Anda di halaman 1dari 124

LAPORAN DESIMINASI AKHIR

STASE MANAJEMEN KEPERAWATAN


RUANG TERATAI RSUD dr. HARYOTO LUMAJANG

Nama Kelompok :

Binna Remi Arif Kurniawan (20020017)

Desy Ratnasari (20020019)

Emi Afrita Dahlia (20020030)

Faizatul Riski (20020023)

Febri Indra Dwi Pratanto (20020036)

Karmila (20020049)

Muhammad Abdul Wasik (20020093)

Muhammad Indra Permana (20020061)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN dr SOEBANDI JEMBER
YAYASAN PENDIDIKAN JEMBER INTERNASIONAL SCHOOL (JIS)
2020/2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penyusunan laporan akhir stase Manajemen Keperawatan ini dapat
terselesaikan. Laporan akhir ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan
penyelesaian pendidikan ProgramStudi Profesi Ners STIKES dr. Soebandi
Jember. Selama proses penyusunan laporan akhir ini mahasiswa/mahasiswi
dibimbing dan dibantu oleh berbagai pihak.

Semoga amal kebaikannya diterima oleh Allah SWT. Dalam penyusunan


laporan akhir ini saya menyadari masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan di masa mendatang.
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Jember, 10 Juni 2021

Penyusun

1
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Akhir Praktik Manajemen Keperawatan Program Profesi Ners STIKES


dr. Soebandi Jember telah disahkan untuk diseminarkan pada :

Hari : Kamis

Tanggal : 10 Juni 2021

Tempat : RSUD dr. HARYOTO LUMAJANG

Mengetahui,

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik

(Emi Suprapti, S.SiT ) (Ns.Prestasianita Putri, S.Kep., M.Kep)

Menyetujui

Kepala Bidang Keperawatan

(………………………………………….)

2
BAB I
LATAR BELAKANG

A. LATAR BELAKANG
Manajemen merupakan suatu ilmu tentang bagaimana
menggunakan sumberdaya secara aktif, inovatif da kreatif serta rasional
untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnnya.
Menejemen mencangkup kegiatan koordinassi dan supervisi terhadap staf,
sarana dan prasarana dalam mencapai tujuan. Manajemen keperawatan
merupakan proses bekerja melalui anggota staf anggota keperawatan untuk
memberikan asuhan keperawaatan secara profesional. Keperawatan
profesional dalam pelayanannya diperlukan adanya pengembangan
keperawatan secara profesional. Dalam mengoptimalkan peran dan
menejemen keperawatan perlu adanya strategi yang salah satunya adalah
dengan harapan adanya faktor pengelola yang optimal serta mampu
meningkatkan efektifitas dan efesiensi pelayanan keperawatan (Nursalam,
2015).
Suatu organisasi dalam mencapai suatu tujuan perlu didukung oleh
pengelolaan faktor-faktor antara lain man, money, machine, mathode, dan
material. Pengelolaan yang seimbang dan baik dari ke lima faktor tersebut
akan membeerikan kepuasan kepada klien dan pelanggan rumah sakit. Ke
lima standart rumah sakit tersebut harusnya telah dimiliki oleh rumah
sakit yang telah terakreditasi. Model praktek keperawatan professional
salah satunya adalah dengan adanya posisi perawat sebagai seorang kepala
ruangan, ketua tim, atau perawat pelaksana dalam suatu bagian perlu
adanya suatu pemahaman tentang bagaimana mengelolah dan memimpin
orang lain dalam mencapai tujuan asuhan keperawatn yang berkualitas
(Nursalam, 2015).

3
1.1 Tujuan
1.1.1 Tujuan Umum
Menganalisis penerapkan prinsip-prinsip manajemen keperawatan
dengan menggunakan Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP),
secara bertanggung jawab dan menunjukkan sikap kepemimpinan yang
professional serta langkah-langkah manajemen keperawatan.

1.1.2 Tujuan Khusus


a Mengidentifikasi 5M di Ruang Teratai RSUD dr. Haryoto Lumajang
b Mengidentifikasi analisa masalah (Analisa SWOT) di Ruang Teratai
RSUD dr. Haryoto Lumajang
c Menentukan prioritas masalah (CARL) di Ruang Teratai RSUD dr.
Haryoto Lumajang
d Mengidentifikasi perencanaan tindakan (PLAN OF ACTION) di
Ruang Teratai RSUD dr. Haryoto Lumajang
e Mengidentifikasi implementasi dan evaluasi di Ruang Teratai RSUD
dr. Haryoto Lumajang

1.2 Manfaat
1.2.1 Bagi RSUD dr. Haryoto Lumajang
a Memberikan masukan dalam meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan
b Meningkatkan daya tarik Rumah Sakit untuk tampil lebih baik dimata
masyarakat
c Memberikan contoh aplikasi pelaksanaan manajemen keperawatan
agar kegiatan keperawatan dapat berjalan efektif dan efisien
1.2.2 Bagi Ruang Teratai
a Meningkatkan profesionalisme keperawatan
b Memberikan kesempatan untuk berfikir kritis dalam menganalisis
pelaksanaan proses manajemen di Ruang Teratai RSUD dr. Haryoto
c Memberikan pengalaman pada perawat di Ruang Teratai RSUD dr.
Haryoto dalam bidang manajemen

4
d Memberikan kenyamanan dan keamanan dalam menerima pelayanan
keperawatan di Ruang Teratai RSUD dr. Haryoto
e Mempercepat proses kesembuhan klien sehingga dapat mengefisiensi
biaya pengobatan dan perawatan di Rumah Sakit
f Meningkatkan kepercayaan klien pada perawat yang bertugas di Ruang
Teratai RSUD dr. Haryoto dalam pelaksanaan asuhan keperawatan
yang sesuai dengan teori manajemen
1.2.3 Bagi Mahasiswa
a. Sebagai sarana pembelajaran manajemen keperawatan
b. Mengasah softskill mahasiswa dalam kepemimpinan menuju dunia
kerja

5
BAB II
GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT

2.1 Gambaran Umum Rumah Sakit


2.1.1 Sejarah Singkat Rumah Sakit dr. Haryoto Lumajang
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Lumajang didirikan pada
tahun 1948, menjadi satu dengan kantor Dinas Kesehatan di Jl. S. Parman No
13 Lumajang. Pada tahun 1954, rumah sakit dipindahkan ke Jl. Basuki
Rahmat No. 5 (dulu bernama Jl. A. Yani No 281) dan mulai operasional pada
10 November 1955. Pada tahun 1991, rumah sakit diberi nama RS Nararyya
Kirana, pada tanggal 15 September 1997, RS Nararyya Kirana dikukuhkan
menjadi Rumah Sakit Swadana oleh Bupati Lumajang atas dasar SKB Tiga
Menteri. April 2001, Nama RS Nararyya Kirana berubah menjadi RSD dr.
Haryoto (Peraturan Daerah Nomor 02 Tahun 2001). Tanggal 30 September
2005, RSUD dr. Haryoto mengalami peningkatan dari kelas C menjadi Kelas
B Non Pendidikan. Pada 2009 RSUD dr. Haryoto ditetapkan sebagai Badan
Layanan Umum Daerah dengan Keputusan Bupati Lumajang Nomor
188.45/308/427.12/2009 tentang Penetapan Status Pola Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD).
RSUD dr. Haryoto Lumajang merupakan salah satu Rumah Sakit
milik Pemda Lumajang yang bermodel RSU, dikelola oleh  Pemerintah
Kabupaten dan tercatat kedalam Rumah Sakit Kelas B. Rumah Sakit ini telah
teregistrasi semenjak  28/01/2016 dengan Nomor Surat Izin
P2T/2/03.23/01/I/2014 dan Tanggal Surat Izin  30/01/2014 dari  Gubernur
Jatim dengan sifat  tetap, dan berlaku sampai   30 Januari 2019. Setelah
melakukan Metode AKREDITASI RS Seluruh Indonesia dengan
proses Pentahapan II akhirnya diberikan status Lulus Akreditasi paripurna 15
pokja Rumah Sakit pada tanggal 16-18 Oktober 2017. RSUD ini berlokasi di
Jl. Basuki Rahmat No.5, Lumajang, Jawa Timur, Indonesia.
Taylor dalam bukunya The Principles of Scientific Management
(1911) menganjurkan bahwa pekerjaan harus dipelajari secara ilmiah untuk
menentukan jalan terbaik dalam melaksanakan setiap tugas. Prinsip yang

6
dianut adalah menghasilkan produksi semaksimal mungkin dengan
pengeluaran energi yang minimal. Manajemen ilmiah ini membutuhkan
revolusi mental dan tanggung jawab moral yang tinggi dalam upaya mencapai
tujuan organisasi. Dengan kata lain, semua kegiatan harus direncanakan
sebaik mungkin baik dari segi keuntungan maupun kerugiannya berdasarkan
parameter-parameter ilmiah yang telah ditetapkan. Manajemen adalah proses
yang dinamis, yang senantiasa berubah sesuai dengan tuntutan
perkembangan. Manajemen merupakan proses mengorganisir sumber-sumber
untuk mencapai tujuan dimana arah tujuan yang akan dicapai ditetapkan
berdasarkan visi, misi, filosofi organisasi.
Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota
staf keperawatan untuk memberikan asuhan, pengobatan dan bantuan
terhadap para pasien dengan menggunakan fungsi dan peran perawat (Gillies,
1989 dalam Mugianti, 2016). Manajemen keperawatan merupakan pelayanan
keperawatan professional dimana tim keperawatan dikelola dengan
menjalankan empat fungsi manajemen yaitu perencanaan, pengorganisasian,
motivasi dan pengendalian. Dari keempat fungsi manejemen tersebut saling
terkait dan saling berhubungan dan memerlukan keterampilan teknis,
hubungan antar manusia dan konseptual yang mendukung agar tercapainya
asuhan yang bermutu, dan berdaya guna bagi klien. Maka manajemen
keperawatan perlu mendapat perhatian dan menjadi prioritas utama dalam
pegembangan profesi keperawatan, dengan tututan global baik dalam
perkembangan ataupun perubahan memerlukan perencanaan dan pengelolaan
secara professional dengan memperhatikan setiap perubahan dan kemajuan
yang terjadi (Nursalam, 2014).
Salah satu untuk meningkatkan keterampilan manajemen yang handal,
maka diperlukan praktik atau terjun langsung kelapangan untuk
mempraktikkan teori yang telah didapat dibangku kuliah. Mahasiswa
Program Profesi Ners Stikes dr. Soebandi Jember dituntut untuk
mengaplikasikan langsung pengetahuan manajerial dengan arahan dari
pembimbing ruangan maupun pembimbing akademik yang intensif. Praktik
tersebut diharapkan dapat menerapkan prinsip-prinsip manajemen

7
keperawatan dengan menggunakan Model Praktik Keperawatan Profesional
(MPKP), secara bertanggung jawab dan menunjukkan sikap kepemimpinan
yang professional serta langkah-langkah manajemen keperawatan. Stikes dr.
Soebandi Jember melakukan pembelajaran manajerial di RSUD dr. Haryoto
Lumajang Ruang Teratai sebagai salah satu unit pelayanan di RSUD dr.
Hartoto Lumajang lahan praktik untuk Program Profesi Ners, Stase
Manajemen Keperawatan Stikes dr. Soebandi Jember.

2.1.2 Falsafah, Motto, Visi, Misi dan Tujuan


a) Falsafah
“Memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada masyarakat, sehingga
semua hak dan kebutuhan pasien dapat terpenuhi dan terlindungi”

b) Motto
“ Pelayanan prima adalah tujuan kami “

c) Visi
“Menjadi Rumah Sakit pilihan utama masyarakat Lumajang dan
sekitarnya”

d) Misi
“Meningkatkan pelayanan kesehatan dengan dukungan SDM, sarana
prasarana, dan pengolahan manjemen sesuai standart yang berorientasi
pada kepuasan pelanggan”

e) Tujuan
 Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan rumah sakit secara
profesiaonal
 Menjadi rumah sakit sebagai pusat rujukan di wilayah Kabupaten
Lumajang dan sekitarnya
 Meningkatkan kemampuan keterampilan dan pengembangan
profesionalisme petugas melalui pendidikan dan pelatihan

8
 Meningkatkan peran dan fungsi penyuluhan kesehatan rumah sakit
dalam upayah sosial marketing rumah sakit

2.1.2 Jenis-jenis Pelayanan Kesehatan


a. Pelayanan Poli Umum
b. Pelayanan Poli Gigi
c. Pelayanan Poli KIA
d. Pelayanan Poli MTBS
e. Pelayanan Laboratorium
f. Pelayanan Fisioterapi
g. Pelayanan Radiologi
h. Pelayanan Farmasi Obat
i. Pelayanan Gawat Darurat
j. Pelayanan Rawat Inap dan Persalinan
k. Pelyanan Promosi Kesehatan
l. Pelayanan Kesehatan Lingkungan
m. Pelayanan Gizi Masyarakat
n. Pelayanan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit
o. Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat
p. Pelayanan Kesehatan Lansia

2.1.3 Penampilan Kerja


Salah satu ruangan yang terdapat pada ruang Teratai adalah
Pengumpulan data primer maupun sekunder dari Ruang Teratai dilakukan
tanggal 24-26 Mei 2021, meliputi ketenagaan, sarana dan prasarana,
metode, sumber keuangan, berdasarkan laporan indikator
a.Jumlah pasien yang dirawat 11 orang
b. BOR
BOR ( Bed Occupancy Rate ) presentasi tempat tidur pada satuan
waktu tertentu dengan standar pencapaian 60-85% (Deokes RI. 2005
Kementrian 2011).

Rumus : Σ hari perawatan (HP) x 100%

9
Σ Jumlah TT x Jml Hari Persatuan Waktu
BOR ruang Teratai. Tanggal 24-26 Mei 2021.
Mahasiswa Profesi Ners melakukan penghitungan BOR di ruang Teratai
dari hasil pengkajian selama 3 hari di dapat jumlah hari perawatan
sebanyak 27, dan ada 38 tempat tidur, jumlah pasien keluar 15.
BOR = Σ hari perawatan (HP) x 100%
Σ Jumlah TT x Jml Hari Persatuan Waktu
= 27 x 100% =27 %
38 x 3
Pada tanggal 24-26 Mei 2021, BOR di ruang Teratai selama 3 hari tempat
tidur adalah sebesar 27%.
c. ALOS
ALOS ( Average Lenght of Stay ) adalah rata-rata jumlah hari
pasien rawat inap tinggal di rumah sakit, tidak termasuk bayi lahir di
rumah sakit dalam periode dengan standar pencapaian 6-9 hari (Deokes
RI. 2005 Kementrian 2011).

Rumus : Jumlah hari perawatan pasien keluar


Jumlah pasien kluar
LOS Diruang Teratai
LOS = Jumlah hari perawatan pasien keluar
Jumlah pasien kluar
= 27 = 2 Hari
15

d. BTO
BTO ( Bed Turn Over ) adalah frekuensi pemakaian tempat tidur
pada satu periode ,berapa kali tempat tidur di pakai dalam satu satuan
waktu, dengan standar pulang atau kluar

Rata-rata tempat tidur siap pakai/tersedia

Hasil dari Ruang Zaal


BTO = Pasien pulang atau kluar

10
Rata-rata tempat tidur siap pakai/tersedia
= 15 = 0,3
38

e. TOI
pencapaian 40-50 kali (Deokes RI. 2005 Kementrian 2011).

Rumus : Pasien

TOI ( Turn Over Interval ) adalah rata-rata hari tempat tidur


tersedia pada periode tertentu yang tidak terisi adalah pasien keluar atau
meninggal dan pasien masuk denganstandar pencapaian 1-3 hari (Deokes
RI. 2005 Kementrian 2011).

Rumus : (jumlah TT x Hari perawatan Waktu) - Hari Perawatan RS


Jumlah Pasien Kluar (Hidup+Mati)
Hasil dari ruang Zaal

TOI = jumlah TT x Hari perawatan Waktu) - Hari Perawatan RS


Jumlah Pasien Kluar (Hidup+Mati)
= (38 x 3) – 27 = 6
15
NO. IINDIKATOR NILAI

1. BOR 27%

2. ALOS 2 hari

3. BTO 0,3

4. TOI 6

BAB III
PENGKAJIAN

11
3.1 Pengumpulan Data
Berdasarkan wawancara dengan kepala ruagan tanggal 24 Mei 2021, diketahui
bahwa masih banyak permasalahan yang ditemui dalam penerapan managemen
keperawatan, baik dalam fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengawasan dan
pengendalian, dimana fungsi managemen tersebut belum dilaksanakan secar
optimal. Pengkajian dilakukan pada tanggal 24 Mei 2021 yang bertujuan untuk
mendapatkan informasi yang berhubungan dengan aspek managemen
keperawatan melalui pendekatan terhadap aspek managemen pelayanan dan
managemen asuhan keperawatan. Pengkajian managemen meliputi fungsi
perencanaan, fungsi pengorganisasian, fungsi pengawasan dan fungsi
pengendalian. Metode yang digunakan untuk memperoleh data adalah studi
literatur dengan membaca laporan ruangan, dan konfirmasi dilakukan melui
observasi dan wawancara.
Observasi dilakukan dengan melihat ada tidaknya visi dan misi di ruang
perawat, struktur organisasi ruangan, SOP dan SAK, ketersediaan format
dokumentasi asuhan keperawatan dan menilai dokumentasi proses keperawatan
dengan menggunakan instrument.
Pengumpulan data primer maupun sekunder dari Ruang Teratai dilakukan
tanggal 24 sampai dengan 26 Mei 2021, meliputi ketenagaan, sumber keuangan,
sarana dan prasarana, metode, serta pangsa pasar. Data yang didapat dianalisis
menggunakan analisis SWOT sehingga diperoleh beberapa rumusan masalah, ada
10 kasus tertinggi yang di temukan kemudian dipilih satu masalah sebagai
prioritas masalah.
3.2 Analisis Hasil Pengkajian Fungsi Managemen diruang Rawat Teratai
3.2.1 Fungsi Perencanaan
a. Visi, misi organisasi
Wawancara: menurut kepala ruangan saat ini visi dan misi diruang Teratai
sudah terbentuk.
Observasi: hasil pengamatan diruang Teratai tidak terlihat visi misi
keperawatan yang ditempel didinding ruangan yang dapat terbaca dengan
mudah oleh semua orang yang melewatinya.

