Anda di halaman 1dari 25

PROPOSAL

MANAJEMEN PELAYANAN PASIEN DI RUANG FLAMBOYAN


RSUD NGIMBANG KABUPATEN LAMONGAN

Disusun Oleh :
1. Ainun Kholiqqul Anshori, S.Kep
2. Asyatul Ayu Nur Faizah, S.Kep 19.12.2.149.003
3. Dewi Indra Yanti, S.Kep 19.12.2.149.008
4. Lusiana, S.Kep 19.12.2.149.023
5. Rita Nur Azlina, S.Kep 19.12.2.149.117
6. Selvi Putri Rachmawati, S.Kep 19.12.2.149.118
7. Setya Bagus Husada, S.Kep 19.12.2.149.034
8. Siti Lathifatul Ulfayati, S.Kep 19.12.2.149.037
9. Umi Isma, S.Kep 19.12.2.149.082
10. Vela Refiyanti, S.Kep 19.12.2.149.124

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI


NERS FAKULTAS KEPERAWATAN DAN
KEBIDANAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN NAHDLATUL ULAMA TUBAN
2024
LEMBAR PENGESAHAN

PROPOSAL ROLE PLAY STASE MANAJEMEN


DI RUANG FLAMBOYAN RSUD NGIMBANG KAB. LAMONGAN
(Dilaksanakan tanggal : 1 - 6 April 2024)

Menyetujui,

Pendidik Klinik 1 Pendidik Klinik 2

Tri Martini, S.Kep.,Ns Arif Rakhman, S.Kep.,Ns


NIP. 197803012023212001 NIP. 197806102010011013

Pendidik Akademik

Mei Widyawati, S.Kep.,Ns.,M.Kep


NIDN. 07050559205

Mengetahui,

Kepala Program Studi Kepala Bidang Keperawatan


Profesi Ners RSUD Ngimbang Kab. Lamongan

Lukman Hakim, S.Kep.,Ns.,M.Kep M. Nuril Huda, S.Kep.,Ns


NIDN. 0718098201 NIP. 1968044271989021002
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan hidayahnya sehingga dapat terselesaikan Proposal Manajemen
Pelayanan Pasien Ruang Flamboyan RSUD Ngimbang Kab. Lamongan ini,
sebagai salah satu persyaratan akademis dalam rangka menyelesaikan Program
Studi Pendidikan Profesi Ners di Institut Ilmu Kesehatan Nahdlatul Ulama Tuban.
Pada kesempatan ini kami menyampaikan terimakasih yang setinggi-
tingginya kepada kedua orang tua yang selalu menyertakan doanya untuk
kelancaran proses penyusunan laporan ini. Terimakasih dan penghargaan kami
sampaikan pula kepada yang terhormat :
1. Bapak Dr. H. Miftahul Munir, SKM., M.Kes., DIE selaku Rektor IIK NU
Tuban.
2. Bapak Kusno Ferianto, S.Kep., Ns., M.Kep., MM selaku Dekan Program
Studi Ners IIK NU Tuban.
3. Bapak Lukman Hakim, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku Ketua Program Studi
Ners IIK NU Tuban.
4. Bapak dr. Abdullah Wasi’an selaku direktur RSUD Ngimbang Kab. Lamongan
5. Bapak M. Nuril Huda, S.Kep.,Ns, selaku kepala bidang RSUD Ngimbang
Kab. Lamongan
6. Bapak Arif Rakhman, S.Kep..Ns selaku kepala Ruang Flamboyan dan selaku
pembimbing klinik RSUD Ngimbang Kab. Lamongan
7. Ibu Tri Martini, S.Kep.,Ns selaku pembimbing klinik Ruang Flamboyan dan
selaku pembimbing klinik RSUD Ngimbang Kab. Lamongan
8. Ibu Mei Widyawati, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku pendidik akademik IIKNU
Tuban
9. Kelompok 1 yang sudah bekerjasama dalam membuat role play stase
manajemen Ruang Flamboyan RSUD Ngimbang Kab. Lamongan
Semoga Allah SWT memberikan balasan atas segala amal yang telah
diberikan dan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kelompok dan pihak lain
yang memanfaatkan.

Lamongan, 27 Maret 2024

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Discharge planning merupakan suatu proses terintegrasi yang terdiri dari
fase-fase yang ditujukan untuk memberikan asuhan keperawatan yang
berkesinambungan, (Raden dan Tafft, 2020). Perencanaan pasien pulang bertujuan
untuk memandirikan pasien di rumah sehingga pelaksanaan dan
pendokumentasian perencanaan pulang diperlukan komunikasi yang efektif dan
tepat yang diharapkan tercapainya tujuan. Namun sampai saat ini, perencanaan
pulang bagi pasien yang dirawat pasien di rumah sakit belum optimal
dilaksanakan, dimana peran perawat terbatas pada kegiatan rutinitas saja, yaitu
hanya berupa informasi kontrol ulang.
Discharge planning yang tidak berjalan dapat mengakibatkan kegagalan
dalam program perencanaan perawatan pasien di rumah yang akan berpengaruh
terhadap tingkat ketergantungan pasien, dan tingkat keparahan pasien saat di
rumah.
Dengan adanya mahasiswa praktik manajemen keperawatan diharapkan
pelaksanaan discharge planning di ruang flamboyan RSUD Ngimbang Kebupaten
Lamongan dapat dilakukan lebih baik lagi, sehingga tujuan yang diharapkan dapat
tercapai secara maksimal.
1.2 Tujuan

