tidur X Jumlah hari
dalam satu periode)) X 100 %
Tabel 19 BOR Bulan 23-30 September 2021 di Ruang NERS 1

Bulan NERS I
Juni 62,3%
Sumber: Data Sekunder Rekapitulasi Administrasi Ruang NERS 1 (2021)Dari
data tersebut didapatkan Total BOR di ners1 62,3 yang artinya tingkat
pemanfaatan tempat tidur yang Rendah sehingga perlu penambahan pasien.
10. ALOS (Average Length of Stay = Rata-rata lamanya klien dirawat)
Menurut Huffman (1994) adalah “The average hospitalization stay of
inpatient discharged during the period under consideration”. AVLOS menurut
Depkes RI (2005) adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini
disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan
gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat
dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih lanjut. Secara umum nilai AVLOS
yang ideal antara 6-9 hari (Depkes, 2005).
Rumus :
ALOS = Jumlah lama dirawat / Jumlah pasien keluar (hidup + mati)
Berdasarkan data LOS selama bulan 23-30 SEPTEMBER 2021 didapatkan
bahwa hampir setengah pasien yang di NERS 1 memiliki Length of Stay kurang
dari sampai dengan 3 hari.
Tabel 20 Average Length of Stay (ALOS) 23-30 September 2021 di Ruang ners 1
Bulan NERS 1 Total
september 5,37 2,6

Sumber: Data Sekunder Rekapitulasi Administrasi Ruang NERS 1 (2021)


11. BTO (Bed Turn Over)
BTO adalah angka perputaran tempat tidur atau berapa kali satu temapat
tidur dikai oleh pasien pada periode tertentu.

BTO (Bed Turn Over ) = Jumlah pasien keluar (hidup-mati) /jumlah Tempat tidur

Bulan NERS 1 Total


september 66 pasien/24 TT 2,75

Frekuensi pemakaian satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali dalam satu tahun

12. TOI (Bed Turn Over Interval)


TOI adalah Rata-Rata hari dimana tempat tidur tidak terisi antara pasien
keluar atau meninggal dengan pasien masuk berikutnya pada suatu periode tertentu
juga disebut dengan tenggang perputaran tempat tidur TOI ideal 1-3 hari.

TOI = ( Jumal tempat tidur x Periode )-Hari perawat / Jumlah pasien keluar
(hidup-mati)

(24 x 7 ) - 199 / 66 = 0,4 hari

2.2.2 Sarana Dan Prasarana (M2-Material)


1. Lokasi dan Denah
Lokasi penerapan proses manajemen keperawatan di Instalasi Rawat Inap
Dewasa Ruang Ners 1 RS ‘Aisyiyah Siti Fatimah Tulangan dengan batas-batas
sebagai berikut :

Tabel 21 Batas Instalasi Rawat Inap Dewasa Ruang Ners 1 RS ‘Aisyiyah Siti Fatimah Tulangan

Barat : Berbatasan dengan Ruang Kabid Keperawatan dan


Direktur
Utara : Berbatasan dengan Ruang Neonatus
Timur : Berbatasan dengan Ruang Rekam Medis
Selatan : Berbatasan dengan Ruang Pertemuan
Instalasi Rawat Inap Dewasa berlokasi di lantai 2 yang merupakan ruang rawat
inap untuk pasien dewasa. Instalasi Rawat Inap Dewasa RS ‘Aisyiyah Siti Fatimah
Tulangan merupakan ruang perawatan pasien yang terdiri dari Instalasi Rawat Inap
Dewasa Ruang Ners 1 terdiri dari Walidah (VIP) berjumlah 1 TT, A.Dahlan (VIP)
berjumlah 1 TT, Ibnu Nafis (Kelas 1), Nusaibat (Kelas 1) berjumlah , Ibnu Sina

22
(Kelas 2) berjumlah, Rufaidah (Kelas 2) berjumlah , Zahrah (Kelas 3) dan Usman
(Kelas 2).
Gambar 2 Fasilitas berdasarkan Ruang Perawatan

VIP KELAS 1 KELAS 2


1. Bed electric 1. Berisi 2 Bed 3 crack 1. Berisi 2 Bed 3 crack
2. 1 sofa bed penunggu 2. 1 buah overbed table 2. 1 buah overbed table
3. 1 buah overbed table 3. 1 buah bedsi cabinet 3. 1 buah bedsi cabinet
4. 1 buah bedsi cabinet 4. 1 buat tv 32 inch 4. 1 buat tv 32 inch
5. 1 buat tv 43 inch 5. Nurse call 5. Nurse call
6. Nurse call 6. Lemari 6. Lemari
7. Lemari 7. Kamar mandi 7. Kamar mandi
8. Kulkas 8. Wastafel 8. Wastafel
9. Dispenser 9. Paket mandi 9. Paket mandi (sabun
10. Kamar mandi (handuk,shampoo,sa mandi,pasta gigi)
11. Wastafel bun mandi,pasta gigi 10. Peralatan makan
12. Dapur dan ) (gelas,sendok )
13. Paket mandi 10. Peralatan makan
(handuk,shampoo,sab (gelas,sendok ,
un mandi,pasta gigi tissue)
dan sikat gigi)
14. Peralatan makan
(piring gelas,sendok ,
tissue)

2. Pencahayaan dan Ventilasi


Pencahayaan di Instalasi Rawat Inap Dewasa Ruang Ners 1 RS ‘Aisyiyah Siti
Fatimah Tulangan tergolong baik dan cukup terang, baik pencahayaan dari
luar/cahaya matahari maupun dari dalam/lampu. Semua ruangan sudah diberikan
penerangan umum. Saklar ditempatkan dekat pintu masuk dan mudah dijangkau.
Ventilasi di Instalasi Rawat Inap Dewasa Ruang Ners 1 RS ‘Aisyiyah Siti Fatimah
Tulangan menggunakan ventilasi mekanik atau buatan yaitu air conditioner. Suhu,
aliran udara, dan kelembaban setiap ruangan yang menggunakan AC split tidak
dapat diatur sesuai permintaan pasien. Remote AC berada di nurse station.
Berdasarkan Kemenkes 1204/Menkes/SK/X/2010 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit, kondisi pencahayaan dan ventilasi di Instalasi Rawat
Inap Dewasa Ruang Ners 1 RS ‘Aisyiyah Siti Fatimah Tulangan sudah memenuhi
standart. Alur pelaporan alat rusak dapat dilakukan secara tertulis di form yang
sudah tersedia,

23
kemudian dilaporkan ke bagian sarana prasarana. Setelah itu bagian sarana
prasarana melakukan pengecekan dan menindaklanjuti.
3. Gambar denah ruangan
TOILET
Ttoilet
LEMARI RUANG
TINDA
ALKES
KAN

TROLI
TINDAK LEMARI
AN OBAT
PASIEN

RUANG
KONSUL
TASI

MEJA TROLI RUANG RUANG RUANG RUANG


NURS STATION 1 TINDAKAN NUSAIBAT RUFAIDAH ZAHRAH USMAN

RUANG RUANG RUANG RUANG RUANG


A.DAHLAN WALIDAH IBNU SINA IBNU NAFIS REKAM
MEDIK

Gambar 3 Gambar Denah Ruangan

Keterangan:
: Wastafel
: tempat cuci tangan
: shower

4. Fasilitas dan Sarana Prasarana

Tabel 22 Peralatan Medis di Instalasi Rawat Inap RS ‘Aisyiyah Siti Fatimah Tulangan
(Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 340/MENKES/III/2010)
No Nama barang Jumlah yang tersedia Jumlah Ideal
1 Stestoskop 4 2/ruangan
2 Tensimeter
No Nama barang Jumlah yang tersedia Jumlah Ideal
Tensimeter manual dewasa 1 2/ruangan
Tensimeter manual pediatri 2
Tensimeter digital pediatric 3
3 Kotak obat high alert 1 1/ruangan
4 Termometer digital 6 4/ruangan
5 Ambubag ½ L 1 1/ruangan
Ambubag 1L 1 1/ruangan
6 Syringe pump 4 6/ruangan
7 Infuse pump 3 7/ruangan
8 Nebulizer 3 2/ruangan
9 Examination lamp 4 1/ruangan
10 X-Ray viewer 0 1/ruangan
11 Bak instrument 17 2/ruangan
12 Bengkok 8 6/ruangan
13 Ember 4 3/ruangan
14 GDA stick 2 1/ruangan
15 Suction portable 3 3/ruangan
16 Handrub 25 1:1
17 Hand wash 20 1:1
17 Waskom mandi 10 1:1
18 Panel O2 18 2/ruangan
19 Tabung O2 transport 3 2/ruangan
20 Kulkas Obat 3 1/ruangan
21 Timbangan duduk 2 1/ruangan
22 Timbangan berdiri 6 1/ruangan
23 Timbangan pampers 3 1/ruangan
24 Saturasi O2 3 1/ruangan
25 Sampah Umum 23 1:1
26 Sampah Medis 13 6/ru angan
27 Sampah Sitostastika 3 1/ruangan
27 Rak obat 3 1/ruangan
28 Kereta obat 3 1/ruangan
29 Standar infus portable 15 1:1
30 ECG 1 1/ru angan
31 Torniket 3 3/ruangan
32 Emergency kit 1 1/ruangan
Berdasarkan data di atas peralatan medis di Instalasi Rawat Inap Dewasa Ruang
Ners 1 RS ‘Aisyiyah Siti Fatimah Tulangan sudah cukup baik sesuai dengan standar
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Permenkes RI) Nomor
340/MENKES/III/2010, namun masih ada beberapa alat yang belum tersedia di Instalasi
Rawat Inap Dewasa Rung Ners 1 , x-ray viewer, foto viewer, vena viewer. Sudah ada
alur perawatan, maintenence dan pengecekan alat medis di Instalasi Rawat Inap
Dewasa
Ruang Ners 1 RS ‘Aisyiyah Siti Fatimah Tulangan , namun pengembalian alat-alat yang
telah digunakan tidak dikembalikan lagi sesuai tempat.
Menurut standar SNARS (2018), untuk menjamin peralatan medis dapat
digunakan dan layak pakai maka rumah sakit perlu melakukan melakukan inventarisasi
peralatan medis yang meliputi peralatan medis yang dimiliki oleh rumah sakit dan
peralatan medis kerja sama operasional (KSO) milik pihak ketiga; melakukan
pemeriksaan peralatan medis sesuai dengan penggunaan dan ketentuan pabrik
melaksanakan pemeliharaan preventif dan kalibrasi.
Tabel 23 Sarana dan Prasarana di Instalasi Rawat Inap Dewasa Ruang Ners 1 RS ‘Aisyiyah Siti
Fatimah
Tulangan (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Nomor 340/MENKES/III/2010)

Jumlah
No Jenis alat Jumlah yang tersedia
ideal
1 Bel Pasien 6 1:1
2 Jam dinding 24 1/ruangan
3 Trolly cucian bersih 2 1-2/ruangan
3 Trolly cucian kotor 2 1-2/ruangan
4 Kereta makan pasien 1 1/ruangan
5 Kursi pasien 24 24
6 Meja pasien 24 35
7 Sarung bantal 68 Secukupnya
8 Baju pasien 40 Secukupnya
9 Perlak 24 Secukupnya
10 Bantal dewasa 24 Secukupnya
11 Tempat tidur pasien 24 1:1
12 Alat pemadam kebakaran 5 1/ruangan
13 Rak Sepatu 10 Secukupnya
14 Rak Handung 14 Secukupnya
16 Ners Call ruangan 3 1/ruangan
17 Lemari Pasien 7 1/ruangan
18 Lemari Kaca 3 1/ruangan
19 Dapur 1 1/ruangan
20 Wastafel cuci tangan 24 2/ruangan
21 Komputer 2 2/ruangan
22 Printer 1 1/ruangan
23 Telepon 3 1/ruangan
24 Kipas Angin 2 2/Ruangan
25 Air Condition (AC) 8 7/ruangan
Sumber: Instalasi Rawat Inap Dewasa RS ‘Aisyiyah Siti Fatimah Tulangan
(2021) Persediaan sarana dan prasarana di Instalasi Rawat Inap Dewasa Ruang
Ners 1 RS
‘Aisyiyah Siti Fatimah Tulangan sudah memenuhi standar sesuai dengan Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Nomor 340/MENKES/III/2010, Standar SNARS
(2018), Rumah sakit berkewajiban menyediakan fasilitas yang aman, fungsional,
dan fasilitas pendukung untuk pasien, keluarga, staf, dan pengunjung. Untuk
mencapai tujuan tersebut maka fasilitas fisik, peralatan, medis, dan sumber daya
lainnya harus dikelola secara efektif. Secara khusus, pihak manajemen rumah sakit
harus berupaya:
1) Adanya pembuangan material atau bahan berbahaya yang meliputi,
penanganan, penyimpanan dan penanggulangan sisa radioaktif atau material
berbahaya lainnya hingga proses pembuangan.
2) Utility System, meminimalis kegagalan operasional dari utility system yang
meliputi listrik, air, gas, oksigen.
3) Menjaga keamanan dengan tersedianya sistem emergency response pada
kejadian luar biasa, bencana dan memastikan respon tersebut berjalan efektif.
Semua program harus tertulis dan di update kondisinya secara berkala untuk
mengurangi serta mengontrol kecelakaan dan cidera. Strategi yang harus ada di
Rumah Sakit harus meliputi penanggulangan resiko kecelakaan dan cidera yang
dikarenakan ketidakamanan pada lingkungan, sumber daya dan teknologi. Ruangan
Bobo RSUD Dr. Soetomo saat ini yang tersedia adalah Alat Pemadam Api Ringan
(APAR) dan hidran yang terletak di sebelah utara gedung sedangkan hazard safety
(tempat penampungan sementara dan pembuangan material berbahaya) di Instalasi
Rawat Inap Dewasa Ruang Ners 1 RS ‘Aisyiyah Siti Fatimah Tulangan yang
tersedia adalah sampah infeksius, sampah sitotoksis dan sampah-sampah bahan
berbahaya (spill kit).
Berdasarkan Depkes RI 2006 ruangan pada bangunan rawat inap terdiri dari
ruang rawat inap kelas I, kelas II, Kelas III, Nurse station, ruang konsultasi dokter,
ruang tindakan, ruang administrasi, ruang dokter, ruang perawat, ruang ganti/loker,
ruang linen bersih, ruang linen kotor, spoelhoek/cuci alat, kamar mandi/toilet,
pantry/dapur, ruang janitor/service, gudang bersih, gudang kotor. Instalasi Rawat
Inap Dewasa RS
‘Aisyiyah Siti Fatimah Tulanganmemiliki peralatan dan fasilitas cukup baik namun
belum memiliki ruang dokter, ruang linen bersih, ruang linen kotor. Ruang
dispensing obat di Instalasi Rawat Inap Dewasa Ruang Ners 1 RS ‘Aisyiyah Siti
Fatimah Tulangan sudah tersedia, obat sudah dipisahkan sesuai pasien, dan sudah

27
memenuhi standard untuk penyimpanan obat yaitu meliputi suhu yang sudah sesuai
dengan standard (< 25oC).