12
Masalah : visi dan misi tidak terlihat tertempel di dinding ruangan yang
dapat terbaca dengan mudah oleh semua orang yang melewatinya.
b. Filosofi Keperawatan
Wawancara: menurut kepala ruangan agar perawat dapat bekerja
berdasarkan filosofi ilmu mereka secara rutin dilakukan setiap kesempatan
diantaranya pada saat tindakan di ruangan.
Observasi: belum terlihat filosofi diruangan.
Masalah : filosofi ruangan belum ada.
c. Peraturan Organisasi
Wawancara, Menurut perawat diruangan sudah memiliki peraturan yang
merujuk ke DEPKES
Observasi
d. Pembuatan Rencana Harian
Wawancara: menurut kepala ruangan di ruang Teratai sudah membuat
rencana harian Observasi: sudah ada catatan harian, bulanan dan tahunan di
ruangan.
Masalah: catatan harian, bulanan dan tahunan di ruangan sudah ada.
3.2.2 Pengorganisasian
a. Struktur organisasi
Wawancara, menurut kepala ruang didapatkan informasi bahwa struktur
ketenagaan yang ada sudah dibentuk tim sebagai penerjamaan namun tidak
menggunakan konsep MPKP diruangan.
Observasi : ada struktur organisasi yang terlihat dan dipasang di didinding
ruangan nurse station.
Masalah : struktur organisasi terpasang didinding ruangan nurse station.
b. Pengorganisasian Perawatan Klien
Wawancara : Menurut kepala ruang didapatkan data bahwa metode
penugasan yang dilakukan menggunakan metode tim dengan membentuk
dalam ruangan 1 tim
Observasi : hasil pengamatan ada 1 tim diruangan yang dibuat untuk
melakukan asuhan kebidanan sehari-hari. Pembagian tanggung jawab
terhadap pasien dilakukan berdasarkan kamar, bidan pelaksana langsung

13
bertanggung jawab kepada kajaga dan kepala ruangan di susun sudah
menunjukan penerapan metode tim.
Masalah : optimalnya pelaksanaan metode modifikasi tim-primer.
c. Uraian Tugas
Wawancara : menurut kepala ruangan setiap bidan mempunyai uraian
tugas masing-masing bagi tiap tenaga kebidanan. Batas wewenang dan
tanggung jawab bidan cukup jelas dengan dibuat job discription di ruangan.
Observasi : diruangan belum ada buku uraian tugas bidan sesuai perannya.
Masalah : diruangan belum ada buku uraian tugas bidan sesuai perannya.
d. Metode Penugasan
Wawancara : menurut kepala ruang didapatkan informasi tidak terdapat
penghitungan jumlah tenaga kebidanan yang sesuaikan dengan rasio klien
menggunakan rumus Douglas.
Observasi : jumlah perawat dinas harian dengan rincian dinas sebagai
berikut :
Pagi = 4, siang = 3, malam = 2, cuti = 2. Untuk dinas pagi ditambah 1
kepala ruang, 1 dan 1 k.jaga.
Masalah : rasio jumlah bidan sudah sesuai dengan tingkat ketergantungan
klien.
e. Pendokumentasian Asuhan Keperawatan
Wawancara : menurut kepala ruang didapatkan informasi bahwa
pendokumentasian asuhan keperawatan sudah sesuai dengan format yang
ada dan sudah di sepakati bersama antara kepala ruang dan komite
keperawatan
Observasi : tersedia lembar penulisan standart asuhan kebidanan.
f.Pengaturan Jadwal Dinas
Wawancar : menurut kepala ruangan pengaturan shift yang dilakukan oleh
kepala ruang disesuaikan dengan jumlah bidan yang ada diruangan dan
tidak didasarkan pada tingkat ketergantungan klien karena disesuaikan
dengan jumlah bidan
Observasi : format daftar shift diruangan menggunakan proporsi jumlah
bidan yang ada

14
Masalah : penjadwalan belum menggunakan tingkat ketergantungan klien.

3.3 Analisa Sumber Daya (5M) di Ruang Terataik8


3.3.1 Ketenagaan (Man/ M1)
a. Ketenagaan
1) Analisis ketenagaan jumlah tenaga kebidanan dan non kebidanan
RSUD dr. Haryoto Lumajang memiliki beberapa fasilitas
pelayanan
instalasi antara lain Instalasi Gawat Darurat (IGD), Instalasi Rawat
Jalan, Instalasi Rawat Inap (IRNA), Instalasi HCU, ICU, ICCU,
Perin, Vk, Instalasi Bedah Sentral, Gizi, Farmasi, Laboraturium
dan Radiologi. Salah satu Instalasi Rawat Inap (IRNA) adalah
ruang Teratai yang memiliki 23 kamar. Ruang Teratai memiliki
pimpinan dipimpin oleh satu kepala ruangan (KARU), dibantu
oleh Kajaga. empat belas orang bidan pelaksana (PP), satu orang
asisten perawat. Adapun struktur organisasinya adalah:
2) Latar belakang pendidikan, masa kerja dan jenis pelatihan yang
diikuti
Tabel 3.1 Latar Belakang Tenaga Kerja Ruang Teratai
Masa
Pendidika Pelatihan
No Nama Jabatan tahun
n terakhir yang diikuti
(Kerja)

1. Emi Suprapti, S.Tr.Keb KARU D4

2. Lilik Rohmatul Amalia, KATIM D4


S.Tr.Keb I

3. Trisyiana Kusumawati, BP D4
S.Tr.Keb

4. Yanti Rodiya Amd, Keb BP D4

5. Afaf Amd, Keb BP D3

6. Ika Rahmawati Amd, BP D3


Keb

15
7. Dyaning Lalitta Arrahim, BP D4
S.Tr,Keb

8. Anis Fatmawati, BP D4
S.Tr,Keb

9. Atik Inayati Rohman BP D3


Amd, Keb

10. Ayu Nouva Zurraida BP D3


Amd, Keb

11. Retno Arista Indraswari BP D3


Amd, Keb

12. Dewi Yuni Kartika Amd, BP D3


Keb

13. Nurul Fatmawati Amd, BP D3


Keb

14. Apik Arindila Nofarina BP D3


Amd, Keb

15. Lilis Karlinawati Amd, BP D3


Keb

16. Fifi Izza Alfiah Amd, BP D3


Keb

17. Firnida Putri Permatasari BP D3


Amd, Keb

Sumber : Data primer dan sekunder di Ruang teratai RSUD dr. Haryoto Lumajang
2021

3) Struktur Organisasi

16
KEPALA RUANGAN
Emi Suprapti, S.Tr.Keb

KEPALA TIM
Lilik Romatul Amalia, S.Tr.Keb

K. JAGA K. JAGA K. JAGA


Trisyina Kusumawati, A.Md.Keb Afaf, A.Md.Keb
Ika Rahmawati, A.Md.Keb Yanti Rodya, A.Md.Keb Dyianig Lalita Arrahim, S.Tr.Keb

BIDAN PELAKSANA BIDAN PELAKSANA BIDAN PELAKSANA

Anis Fatmawati, S.Tr.Keb Retno Arista Indraswari, S.Tr.Keb Apik Arindila Novarina, A.Md.Keb

Atik Inayati Rohmah, A.Md.Keb Dewi Yuni Kartika, A.Md.Keb Lilis Karlinawati, A.Md.Keb

Ayu Nouva Zurraida, A.Md.Keb Nurul Fatmawati, A.Md.Keb Fifi zza Alfiah, A.Md.Keb

ADMINIDTRASI

Firnida Putri Permatasari

Gambar 3.1 Struktur Organisasi Ruang Teratai RSUD dr. Haryoto Lumajang

1. Peran sebagai kepala ruangan

Fungsi:

a. Menentukan standar pelaksanaan kerja


b. Memberi pengarahan kepada ketua dan anggota tim
c. Supervisi dan evaluasi tugas staf
Uraian Tugas:
1) Perencanaan:
a. Menunjuk ketua tim yang bertugas di kamar masing- masing

17
b. Mengikuti serah terima pasien dari shift sebelumnya
c. Mengidentifikasi tingkat ketergantungan pasien
d. Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan aktifitas
dan kebutuhan pasien
e. Merencanakan metode penugasan dan penjadwalan staf
f. Merencanakan strategi pelaksanaan asuhan keperawatan
g. Merencanakan kebutuhan logistik dan fasilitas ruangan kelolaan
h. Melakukan pelaporan dan pendokumentasian
2) Pengorganisasian dan ketenagaan:
a. Merumuskan metode penugasan keperawatan
b. Merumuskan tujuan dari metode penugasan keperawatan
c. Merumuskan rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara jelas
d. Membuat rentang kendali diruang rawat
e. Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan, misal: membuat
roster dinas, mengatur tenaga yang ada setiap hari sesuai dengan jumlah
dan kondisi pasien
f. Mengatur dan mengendalikan pelaksanaan asuhan keparawatan dalam
bentuk diskusi, bimbingan dan penyampaian informasi; Mengatur dan
mengendalikan logistik dan fasilitas ruangan
g. Mengatur dan mengendalikan situasi lahan praktek
h. Mendelegasikan tugas kepada ketua tim
i. Melakukan koordinasi dengan tim kesehatan lain
j. Melakukan pelaporan dan pendokumentasian
3) Pengarahan

a. Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim


b. Memberikan pengarahan kepada ketua tim tentang pelaksanaan asuhan
keperawatan dan fungsi-fungsi manajemen
c. Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan berhubungan
dengan asuhan keperawatan pasien
d. Memberikan motivasi dalam meningkatkan pengetahuan, keterampilan
dan sikap
e. Melalui supervisi

18
1. Supervisi langsung terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan
melalui pengamatan sendiri atau laporan langsung secara lisan dari
ketua tim
2. Supervisi tidak langsung dengan cara mengecek, membaca dan
memeriksa rencana keperawatan serta catatan yang dibuat selama
dan sesudah proses keperawatan dilaksanakan

3. Memperbaiki, mengatasi kelemahan atau kendala yang terjadi pada


saat itu juga
f. Membimbing bawahan yang kesulitan dalam melaksanakan tugasnya
g. Memberi pujian kepada bawahan yang melaksanakan tugas dengan baik
h. Memberi teguran kepada bawahan yang membuat kesalahan
i. Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan
j. Melakukan pelaporan dan pendokumentasian

4) Pengawasan:
a. Melalui komunikasi: mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan ketua
tim maupun anggota tim/ pelaksana mengenai asuhan keperawatan yang
diberikan secara langsung kepada pasien
b. Melalui evaluasi: mengevaluasi upaya/ kerja ketua tim dan anggota tim/
pelaksana dan membandingkan dengan peran masing-masing serta dengan
rencana keperawatan yang telah disusun
c. Memberi umpan balik kepada ketua tim
d. Mengatasi masalah dan menetapkan upaya tindak lanjut
e. Pengendalian logistik dan fasilitas ruangan
f. Memperhatikan aspek etik dan legal dalam pelayanan keperawatan
g. Melakukan pelaporan dan pendokumentasian
5) Gaya kepemimpinan yang bisa diterapkan: demokratik, otokratik, pseudo
demokartik, situasional, dll;
6) Peran manajerial: informasional, interpersonal, decisional
Peran sebagai ketua tim

Fungsi:

19
a) Membuat perencanaan berdasarkan tugas dan kewenangannya yang
didelegasikan oleh kepala ruangan

b) Membuat penugasan, supervisi dan evaluasi kinerja anggota


tim/pelaksana;

c) Mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai kebutuhan pasien;

d) Mengembangkan kemampuan anggota tim/pelaksana;


Menyelenggarakan konferensi

Uraian Tugas:
a) Perencanaan:

1. Mengikuti serah terima pasien dari shift sebelumnya bersama


kepala ruangan;
2. Bersama kepala ruangan melakukan pembagian tugas untuk
anggota tim/pelaksana;
3. Menyusun rencana asuhan keperawatan
4. Menyiapkan keperluan untuk melakukan asuhan keperawatan
5. Memberi pertolongan segera pada pasien dengan masalah
kedaruratan;
6. Mengorientasikan pasien baru;
7. Melakukan pelaporan dan pendokumentasian
b) Pengarahan:
1. Memberi pengarahan tentang tugas setiap anggota tim/ pelaksana;
2. Memberikan informasi kepada anggota tim/ pelaksana yang
berhubungan dengan asuhan keperawatan;
3. Melakukan bimbingan kepada anggota tim/ pelaksana yang
berhubungan dengan asuhan keperawatan;
4. Memberi pujian kepada anggota tim/ pelaksana yang
melaksanakan tugasnya dengan baik, tepat waktu, berdasarkan
prinsip, rasional dan kebutuhan pasien;
5. Memberi teguran kepada anggota tim/pelaksana yang melalaikan
tugas atau membuat kesalahan;
6. Memberi motivasi kepada anggota tim/pelaksana;

20
7. Melibatkan anggota tim/ pelaksana dari awal sampai dengan akhir
kegiatan;
8. Melakukan pelaporan dan pendokumentasian.

c) Pengawasan:
1. Melalui komunikasi: mengawasi dan berkomunikasi langsung
dengan anggota tim/ pelaksana asuhan keperawatan kepada pasien;
2. Melalui supervisi: melihat/ mengawasi pelaksanaan asuhan
keperawatan dan catatan keperawatan yang dibuat oleh anggota
tim/ pelaksana serta menerima/ mendengar laporan secara lisan dari
anggota tim/pelaksana tentang tugas yang dilakukan;
3. Memperbaiki, mengatasi kelemahan atau kendala yang terjadi pada
saat itu juga;
4. Melalui evaluasi:
a) Mengevaluasi kinerja dan laporan anggota tim/ pelaksana dan
membandingkan dengan peran masing-masing serta dengan
rencana keperawatan yang telah disusun;
b) Penampilan kerja anggota tim/ pelaksana dalam melaksanakan
tugas;
c) Upaya peningkatan kemampuan, keterampilan dan sikap
5. Memberi umpan balik kepada anggota tim/ pelaksana
6. Mengatasi masalah dan menetapkan upaya tindak lanjut
7. Memperhatikan aspek etik dan legal dalam pelaksanaan
pelayanan
8. Melakukan pelaporan dan pendokumentasian.
d) Gaya kepemimpinan yang bisa diterapkan: demokratik,
otokratik, pseudo demokartik, situasional, dll.
e) Peran manajerial: informasional, interpersonal, decisional

3. Peran sebagai perawat pelaksana:


a) Perencanaan:
1. Bersama kepala ruang dan ketua tim mengadakan serah
terima tugas;
2. Menerima pembagian tugas dari ketua tim;
3. Bersama ketua tim menyiapkan keperluan untuk pelaksanaan

21
asuhan keperawatan;
4. Mengikuti ronde keperawatan bersama kepala ruangan;
5. Menerima pasien baru;
6. Melakukan pelaporan dan pendokumentasian
b) Pengorganisasian dan ketenagaan:
1. Menerima penjelasan tujuan dari metode penugasan keperawatan tim
2. Menerima rincian tugas dari ketua tim sesuai dengan perencanaan terhadap
pasien yang menjadi tanggung jawabnya dalam pemberian asuhan
keperawatan
3. Melaksanakan tugas yang diberikan oleh ketua tim
4. Melaksanakan koordinasi pekerjaan dengan tim kesehatan lain
5. Menyesuaikan waktu istirahat dengan anggota tim/ pelaksana lainnya
6. Melaksanakan asuhan keperawatan
7. Menunjang pelaporan dan pendokumentasian tindakan keperawatan yang
dilakukan.
c) Pengarahan:
1. Menerima pengarahan dan bimbingan dari ketua tim tentang tugas setiap
anggota tim/ pelaksana
2. Menerima informasi dari ketua tim berhubungan dengan asuhan
keperawatan
3. Menerima pujian dari ketua tim
4. Dapat menerima teguran dari ketua tim apabila melalaikan tugas atau
membuat kesalahan
5. Mempunyai motivasi terhadap upaya perbaikan;
6. Terlibat aktif dari awal sampai dengan akhir kegiatan;
7. Menunjang pelaporan dan pendokumentasian.

d) Pengawasan:

1. Menyiapkan dan menunjukkan bahan yang diperlukan untuk proses evaluasi


serta terlibat aktif dalam mengevaluasi kondisi pasien;
2. Menunjang pelaporan dan pendokumentasian.

4. Tingkat ketergantungan pasien (3 hari)

22
Tingkat ketergantungan pasien diruang Teratai selam 3 hari sebagai berikut:
Tabel 2.2 Tingkat Ketergantungan Pasien
Kategori Perawatan Paien
No. Hari Total care Partia Self care Jumlah Pasien
l care

1. Senin, 24-05-2021 2 3 5 10

2. Selasa, 25-05-2021 0 2 3 5

3. Rabu, 26-05-2021 0 1 4 5

Sumber: Data Primer di ruang Teratai Mei 2021

Pada tanggal 24 Mei 2021 jumlah pasien sebanyak10 orang yang terdiri
dari 2 total care, 3 partial care dan 5 self care. Tanggal 25 Mei jumlah pasien
sebanyak 11 orang dengan 2 total care, 3 partial care, dan 3 selfcare dan
tanggal 26 Mei 2021 jumlah pasien sebanyak 9 orang dengan 1 orang
totalcare, 4 partial care, dan 4 self care

5. Kebutuhan tenaga perawat berdasarkan tingkat ketergantungan pasien

1) Berdasarkan tingkat ketergantungan pasien (setiap hari dan kesimpulan


selama 3 hari) Douglas (1992, dalam Sitorus, 2006) menetapkan jumlah
perawat yang dibutuhkan dalam suatu unit perawatan berdasarkan
klasifikasi klien, dimana masing-masing kategori mempunyai nilai standar
per shiftnya, yaitu sebagai berikut:

Tabel 2.3 Kebutuhan tenaga perawat berdasarkan tingkat ketergantungan

23
pasien di ruang Teratai
Klasifikasi
Jumlah
Self Partial care Total care
Pasien care
Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam

1. 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20

2. 0,34 0,28 0,20 0,54 0,20 0,14 0,72 0,60 0,40

3. 0,51 0,42 0,30 0,81 0,30 0,21 1,08 0,90 0,60

Sumber : Nursalam, 2017

Kebutuhan Bidan (Senin,24 Mei 2021)


Shift Minimal Parsial Total Jumlah
Pagi 0,17 x 5 = 0,85 0,27 x 3 = 0,81 0,36 x 2 = 0,72 2,38
Sore 0,14 x 5 = 0,7 0,15 x 2 = 0,3 0,3 x 2 = 0,6 1,06
Malam 0,07 x 5 = 0,35 0,1 x 1 = 0,1 0,2 x 2 = 0,2 0,38
Jumlah bidan yang di butuhkan dalam sehari 3,76

Berdasarkan tingkat ketergantungan pasien, jumlah Bidan di ruang Teratai yang


dibutuhkan sesuai dengan perhitungan Douglas pada Hari Senin 24 Mei 2021
yaitu sebanyak 4 Bidan.

24
Sumber : Data primer dan sekunder di Ruang teratai RSUD dr. Haryoto Lumajang
2021

Jumlah Ketenagaan

Gambar 3.2 Diagram Jumlah Tenaga Kerja Perawat di Ruang Teratai


RSUD dr. Haryoto Lumajang (Sumber Data Primer Mei 2021)

Berdasarkan ketentuan, persentase bidan dengan pendidikan


akhir D4 adalah 28% dari total keseluruhan jumlah bidan dan untuk
persentase bidan dengan pendidikan akhir D3 adalah 67% dan
pendidikan terakhir SMA adalah 5%. Berdasarkan data yang
didapatkan pelatihan kekhususan di Ruang Teratai didapatkan 15
orang dengan pelatihan BCLS 4 orang ,dengan pelatihan APN 2
orang, MU:Semua,dan 2 orang dengan pelatihan PPL. Berdasarkan
data hasil pengkajian tersebut didapatkan bahwa sebagian besar
Bidan telah mendapatkan pelatihan. Pelatihan tersebut memberikan
keterampilan lebih bagi bidan dalam menangani pasien dalam
kondisi gawat darurat, hal ini sangat bagus untuk meningkatkan
pelayanan rumah sakit terhadap konsumen. Bidan di ruang Teratai
beberapa yang masih dalam usia muda, hal ini merupakan
keuntungan bagi rumah sakit sendiri dalam mempekerjakan tenaga
yang masih produktif. RSUD dr. Haryoto Lumajang telah
memprogramkan untuk kegiatan pelatihan yang diikuti oleh tenaga
kebidanan baik di dalam maupun di luar rumah sakit.

25
4) Kebutuhan Tenaga
Perhitungan kebutuhan tenaga kebidanan dapat diterapkan
beberapa formula yaitu Depkes, Douglas, Gillies
a) Douglas
Tingkat ketergantungan pasien di Ruang Teratai RSUD
dr. Haryoto Lumajang selama 3 hari sebagai berikut

Tabel 3.2 Tingkat Ketergantungan Pasien Ruang Teratai RSUD


Dr. Haryoto Lumajang
Kategori Perawatan
N Pasien
Hari Jumlah
o SHIFT Tota Pasien
Partia Minima
l
l care l care
care

1. Senin, 24- Pagi 2 3 5 10


5-2021
Siang 2 3 5 10

Malam

2. Selasa, 25- Pagi 10 2 12


5-2021
Siang

Malam

3. Rabu, 26-5- Pagi 4 3 7


2021
Siang 5 4 9

Malam

Sumber: Data Primer di Ruang Teratai RSUD dr. Haryoto


Lumajang, Mei 2021
Pada tanggal 24 Mei 2021 jumlah pasien sebanyak 10 orang
pada pagi hari yang terdiri dari 2 total care, 3 partial care dan 5
minimal care, untuk pada siang hari terdapat total pasien 10 orang
dengan 2 total care, 3 partial care dan 5 minimal care.