a. Tujuan Umum

Setelah dilaksanakan praktek manajemen keperawatan diharapkan


mahasiswa dan perawat mampu menerapkan discharge planning dengan
baik dan benar di RSUD Ngimbang KabupatenLamongan.
b. Tujuan Khusus :
1. Mengidentifikasi kebutuhan pasien untuk discharge planning.
2. Mengidentifikasi masalah pasien dalam discharge planning
3. Memprioritaskan masalah untuk discharge planning
4. Membuat jadwal pelaksanaan untuk pasien discharge planning.
5. Melaksanakan discharge planning
6. Membuat evaluasi pada pasien selama pelaksanaan discharge planning
7. Pendokumentasian discharge planning
1.3 Manfaat
1. Bagi perawat
a. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan perawat agar case
manajer berkoordinasi dan berkolaborasi dengan DPJP (dokter
penanggung jawab pasien) dan tim PPA (profesional pemberi
asuhan)
b. Meningkatkan kemampuan pelayanan dalam menerapkan asuhan
keperawatan dan mengurangi adanya kesalahan yang dilakukan
perawat.
2. Bagi Institusi
Membantu menyusun pedoman atau petunjuk tentang pelaksanaan
tindakan keperawatan sehingga tercipta pelayanan keperawatan
profesional.
3. Bagi Pasien
Pasien mendapat pelayanan keperawatan yang berkualitas dan sesuai
dengan tuntutan pasien.
4. Bagi Penulis
Hasil dari proposal ini diharapkan dapat memberikan masukan dan
bahan untuk mengetahui dan menambah wawasan bagi ilmu keperawatan.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Pengertian
Discharge planning merupakan suatu proses terintegrasi yang terdiri dari
fase-fase yang ditujukan untuk memberikan asuhan keperawatan yang
berkesinambungan, (Raden dan Tafft, 2000).
Untuk mendukung case manager framework, terdapat beberapa penjelasan
tentang case management yang telah dikembangkan sebagai berikut:
a. Case manager adalah pelayanan professional dan kemitraan antara klien dan
case manager untuk menciptakan sesuatu yang positif, dan perubahan yang
abadi. Keberhasilan case manager akan berdampak terhadap efisiensi waktu
dan energy serta membangun kepercayaaan dan rasa saling menghormati
dengan klien. Case manager selalu menjalin hubungan dengan klien dengan
cara terfokus pada kebutuhan dan kekuatan klien.
b. Tujuan dari adalah untuk mendampingi klien menuju hidup yang berkualitas,
aman dan stabil, hingga mereka mampu untuk mandiri. Case manager
mendampingi klien dalam membangun kapasitas yang mereka miliki untuk
mencapai pelayanan dan mendukung kebutuhan mereka sendiri.
c. Proses case managert memastikan bahwa budaya klien selalu dieksplorasi dan
dipelajari dengan cara mengumpulkan informasi, melakukan penilaian,
membantu klien untuk mengidentikasi serta merumuskan tujuan yang mereka
harapkan, koordinasi dalam penyediaan layanan, melakukan monitoring
evaluasi, dan rencana selanjutnya.
d. Case manager membantu mengadvokasi klien untuk mengakses pusat
layanan. Yang terpenting case manager juga harus mampu memberikan
pelayanan langsung; hal ini bisa bermacam-macam seperti membantu
kebutuhan sehari- hari bagi mereka. Keterlibatan dan pelayanan yang
diberikan case manager adalah penting untuk membangun hubungan saling
percaya dengan klien.
e. Manajemen kasus adalah rancangan kerja terakhir yang diusulkan untuk
memenuhi kebutuhan pasien. Manajemen kasus dapat didefinisikan sebagai
proses kolaborasi yang mengkaji, merencanakan, mengimplementasikan,
mengkoordinasikan, klien. Case manager selalu menjalin hubungan dengan
klien dengan cara terfokus pada kebutuhan dan kekuatan klien. memantau,
dan mengevaluasi pilihan dan layanan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan
seorang individu melalui komunikasi dan sumber daya yang tersedia guna
meningkatkan hasil yang berkualitas dan efisiensi biaya. (Glettler & Leen
(1996) dalam Marquis & Huston, 2010).

2.2 Prinsip Case Manager


Prinsip-prinsip case management menurut Gerhart (1990) dalam (Arifin,
2011).
a. Individualisasi pelayanan (Individualization of services)
Dalam memberikan pelayanan kepada klien, walaupun memiliki
persamaan masalah, ataupun persamaan karakter yang dimiliki klien,
maka seorang manajer kasus harus dapat memberikan pelayanan yang
spesifik, karena bahwa manusia memiliki kebutuhan yang berbeda bagi
setiap indvidu.
b. Pelayanan yang komprehensif (comprehensiveness of services)
Pelayanan diberikan tidak hanya terfokus pada klien, tetapi juga sistem
klien (lingkungan) yang mempengaruhi keberadaan klien, agar tercipta
suasana yang kondusif bagi kehidupan klien.
1) Pelayanan yang teratur (parsimonious services)
2) Kemandirian (fostering autonomy)
3) Pelayanan yang diberikan bertujuan agar klien mampu hidup normal
dan kedepan mampu mengatasi masalahnya sendiri.
4) Keberlanjutan pelayanan (continuity of care)
Pelayanan dilakukan sesuai dengantahapan pelayanan yang dimulai dari
pendekatan awal sampai dengan terminasi yang berakhir dengan kemandirian
klien. Dalam panduan case management framework yang diterbitkan oleh
Departemen Komunitas dan Sosial Pemerintah Australia Selatan (SHS, 2013)
menjelaskan prinsip dasar case manager sesuai dengan gambar 2.1 di bawah ini:

Gambar 2.1: Prinsip Kerja Case Manager

Penjelasan setiap unsur pada gambar 2.1 diatas sebagai berikut:


a. Client Centred: Menempatkan orang di pusat respon layanan untuk
memastikan kebutuhan individu terpenuhi. Klien secara aktif terlibat dalam
pengembangan rencana kasus dan memberikan tanggapan layanan yang
diperlukan.
b. Proactive: Prioritaskan bertindak di muka untuk memastikan identifikasi awal
dari kebutuhan, risiko dan hambatan potensial, daripada fokus pada respon
reaktif.
c. Strengths based: Mengidentifikasi dan membangun kapasitas klien termasuk
mekanisme koping, ketahanan dan dukungan sistem.
d. Logical: Proses manajemen kasus adalah langkah demi langkah pendekatan
terstruktur yang dianggap wajar.
e. Partnership: kemitraan yang sukses menguntungkan klien melalui kejelasan
tujuan, baik kepemimpinan, saling menghormati, komitmen untuk kolaborasi
dan partisipasi, dan pendekatan sensitif. Mitra dapat mencakup klien,
keluarga klien, jaringan informal dan persahabatan, masyarakat, dan instansi
lain baik pemerintah maupun non- pemerintah.
f. Systemic: Membangun sistem dan jejaring yang lebih luas dan membangun
cara berpikir dari klien
g. Outcomes driven: Pekerjaan terfokus pada luaran dan capaian dari klien
melalui moitoring, review, dan akuntabilitas
h. Cultural responsive: merupakan pendekatan inklusif berdasarkan kepekaan
dan kesesuaian dari klien dan identitas sosial. Identitas bermakna personal
dan komunitas faktor termasuk ras atau etnik, demografi, identitas, usia,
keterbatasan, jenis kelamin, keluarga, agama, bahasa, riwayat keluarga dan
status ekonomi.
i. Holistic: merupakan proses untuk menganalisa setiap faktor yang berkaitan
dengan kesejahteraan klien secara menyeluruh termasuk didalamnya
psikologis, fisik, dan kultural sosial.
j. Dynamic: penyesuaian capaian dan luaran dari proses case management yang
dilakukan dan memungkinkan tanggap terhadap perubahan individu keadaan
dan perkembangan melalui tujuan rencana kasus. Pengetahuan yang diperoleh
dengan bekerja dengan klien dan sistem pelayanan digunakan untuk advokasi
di tingkat individu dan sistem.

2.3 Standar Praktik untuk Case Manager


Standar praktik case management (CMSA, 2010)
a. Mengidentifikasi kebutuhan individu, berdasarkan aspek medis,
psikososial, lingkungan dan kebiasaan, serta kebutuhan spiritual.
b. Upaya kolaborasi untuk membantu individu mencapai dan memenuhi
kebutuhan kebutuhan perawatan diri sampai kapanpun dimungkinkan.
c. Meningkatkan keterlibatan individu dan keluarga dalam setiap proses
pengambilan keputusan.
d. Meningkatkan rekonsiliasi obat untuk klien melalui upaya kolaboratif
dengan staf medis.
e. Meningkatkan kepatuhan klien terhadap rencana perawatan, termasuk
ketaatan dalam mengkonsumsi obat.
Menurut pendapat Whitaker (2010) bahwa praktik case management meluas
di semua setting perawatan kesehatan, termasuk pembayar, penyedia, pemerintah,
pengusaha, masyarakat, dan rumah lingkungan hidup. Namun, praktik itu sendiri
bervariasi di setiap tingkat kompleksitas dan kelengkapan berdasarkan empat
faktor berikut:
a. Konteks setting perawatan, seperti pencegahan, akut, atau rehabilitasi.
b. Kondisi kesehatan dan kebutuhan populasi pasien, serta kebutuhan
keluarga/tenaga kesehatan, seperti perawatan kritis, asma, gagal ginjal,
perawatan post stroke.
c. Penerapan metode penggantian/reimbursement, seperti perawatan terkelola,
kompensasi pekerja, perawatan medis, atau pertolongan medis.
d. Disiplin profesional perawatan kesehatan yang ditunjuk sebagai case manager
seperti registered nurse, pekerja social, dokter, dan konselor rehabilitasi.