28
Tabel 24 Stok Obat Emergency Pada Bulan September 2021 di Instalasi Rawat Inap Dewasa Ruang
Ners 1 RS ‘Aisyiyah Siti Fatimah Tulangan
No Nama alat Jumlah yang tersedia Jumlah ideal
Alkes
1 Simple masker 3 4
2 Selang oksigen nasal 3 4
Intubasi Set
3 Suction Cateter 6 0 4
4 Suction Cateter 8 4 4
5 Suction Cateter 10 8 4
Consumable
6 IV canula 16 6 8
7 IV canula 18 6 8
8 IV canula 20 6 8
9 IV canula 22 6 8
10 IV canula 24 6 8
11 IV canula 26 6 8
12 Infus set anak 6 8
13 Spuit 3 ml 15 20
14 Spuit 5 ml 15 20
15 Spuit 10 ml 15 20
Cairan
16 NaCl 0.9 % 500 ml 0 8
17 Ns 25 ml 0 8
18 RL 500 ml 3 4
Emergency Drugs
19 Ephinephrine inj 45 45
20 Sulfat Atropin 15 15
21 Dopamin 3 3
22 Dobutamin 3 3
23 Diazepam 6 6
24 Amiodaron inj 9 9
25 Aminophyline inj 9 9
26 Lidocain 2% 20 mg/ml inj 15 15
27 Nabic inj 6 6
28 Ca gulconas 10% 10 ml inj 3 3
29 Dextrose 40% 3 3
30 Dexamethason inj. 15 15
Sumber: Instalasi Rawat Inap Dewasa RS ‘Aisyiyah Siti Fatimah Tulangan(2019)
Di Instalasi Rawat Inap Dewasa RS ‘Aisyiyah Siti Fatimah Tulangan sudah
tersedia lemari tempat penyimpanan obat emergency dan emergency kit, namun
tidak tersedia troli emergency sehingga jika ada code blue maka menggunakan troli
emergency yang ada di Ruang Neonatus atau PICU. Dalam pengelolaan obat

28
pasien, sudah diatur oleh pihak farmasi yang dicek setiap hari di tiap shift. Obat
yang tidak

29
terpakai atau tersisa oleh pasien BPJS dan Umum akan dikelola kembali oleh
farmasi. Obat pasien umum yang tersisa dapat di retur ke pihak farmasi.
Tabel 25 Daftar Bahan Berbahaya dan Beracun September 2021 di Instalasi Rawat Inap Dewasa
Ruang Ners 1 RS ‘Aisyiyah Siti Fatimah Tulangan

No Bahan Keterangan
1. Desinfektan detergen Iritasi, Korosi
2. Detergen Tryenzime untuk Instrument Iritasi, Korosi
3 Chlorexid Iritasi, Korosi
4 Septalec Iritasi, Korosi
5 Chlorin Iritasi, Korosi

Bahan berbahaya dan beracun (B3) tersimpan dalam lemari yang terletak di
ruang bersalin Apabila terjadi tumpahan telah tersedia spill kit. Sedangkan cara
penanganan tumpahan meliputi SILOBESEM yaitu Siapkan, lokaslisir, berikan
desinfektan, serap dengan kain dan masukkan kantong plastik (plastik kuning jika
infeksius dan plastik hitam jika non infeksius).
5. Alur Pengadaan dan Peminjaman Alat Kesehatan
Pengadaan alat kesehatan dilakukan pada tim pengadaan yang kemudian
dilaporkan pada bagian keuangan. Alur pengadaan alat medis dan non medis
diajukan oleh kepala ruangan dengan mengajukan program pengadaan barang yang
ditujukan kepada Direktur.. Tidak ada Alur peminjaman alat di Instalasi Rawat Inap
Dewasa RS ‘Aisyiyah Siti Fatimah Tulangan
6. Kalibrasi dan Maintenance Alat Kesehatan
Sistem kalibrasi dan Maintenance di ruangan Ners 1 sudah berjalan sesuai
program, bagian sarana dan prasana mempunyai jadwal kalibrasi dan Maintenance
untuk masing-masing alat. Rumah sakit bekerjasama dengan BPFK dilakukan 1 kali
sebulan dan kemudian diberikan stiker penanda pada alat yang telah dilakukan
kalibarasi dan maintenance. Selain itu bagian IPS-RS juga melakukan proses
pengecekan alat, tetapi tidak ada stiker penanda bahwa alat tersebut sudah
dilakukan pengecekan. Tidak ada tempat pemisah untuk alat yang layak pakai dan
yang tidak layak
2.2.3 Metode (M3-Methode)
1. Penerapan MAKP
MAKP yang diterapkan di ruangan Ners 1 RS ’Aisyiyah Siti Fatimah Tulangan
Sidoarjo adalah MAKP tim. Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan di

29
ruangan Ners 1 bila seluruh perawat telah mengetahui bahwa MAKP yang
digunakan adalah MAKP tim. Selain itu dalam pelaksanaan model tim yang
diterapkan masih memiliki hambatan yaitu dalam bidang SDM (Sumber Daya
Manusia). Jumlah tenaga perawat yang masih sedikit pada setiap shiftnya,
sedangkan jumlah pasien tidak seimbang. Masing-masing ketua tim (Katim)
dibantu oleh 2 orang perawat pelaksana. Karena SDM yang jumlahnya masih
terbatas menyebabkan pembagian tugas antara dengan perawat pelaksana tumpang
tindih. Berdasarkan hasil observasi ketua tim (Katim) sekaligus bertindak sebagai
perawat pelaksana pada hari yang sama dengan memberi asuhan keperawatan
langsung kepada pasien. Jika ada masalah yang tidak bisa diatasi oleh perawat
pelaksana maka didiskusikan dengan
ketua tim (Katim) dan kemudian dilaporkan kepada kepala ruangan.

KEPALA RUANGAN
Eviatus Sholikhah, Ns., S.Kep

KATIM KATIM KATIM KATIM


Ema Retiya Ningsih, Amd.Kep Dwi Puweni, Amd.Kep Riza Nur H S.Kep.,Ns Nurus Sadiyah, S.Kep.,Ns

Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana


Erlinda Nur Shofiyah, Amd.Kep Chintya Eka, Amd.Kep Mudrikah, Amd.Kep Ima M, Amd Kep

Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana


Fatmawati, Amd Kep Anis Faradillah, Amd. Kep Avian, S.Kep.,Ns Lita Dwi S S.Kep.,Ns

4- 6 Pasien 4-6 Pasien 4-6 Pasien 4-6 Pasien

Gambar 4 Struktur Organisasi Rawat Inap Dewasa RS ’Aisyiyah Siti Fatimah Tulangan
Sidoarjo

2. Timbang Terima
Penyampaian dan penerimaan suatu laporan yang berkaitan dengan pasien harus
dilakukan seefektif mungkin secara singkat, jelas dan lengkap mengenai tindakan
mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan atau belum sehingga
kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan sempurna. Timbang
terima dilaksanakan 3 kali sehari yaitu pada pergantian shift pagi ke shift sore
(pukul
14.00), shift sore ke shift malam (pukul 21.00), dan shift malam ke shift pagi (pukul
07.00) menggunakan metode SBAR. Timbang terima dilakukan di ruang perawat
30
Ners 1 RS ’Aisyiyah Siti Fatimah Tulangan Sidoarjo yang dihadiri oleh seluruh
perawat yang dinas setelah shift, dan perawat yang akan dinas shift selanjutnya,
bersama dengan kepala ruang. Di ruang Ners 1 tidak terdapat buku timbang terima.
Ketika perawat melakukan timbang terima langsung menggunakan rekam medis
pasien. Setelah dilakukan penyampaian/laporan antar shift, staf berkeliling ke bed
pasien sekaligus sebagai bed side report. Selain itu dalam proses timbang terima
juga disampaikan tentang sarana prasarana kepada perawat shift selanjutnya.
Proses timbang terima di awali dengan seluruh perawat yang berkepentingan
berkumpul dulu di salah satu ruangan yang ada di ruang Ners 1, kemudian
dilakukan pembukaan, pembacaan doa, dan pengarahan oleh Kepala Ruangan
dilanjutkan dengan pelaporan kondisi pasien yang dibacakan oleh ketua tim yang
bertugas pada saat itu kepada perawat yang akan bertugas pada shift berikutnya.
Komunikasi yang digunakan belum menggunakan SBAR secara lengkap.
Penggunaan SBAR lebih sering digunakan untuk pasien baru. Penyampaian SBAR
yang meliputi S (Situation) yaitu nama pasien, tanggal lahir, tanggal masuk, hari
perawatan, dokter yang bertanggung jawab, perawat yang bertanggung jawab, nama
ruangan, nomor tempat tidur, alasan masuk rumah sakit, diagnosa medis, masalah
keperawatan dan keluhan utama pasien. B (Background) meliputi riwayat penyakit
dan pengobatan sebelumnya, riwayat alergi, hasil laboratorium, hasil rontgent,
pengobatan dan intervensi keperawatan yang telah dilakukan dan respon pasien
terhadap tindakan perawatan dan pengobatan. A (Assesment) meliputi pengkajian
kondisi pasien terkini. Informasi tersebut meliputi tanda-tanda vital (suhu, tekanan
darah, frekuensi nafas), tingkat kesadaran, nyeri yang dirasakan, status nutrisi (berat
badan, tinggi badan, index massa tubuh), kemampuan buang air besar dan air kecil,
keberadaan luka di tubuh (khususnya luka dekubitus) dan informasi klinis lain yang
mendukung. R (Recommendation) meliputi rencana tindakan yang akan dilakukan,
rencana tindak lanjut, solusi yang bisa perawat tawarkan kepada dokter, apa yang
perawat butuhkan dari dokter untuk memperbaiki kondisi pasien, dan waktu yang
diharapkan perawat saat tindakan itu terjadi. Setelah itu kegiatan timbang terima
ditutup dengan validasi pada pasien yaitu berkeliling dari satu pasien ke pasien
yang lain, dimana perawat menanyakan langsung pada beberapa pasien / orang
tua pasien tentang apa yang
dirasakan atau dikeluhkan. Begitu pula timbang terima yang dilakukan antar unit
disampaikan dengan penggunaan SBAR.
3. Sentralisasi Obat
Di Ruang Ners 1 telah dilakukan sistem sentralisasi obat menggunakan Unit
Dose Dispensing (UDD) untuk obat oral dan One Day Dose (ODD) untuk obat
injeksi dan cairan. Sentralisasi obat sudah dilakukan oleh tim farmasi yang mana
tim farmasi yang mengelola, menyimpan dan mengantarkan obat harian
berdasarkan tiap shift untuk obat oral dan tiap 24 jam untuk obat injeksi dan cairan.
Perawat hanya bertugas dalam kepatuhan double checker pada pemberian obat-
obatan yang perlu diwaspadai.
Alur sentralisasi obat yang ada di ruangan berdasarkan wawancara dengan
kepala ruangan adalah sebagai berikut, dokter menulis resep RPO (Resep
Pemberian Obat). RPO kemudian diberikan kepada perawat. Alur sentralisasi obat
yaitu dari dokter ke pasien atau keluarga pasien untuk meminta persetujuan
pembelian obat. Setelah pasien atau keluarga pasien setuju, kemudian RPO akan
diberikan ke farmasi. Bila obat tidak tersedia atau habis di RS maka RS akan
mencarikan ke mitra farmasi yang ada. Selanjutkan obat akan dikirim oleh tenaga
teknis kefarmasian ke perawat. Perawat akan melakukan pengecekan ulang obat
yang diterima dari tenaga teknis kefarmasian apakah sudah sesuai dengan RPO
yang dipesan. Perawat memberikan obat pada pasien sesuai dengan advis dokter.
Obat yang diterima dari depo farmasi akan disimpan di kotak obat sesuai dengan
nomer bed pasien, dan diberikan etiket sesuai identitas pasien. Kemudian obat
tersebut akan diberikan pada pasien sesuai dengan jadwal dengan prinsip 7B+1W,
benar pasien, benar obat, benar dosis, benar rute pemberian, benar waktu, benar
dokumentasi, benar informasi, dan waspadai efek samping. Perawat akan
memberikan obat tersebut sesuai dengan jadwal pemberian obat tersebut. Bila
pasien sudah dinyatakan pulang atau meninggal, obat yang tersisa akan
dikembalikan ke depo farmasi karena akan dihitung sebagai pengurangan. Bila
terdapat penambahan atau perubahan jenis, dosis atau alur perubahan pemberian
obat maka informasi ini akan diinformasikan kepada depo farmasi.
Berdasarkan hasil wawancara kepala ruangan Ners 1 diperoleh hasil yaitu obat
yang sudah ada pada perawat akan dibuatkan jadwal sesuai dengan dosis dan waktu
pemberian, dan didokumentasikan dalam buku obat serta pada lembar medication
chart pada setiap status pasien terkait obat (oral dan injeksi) yang diterima.
Pendokumentasian obat dilakukan oleh perawat sebelum memberikan obat ke
pasien. Setelah itu perawat menandatangani pemberian obat di rekam medis pasien.
Persetujuan antara perawat dan pasien dalam proses sentralisasi obat belum
dilakukan secara lisan (informed) maupun secara tertulis (consent).
4. Discharge Planning
Pasien dan keluarga penting untuk mengetahui perawatan yang telah diterima
dan bagaimana perawatan dapat dilanjutkan saat pasien kembali ke rumah, sehingga
status kesehatan pasien dapat dipertahankan atau meningkat. Discharge Planning
merupakan komponen sistem perawatan berkelanjutan yang diperlukan oleh pasien
atau keluarga pasien untuk memahami kebutuhan setelah perawatan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan tanggal 23 September
2021, discharge planning dilakukan saat pasien pertama kali masuk rumah sakit,
selama dilakukan perawatan dan saat pasien akan keluar dari rumah sakit.
Pelaksanaan discharge planning sudah terdokumentasikan di rekam medis pasien,
hal-hal yang didokumentasikan dalam form discharge planning saat pasien akan
keluar dari Rumah Sakit yaitu alat bantu yang akan dilepas ketika pasien akan
pulang, meliputi NGT, urin kateter, drain, balutan luka, iv canule, dan gelang
identitas. Discharge planning yang dilakukan saat pasien pertama kali masuk yaitu
informasi mengenai penyakitnya, tindakan medis yang akan dilakukan, rehabilitasi,
penjelasan komplikasi yang mungkin terjadi, dan pengobatan. discharge planning
dilakukan oleh perawat yang bertugas pada shift tersebut. Leaflet mengenai
penyakit pasien sudah tersedia untuk beberapa penyakit. Kartu kontrol untuk pasien
menggunakan resume medis, yang akan dibawa ketika pasien kontrol ke Rumah
Sakit. Resume medis berisi tindak lanjut perawatan di rumah, meliputi jenis
aktifitas yang boleh dilakukan, edukasi mengenai pengertian dan pemahaman efek
samping obat, anjuran pola makan, dan anjuran untuk segera mencari pelayanan
kesehatan ketika timbul tanda dan gejala penyakit. Selain itu, resume medis juga
berisi daftar nama obat yang dibawa pulang, dan jadwal kontrol. Selain itu juga
memberi informasi dapat melihat jawdal kontrol di media social seperti website,
facebook, instagram, dan pendaftaran melalui aplikasi online
5. Penerimaan Pasien Baru
Penerimaan pasien baru yang sudah dilakukan di Ruang Ners 1 yaitu dimulai
sejak pasien datang, perawat akan menyiapkan kamar, menyiapkan lembar
penerimaan pasien baru. Berdasarkan format atau lembar penerimaan pasien baru
bahwa perawat memperkenalkan diri dan fasilitas yang ada di ruangan,
memperkenalkan aturan rumah sakit dan aturan ruangan dari Ruang Ners 1. Pada
saat pasien baru masuk perawat akan memastikan gelang identitas terpasang di
pasien, menjelaskan tujuan pemasangan gelang identitas kepada orang tua pasien,
memperkenalkan nama dokter yang akan merawat serta perawat penaggungjawab
pasien, menjelaskan mengenai hak dan kewajiban pasien. Pendokumentasian
setelah penerimaan pasien baru dilakukan. Format penerimaan pasien baru telah
disediakan dan terdapat didalam format pengkajian pasien. Kemudian penjelasan
tentang 6 langkah cuci tangan dan 5 waktu untuk cuci tangan. Lalu menanyakan
kembali tentang kejelasan informasi yang telah disampaikan. Kemudian baru
ditanda tangani oleh pasien/keluarga berserta perawat yang telah mengedukasi
pasien. Pasien baru yang mendapatkan pelayanan Instalasi Rawat Inap dapat berasal
dari:
1. Pasien dapat berasal dari IGD
2. Pasien dapat berasal dari HCU
3. Pasien dapat berasal dari Kamar Operasi
4. Pasien dapat berasal dari POLI

Gambar 5 Alur Penerimaan Pasien Baru RS ’Aisyiyah Siti Fatimah Tulangan Sidoarjo
6. Supervisi
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan Ners 1 tanggal 23
September 2021 supervisi di ruangan Ners 1 dilakukan secara langsung dan tidak
langsung. Supervisi secara tidak langsung dilakukan oleh Kepala Ruang dengan
cara melakukan supervisi mengenai kelengkapan rekam medis pasien. Supervisi
tidak langsung dilakukan sekali dalam satu bulan. Supervisi secara langsung
dilakukan oleh Kepala Ruangan kepada perawat setiap sebulan sekali pada
semua perawat dengan tata cara diberitahu terlebih dahulu jika akan di supervisi
jika akan melakukan tindakan keperawatan. Namun terkadang kepala ruangan
akan melakukan supervisi informal bila terjadi masalah di ruangan. Kepala
ruangan akan mengingatkan kepada perawat jika melakukan suatu kesalahan
dalam pelaksanaan tindakan keperawatan yang tidak sesui dengan SOP.
Supervisi informal ini sebagian besar tidak terdokumentasikan hanya secara
perlisan. Supervisi yang dilakukan dengan tahapan pra (menetapkan kegiatan,
menetapkan tujuan dan menetapkan kompetensi yang akan di nilai), pelaksanaan
(menilai kinerja, mengklarifikasi permasalahan, melakukan tanya jawab, dan
pembinaan), serta pascasupervisi 3F (F-fair yaitu memberikan penilaian,
feedback atau memberikan umpan balik dan klarifikasi, reinforcement yaitu
memberikan penghargaaan dan follow up perbaikan). Supervisi juga dilakukan
dari ketua tim (katim) pada perawat pelaksana. Berdasarkan hasil wawancara
dengan beberapa ketua tim (katim) mengatakan akan sulit untuk dilaksanakan
jika kegiatan di ruangan yang terlalu sibuk.
7. Ronde Keperawatan
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan Ners 1 tanggal 23
September 2021 bahwa ronde keperawatan belum berjalan dengan optimal
terutama 1 tahun terakhir karena situasi pandemi COVID-9. Namun bila terdapat
kasus yang kasus-kasus tertentu seperti pada kasus terbanyak, kasus unik dan
kasus yang sulit untuk ditangani akan dibahas melalui MDR (Multi Discipline
Round). MDR akan difasilitasi oleh seorang MPP atau case manager dan
diketuai oleh DPJP pasien tersebut. Semua Profesional Pemberi Asuhan (PPA)
seperti ahli gizi, farmasi, fisioterapi, radiologi, dan lain-lainya yang terlibat
dalam kasus ini akan memberikan masukan masing-masing berdasarakan profesi
dan kompetensi
masing-masing. Semua itu akan terdokumentasi dalam Catatan Perkembangan
Pasien Terintergrasi (CPPT). Berdasarkan hasil kuisioner yang diberikan kepada
semua perawat Ners 1 bahwa semua perawat (100%) perawat menyatakan
mengetahui adanya ronde keperawatan.
Format dalam ronde keperawatan meliputi data pasien yaitu nama pasien,
tanggal lahir, nomer rekam medis, jenis kelamin, usia pasien, diagnosa medis,
keluhan utama, Riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu , dan
tindakan keperawatan yang telah diberikan. Selanjutnya membahas tentang
masalah keperawatan yang muncul, rencana untuk mengatasi masalah masalah
pasien, dan pelaksanaan ronde yang sudah dilakukan. Terkahir akan dilakukan
evaluasi yang meliputi kesimpulan dan rencana tidak lanjut.
8. Dokumentasi
Dokumentasi keperawatan merupakan bagian dari media komunikasi antara
perawat yang melakukan asuhan keperawatan dengan perawat lain atau dengan
tenaga kesehatan lain. Dengan tujuan untuk menghindari kesalahan dan
ketidaklengkapan informasi dalam asuhan keperawatan. Format diagnosis
keperawatan, intervensi, dan implementasi terintegrasi dalam catatan
perkembangan pasien terintegrasi (CPPT). Berdasarkan hasil observasi format
penulisan di CPPT menggunakan SOAP