26
Pada tanggal 25 Mei 2021 pasien sebanyak sebanyak 12
orang pada pagi hari yang terdiri dari total care, partial care 10 dan
minimal care 2, untuk pada siang hari terdapat total pasien orang
dengan total care, partial care dan self care, untuk malam hari
terdapat total pasien orang dengan total care, partial care dan self
care.
Pada tanggal 26 Mei 2021 pasien sebanyak sebanyak 7
orang pada pagi hari yang terdiri dari total care, partial care 4 dan
minimal care 3, untuk pada siang hari terdapat total pasien 9 orang
dengan total care, 5 partial care dan 4 self care.
6.) ALUR MASUK PASIEN

Klien Datang

LOKET IGD
Unit Pelayanan

BP Umum
LABORATORIUM
KIA / KB RAWAT INAP
Gilut

APOTIK RUJUK

KONSELING
GIZI, KESPRO, SANISATASI

KLIEN PULANG

27
7.) Analisis Masalah Pada Bagian Ketenagaan

Pada saat dilakukan pengkajian didapatkan jumlah bidan di teratai

sebanyak 15 orang dengan pendidikan D4 dan adalah 10% dari jumlah

keseluruhan, dan Perawat dengan pendidikan akhir D3 sebanyak 90% dari

jumlah keseluruhan tenaga kebidanan yang ada di ruangan. Perhitingan

kebutuhan tenaga bidan pada ruangan dilakukan perhitungan menurut

perhitungan rumus Dauglass. Bidan diruang teratai telah mengikuti pelatihan

untuk meningkatkan kompetensi yang dimilikinya, teratai telah memiliki

struktur organisasi yang jelas meliputi kepala ruangan, kajaga, bidan

pelaksana , sesuai dengan tugasnya masing-masing dan rata-rata lama masa

kerja selama kurang lebih 5 sampai 10 tahun dan jenjang pendidikan yang

28
paling dominan yaitu D3 kebidanan

3.3.2 Sarana dan Prasarana (Material/ M2)


a. Lokasi dan denah ruangan
Ruang Teratai berada di di lantai 3 sebelah barat
b. Fasilitas
1) Fasilitas untuk pasien
Tabel 3.15 Daftar fasilitas untuk pasien Ruang Teratai RSUD Dr.
Haryoto Lumajang
No Nama barang Jumlah Kondisi Ideal Usulan
1 Tempat tidur 38 buah Cukup baik 1:1 -
2 Meja pasien 38 buah Cukup baik 1:1 -
3 AC 4 buah Cukup baik 1/ruangan -
4 Kursi roda 2 buah Cukup baik 2-3/ruangan -
5 Branchart - - 1/ruangan Perlu ditambah
6 Jam dinding 14 buah Baik 1/ruangan -
7 Timbangan 1 buah Cukup baik 1/ruangan -
8 Kamar mandi 14 buah Cukup baik 1/ruangan -
dan WC
9 Dapur - - - -
10 Wastafel 17 buah Cukup baik 1/ruangan -

2) Fasilitas untuk petugas kesehatan


Tabel 3.16 Fasilitas untuk petugas kesehatan

No Nama Barang Jumlah Kondisi Ideal Usulan


Rungan Ners 1/Ruangan Terpenuhi
1 1 Bersih, Rapi
Station
Ruang pertemuan
2 perawat

3 Ruang meeting - - 1/Ruangan Ditambah


4 Kamar mandi dan 15 Bersih 1/Ruangan Terpenuhi

29
wc
Ruang kepala 1/Ruangan Terpenuhi
5 1 Bersih
ruangan
6 Ruang supervisior - - 1/Ruangan Ditambah
7 Ruang dokter 1 - 1/Ruangan Ditambah
8 Ruang obat 1 Tidak rapi 1/Ruangan Dipebaiki
9 Ruang Beribadah - - 1/Ruangan Ditambah
10 Ruang dapur Bersih 1/Ruangan Terpenuhi
Sumber : Ruang Teratai RSUD dr. Haryoto Lumajang

3.3.3 Metode (Method/ M3)


No Metode Data Fokus yang Dinilai
1 Penerapan MAKP Berdasarkan pengkajian yang
dilaksanankan diruang Teratai Rumah Sakit
Umum Daerah dr. Haryoto pada tanggal 24-26
Mei 2021, didapatkan bahwa model asuhan
keperawatan yang digunakan diruang Teratai
adalah model asuhan keperawatan profesional.
2 Timbang Terima a. Persiapan (Pra)
Berdasarkan pengkajian yang telah
dilakukan pada tanggal 24-26 Mei 2021.
Timbang terima dilakukan setiap pergantian
shift. semua permasalahan yang belum teratasi
dan sarana prasarana terkait pelayanan
keperawatan dilaporkan.
b. Pelaksanaan di nurse station dan di bed pasien
Saat dilakukan operan pagi dan sore
dilakukan tiga bidan yang shift selanjutnya.
Terkadang bidan yang terlambat tidak sesuai
dengan ketentuan waktu jam kerja. Timbang
terima di Ruang Teratai kelompok yang akan
bertugas menyiapkan buku catatan, ketua tim
membuka acara timbang terima, bidan yang
sedang jaga menyampaikan timbang terima
kepada bidan berikutnya, bidan shift dapat
melakukan klarifikasi, tanya jawab, dan
validasi. Namun kekurangan di Ruang teratai
adalah
c. Pasca

30
Perawat yang melakukan timbang
terima mendiskusikan dan mengklarifikasi apa
yang telah disampaikan, pelaporan timbang
terima ditulis secara langsung tanda tangan
pergantian shift serta penyerahan laporan, dan
ditutup oleh kepala ruang.

3. Pengelolaan a. Penerimaan resep/obat


Logistik dan Obat Penanggung jawab pengelolaan obat
adalah kepala ruang yang dapat didelegasikan
kepada staf yang ditunjuk (perawat primer
atau ketua tim). Perawat memberikan
penjelasan dan permintaan persetujuan
tentang sentralisasi obat kepada
pasien/keluarga. Format sentralisasi obat
berisi nama, nomer register, umur, dan
ruangan.
b. Pemberian obat
Perawat memperhatikan 6 tepat (pasien,
obat, dosis, cara, waktu, dokumentasi).
c. Penyimpanan
Obat yang diterima dicatat oleh farmasi
dalam buku besar diruangan. Perawat
berkolaborasi dengan farmasi untuk
memeriksa persediaan obat.
4. Penerimaan Pasien Bidan di Ruang Teratai tidak sepenuhnya
Baru menjelaskan peraturan RS kepada keluarga dan
pasien, informasi terkait penyakit dan perawatan
yang diberikan.

5. Dokumentasi Format model dokumentasi yang digunakan dari


pengkajian hingga catatan asuhan keperawatan
sudah tersusun dengan rapi dan lengkap, namun
untuk pembuatan diagnosa keperawatan, kriteria
hasil dan intervensi masih belum update
menggunakan 3S (SDKI, SLKI,SIKI).

31
3.3.4 Sumber Keuangan (Money/ M4)
Sumber kesejahteraan pegawai RSUD dr. Haryoto berasal dari
pendapatan rumah sakit yang dikelola oleh pemerintah. Gaji bidan di
RSUD dr. Haryoto dibagi menjadi dua yaitu pendapatan yang berasal dari
RS dan pendapatan yang diperoleh dari pemerintah. Status kepegawaian
dibagi menjadi dua yaitu pegawai PNS (Pegawai Negeri Sipil) dan
pegawai kontrak. Pegawai PNS (Pegawai Negeri Sipil) memperoleh
pendapatan/gaji dari Pemerintah dan pendapatan dari jasa pelayanan.
Besarnya pendapatan pegawai PNS disesuaikan oleh golongan, lama kerja
dan pendidikan terakhir. Sedangkan pegawai kontrak memperoleh
pendapatan dari RS dan jasa pelayanan. Jumlah besar jasa pelayanan
tergantung dari ruangan, kelas, tindakan, tingkat risiko dan banyaknya
pasien. Hal ini mempengaruhi jumlah gaji dan jumlah tunjangan yang
didapat.

32
3.3.5 Sumber Mutu (Quality / M5)
No Metode Data Fokus yang Dinilai
1 Patient a. Sasaran I : Ketepatan identifikasi pasien diidentifikasi menggunakan gelang pasien yaitu :
safety - Kuning digunakan oleh pasien dengan risiko jatuh atau membutuhkan pengawasan ekstra
- Merah digunakan oleh pasien yang memiliki alergi tinggi terhadap obat
- Hijau digunakan oleh pasien dengan alergi latek
- Ungu digunakan oleh pasien dengan memiliki harapan hidup rendah atau Do Not Resusitation (DNR)
- Abu-abu digunakan oleh pasien yang menjalani kemoterapi
- Biru untuk pasien laki-laki
- Putih untuk pasien dengan kondisi kelamin ganda
tidak boleh hanya menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien. Indentifikasi pasien dapat digunakan sebelum pemberian
obat, tindakan keperawatan dll.
b. Sasaran II: Peningkatan komunikasi yang efektif (SBAR)
Perintah lisan dan yang melalui telepon atau hasil pemeriksaan dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah atau hasil
pemeriksaan tersebut, secara lengkap dibacakan kembali oleh penerima perintah atau hasil pemeriksaan tersebut, perintah atau
hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh individu yang memberi perintah atau hasil pemeriksaan tersebut, kebijakan dan prosedur
mendukung praktik yang konsisten dalam melakukan verifikasi terhadap akurasi dari komunikasi lisan melalui telepon.
c. Sasaran III: Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (high-alert medications)
Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mengatur identifikasi seperti benar pasien, benar rute, benar waktu,
benar obat, benar dosis dan dokumentasi.
d. Sasaran V: Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
Ruang Teratai memiliki 3 wastafel dibagian luar ruangan dan terdapat wastafel disetiap kamar mandi pasien sebagai
prasarana untuk cuci tangan serta dilampirkan gambar dan cara cuci tangan yang benar diatasnya.
e. Sasaran VI: pengurangan risiko pasien jatuh
Ruang Teratai menerapkan proses asessmen awal risiko pasien jatuh dan melakukan pengkajian ulang terhadap pasien bila
diindikasikan terjadi perubahan kondisi atau pengobatan. Perawat memasang setrail bed pasien untuk mencegah pasien jatuh.

1
2
BAB IV
ANALISA MASALAH

4.1 Analisis SWOT


Tabel 4.1 Analisis SWOT

NO ANALISA BOBOT RATING BOBOT X RATING


1 M1 (Man)
a. Internal Faktor (IFAS)
Strength
1) Hampir semua Bidan pernah mengikuti pelatihan, diantaranya: 0,4 3 1,2 S-W
a) APN: 2 orang = 2,6 –
b) BCLS: 4 orang 2,4
c) PPL: 2 orang Y = 0,2
d) MU:Semua
e) Managemen laktasi:3 orang
2) Dokter spesialis :4 0,2 3 0,6
a) Dokter visite setiap hari : 1 orang
3) Bidan sering melakukan pelatihan 0,2 2 0,4
4) Bidan ruang selalu menggunakan komunikasi terapeutik kepada klien 0,2 2 0,4
X
TOTAL 1 2,6

3
Weakness
1) Kurangnya tenaga kerja kebidanan sehingga menambah beban kerja bidan 0,4 3 1,2
ruangan
2) Masa kerja bidan ruangan sebagian besar dibawah 5 tahun 0,3 2 0,6
a) 6-10 tahun: 7 orang
b) 1-5 tahun: 8 orang 0,3 2 0,6
3) Dokter spesialis visite tatap muka seminggu sekali: 3 orang

TOTAL 1 2,4

b. Eksternal Faktor (EFAS)


Opportunity
1) Adanya reward dari rumah sakit dalam bentuk pelatihan dan seminar 0,5 3 1,5
2) Adanya kesempatan untuk ikut serta dalam kompetisi antar rumah sakit 0,4 3 1,5
O-T
TOTAL 1 3 =3–2
=1
Threatened
1) Komplin dari keluarga pasien 0,5 1 0,5
2) Masyarakat sadar akan kesehatan 0,5 3 1,5
TOTAL 1 2

4
2 M2 (Material)
a. Internal Faktor (IFAS)
Strength
1) Sarana dan prasana yang menunjang untuk pasien dan tenaga kesehatan 0,1 2 0,2 S-W
2) Memiliki ruang kelas I 0,1 3 0,3 = 2,8 –
3) RS pemerintah tipe B non-pendidikan dan rujukan di Kabupaten Lumajang. 0,1 3 0,3 2,5 =
4) Terdapat administrasi penunjang (misal: buku injeksi, buku sampling 0,3
laborat, buku TTV, buku operan dan lain-lain) yang memadai. 0,2 4 0,8
5) Tersedianya nurse station.
6) Pemeliharaan dan perawatan dari sarana dan prasarana penunjang kesehatan 0,2 3 0,6
sudah ada. 0,3 2 0,6
TOTAL
Weakness 1 2,8
1) Kurangnya box obat pasien, sehingga almari obat tidak tertata dengan rapi
2) Tidak tersedianya ruangan untuk ibadah 0,5 3 1,5
0,5 2 1
TOTAL
1 2,5

5
b. Eksternal Faktor (EFAS)
Opportunity
1) Adanya pengadaan sarana dan prasarana yang rusak
2) Adanya bantuan pengadaan sarpras dari APBD dan APBN 0,3 3 0,9
3) Adanya program pelatihan atau seminar khusus tentang pengoperasian alat. 0,3 2 0,6 O-T
TOTAL 0,4 2 0,8 = 2,3 –
Threatened 1,5
1) Ada tuntutan tinggi dari masyarakat untuk melengkapi sarana dan prasarana 1 2,3 = 0,8
2) Sarana dan prasarana RS lain yang lebih canggih dan update
TOTAL 0,5 2 1

0,5 1 0,5
1 1,5
3 M3 (Method)
a. Internal Faktor (IFAS)
Strength
1) RS memiliki visi, misi dan motto sebagai acuan melaksanakan kegiatan 0,1 2 0,2 S-T
pelayanan. = 2,9-
2) Supervisi sudah dilakukan kepala ruangan. 0,1 3 0,3 2,7
3) Timbang terima sudah dilakukan secara rutin. 0,1 4 0,4 = 0,2
4) Adanya buku khusus untuk pelaporan timbang terima. 0,1 2 0,2
5) Tersedia SOP. 0,1 3 0,3
6
6) Sistem dokumentasi keperawatan SOAP. 0,1 3 0,3
7) Tersedianya sarana dan prasarana Discharge Planning. 0,2 2 0,4
8) Terlaksananya komunikasi yang adekuat antara perawat dengan tim 0,2 4 0,8
kesehatan lain.
TOTAL 1 2,9
Weakness
1) Waktu dinas malam yang terlalu panjang 0,2 3 0,6
2) Discharge planning sudah dilakukan, tetapi tidak tersedianya leaflet untuk 0,3 3 0,9
pasien atau keluarga
3) Pendokumentasian asuhan keperawatan belum menggunakan SDKI 0,3 2 0,6
4) Tidak adanya pelaksanaan MAKP 0,2 3 0,6

TOTAL 1 2,7
b. Eksternal Faktor (EFAS)
Opportunity
1) Ada kebijakan pemerintah tentang profesionalisasi bidan (Undang-Undang 0,5 4 2
Kebidanan) O-T
2) Adanya program akreditasi RS dari pemerintah dimana elemen MAKP 0,5 3 1,5 = 3,5 –
merupakan salah satu penilaian. 2,5
TOTAL 1 3,5 =1

7
Threatened
1) Persaingan dengan rumah sakit swasta yang semakin ketat 0,5 3 1,5
2) RS lain menggunakan alat pendokumentasian digital 0,5 2 1
TOTAL 1 2,5
4 M4 (Money)
Internal Faktor (IFAS)
Strength
1) Dana operasional ruangan diperoleh dari rumah sakit 0,3 2 0,6 S-W
2) Dana fasilitas kesehatan diperoleh dari rumah sakit 0,3 2 0,6 = 2 –
3) Dana kesejahteraan pegawai diperoleh dari rumah sakit dan pemerintah 0,4 2 0,8 1,5
TOTAL 1 2 = 0,5
Weakness
1) Ruangan tidak dapat mengelola keuangan secara independen 0,5 1 0,5
0,5 2 1
TOTAL
Eksternal Faktor (EFAS) 1 1,5
Opportunity
1) Adanya dana bantuan dari APBD dan APBN 0,5 2 1 O-T
2) Adanya pendapatan dari jasa medis untuk pasien dengan jaminan kesehatan 0,5 2 1 = 2 –
TOTAL 1,4
1 2 = 0,6
Threatened
8
1) Adanya tuntutan yang lebih tinggi dari masyarakat untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan yang lebih professional sehingga membutuhkan 0,6 1 0,6
pendanaan yang lebih besar untuk mendanai sarana dan prasarana
2) Inflasi negara mempengaruhi RAB RS
TOTAL 0,4 2 0,8
1 1,4
5 M5 (Mutu)
a. Internal Faktor (IFAS)
Strength
1) Pasien VIP bisa memilih dokter sesuai dengan keinginan sendiri 0,3 3 0,9 S-W
2) Pasien mendapatkan obat dengan standar yang lebih bagus 0,2 3 0,6 = 3 –
3) Bidan tanggap dalam menghadapi permasalahan 0,3 3 0,9 2,4
4) Bidan bersikap sopan dan santun 0,2 3 0,6 = 0,6
TOTAL 1 3

Weakness
1) Tuntutan kepuasan pasien terhadap pelayanan yang semakin tinggi 0,3 2 0,6
0,3 2 0,6
0,4 3 1,2
TOTAL 1 2,4
b. Eksternal Faktor (EFAS)
Opportunity
9
1) RS akreditasi paripurna memiliki image memiliki mutu pelayanan yang baik 0,5 3 1,5 O-T
2) RS menggunakan layanan BPJS dan asuransi kesehatan lainnya = 3 –
TOTAL 0,5 3 1,5 2,1
Threatened 1 3 = 0,9
1) Tuntutan dari masyarakat untuk pelayanan dan perawatan yang lebih
profesional 0,4 3 1,2
2) Semakin meningkatnya kesadaran masyarakat tentang kesehatan
3) Pelayanan RS lain yang lebih prima 0,3 1 0,3
TOTAL 0,3 2 0,6
1 2,1

10
4.2 DIAGRAM LAYANG.

4,1 M2 S
S

M3 S
4
S
M1 S
1
S
M5 S
0,6 S
M4 S

0,5 S

O W
0,1 0,6 0,8 0,9
S

Berdasarkan diagram diatas, analisa SWOT pada Ruang Teratai


seluruhnya berada pada kuadran I. Hal yang harus dilakukan pada situasi tersebut
adalah agresif yaitu berada pada situasi yang sangat baik dan menguntungkan.
Kekuatan dan peluang yang dimiliki Ruang Teratai perlu dimanfaatkan dengan
baik dan ditingkatkan untuk tercapainya pelayanan yang prima dan berkualitas.

60
BAB V
PRIORITAS MASALAH DAN POA

5.1 Daftar Masalah


Tabel 4.1 Daftar masalah manajemen di Ruan g Zaal Rawat Inap Puskesmas
Mayang.
NO MASALAH

1. Discharge planing sudah dilaksanakan tetapi tidak tersedia leflat


untuk pasien dan keluarga

2. Kurangnya alat komunikasi penunjang di ruang Teratai sehingga


pasien dan keluarga harus datang ke nurse station (Bell).

3. Tidak adanya sitem MAKP di ruang teratai

4 Waktu dinas malam yang terlalu panjang

5.1 Prioritas Masalah


Berdasarkan berbagai permasalahan yang telah ditemukan maka untuk
menyusun prioritas masalah adalah dengan memperhatikan beberapa aspek,
yang meliputi:
1.Magnitude (Mg) : kecenderungan besar dan seringnya masalah terjadi
2. Severity (Sv) : besarnya kerugian yang ditimbulkan dari masalah
3. Manageability (Mn ) : fokus pada masalah ruangan sehingga dapat diatur
untuk perubahannya
4. Nursing Concent (NC) : melibatkan pertimbangan dan perhatian tenaga
keperawatan
5. Affordability (Af) : ketersediaan sumber daya yang ada
Rentang skor yang diberikan adalah 1-5, dengan kriteria:
1 : sangat kecil
2 : kecil
3 : cukup
4 : besar

61
5 : sangat besar
Tabel 5.2 Rumusan Prioritas Masalah
Skore
No Rumusan masalah
Mg Sv Mn Nc Af Prioritas
Discharge planning
sudah dilaksanakan tetapi
1. 4 4 4 4 3 768
tidak ada leaflet untuk
pasien dan keluarga
Kurangnya alat
komunikasi penunjang di
ruang teratai sehingga
2. 4 3 2 3 4 288
pasien dan keluarga harus
datang ke nurse station
(Bell).
Tidak ada system MAKP
3. 4 3 4 2 3 1104
di ruang teratai.
Waktu dinas malam
4. 3 3 3 3 3 243
terlalu malam.