2.4 Tata Laksana


Adapun tata laksana case manager yaitu melakukan skrining pasien yang
membutuhkan manajemen pelayanan pasien, pada waktu admisi, atau bila
dibutuhkan pada waktu di ruang rawat inap, berdasarkan pasien yang meliputi:
a. Resiko tinggi
b. Biaya tinggi
c. Potensi klaim tinggi
d. Kasus dengan penyakit kronis
e. Kemungkinan sistem pembiayaan yang komplek
f. Kasus yang melebihi rata-rata lama dirawat
g. Kasus yang diidentifikasi rencana pemulangannya penting atau yang
membutuhkan kontinuitas pelayanan
h. Kasus kompleks / rumit (KARS, 2015)
2.5 Kapasitas dan Karakteristik dari Case Manager
Kesuksesan seorang case manager tergantung pada kreatifitas personal dan
kemampuan komunikasi, pakar case management menyatakan. Case manager
membutuhkan kemampuan untuk mengantisipasi kejadian yang tidak diharapkan
dan menyelesaikan masalah yang sulit. Terdapat beberapa karakteristik yang
menunjang keberhasilan dari case manager (Miller, 2015) antara lain sebagai
berikut:
a. Kemampuan mengambil keputusan
Seorang case manager harus mampu mengambil keputusan sendiri
karena dihadapkan dengan banyaknya tugas yang harus diselesaikan. Seorang
case manager tentunya juga harus mengkomunikasin sesuatu jika ada hal
yang masih membingungkan
b. Motivasi diri
Seorang case manager harus memiliki motivasi sebab dia akan mambantu
pasien menjadi termotivasi dan mampu berpikir diluar garis.
c. Wawasan luas
Seorang case manager harus memeiliki pengetahuan dan pengalaman
terkait aspek klinis, organisasi, keuangan, kepemimpinan.
d. Skill mumpuni
Seorang case manager harus didasari dengan kemampuan klinis yang
baik sehingga dapat menguasai segala bentuk kebutuhan yang mungkin
dibutuhkan pasien.
e. Kepercayaan diri
Kepercayaan diri sangat dibutuhkan oleh case manager yang dilandasi
dengan ketertarikan membantu orang lain. Case manager harus memastikan
perawatan pasien berjalan dengan baik, sehingga terkadan seorang case
manager bukanlah orang yang disenangi setiap saat oleh penyedia layanan.
Case manager benar-benar menjadi advokat untuk pasiennya.
f. Kemampuan komunikasi
Seorang case manager harus memiliki kemampuan komunikasi yang baik
pada saat pasien membutuhkan advokasi jika pasien tidak memiliki ruang
untuk hal tersebut.
Hampir sama dengan pendapat sebelumnya, Phaneuf (2008) juga
menjelaskan karakteristik dan kualitas yang harus dimiliki oleh case manager
antara lain sebagai berikut:
1) Latar belakang pelatihan klinis
2) Komunikatif, negosiator, dan problem solver
3) Kemampuan memberikan edukasi kepada pasien dan penyedia layanan
lainnya
4) Ketangkasan
5) Pengetahuan yang dalam terkait etik dan hukum, serta karakter yang kuat
dalam menyuarakan ketidaksesuaian apabila diperlukan.
Pada tatanan klinis, seorang case manager harus memiliki pengalaman dan
pengetahuan klinis yang mumpuni untuk mengidentifikasi kebutuhan dari klien
dan keluarga, untuk menentukan diagnosa keperawatan yang relevan, dan untuk
menemukan tujuan klinis, untuk mengembangkan rencana perawatan dalam
koordinasi sesuai dengan kondisi pasien berdasarkan clinical pathway plan.
Di Indonesia kualifikasi case manager memang belum ditentukan dan di
standarisasi secara nasional. Setiap rumah sakit memiliki kebebasan dan
pertimbangan sendiri dalam menentukan sesuai dengan karakteristik dan
kebutuhan rumah sakit. Salah satu pandangan terkait kualifikasi case manager
yaitu perawat dengan kualifikasi pendidikan profesi ners yang menangani asuhan
keperawatan pasien masuk ke rumah sakit hingga pasien pulang. Perawat case
manager harus di kredensial terlebih dahulu setara dengan kemampuan melakukan
praktik mandiri perawat. bagi rumah sakit yang telah menerapkan jenjang karir
perawat, dapat mengangkat perawt yang telah menempati minimal level perawat
klinik III (PK III) (Aeni, 2014). Apapun pertimbangan penentuan dan klasifikasi
case manager tidak menjadi penting saat ini. Yang terpenting adalah bagaimana
seorang case manager dapat menjalankan tugas pokok dan fungsinya sesuai
dengan panduan yang ada dan memberikan dampak yang positif terhadap pasien
dan rumah sakit. Bahwa case manager bekerja sangat dekat dengan pasien
sehingga bersama dengan pasien membuat perencanaan perawatan agar sesuai
dengan kebutuhan pasien dan tercapainya tujuan yang menjadi preference pasien
(Treadwell, Perez, Stubbs, McAllister, Stern, & Buzi, 2015)