2.2.4 Pembiayaan dan Billing (M4-Money)


1. Sumber dana
Sebagian besar pembiayaan ruangan dan pelatihan petugas ruangan berasal dari
Rumah Sakit yang diperoleh dari pendapatan RS. Sedangkan pembiayaan pasien
sebagian besar dari BPJS dan biaya sendiri (umum). Biaya perawatan yang berlaku
saat ini sesuai kelas perawatan. Sumber dana sarana dan prasarana, listrik, air dan
telepon dan lainnya sudah terpusat dan diatur oleh DPA (Dokumen Pelaksanaan
Anggaran) rawat inap.
2. Jenis Pembiayaan
A. BPJS
Pasien BPJS terdiri dari:
a. Peserta BPJS non PBI (Penerima Bantuan Iuran atau mandiri)
Peserta BPJS non PBI dikategorikan 2 yakni mandiri dan pekerja penerima
upah (PPU). Peserta mandiri diperuntukkan untuk golongan bukan pekerja
(BP) sedangkan PPU diperuntukkan untuk golongan pekerja yang bekerja
di sebuah perusahaan baik perusahaan pemerintah (PNS/TNI Polri)
maupun swasta.
b. Peserta BPJS PBI
Peserta BPJS PBI hanya untuk warga miskin dan kurang mampu. Peserta
BPJS PBI hanya berhak atas BPJS kelas 3. Namun Ruang Ners 1 tidak
ada kelas 3.
B. Umum
Merupakan klien yang pembiayaan kesehatan ditanggung oleh diri sendiri.
Klien membayar semua biaya pelayanan kesehatan yang telah diterima tanpa
menggunakan surat-surat apapun.
C. Asuransi Kesehatan Non BPJS
Rumah sakit ’Aisyiyah Siti Fatimah Tulangan Sidoarjo juga melakukan
kerjasama dengan beberapa asuransi Kesehatan. Sehingga pasien yang
memiliki asuransi Kesehatan tersebut dapat digunakan dalam sistem
pembayaran perawatan rumah sakit.
3. Alur Pelayanan Pasien
A. Umum

Pasien

IGD POLI

Pengurusan pasien Pengurusan pasien


baru untuk rawat inap baru di sentral Admisi

Ruangan Ruangan

Gambar 6 Alur Pelayanan Pasien Umum RS ’Aisyiyah Siti Fatimah Tulangan Sidoarjo
B. BPJS

Pasien
IGD POLI

Emergensi Non emergensi

Tanpa surat rujukan Persyaratan surat


rujukan
IGD
Pengurusan rekam
medis pasien baru di
Pengurusan rekam
sentral Admisi
medis pasien baru
untuk ruang rawat
inap SEP (Surat Elegibilitas
Peserta)

Pengurusan BPJS di Tim Pengendali


Gambar 7 Alur Pelayanan Pasien BPJS RS ’Aisyiyah Siti Fatimah Tulangan Sidoarjo

C. Asuransi Kesehatan Non BPJS

Pasien

IGD POLI

Pengurusan pasien
baru di sentral admisi
untuk klaim asuransi
kesehatan non BPJS

Ruangan

Gambar 8 Alur Pelayanan Pasien A. Asuransi Kesehatan Non BPJS RS ’Aisyiyah Siti Fatimah
Tulangan Sidoarjo
4. Tarif Pelayanan
A. Tarif Rawat Inap
Tabel 26 Tarif Rawat Inap Ruang Ners 1
Kelas Perawatan Tarif
a) VIP Rp. 750.000,00
b) Kelas 1 Rp 425.000,00
c) Kelas 2 Rp 300.000,00

B. Tarif Pelayanan Rawat Inap


Tabel 27 Tarif Pelayanan Rawat Inap Ruang Ners 1
No. Jenis Pelayanan Tarif Kelas VIP Tarif Kelas 1 Tarif Kelas 2
1. Biaya Rp 200.000 Rp 150.000 Rp 100.000
Akomodasi
2. Jasa Rp 100.000 Biaya sudah Biaya sudah
Keperawatan termasuk dalam termasuk dalam
uang akomodasi uang akomodasi
3. Jasa 1x visite Rp 250.000 Rp 175.000 Rp 150.000
4. Biaya Rp 75.000 Rp 50.000 Rp 35.000
Administrasi
C. Tarif Tindakan Keperawatan di Rawat Inap
Tabel 28 Tarif Tindakan Keperawatan di Ruang Ners 1
Tarif Kelas
No Jenis Tindakan Tarif Kelas 1 Tarif Kelas 2
VIP
1. Rehidrasi Rp 65.000 Rp 60.000 Rp 50.000
2. Injeksi IV/IM/SC/IC Rp 50.000 Rp 50.000 Rp 30.000
3. Pemasangan Infus Rp 55.000 Rp 55.000 Rp 45.000
4. Pelepasan Infus Rp 15.000 Rp 12.000 Rp 10.000
5. Pengambilan sampel Rp 30.000 Rp 25.000 Rp 19.000
darah
6. Pengambilan sampel Rp 35.000 Rp 35.000 Rp 25.000
darah BGA
7. Pengambilan Kultur Rp 38.000 Rp 27.000 Rp 19.000
8. Pemberian Nebulizer Rp 95.000 Rp 83.000 Rp 83.000
9. Pemasangan Rp 47.000 Rp 41.000 Rp 10.000
Transfusi
10 Pemeriksaan EKG Rp 50.000 Rp 50.000 Rp 40.000

5. Billing System
Pelaksanaan billing pasien di Ruang Ners 1 dilakukan oleh petugas
administrasi ruangan. Adanya petugas yang melaksanakan billing dapat mengurangi
beban kerja perawat. Untuk pembayaran, pasien umum dilakukan di kasir IRNA,
sedangkan untuk pembayaran BPJS semua berkas diserahkan kepada kasir IRNA
dan diambil oleh Tim Pengendali.
6. Penggajian Pegawai
Gaji pegawai dengan status kepegawaian PNS mendapatkan gaji dari negara,
sedangkan Pegawai Non PNS mendapatkan gaji dari penghasilan RS ’Aisyiyah Siti
Fatimah Tulangan Sidoarjo
7. Remunerasi
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala Ruang Ners 1, remunerasi sudah
ada. Remunerasi merupakan pengganti dari jasa pelayanan yang diberikan setiap 1
bulan sekali. Ada beberapa jenis remunerasi yaitu remunerasi unit hasil, remunerasi
kebersamaan, remunerasi manajemen, dan remunerasi proporsi.
8. Diklat
Kegiatan diklat untuk pendidikan dan pelatihan, dibiayai oleh APBD.

2.2.5 Kualitas Pelayanan Keperawatan (M5-Mutu)


1. Kepatuhan Cuci Tangan
Tabel 29 Kepatuhan Cuci Tangan Oleh Petugas NERS 1 23-30 September 2021
Cuci tangan
Bulan
N D %
September 15 25 60
Sumber: Data Sekunder Rekapitulasi Administrasi NERS 1 (2021)
Keterangan:
N= numerator
D= denumerator
Dari table diatas menunjukkan bahwa pada Pada 23-30 September 2021petugas
(denumerator) hanya 15 petugas (numerator) yang melakukan kepatuhan cuci
tangan, sisanya 10 petugas belum patuh melakukan cuci tangan dengan benar.,
patuh terhadap cuci tangan. Sehingga kepatuhan cuci tangan petugas hanya 60%
belum mencapai 100%.
2. ILO (Infeksi Luka Operasi)
Berdasarkan hasil data 23-30 September 2021 di dapatkan data ILO di ruang
Ners 1 0,00%
3. Phlebitis
Penilaian phlebitis dilakukan pada periode 23-30 September 2021 dengan
instrumen VIS (Visual Infussion Score). Berdasarkan hasil penilaian tersebut
didapatkan semua pasien (100%) tidak mengalami phlebitis pada saat dilakukan
pengkajian.
Tabel 30 Data pemasangan infus pada Pasien di Ruang NERS 1 pada 23-30 September 2021

Bulan Ners 1
September 66 pasien
Sumber: Data Sekunder Administrasi Ruang NERS 1(2021)
Tabel 31 Kejadian Phlebitis pada pemasangan IV lien kateter perifer Pasien di Ruang NERS pada
bulan 23-30 September 2021

No Bulan Phlebitis
1 September N D %
0 66 0
Sumber: Data Sekunder Administrasi 23-30 September 2021
Keterangan: D (denumerator), sehingga pada bulan 23-30 SEPTEMBER 2021
tidak ada pasien yang mengalami kejadian phlebitis pada pemasangan IV lien
kateter perifer.
Tabel 32Data pemasangan CVC pada Pasien di Ruang NERS 1 pada bulan 23-30 September 2021

Bulan Ners 1
September 0 pasien
Sumber: Data Sekunder Administrasi Ruang NERS 1 (2021)
Tidak ada kejadian phlebitis pada pemasangan CVC pada bulan 23-30 September
4. ISK (Infeksi saluran kemih)
Penilaian risiko ISK dilakukan pada tanggal 23-30 September 2021 melalui
observasi dan instrumen penilaian ISK. Pasien yang dirawat di NERS 1 tidak ada
yang mengalami ISK karena sebagian besar pasien tidak terpasang kateter.

Tabel 33 Data pemasangan kateter pada Pasien di Ruang NERS 1 pada 23-30 September 2021

Bulan Ners 1
September 0 pasien

Sumber: Data Sekunder Administrasi Ruang ners 1 (2021)


5. Kejadian Pasien Jatuh
Tabel 34 Kejadian pasien jatuh di Ruang NERS 1 23-30 September 2021

Tanggal
No Variabel Skor
9 10
1 Jumlah Pasien Jatuh 0 0 0
2 Jumlah pasien yang beresiko jatuh 18 17 35
Sumber : Data Primer Pengkajian
������ ℎ � ������ ���� ℎ
𝐹�����𝑢�𝑎 = × 100% = 0/35 x
100% = 0%������ℎ ������� ����������

Pada saat pengkajian ke ruangan NERS 1 didapatkan setiap pasien telah


didampingi oleh keluarga dan keluarga tidak lupa untuk selalu menutup side rail
setiap kali akan meninggalkan pasien. Penilaian risiko jatuh umumnya ada pada
setiap status pasien telah diisi secara rutin setiap hari.
6. Restrain
Pasien yang dirawat di Ruang NERS 1 tidak ada yang dilakukan restrain pada
tanggal 23-30 September 2021, pemberian restrain tidak dianjurkan untuk di terapkan
di Ruang NERS 1, hal tersebut dikarenakan dengan intervensi restrain menimbulkan
efek samping mengganggu tumbuh kembang anak dan berisiko mencederai.
7. Kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan di rumah sakit
Penilaian kepuasan pasien di Ruang ners 1 sudah dilakuan evaluasi. Berdasarkan
data kepuasan pasien pada tanggal 23-30 September 2021, dari 20 keluarga pasien,
dapat diketahui bahwa sebagian besar pasien dan keluarga pasien merasa puas
dengan pelayanan kesehatan yang telah diberikan. Berikut ini grafik kepuasan Pasien
di Ruang NERS 1 pada tanggal 23-30 September 2021.
Gambar 9 Grafik Kepuasan Pasien

Tingkat Kepuasan Pasien


15
10
5
0
keandalan jaminan kenyataan empati tanggung
jawab

Sangat Puas Puas tidak puas

Sumber: Data Primer (September 2021)


42
8. Indikator Keselamatan Pasien di Ruang NERS 1
Presentase kelengkapan form observasi pemberian Transfusi Darah atau Produk
Darah. Berdasarkan hasil data 23-30 SEPTEMBER 2021 di dapatkan data
kelengkapan form observasi pemberian transfusi darah atau produk darah mencapai
target 100%.
Tabel 35 Presentase kelengkapan form observasi pemberian Transfusi Darah atau Produk Darah

Bulan N D Presentase (%)


September 13 26 50
Sumber: Data Sekunder Rekapitulasi Administrasi ners 1 (2020)
Keterangan:
N= numerator, D= denumerator
Dari table diatas menunjukkan bahwa pada Tanggal 23-30 september dari 26
petugas (denumerator) hanya 13 petugas (numerator) kelengkapan form observasi
pemberian Transfusi Darah atau Produk Darah, sisanya 13 petugas (50%) belum
melengkapi form observasi.
Tabel 36 Kepatuhan Petugas Melakukan Komunikasi Efektif dengan Menerapkan Prosedur
TBAK (Tulis Baca Konfirmasi) yang Tercatat dalam Rekam Medis
Bulan N D Presentase (%)
September 13 66 50,00
Sumber: Data Sekunder Rekapitulasi Administrasi NERS 1
Kepatuhan Petugas Melakukan Komunikasi Efektif dengan Menerapkan
Prosedur SBAR Timbang Terima Pasien dalam Keperawatan dari ruang emergency
(IGD) ke ruang / unit lain. Dari table diatas menunjukkan bahwa pada
bulan 23-30
SEPTEMBER 2021 tidak ada petugas yang melakukan komunikasi efektif
Berdasarkan hasil data 23-30 SEPTEMBER 2021 di dapatkan data kepatuhan
petugas melakukan komunikasi efektif dengan menerapkan prosedur SBAR timbang
terima pasien dalam keperawatan dari ruang emergency (IGD) ke ruang/unit lain
mencapai 100%.
Tabel 37 Angka kepatuhan petugas melakukan komunikasi efektif dengan SBAR timbang
terima pasien dalam keperawatan dari ruang emergency (IGD) ke ruang / unit lain

Bulan N D Prosentase (%)


September 66 66 100
Sumber: Data Sekunder (2021)
9. Indikator Clinical KPIs
Berdasarkan Hasil data 23-30 SEPTEMBER 2021 didapatkan data kelengkapan
asesmen awal medis dalam 24 jam pada pasien rawat inap pada bulan 23-30
september 2021 berkisar 100%.
Tabel 38 Kelengkapan Assesmen Awal Medis Dalam 24 Jam Pada Pasien Rawat Inap

Bulan N D Prosentase (%)


September 66 66 100

Sumber: Data Sekunder Rekapitulasi Administrasi Ruang NERs 1 (2021)

10. Kelengkapan Assesmen Awal Keperawatan Dalam 24 Jam pada Pasien Rawat
Inap
Berdasarkan Hasil data 23-30 SEPTEMBER 2021 didapatkan data kelengkapan
assesmen awal keperawatan dalam 24 jam pada pasien rawat inap pada 23-30
SEPTEMBER 2021 berkisar 96%.
Tabel 39 Kelengkapan Assesmen Awal Keperawatan Dalam 24 Jam pada Pasien Rawat Inap

Bulan N D Presentase (%)


September 66 66 100
Sumber: Data Sekunder Rekapitulasi Administrasi Ruang NERS (2021)
11. Kepatuhan petugas dalam pengkajian kebutuhan, informasi, edukasi, privasi
pasien dan keluarga
Berdasarkan Hasil data 23-30 September 2021 didapatkan data kepatuhan
petugas dalam pengkajian kebutuhan, informasi, edukasi, privasi pasien dan
keluarga pada bulan september adalah 100%.
Tabel 40 kepatuhan petugas dalam pengkajian kebutuhan, informasi, edukasi, privasi pasien
dan keluarga

Bulan N D Prosentase (%)