5.3Penampisan Prioritas Tindakan


Skala prioritas masalah yang dipakai adalah dengan menggunakan metode sebagai
berikut :
Capability( C ) : Kemampuan ruangan dalam mengatasi masalah
Accessible (A) : Kemudahan masalah untuk diatasi
Readliness (R) : Kesiapan ruangan dalam mengatasi masalah
Leverage (L) : Daya pendorong dalam mengatasi

Masalah Adapun skor penilaian yang digunakan adalah :


1. : Tidak Mampu
2. : Kurang Mampu
3. : Cukup Mampu
4. : Mampu
5. : Sangat Mampu

62
Masalah :
Tabel 5.4 Masalah prioritas
Alternatif Skor
No. Prioritas Masalah Jumlah Prioritas
pemecahn C A R L
Membuat leflat
masalah
Discharge planning sudah dilaksanakan
1. tetapi tidak ada leaflet untuk pasien dan 5 5 5 4 500 1
keluarga

Mengusulkan kepada
2. Tidak ada system MAKP di ruang teratai. kepala ruangan tentang 4 4 4 3 192 2
pelatihan MAKP
3. Kurangnya alat komunikasi penunjang diMengusulkan kepada 4 3 3 3 108 3
ruang teratai sehingga pasien dan keluargakepala ruangan tentang
harus datang ke nurse station (Bell). penambahan bell disetiap
kamar pasien

129
Mengusulkan ke kepala
ruangan untuk mengurangi
4. Waktu dinas malam terlalu malam. 3 3 3 3 81 4
jam kerja dinas malam

130
5.2 Planning of Action
Tabel 5.5 Planning of Action

Alternatif
No. Masalah pemecahn Rencana Kegiatan Ruang Sasaran Metode
masalah
1. Discharge planning Membuat 1. Membuat leflet Rawat Inap Rawat Inap ruang Leflat
sudah dilaksanakan leflat sesuai kasus ruang teratai teratai
tetapi tidak ada leaflet tertinggi pada
untuk pasien dan ruang teratai
keluarga 2. Memberikan leaflet
kepada pasien dann
keluarga untuk di
bawa pulang

2. Tidak ada system Mengusulkan kepada 1. Mengusulkan Rawat Inap Rawat Inap ruang Pelatihan
MAKP di ruang teratai, kepala ruangan kepada kepala ruang Teratai teratai
ruangan terkait
pelatihan MAKP

3. Kurangnya alat Mengusulkan kepada 1. Mengusulkan Rawat Inap Rawat Inap ruang Diskusi
komunikasi penunjang kepala ruangan kepada kepala ruang Teratai Teratai

1
di ruang teratai tentang penambahan ruangan tentang
sehingga pasien dan bell disetiap kamar penambahan bell
keluarga harus datang pasien disetiap kamar
ke nurse station (Bell). pasien

4. Waktu dinas malam Mengusulkan ke 1. Mengusulkan ke Rawat Inap Rawat Inap ruang Diskusi
terlalu malam. kepala ruangan kepala ruangan ruang Teratai Teratai
untuk mengurangi untuk mengurangi
jam kerja dinas jam kerja dinas
malam malam
2. Mendiskusikan
terkait pengurangan
jam kerja dinas
malam

2
3
BAB VI

IMPLEMENTASI

Diskusi hasil analisis pengkajian serta rencana penyelesaian masalah managemen


keperawatan di Ruang Teratai, dilakasanakan pada hari Senin, 07 Juni 2021 yang diikuti oleh
kepala ruang dan CI ruangan. Pada diskusi tersebut telah disepakati prioritas masalah yang
telah ditetapkan meliputi :

1. Discharge planing sudah dilaksanakan tetapi tidak tersedia leflat untuk pasien dan
keluarga
2. Kurangnya alat komunikasi penunjang di ruang Teratai sehingga pasien dan keluarga
harus datang ke nurse station (Bell).
3. Waktu dinas malam yang terlalu panjang.
4. Tidak adanya sitem MAKP di ruang Teratai, dikarenakan tenaga kerja semua bidan.

Rencana penyelesaian masalah diatas adalah melakukan kegiatan penyegaran dengan tema
penerapan model praktek keperawatan profesional dengan metode modifikasi tim primer.
Fokus penyegaran antara lain adalah melakukan timbang terima, pre-post conference,
supervisi, pengisian format pendokumentasian keperawatan, pengisian format discharge
planning.

6.1 PELAKSANAAN KEGIATAN

6.1.1 Penyiapan Perangkat MPKP

Penyiapan perangkat kegiatan MPKP dilakukan dengan menyusun format bersama


dengan kepala ruang dan CI ruangan. Perangkat yang disusun dalam bentuk kartu anggota tim
sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, naskah role play timbang terima, SOP timbang
terima, naskah super visi, SOP supervisi pemeriksaan TTV.

6.2 Pelaksanaan dan Evaluasi Kegiatan

Pelaksanaan kegiatan MPKP tanggal 07 Juni 2021 sesuai jadwal yang telah disusun.
Pada beberapa kegiatan yang dilakukan oleh kelompok antara lain adalah, Roleplay pre dan
post konference, roleplay timbang terima, roleplay supervisi, roleplay discharge pleaning.
Pelaksanaan kegiatan berdasarkan analisis data yang dikumpulkan dan evaluasi dengan
program kontrol kegiatan. Penerapan MPKP di Ruang Teratai sebagai berikut :

4
Tabel : Hasil Kegiatan dan Evaluasi

No Hari/Tanggal Kegiatan Hasil Kegiatan dan Penanggung


jawab
Evaluasi

1. Senin 1 Mei - Timbang Kegiatan timbang terima di Ruang 1 Mei 2020,


Sabtu 5 Juni Terima Teratai telah di lakukan setiap
Kepala
2021 pergantian shif sesuai dengan SOP
ruangan:
oleh kelompok, timbang terima shif
M.Abdul W.
pagi ke sift sore di pimpin oleh kepala
ruangan, kegiatan timbang terima yang
di lakukan oleh kelompok sudah
2 Mei 2021
dilakukan sesuai SOP yang telah di
sepakati oleh kelopok dengan Kepala ruang:
mnerapkan prinsip timbang terima, Febri Indra
namun masih ada beberapa yang D.P.
belum optimal, anatara lain: isi dari
operan masih bersifat kolaboratif,
tidak semua perawat ruang mengikuti 3 Mei 2021,
kegiatan timbang terima, kepala ruang
Kepala ruang:
atau ketua tim tidak hadir karena ada
acara tertentu. Karmila

4 Mei 2021,

Kepala Ruang:
Desy Ratna S.

5 Mei 2021

Kepala Ruang:

Binna Remi
A.K.

5
6 Mei 2021

Kepala Ruang:

Emi Afrita
Dahlia

2. Senin 1 Mei - Pre-Post Kegiatan pre-post Conference telah 1 Mei 2020,


Sabtu 5 Juni Conference dilakukan oleh kelompok sesuai
Kepala
202. dengan SOP yang telah di sepakati,
ruangan:
setelah operan dari kepala ruangan,
M.Abdul W.
ketua tim melakukan pre-post
conference bersama perawat
pelaksana. Namun kelompok atau
2 Mei 2021
mahasiswa masih belum melakukan
diskusi dengan kepala ruang dan ketua Kepala ruang:
TIM menentukan tinkat Febri Indra
ketergantungan pasien agar D.P.
mempunyai persepsi yang sama
sehingga dalam pembagian tugas
perawat pelaksana disesuaikan dengan 3 Mei 2021,
tingkat ketergantungan pasien.
Kepala ruang:

Karmila

4 Mei 2021,

Kepala Ruang:
Desy Ratna S.

5 mei 2021

Kepala Ruang:

Binna Remi
A.K.

6
3. 5 Mei 2021 Supervisi Kegiatan supervisi pemeriksaan
Tanda-tanda vital dan injeksi telah
dilakukang oleh kelompok dengan
menggunakan SOP pada saat
melakukan pemeriksaan TTV.

Simulasi dilakukan oleh yang


bertanggung jawab menjadi kepala
ruang pada hari itu dan di
implementasikan oleh yang bertugas
menjadi Perawat Pelaksana hari itu
juga. Namun Kegiatan tersebut belum
diikuti oleh Kepala ruang.

4. 20 Oktober – Discharge Discharge Planning dilakukan oleh 1 Mei 2020,


28 Oktober Planning kelompok ketika pasien akan pulang
Kepala
2020. dengan format Discharge Planning
ruangan:
yang telah di diskusikan oleh
M.Abdul W.
kelompok dengan komponen antara
lain:

a. Data umum (Nama, Alamat, 2 Mei 2021


jenis kelamin, diagnosa medis)
Kepala ruang:
b. Dipulangkan dari RS dengan Febri Indra
keadaan (Sembuh, Meneruskan D.P.
dengan obat jalan, Di rujuk,
pulang paksa, meninggal).
3 Mei 2021,
c. Kontrol (waktu dan tempat
kontrol) Kepala ruang:

d. Aturan Diet makanan / Nutrisi Karmila

e. Oabat-obatan yang masih


diminum dan jumblahnya.
4 Mei 2021,
f. Aktifitas dan istirahat
Kepala Ruang:

7
g. Yang dibawa pulang (hasil Desy Ratna S.
pemeriksaan laboratorium,
obat-obatan, hasil EKG, USG,
dll) 5 mei 2021

h. Lain-lain. Kepala Ruang:

Binna Remi
A.K.

5. Pendokument Kelompok melakukan


asian Asuhan pendokumentasian asuhan
Keperawatan keperawatan mulai dari pasien datang
hingga pasien dipulangkan dengan
dengan format pendokumentasian:

a. Hari dan tanggal

b. Nama dan alamat pasien

c. Keluhan utama

d. Diagnosa medis

e. Diagnosa keperawatan

f. Indikator (NOC)

g. Rencana tindakan (NIC)

h. Implementasi shift pagi dan


sore

i. Evaluasi shift pagi dan sore


(SOAP)

PROPOSAL TIMBANG TERIMA


RUANG RAWAT INAP TEREATAI

8
Oleh:

Binna Remi Arif Kurniawan (20020017)

Desy Ratnasari (20020019)

Emi Afrita Dahlia (20020030)

Faizatul Riski (20020033)

Febri Indra permana (20020036)

Karmila (20020049)

Muhammad Abdul Wasik (20020093)

Muhammad Indra Permana (20020061)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN dr. SOEBANDI JEMBER
YAYASAN PENDIDIKAN JEMBER INTERNASIONAL SCHOOL (JIS)
2021

BAB I
TINJAUAN TEORI
9
1.1 LATAR BELAKANG
Profesionalisme dalam pelayanan keperawatan dapat dicapai dengan
mengoptimalkan peran dan fungsi perawat, terutama peran dan fungsi mandiri perawat. Hal
ini dapat di wujudkan dengan baik melalui komunikasi yang efektif antar perawat, maupun
dengan tim kesehatan yang lain. Salah satu bentuk komunikasi yang harus ditingkatkan
keefektifannya adalah saat pergantian sif (timbang terima pasien).
Timbang terima pasien (operan) merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan
dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan pasien. Timbang terima
pasien harus dilakukan seefektif mungkin dengan menjelaskan secara singkat, jelas, dan
lengkap tentang tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan/ belum,
dan perkembangan pasien saat itu. Informasi yang disampaikan harus akurat sehingga
kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan sempurna. Timbang terima
dilakukan oleh perawat primer keperawatan kepada perawat primer (penanggung jawab) dinas
sore atau dinas malamsecara tertulis dan lisan.

1.2 TUJUAN
1.2.1 Tujuan Umum
Mengkomunikasikan keadaan pasien dan menyampaikan informasi yang penting.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Menyampaikan kondisi dan keadaan pasien (data fokus).
b. Menyampaikan hal yang sudah/belum dilakukan dalam asuhan keperawatan kepada
pasien.
c. Menyampaikan hal yang penting yang harus ditindaklanjuti oleh perawat dinas
berikutnya.
d. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.

1.3 MANFAAT
a. Bagi Perawat
1) Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat.
2) Menjalin hubungan kerjasama dan bertanggung jawab antar perawat.
3) Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien yang berkesinambungan.
4) Perawat dapat mengikuti perkembangan pasien secara paripurna.
b. Bagi Pasien
Pasien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila ada yang belum terungkap.

10
1.4 PROSEDUR TIMBANG TERIMA
TAHAP KEGIATAN WAKTU TEMPAT PELAKSANA

Persiapan 1. Timbang terima dilaksanakan ...MENIT NURSE PP,PA


setiap pergantian sif/operan STATION
2. Prinsip timbang terima, semua
pasien baru masuk dan pasien
yang dilakukan timbang terima
khususnya pasien yang memiliki
permasalahan yang belum/dapat
teratasi serta yang membutuhkan
observasi lebih lanjut.
3. PA/PP menyampaikan timbang
terima kepada PP (yang
pendelagasian) berikutnya, hal
yang perlu disampaikan dalam
timbang terima;
a. Aspek umum yang meliputi:M1
s/d M5;
b. Jumlah pasien;
c. Identitas pasien dan diagnosis
medis;
d. Data (keluhan/subjektif dan
objektif);
e. Masalah keperawatan yang
masih muncul;
f. Intervensi keperawatan yang
sudah dan belum dilaksanakan
(secara umum);
g. Intervensi kolaboratif dan
dependen;
h. Rencana umum dan persiapan
yang perlu dilakukan
(persiapan operasi,
pemeriksaan penunjang, dan
program lainnya).
Pelaksanaan Nurse Station ...MENIT NURSE KARU,PP,PA
STATION
1. Kedua kelompok dinas sudah siap
(sif jaga).
2. Kelompok yang akan bertugas
menyiapkan buku catatan.
3. Kepala ruangan membuka acara
timbang terima.
4. Penyampaian yang jelas, singkat
dan padat oleh perawat jaga
(NIC).
5. Perawat sif jaga selanjutnya dapat
melakukan klarifikasi, tanya
jawab dan melakukan validasi
11
terhadap hal hal yang telah
ditimbang terimakan dan berhak
menanyakan hah-hal yang kurang
jelas.
Di Bed Passien

6. Kepala ruang menyampaikan


salam dan PP menanyakan
kebutuhan dasar pasien.
7. Perawat jaga selanjutnya mengkaji
secara penuh terhadap masalah
keperawatan, kebutuhan, dan
tindakan yang telah/belum
dilaksanakan, serta hal-hal penting
lainnya selama masa perawatan.
8. Hal-hal yang sifatnya khususs dan
memerlukan perincian yang
matang sebaiknya dicatat secara
khusus untuk kemudian
diserahterimakan kepada petugas
berikutnya.
RUANG/BED
PASIEN

Post-timbang 1. Diskusi ...MENIT NURSE KARU,PP,PA


terima 2. Pelaporan untuk timbang terima STATION
dituliskan secara langsung pada
format timbang terima yang
ditandatangani oleh PP yang jaga
saat itu dan PP yang jaga
berikutnya diketahui oleh kepala
Ruang.
3. Ditutup oleh KARU.

a.5 HAL – HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN


a. Dilaksanakan tepat pada waktu pergantian sif.
b. Dipimpin oleh kepala ruang atau penanggung jawab pasien (PP).
c. Diikuti oleh semua perawat yang telah dan yang akan dinas.
d. Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematis, dan menggambarkan
kondisi pasien saat ini serta menjaga kerahasiaan pasien.
e. Timbang terima harus berorientasi pada permasalahan pasien.
f. Pada saat timbang terima di kamar pasien, menggunakan volume suara yang cukup
sehingga pasien disebeelahnya tidak mendengar sesuatu yang rahasia bagi pasien.
Sesuatu yang dianggap rahasia sebaiknya tidak dibicarakan secara langsung di dekat
pasien.

12
g. Sesuatu yang mungkin membuat pasien terkejut dan shock sebaiknya dibicarakan di
nurse station,

a.6 ALUR TIMBANG TERIMA

SITUATION

Data Demografi Diagnosis Keperawatan (Data)


Diagnosis Medis

Background

Riwayat Keperawatan

Assessment:
KU; TTV; GCS; Skala Nyeri; Skala
Resiko Jatuh; dan ROS (poin yang
penting)

Rekomendation
1. Tindakan yang sudah
2. Dilanjutkan
3. Stop
4. Modifikasi
5. Strategi Baru

a.7 RENSTRA TIMBANG TERIMA


Pelaksanaan Timbang Terima
Hari/ Tanggal : Kamis,3 Juni 2021
Pukul : 13.00 WIB
13
Topik : Timbang terima pasien
Tempat : Nurse Station

Metode
1. Diskusi
2. Tanya jawab

Media
1. Status pasien
2. Buku timbang terima
3. Alat tulis
4. Sarana dan prasarana perawatan

Pengorganisasian
Kepala Ruang : Karmila
Kepala Tim 1 : Emi Afrita Dahliia
Kepala Tim 2 : Faizatul R
Perawat Pelaksana : Febri Indra Permana
Perawat Pelaksana (sore) : Binna Remi Arif Kurniawan
Perawat Pelaksana (sore) : Desy Ratnasari
Perawat Pelaksana (sore) : Muhammad Abdul Wasik
Perawat Pelaksana (sore) : Muhammad Indra Permana

Uraian Kegiatan
1. Prolog
Pada hari Jum’at jam 13.00 WIB seluruh perawat (PP dan PA) sif Pagi dan Sore serta
kepala ruang berkumpul di nurse station untuk melakukan timbang terima.
2. Session I di Nurse station
Kepala ruang memimpin dan membuka acara yang didahului dengan do’a dan
kemudian mempersilakan PP dinas pagi untuk melaporkan keadaan dan
perkembangan pasien selama bertugas kepada PP yang akan berdinas selanjutnya
(pagi). PP dan PA sif (sore) memberikan klarifikasi keluhan, intervensi keperawatan
yang sudah dan belum dilaksanakan (secara umum), intervensi kolaboratif dan

14
dependen, rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan (persiapan operasi,
pemeriksaan penunjang, dan lain-lain), serta hal yang belum jelas atas laporan yang
telah disampaikan, setelah melakukan timbang terima di nurse station berupa laporan
tertulis dan lisan, kemudian diteruskan di ruang perawatan pasien.
3. Session II di ruang perawatan/bed pasien
Seluruh perawat dan kepala ruang bersama-sama melihat ke bed pasien. PP dinas
selanjutnya mengklarifikasi dan memvalidasi data langsung kepada pasien atau
keluarga yang mengalami masalah khusus. Untuk pasien yang tidak mengalami
masalah khusus, kunjungan tetap dilaksanakan. Bila terdapat hal-hal yang bersifat
rahasia bagi pasien dan keluarga perlu di klarifikasi, maka dapat dilakukan di nurse
station setelah kunjungan ke pasien berakhir.
4. Epilog
Kembali ke nurse station. Diskusi tentang keadaan passien yang besifat rahasia.
Setelah proses timbang terima selesai dilakukan, maka kedua PP menandatangani
laporan timbang terima dengan diketahui oleh kepala ruang.

Evaluasi
1. Struktur (Input)
Pada timbang terima, sarana dan prasarana yang menunjang telah tersedia antara lain:
catatan timbang terima, status pasien dan kelompok sif timbang terima. Kepala
ruang/nurse in charge (NIC) memimpin kegiatan timbang terima yang dilaksanakan
pada pergantian sif yaitu pagi ke siang.
2. Proses
Proses timbang terima dipimpin oleh kepala ruang dan dilaksanakan oleh seluruh
perawat yang bertugas maupun yang akan mengganti sif. Perawat primer
mengoperkan ke perawat primer berikutnya yang akan mengganti sif. Timbang terima
pertama dilakukan di nurse station kemudian keruang perawatan pasien dan kembali
lagi ke nurse station. Isi timbang terima mencakup jumlah pasien, diagnosa
keperawatan, intervensi yang belum/sudah dilakukan.
3. Hasil
Timbang terima dapat dilaksanakan setiap pergantian sif. Setiap perawat dapat
mengetahui perkembangan pasien. Komunikasi antar perawat berjalan dengan baik.