2.6 Implementasi Peran dan Fungsi Case Manager
Implementasi Peran dan Fungsi Case Manager seperangkat tingkah laku
yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam
suatu sistem. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari
luar dan bersifat stabil (Barbara & Kozier, 2008). Case manager berperan sebagai
koordinator, intermediator, dan advocator yang menjamin pelayanan (Kongstvedt,
2007). Rumah sakit Universitas Long Island yang bertempat di Brookly USA,
mengidentifikasi peran case manager sebagai seorang praktikan yang handal, dan
perawat klinis yang mahir, oleh karena itu case manager adalah siapa yang
mampu untuk memikul tanggung jawab tambahan terkait dengan manajemen
kasus. Perawat yang berfungsi sebagai case manager menentukan alur pelayanan
karena mereka memiliki pengalaman klinis dan pengetahuan terkait perawatan
pasien.
Terdapat tiga elemen yang signifikan dari case manager yaitu:
1. Tanggung jawab manajerial mengenai peta jalan dari setiap periode perawatan;
2. Koordinasi tim multidisiplin; dan
3. Tanggung jawab keterlibatan klinis dalam implementasi berdasarkan
perencanaan (Phaneuf, 2008).
Hal tersebut kemudian tertuang dalam peran dari case manager pada tatanan
administrasi sebagai berikut:
1. Untuk mengkoordinasikan tujuan akhir dari pelayanan pasien
2. Memfasilitasi komunikasi antara penyedia layanan dan profesi pemberi
pelayanan
3. Menentukan tindak lanjut dari proses konsultasi dan menghubungkan dengan
pusat pelayanan lainnya
4. Mengurangi dan mencegah duplikasi intervensi, merencakan target
perawatan, implementasi perecanaan perawatan.
Beberapa panduan dan hasil peneltian lebih banyak menjelaskan aspek case
management secara keseluruhan. Di Indonesia model praktik case management
belum terlalu dikenal khususnya di rumah sakit, menariknya setiap rumah sakit
memiliki case manager sebagai manajer pelayanan pasien. Acuan yang digunakan
adalah berdasarkan pedoman yang diterbitkan oleh Komisi Akreditasi Rumah
Sakit
(KARS, 2015) tentang panduan pelaksanaan DPJP dan Case Manager. Disini
dijelaskan tugas dan fungsi dari case manager yaitu sebagai berikut:
1. Asesmen utilitas
Mampu mengakses semua informasi dan data untuk mengevaluasi
manfaat/utilisasi, untuk kebutuhan manajemen pelayanan pasien. Melakukan
asessmen diperluas dan lengkap terhadap pasien dan keluarga yang
diperlukan pada saat admisi, termasuk asesmen psikososial-ekonomi lengkap.
Menurut pendapat Cesta & Tahan (1998) bahwa case manager harus
memanfatatkan kompetensi klinis yang mereka miliki dalam memberikan
penilaian akan kebutuhan pasien dan keluarga, menggali masalah kesehatan
yang aktual dan potensial, menetapkan tujuan pengobatan dan hasil yang
diinginkan melalui proses keperawatan; perencanaan, implementasi,
mengevaluasi dan mengkoordinasikan perawatan dan kegiatan lain untuk
memenuhi kebutuhan pasien dan keluarga, menggunakan terapi modalitas,
pengobatan canggih dan teknologi. Hasil penelitian (Kgasi, 2010) bahwa
sebagai besar case manager (91.7%) mampu untuk mengkaji pasien
mengindikasikan mereka memiliki kemampuaan dalam menggali informasi
dan kebutuhan pasien dan keluarga. 79.2% case manager mampu membangun
serta menentukan masalah actual dan potensial pasien.
2. Perencanaan
Menyusun rencana untuk pelaksanaan manajemen pelayanan pasien.
perencanaan tersebut mencerminkan kelayakan/ kepatutan, mutu dan
efektifitas biaya dari pengobatan klinis serta kebutuhan pasien. termasuk
discharge planning
a. Perencanaan proses asuhan pasien (yang “personalized”/unik) selama
rawat inap sampai kembali ke komunitas/rumah dengan outcome yang
terbaik.
b. Rencana pemulangan (discharge planning) pasien adalah salah satu
fungsi manajemen pasien (case-management). Perencanaan merupakan
salah satu proses yang penting dalam case management (Cesta & Tahan,
1998). Jika perencanaan dari pasien tidak sesuai, kemungkinan akan
menyebabkan pasien menjalani masa rawat dalam waktu yang lama atau
meningkatkan kebutuhan layanan pasien dan kebutuhan dan fasilitas
perawatan. Perencanaan yang salah akan mengarahkan pasien pada
kebutuhan pembiayaan yang membengkak karena hal tersebut tidak
diperhitungkan sebelumnya ketika pasien memulai perawatan. Dalam
penelitian (Kgasi, 2010) hanya 4.3% dari case manager yang
teridentifikasi tidak mampu untuk memberikan perencanaan, sementara
8.7% dapat memastikan. Ada kebutuhan untuk melatih case manager