September 66 66 100
Sumber: Data Sekunder Rekapitulasi Administrasi Ruang NERS 1 (2021)
2.3 Analisis SWOT
2.3.1 Ketenagaan (M1-Man)
Analisa SWOT
M1 (MAN)
No. KETENAGAAN BOBOT RATING BOBOT x RATING
Faktor Strategis Internal (IFAS)
STRENGTH
1. Jenis Ketenagaan 0,25 4 1 S-W =
S1 Keperawatan : 4 2,65-2,3=
D3 Keperawatan : 9 0,35
2. Struktur organisasi sudah baik 0,15 3 0,45
3. 76,92% perawat merasa puas 0,1 3 0,3
terhadap jobdisk yang mereka
kerjakan
4. Perawat memiliki masa kerja lebih 0,1 2 0,2
dari 5 tahun sebanyak 6 perawat.
5. Seluruh perawat telah mengikuti 0,05 2 0,1
pelatihan kegawat daruratan.
6. Berdasarkan hasil kuesioner 0,25 2 0,5
QNWL sebanyak 13 perawat
100%) menyatakan perawat
mendapatkan fasilitas dan
fleksibilitas yang cukup untuk
bekerja
7. Sebagian besar perawat sebanyak 0,1 1 0,1
10 perawat (76,92% %)
menyatakan tidak merasakan
tekanan yang berlebihan saat
bekerja dan menyatakan kondisi
pekerjaan memuaskan
TOTAL 1 2,65
WEAKNESS
1. Jumlah perawat tidak sesuai 0,5 3 1,5
dengan jumlah pasien dimana
seharusnya untuk RS tipe C rasio
perawat dan pasien 2:3.
2 BOR selama dilakukan pengkajian 0,3 2 0,6
hari lebih dari 100%.
3. Beban kerja perawat berdasarkan 0,2 1 0,2
metode time and motion study yaitu
81,2% (kategori tinggi)
TOTAL 1 2,3
OPPORTUNITY
1. Adanya kebijakan Rumah sakit 0,5 4 2 O-T=
untuk perawat mendapatkan tugas 3,5-2,7=
belajar, kesempatan pelatihan dan 0,8
melanjutkan pendidikan.
2. Adanya kebijakan pemerintah 0,2 3 0,6
tentang profesi perawat.
3. Adanya program akreditasi KARs 0,3 3 0,9
dimana MAKP merupakan salah
satu penilaian
TOTAL 1 3,5
THREATENED
1. Tuntutan masyarakat tentang 0,4 3 1,2
perawatan professional.
2. Persaingan RS yang semakin tinggi 0,3 2 0,6
3. Terbatasnya kuota perawat yang 0,3 3 0,9
dapat melanjutkan pendidikan.
TOTAL 1 2,7

2.3.2 Sarana Dan Prasarana (M2-Material)


Analisa SWOT
M2 (MATERIAL)
No. SARANA DAN PRASARANA BOBOT RATING BOBOT x RATING
Faktor Strategis Internal (IFAS)
STRENGTH
1. Sarana dan prasarana bagi pasien 0,35 3 1,05 S-W =
dan tenaga kesehatan berfungsi 2,75-2,5=
dengan baik dan memenuhi 0,25
standar.
2. Terdapat peralatan yang 0,4 3 1,2
mendukung dalam melakukan
tindakan asuhan keperawatan.
3. Kalibrasi dan maintenance alat 0,25 2 0,5
telah berjalan sesuai program
TOTAL 1 2,75
WEAKNESS
1. Jumlah alat kesehatan yang terbatas 0,3 2 0,6
2 Beberapa alat kesehatan belum 0,5 3 1,5
tersedia diantaranya vena seksi, x-
ray viewer, foto viewer, vena
viewer, troly emergency
3. Pengembalian alat-alat yang telah 0,2 2 0,4
digunakan tidak dikembalikan lagi
sesuai tempat.
TOTAL 1 2,5
OPPORTUNITY
1. Adanya kesempatan dalam hal 0,3 4 1,2 O-T
perawatan dan perbaikan sarana = 3,4-2,8
dan prasarana serta alat kesehatan = 0,6
yang rusak.
Adanya kesempatan mengajukan 0,3 3 0,9
penambahan alat yang jumlahnya
tidak memenuhi standar minimal
dan pengadaan alat yang belum
tersedia.
Adanya kesempatan untuk 0,2 3 0,9
memperbaiki ruangan.
Adanya kesempatan perawat untuk 0,2 2 0,4
mengikuti pelatihan tentang
penggunaan teknologi yang baru.
TOTAL 1 3,4
THREATENED
1. Adanya perkembangan teknologi 0,5 3 1,5
dalam bidang kesehatan yang
semakin pesat.
2. Adanya tuntutan tinggi dari 0,3 3 0,9
masyarakat untuk melengkapi
sarana dan prasarana.
3. Adanya peningkatan harga alat 0,2 2 0,4
medis
TOTAL 1 2,8

2.3.3 Metode (M3-Methode)


Analisa SWOT
M3 (METHOD)
No. MAKP BOBOT RATING BOBOT x RATING
Faktor Strategis Internal (IFAS)
STRENGTH
1. RS memiliki visi, misi, dan motto 0,25 3 0,75 S-W =
sebagai acuan melaksanakan 2,65-2,5=
kegiatan pelayanan. 0,15
2. Sudah ada model asuhan 0,25 3 0,75
keperawatan yang digunakan yaitu
MAKP tim
3. Semua perawat mengetahui model 0,15 3 0,45
MAKP tim yang diterapkan
4. Terdapat susunan organisasi dalam 0,15 2 0,3
MAKP tim sesuai dengan kondisi
ruangan
5. Terjalinnya komunikasi efektif 0,20 2 0,4
antara ketua tim dan perawat
pelaksana
TOTAL 1 2,65
WEAKNESS
1. Pembagian tugas antara ketua tim 0,5 3 1,5
dengan perawat pelaksana masih
tumpang tindih
2 Jumlah perawat tiap shift masih 0,5 3 1,0
sedikit
TOTAL 1 2,5
OPPORTUNITY
1. Dengan adanya kebijakan Rumah 1 3 3 O-T = 3-
sakit untuk perawat mendapatkan 2,3= 0,7
beasiswa, kesempatan pelatihan
dan melanjutkan pendidikan yang
dapat menunjang MAKP Tim
TOTAL 1 3
THREATENED
1. Adanya tuntutan yang lebih tinggi 0,3 3 0,9
dari masyarakat untuk
mendapatkan pelayanan
keperawatan yang profesional.
2. Hukum dan peraturan tentang 0,4 2 0,8
profesionalisme perawat semakin
banyak.
3. Adanya kemajuan teknologi 0,3 2 0,6
sehingga memudahkan keluarga
klien mendokumentasikan setiap
tindakan perawat.
TOTAL 1 2,3

Analisa SWOT
M3 (METHOD)
No. TIMBANG TERIMA BOBOT RATING BOBOT x RATING
Faktor Strategis Internal (IFAS)
STRENGTH
1. Timbang terima selalu dilakukan 0,30 4 1,2 S-W
dalam setiap pergantian shift yaitu =2,95-2,5
pagi, sore, dan malam. = 0,45
2. Kepala ruangan memimpin 0,15 3 0,45
kegiatan timbang terima setiap pagi
dan siang.
3. Proses timbang terima 0,20 3 0,60
menggunakan metode SBAR
termasuk timbang terima antar unit
4. Ada interaksi dengan pasien saat 0,20 2 0,40
timbang terima berlangsung.
5. Semua perawat hadir dalam proses 0,15 2 0,30
timbang terima
TOTAL 1 2,95
WEAKNESS
1. Waktu untuk bed side report 0,5 3 1,5
terkesan cepat karena banyak nya
pasien yang di ruangan
2 Belum adanya buku timbang terima 0,5 2 1,0
TOTAL 1 2,5
OPPORTUNITY
1. Kebijakan RS tentang timbang
terima.
0,5 4 2,0 O-T
= 3,5-2,5
2. Adanya mahasiswa S1 0,25 3 0,75 = 1,0
keperawatan yang praktik profesi /
ners
3. Adanya kerja sama yang baik 0,25 3 0,75
antara mahasiswa S1 Keperawatan
yang praktik dengan perawat
ruangan.
TOTAL 1 3,5
THREATENED
1. Adanya kepercayaan yang tinggi 0,5 3 1,5
kepada perawat sehingga
memberikan tuntutan yang lebih
tinggi dari pasien/keluarga pasien
untuk mendapatkan pelayanan
keperawatan yang profesional.
2. Meningkatnya kesadaran 0,5 2 1,0
masyarakat tentang tanggung
jawab dan tanggung gugat perawat
sebagai pemberian asuhan
keperawatan
TOTAL 1 2,5

Analisa SWOT
M3 (METHOD)
No. RONDE KEPERAWATAN BOBOT RATING BOBOT x RATING
Faktor Strategis Internal (IFAS)
STRENGTH
1. Semua perawat (100%) perawat 0,5 4 2 S-W
menyatakan mengetahui adanya =3,5-3,0
ronde keperawatan. = 0,5
2. Bidang perawatan dan ruangan 0,3 3 0,9
mendukung adanya kegiatan ronde
keperawatan
3. Adanya kegiatan MDR yang 0,2 3 0,6
difasilitasi oleh case manager
untuk membahas kasus-kasus
tertentu
TOTAL 1 3,5
WEAKNESS
1. Ronde keperawatan belum 0,6 3 1,8
dilaksanakan secara rutin
2 Studi kasus pada MDR tidak fokus 0,4 3 1,2
pada masalah keperawatan
TOTAL 1 3
OPPORTUNITY
1. Adanya kesempatan kepala 1 4 4 O-T
ruangan untuk mengadakan ronde = 4-3,5
keperawatan pada perawat = 0,5
TOTAL 1 4
THREATENED
1. Adanya tuntutan dari masyarakat 0,5 4 2
yang lebih tinggi untuk
mendapatkan pelayanan yang
profesional.
2. Meningkatnya kesadaran 0,5 3 1,5
masyarakat tentang tanggung
jawab dan tanggung gugat perawat
sebagai pemberi asuhan
keperawatan.
TOTAL 1 3,5

Analisa SWOT
M3 (METHOD)
No. SENTRALISASI OBAT BOBOT RATING BOBOT x RATING
Faktor Strategis Internal (IFAS)
STRENGTH
1. Sistem sentralisasi obat 0,25 4 1 S-W
menggunakan Unit Dose =3,25-2,5
Dispensing (UDD) untuk obat oral = 0,75
dan One Day Dose (ODD) untuk
obat injeksi dan cairan
2. Sudah dilakukan pemberian obat 0,20 4 0,8
dengan sistem doublecheck.
3. Tersedianya sarana dan prasarana 0,20 3 0,6
untuk pengelolaan sentralisasi obat
(tempat khusus).
4. Ada lembar pendokumentasian 0,15 3 0,45
obat (oral dan parenteral) yang
diterima di setiap status pasien
(medication chart).
5. Tersedianya pemberian etiket pada 0,15 2 0,30
obat-obat pasien.
6. Adanya sisten pengembalian obat 0,05 2 0,10
ke depo farmasi bagi obat yang
sudah di stop atau obat tersisa
karena pasien pulang atau
meninggal
TOTAL 1 3,25
WEAKNESS
1. Bila butuh obat yang segera 0,5 3 1,5
diberikan masih menunggu dikirim
oleh tenaga teknis kefarmasian atau
harus mengambil sendiri ke farmasi
2 Kejadian obat yang belum 0,5 2 1,0
dikembalikan saat pasien pulang
masih terjadi
TOTAL 1 2,5
OPPORTUNITY
1. Adanya sosialisasi tentang 0,5 4 2 O-T
sentralisasi obat kepada perawat = 3,5-2,5
terutama perawat baru =1
2. Adanya kerja sama yang baik 0,5 3 1,5
antara perawat dalam double check
terutama obat high alert
TOTAL 1 3,5
THREATENED
1. Adanya tuntutan pasien untuk 0,5 2 1
mendapatkan pelayanan yang
profesional.
2. Makin tingginya kesadaran 0,5 3 1,5
masyarakat akan hukum.
TOTAL 1 2,5

Analisa SWOT
M3 (METHOD)
No. SUPERVISI BOBOT RATING BOBOT x RATING
Faktor Strategis Internal (IFAS)
STRENGTH
1. Kepala ruang mendukung adanya 0,5 4 2,0 S-W=
supervisi, sudah ada SOP 3,30-2,5
pelaksanaan dan instrument =0,8
supervisi
2. Ketua tim juga dapat melakukan 0,3 3 0,90
supervisi kepada perawat pelaksana
baik langsung maupun tidak
langsung
3. Supervisi tidak langsung yang 0,20 2 0,40
dilakukan oleh kepala ruangan
dapat rutin dilakukan dalam 1
bulan sekali melalui kelengkapan
rekam medis pasien
TOTAL 1 3,30
WEAKNESS
1. Kesulitan dalam menentukan 0,5 3 1,5
jadwal supervisi sehingga supervisi
tidak dapat dilakukan rutin
2 Ketua tim tidak dapat melakukan 0,5 2 1,0
supervisi kepada perawat pelaksana
karena kondisi di ruangan yang
sibuk
TOTAL 1 2,5
OPPORTUNITY
1. Hasil supervisi keperawatan dapat 0,5 3 1,5 O-T
digunakan sebagai pedoman untuk 2,5-2=0,5
menilai kinerja perawat.
2. Adanya kebijakan RS tentang 0,5 2 1,0
pengembangan profesionalisme
keperawatan.
TOTAL 1 2,5
THREATENED
1. Tuntutan pasien sebagai konsumen 1 2 2
untuk mendapatkan pelayanan
yang profesional setiap saat.
TOTAL 1 2

Analisa SWOT
M3 (METHOD)
No. PENERIMAAN PASIEN BARU BOBOT RATING BOBOT x RATING
Faktor Strategis Internal (IFAS)
STRENGTH
1. Saat penerimaan pasien baru 0,3 4 1,2 S-W=
perawat sudah melakukan 3,30-2,5
memperkenalkan dokter yang =0,8
merawat, perawat yang
bertanggungjawab dan bertugas
dalam shift tersebut, aturan rumah
sakit dan ruangan, fasilitas yang
ada, serta menjelaskan hak dan
kewajiban pasien
2. Terdapat SOP dalam penerimaan 0,3 3 0,90
pasien baru
3. Semua perawat memahami proses 0,25 3 0,75
penerimaan pasien baru.
4. Semua perawat setelah selesai 0,10 2 0,20
melakukan Penerimaan Pasien
Baru melakukan
pendokumentasian.
5. Semua perawat menyatakan 0,05 2 0,10
penerimaan pasien baru dilakukan
secara lisan dan tertulis
TOTAL 1 3,55
WEAKNESS
1. Belum ada welcome book di 0,4 4 1,6
ruangan
2 Jumlah brosur/leaflet saat 0,3 3 0,9
melakukan penerimaan pasien baru
masih terbatas
3. Pembagian tugas dalam 0,3 2 0,6
penerimaan pasien baru masih
belum berjalan optimal
TOTAL 1 3,5
OPPORTUNITY
1. Adanya mahasiswa S1 1 3 3 O-T
keperawatan yang melakukan =3-2,5=0,5
praktik profesi sehingga dapat
membantu tugas perawat
TOTAL 1 3
THREATENED
1. Ada tuntutan tinggi dari 0,5 3 1,5
masyarakat untuk meningkatkan
pelayanan kesehatan.
Tidak patuhnya keluarga pasien 0,5 2 1,0
tentang peraturan pembatasan
jumlah penunggu pasien.
TOTAL 1 2,5

Analisa SWOT
M3 (METHOD)
No. DISCHARGE PLANNING BOBOT RATING BOBOT x RATING
Faktor Strategis Internal (IFAS)
STRENGTH
1. Discharge planning sudah 0,25 4 1 S-W =
dilakukan mulai pasien masuk 2,90–2,60
rumah sakit, selama dilakukan =0,30
perawatan dan saat pasien akan
keluar dari rumah sakit.
2. Discharge planning yang 0,20 3 0,60
dilakukan saat pasien akan KRS
meliputi informasi terkait jadwal
kontrol, perawatan dirumah,
anjuran pola makan, dan anjuran
untuk segera mencari pelayanan
kesehatan ketika timbul tanda dan
gejala penyakit
3. Discharge planning yang dilakukan 0,20 3 0,60
saat pasien pertama kali masuk
yaitu informasi mengenai
penyakitnya, tindakan medis yang
akan dilakukan, rehabilitasi,
penjelasan komplikasi yang
mungkin terjadi, dan pengobatan.
4. Tersedianya media social sebagai 0,20 2 0,40
sarana informasi dan dapat melihat
jawdal kontrol di media social
seperti website, facebook,
instagram, dan pendaftaran melalui
aplikasi online.
5. Pelaksanaan discharge planning 0,15 2 0,3
sudah terdokumentasikan di rekam
medis pasien,
TOTAL 1 2,90
WEAKNESS
1. Belum ada pembagian tugas yang 0,6 3 1,8
spesifik untuk discharge planning
2 Jumlah brosur/ leaflet saat 0,4 2 0,8
melakukan discharge planning
TOTAL 1 2,60
OPPORTUNITY
1. Adanya kemauan pasien dan 1 3 3 O-T =
keluarga terhadap anjuran perawat 3,0-2,5
tentang perawatan pasien ketika = 0,5
pulang.
TOTAL 1 3
THREATENED
1. Masyarakat semakin sadar akan 0,5 3 1,5
pentingnya kesehatan.
2. Tuntutan yang tinggi dari 0,5 2 1,0
masyarakat untuk melaksanakan
pelayanan keperawatan yang
profesional
TOTAL 1 2,5