15
LAMPIRAN
TIMBANG TERIMA PENDERITA

Nama Pasien : Ny. R Kamar : Teratai 12


Umur : 56 tahun Dx Medis : Ikplending Eklamsia
16
Tanggal : 31 Mei 2021
Asuhan Keperawatan Timbang Terima

Sif Pagi Sif Sore

Data Fokus S: Pasien S: Pasien


mengatakan masih mengatakan, pusing,
(Subjektif dan Objektif) sesak, pusing, lemas sesak nafas

Kediua kaki tidak O: KU lemah


bisa di gerakkan dan
susah BAB selama 8 TD : 146/60 mmHg
hari. N : 116 x/menit
O: KU lemah S : 36,5 C
TD : 159/89 mmHg RR : 23 x/menit
N : 124 x/menit A: Masalah belum
S : 36,5 C teratasi

RR : 21 x/menit P: Lanjutkan
intervensi
A: Masalah belum
teratasi

P: Lanjutkan
intervensi

Intervensi yang sudah 1. Observasi TTV 1. Observasi TTV


dilakukan 2. Posisikan semi 2. Posisikan semi
fowler fowler
3. Mengajarkan 3. Mengajarkan
relaksasi nafas relaksasi nafas
dalam dalam
4. Memberika 4. Memberika
terapi oksigen terapi oksigen
nasal nasal
5. Kolaborasi 5. Kolaborasi
dengan tim medis dengan tim
medis
Intervensi yang belum - -
dilakukan

Hal-hal yang perlu diperhatikan - -

(Laboratorium, obat, advis


medis)

Tanda tangan PP PP Pagi : PP Pagi :

PP Sore : PP Sore :

17
Karu :

Timbang Terima – SBAR


Sistem Pendokumentasian dengan SBAR (Nursalam, 2017)

SBAR merupakan kerangka acuan dalam pelaporan kondisi pasien yang memerlukan
perhatian atau tindakan segera.

18
S : Situation (Kondisi Terkini yang Terjadi pada Pasien)
 Sebutkan nama pasien, umur, tanggal masuk dan hari perawatan, serta dokter yang
merawat
 Sebutkan diagnosis medis dan masalah keperawatan yang belum atau sudah teratasi /
keluhan utama
B : Background (Info Penting yang Berhubungan dengan Kondisi Pasien Terkirni)
 Jelaskan intervensi yang telah dilakukan dan respon pasien dari setiap diagnosis
keperawatan
 Sebutkan riwayat alergi, riwayat pembedahan, pemasangan alat infasif, dan obat –
obatan termasuk cairan infus yang digunakan
 Jelaskan pengetahuan pasien dan keluarga terhadap diagnosis medis
A : Asessment (Hasil Pengkajian dari Kondisi Pasien Saat Ini)
 Jelaskan secara lengkap hasil pengkajian pasien terkini seperti tanda – tanda vital, skor
nyeri, tingkat kesadaran, braden skor, status restrain, resiko jatuh, pivas skor, status
nutrisi, kemampuan eliminasi, dan lain – lain
 Jelaskan informasi klinik lain yang mendukung
R : Recomendation
 Rekomendasikan intervensi keperawatan yang telah dan perlu dilanjutkan (refer to
nursing care plan) termasuk discharge planing dan edukasi pasien dan keluarga
Sebelum serah terima pasien
1. Dapatkan pengkajian kondisi pasien terkini
2. Kumpulkan data data yang diperlukan yang berhubungan dengan kondisi pasien yang
akan dilaporkan
3. Pastikan diagnosa medis pasien dan prioritas masalah keperawatan yang harus
dilanjutkan
4. Baca dan pahami catatan perkembangan terkini dan hasil pengkajian perawat shift
sebelumnya .
5. Siapkan medical record pasien termasuk rencana perawatan harian

Situation
1. Nama : R
Umur : 56 tahun
Tanggal MRS : 31 Mei 2021

19
DPJP : dr. Asri
2. Diagnosis medis: Iklanding Eklamsia
3. Masalah keperawatan : Gangguan pertukaran gas
Background
Bedrest total, urine 1000 cc/24 jam, balance cairan 1000 cc/24 jam, sesak nafas (+),
mual tetap ada selama dirawat, tidak ada alergi, infus terpasang ditangan kiri, dokter
sudah menjelaskan penyakit tentang leukimia, diet tinggi kalori tinggi protein
Assessment
1. Composmentis, TD: 159/89 mmHg, N: 124 x/mnt, S: 36 o 5 , RR: 21x/mnt, status
nutrisi, kemampuan eliminasi dan lain-lain
2. Hasi laboratorium terbaru yaitu leukosit : 229.570 cmm, trombosit 150 cmm, Hb :
27 g/dl
3. Jelaskan informasi klinik lain yang mendukung
Recommendation
1. Rekomendasikan intervensi keperawatan yang sudah dan perlu dilanjutkan (refer
to nursing care plan) termasuk discharge planing dan edukasi pasien dan keluarga
2. Bantu pasien memenuhi kebutuhan dasar pasien
3. Jaga aseptik dan antiseptik setiap melaksanakan prosedur

TIMBANG TERIMA SBAR

SITUATION Nama pasien : Ny.S

Umur : 56 tahun

20
No. RM : 33xxxx

Diagnosa Medis : Ikplending Eklamsia

Diagnosa Keperawatan : Gangguan pertukaran gas

Lama hari rawat : hari

Klasifikasi pasien : Parsial Care

Keluhan utama : Sesak

BACKGROUND Riwayat penyakit sekarang/dulu/keluarga :

Riwayat alergi : Ya  Tidak Obat: Makanan:

Riwatyat penyakit menular : -

Info penting yang berhubungan dengan riwayat pasien selama dirawat:

ASSESSMENT Tanda-tanda vital

BI (SISTEM PERNAFASAN)

Keluhan : Sesak

Irama nafas : Tidak teratur

Suara nafas : Vesikuler

Oksigen : 3 lmp, nasal

B2 (SISTEM KARDIOVASKULAR)

Nyeri dada : Ya  Tidak

Irama jantung :  Teratur Tidak

CRT :  < 3 detik >3 detik

Konjungtiva :  Pucat Tidak

B3 (SISTEM PERSARAFAN)

Kesadaran :  CM Apatis Somnolen


Koma
GCS : E: 4 V: 5 M: 6

Pusing :  Ya Tidak

Pupil :  Isokor Anisokor Diameter:

Nyeri :  Tidak Ya Skala nyeri:

B4 (SISTEM PERKEMIHAN)

21
Keluhan: Kencing Retensi urine
menetes Inkontinensia
Poliuri
Hematuri Disuria

Anuria Oliguri

Membesar Tidak
Kandung kemih:
Ya  Tidak
Nyeri tekan:
Kateter  Tidak
Alat bantu : foley
Kat.
Oral kondom
Intake cairan : 1000 ml/hr Parenteral
Produksi urine : Warna: khas Bau: khas urine
urine

B5 (SISTEM PENCERNAAN)

TB : LLA : Lingkar
abdomen:

Kering
Mukosa mulut :  Lembab Merah
Nyeri
Tenggorokan : Sulit telan
S menelan
u
Supel
Abdomen : Tegang Nyeri
Luka Op tekan
Jejas
 Ya
Mual :
Ya
Muntah : Tidak
15x/ menit
Bising usus :

NGT : Ya Tidak

Diet :  Padat Lunak


P P Frekuensi : 3 x/hr
a a
dP d BAB : 1 x/hr Padat  Lunak Cair Lendir
aa a
td t Konstipasi : Ya  Tidak
a
t B6 (MUSKULOSKELETAL DAN INTEGUMEN

22
P
a
P
d Pergerakan sendi :  Bebas Terbatas
aa
P
dt Fraktur :  Tidak Ya
aa
P
dt Traksi :  Tidak Ya
aa
P
dt Kompertemensindrom:  Tidak Ya
aa
P
td Kulit : Ikterik Sianosis Kemeraha
aa n
td
a Hiperpigmentasi
P
t
aP P  Hangat
da a Akral : Panas Kering
aPd d Baik Dingin
taa a
Turgor :  Kurang
dt Jelek
t Luka : -
a
t

RECOMENDATION a. Recomendasikan intervensi keperawatan yang sudah dan perlu


dilanjutkan termasuk discharge planning serta edukasi pasien dan
keluarga
b. Dilanjutkan / stop / modifikasi / strategi baru
6. shift :
a. Observasi TTV
b. Posisikan semi fowler
c. Mengajarkan relaksasi nafas dalam
d. Memberika terapi oksigen nasal
e. Kolaborasi dengan tim medis
shift selanjutnya:

a. Observasi TTV
b. Posisikan semi fowler
c. Mengajarkan relaksasi nafas dalam
d. Memberika terapi oksigen nasal
e. Kolaborasi dengan tim medis
Karu :

CATATAN TERINTEGRASI

SUMBER WAKTU CATATAN TERINTEGRASI

(PROFESI)

23
Ns. R 07.00  Infus Futrolit 500/24 jam
 Injeksi cinam 1 gram
09.00
S = pasien mengatakan sesak

B = KU lemah, TD : 159/89 mmHg, N : 124 x/menit, S :


36,5 RR : 26 x/menit, leukosit : 229.570 cmm, trombosit

150 cmm, Hb : 27 g/dl

A= Masalah belum teratasi

R= Terapi dilanjutkan

Infus Futrolit 500cc/24 jam

Injeksi Cinam 3 x1 gr

Injeksi Ondan 2x 1 amp

Injeksi Ranitidin 3x1 amp

24
RENCANA KEGIATAN TIMBANG TERIMA

Diruang teratai Rumah Sakit haryoto menunjukkan pukul 07:00 tiba waktunya untuk
melakukan timbang terima dari sift pagii ke sif siangi. Semua perawat telah berada di ruangan
bersiap siap untuk melakukan timbang terima. Diruangan terdapat karu,katim, 2 perawat
pelaksana sift pagi, dan 4 perawat pelaksana sift siang.

A. TAHAP ORIENTASI
Karu : Assalamualaikum wr wb

Semua : Waalaikumsalam wr wb

Karu : Sebelum memulai operan ini, alangkah baiknya kita berdoa menurut
agama dan keyakinan masing masing. Berdoa mulai............... selesai

Baiklah, untuk PJ sift pagi untuk melaporkan pasien kepada sift siang ini,
dipersilahkan

B. TAHAP PELAKSANAAN
PJ sift siang : Baik terimakasih, untuk operan pagi ini ada 1 pasien keloaan yang ada di
ruang T. 12.

Sebelum melakukan operan pasien, saya akan melaporkan BOR diruang


teratai yaitu 9 dari 15 bed terisi sudah terisi. Jadi BOR untuk hari ini
sebesar 30%. Lalu hand rub di ruangan pasien sudah banyak yang sudah
habis, untuk kelanjutannya saya sudah menghubungi sarana prasarana.
Nanti untuk perawat sift siangg tolong konfirmasikan kembali kebagian
sarana dan prasarana.

Baiklah mungkin sudah itu saja. Baiklah langsung ke pasien pertama...

Pasien pertama

S : T. 12. Ny. R (56 Th) dengan Dx medis imenting eklamsia, keadaan


compos mentis, klien masih mengeluhkan sesak nafas.

B : Telah mendapat terapi O2 nasal kanul 3 lpm.

A : TD : 180/90 mmHg, N : 124x/mnt, RR : 23x/mnt, T: 36,1 c,


terpasang cairan IV Pz 20 tpm

R : monitor TTV .

Apakah ada yang ditanyakan ?

PP 1 Siang : Untuk terapi cairan apakah ada perubahan ?

25
PJ sift Pagi Terapi cairan untuk pagi ini diganti dengan RL, sudah saya
konsultasikan dengan DPJP

PP 1 Pagi : Baiklah

PP 2 siang : Baik , nanti saya konfiasi ke bagian laboratorium,untuk Cek Hb nya


apakah sudah di lakukan ?

PP pagi : Sudah diambil sampel darah, tinggal menunggu hasilnya. Nanti bisa
menghubungi bagian laboratorium.

PP 2 pagi : Baiklah, mungkin ada yang mau tanyakan

Semua : tidak ada

Karu : Terimakasih, jikasudah tidak ada yang ingin ditanyakan, mari kita
langsung saja ke pasien

Semua perawat berjalan keruangan pasien untuk melakukan operan sift dan membawa
buku timbang terima,setelah selesai mereka kembali keruangan untuk mendatangi hasil
operan dinas malam

Karu Assalamualaikum wr.wb ibu, selamat pagi , bagaimana keadaannya hari


ini ?

Pasien Waalaikumsalam . alhamdulillah sudah enakan bu

Karu Tidurnya semalam gimana bu ?

Pasien Alhamdulillah nyenyak bu .katanya dokter kemaren kalau kondisi saya


membaik,saya diperbolehkan pulang nggh bu hari ini ?

Karu Iya bu, nanti tunggu visite dokter lagi ya bu, untuk memeriksakan
kondisi ibu kembali.

pasien iya baik buk.

karu Jadi kedatangan kami kesini sedang melakukan operan shif pagi ke
siang buk. Dan perkenalkan ini perawat A dan perawat B yang sedang
bertugas pada pagi sianng ini. Nanti jika ibu membutuhkan sesuatu atau
ada yang perlu di tanyakan bisa tanyakan ke mbak sama masnnya ya
buk.

Pasien Oh iya baik buk.

Karu Ada yang di tanyakan lagi buk ?

26
Pasien Sudah tidak ada buk.

karu Baik kalau begitu kami permisi dulu bu, assalamualaikum

Pasien Waalaikumsalam

C. TAHAP PENUTUP
Karu : Baiklah operan dinas pagi ke dinas siang sudah selesai. Untuk yang
dinas pagi, jika maupulang dipersilahkan dan selamat beristirahat. Dan
untuk yang dinas siang semoga diberi kelancaran. Sebelum diakhiri
marilah kita tutup operan hari ini dengan doa menurut agama dan
keyakinan masing-masing. Berdoa mulai............... selesai

Terimakasih atas perhatiannya, wassalamualaikum wr wb

semua : Waalaikumsalam wr wb

TIMBANG TERIMA ANTAR SHIFT JAGA


PERAWAT
No. Dokumen No. Revisi Halaman

STIKES dr. Soebandi


STANDAR Disusun Oleh : kelompok 1

27
Tanggal terbit
Dilakukan
PROSEDUR OPERASIONAL 5 Juni 2021
Ya Tidak

PENGERTIAN Serah terima pasien yang dilakukan


antar perawat pada setiap pergantian
shif jaga. Timbang terima adalah
suatu cara dalam menyampaikan dan
menerima suatu laporan yang
berkaitan dengan keadaan pasien.

TUJUAN 1. Agar perawat dapat menjamin


kontinuitas pelayanan terhadap
pasien

2. Mengkomunikasikan keadaan
pasien dan menyampaikan hal
yang penting terkait pasien.

KEBIJAKAN PERMENKES 1691 tahun 2017


tentang Keselamatan Pasien Rumah
Sakit

PROSEDUR A. Shift jaga pelayanan dibagi


menjadi 2 shift dalam 6 jam :

1. Pagi 07.00 s/d. 14.00 WIB

2. Sore 14.00 s/d. 19:00WIB

B. Waktu timbang terima ditentukan


sebagai berikut:

1. Timbang terima jaga pagi ke


jaga sore : pk. 07:00 -
13.45 WIB

C. Timbang terima dilakukan di


Nurse Station:

Timbang terima dari jaga pagi ke

28
sore dilakukan oleh PP ke PA
siang dengan didampingi oleh
Kepala Ruangan/Wakil Kepala
Ruangan; timbang terima jaga
sore ke malam dilakukan oleh PA
sore ke PA malam; timbang
terima jaga malam ke pagi
dilakukan oleh PA malam ke PP
dan PA pagi didampingi oleh
Kepala Ruangan/Wakil Kepala
Ruangan.

Timbang Terima di Nurse Station

a. Ucapkan salam kepada teman


shift selanjutnya.

b. Timbang terimakan jumlah


pasien, pasien observasi,
pasien mempunyai resiko
(seperti resiko jatuh, alergi
obat, dll.), rencana pelayanan
yang akan dilaksanakan:
pemeriksaan penunjang
seperti Rontgen,
Laboratorium, tindakan
operasi, HD, Endoscopi,
persiapan untuk konsultasi
atau prosedur lainnya yang
tidak dilaksanakan secara
rutin.

c. Timbang terimakan hal-hal


penting lainnya (obat-obatan,
alat-alat kesehatan seperti

29
thermometer, tensi meter, dll.
yang biasa digunakan ke
perawatan pasien)

D. Timbang terima dilakukan di


depan pasien

Pagi ke sore : oleh PP dan PA


pagi ke PA sore didampingi oleh
Kepala Ruangan/Wakil Kepala
ruangan; sore ke malam oleh PA
sore ke PA malam; malam ke
pagi oleh PA ke PP dan PA pagi
didampingi oleh Kepala
Ruangan/Wakil Kepala ruangan.

Timbang Terima di depan Pasien:

a. Perawat mengucapkan salam


kepada pasien dan
keluarganya.

b. Perawat memperkenalkan diri


saat kontak pertama kepada
pasien.

c. Perawat menanyakan nama


pasien dan mengecek
identitas pada gelang pasien.

d. Perawat memberikan
kesempatan kepada pasien
untuk bertanya.

e. Perawat memberi sentuhan


ringan saat menanyakan
keluhan kepada pasien.

f. Perawat menimbang
terimakan pasien kepada shift

30
jaga berikutnya dengan tehnik
SBAR dan ditulis pada
catatan perkembangan
terintegrasi dengan SOAP
dan ditandatangani oleh
kedua belah pihak.

1) Sittuation/S (keadaan
pasien) dan
Background/B (data
pendukung dan riwayat
pendukung berkaitan
dengan kondisi pasien
saat ini termasuk
tindakan yang sudah
dilakukan) pada SBAR
tertulis/tercantum dalam
data Subyektif/S dan
Obyektif/O pada SOAP

2) Assesment/A
(kemungkinan masalah
yang sedang terjadi pada
pasien) pada SBAR
tertulis/tercantum dalam
data Assesment/A pada
SOAP.

3) Recommendation/R
(alternatif tindakan yang
mungkin dilakukan)
pada SBAR
tertulis/tercantum dalam
Planing/P pada SOAP

g. Perawat yang melakukan

31
timbang terima dapat
melakukan klarifikasi, tanya
jawab, melakukan validasi
terhadap hal-hal yang
ditimbang terimakan dan
berhak menanyakan
mengenai hal-hal yang
kurang jelas.

h. Lama timbang terima untuk


setiap pasien tidak lebih dari
lima menit kecuali pada
kondisi khusus yang
memerlukan penjelasan yang
lebih lengkap dan rinci.

i. Perawat mengakhiri dengan


salam dan doa bersama

UNIT TERKAIT Semua Unit Pelayanan di RS Haryoto Lumajang

PROPOSAL PRE DAN POST CONFERENCE

RUANG ASPARAGA RSUD dr. HARYOTO LUMAJANG

MANAJEMEN KEPERAWATAN

32
Oleh:

Binna Remi Arif Kurniawan (20020017)


Desy Ratnasari (20020019)
Emi Afrita Dahlia (20020030)
Faizatul Riski (20020033)
Febri Indra permana (20020036)
Karmila (20020049)
Muhammad Abdul Wasik (20020093)
Muhammad Indra Permana (20020061)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN dr. SOEBANDI JEMBER

YAYASAN PENDIDIKAN JEMBER INTERNASIONAL SCHOOL (JIS)

2021

BAB 1

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Definisi
Conference adalah diskusi kelompok tentang beberapa aspek klinik dan kegiatan
konsultasi. Conference dilakukan sebelum dan sesudah melaksanakan asuhan pada
pasien.

33
1.2 Tujuan Umum Conference
Secara umum tujuan konferensi adalah untuk menganalisa masalah-masalah secara
kritis dan menjabarkan alternatif penyelesaian masalah, mendapatkan gambaran berbagai
situasi lapangan yang dapat menjadi masukan untuk menyusun rencana antisipasi
sehingga dapat meningkatkan kesiapan diri dalam pemberian asuhan keperawatan dan
merupakan cara yang efektif untuk menghasilkan perubahan non kognitif . Juga
membantu koordinasi dalam rencana pemberian asuhan keperawatan sehingga tidak
terjadi pengulangan asuhan, kebingungan dan frustasi bagi pemberi asuhan (T.M.
Marelli, et.al, 2002).