membuat perencanaa, perencanaan merupakan aspek yang vital dalam
proses case management.
3. Fasilitasi dan Advokasi
Fungsi ini mencakup interaksi antara MPP dan para anggota PPA,
perwakilan pembayar, serta pasien/keluarga untuk menjaga kontinuitas
pelayanan. Mewakili kepentingan pasien adalah inti dari peran MPP, namun
peran ini ini juga menjangkau pemangku kepentingan lain. MPP melakukan
advokasi untuk opsi pengobatan yang dapat diterima setelah berkonsultasi
dengan DPJP, termasuk rencana pemulangan yang aman
a) Memastikan bahwa pemeriksaan pasien adalah tepat dan perlu serta
dilakukan dalam kerangka waktu yang sudah ditetapkan
b) Berkomunikasi dengan DPJP-PPA secara berkala selama rawat inap dan
mengembangkan suatu hubungan kerja yang efektif. Membantu para
DPJP untuk menjaga biaya dan hasil pasien yang diharapkan
c) Mempromosikan utilisasi sumber-sumber klinis agar efektif dan efisien
d) Menawarkan bentuk-bentuk asuhan alternative kepada pasien sesuai
kebutuhannya, baik karena pasien sudah mau dipulangkan atau
membutuhkan asuhan jangka panjang yang rentan terhadap peraturan
keuangan RS.
e) Memberikan advokasi kepada pasien, meningkatkan hubungan
kolaboratif untuk memaksimalkan kemampuan pasien dan keluarga
untuk membuat keputusan-keputusan medis.
f) Bekerja dengan para manajer rumah sakit dan para DPJP, memberikan
advokasi atas nama pasien untuk menentukan pelaksanaan layanan
terbaik bagi pasien sambil mengkomunikasikan kepada pasien sarana
bermutu
yang tersedia. Memberikan informasi klinis kepada para pembayar,
mencarikan otorisasi asuhan yang perlu.
g) Membantu pasien dan keluarga mengembangkan suatu discharge plan,
termasuk koordinasi dengan pelayanan medis di komunitas dan, bila
perlu, admisi ke fasyankes asuhan pasca ranap, antara lain. Pelayanan
rehabilitasi, atau fasilitass perawatan terampil.
Dalam penelitian Kgasi (2010), sebagian besar case manager (91.7%)
menyatakan bahwa mereka mampu menangani pasien. Hal ini didukung dengan
pendapat bahwa case manager diharapkan dapat bertanggung jawab untuk
menjaga hubungan anatara pasien/keluarga dan tim kesehatan (Cesta & Tahan,
1998). Melakukan koordinasi perawatan kesehatan yang diberikan kepada pasien
dan memfasilitasi komunikasi antara anggota tim pelayanan kesehatan (Phaneuf,
2008).
4. Koordinasi Pelayanan
Koordinasi pelayanan untuk kontinuitas pelayanan dan pemenuhan
kebutuhan asuhan pasien.
a) Melakukan koordinasi dan integrasi pelayanan sosial / fungsi case-
management ke dalam asuhan pasien, discharge planning, proses
pemulangannya.
b) Mengkoordinasikan pemberian pelayanan sosial kepada pasien, keluarga, dan
orang-orang lain yang penting untuk memampukan mereka menghadapi
dampak penyakit terhadap fungsi keluarga pasien dan untuk memperoleh
manfaat maksimum dari pelayanan kesehatannya.
Hasil penelitian dari Kgasi (2010) memperlihatkan bahwa mayoritas dari
case manager mampu untuk menentukan informasi klinis yang sesuai dan
mengkoordinasikan perawatan menggunakan pengobatan yang cepat untuk
menentukan kebutuhan pasien. Namun, tampaknya terdapat ketidakpastian
(37,5%) responden memiliki ketidakpastian pada saat akan melakukan koordinasi
ke lini yang lain. Koordinasi terhadap setiap sumber daya bertujuan untuk
mengurangi fragmentasi dan duplikasi ketentuan perawatan pasien (Cesta &
Tahan, 1998). Didukung oleh pendapat (Phaneuf, 2008) bahwa salah satu peran
dari case manager adalah mencegah terjadinya duplikasi intervensi dalam
pemberian perawatan.
5. Evaluasi
Evaluasi utilisasi pelayanan, pelaksanaan clinical pathway, termasuk
evaluasi kendali mutu dan biaya.
a. Melakukan telaah utilisasi (utilization review), melalui tugas evaluasi
clinical pathway. Telaah utilisasi mencakup mekanisme kendali biaya,
dan ketepatan, kebutuhan dan mutu pelayanan kesehatan yang dimonitor
oleh pembayar dan provider.
b. Melaksanakan telaah atas utilisasi pelayanan secara tepat sejak admisi
sampai discharge. Mengevaluasi kepuasan pasien dan mutu layanan yang
diberikan.
c. Memantau length of stay.
6. Tindak Lanjut Pasca Dicharge
Pemantauan dan tindak lanjut menjaga kontinuitas pelayanan
a. Tindak lanjut, pemantauan, pelayanan dan asuhan pasca discharge
b. Reimbursement Case manager perlu untuk mengawasi tindak lanjut
perawatan kesehatan pasien dan memastikan pelaksanaan rencana
perawatan dan tindak lanjut (Phaneuf, 2008).
BAB 3
PERENCANAAN KEGIATAN