Analisa SWOT
M3 (METHOD)
DOKUMENTASI
No. BOBOT RATING BOBOT x RATING
KEPERAWATAN
Faktor Strategis Internal (IFAS)
STRENGTH
1. Tersedianya sarana dan prasarana 0,30 4 1,20 S-W =
dokumentasi untuk tenaga 3,05-3=0,05
kesehatan (sarana administrasi
penunjang).
2. Format pendokumentasian sudah 0,25 3 0,75
menggunakan format SOAP
3. Dokumentasi yang digunakan 0,20 3 0,60
memudahkan perawat.
4. Perawat segera menuliskan semua 0,15 2 0,30
tindakan yang telah dilakukan

54
5. Format diagnosis keperawatan, 0,10 2 0,20
intervensi, dan implementasi
terintegrasi dalam catatan
perkembangan pasien terintegrasi
(CPPT)
TOTAL 1 3,05
WEAKNESS
1. Belum tersedia buku dokumentasi 1 3 3,0
keperawatan timbang terima
sebagai administrasi penunjang.
TOTAL 1 3,0
OPPORTUNITY
1. Adanya pelatihan dan seminar 0,6 3 1,8 O-T =
tentang dokumentasi keperawatan. 2,6-2,5= 0,1
2. Adanya dukungan manajemen RS 0,4 2 0,8
untuk meningkatkan sistem
pendokumentasian.
TOTAL 1 2,6
THREATENED
1. Persaingan RS dalam memberikan 0,5 3 1,5
pelayanan keperawatan.
2. Tingkat kesadaran masyarakat 0,5 2 1,0
(pasien dan keluarga) akan
tanggungjawab dan tanggung gugat
TOTAL 1 2,5

2.3.4 Pembiayaan dan Billing (M4-Money)


Analisa SWOT
M4 (MONEY)
No. PEMBIAYAAN DAN BILLING BOBOT RATING BOBOT x RATING
Faktor Strategis Internal (IFAS)
STRENGTH
1. Sebagian besar pembiayaan 0,2 2 0,4 S-W =
ruangan dan pelatihan petugas 2,2-2=0,2
tuangan berasal dari Rumah Sakit
Universitas Airlangga
2. Pegawai dengan status 0,3 3 0,9
kepegawaian PNS (Pegawai Negeri
Sipil) mendapatkan gaji dari APBN
(Anggaran Belanja Pendapatan
Negara)
3. Pegawai dengan status Non PNS 0,3 3 0,9
atau honorer mendapatkan gaji dari
penghasilan RS ’Aisyiyah Siti
Fatimah Tulangan Sidoarjo
TOTAL 1 2,2
WEAKNESS
1. Tidak ditemukan masalah 1 2 2

55
TOTAL 1 2
OPPORTUNITY O-T =
1. Biaya operasional sebagian besar 1 3 3 3-3=0
ditanggung oleh rumah sakit
TOTAL 1 2,63
THREATENED
1. Adanya tuntutatn dari masyarakat 0,5 3 1,5
untuk mendapatkan pelayanan yang
professional
2. Persaingan dengan rumah sakit lain 0,5 3 1,5
yang sama-sama melayani pasien
BPJS
TOTAL 1 3

2.3.5 Kualitas Pelayanan Keperawatan (M5-Mutu)


Analisa SWOT
M5 (METHOD)
No. MUTU BOBOT RATING BOBOT x RATING
Faktor Strategis Internal (IFAS)
STRENGTH
1. Sasaran keselamatan pasien secara 0,17 4 0,68 S-W =
umum tercapai dengan baik 2,68-0,8
2. AvLOS di ruang Ners 1 0,15 3 0,45 = 1,8
3. Kelengkapan asesmen awal 0,17 4 0,68
keperawatan dalam 24 jam
4. Komunikasi efektif dengan 0,13 3 0,39
menerapkan prosedur SBAR
timbang terima
5. Komunikasi TBAK 0,16 3 0,48
TOTAL 1 2,68
WEAKNESS
1. Tidak ada buku khusus timbang 0,2 4 0,8
terima, catatan timbang terima
langsung di RM
TOTAL 0,2 0,8
OPPORTUNITY
1. Adanya kesempatan bagi perawat 0,44 3 0,79 O-T =
untuk meningkatkan keilmuan dan 2,63-1,33
skill = 1,3
2. Rumah Sakit telah terakreditasi 0,46 4 1,84
SNARS
TOTAL 1 2,63
THREATENED
1. Adanya peningkatan standar 0,23 3 0,69
masyarakat yang harus dipenuhi
2. Adanya persaingan antara RS 0,19 2 0,38
3. Masyarakat yang lebih kritis 0,13 2 0,26
TOTAL 1 1,33
2.4 Diagram Layang

Y-Values
2
1.8
1.6
1.4
1.2 M5, 1.8, 1.3
1 TT, 0.45SO, 1,
0.75, 1
0.8 M1,
MAKP, 0.35, 0.8
0.15, 0.7
Axis Title

0.6 M2,
DP,0.25, 0.6
0R.3o,n0d.e5,PS0uP.pB5e,
0.4 r0v.i85s,i 0..58, 0.5
0.2
0 D, 0.05, 0.1 0
M4, 0.2,
-2 -1.8 -1.6 -1.4 -1.2 -1 -0.8 -0.6 -0.4 --00..22 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 2 Y-Values
-0.4
-0.6
-0.8
-1
-1.2
-1.4
-1.6
-1.8
-2
Axis Title

Gambar 10 Diagram Layang di Ruang Rawat Inap Dewasa Ners 1 Rs ‘Aisyiyah Siti Fatimah Tulangan
Sidoarjo

Keterangan:
M1: 0,35 0,8
M2: 0,25 0,6
MAKP: 0,15 0,7
TT: 0,45 1,0
Ronde: 0,5 0,5
Sentralisasi obat: 0,75 1,0
Supervisi: 0,8 0,5
PPB: 0,8 0,5
DP: 0,30 0,5
Dokumentasi: 0,05 0,1
M4: 0,2 0
M5: 1,8 1,3
2.5 Indentifikasi Masalah
M1-MAN
No. Masalah Penyebab Penangung Jawab
1. Identifikasi pelatihan perawat Belum pernah ada Hendra Nasrija,
belum dilakukan secara identifikasi pelatihan S.Kep., Ns
optimal terkait pelatihan apa yang pernah dilakukan
saja yang diikuti oleh perawat sebelumnya
ruangan
M2-MATERIAL
No. Masalah Penyebab Penangung Jawab
1. Peralatan untuk perawatan Usulan pengadaan alat Hendra Nasrija,
pasien belum lengkap kesehatan S.Kep., Ns
membutuhkan waktu
yang lama
M3-METHOD
No. Masalah Penyebab Penangung Jawab
1. MAKP Beberapa SDM Martha Oktavia
MAKP Tim selama pandemi ditugaskan di ruang Setyaningrum,
kurang maksimal COVID (kekurangan S.Kep., Ns
SDM)
2. TIMBANG TERIMA Proses timbang terima Martha Oktavia
Belum ada buku khusus hanya di catat di rekam Setyaningrum,
timbang terima medis pasien dan belum S.Kep., Ns
dilakukan metode
SBAR pada semua
pasien saat timbang
terima.
3. RONDE KEPERAWATAN Adanya keterbatasan Martha Oktavia
Ronde keperawatan belum waktu dan jumlah Setyaningrum,
tentu dilakukan setiap bulan tenaga kesehatan untuk S.Kep., Ns
melakukan ronde
keperawatan
4. SENTRALISASI OBAT - Martha Oktavia
Tidak ditemukan masalah Setyaningrum,
S.Kep., Ns
5. SUPERVISI Beban kerja kepala Martha Oktavia
Supervisi sudah berjalan ruangan lebih tinggi Setyaningrum,
namun tidak rutin dilakukan dari sebelum pandemi S.Kep., Ns
dan jadwal tidak menentu
6. PENERIMAAN PASIEN Perawat dalam Martha Oktavia
BARU menerima dan Setyaningrum,
Penggunaan welcome mengorientasikan ke S.Kep., Ns
book/leaflet/booklet belum ada pasien dengan
dalam penyampaian saat menggunakan form
orientasi pasien baru PPB kemudian
Memilah form yang
dikeluarkan dari rekam

58
medik serta diisi
lengkap : yang meliputi
Form pengkajian, form
kie, form discharge
planning
7. DISCHARGE PLANNING Tidak ada Martha Oktavia
Tidak ditemukan masalah Setyaningrum,
S.Kep., Ns
8. DOKUMENTASI Tidak ada Martha Oktavia
KEPERAWATAN Setyaningrum,
Tidak ditemukan masalah S.Kep., Ns
M4-MONEY
No. Masalah Penyebab Penangung Jawab
Silvia Farhanidiah,
1. Tidak ditemukan masalah tidak ada
S.Kep., Ns
M5-MUTU
No. Masalah Penyebab Penangung Jawab
1. Kepuasan pasien terhadap Pendidikan pelatihan Kritis Ardiansyah
pelayanan kesehatan di terkait service excellent Safitri, S.Kep.,Ns
rumah sakit tidak dilakukan selama 2
tahun ini
2. Pengumpulan indikator Keterlambatan Kritis Ardiansyah
mutu keperawatan pengumpulan indikator Safitri, S.Kep.,Ns
mutu disebabkn karena
Pasien atau pekerjaan
yang overload

3. Kepatuhan cuci tangan Kesadaran petugas Kritis Ardiansyah


kesehatan dalam Safitri, S.Kep.,Ns
melakukan cuci tangan
secara individu
berbeda-beda,
Petugas kesehatan lupa
melakukan cuci tangan

59
PERENCANAAN
3.1 Pengorganisasian

Keefektifitasan pelaksanaan Model Asuhan Keperawatan Profesional


(MAKP) dalam menentukan kebijakan-kebijakan internal yang bersifat umum dapat
dilakukan oleh kelompok dengan cara menyusun struktur organisasi sebagai
berikut:

Ketua : Kritis Ardiansyah Safitri, S.Kep., Ns


Sekretaris dan Bendahara : Silvia Farhanidiah, S.Kep., Ns
Penanggung Jawab Kegiatan
1. MAKP : Hendra Nasrija, S.Kep., Ns
2. Penerimaan pasien baru : Silvia Farhanidiah, S.Kep., Ns
3. Supervisi : Martha Oktavia Setyaningrum, S.Kep., Ns
4. Timbang terima : Kritis A Ardiansyah Safitri, S.Kep., Ns
5. Ronde keperawatan : Hendra Nasrija, S.Kep., Ns
6. Discharge planning : Silvia Farhanidiah, S.Kep., Ns
7. Dokumentasi : Martha Oktavia Setyaningrum, S.Kep., Ns
8. Sentralisasi obat : Kritis A Ardiansyah Safitri, S.Kep., Ns
Adapun dalam pengelolaan ruang rawat maka dibentuk pengorganisasian dalam
pembagian peran sebagai berikut:
1. Kepala Ruangan/Nursing Unit Manager (NUM)
2. Ketua TIM (KATIM)
3. Perawat Pelaksana/Associate Nurse (AN)

3.2 M3
3.2.1 MAKP
A. Latar Belakang
Manajemen keperawatan merupakan suatu proses bekerja dengan
melibatkan anggota keperawatan dalam memberikan Asuhan Keperawatan
Profesional. Pemberian pelayanan keperawatan dan tuntutan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, maka metode sistem pemberian asuhan
keperawatan harus efektif dan efisien. Hal ini merupakan fenomena yang

60
harus segera direspon oleh perawat. Perawat sebagai tenaga kesehatan
harus

61
mengevaluasi keinginan dan tuntutan dari masyarakat demi meningkatkan
mutu pelayanan professional keperawatan. Peningkatan mutu tidak hanya
berpaku pada tenaga kesehatan semata, tetapi juga fasilitas dan faktor-faktor
lain yang mendukung peningkatan mutu pelayanan kesehatan (Nursalam,
2015). Pelayanan keperawatan secara profesional diharapkan mampu
menyelesaikan tugasnya dalam memberikan asuhan keperawatan untuk
meningkatkan derajat kesehatan pasien menuju ke arah kesehatan yang
optimal (Nursalam, 2015). Metode tim merupakan suatu metode pemberian
asuhan keperawatan dimana seorang perawatprofesional memimpin
sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatankelompok klien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif
(Douglas, 1984). Model tim didasarkanpada keyakinan bahwa setiap
anggota kelompok mempunyai kontribusi dalam merencanakan
danmemberikan asuhan keperawatan sehingga timbul motivasi dan rasa
tanggung jawab perawat yangtinggi sehingga diharapkan mutu asuhan
keperawatan meningkat. Menurut Kron & Gray (1987) pelaksanaan model
tim harus berdasarkan konsep berikut:
1. Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan tehnik
kepemimpinan.
2. Komunikasi yang efektif penting agar kontinuitas rencana keperawatan
terjamin.
3. Anggota tim menghargai kepemimpinan ketua tim.
4. Peran kepala ruang penting dalam model tim. Model tim akan berhasil
baik bila didukung oleh kepala ruang.

Gambar 11 Skema Organisasi Tim


B. Masalah
Pelaksanaan model tim yang diterapkan masih memiliki hambatan yaitu
dalam bidang SDM (Sumber Daya Manusia). Jumlah tenaga perawat yang
masih sedikit pada setiap shiftnya, sedangkan jumlah pasien tidak seimbang.
Masing-masing ketua tim (Katim) dibantu oleh 2 orang perawat pelaksana.
Karena SDM yang jumlahnya masih terbatas menyebabkan pembagian tugas
antara dengan perawat pelaksana tumpang tindih. Berdasarkan hasil observasi
ketua tim (Katim) sekaligus bertindak sebagai perawat pelaksana pada hari
yang sama dengan memberi asuhan keperawatan langsung kepada pasien.
C. Tujuan
1) Tujuan umum
Perawat mampu menerapkan MAKP tim dengan baik di ruang Ners 1 RS
’Aisyiyah Siti Fatimah Tulangan Sidoarjo.
2) Tujuan khusus
a) Pelayanan keperawatan dilaksanakan sesuai pembagian tugas.
b) Pelaksanaan MAKP sesuai dengan pembagian tugas perawat.
c) Melakukan evaluasi dari pelaksanaan MAKP yang telah
direncanakan
D. Target
1) Penerapan MAKP berjalan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat.
2) Struktur MAKP terlaksana optimal.
3) Menerapkan MAKP tim sesuai dengan job description
E. Evaluasi
1) Struktur
a) Kepala ruangan, ketua tim dan perawat pelaksana terbentuk sesuai
MAKP Tim.
b) Organisasi struktur MAKP Tim tersusun dengan baik.
c) Tersedianya uraian tugas pokok dan fungsi sesuai struktur
organisasi.
2) Proses
a) Kepala ruangan membuat perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengawasan.
b) Ketua tim membuat perencanaan, membuat penugasan, supervisi dan
evaluasi, mengenal/ mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai
tingkat kebutuhan pasien, mengembangkan kemampuan anggota, dan
menyelenggarakan konferensi.
c) Perawat pelaksana memberikan asuhan keperawatan pada pasien
di bawah tanggung jawabnya, bekerjasama dengan anggota tim dan
antar tim, dan memberikan laporan.
3) Hasil
a) Kepala ruangan dapat melakukan MAKP Tim sesuai tupoksinya.
b) Ketua tim dan perawat pelaksana mampu mengerjakan tugasnya
masing-masing sesuai job description
F. Program Kerja
1) Rencana Strategis
a) Mendiskusikan bentuk dan penerapan model MAKP yang
dilaksanakan yaitu MAKP Tim
b) Sosialisasi kepada perawat tentang job description ketua tim dan
perawat pelaksana
c) Mengevaluasi hasil penerapan MAKP selama 2 minggu