1.3 Pedoman Pelaksanaan Conference


a. Sebelum dimulai, tujuan conference harus dijelaskan
b. Diskusi harus mencerminkan proses dan dinamika kelompok
c. Pemimpin mempunyai peran untuk menjaga fokus diskusi tanpa mendominasi dan
memberi umpan balik
d. Pemimpin harus merencanakan topik yang penting secara periodik
e. Ciptakan suasana diskusi yang mendukung peran serta, keinginan mengambil
tanggung jawab dan menerima pendekatan serta pendapat yang berbeda
f. Raung diskusi diatur sehingga dapat tatap muka pada saat diskusi
g. Pada saat menyimpulkan conference, ringkasan diberikan oleh pemimpin dan
kesesuaiannya dengan situasi lapangan

1.4 Macam-macam Conference


Conference di bagi menjadi 2 macam :

a. Pre Conference
1) Definisi
Pre conference adalah komunikasi ketua tim dan perawat pelaksana setelah
selesai operan untuk rencana kegiatan pada shift tersebut yang dipimpin oleh
ketua tim atau penanggung jawab tim. Jika yang dinas pada tim tersebut hanya
satu orang, maka pre conference ditiadakan. Isi pre conference adalah rencana
tiap perawat (rencana harian), dan tambahan rencana dari kepala tim dan
penanggung jawab tim (Asmuji, 2012).Pre conference adalah diskusi tentang

34
aspek klinik sebelum melaksanakan asuhan pada pasien.
2) Tujuan pre conference
a) Membantu untuk mengidentifikasi masalah-masalah pasien, merencanakan
asuhan dan merencanakan evaluasi hasil
b) Mempersiapkan hal-hal yang akan ditemui di lapangan
c) Memberikan kesempatan untuk berdiskusi tentang keadaan pasien
3) Syarat pelaksanaan
a) Pre conference dilaksanakan sebelum pemberian asuhan keperawatan dan post
conference dilakukan sesudah pemberian asuhan keperawatan
b) Waktu efektif yang diperlukan 10 atau 15 menit
c) Topik yang dibicarakan harus dibatasi, umumnya tentang keadaan pasien,
perencanaan tindakan rencana dan data-data yang perlu ditambahkan
d) Yang terlibat dalam conference adalah kepala ruangan, ketua tim dan anggota
tim
4) Pelaksanaan
a) Dipimpin oleh ketua tim atau penanggung jawab tim
Isi conference:
(1) Rencana tiap perawat (rencana harian)
(2) Tambahan rencana dari ketua tim atau penanggung jawab tim
b) Waktu
Dilakukan setelah operan
c) Tempat
Dilakukan di meja masing – masing tim
d) Penanggung jawab
(1) Ketua tim atau penanggung jawab tim kegiatan
(2) Ketua tim atau penanggung jawab tim membuka acara
(3) Ketua tim atau penanggung jawab tim menanjakan rencana harian masing
– masing perawat pelaksana
(4) Ketua tim atau penanggung jawab tim memberikan masukan dan tindakan
lanjut terkait dengan asuhan yang diberikan saat itu
b. Post Conference
1) Definisi
Post conference adalah diskusi tentang aspek klinik sesudah melaksanakan
asuhan keperawatan pada pasien. Conference merupakan pertemuan tim yang
35
dilakukan setiap hari. Konferensi dilakukan sebelum atau setelah melakukan
operan dinas, pagi, sore atau malam sesuai dengan jadwal dinas perawatan
pelaksanaan. konference sebaiknya dilakukan di tempat tersendiri sehingga dapat
mengurangi gangguan dari luar.
2) Tujuan Post Conference
Tujuan post conference adalah untuk memberikan kesempatan
mendiskusikan penyelesaian masalah dan membandingkan masalah yang
dijumpai.
3) Syarat Post Conference
a) Post conference dilakukan sesudah pemberian asuhan keperawatan
b) Waktu efektif yang diperlukan 10 atau 15 menit
c) Topik yang dibicarakan harus dibatasi, umumnya tentang keadaan pasien,
perencanaan tindakan rencana dan data-data yang perlu ditambahkan
d) Yang terlibat dalam conference adalah kepala ruangan, ketua tim dan anggota
tim
4) Pelaksanaan Dalam Melaksanakan Conferensi
Adapun panduan bagi Perawat pelaksana dalam melakukan konferensi
adalah sebagai berikut: (Ratna Sitorus, 2006).
a) Conferensi dilakukan setiap hari segera setelah dilakukan pergantian dinas
pagi atau sore sesuai dengan jadwal perawatan pelaksana.
b) Conferensi dihadiri oleh perawat pelaksana dan PA dalam timnya masing –
masing.
c) Penyampaian perkembangan dan masalah klien berdasarkan hasil evaluasi
kemarin dan kondisi klien yang dilaporkan oleh dinas malam.
d) Hal hal yang disampaikan oleh perawat pelaksana meliputi :
(1) Utamanya tentang klien (biodata, status sosial, ekonomi, budaya)
(2) Keluhan klien
(3) TTV dan kesadaran
(4) Hasil pemeriksaan laboraturium atau diagnostic terbaru.
(5) Masalah keperawatan
(6) Rencana keperawatan hari ini.
(7) Perubahan keadaan terapi medis.
(8) Rencana medis selanjutnya (tindak lanjut)

36
e) Perawat pelaksana mendikusikan dan mengarahkan perawat tentang masalah
yang terkait dengan perawatan klien yang meliputi :
(1) Klien yang terkait dengan pelayanan seperti : keterlambatan, kesalahan
pemberian makan, kebisingan pengunjung lain, kehadiran dokter yang
dikonsulkan.
(2) Ketepatan pemberian infus
(3) Ketepatan pemantauan asupan dan pengeluaran cairan.
(4) Ketepatan pemberian obat / injeksi.
(5) Ketepatan pelaksanaan tindakan lain,
(6) Ketepatan dokumentasi.
f) Menggiatkan kembali standar prosedur yang ditetapkan.
g) Menggiatkan kembali tentang kedisiplinan, ketelitian, kejujuran dan kemajuan
masing–masing perawatan asosiet.
h) Membantu perawat menyelesaikan masalah yang tidak dapat diselesaikan.
Tahap – tahap inilah yang akan dilakukan oleh perawat – perawat ruangan
ketika melakukan post conference

STANDAR OPERASIONAL (SOP)

PRE CONFERENCE DAN POST CONFERENCE

2.1 Pre Conference


No Tindakan Ya Tidak

1. Persiapan

1. Ruangan
2. Staff
2. Tatalaksana

1. Melakukan conferensi setiap hari segera setelah dilakukan

37
pergantian dinas pagi atau sore sesuai dengan jadwal pelaksana.
2. Dipimpin oleh ketua tim atau penanggung jawab tim
3. Isi conference:
a. Rencana tiap asuhan (rencana harian)
b. Tambahan rencana dari ketua tim atau penanggung jawab tim
4. Konferensi dihadiri oleh perawat pelaksana dan PA dalam
timnya masing – masing.
5. Menyampaikan perkembangan dan masalah pasien berdasarkan
hasil evaluasi kemarin dan kondisi pasien yang dilaporkan oleh
dinas malam
6. Perawat pelaksana menyampaikan hal-hal meliputi
a. Keluhan pasien
b. TTV dan kesadaran pasien
c. Hasil pemeriksaan laboratorium atau diagnosis terbaru
d. Masalah keperawatan
e. Rencana keperawatan hari ini
f. Perubahan keadaan terapi medis
g. Rencana medis
7. Perawat pelaksana mendikusikan dan mengarahkan perawat
asosiet tentang masalah yang terkait dengan perawatan pasien
yang meliputi:
a. Pasien yang terkait dengan pelayanan seperti :
keterlambatan, kesalahan pemberian makan, kebisikan
pengunjung lain, kehadiran dokter yang dikonsulkan.
b. Ketepatan pemberian infus
c. Ketepatan pemantauan asupan dan pengeluaran cairan
d. Ketepatan pemberian obat / injeksi
e. Ketepatan pelaksanaan tindakan lain
f. Ketepatan dokumentasi
8. Mengingatkan kembali standar prosedur yang ditetapkan.
9. Mengingatkan kembali tentang kedisiplinan, ketelitian,
kejujuran dan kemajuan masing–masing perawatan asosiet.
10. Membantu perawatan asosiet menyelesaikan masalaah yang
tidak dapat diselesaikan.
38
2.2 Post Conference
a. Nama Jabatan              : Perawat
b. Ringkasan Tugas :
1) Ketua tim atau Pj membuka acara.
2) Ketua tim atau Pj tim menanyakan kendala yang dialami dalam memberikan 
asuhan pasien.
3) Ketua tim atau Pj tim menanyakan tindak lanjut asuhan pasien yang harus
dioperkan kepada perawat shift berikutnya.
4) Ketua tim atau Pj menutup acara.
c. Hasil Kerja :
1) Terlaksananya pembukaan acara.
2) Terdeteksinya kendala dalam asuhan yang telah diberikan.
3) Terlaksananya tindak lanjut asuhan pasien yang harus dioperkan kepada perawat
shift berikutnya.
4) Terlaksananya penutupan acara.
d. Rincian Tugas    :
1) Ketua tim atau Pj tim membuka acara
a) Memberikan salam dengan sopan dan hormat
b) Memperkenalkan diri
c) Menjelaskan tujuan
d) Menjelaskan langkah prosedur
2) Ketua tim atau Pj menanyakan kendala dalam asuhan yang telah diberikan
a) Menanyakan kepada setiap Pj apa yang telah dilakukan kepada pasien
b) Menanyakan kepada setiap Pj apa yang menjadi kendala dalam memberikan
setiap asuhan kepada pasien
c) Menanyakan kepada setiap Pj apa yang dapat dihasilkan dari setiap tindakan
3) Ketua tim atau Pj tim menanyakan tindak lanjut asuhan pasien yang harus
dioperkan kepada perawat shift berikutnya
a) Menanyakan kepada Pj apa yang belum dilaksanakan
b) Menanyakan kepada Pj apa yang akan dilaksanakan selanjutnya

39
c) Menanyakan kepada Pj apa yang harus dioperkan pada perawat shift
selanjutnya\
d) Mengevaluasi keefektifan dan keefisienan tindakan yang akan diberikan
selanjutnya.
4) Ketua tim atau Pj menutup acara
a) Memberikan kesimpulan Post Conference
b) Menanyakan apakah ada pertanyaan atau saran kepada setiap Pj
c) Mengucapkan terimakasih dan salam

Dialog Roleplay Pre Conference

Pemeran:

Kepala Ruangan : Muhammad Abdul Wasik

Ketua Tim A : Muhammad Indra Permana

Ketua Tim B : Febri Indra Dwi P

PP Tim A : Karmila

Waktu kegiatan       : Sebelum dan setelah operan shift

40
Tempat                    : Meja masing-masing tim
Penanggung jawab  : Kepala ruangan

Kegiatan :

1. Kepala ruangan membuka acara


2. Kepala ruangan menanyakan rencana harian masing perawat pelaksana
3. Kepala ruangan memberikan masukan dan tindak lanjut terkait dengan asuhan yang di
berikan saat itu.
4. Kepala ruangan memberikan reinforcement.
5. Kepala ruangan menutup acara.

KARU : “assalamualaikum wr.wb”….selamat pagi semua,puji syukur kita panjatkan


khadirat Allah SWT. Sehingga pada hari ini, kita masih di beri
kesempatan untuk hadir di tempat ini untuk melaksanakan tugas kita
sebagai seorang perawat, sebelumnya mari kita awali dengan ucapan
basmalah,,,bismillahirahmanirahim..

“Selanjutnya saya persilahkan kepada ketua Tim.A nurse Permana dan


ketua Tim.B nurse Febri, untuk memandu pre-conference kita pada pagi
hari ini. Bagaimana? Apakah sudah bisa kita mulai?”

KATIM : ”Baiklah sebelumnya terima kasih kepada ners Wasik selaku kepala
ruangan. Assalamualaikum wr.wb. Selamat pagi rekan semua, puji syukur
pada kesempatan ini masih di berikan kesehatan
“Baiklah pada kesempatan ini kita akan melakukan pre-conference pada tgl.
01 Juni 2021 di ruangan Teratai, dengan jumlah 1 pasien kelolaan dengan
keperawatan sedang. Adapun pasien kita hari ini yaitu Ny. R dengan
diagnosa medis Ikplemding Eklamsia dengan DPJP dr. Fadil. Diagnosa
keperawatannya yaitu ketidakefektifan pola nafas berhubugan dengan
pasien mengatakan sesak SP02 93 dan nyeri dada. Untuk intervensinya
akan lebih lanjut di bahas oleh Nurse Permana maupun Nurse Febri.

41
PP TIM A : “ terima kasih untuk kesempatannya nurse, adapun intervensinya adalah :

1. Kaji frekuensi, kedalaman dan ekspansi dada.


2. Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi mengi.
3. Anjurkan pasien melakukan relaksasi nafas dalam.
4. Kolaborasi pemberian tambahan oksigen.
5. Kolaborasi dengan tim medis lainnya.

“ itu saja yang saya sampaikan, selanjutnya saya kembalikan kepada saudara
nurse Wasik, selaku kepala ruangan, terimakasih.”

KARU : “Baik sudah dijelaskan, untuk ketua dan PP tim B apakah ada yang
ditanyakan?”

PP TIM B : “Ada yang ingin saya ingin tanyakan yaitu obat apa nanti yang di berikan
dan berapa dosisnya?”

KARU : “terimakasih untuk anggota tim B yang bertanya, saya persilahkan pada
katim A untuk menjawab”

KATIM B : “Baik Terimakasih sudah diingatkan. Adapun obat antibiotiknya yaitu antrain
1/V, ondan IV dan ranitidin melalui IV” Oral, kaptopril, amlodipine serta
pemberian mecobalamiin.

KARU : “Itu tadi jawaban dari katim A. Bagaimana nurse apakah masih ada yang
ingin ditanyakan?”

KATIM A : “Sudah cukup ners.”

KARU : “Itulah kesimpulan untuk intervensi kita untuk shift pada hari ini.
terimakasih atas kerja sama rekan-rekan sekalian. Pertahankan terus
kinerja kita, kalau perlu di tingkatkan lagi. Seperti biasa sebelum kita
memulai pekerjaan kita hari ini, mari kita berdo’a demi kelancaran

42
aktivitas kita hari ini,, Berdoa di persilahkan........Doa selesai. Baik
terimakasih. wassalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh.”

43
Dialog Post Conference

Waktu kegiatan    : Sebelum operan ke dinas selanjutnya

Tempat                       : meja masing-masing

Penanggung jawab  :  Ketua Tim

Kegiatan  :

1. KARU membuka acara.


2. Katim menanyakan hasil asuhan masing-masing.
3. Katim menanyakan kendala dalam asuhan yang diberikan.
4. Katim menanyakan tindak lanjut asuhan pasien yang harus dioperkan ke shift berikutnya.
5. KARU menutup acara.

KARU : “Assalamualaikum wr. Wb, Alhamdulillahirobil’alamin, puji syukur kehadirat Allah swt. Kita
masih bertemu lagi dan berkumpul di penghujung tugas kita. Seperti biasa kita akan melakukan
post conference sebelum di operkan ke shift berikutnya. Langsung saja saya serahkan kepada
nurse permana selaku ketua TIM.

KATIM A : “Baik terima kasih atas waktu yang diberikan. Baiklah langsung saja bagaimana hasil tindakan
yang telah dilaksanakan oleh nurse Febri termasuk  kendala selama rekan melakukan tindakan
untuk dapat dioperkan pada shift berikutnya.”

PP TIM A : “Pasien Ny. R masih mengeluhkan sesak sudah dilakukan pemasangan oksigen nasal dengan 3 lpm,
dan sudah diberikan injeksi ketorolac serta injeksi ceftriaxone. Suhu 36 0C, sudah di ajari terapi
relaksasi nafas dalam, sudah dilakukan test darah tetapi hasilnya  masih ditunggu dari Lab.
Lanjutkan intervensi!

KARU : “Baiklah kalau begitu mari kita beralih ke katua tim B nurse febri untuk melanjutkan post-
conference selanjutnya”

KATIM B : “Baik terima kasih atas waktu yang diberikan. Langsung saja bagaimana hasil tindakan yang telah
dilaksanakan oleh nurse permana termasuk  kendala selama rekan melakukan tindakan. Untuk
dioperkan pada shift berikutnya.”

KATIM B : “Baiklah terima kasih nurse Fina atas laporan hasil tindakan yang telah dilakukan.. Selanjutnya
saya kembalikan kepada kepala ruangan.”

KARU : “baiklah, terimakasih kepada Katim dan rekan-rekan, Alhamdulillah intervensi yang telah kita
lakukan dari pagi sampai siang ini terlaksana dengan lancar dan sesuai prosedur. Terima kasih
atas kerja sama rekan-rekan sekalian, yang sudah bekerja dengan semaksimal mungkin.
Pertahankan terus kinerja rekan-rekan dan alangkah baiknya jika bisa ditingkatkan lagi demi
pencapaian kinerja yang lebih optimal. Untuk mengakhiri tugas kita pada siang hari ini, marilah
kita akhiri dengan berdoa bersama menurut agama dan kepercayaan kita masing-masing. Berdoa
mulai……. Selesai. Kita akhiri post conference ini, Wassalamu’alaikum Wr.Wb. Selamat Siang.”

44
PROPOSAL SUPERVISI
RUANG RAWAT INAP TERATAI

Disusun oleh :

M. Abdul Wasik (20020093)


M. Indra Permana (20020061)
Binna Remi Arif K. (20020017)
Desy Ratnasari (20020019)
Emi Afrita D. (20020030)
Faizatul Rizki (20020033)
Febri Indra Dwi P. (20020036)
Karmila (20020049)

PRODI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN dr. SOEBANDI JEMBER
YAYASAN PENDIDIKAN JEMBER INTERNATIONAL SCHOOL
2020-2021

PROPOSAL SUPERVISI
RUANG RAWAT INAP TERATAI

A. Latar belakang

Seiring dengan semakin tingginya tingkat pengetahuan dan kesadaran akan kebutuhan kesehatan maka
semakin tinggi pula tuntutan masyarakat pada pelayanan keperawatan. Keadaan tersebut menuntun perawat pada
suatu bentuk persaingan untuk mendapatkan kepercayaan masyarakat akan pelayanan keperawatan, hal mana

45
membuat perawat harus meningkatkan pelayanan keperawatan yang paripurna. Pelayanan yang berkualitas
haruslah didukung oleh sumber-sumber yang memadai, antara lain sumber daya manusia yang bermutu, standar
pelayanan termasuk pelayanan keperawatan yang berkualitas, disamping fasilitas yang sesuai harapan
masyarakat. Agar pelayanan keperawatan senantiasa memenuhi harapan konsumen dan sesuai dengan standar
yang berlaku maka diperlukan suatu pengawasan terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan. Melalui
pengawasan atau supervisi diharapkan perawat dapat melaksanakan asuhan yang berkualitas sesuai standar.
Supervisi tersebut merupakan salah satu bentuk kegiatan dari manajemen dan merupakan cara yang tepat untuk
menjaga mutu pelayanan keperawatan.

B. Tujuan

1. Tujuan umum

Setelah melakukan tindakan supervisi keperawatan, mahasiswa mampu mengaplikasikan peran kepala
ruangan sebagai supervisor dan peran perawat primer maupun perawat associate di Ruang Rawat Inap Teratai

2. Tujuan khusus

a. Kepala ruangan mampu mengevaluasi dan menilai kinerja perawat dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan.
b. Kepala ruangan mampu memberikan umpan balik (feed back) terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilakukan perawat.
c. Kepala ruangan memberikan tindak lanjut (follow up) terhadap permasalahan yang dihadapi oleh
perawat selama melakukan asuhan keperawatan.
d. Mampu menjalin kerjasama dan keakraban antar perawat.
e. Meningkatkan kinerja ketua tim dan perawat pelaksana

C. Manfaat

1. Bagi Perawat ·
Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan perawat yang disupervisi dan meningkatkan hubungan dan
suasana kerja yang lebih harmonis antara supervisor dan perawat yang disupervisi. Meningkatkan
kemampuan perawat primer dan perawat associate dalam menerapkan asuhan keperawatan dan
mengurangi adanya kesalahan yang dilakukan perawat.