3.1 Pengorganisasian
Narator Role Play : Asyatul Ayu Nur Faizah, S.Kep
Ketua tim : Ainun Kholiqqul Anshori, S.Kep
Manager kasus : Umi Isma, S.Kep
dr. Umum : Dewi Indra Yanti, S.Kep
dr. Ahli Gizi : Setya Bagus Husada, S.Kep
Pasien : Siti Lathifatul Ulfayati, S.Kep
Keluarga pasien : Rita Nur Azlina, S.Kep
Kakak pasien : Vela Refiyanti, S.Kep
Dokumentasi : Selvi Putri Rachmawati, S.Kep

3.2 Mekanisme Kegiatan


Tahap Case Manager Kegiatan
Kegiatan
Pra case Melakukan koordinasi dengan 1. Merencanakan
manager 5 unit dan instalasi serta bidang program
menit terkait agar sistem manajemen pelayanan
pelayanan pasien berjalan baik. 2. Berkolaborasi
dengan dokter
dan ahli gizi
Case Melakukan pembinaan, bantuan, 1. Pembinaan sistem
manager pengawasan dan pembimbingan case manager oleh
15 menit serta evaluasi pada case manager bidang pelayanan
unit dalam melaksanakan medik, bidang
tugasnya. pelayanan diagnostic
dan khusus serta
bidang keperawatan
2. Menjelaskan data
pendokumentasian
perencanaan
keperawatan
3. Menjelaskan data
pendokumentasian
evaluasi tindakan
keperawatan.
Post case Melakukan pelaporan setiap 1. Mengevaluasi rekam
manager bulan atau apanila dipandang medik untuk
10 menit khusus, tentang hasil memastikan bahwa
pekerjaannya kepada direktur telah dilakukan
melalui wakil direktur pelayanan 2. Mendengarkan
medik keperawatan dengan seksama
3. Menerima hasil
penilaian

3.3 Metode
Role Play
3.4 Evaluasi
Hari/tanggal : Senin, 1 April 2024
Pelaksana : Mahasiswa Profesi
Topik : Case Manager
Tempat : Ruang Flamboyan RSUD Ngimbang Kab. Lamongan
3.5 Evaluasi
1. Evaluasi struktur
Pelaksanaan dilaksanakan 2 hari sbelum acara dimulai dari
pembuatan proposal, undangan dan berlatih role play untuk perawat
ruangan yang akan dilakukan case manager serta kepla ruangan sebagai
supervisor dalam kegiatan case manager.
2. Evaluasi proses
Evaluasi dilihat berdasarkan kelancaran proses sesuai dengan
rencana dan alur yang ada serta perawat yang bertugas sesuai perannya.
3. Evaluasi hasil
Perawat mampu melakukan tindakan sesuai prosedur, acara berjalan
sesuai dengan proposal rencana kegiatan, setiap mahasiswa bekerja
sesuai peran masing-masing.
Lampiran

ROLE PLAY MANAJEMAN KONFLIK

Narator Role Play : Asyatul Ayu Nur Faizah, S.Kep


Ketua tim : Ainun Kholiqqul Anshori, S.Kep
Manager kasus : Umi Isma, S.Kep
dr. Umum : Dewi Indra Yanti, S.Kep
dr. Ahli Gizi : Setya Bagus Husada, S.Kep
Pasien : Siti Lathifatul Ulfayati, S.Kep
Keluarga pasien : Rita Nur Azlina, S.Kep
Kakak pasien : Vela Refiyanti, S.Kep
Dokumentasi : Selvi Putri Rachmawati, S.Kep

SKENARIO
TAHAP ORIENTASI
Manajemen kasus merupakan dalam pemberian suatu pendekatan dalam
pemberian pelayanan yang ditujukan untuk menjamin agar klien yang mempunyai
masalah dapat memperoleh semua pelayanan yang dibutuhkan secara tepat. Kasus
disini adalah orang dalam situasi menerima atau mencari pertolongan. dalam
manajemen kasus ini, pekerja sosial melaksanakan peranan sebagai manager
kasus (Case Manager).
MK : Assalamualaikum Bapak, saya perawat Umi Isma sebagai manager kasus
yang akan bertanggung jawab mengenai Ny. B selama proses pengobatan
dan perawatan di RSUD Ngimbang Kab. Lamongan ini. Maaf sebelumnya,
ini dengan Ny. B siapa ?
P : Saya Bella Kurnia.
MK : Bagaimana keadaan Ibu sekarang ?
P : Yang saya rasakan sakit perut, mual dan tidak nafsu makan sus.
MK : Sekarang di infus dulu. Ini gunanya untuk menambah cairan di tubuh Ibu
sehingga tidak kekurangan cairan. Maaf, ini Ny. B kalau makan satu
porsi dihabiskan ?
KP : Setengah porsi sus.
MK : Ny. B juga mengalami mual muntah?
KP : Iya sus, biasanya 2x dalam sehari, itupun setelah makan juga langsung
muntah. Jadi tidak ada sesuatu yang masuk diperutnya.
MK : BABnya berapa kali sehari bu? dan warnanya
apa? KP : 1x sehari sus dan warnyanya hitam.

TAHAP ASSASEMENT DAN INFORMASI DAN MEMAHAMI SITUASI


KLIEN
Fungsi ini merujuk pada pengumpulan informasi dan memformulasikan
suatu assasement kebutuhan klien, situasi kehidupan dan sumber-sumber yang ada
serta penggalian potensi klien.
MK : Ini Ny. B di diagnosa Gastritis oleh dokter dan biasanya tanda dan gejala
gastritis yaitu nyeri perut sebelah kiri sejak 1 minggu yang lalu, disertai
dengan mual muntah nafsu makan menurun, perut kembung dan tinja
hitam.
KP : Iya sus, anak saya mengalami hal-hal yang telah suster sebutkan tadi. nyeri
perut sudah 1 minggu yang lalu, saat BAB tinjanya berwarna hitam. dan
saat makan biasanya langsung muntah.
MK : Saat Ny. B mengalami nyeri perut biasanya apa yang ibu lakukan?
KP : Saya membeli obat Mylanta di Apotek. biasanya setelah minum tidak nyeri
tetapi beberapa jam setelahnya akan merasakan nyeri lagi.
MK : Gastritis ini disebabkan oleh infeksi bakteri dan virus, reaksi auto imun,
konsumsi minuman berakohol secara berlebihan.
KP : Iya suster terimakasih atas informasinya.