3.2.2 Timbang Terima


A. Latar Belakang
Profesionalisme dalam pelayanan keperawatan dapat dicapai dengan
mengoptimalkan peran dan fungsi perawat, terutama pada peran dan fungsi
mandiri yang dilakukan oleh perawat (Nursalam, 2014). Hal ini dapat
diwujudkan dengan baik melalui komunikasi yang efektif antar sesama
perawat, maupun dengan tim kesehatan yang lain. Salah satu komunikasi
yang harus ditingkatkan keefektivitasannya adalah saat dilakukan pergantian
shift (timbang terima pasien). Alvarado, et al (2006) mengatakan bahwa
komunikasi berbagai informasi yang diberikan oleh perawat dalam pertukaran
shift yang lebih dikenal dengan timbang terima (handover) sangat
membantu dalam perawatan pasien.
Timbang terima pasien (operan) merupakan teknik atau cara untuk
menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan
keadaan pasien. Timbang terima pasien harus dilakukan seefektif mungkin
dengan menjelaskan secara singkat jelas dan komplit tentang tindakan
mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan/belum dan
perkembangan pasien saat itu. Informasi yang disampaikan harus akurat
sehingga kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan
sempurna. Timbang terima dilakukan oleh perawat primer ke perawat
penanggung jawab dinas sore atau dinas malam secara tulisan dan lisan
(Nursalam, 2014).
Timbang terima dilakukan di ruang perawat Ners 1 RS ’Aisyiyah Siti
Fatimah Tulangan Sidoarjo dilakukan pada setiap shift dan dihadiri oleh
seluruh perawat yang dinas setelah shift, dan perawat yang akan dinas shift
selanjutnya, bersama dengan kepala ruang. Di ruang Ners 1 tidak terdapat
buku timbang terima. Ketika perawat melakukan timbang terima langsung
menggunakan rekam medis pasien. Setelah dilakukan penyampaian/laporan
antar shift, staf berkeliling ke bed pasien sekaligus sebagai bed side report.
Selain itu dalam proses timbang terima juga disampaikan tentang sarana
prasarana kepada perawat shift selanjutnya.
B. Masalah
Di ruang Ners 1 tidak terdapat buku timbang terima
C. Tujuan
1) Tujuan umum
Menjaga kesinambungan informasi mengenai keadaan pasien dapat
dipertahankan pada setiap shift
2) Tujuan khusus
a) Menyampaikan kondisi dan keadaan pasien (data fokus)
b) Menyampaikan hal yang sudah atau belum dilakukan dalam asuhan
keperawatan kepada pasien.
c) Menyampaikan hal-hal yang penting yang harus ditindaklanjuti oleh
perawat shift berikutnya.
d) Menyusun rencana kerja untuk shift berikutnya
D. Target
Timbang terima dapat berjalan lebih optimal dengan memperhatikan
waktu pelaksanaan agar pemberian asuhan keperawatan tidak terhambat.
64
E. Evaluasi
1) Struktur
a) Menentukan penanggung jawab timbang terima
b) Menyusun teknik timbang terima
c) Menentukan materi timbang terima
d) Menyiapkan rekam medis pasien yang akan digunakan dalam
timbang terima
e) Mempersiapkan buku laporan
2) Proses
a) Melakukan timbang terima bersama kepala ruangan dan perawat
pada setiap pergantian shift
b) Timbang terima dipimpin oleh kepala ruangan atau ketua tim bila
kepala ruangan tidak dapat hadir
c) Timbang terima dihadiri oleh seluruh staf pada shift yang telah
selesai dan shift selanjutnya
d) Timbang terima dilaksanakan di ruang perawat dengan pelaporan
tiap pasien
e) Menjelaskan masalah yag berfokus pada masalah keperawatan
3) Hasil
a) Seluruh perawat tidak kesulitan dalam mendokumentasikan laporan
timbang terima.
b) Perawat mampu melakukan timbang terima sesuai dengan konsep
SBAR
c) Perawat dapat mengikuti perkembangan pasien
d) Dapat meningkatkan kemampuan dan komunikasi antar perawat
e) Menjalin hubungan kerjasama yang bertanggung jawab antar perawat
f) Pelaksanaan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan
berkesinambungan
F. Program Kerja
1) Rencana strategis
a) Menentukan penanggung jawab timbang terima
b) Menyusun format timbang terima serta petunjuk teknis pengisianya
c) Timbang terima dapat dilakukan secara lisan atau tertulis
d) Melaksanakan timbang terima bersama dengan ketua tim dan staf
keperawatan
e) Dilaksanakan pada setiap pergantian shift
f) Dipimpin oleh kepala ruangan atau ketua tim
g) Diikuti oleh seluruh staf pada shift yang telah selesai dan shift
selanjutnya
h) Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematis, atau
menggambarkan kondisi saat ini dengan tetap menjaga kerahasiaan
pasien melalui buku laporan timbang terima
i) Timbang terima harus berorientasi pada permasalahan pasien,
rencana tindakan dan perkembangan kesehatan pasien pada konsep
SBAR
j) Perawat yang akan berdinas melakukan validasi ke pasien
k) Berdiskusi dan mendokumentasikan hasil timbang terima pasien

3.2.3 Ronde Keperawatan


A. Latar Belakang
Ronde keperawatan adalah suatu metode dalam pelayanan keperawatan
yang berguna untuk meningkatkan pelayanan kepada pasien dan memberikan
masukan kepada perawat tentang asuhan keperawatan yang dilakukan
(Simamora et al, 2017). Ronde keperawatan memungkinkan perawat untuk
melakukan hubungan timbal balik dengan pasien secara teratur dan sistematis
untuk menunjukkan keberadaan perawat dalam membantu mengantisipasi
kebutuhan dan memberikan kenyamanan serta perlindungan bagi pasien
(Clement, 2011). Ronde keperawatan merupakan strategi yang efektif dalam
memulai banyak perubahan dalam aspek perawatan terutama meningkatkan
komunikasi di antara anggota tim terkait interaksi antar perawat (Huber, 2000
dalam Simamora et al, 2017). Ronde keperawatan yang dilakukan
berkelanjutan diharapkan dapat meningkatkan kemampuan perawat ruangan
untuk lebih berpikir secara kritis dalam peningkatan perawatan secara
professional. Dengan pelaksanaan ronde keperawatan ini, juga akan terlihat
kemampuan perawat dalam melaksanakan kerja sama dengan tim kesehatan
yang lain guna untuk mengatasi masalah kesehatan yang terjadi pada klien
(Nursalam, 2018). Pada ruangan Ners 1 RS ’Aisyiyah Siti Fatimah Tulangan
Sidoarjo ronde keperawatan belum berjalan dengan optimal terutama 1 tahun
terakhir karena situasi pandemi COVID-9. Selain itu karena adanya
keterbatasan waktu dan jumlah tenaga kesehatan untuk melakukan ronde
keperawatan.
B. Masalah
Pelaksanaan ronde keperawatan belum berjalan dengan optimal
dikarenakan situasi pandemi COVID-19 dan juga keterbatasan waktu serta
jumlah tenaga kesehatan yang melakukan ronde keperawatan.
C. Tujuan
1) Tujuan umum
Perawat mampu menyelesaikan masalah pasien melalui ronde
keperawatan
2) Tujuan khusus
a) Menumbuhkan cara berpikir kritis dan sistematis
b) Meningkatkan kemampuan validasi data klien
c) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan
d) Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana
keperawatan.
e) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
berorientasi pada masalah klien.
f) Meningkatkan kemampuan justifikasi.
g) Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja
D. Target
Perawat mampu melaksanakan ronde keperawatan secara rutin dan
dengan baik.
E. Evaluasi
1) Struktur
a) Menentukan tim ronde keperawatan
b) Menyusun teknik ronde keperawatan
c) Menyusun proposal resume pasien
2) Proses
a) Membuka kegiatan ronde keperawatan
b) Menyampaikan resume pasien
c) Melakukan validasi ke pasien
d) Melakukan diskusi dengan dokter, ahli gizi, dan perawat konselor
e) Memberikan rekomendasi dan saran
3) Hasil
a) Menumbuhkan cara berpikir kritis dan sistematis
b) Meningkatkan kemampuan validasi data klien
c) Meningkatkan kemampuan
d) Menentukan diagnosis keperawatan
e) Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana keperawatan
f) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
berorientasi pada masalah klien.
g) Meningkatkan kemampuan justifikasi.
h) Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja
F. Program Kerja
1) Rencana strategi
a) Menentukan penanggung jawab ronde keperawatan
b) Menentukan pembentukan tim ronde keperawatan
c) Melaksanakan sosialisasi kepada perawat terutama tim ronde
keperawatan
d) Menentukan peserta ronde keperawatan dan memberikan informed
consent pada pasien atau keluarga pasien
e) Menentukan jadwal pelaksanaan ronde keperawatan
f) Melaksanakan penerimaan ronde keperawatan

3.2.4 Sentralisasi Obat


A. Latar Belakang
Pengelolaan obat atau sentralisasi merupakan salah satu fenomena yang
harus diperhatikan oleh perawat. Perhatian yang ada harus bersifat kondusif
dengan belajar banyak langkah-langkah konkrit dalam pelaksanaanya
(Nursalam, 2016). Obat merupakan salah satu program terapi yang sangat
menunjang proses kesembuhan pasien. Pengecekan terhadap penggunaan dan
konsumsi obat, sebagai salah satu peran perawat, perlu dilakukan suatu pola
atau alur yang sistematis sehingga Risiko kerugian baik secara material
maupun secara non material dapat dieliminasi. Kegiatan sentralisasi obat
meliputi pembuatan petunjuk strategi persiapan sentralisasi obat, persiapan
sarana yang dibutuhkan dan membuat petunjuk teknis penyelenggaraan
sentralisasi obat. Pengelolaan sentralisasi yang optimal merupakan salah satu
usaha untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.
B. Masalah
Pengoptimalan sentralisasi obat di ruangan Ners 1 RS ’Aisyiyah Siti
Fatimah Tulangan Sidoarjo dengan tidak ada lagi kejadian obat yang belum
dikembalikan saat pasien pulang masih terjadi.
C. Tujuan
1) Tujuan umum
Perawat dapat melakukan pengelolaan sentralisasi obat dan
mendokumentasikannya
2) Tujuan khusus
a) Mampu mengelola obat pasien.
b) Meningkatkan kepatuhan pasien terhadap program terapi.
c) Meningkatkan kepuasan pasien dan keluarga dalam pengelolaan
sentralisasi obat.
D. Target
1) Pelaksanaan pemberian obat tepat waktu sesuai anjuran
2) Dokumentasi sentralisasi obat dapat terlaksana dengan optimal
E. Evaluasi
1) Struktur
Menyusun teknik sentralisasi obat pasien baru bersama-sama dengan staf
keperawatan di ruangan Ners 1 RS ’Aisyiyah Siti Fatimah Tulangan
Sidoarjo. Persiapan format pemberian obat dengan tanda tangan pasien
atau keluarga sebagai penerima obat.
2) Proses
a) Melakukan sentralisasi obat dengan mengisi buku serah terima,
lembar serah terima, dan surat persetujuan sentralisasi obat untuk
pasien atau keluarga pasien
b) Pelaksanaan sentralisasi obat sesuai dengan alur yang telah ditentukan
3) Hasil
a) Perawat mampu melakukan sentralisasi obat sesuai dengan alur
sentralisasi obat.
b) Melaksanakan sentralisasi obat dengan mengisi buku serah terima,
lembar serah terima, dan surat persetujuan sentralisasi obat untuk
pasien atau keluarga pasien secara lengkap sesuai dengan format
yang ada.
F. Program Kerja
1) Rencana strategis
a) Penanggung jawab pengelolaan obat adalah koordinator ruangan
yang secara operasional dapat didelegasikan kepada staf yang
ditunjuk.
b) Melaksanakan sentralisasi obat pasien bekerjasama dengan perawat,
dokter, dan farmasi.
c) Menyusun check-list untuk pasien rencana pulang yang didalamnya
terdapat kelengkapan mengembalikan obat saat pasien pulang
d) Mendokumentasikan hasil pelaksanaan pengelolaan sentralisasi obat

3.2.5 Supervisi
A. Latar Belakang
Keselamatan pasien telah menjadi prioritas untuk layanan kesehatan di
seluruh dunia (Join Commission International, 2015; Cosway, Stevens, &
Panesar, 2012). Penerapan asuhan yang aman perlu dukungan, pembinaan dan
pengawasan melalui sistem berjenjang yang bertujuan untuk memastikan
pelaksanaan dan melaporkan perkembangan standar yang telah ditetapkan dan
diimplementasikan guna menjamin pelayanan yang bermutu (Kemenkes RI,
2010). Monitoring dan evaluasi dalam kegiatan supervisi oleh tim KPRS
(Keselamatan Pasien Rumah Sakit) secara periodik merupakan solusi untuk
meningkatkan kepatuhan pelaksanaan dalam membangun dan membudayakan
keselamatan pasien (Tulus H et al., 2015) terutama oleh perawat pelaksana
(Saraswati, 2014).
Supervisi merupakan bagian fungsi manajemen yang berperan untuk
mempertahankan agar segala kegiatan yang diprogramkan dapat dilaksanakan
dengan benar dan lancar (Suarli et al, 2010 dalam Surahmat et al, 2019).
Supervisi keperawatan merupakan suatu proses formal dan professional yang
dilakukan oleh supervisor atau pemimpin untuk mendukung, membimbing,
mengarahkan, mengevaluasi, serta mengembangkaan pengetahuan dan
kompetensi perawat untuk menyelesaikan tugas dengan penuh tanggung
jawab guna mencapai tujuan rumah sakit dan keselamatan pasien (Rezkiki
& Ilfa,
2018).
Kepala ruang mempunyai tanggung jawab yang besar dalam organisasi
dan menentukan pecapaian tujuan organisasi dalam hal ini melakukan
pengawasan untuk meningkatkan keselamatan pasien yang dilakukan perawat
dan mencegah terjadinya insiden keselamatan pasien (Yusuf, 2017). Selain
pengawasan, motivasi kepala ruangan juga berpengaruh terhadap
implementasi keselamatan pasien (Oktaviani, Sulistyawati, & Fitriana, 2015),
serta sosialisasi, guna meningkatkan kinerja perawat pelaksana dalam
menerapkan patient safety (Nur, MQ, 2013).
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan pada tanggal 21
April 2021 supervisi di Ruang Rawat Inap Dewasa Ners 1 Rs ‘Aisyiyah Siti
Fatimah Tulangan Sidoarjo, selama ini masih dilakukan secara tidak
langsung. Supervisi secara tidak langsung dilakukan oleh kepala ruangan
(Karu) dengan cara melakukan supervisi mengenai kelengkapam rekam medis
pasien dan tindakan keperawatan yang dilakukan selama melakukan dinas.
Pelaksanaan supervisi selama ini sudah berjalan secara tidak langsung namun
tidak rutin dilakukan dan jadwal yang tidak menentu.
B. Masalah
Pelaksanaan supervisi keperawatan sudah berjalan secara tidak langsung
namun tidak rutin dilakukan dan jadwal yang tidak menentu.
C. Tujuan
1) Tujuan umum
Diharapkan Ruang Rawat Inap Dewasa Ners 1 Rs ‘Aisyiyah Siti Fatimah
Tulangan Sidoarjo dapat menerapkan supervisi keperawatan dengan baik
sesuai jadwal yang telah disusun sebelumnya.
2) Tujuan khusus
a) Merencanakan perencanaan supervisi keperawatan dan bekerja sama
dengan perawat
b) Mendokumentasikan hasil supervise
c) Mengevaluasi hasil pelaksanaan supervise
d) Memberikan reinforcement dan follow up untuk perbaikan

e)
D. Target
Supervisi dapat dijalankan di Ruang Rawat Inap Dewasa Ners 1 Rs ‘Aisyiyah
Siti Fatimah Tulangan Sidoarjo sesuai dengan jadwal yang telah
direncanakan. Supervisi yang dilakukan dapat meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan terhadap pasien.
E. Evaluasi
1) Struktur
a) Menentukan penanggung jawab supervise
b) Menyusun konsep dan pelaksanaan supervisi keperawatan bersama-
sama dengan staf keperawatan ruang Irna Perina
c) Menentukan materi supervise
d) Persiapan kegiatan pra supervise (termasuk pembuatan format dan
instrumen), supervise dan pasca supervise
e) Melakukan Pengembangan instrument Teknik melakukan Supervisi
langsung berbasis dan penilaian Supervisi Sistem Informasi
manajemen Rumah Sakit
2) Proses
a) Supervisor menetapkan kegiatan yang akan dilakukan, tujuan dan
cara penilaian.
b) Supervisor menilai kinerja perawat berdasarkan instrumen/ alat ukur
yang ditentukan
c) Supervisor memanggil PP dan PA untuk mengadakan pembinaan dan
klarifikasi permasalahan.
d) Pelaksanaan supervisi dengan inspeksi, wawancara dan memvalidasi
data sekunder.
e) Supervisior memberikan penilaian supervisi.
f) Supervisior memberikan feedback dan klarifikasi sesuai hasil laporan
supervisi.
g) Supervisior mengklasifikasi permasalahan yang ada.
h) Supervisior memberikan reinforcement dan follow up perbaikan
3) Hasil
a) Perawat mampu melakukan kegiatan supervisi.
b) Supervisor mampu menilai kerja perawat secara objektif
c) Supervisor mampu memberi penilaian, feedback dan follow up.
d) Perawat primer dan pelaksana mampu memberi klarifikasi
terhadap tindakan yang dilakukan.
e) Meningkatkan koordinasi antara perawat pelaksana dan perawat
primer selaku penanggung jawab pasien.
f) Adanya kegiatan supervisi secara berkesinambungan.
g) Meningkatkan kompetensi perawat.
h) Supervisi dengan menggunakan SIM RS terdokumentasi dengan baik
F. Program Kerja
1) Rencana Strategi
a) Merencanakan supervisi yang dilakukan sesuai dengan struktur
organisasi dan di uraikan dengan jelas, terorganisir, serta dinyatakan
melalui petunjuk, peraturan, uraian tugas dan standar.
b) Supervisi memerlukan pengetahuan dasar manajement, keterampilan
hubungan antar manusia dan kemampuan menerapkan prinsip
manajemen dan kepemimpinan.
c) Menentukan visi, misi, falsafah, tujuan dan rencana yang spesifik
dalam melaksanakan supervisi.
d) Menciptakan lingkungan yang kondusif, komunikasi efektif,
kreativitas dan motivasi.
e) Melaksanakan supervisi sesuai dengan perencanaan.
f) Melakukan penilaian, feedback dan follow up setelah supervisi.
g) Supervisi dengan menggunakan SIM RS terdokumentasi dengan baik
3.2.6 Penerimaan pasien baru
A. Latar Belakang

Tindakan mandiri keperawatan profesional dapat dilakukan melalui


kerjasama berbentuk kolaborasi antara klien dan tenaga lain dengan
memberikan asuhan keperawatan sesuai sesuai dengan lingkungan wewenang
dan lingkungan tanggung jawabnya (Suyanto, 2008). Menurut Nursalam
(2015), keperawatan sebagai pelayanan yang profesional bersifat humanistik,
menggunakan pendekatan holistik, dilakukan berdasarkan ilmu dan kiat
keperawatan, berorientasi kepada kebutuhan obyektif klien, mengacu pada
standart asuhan keperawatan dan menggunakan etika keperawatan sebagai
tuntunan utama.Manajemen pelayanan keperawatan merupakan suatu proses
perubahan atau proses tranformasi dari sumber daya yang dimiliki untuk
mencapai tujuan dan merupakan kontribusi dari pelayanan kesehatan.
Manajemen menurut Nursalam (2002), merupakan suatu pelayanan
keperawatan dimana tim keperawatan dikelola dengan menjalankan empat
fungsi manajemen antara lain perencanaan, pengorganisasian, motivasi dan
pengendalian.