2. Bagi Institusi

Membantu menyusun pedoman atau petunjuk tentang pelaksanaan tindakan keperawatan sehingga
tercipta pelayanan keperawatan professional

3. Bagi Pasien
Pasien mendapat pelayanan keperawatan yang berkualitas dan sesuai dengan tuntutan pasien. 

46
TINJAUAN TEORI SUPERVISI
A. Pengertian
Supervisi adalah suatu teknik pelayanan yang tujuan utamanya adalah mempelajari dan memperbaiki secara
bersama-sama (Huber, 2000). Supervisi keperawatan adalah suatu proses pemberian sumber-sumber yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas dalam rangka mencapai tujuan.
B. Tujuan Supervisi
Tujuan supervisi adalah pemenuhan dan peningkatan pelayananan pada klien dan keluarga yang berfokus
pada kebutuhan, keterampilan, dan kemampuan perawat dalam melaksanakan tugas.
C. Prinsip Supervisi
1. Supervisi dilakukan sesuai dengan struktur organisasi.
2. Supervisi memerlukan pengetahuan dasar manajemen, keterampilan hubungan antarmanusia dan kemampuan
menerapkan prinsip manajemen dan kepemimpinan.
3. Fungsi supervisi diuraikan dengan jelas, terorganisir dan dinyatakan melalui petunjuk, peraturan, uraian
tugas, dan standar.
4. Supervisi merupakan proses kerja sama yang demokratis antara supervisor dan perawat pelaksana.
5. Supervisi merupakan visi, misi, falsafah, tujuan, dan rencana yang spesifik.
6. Supervisi menciptakan lingkungan yang kondusif, komunikasi efektif, kreativitas, dan motivasi.
7. Supervisi mempunyai tujuan yang berhasil dan berdaya guna dalam pelayanan keperawatan yang memberi
kepuasan klien, perawat, dan manajer.
D. Pelaksana Supervisi
1. Kepala Ruang:
a. bertanggung jawab dalam supervisi pelayanan keperawatan pada klien di ruang perawatan
b. merupakan ujung tombak penentu tercapai atau tidaknya tujuan pelayanan kesehatan di Ruang Teratai.
c. mengawasi perawat pelaksana dalam melaksanakan praktik keperawatan di ruang perawatan sesuai dengan
yang didelegasikan.
2. Pengawas keperawatan, bertanggung jawab dalam supervisi pelayanan kepada kepala ruangan yang ada di
instalasinya.
3. Kepala seksi keperawatan, mengawasi instalasi dalam melaksanakan tugas secara langsung dan seluruh
perawat secara tidak langsung.
E. Langkah Supervisi
1. Prasupervisi
a. Supervisor menetapkan kegiatan yang akan disupervisi.
b. Supervisor menetapkan tujuan dan kompetensi yang akan dinilai.
2. Pelaksanaan Supervisi
a. Supervisor menilai kinerja perawat berdasarkan alat ukur atau instrumen yang telah disiapkan.
b. Supervisor mendapat beberapa hal yang memerlukan pembinaan.
c. Supervisor memanggil PP untuk mengadakan pembinaan dan klarifikasi permasalahan.
d. Pelaksanaan supervisi dengan inspeksi, wawancara, dan memvalidasi data sekunder.
1) Supervisor mengklarifikasi permasalahan yang ada.
2) Supervisor melakukan tanya jawab dengan perawat.
3. Pascasupervisi–3F
a. Supervisor memberikan penilaian supervisi (F-Fair).
b. Supervisor memberikan feedback dan klarifikasi (sesuai hasil laporan supervisi).
c. Supervisor memberikan reinforcement dan follow up perbaikan.
F. Peran Supervisor dan Fungsi Supervisi Keperawatan

47
Peran dan fungsi supervisor dalam supervisi adalah mempertahankan keseimbangan pelayanan keperawatan
dan manajemen sumber daya yang tersedia.

1. Manajemen pelayanan keperawatan.

Tanggung jawab supervisor adalah sebagai berikut.

a. Menetapkan dan mempertahankan standar praktik keperawatan.


b. Menilai kualitas asuhan keperawatan dan pelayanan yang diberikan.
c. Mengembangkan peraturan dan prosedur yang mengatur pelayanan keperawatan, kerja sama dengan
tenaga kesehatan lain yang terkait.
2. Manajemen anggaran.

Manajemen keperawatan berperan aktif dalam membantu perencanaan dan pengembangan. Supervisor
berperan dalam hal berikut.

a. Membantu menilai rencana keseluruhan dikaitkan dengan dana tahunan yang tersedia dan
mengembangkan tujuan unit yang dapat dicapai sesuai tujuan Rumah Sakit.
b. Membantu mendapatkan informasi statistik untuk merencanakan anggaran keperawatan.
c. Memberi justifikasi proyeksi anggaran unit yang dikelola.
d. Supervisi yang berhasil guna dan berdaya guna tidak dapat terjadi begitu saja, tetapi memerlukan praktik
dan evaluasi penampilan agar dapat dijalankan dengan tepat. Kegagalan supervisi dapat menimbulkan
kesenjangan dalam pelayanan keperawatan.
G. Teknik Supervisi meliputi

1. Proses supervisi keperawatan terdiri atas tiga elemen kelompok, yaitu:


a. mengacu pada standar oprasional prosedur
b. fakta pelaksanaan praktik keperawatan sebagai pembanding untuk menetapkan pencapaian.
c. tindak lanjut dalam upaya memperbaiki dan mempertahankan kualitas asuhan.
2. Area supervisi.
a. Pengetahuan dan pengertian tentang asuhan keperawatan kepada klien.
b. Keterampilan yang dilakukan disesuaikan dengan standar.
c. Sikap penghargaan terhadap pekerjaan misalnya kejujuran dan empati.
Area supervisi keperawatan mencakup aspek kognitif, sikap dan perilaku, yang meliputi:
a. kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan kepada klien;
b. pendokumentasian asuhan keperawatan
c. penerimaan pasien baru
d. pendidikan kesehatan melalui perencanaan pulang
e. pengelolaan logistik dan obat
f. pelaksanaan timbang terima.
3. Cara supervisi.
Supervisi dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu sebagai berikut.

a. Langsung

Supervisi dilakukan secara langsung pada kegiatan yang sedang berlangsung, yaitu supervisor dapat
terlibat dalam kegiatan, umpan balik, dan perbaikan. Proses supervisi meleputi:

1) perawat pelaksana melakukan secara mandiri suatu tindakan keperawatan didampingi oleh
supervisor
2) selama proses, supervisor dapat memberi dukungan, reinforcement, dan petunjuk
48
3) setelah selesai, supervisor dan perawat pelaksana melakukan diskusi yang bertujuan untuk
menguatkan yang telah sesuai dan memperbaiki yang masih kurang. Reinforcement pada aspek yang
positif sangat penting dilakukan oleh supervisor.
b. Supervisi secara tidak langsung

Supervisi dilakukan melalui laporan baik tertulis maupun lisan. Supervisor tidak melihat langsung apa
yang terjadi di lapangan sehingga mungkin terjadi kesenjangan fakta. Umpan balik dapat diberikan
secara tertulis.

Peran Kepala Ruangan, Katim dan PP dalam Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)

1. Peran kepala ruang


a. Sebagai konsultan dan pengendali mutu perawat primer.
b. Mengorientasi dan merencanakan karyawan baru.
c. Menyusun jadwal dinas dan memberi penugasan kepada PP.
d. Evaluasi kerja.
e. Merencanakan atau menyelenggarakan pengembangan staf.
2. Peran ketua tim
a. Menerima klien dan mengkaji kebutuhan pasien secara komperhensif.
b. Membuat tujuan dan merencanakan keperawatan.
c. Melaksanakan rencana yang telah dibuat.
d. Mengomunikasikan dan mengoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh disiplin lain atau perawat.
e. Menerima dan menyesuaikan rencana asuhan.
f. Menyiapkan penyuluhan untuk pasien pulang.
g. Menyiapkan rujukan kepada tim pelayanan kesehatan terkait
h. Mengadakan kujungan rumah bila perlu.
3. Peran perawat pelaksana (PP)
Peran PP adalah melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana yang telah disusun oleh Katim.

49
KEGIATAN SUPERVISI

A. Pelaksanaan:

Topik :

Hari/Tanggal :

Waktu :

Tempat :

Materi :

B. Metode

1. Observasi
2. Diskusi dan Tanya jawab

C. Instrumen

1. Status klien
2. Instrumen supervise
3. Alat – alat pemasangan infus

D. Struktur Pengorganisasian

Kepala ruangan :

Ketua Tim :

Perawat Pelaksana :

Supervisor :

E.Mekanisme kegiatan supervisi

Tahap Kegiatan Waktu Tempat


kegiatan

Pra Pembukaan : 10 Nurse


Pelaksana Menit Station
1. PP mengucapkan salam dan melaporkan
bahwa hari ini akan ada supervisi tentang
pemasangan infus. Karu menyetujui PP
untuk melakukan supervisi
2. menanyakan cek persiapan supervisi.
3. PP menyebutkan hal hal yang perlu
dipersiapkan
4. Karu memeriksa kelengkapan supervisi
meliputi alat alat pengukuran TTV
50
5. Kontrak waktu dengan pasien dan keluarga

Pelaksanaan 1. Karu, Katim dan PP menuju ke bed pasien 10 Nurse


untuk melaksanakan supervisi menit station
2. Karu memberi salam kepada klien atau
keluarga dan mempersiapkan Katim untuk Dan bed
menjelaskan supervisi. pasien
3. Menjelaskan kepada pasien dan keluarga
tentang prosedur TTV
4. Melakukan pemeriksaan tanda tanda vital

Post 1. dokumentasi hasil supervisi 5menit Nurse


pelaksana 2. salam penutup oleh kepala ruangan station

FORMAT LAPORAN SUPERVISI

Tanggal :

Tema :

Masalah Yang Penyebab Rekomendasi Dan


Ditemukan Saran

Tanda Tangan Perawat yang di Tanda Tangan Supervisor


Supervisi

51
( ) ( )

PROPOSAL DISCHARGE PLANNING

RUANG RAWAT INAP TERATAI

52
Disusun Oleh :

Binna Remi Arif Kurniawan (20020017)

Desy Ratnasari (20020019)

Emi Afrita Dahlia (20020030)

Faizatul Riski (20020023)

Febri Indra Dwi Praptanto (20020036)

Karmila (20020049)

Muhammad Abdul Wasik (20020093)

Muhammad Indra Permana (20020061)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN dr SOEBANDI JEMBER
YAYASAN PENDIDIKAN JEMBER INTERNASIONAL SCHOOL (JIS)
2020/2021

BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Perencanaan pulang (discharge planning) akan menghasilkan sebuah hubungan yang terintegrasi yaitu
antara keperawatan yang diterima pada waktu di rumah sakit dengan keperawatan yang diberikan setelah
pasien pulang Keperawatan di rumah sakit akan bermakna jika dilanjutkan dengan perawatan di rumah.
Namun sampai dengan saat ini, perencanaan pulang bagi pasien yang dirawat di rumah sakit belum optimal
dilaksanakan di mana peran keperawatan terbatas pada kegiatan rutinitas saja yaitu hanya berupa informasi
kontrol ulang. Pasien yang memerlukan keperawatan kesehatan di rumah, konseling kesehatan atau
penyuluhan, dan pelayanan komunitas tetapi tidak dibantu dalam upaya memperoleh pelayanan sebelum
pemulangan sering kembali ke ruang kedaruratan dengan masalah minor, sering kali diterima kembali dalam
waktu 24 jam sampai 48 jam, dan kemudian pulang kembali.
Discharge planning keperawatan merupakan komponen yang terkait dengan rentang ke ners. Rentang
keperawatan sering pula disebut dengan keperawatan berkelanjutan yang artinya keperawatan yang
dibutuhkan oleh pasien di mana pun pasien berada Kegagalan untuk memberikan dan mendokumentasikan
perencanan pulang akan berisiko terhadap beratnya penyakit, ancaman hidup, dan disfungsi fisik. Dalam
perencanan pulang diperlukan komunikasi yang baik terarah, sehingga apa yang disampaikan dapat
dimengerti dan berguna untuk keperawatan di rumah.

1.2 TUJUAN
1.2.1 Tujuan Umum

53
Setelah dilaksanakan praktik manajemen keperawatan mahasiswa diharapkan mampu menerapkan
discharge planning
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mengkaji kebutuhan rencana pemulangan.
2. Mengidentifikasi masalah pasien.
3. Memprioritaskan masalah pasien yang utama
4. Membuat perencanaan pasien pulang, yaitu mengajarkan pada pasien yang harus dilakukan dan
dihindari (KIE) selama di rumah.
5. Melakukan evaluasi pada pasien selama diberikan penyuluhan.
6. Mendokumentasikan

1.1. MANFAAT
1.3.1. Bagi Perawat atau Mahasiswa Keperawatan
a. Terjadi pertukaran informasi antara mahasiswa dengan pasien sebagai penerimaan pelayanan
b. Mengevaluasi pengaruh intervensi yang terencana pada penyembuhan pasien.
c. Membantu kemandirian pasien dalam kesiapan melakukan keperawatan di rumah.
1.3.2. Bagi Pasien
a. Meningkatkan kemandirian pasien dalam melakukan keperawatan di rumah.
b. Meningkatkan keperawatan yang berkelanjutan pada pasien.
c. Membantu pasien memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam memperjelas

54
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN
Perencanaan pulang merupakan suatu proses yang dinamis dan sistematis dari penilaian, persiapan serta
koordinasi yang dilakukan untuk memberikan kemudahan pengawasan pelayanan kesehatan dan pelayanan
sosial sebelum dan sesudah pulang. Perencanaan pulang merupakan proses yang dinamis, agar tim kesehatan
mendapatkan kesempatan yang cukup untuk menyiapkan pasien melakukan keperawatan mandiri di rumah
Perencanaan pulang didapatkan dari proses interaksi ketika keperawatan profesional pasien, dan keluarga
berkolaborasi untuk memberikan dan mengatur kontinuitas keperawatan yang diperlukan oleh pasien saat
perencanaan harus berpusat pada masalah pasien yaitu pencegahan, terapeutik, Rehabilitatif, serta keperawatan
rutin yang sebenarnya (Swenberg, 2016).

2.2 TUJUAN
Tujuan perencanaan pulang adalah:
1. Menyiapkan pasien dan keluarga secara fisik, psikologis, dan sosial
2. Meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga
3. Meningkatkan keperawatan yang berkelanjutan pada pasien
4. Membantu rujukan pasien pada sistem pelayanan yang lain
5. Membantu pasien dan keluarga memiliki pengetahuan dan keterampilan serta sikap dalam memperbaiki
serta mempertahankan status kesehatan pasien
6. Melaksanakan rentang keperawatan antara rumah sakit dan masyarakat
Rorden dan Nursalam (2011) mengungkapkan bahwa perencanaan pulang bertujuan untuk:
1. Membantu pasien dan keluarga untuk dapat memahami permasalahan, pencegahan yang harus ditempuh
sehingga dapat mengurangi angka kambuh dan penerimaan kembali di rumah sakit, dan
2. Terjadi pertukaran informasi antara pasien sebagai penerima pelayanan dengan keperawatan dari pasien
masuk sampai keluar rumah sakit

2.3 MANFAAT
Perencanaan pulang mempunyai manfaat antara lain sebagai berikut (Nursalam, 2002,2007,2011)
1. Memberi kesempatan kepada pasien untuk mendapat pengajaran selama di rumah sakit sehingga bisa
dimanfaatkan sewaktu di rumah
2. Tindak lanjut yang sistematis yang digunakan untuk menjamin kuriositas keperawatan pasien
3. Mengevaluasi pengaruh dari intervensi yang terencana pada penyembuhan pasien dan mengidentifikasi
kekambuhan atau kebutuhan keperawatan baru
4. Membantu kemandirian pasien dalam kesiapan melakukan keperawatan rumah.

2.4 PRINSIP-PRINSIP
1. Pasien merupakan fokus dalam perencanaan pulang Nilai keinginan dan kebutuhan dari pasien perlu dikaji
dan di evaluasi.
2. Kebutuhan dari pasien diidentifikasi. Kebutuhan ini dikaitkan dengan masalah yang mungkin timbul pada
saat pasien pulang nanti, sehingga kemungkinan masalah yang timbul di rumah dapat segera diantisipasi.
3. Perencanaan pulang dilakukan secara kolaboratif. Perencanaan pulang merupakan pelayanan multidisiplin
dan setiap tim harus saling bekerja sama.

55
4. Perencanaan pulang disesuaikan dengan sumber daya dan fasilitas yang ada. Tindakan atau rencana yang
akan dilakukan setelah pulang disesuaikan dengan pengetahuan dari tenaga yang tersedia atau fasilitas yang
tersedia di masyarakat
5. Perencanaan pulang dilakukan pada setiap sistem pelayanan kesehatan. Setiap pasien masuk tatanan
pelayanan maka perencanaan pulang harus dilakukan.

2.5 JENIS-JENIS
Chesca (1982) mengklasifikasikan jenis pemulangan pasien sebagai berikut :
1. Conditioning discharge (pulang sementara atau cuti), keadaan pulang ini dilakukan apabila kondiri
pasien baik dan tidak terdapat komplikasi. Pasien untuk sementara dirawat di rumah namun harus ada
pengawasan dari pihak rumah sakit atau pukesmas terdekat
2. Absolute discharge (pulang mutlak atau selamanya), cara ini merupakan akhir dari hubungan pasien
dengan rumah sakit. Namun apabila pasien perlu dirawat kembali maka prosedur keperawatan dapat
dilakukan kembali
3. Judicial discharge (pulang paksa), Kondisi ini pasien diperbolehkan pulang walaupun kondisi
kesehatan tidak memungkinkan untuk pulang, tetapi pasien harus dipantau dengan melakukan kerja
sama dengan keperawatan puskesmas terdekat.

2.6 HAL-HAL YANG HARUS DIKETAHUI PASIEN SEBELUM PULANG


1. Instruksi tentang penyakit yang diderita, pengobatan yang harus dijalankan, serta masalah-masalah atau
komplikasi yang dapat terjadi
2. Informasi tertulis tentang keperawatan yang harus dilakukan di rumah
3. Pengaturan diet khusus dan bertahap yang harus dijalankan
4. Jelaskan masalah yang mungkin timbul dan cara mengantisipasi
5. Pendidikan kesehatan yang ditujukan kepada keluarga maupun pasien sendiri dapat digunakan metode
ceramah, demonstrasi, dan lain-lain
6. Informasi tentang nomor telepon layanan keperawatan, medis, dan kunjungan rumah apabila pasien
memerlukan

2.7 ALUR DISCHARGE PLANNING


Dokter dan tim Ners
kesehatan lain PP dibantu PA

Penentu keadaan pasien


1. Klinis dan pemeriksaan penunjang lain
2. Tingkat ketergantungan pasien

Perencanaan pulang

Penyelesaian Program HE Lain-lain


administrasi kontrol dan obat/nersan;
nutrisi; aktivitas dan istirahat;
perawatan diri.

Monitor
(sebagai program service safety)
oleh keluarga dan petugas
Keterangan :
1. Tugas Keperawatan Primer
a. Membuat rencana discharge planning.

56
b. Membuat leaflet.
c. Memberikan konseling.
d. Memberikan pendidikan kesehatan.
e. Menyediakan format discharge planning.
f. Mendokumentasikan discharge planning.
2. Tugas Keperawatan Associate
Melaksanakan agenda discharge planning (pada saat keperawatan dan diakhiri ners).

No : 1

Revisi:

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


DISCHARGE PLANNING
STIKES Diterbitkan:
dr.SOEBANDI
4 JUNI 2021
JEMBER

PROSEDUR TETAP Dilakukan

OLEH : MAHASISWA STIKES dr. SOEBANDI

Ya Tidak

1. Pengertian Merupakan persiapan pasien sebelum


pulang ke rumah dengan memberikan
penyuluhan tentang perawatan di rumah,
pencegahan, dan sebagainya.

2. Tujuan 1. Meningkatkan kemandirian


pasien dalam melakukan
keperawatan di rumah.
2. Meningkatkan keperawatan yang
berkelanjutan pada pasien.
3. Membantu pasien memiliki
pengetahuan, keterampilan dan sikap
dalam memperbaiki serta
mempertahankan status kesehatan
pasien.
3. Indikasi Pasien yang akan pulang ke Rumah.

4. Kontraindikasi -

5. Persiapan 1. Perawat harus tahu penyakit


Perawat apa yang diderita pasien, dan

57
bagaimana melakukan perawatan di
rumah, dan pencegahannya.
2. Perawat harus percaya diri
dalam menyampaikan discharge
planning.
6. Persiapan Alat 1. Lembar telah dilakukan discharge
planning.
2. Lingkungan yang nyaman.
3. Leafleat
7. Persiapan 1. Beri penjelasan pada keluarga dan
Pasien pasien tentang cara perawatan di
rumah dan pencegahannya.
8. Cara Kerja 1. Memberikan salam.
2. Mengenalkan nama perawat.
3. Memberi penyuluhan kepada pasien
dan keluarga dengan cara berdiskusi
terkait dengan penyakit pasien, pola
diet pasien, penggunaan obat yang
diberikan dan waktu pemberian, pola
aktivitas yang dapat dilakukan dan
kontrol ulang kesehatan pasien di ners
station.
4. Menggunakan alat peraga bila
diperlukan.
5. Mengadakan evaluasi.
6. Memberikan umpan balik.
7. Mengakhiri kegiatan dengan
memberikan salam.
8. Mencatat hasil penyuluhan.
9. Hasil Dokumentasi :

1. Catat tindakan yang telah dilakukan.


2. Waktu dan Tanggal Tindakan.
3. Nama Pasien, Usia, Nomor Rekam
Medik.
4. Nama Perawat dan Tanda Tangan
Perawat.

Lampiran: Format Discharge Planning

PASIEN PULANG

DISHCHANGE PLANNING No. Reg :

58
Nama :

Jenis Kelamin :

Tanggal MRS : Tanggal KRS :

Bagian : Bagian :

Dipulangkan dari RS dengan sembuh

Sembuh Pulang paksa

Meneruskan dengan obat Jalan Lari

Pindah ke RS lain Meninggal

A. Kontrol
a. Waktu
b. Tempat
B. Lanjutan keperawatan di rumah (luka operasi, pemasangan gift, pengobatan
dan lain-lain.
C. Aturan diet/ nutrisi:
D. Obat-obat yang masih diminum dan jumlahnya:
E. Aktivitas dan istirahat:
Hal yang dibawa pulang (hasil laboratorium, foto, EKG, obat, lainnya):

Lain-lain

Jember, 4 Juni 2021


Ners
Pasien/Keluarga

( ) ( )

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


59
Professionalisme perawat merupakan salah satu hal yang penting untuk
meningkatkan kinerja perawat. Depkes (2005) menjelaskan bahwapada tahun 2000
Direktorat Pelayanan Keperawatan Departemen Kesehatan bekerja sama dengan World
Health Organization(WHO) mengembangkan suatu program  peningkatan
professionalisme perawat yang dikenal dengan Sistem Pengembangan Manajemen dan
Kinerja Klinis (SPMKK) yang selanjutnya berdasarkan Permenkes No.836/Menkes/SK-
VI/2005 berubah menjadi Pengembangan Manajemen Kinerja (PMK), kegiatan Diskusi
Refleksi Kasus (DRK) merupakan salah satu bagian dari PMK.

Menurut Depkes (2005) Diskusi Refleksi Kasus (DRK) adalah suatu metode
pembelajaran dalam bentuk kelompok diskusi untuk berbagi
 pengalamanklinik yang didasarkan atas standar yang telah ditetapkan. Tujuan dari DRK
adalah: 1) mengembangkan professionalisme, 2) meningkatkan aktualisasi diri,3)
membangkitkan motivasi belajar, 4) wahana untuk menyelesaikan masalah yang mengacu
pada standar yang telah ditetapkan, 5) belajar untuk menghargai kolega agar lebih sabar, lebih
banyak mendengarkan, tidak menyalahkan, tidak memojokkan, dan meningkatkan keja
sama.Langkah-langkah

kegiatan DRK terdiri dari:1) memilih/menetapkan kasus yang akan didiskusikan, 2)


menyusun jadwal kegiatan, 3) waktu pelaksanaan, 4) peran masing-masing
 personal dalam DRK, 5) penulisan laporan.

Penelitian terkait kegiatan Diskusi Refleksi Kasus (DRK) dipublikasikan oleh Dube
& Ducharme (2014)yang mengistilahkan kegiatan Diskusi RefleksiKasus (DRK) dengan
Reflective Practice (RP). Duffy (2007 dalam Dube & Ducharme 2014) menjelaskan bahwa
Reflective Practice (RP) merupakan kegiatan pembelajaran dan pengembangan lewat
pengkajian dari praktek
 professional yang meliputi pengalaman, pemikiran, emosi, tindakan dan

60
 pengetahuan. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan dan sikap perawat
terhadap asuhan keperawatan pada pasien lansia setelah dilakukan kegiatan Reflective Practice (RP).
Kegiatan ini dapat dilakukan salah satunya dengan mendiskusikan tentang situasi klinik dalam suatu
kelompok belajar.

1.1 Rumusan Masalah Penulisan

1.   Apa pengertian dari Diskusi Refleksi Kasus? 2. 


Apa tujuan dari Diskusi Refleksi Kasus?
3.   Apa manfaat dari Diskusi Refleksi Kasus?
3.   Bagaimana Langkah-langkah Kegiatan Diskusi Refleksi Kasus?

1.2 Tujuan

1.3.1 Tujuan umum

a.   Menjelaskan pengertian dari Diskusi Refleksi Kasus


 b.  Menjelaskan tujuan dari Diskusi Refleksi Kasus
c.  Menjelaskan apa manfaat dari Diskusi Refleksi Kasus
d.  Menjelaskan bagaimana langkah-langkah dalam kegiatan Diskusi Refleksi Kasus

1.3.2 Tujuan khusus

a.   Pembaca dapat mengerti dan memahami Pengertian, Tujan, Manfaat Diskusi

Refleksi Kasus dalam Manajemen keperawatan.


 b.  Perawat dapat mengerti dan memahami jelas bagaimana langkah-langkah kegiatan
Diskusi Refleksi Kasus.

61
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Diskusi Refleksi Kasus

Diskusi Refleksi Kasus adalah suatu metode pembelajaran dalam merefleksikan


pengalaman perawat dan bidan yang aktual dan menarik dalam memberikan dan mengelola
asuhan keperawatan dan kebidanan di lapangan melalui suatu diskusi kelompok yang
mengacu pada pemahaman standar yang ditetapkan (Depkes/WHO/PMPK-UGM, 2006).

Diskusi refleksi kasus adalah suatu metoda dalam merefleksikan

 pengalaman klinis perawat dan bidan dalam menerapkan standar dan uraian tugas.

Pengalaman klinis yang direfleksikan merupakan pengalaman aktual dan menarik


 baik hal-hal yang merupakan keberhasilan maupun kegagalan dalam memberikan

 pelayanan keperawatan dan/atau kebidanan termasuk untuk menemukan masalah dan


menetapkan upaya penyelesaiannya missal dengan adanya rencana untuk menyusun SOP
baru. Diskusi Refleksi Kasus dilakukan secara terpisah antara
 profesi perawat dan bidan minimal satu bulan sekali selama 60 menit. Tindak lanjut DRK ini
dapat berupa kegiatan penyusunan SOP-SOP baru sesuai dengan masalah yang ditemukan.

2.1 Tujuan Diskusi Refleksi Kasus

Berdasarkan Modul Pelatihan Manajemen Kinerja Klinik (PMKK), 2009 tujuan dari
DRK adalah sebagai berikut:

a.   Mengembangkan profesionalisme perawat dan bidan


 b.  Meningkatkan aktualisasi diri
c.   Membangkitkan motivasi belajar
c.   Wahana untuk menyelesaikan masalah dengan mengacu pada standar
keperawatan/kebidanan yang telah ditetapkan.

62
d.   Belajar untuk menghargai kolega untuk lebih sabar, lebih banyak mendengarkan, tidak
menyalahkan, tidak memojokkan dan meningkatkan kerja sama.

2.2 Langkah-langkah Kegiatan Diskusi Refleksi Kasus

Berdasarkan Modul Pelatihan Manajemen Kinerja Klinik (PMKK), 2009 langkah-


langkah kegiatan DRK adalah sebagai berikut:

a.   Memilih/Menetapkan Kasus Yang Akan Didiskusikan Topik-topik

 bahasan yang ditetapkan untuk didiskusikan dalam DRK antara lain :

 pengalaman pribadi perawat/atau bidan yang aktual dan menarik dalam menangani
kasus/pasien di lapangan baik di rumah sakit/puskesmas,
 pengalaman dalam mengelola pelayanan keperawatan/kebidanan da issu- issu
strategis, pengalaman yang masih relevan untuk di bahas dan akan

memberikan informasi berharga untuk meningkatkan mutu pelayanan. Proses


diskusi ini akan memberikan ruang dan waktu bagi setiap peserta

untuk merefleksikan pengalaman, pengetahuan serta kemampuannya, dan


mengarahkan maupun meningkatkan pemahaman perawat/bidan terhadap standar
yang akan memacu mereka untuk melakukan kinerja yang

 bermutu tinggi.
 b.  Menyusun Jadwal Kegiatan ,Jadwal kegiatan DRK adalah daftar kegiatan yan harus
dilaksanakan dalam kurun waktu yang ditetapkan dan disepakati. Kegiatan DRK
disepakati dalam kelompok kerja, baik di

 puskesmas maupun di rumah sakit (tiap ruangan). Kegiatan DRK dilakukan


minimal satu kali dalam satu bulan dan sebaiknya jadwal

disusun untuk kegiatan satu tahun. Dengan demikian para peserta yang telah
ditetapkan akan mempunyai waktu yang cukup untuk mempersiapkan. Setiap bulan
ditetapkan dua orang yang bertugas sebagai
 penyaji dan fasilitator/moderator selebihnya sebagai peserta demikian seterusnya,
sehingga seluruh anggota kelompok mempunyai kesempatan yang sama yang
berperan sebagai penyaji, fasilitator/moderator maupun sebagai peserta. Peserta
dalam satu kelompok diupayakan antara 5-8.

63
c.  Waktu Pelaksanaan ,Waktu yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan tersebut
minimal 60 menit, dengan perincian sebagai berikut :
1)  Pembukaan : 5 menit 2) 
Penyajian : 15 menit
3)   Tanya jawab : 30 menit

3)   Penutup/rangkuman : 10 menit d. 


Peran Masing-Masing Personal DRK
Kegiatan selama DRK ditetapkan aturan main yang harus dipatuhi oleh
semua peserta agar diskusi tersebut dapat terlaksana dengan tertib. Ada 3 peran
yang telah disepakati dan dipahami dalam DRK adalah sebagai berikut:
1)   Peran penyaji

Menyiapkan kasus klinis keperawatan/kebidanan yang pernah dialami atau pernah


terlibat didalamnya yang merupakan kasus menarik baik kasus lalu maupun
kasus-kasus saat serta kasus manajemen dan
 pengalaman keberhasilan dalam pelayanan juga bisa, menjelaskan kasus yang sudah
disiapkan dengan alokasi waktu 10-20 menit, menyimak
 pertanyaan yang disampaikan, memberikan jawaban sesuai dengan

 pengetahuan dan pengalaman nyata yang telah dilakukan dan merujuk

 pada standar yang relevan atau SOP yang berlaku serta mencatat hal- hal yang
penting selama DRK.
1)   Peran peserta

Mengikuti kegiatan sampai selesai diakhiri dengan mengisi daftar hadir, memberikan
perhatian penuh selama kegiatan, mempunyai hak untuk mengajukan
pertanyaan/pernyataan minimal satu pertanyaan dengan alokasi waktu keseluruhan
20-30 menit, dalam mengajukan pertanyaan agar merujuk kepada standar, tidak
dibenarkan untuk mengajukan
 pertanyaan/pernyataan yang sifatnya menyalahkan atau memojokkan, tidak
dibenarkan untuk mendominasi pertanyaan, pertanyaan berupa klarifikasi dan tidak
bersifat menggurui.

64
2)   Peran fasilitator/moderator

3)   Mempersiapkan ruangan diskusi dengan mengatur posisi tempat duduk dalam bentuk
lingkaran, membuka pertemuan (mengucapkan selamat datang, menyampaikan tujuan
pertemuan, membuat komitmen bersama dengan keseluruhan anggota tentang
lamanya waktu diskusi (kontrak waktu) dan menyampaikan tata tertib diskusi),
mempersilahkan penyaji untuk menyampaikan kasusnya selama 10-20 menit,
memberikan kesempatan kepada peserta untuk mengajukan pertanyaan secara bergilir
selama 30 menit, mengatur lalu lintas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh
peserta dan klarifikasi bila ada yang tidak jelas, merangkum hasil diskusi, melakukan
refleksi terhadap proses diskusi dengan meminta
 peserta untuk menyampaikan pendapat dan komentarnya tentang diskusi tersebut,
membuat kesimpulan hasil refleksi dan menyampaikan isu-isu yang muncul,
meminta kesepakatan untuk rencana pertemuan berikutnya, menutup pertemuan
dengan memberikan penghargaan kepada seluruh
 peserta dan berjabat tangan dan membuat laporan hasil diskusi sesuai dengan format
dan menyimpan laporan DRK pada arsip yang telah ditentukan bersama.
4)   Laporan

Setelah melakukan kegiatan, langkah berikutnya adalah menyusun laporan DRK.


Agar kegiatan DRK dapat diketahui dan dibaca oleh pimpinan, anggota kelompok
maupun teman sejawat lainnya maka kegiatan tersebut harus
dicatat/didokumentasikan sebagai laporan. Bentuk laporan dikemas dengan
menggunakan suatu format yang antara lain berisikan :
a.   Nama peserta yang hadir

 b.  Tanggal, tempat dan waktu pelaksanaan.

c.  Isu-isu atau masalah yang muncul selama diskusi

d.  Rencana tindak lanjut berdasarkan masalah, lampiran laporan menyertakan daftar
hadir yang ditandatangani oleh semua peserta.

65
2.3 Persyaratan DRK

Diskusi refleksi kasus berbeda dengan presentasi kasus karena DRK mempunyai
persyaratan-persyaratan khusus berdasarkan modul pelatihan manajemen kinerja klinik
(PMKK),2009 yaitu :

a.   Suatu kelompok yang terdiri dari satu profesi yang beranggotakan 5-8 orang
 b.  Salah satu anggota kelompok berperan sebagai fasilitator, satu orang lagi sebagai
penyaji dan lainnya sebagai peserta.
c.   Posisi fasilitator, penyaji dan peserta lain dalam diskusi serta (equal)

c.   Kasus yang disajikan penyaji merupakan pengalaman klinis yang nyata dan
menarik
d.   Posisi duduk sebaiknya melingkar agar setiap peserta dapat saling

 bertatapan dan berkomunikasi secara bebas

d.   Tidak boleh ada interupsi dan hanya ada satu orang saja yang berbicara dalam
satu saat dan peserta lain memperhatikan proses diskusi
e.   Tidak diperkenakan ada dominasi, kritik yang dapat memojokan penyaji atau
peserta lain, serta dalam beragumentasi tidak boleh menggurui.
f.   Membawa catatan diperbolehkan, namun tidak mengurangi perhatian dalam
berdiskusi
g.   Diskusi refleksi kasus wajib dilakukan secara rutin, terencana dan terjadwal
dengan baik minimal satu bulan sekali dimana kelompok diskusi
 berbagi pengalaman klinis dan IPTEK diantara sejawat selama satu jam

 j.  Selama diskusi setiap anggota secara bergilir mendapat kesempatan untuk
menyampaikan pendapat dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan sedemikian
rupa, yang merefleksikan pengalaman, pengetahuan serta kemampuan masing-masing
k.  Selama diskusi berlangsung harus dijaga agar tidak ada pihak-pihak yang

merasa tertekan atau terpojok, yang diharapkan terjadi justru sebaliknya yaitu
dukungan dan dorongan bagi setiap peserta agar terbiasa menyampaikan pendapat
mereka masing-masing.

66
l.  Diskusi refleksi kasus dapat dimanfaatkan sebagai wahana untuk memecahkan
masalah, mrevisi standar, membuat standar ataupun kesepakatan tindak lanjut agar
standar dipatuhi.

67
68
LAPORAN DISKUSI REFLEKSI KASUS

 Nama Ruangan :

Tanggal Pelaksanaan :

Topik Diskusi Kasus :

Masalah yang muncul :

1. 

2. 

 Nama Peserta yang hadir:

 No Nama Peserta TandaTangan


1

69
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO)

DISKUSI REFLEKSI KASUS

Nomor Dokumen
Tanggal disahkan
pertama kali

Tanggal Revisi

Pengertian Kegiatan diskusi untuk merefleksikan pengalaman

 praktek suatu kasus tertentu terhadap konsep

 pengetahuan baru / praktek baru

Tujuan 1.  Meningkatkan pengembangan profesionalisme


secara berkelanjutan bagi perawat melalui kegiatan

 pembelajaran sepanjang hayat


1.   Meningkatkan performa klinik perawat melalui

siklus perubahan berbasis evidence-based practice 

Leader   Manajer Kasus

  Stakeholder   terkait 1.  Kepala Ruangan (Manajer Personil/Perawat)

2.   Staff Keperawatan (Perawat Klinis / Perawat


Pelaksana)
2.   Komite Keperawatan
Alat / Bahan 1.  Dokumentasi asuhan keperawatan

 
2. Sinopsis tentang ide / gagasan / informasi terkait
kasus yang dibuat berdasarkan analisis hasil

 penelitian

70
2.   Standar Asuhan Keperawatan sesuai kasus (jika ada) 4. 
SPO tindakan terkait kasus (jika ada)
5.  Hasil audit keperawatan (jika ada) 6. 
Tool  refleksi
Output   1.   Rekomendasi untuk merubah praktek sesuai

 pengetahuan / informasi yang baru


 
1. Rekomendasi untuk mencari informasi-informasi

BAB VII

KESIMPULAN

Kesimpulan

1. Pengkajian data diruang managemen memakai sistem wawancara dan observasi dan dari hasil analisis
ditemukan 4 masalah yang perlu dilakukan diruangan antara lain:
a. Discharge planing sudah dilaksanakan tetapi tidak tersedia leflat untuk pasien dan keluarga
b. Kurangnya alat komunikasi penunjang di ruang Teratai sehingga pasien dan keluarga harus datang ke
nurse station (Bell).
c. Waktu dinas malam yang terlalu panjang.
d. Tidak adanya sistem MAKP di ruang Teratai, (dikarenakan tenaga kerja semua bidan).
2. Model yang digunakan dalam asuhan keperawatan memakai model modifikasi TIM yang terdiri dari kepala
ruangan, ketua tim dan perawat pelaksana.
3. Kegiatan managemen dilakukan dengan mengikuti standart operasional prosedur dengan rutinitas kegiatan
antara lain Operan, Pre Conference, Post Conference, Supervisi Keperawatan, Discharge Planning dan
Dokumentasi Keperawatan.
4. Kegiatan evaluasi untuk kegiatan managemen dengan beberapa standart anatara lain BOR Pada tanggal 24
Mei – 12 Juni 2021.

Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan diatas disarankan kepada :
1. Pimpinan atau kepala
a. Memberikan dukungan dan reward serta kemudahan bagi profesi kebidanan untuk mengembangkan
karir dan pendidikan berkelanjutan ke D3 dan D4 kebidanan yang diperlukan diruangan.
2. Sub Departemen Keperawatan
a Melakukan supervisi secara teratur keruangan agara kemampuan sudah terbentuk menjadi budaya
kerja yang harus diprtahankan dan ditingkatkan, memberi pujian terhadap hasil yang telah dicapai
untuk meningkatkan motivasi dan kualitas kerja.
71
b Memberikan pengkayaan fungsi managerial bagi kepala ruangan terutama pada fungsi pengawasan.
3. Kepala ruangan dan Katim
a Kepala ruangan ketua tim hendaknya melakukan bimbingan kepada tenaga pelaksana untuk
pembuatan rencana harian dan dokumentasi asuhan keperawatan.
b Melakukan audit secara berkala pada pasien yang akan pulang atau dalam proses perawatan.
c Melakukan supervisi tingkat ruang sesuai dengan acuan yang ada yang telah ditentukan oleh direksi
Rumah Sakit.
4. Tenaga pelaksana
a Membudayakan kegiatan yang telah diajarkan dan menjadikan suatu rutinitas kegiatan.
b Membudayakan membaca dan menulis asuhan keperawatan pasien
c Meningkatkan kemampuan dan pengetahuan untuk menunjang profesionalisme.
5. Mahasiswa praktek yang akan datang diharapkan dapat memantau hasil residence terdahulu khususnya di
ruang Teratai percontohan MPKP dan menambah kegiatan lain yang belum dapat dilaksanakan seperti :
rencana mingguan, bulanan, dan menyempurnakan format pengkajian dan intervensi yang sudah ada.

72
tambahan lainnya yang menguatkan

3.  Rekomendasi untuk mempertahankan praktek yang sudah


dilaksanakan karena
sesuai
dengan
pengetahuan yang baru

 pengetahuan yang baru.

Anda mungkin juga menyukai