MERENCANAKAN PROGRAM PELAYANAN


Pekerja sosial mengidentifikasi berbagai pelayanan yang dapat diakses
untuk memenuhi kebutuhan klien dan keluarganya serta orang lain yang
berpengaruh secara bersama-sama merumuskan tujuan dan merancangnya dalam
suatu rencana intervensi yang terintegrasi.
Setelah hasil pemeriksaan darah lengkap keluar. Manager Kasus harus
merencanakan program pelayanan yang akan diberikan terhadap Ny. B. seperti
berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi cairan dan terapi obat-obatan.
dan berkolaborasi dengan ahli gizi untuk pemenuhan nutrisi Ny. B dan
Manajemen kasus menjelaskan kepada keluarga tentang perencanaan tindakan
yang akan diberikan untuk Ny. B.
MK : Ibu, ini hasil laboratoriumnya sudah keluar dan Ny. B mengalami penyakit
gastritis atau asam lambung.
KP : Untungnya saya langsung bawa ke Rumah sakit
MK : Iya bu, untuk itu saya yang bertanggung jawab terhadap Ny. B
merencanakan berbagai tindakan untuk pengobatan dan perawatan Ny. B
dengan berkolaborasi dengan dokter untuk terapi cairan, terapi obat, dan
berkolaborasi dengan ahli gizi untuk pemenuhan nutrisi Ny. B dan
berkolaborasi dengan tim laboratorium untuk pemeriksaan darah lengkap
anak B. mungkin ada yang mau di tanyakan tentang tindakan yang akan
dilakukan terhadap anak B.
KP : Tidak ada sus, saya percaya dan yakin suster melakukan yang terbaik untuk
kesembuhan anak saya.

MENGHUBUNGKAN DAN MENGKOORDINASIKAN PELAYANAN


Seperti peranannya sebagai case manager kasus harus menghubungkan klien
dengan sumber-sumber yang tepat. Peranan manager kasus dapat berbeda-beda
walaupun pekerja sosial utamanya sebagai partisipasi aktif dalam menyampaikan
pelayanan kepada individu atau keluarga. manager kasus menekankan pada saat
koordinasi dengan sumber- sumber yang digunakan klien dengan menjadi saluran
dan berkomunikasi dengan sumber-sumber pelayanan.
MK : Dok, ini hasil laboratoriumnya Ny. B sudah keluar dan hasilnya Ny. B
mengalami penyakit gastritis atau asam lambung, dan pasien lemas.
dr. U : Selalu berikan cairan Ringer Laktat dan Nacl, berikan antibiotic dan anti
peuretik. Dan sarankan kepada keluarga untuk USG Abdomen. 15 menit
lagi saya akan melakukan kunjungan ke pasien Ny. B.
MK : Baik dokter terimakasih.
Manager Kasus juga akan berkolaborasi dengan Ahli Gizi untuk
pemantauan nutrisi Ny. B karena selama sakit Ny. B tidak nafsu makan karena
setiap makan langsung muntah.
MK : Dok, ini Pasien saya Ny. B dengan diagnose gastritis yang mempunyai
keluhan nyeri perut sebelah kiri 1 minggu yang lalu, disertai dengan mual
muntah nafsu makan menurun, perut kembung. Saya berharap kepada
dokter untuk mengatasi masalah nutrisi Ny. B.
dr. AG : baik sus saya akan melakukan perencanaan nutrisi yang akan diberikan
kepada Ny. B dan melaksanakannya terhadap Ny. B.
MEMBERIKAN PELAYANAN TINDAK LANJUT DAN MONITORING
Manager Kasus secara regular menindaklanjuti hubungan dengan klien dan
penyediaan pelayanan untuk menjamin bahwa pelayanan yang dibutuhkan dapat
diterima dan dimanfaatkan oleh klien.
Manager Kasus melakukan pemeriksaan kembali untuk merencanakan
tindak lanjut terhadap Ny. B dan selalu memonitor setiap pelayanan yang
diberikan oleh pelayanan kesehatan yang lain.
MK : Ny. B bagaimana keadaannya sekarang setelah dirawat disini ?
Ny. B : Sudah baikan sus, sudah tidak nyeri lagi dan tidak mual muntah lagi. Jadi
saya bisa makan, dan badan saya tidak lemas lagi.

MEMBERIKAN SUPPORT PADA KLIEN


Selama pelayanan berlangsung yang disediakan oleh berbagai sumber,
Manager Kasus membantu klien dan keluarga yang meliputi pemecahan konflik
pribadi, konseling, menyediakan informasi, memberikan dukungan emosional dan
melakukan pembelaan yang tepat untuk menjamin bahwa mereka menerima
pelayanan yang tepat.
MK : Ny. B harus selalu makan tepat waktu yaa… dan minum obat harus tepat
waktu agar cepat sembuh.
Ny. B : Iya suster, terimakasih…

Keesokan harinya Ny. B sudah diperbolehkan pulang dan keluarganya dibekali oleh
edukasi.

Anda mungkin juga menyukai