Keempat fungsi tersebut saling berhubungan dan memerlukan


kemampuan teknis, hubungan antar manusia, konseptual yang mendukung
asuhan keperawatan yang bermutu, berdaya guna dan menghasilkan bagi
masyarakat. Manajemen keperawatan perlu mendapatkan prioritas dalam
pengembangan keperawatan dimasadepan, karena berkaitan dengan tuntutan
profesi dan global bahwa setiap perkembangan dan perubahan memerlukan
pengelolaan secaraprofessional dengan memperhatikan setiap perubahan yang
terjadi.

Penerimaan pasien baru adalah proses interaksi dengan pasien,keluarga


dan petugas lain dalam kegiatan serah terima pasien yang baru masuk di ruang
perawatan (Suarli, 2010), penerimaan pasien baru dapat dimulai dengan
adanya upaya perencanaan tentang kebutuhan asuhan keperawatan sejak
masuk sampai pasien pulang. Penerimaan pasien baru yang belum dilakukan
sesuai standar maka akan menurunkan mutu kualitas pelayanan yang akhirnya
menurunkan tingkat kepercayaan pasien terhadap pelayanan Rumah Sakit.
Penerapan penerimaan pasien baru di Ruang Rawat Inap Dewasa Ners 1 Rs
‘Aisyiyah Siti Fatimah Tulangan Sidoarjo, sudah dilakukan dalam bentuk
lembar penerimaan pasien baru. Namun, terdapat beberapa aspek yang belum
dilakukan secara optimal seperti penggunaan welcome book saat penerimaan
pasien baru karena belum terdapat adanya program tersebut.
B. Masalah

Penggunaan welcome book belum digunakan secara optimal.

C. Tujuan
1) Tujuan umum

Mengaplikasikan peran perawat dalam penerimaan pasien baru sesuai


standar di Ruang Rawat Inap Dewasa Ners 1 Rs ‘Aisyiyah Siti Fatimah
Tulangan Sidoarjo.
2) Tujuan khusus
a) Merencanakan perencanaan penerimaan pasien baru danbekerja sama
dengan perawat.
b) Menyusun SOP penerimaan pasien baru
c) Menyusun alur penerimaan pasien baru
d) Menyusun lembar penerimaan pasien baru
e) Mendokumentasikan hasil pelaksanaan penerimaan pasienbaru
f) Mengevaluasi hasil pelaksanaan penerimaan pasien baru

D. Target

Penerimaan pasien baru dapat berjalan dengan optimal sesuai dengan SPO
karu, PP dan PA menyapa pasien baru dan memperkenalkan serta
mengoptimalkan penggunaan media (welcomebook) untuk menunjang
orientasi dan informasi terkait penerimaan pasien baru.
E. Evaluasi
1) Struktur
a) Menentukan penanggungjawab penerimaan pasien baru
b) Menyusun teknik penerimaan pasien baru bersama-sama dengan staf
75
keperawatan RS ‘Aisyiyah Siti Fatimah Tulangan Sidoarjo
c) Persiapan format dan media penerimaan pasien baru
d) Persiapan nursing kit
2) Proses
a) Melakukan penerimaan pasien baru bersama dengan NUM (Nursing
Units Manager), PN (Primary Nursing), AN (Associate Nursing).
b) Perkenalan dan orientasi ruangan, penjelasan peraturan rumah sakit,
penjelasan tentang hak dan kewajiban dengan menggunakan leaflet
atau welcome book.
c) AN melakukan pemeriksaan fisik
d) Memberikan kartu pengunjung bagi pasien dan keluarga
e) Mengajarkan cara cuci tangan
3) Hasil
a) Perawat mampu melakukan penerimaan pasien baru sesuaidengan
alur penerimaan pasien baru.
b) Melaksanakan penerimaan pasien baru secara lengkap sesuai
dengan format yang ada.
c) Meningkatkan koordinasi antara perawat pelaksana dan perawat
primer selaku penanggungjawab penerimaan pasien baru.
d) Adanya leaflet atau welcome book bagi pasien dan keluarga
F. Program kerja
1) Rencana Strategi
a) Menentukan penanggung jawab penerimaan pasien baru
b) Menentukan materi penerimaan pasien baru
c) Membuat media (welcome book atau leaflet) informasipenerimaan
pasien baru.
d) Menentukan jadwal pelaksanaan penerimaan pasien baru
e) Melaksanakan penerimaan pasien baru
3.2.7 Discharge planning
A. Latar Belakang
Peran perawat di rumah sakit adalah bekerja sebagai pemberi pelayanan
kesehatan secara profesional karena perawat berperan sebagai pengelola kasus
dan pelaksana perawatan pasien (Yaslina et al, 2019). Perawat dapat
membantu pasien yang mengharapkan kesembuhan dengan mempersiapkan
untuk perencanaan pulang dari rumah sakit dan kembali ke rumah. Salah satu
bentuk peran perawat yang harus ditingkatkan keefektivitasannya adalah
discharge planning.
Discharge planning merupakan proses mulainya pasien mendapatkan
pelayanan kesehatan sampai pasien merasa siap kembali ke lingkungannya
(Nursalam & Efendi, 2008). Informasi yang diberikan perawat kepada klien
pada saat perencanaan pulang bertujuan agar klien dan keluarga mampu
mengenali tanda bahaya dan mengetahui bagaimana cara manajemen
pemberian perawatan di rumah. Perencanaan klien pulang bertujuan untuk
meningkatkan status kesehatan klien secara signifikan dan menurunkan biaya
yang diperlukan untuk rehabilitasi lanjut.
Berdasarkan aturan terbaru dari akreditasi SNARS bahwa discharge
planning tidak hanya dilakukan pada saat pasien pulang namun dilakukan
awal pasien masuk ruangan dengan dilakukan assesment sebagai assesment
baru oleh perawat primer. Ketika persiapan pulang pasien perawat juga
menyiapkan form persiapan pasien pulang. Lembar perencanaan pulang
pasien (discharge planning) ini berdasarkan akreditasi terbaru bahwa form
discharge planning terdiri dari kriteria meliputi pasien dengan penyakit
kompleks seperti stroke, diabetes, serangan jantung dan bayi premature.
Kemudian ada perawatan diri, pemantauan pemberian obat, pemantauan diet,
perawatan luka, bantuan untuk melakukan aktivitas fisik (alat bantu jalan,
kursi roda) dan persipan keluarga dalam perawatan bayi premature di rumah.
Hasil kuesioner pelaksanaan discharge planning di Ruang Rawat Inap
Dewasa Ners 1 Rs ‘Aisyiyah Siti Fatimah Tulangan Sidoarjo dilakukan saat
saat pasien pertama kali masuk rumah sakit yaitu informasi mengenai
penyakitnya, tindakan medis yang akan dilakukan penjelasan komplikasi yang
mungkin terjadi dan pengobatan yang diberikan. Pelaksanaan discharge
planning sudah terdokumentasikan di rekam medis pasien dan diisi oleh
perawat. Perawat juga memberikan brosur atau leaflet saat melakukan
discharge planning. Sebelum pemberian leaflet perawat akan menjelaskan

77
terlebih dahulu secara lisan kepada keluarga bagaimana cara merawat bayi
selama di rumah agar keluarga lebih mengerti tindakan yang harus dilakukan.
B. Masalah
Penerapan discharge planning di Ruang Rawat Inap Dewasa Ners 1 Rs
‘Aisyiyah Siti Fatimah Tulangan Sidoarjo sudah berjalan dengan baik
C. Tujuan
1) Tujuan umum
Setelah dilakukan praktik manajemen keperawatan diharapkan semua
perawat di Ruang Rawat Inap Dewasa Ners 1 Rs ‘Aisyiyah Siti Fatimah
Tulangan Sidoarjo,dan mahasiswa mampu melaksanakan discharge
planning secara optimal
2) Tujuan khusus
a) Mengidentifikasi kebutuhan klien untuk discharge planning
b) Mengidentifikasi masalah klien dalam discharge planning
c) Membuat perencanaan discharge planning pasien
d) Tersedianya leaflet untuk KIE
e) Hal-hal yang harus diketahui pasien sebelum pulang
f) Mengajarkan klien dan keluarga tentang perawatan klien di rumah
yang meliputi aktivitas istirahat dan tempat control
g) Melakukan evaluasi kepada klien atau keluarga selama pelaksanaan
discharge planning
h) Mendokumentasikan pelaksanaan discharge planning
D. Target
Keluarga pasien memahami KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi) yang
diberikan perawat.
E. Evaluasi
1) Struktur
a) Persiapan dilakukan saat klien masuk Ruang Rawat Inap Dewasa
Ners
1 Rs ‘Aisyiyah Siti Fatimah Tulangan Sidoarjo,dan saat pulang
b) Koordinasi dengan pembimbing klinik dan akademik
c) Menyusun proposal
d) Menetapkan kasus
e) Pengorganisasian peran
f) Penyusunan format discharge planning.
2) Proses
a) Membuat leaflet discharge planning yang bisa dibawa pulang oleh
klien
b) Melakukan evaluasi kepada klien atau keluarga selama pelaksanaan
discharge planning
c) Mendokumentasikan pelaksanaan discharge planning pada rekam
medis klien dan buku khusus discharge planning
d) Mensosialisasikan pelaksanaan discharge planning pada perawat
ruangan
3) Hasil
a) Terdokumentasinya pelaksanaan pasien pulang
b) Informasi yang disampaikan dapat diterima oleh pasien dan keluarga
F. Program Kerja
1) Rencana Strategi
a) Menentukan penanggung jawab discharge planning
b) Menentukan materi discharge planning
c) Menentukan klien yang akan dijadikan subjek discharge planning
d) Menentukan jadwal pelaksanaan discharge planning
e) Melaksanakan discharge planning

3.2.8 Dokumentasi
A. Latar Belakang
Dokumentasi keperawatan merupakan dokumen autentik dalam
pencatatan tindakan keperawatan yang dilakukan dalam melaksanakan
manajemen asuhan keperawatan profesional (Nursalam, 2014). Komponen
penting dalam pendokumentasian adalah komunikasi, proses keperawatan,
serta standar asuhan keperawatan. Efektivitas dan efisiensi dalam
pengumpulan informasi yang relevan dapat meningkatkan kualitas
dokumentasi keperawatan (Nursalam, 2014). Data keperawatan yang terdapat
dalam catatan tersebut merefleksikan standar asuhan keperawatan yang
diberikan kepada pasien. Dokumentasi keperawatan merupakan media
komunikasi antar profesi yang terlibat dalam merawat pasien. Melalui catatan
integrasi antar profesi saling berkomunikasi.
Dokumentasi keperawatan mempunyai beberapa peran sebagai alat
komunikasi multidimensional yaitu pada tingkat sistem kesehatan,
dokumentasi keperawatan sebagai praktik kompetensi perawat dan
akuntabilitas perawat yang menginformasikan dan menjaga regulasi standar
praktik dalam melawan hukum serta dokumentasi keperawatan sebagai
standar dokumentasi keperawatan yang memfasilitasi standar komunikasi atau
bahasa klinik, menginformasikan health human resource strategy melawan
hukum dan menginformasikan koordinasi perawatan yang berkelanjutan. Pada
tingkat departemen organisasi, dokuentasi keperawatan dapat memfasilitasi
standar komunikasi antar tim profesional. Dokumentasi juga dapat menjadi
media koordinasi perawatan melintasi intra dan inter disiplin tim. Pada taraf
pasien maka standar dokumentasi dapat menyampaikan secara jelas tentang
riwayat pasien. Dokumentasi keperawatan juga dapat sebagai tanggung gugat
perawat (nursing accountability) untuk melindungi pasien (Hannah, et al,
2015).
Perawat memiliki kontribusi penting terhadap catatan klinis dan
keperawatan pasien. Dokumentasi keperawatan harus objektif dan yang dapat
merefleksikan kondisi pasien serta apa yang terjadi pada pasien secara akurat.
Apabila terdapat tuntutan legal, maka catatan keperawatan dapat
menunjukkan alasan yang bijaksana serta dapat dipetakan kenapa melakukan
tindakan tersebut (Moyet, 2009). Dokumentasi merupakan aspek legal dari
tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap pasien. Aspek legal tersebut
berfungsi sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat terhadap tuntutan
hukum. Pada era yang semakin maju seperti saat ini, masyarakat semakin
terbuka terhadap informasi hukum. Hal ini menunjukkan bahwa semakin
membuka peluang adanya tuntutan hukum terhadap tindakan keperawatan
yang dilakukan. Bukti legal dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan
salah satunya adalah dengan dokumentasi keperawatan.
Salah satu solusi yang dapat dilakukan dalam mengatasi masalah
tersebut yaitu perlu diterapkan standar dokumentasi keperawatan yang telah

80
tersedia agar dapat digunakan sebagai bukti legal serta media
pembelajaran bagi

81
mahasiswa yang melakukan praktik profesi. Kelengkapan dokumentasi
keperawatan sebagai cerminan bahwa asuhan keperawatan yang diberikan
mempunyai efektifitas dan efisiensi.
Berdasarkan hasil akreditasi SNARS untuk dokumentasi keperawatan
ruangan Irna perina ini terdapat dalam rekam medis (RM) yang mana rekam
medis ini berisi lembar penerimaan pasien baru atau PPB (di isi oleh perawat),
lembar anamnesa awal medis (hanya di isi oleh dokter), lembar assesment
risiko jatuh, lembar observasi dan komunikasi antar shif yang mana lembar
tersebut di isi 3x24 jam (berisi validasi terkait kondisi pasien, keluhan pasien,
TTV, input-output cairan, balance cairan yang mana lembar ini di isi oleh
perawat), kemudian isi rekam medis juga terdapat lembar formulir edukasi
pasien dan keluarga terintegrasi.
Kemudian ada lembar catatan perkembangan pasien terintegrasi
(CPPT). CPPT ini dilakukan antar tenaga kesehatan seperti dokter, perawat,
bidan, farmasi klinis, ahli gizi, radiografer dan fisioterapis. CPPT ini
merupakan lembar khusus terapi perawatan pasien yang mana dalam bentuk
metode komunikasi SBAR dengan format SOAP. Dalam lembar CPPT ini
terdapat instruksi PPA yang mana instruksi tersebut ditulis dengan rinci dan
jelas yang bisa berupa advice dari dokter dan farmasi. Kemudian di CPPT ini
disertai sasaran, tulis nama berserta paraf pada akhir catatan. Bagian bawah
dalam CPPT ini berdasarkan hasil akreditasi SNARS harus diberi stempel
“KONFIRMASI” sebagai pengganti dalam bentuk sistem read, write, repeat
back dan stempel “VERIFIKASI” yang di tanda tangani oleh dokter dibagian
bawah lembar CPPT. Kemudian selanjutnya isi rekam medis juga terdapat
lembar perencanaan pemulangan pasien (discharge planning) yang mana
berisi kriteria discharge planning (pasien dengan penyakit kompleks; stroke,
diabetes mellitus, serangan jantung, bayi prematur) kemudian juga terdapat
lembar permintaan rawat inap. Selain itu isi rekam medis juga terdapat lembar
instruksi pasien pulang (berisi lanjutan perawatan di rumah, aturan
diet/nutrisi, aktivitas dan istirahat, hasil Lab, foto, ECG, surat keterangan
istirahat).
Lembar instruksi ini tidak boleh dibawa pulang karena masuk dalam RM

81
pasien berdasarkan hasil akreditasi SNARS). Kemudian selain itu, isi RM
juga

82
terdapat lembar ringkasan pasien pulang (di isi oleh dokter). Kemudian ada
lembar pendelegasian tindakan kedokteran (di isi oleh dokter dan perawat
dimana lembar ini yang bertanggung jawab adalah yang memberi delegasi
yakni dokter). Selain itu terdapat lembar identifikasi bayi,lembar transfer
pasien intra/inter rumah sakit, pernyataan serah terima bayi dan parenteral
medication chart Kemudian selanjutnya isi RM juga terdapat assesment awal
keperawatan neonatus (berisi riwayat penyakit, keluhan utama, riwayat
penggunaan obat, dan lain-lain).
Perawat melakukan evaluasi dengan menggunakan panduan SOAP
untuk setiap catatan perkembangan yang dituliskan di rekam medis setiap
pasien. Pada saat menerima advice dokter, perawat ruangan menerapkan
sistem read, write, repeat back yang sekarang dalam bentuk stempel
“KONFIRMASI” berdasarkan hasil SNARS karena kesadaran dan
pengetahuan perawat tentang tanggungjawab dan tanggung gugat.
B. Masalah
Dokumentasi keperawatan sudah dilaksanakan menggunakan model SOAP.
C. Tujuan
1) Tujuan umum
Setelah dilakukan praktik manajemen, dokumentasi keperawatan dapat
dilakukan dengan benar dan lengkap.
2) Tujuan khusus
a) Mendokumentasikan proses asuhan keperawatan secara lengkap
b) Mendokumentasikan proses pengkajian keperawatan
c) Mendokumentasikan diagnosis keperawatan
d) Mendokumentasikan pelaksanaan keperawatan
e) Mendokumentasikan evaluasi keperawatan
f) Mendokumentasikan pengelolan logistik dan obat.
g) Mendokumentasikan HE (health education) melalui kegiatan
perencanaan pulang.
h) Mendokumentasikan timbang terima.
i) Mendokumentasikan pengkajian yang berkaitan dengan mutu
meliputi pengkajian nyeri, risiko jatuh, dan aspek yang lain pada saat
timbang terima dan dituliskan pada masing- masing dokumen pasien.
D. Target
Dokumentasi keperawatan dilakukan dengan lengkap
E. Evaluasi
1) Struktur
Menyiapkan dokumentasi pasien dalam satu paket yang lengkap
2) Proses
a) Dokumentasi pasien dilakukan secara bertahap sesaat setelah
melakukan tindakan keperawatan.
b) Melakukan dokumentasi keperawatan mulai dari pengkajian sampai
dengan evaluasi keperawatan secara jelas
3) Hasil
Mahasiswa dan perawat dapat melakukan dokumentasi keperawatan pada
dokumen pasien lengkap.
F. Program Kerja
1) Rencana Strategis
a) Menyusun format pengkajian untuk kelompok mahasiswa yang
nantinya akan menjadi media dokumentasi perawatan pasien
kelolaan.
b) Melakukan pengkajian mutu secara berkala.
c) Melakukan pendokumentasian bersama dengan perawat ruangan.
d) Melakukan pendokumentasian secara lengkap dan akurat dalam
dokumentasi keperawatan mahasiswa terhadap pasien kelolaan.
e) Melakukan pendokumentasian dengan menerapkan Standard
Nursing Language (SNL)

3.3 M5-MUTU
3.3.1 Kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan di rumah sakit
A. Latar Belakang
Pasien adalah makhluk Bio-Psiko-Sosial-Ekonomi-Budaya artinya dia
memerlukan terpenuhinya kebutuhan ,keinginan dan harapan dari aspek
biologis (kesehatan), aspek psikologi (kepuasan) aspek sosiolo-ekonomi
(papan, sandang, pangan, dan afiliasi social) dan aspek budaya ,siapapun
yang mengetahui secra khsusu kebutuhan keinginan ataupun harapan
pelanggan atau pasien maka dialah yang mempunyai keuntungan
berhubungan dengan pelanggan, menurut Nursalam (2003: 105)
menyebutkan kepuasan adalah perasaan senang seseorang yang berasal dari
perbandingan antara kesenangan terhadap aktivitas dan suatu produk dengan
harapannya. Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang
muncul setelah membandingkan antara persepsi atau kesannya terhadap
kinerja atau hasil suatu produk dan harapan-harapannya (Kotler, 2004: 42).
Kepuasan pasien berhubungan dengan mutu pelayanan rumah sakit.
Dengan mengetahui tingkat kepuasan pasien, manajemen rumah sakit dapat
melakukan peningkatan mutu pelayanan. Persentase pasien yang menyatakan
puas terhadap pelayanan berdasarkan hasil survei dengan instrumen yang
baku (Indikator Kinerja Rumah Sakit, Depkes RI Tahun 2005: 31).
B. Masalah
Kepuasan pasien kepada pelayanan perawatan terkait kehandalan
tindakan kepada pasien
C. Tujuan
1) Tujuan umum
Peningkatan pelayanan pasien yang bisa di handalkan sehingga
Meningkatnya kepuasan pasienkepuasan pasien di Rumah sakit
2) Tujuan khusus
a) Merencanakan perencanaan dalam meningkatkan kepuasan pasien.
b) Melakukan pelatihan tentang Service excellent
c) Membuat SPO terkait teknik dalam meningkatkan kepuasan pasien
item keandalan
d) Mengevaluasi hasil survey kepuasan pasien
D. Target
Pelayanan di rumah sakit meningkat sehingga diharapakan Kepuasan
pasien meningkat, perawat mampu menangani masalah perawatan dengan
tepat dan professional, memberi informasi fasilitas tersedia, Ketepatan
waktu
perawat tiba diruangan pasien membuat SPO dalam meningkatkan kepuasan
pasien dengan pelayanan yang excellent.
E. Evaluasi
1) Struktur
a) Menyusun prosedur dalam meningkatkan kepuasan
pasien b) Melakukan pendidikan dan pelatihan servis
excellent
c) Menyiapakn from survey kepuasan

2) Proses
a) Menyusun prosedur dalam meningkatkan kepuasan pasien berdasarkan
instrument kepuasan pasien
b) Bekerjasama dengan diklat keperawatan untuk menyelenggarakan pelatihan
c) Melakukan survey kepuasan pelayanan pasien berdasarkan Lima Karakter
(RATER)
3) Hasil
a) Peningkatan kepuasan pasien terhadapa pleyanan yang diberikan
perawat
b) Terlaksananya pendidikan dan pelatihan servis excellent
c) Meningkatkan hasil Survey kepuasan pasien
F. Program Kerja
1) Rencana Strategi
a) Menentukan penanggung jawab pendidikan dan pelatihan servis
excellent
b) Melakukan survey kepuasan pasien

3.3.2 Pengumpulan indikator mutu keperawatan

A. Latar Belakang
Pelayanan yang berkualitas merupakan cerminan dari sebuah proses
yang berkesinambungan dengan berorientasi pada hasil yang memuaskan
,Mutu pelayanan dari aspek klinis namun juga aspek keelamatan pasien
pengukuran mutu keselamatan pasien dirumah sakit dimulai dari penilaian
akredetasi rumah sakit yang mengukur dan memecahkan masalah pada
tingkat input dan proses ,pada kegiatan dirumah sakit harus melakukan
berbagai standart dan prosedur yang telah dietetapkan .untuk mnegukur
hasil kerja perlu adanya alat ukur yaitu indikator mutu ,Indikator mutu
bertujuan untuk mengukur kinerja Rumah sakit dengan cara melakukan
kegiatan monitoring dan evaluasi infikator mutu dieperlukan pencatatan dan
pelaoran yang baik dan akurat msehingga informasi yang ada benar-benar
dapat menggambarkan kulitas dari mutu pelayanan RS. Data tersebut
nantinya dapat digunakan sebaga bahan perencanaan dan pemangmbilan
keputusan dan kebijakan program mutu .(Kars, 2019)
B. Masalah
Sistem pengambialan data belum maksimal sehingga pencatatan masih
manual yang dilakukan IPCN dan kepala ruangan.
C. Tujuan
1) Tujuan umum
Memberikan panduan dalam pencatatan dan pelaporan pelaksanaan
inidokator mutu di unit
2) Tujuan khusus
a) Dihasilkan acuan dalam melakukan pencatatan dan peloran yang
baik efektif dan efesian
b) Rekapitulasi pelaksanaan kegiatanindikator mutu yang
diselenggarakan oleh unit kerja di rumah sakit
c) Rekapitulasi pelaksnaan kegiatan indikaor mutu yang
diselenggarakan di triwulan 3
D. Target
Dokumentasi dan pelaksanan dan pelaporan indikator mutu berjalan dengan
sistem yang baik dalam peningkatan kinerja dan mutu pelayanan rumah
sakit.
E. Evaluasi
1) Struktur
a) Menyusun laporan indikator mutu dengan baik
b) Melakukan sosiliasasi monitoring dan laporan indikator mutu
c) Berkoodinasi menyiapkan Sistem informasi rumah sakit terkait
pelaporan indikaotr mutu.
2) Proses
a) Menyusun laporan indikator mutu yang efektif dan efesien agar
pelaporan mutu tepat waktu
b) Terlakananyan sosilaisasi monitoring dan laporan indikator mutu
c) Melakuakan input data di SIM RS
3) Hasil
a) Peningkatan kepuasan pasien terhadapa pleyanan yang diberikan
perawat
b) Terlaksananya pendidikan dan pelatihan servis excellent
c) Meningkatkan hasil Survey kepuasan pasien
F. Program Kerja
1) Rencana strategis
a) Menentukan penanggung jawab input data dan pengumpulan
data
b) Melakukan Sosislisasi
3.3.3 Kepatuhan cuci tangan
A. Latar Belakang
Angka kejadian infeksi nosokomial yang tinggi juga terjadi pada negara
maju, misalnya, di Amerika Serikat terjadi 20 ribu kematian setiap tahun
akibat infeksi nosokomial. Di seluruh dunia, 10% pasien rawat inap di rumah
sakit mengalami infeksi yang baru selama dirawat atau sebesar 1,4 juta
infeksi setiap tahun. Di Indonesia, penelitian yang dilakukan di sebelas
rumah sakit menunjukkan bahwa 9,8% pasien rawat inap mendapat
infeksi yang baru selama dirawat. Sebesar 0,0% hingga 12,06%, dengan
rata-rata keseluruhan
4,26%. Untuk lama perawatan berkisar 4,3–11,2 hari, dengan rata-rata
keseluruhan 6,7 hari. Infeksi nosokomial dapat menyebabkan pasien dirawat
lebih lama sehingga harus mengeluarkan biaya yang lebih banyak. Demikian
pula dengan pihak rumah sakit karena harus mengeluarkan biaya lebih besar
untuk pelayanan. Kejadian infeksi nosokomial dapat berakibat kematian
apabila tidak mendapat penanganan yang tepat. Menurut Dewan Penasihat
Aliansi Dunia untuk Keselamatan Pasien, infeksi nosokomial menyebabkan
1,5 juta kematian setiap hari di seluruh dunia. Studi yang dilakukan WHO
di 55
rumah sakit di 14 negara di seluruh dunia juga menunjukkan bahwa 8,7%
pasien rumah sakit menderita infeksi selama menjalani perawatan di rumah
sakit. Sementara di negara berkembang, diperkirakan lebih dari 40% pasien
di rumah sakit terserang infeksi nosokomial. Berbagai tindakan pelayanan
medis dapat berisiko kepada terjadinya infeksi nosokomial, misalnya
suntikan/pengambilan darah, tindakan bedah dan kedokteran gigi, persalinan,
pembersihan cairan tubuh, dan lain-lain.
Salah satu upaya pengendalian infeksi di rumah sakit dilakukan
universal precaution yang telah dikembangkan sejak tahun 1980. Universal
precaution merupakan upaya pencegahan infeksi yang mengalami perjalanan
panjang, dimulai sejak dikenalnya infeksi nosokomial yang terus menjadi
ancaman bagi petugas kesehatan dan pasien (Depkes, 2011). Unsur
universal precation meliputi cuci tangan, alat pelindung yang sesuai,
pengelolaan alat tajam (disediakan tempat khusus untuk membuang jarum
suntik, bekas botol ampul, dan sebagainya), dekontaminasi, sterilisasi,
disinfeksi dan pengelolaan limbah.Penerapan universal precaution
merupakan bagian pengendalian infeksi yang tidak terlepas dari peran
masing–masing pihak yang terlibat di dalamnya yaitu pimpinan rumah sakit
beserta staf administrasi, staf medis dan nonmedis, serta para pengguna
jasa rumah sakit, misalnya pasien dan pengunjung pasien.
Pimpinan rumah sakit berkewajiban menyusun kebijakan mengenai
kewaspadaan umum dengan membuat standar operasional prosedur pada
setiap tindakan, memantau dan mengontrol pengendalian infeksi nosokomial
melalui pembentukan tim pengendalian infeksi rumah sakit, dan lain-lain.
Pimpinan juga bertanggung jawab atas perencanaan anggaran dan
ketersediaan sarana untuk menunjang kelancaran pelaksanaan universal
precaution. Tenaga kesehatan wajib menjaga kesehatan atau keselamatan
dirinya dan orang lain serta bertanggung jawab sebagai pelaksana kebijakan
yang ditetapkan rumah sakit.Tenaga kesehatan bertanggung jawab dalam
menggunakan sarana yang disediakan dengan baik dan benar serta
memelihara sarana agar selalu siap dipakai dan dapat dipakai selama

88
mungkin (Kemenkes, 2011). Perawat adalah tenaga profesional yang
perannya tidak dapat dikesampingkan dari baris

89
terdepan pelayanan rumah sakit. Oleh karena perawat merupakan petugas
kesehatan yang kontak paling lama dengan pasien bahkan sampai 24 jam
penuh, maka perawat ikut mengambil peran yang cukup besar dalam
memberikan kontribusi kejadian infeksi nosokomial. Tenaga keperawatan
juga ikut berperan aktif dalam pengendalian infeksi nosokomial.
B. Masalah
Sebagaian besar kepatuhan cuci tangan dan tidak berjalannya IPCLN di
Rumah Sakit
C. Tujuan
1) Tujuan umum
Tercapainya indikator mutu kepatuhan cuci tangan yang berdampak
turunya angka infeksi nosocomial di rumah sakit
2) Tujuan khusus
a) Meningkatnaya kepatuhan cuci tanga sesuai five moment
b) Angka infeksi noskomial sesuai standart dengan penerpaan hand
hygiene
D. Target
Perawat mampu memnerapkan hand higyien sesuai five moment
sehngga anak infeksi nosocomial menurun
E. Evaluasi
1) Struktur
a) Mereview SPO terkait hand hygiene
b) Melakukan pendidikan dan pelatihan PPI
c) Menyiapakn lefleat dan video hand hygiene
2) Proses
a) Mereview SPo terkait hand higyiene sehingga perawat bisa
melalkukan dengan baik
b) Bekerjasama dengan diklat keperawatan untuk menyelenggarakan
pelatihan PPI
c) Menyiapkan leaflet dan video hand higyiene
3) Hasil
a) Kepatuhan hand higyene tercapai standart > 70%
b) Angka infeksi nosokomila menurun
c) Terlaksananya program diklat
F. Program Kerja
1) Rencana Strategi
a) Menentukan penanggung jawab monitoring kepatuha hand hygiene
b) Melakukan pendidikan dan pelatihan
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan yang didirikan dand


ikembangkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang bertujuan memberikan
pelayanan yang berkualitas untuk memenuhi kebutuhan dasar pasien dan keluarganya
sehingga pasien dan keluarga merupakan subyek penting dalam pelayanan di rumah
sakit.Pelayanan yang berkualitas didukung oleh sumber-sumber yang memadai antara
lain sumber daya manusia, standar pelayanan standar praktek keperawatan serta
fasilitas. Sumber- sumber yang tersedia dimanfaatkan sebaik-baiknya agar berdaya guna
sehingga tercapai kualitas yang tinggi dengan biaya seminimal mungkin.
Pengembangan model praktek keperawatan professional merupakan hal yang sangat
penting yang memberikan konstribusi terhadap profesi keperawatandalam meningkatkan
mutu pelayanan asuhan keperawatan. Melalui pengembangan model praktek
keperawatan profesional masyarakat dapat melihat secara nyata pemberian pelayanan
secara profesional. Salah satu strategi untuk mengoptimalkan peran dan fungsi perawat
dalam pelayanan keperawatan adalah pembenahan manajemen keperawatan karena
dengan adanya faktor kelola yang optimal diharapkan mampu menjadi wahana
peningkatan keefektifan pemberian pelayanan keperawatan sekaligus lebih menjamin
kepuasan klien terhadap pelayanan keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai